Anda di halaman 1dari 10

Survei Perbandingan Teknik Switching

Janki Jasania, Freny Presswalab, Nirav Bhattc


aCharotar University of Science and Technology Changa, India, jasanijanki@gmail.com
bCharotar University of Science and Technology Changa, India, freny16presswala@gmail.com
cAssi. Prof., Charotar University of Science and Technology Changa, niravbhatt.it@charusat.ac.in.

http://irham93.perbedaan-prinsip-kerja-packet.html

Abstraksi :

Pada jurnal ini, kita akan mempelajari perbedaan pertukaran beberapa sistem yang digunakan sebagai kerangka
sebuah multiprosesor. Pertukaran sistem harus dikendalikan oleh komponen pengontrol aliran data hingga
switch pengirim data, sehingga data akan dikirim sepanjang jalur pentransmisian secara bersama-sama. Prosedur
pengendalian aliran data harus ditetapkan bersama dengan manajemen algoritma buffer untuk memberikan
sebuah karakteristik pada paket yang memiliki buffer agar dapat diawasi saat proses pengiriman dalam sebuah
sistem.

Kata kunci : Teknik Switching, Circuit Switching, Wormhole Switching, Packet Switching

I. Pendahuluan
Cara memproses sebuah hubungan pada aliran data dapat diawali dari adanya sebuah lapisan fisik. Pada lapisan
fisik, perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai tingkatan protokol untuk pengiriman pesan dan pengelolaan
saluran fisik tiap node satu dengan yang lainnya. Teknik switching ini menerapkan protokol yang terkait dengan
penggunaan lapisan fisik yang digunakan untuk menerapkan mekanisme jaringan untuk proses pengiriman paket
data. Proses routing diperlukan disetiap lapisan fisik hingga diperoleh saluran routing yang cocok untuk
digunakan untuk mengirim data dari input hingga output sepanjang rute saluran pengiriman. Desain protokol
routing dan karakteristik akan bergantung pada layanan yang disediakan pada lapisan switching. Teknik- teknik
tersebut akan ditempatkan pada pengontrol aliran data hingga data yang dikirim melalui router dapat selaras.
Pengontrol aliran data harus ditempatkan bersama dengan manajemen algoritma buffer untuk memberikan
permintaan pembebasan sebuah pengiriman data.
II. Latar Belakang
Ketika paket data dikirimkan dari beberapa router masukkan buffer hingga berada pada keluaran buffer, maka
dapat dikatakan proses tersebut dinamakan switching. Ketika paket tersebut tiba pada routeer, maka pada router
akan mengecek apakah data yang akan dikirim sesuai dengan alamat tujuan yang telah ditetapkan. Apabila data
yang dicek telah sesuai, maka pada bagian kanal output akan meneruskan dan menerjemahkan data tersebut. Hal
ini disebut dengan routing delay atau dengan kata lain routing yang dilakukan untuk mengatur peralihan data
yang dikirim maupun yang diterjemahkan. Ketika kita ingin mengetahui tingkat delay setiap pengalihan paket
data dapat dilakukan dengan switch setup router. Maka angka dapat diamati pada switch propagasi delay router
dan pada delay internal yang akan diteruskan antara saluran buffer input dan output. Penundaan ini disebut
dengan diagram alir pengontrol delay internal (internal flow control delay), sedangkan penundaan pada
sepanjang saluran transmisi disebut dengan diagram alir pengontrol delay eksternal (external flow control
delay). Routing delay dan diagram alir pengontrol delay menentukan delay pesan yang akan diakses melalui
switch.
Kinerja Matrik :
1. Channel Width w : tidak ada saluran fisik yang dapat mengirimkan bit secara bersamaan
antara dua router uyang berdekatan, sesuai dengan ukuran Phit
2. Channel Rate \mu : puncak rate dalam satuan bit/ detik, dimana setiap bit dapat disalurkan
pada masing- masing kawat dari saluran fisik
3. Channel Bandwidth B : B= \mu dalam phits/ second, dapat didefinisikan sebagai B = w x \mu
dalam bits/ second
4. Channel Latency tm : latensi antar router tiap 1 phit, maka tm = 1/ \mu = 1/B dalam seconds/ phit
5. Startup Latency ts : waktu yang diperlukan untuk validasi paket, framming/ unframming, dan
lain sebagainya, baik disisi pengirim maupun penerima. Faktor yang mendukung ukuran pesan berupa
nilai yang statis, kepadatan jaringan ataupun jarak antar node.
6. Network Latency : jaringan yang memiliki waktu yang telah ditentukan setelah paket data telah masuk
ke jaringan router hingga waktu yang lebih tersebut ditolak. Pada bagian ini dibagi menjadi dua
komponen : waktu transmisi paket yang bergantung pada teknik switching, dan waktu pemblokiran
yang mencakup keterlambatan pengiriman paket data.
Dalam sub bagian berikut, kami akan menjelaskan empat teknik switching utama yang digunakan
dalam jaringan multiprosesor. Disini kami tidak akan membahas mengenai waktu mulai ts, karena
keempat teknik switching memiliki komponen yang statis, namun hanya memberikan formula untuk
latency bebas dari gangguan, yaitu dengan asumsi bahwa saluran yang digunakan untuk mengirim
paket data bebas dari interferensi/ gangguan apapun. Latency ini lebih dikenal dengan latency
komunikasi dasar.
Untuk mempermudah, diasumsikan bahwa hanya header pada setiap data akan disimpan pada masing-
masing paket.

Gambar 1 : Model Waktu Pengiriman Data Antar Node yang Jauh

Pada jurnal ini, akan membahas beberapa notasi/ simbol yang akan digunakan, diantaranya :

1. w : ukuran flits = ukuran phit = lebar kanal (dalam bits)


2. M : ukuran paket (dalam flits)
3. tr : waktu selama membentuk satu jalur router (dalam second)
4. tw : waktu yang diperlukan untuk berpindah router setelah melewati datu jalur router yang
ditetapkan (dalam second/ phit)
5. tm : 1/B = latensi kanal antar router (dalam second/ flit). Mtm merupakan latensi transmisi
paket sebanyak M flits antar dua router yang berdekatan.
6. d : panjang jalur router

III. Teknik Switching Secara Umum


A. Circuit Switching (CS)
Komunikasi antara pengirim dan penerima memiliki dua fase, yaitu fase pembentukan koneksi dan
fase transmisi data. Dengan menghubungkan jalur routing, jalur fisik akan ditentukan dari pengirim ke
penerima sebelum melakukan proses pentransmisian, yang berisi alamat tujuan dari beberapa
informasi pengontrol. Dibutuhkan lebih dari 1 flit, abaikan ukuran sambungan dalam phits menjadi p.
Gambar 2 : Circuit Switching yang Terbagi Menjadi Tiga Bagian Jalur
(a) Sambungan probe akan melacak router tujuan. (b) Router tujuan akan menerima paket masukkan.
(c) Paket data akan mendapatkan bandwidth penuh yang dapat mengirimkan semua pesan di
sepanjang jalur pengiriman

Penempatan lapisan fisik seperti yang digunakan oleh router intermediate, probe akan menuju ke node
tujuan (Gambar 2(a)). Jalur ini dibentuk setelah probe mencapai node tujuan. Lalu bagian dari node
tersebut akan dikirim kembali (Gambar 2(b)). Begitu berhasil dikenali, maka pengirim
mentransmisikan semua pesan yang sudah ditambah bandwidth sepanjang jalur pengiriman paket.
Jalur ini merupakan bentuk dari sirkuit HW yang disediakan untuk sepanjang waktu pada jalur
pentransmisian pesan (Gambar 2(c)). Baik node tujuan atau bit terakhir dari pesan tersebut akan
diabaikan oleh sirkuit.

1. Latensi Komunikasi Dasar : sebuah paket pesan dengan ukuran M akan ditransmisikan dengan
jarak d yang membutuhkan waktu sebesar :\
tCS = d(tr+(p+1)(tw+tm))+Mtm; maka agar probe dapat mengirimkan pesan hingga mencapai
tujuan maka membutuhkan waktu sebesar d(tr+p(tw+td)); pengecekan kembali dibutuhkan waktu
sebesar d(tw+td), dan data transmisi diambil dari Mtm.
2. Keuntungan : ketika pesan dikirim dengan waktu yang lama dan panjang, waktu untuk transmisi
data akan cukup lama bila dibandingkan dengan pengaturan waktu sepanjang jalur transmisi.
3. Kekurangan : jalur fisik yang dicadangkan untuk durasi pesan tertentu akan menyebabkan pesan
akan sampai dengan waktu yang lama. Ketika header dari sebuah pesan yang dicadangkan, maka
sepanjang router/ node akan diblokir pada periode waktu tertentu.

Prinsip kerja dari circuit Switching adalah :

1. Pembangunan sirkuit : Pembangunan Sirkuit: Sebelum terjadi komunikasi antara transmitter dan
receiver, terlebih dahulu membangun suatu jaringan sirkuit yang akan dilewati data yang akan
dikirimkan dari transmitter (pengirim) ke receiver (penerima).
2. Transfer Data: Setelah sirkuit terbangun, maka agar data bisa sampai ke receiver harus dilakukan
transfer data dari transmitter ke receiver. Data yang dikirim akan dilewatkan di sirkuit yang sudah
dibangun sebelumnya.
3. Diskoneksi Sirkuit: Receiver akan mengirimkan konfirmasi ke sirkuit transmitter bahwa data sudah
diterima agar koneksi dapat diakhiri.

B. Store and Forward Switching (SF Switching)


Store and Forward Switching (SF Switching) merupakan jenis dari Packet Switching. Sebuah paket
dengan panjang tetap akan dibagi menjadi beberapa dari sebuah pesan, dimana setiap paket terdiri dari
flits, yang dimulai dari header flits. Setiap paket memiliki input dan output buffer, dimana masing-
masing paket akan diarahkan dari node pengirim ke node tujuan. Salah satu langkah dari SF Switching
disebut hop. Hop digunakan untuk menyalin semua paket ke salah satu output buffer satu ke input
buffer berikutnya. Masing- masing router akan memilih salah satu dari keseluruhan paket yang sedang
buffer.
Gambar 3 : Store and Forward
(SF)Switching

(a) Router pertama menempatkan tujuan routing pada router pertama. (b) Paket pada router pertama akan
melakukan proses hop untuk diteruskan ke router kedua setelah menerima salinan buffer output dari
router pertama. (c) Semua paket akan diterima oleh proses hop kedua
1. Latensi Komunikasi Dasar : sebuah paket pesan dengan panjang M dikirim ke sepanjang jarak d yang
membutuhkan waktu sebesar tSF = d(tr + (tw + tm) M); untuk setiap router harus menentukan proses
hop ke router berikutnya dengan mengambil data dari tr + (tw + tm) M, dan diulangi sebanyak d kali.
2. Keuntungan : ketika paket pesan berukuran pendek dan sering terjadi pengiriman, maka link
komunikasi akan sepenuhnya dimanfaatkan ketika terjadi proses pentransmisian data.
3. Kekurangan : proses pemisahan pesan menjadi sebuah paket akan menghasilkan beberapa overhead,
maka setiap paket harus diarahkan pada setiap node tengah.

Cara Kerja :

1. Switch ini akan menyimpan semua frame untuk sementara waktu sebelum diteruskan ke host tujuan
untuk di cek terlebih dahulu melalui mekanisme CRC (Cyclic Redundancy Check). Jika ditemukan
error, maka frame akan "dibuang" dan tidak akan diteruskan ke host tujuan.
2. Switch jenis ini adalah yang paling "dipercaya".
3. Kelemahannya meningkatnya Latency Time akibat proses pengecekan

C. Virtual Cut- Through (VCT) Switching


Pada teknik ini, sebuah pesan akan dibagi menjadi paket- paket, dan pada router memiliki buffer untuk
menempatkan seluruh paket pesan. Agar lebih efisien dalam penempatan paket- paket tersebut maka
setiap header dari paket yang baru tiba akan di potong dan diletakkan pada router berikutnya setelah
header tersebut di olah oleh buffer router sebelumnya (Gambar 4(b)). Setiap paket pesan yang
mencapai router berikutnya memiliki sisa buffer paket sebelumnya, jika saluran keluarannya bebas,
maka sisa paket tersebut akan dipotong dan disalurkan ke router berikutnya. (Gambar 4(c)). Apabila
header tetap berada di router saat itu tanpa melakukan perpindahan ke router berikutnya, akan terjadi
flits dan mencoba untuk melepaskan diri sejauh saluran yang sedang diduduki (Gambar 4(d)). Dalam
kasus tidak adanya interferensi sepanjang rute saluran maka sangat efektif untuk berpindah ke router
berikutnya sebagai rantai longgar flits (Gambar 4(e)).

1. Latensi Komunikasi Dasar : sebuah paket sepanjang M akan dikirim dengan jarak d yang
membutuhkan waktu sebesar tVCT = d (tr + tw + tm) + max (tw, tm) M, dengan asumsi bahwa tidak
ada paket yang terpotong. Hanya header routing serta switching dan latensi antar router. Siklus waktu
saluran flits telah ditentukan, setelah header tiba di router tujuan antara waktu maksimum switching
dengan latensi antar router. Ini diasumsikan bahwa saluran memiliki input buffer dan output buffer.

Gambar 4 : Virtual Cut- Through


Switching dalam sebuah paket
(a) Perpindahan header dari router pertama menuju buffer output. (b) Selanjutnya header akan
mengikuti di sepanjang jalur yang telah memotong flits menuju router kedua. (c) Header yang
telah berada di router kedua akan menarik header yang lain pada rantai flits yang telah disediakan
output buffer untuk melakukan komunikasi. (d) Seluruh rantai flits akan melepaskan header ke
semua saluran yang sebelumnya dialokasikan pada paket yang telah di buffer pada router pertama.
(e) Rantai flits akan memindahkan setiap header sesuai dengan alamat tujuan
2. Keuntungan : transmisi header paket akan dikelola dengan transmisi payload paket
3. Kerugian : membutuhkan buffer yang cukup banyak pada seluruh paket intermediate router apabila
header mengalami pemblokiran.

Cara kerja :

1. Switch Jenis ini hanya mengecek alamat tujuan saja (yang ada pada header frame). Selanjutnya frame
akan diteruskan ke host tujuan.
2. Kondisi ini akan dapat mengurangi Latency Time.
3. Kelemahannya tidak dapat mengecek frame yang error dan akan diteruskan ke host tujuan.
4. Switch ini adalah yang tercepat di jenisnya.

D. Wormhole (WH) Switching


Paket akan dibagi lagi menjadi menjadi bagian- bagian yang lebih kecil lagi yang disebut dengan flits
yang akan dikirim ke sepanjang saluran. Oleh karena itu, transmisi dengan paket yang berbeda tidak
dapat disisipkan ke lebih dari satu saluran fisik atau di multiplexing tanpa adanya arsitektur tambahan
pada saluran tersebut. Ini merupakan perbedaan utama bahwa router tidak memiliki buffer untuk
seluruh paket. Sebaliknya, setiap router memiliki buffer cukup kecil untuk satu atau beberapa flits
sepanjang saluran, dikarenakan header pada jaringan akan mudah berpindah dari salurannya yang
diikuti oleh flits yang lainnya, maka dibentuk tempat yang telah diurutkan oleh buffer dan link paket
tertentu untuk menyusun kembali flits yang lepas. Disini, panjang saluran sebanding dengan jumlah
flits dalam saluran, yang menckup daerah pemancar dan penerima. Jika header tidak dapat berpindah
ke router berikutnya akibat beberapa saluran output sibuk, maka seluruh rantai flits akan terhenti dan
dapat memblokir buffer disepanjang saluran yang mengakibatkan komunikasi antar flits terhenti.
1. Latensi Komunikasi Dasar : untuk WH Switching, sama seperti dalam kasus switching sebelumnya
(lihat Persamaan). Oleh karena itu, akan sebanding antara jumlah ukuran paket dengan panjang jalur
fisik yang digunakan.
2. Keuntungan : tidak perlu menggunakan memori prosesor lokal untuk buffer pesan, yang akan
mengurangi latensi rate pesan secara signifikan.
3. Kekurangan : pada kasus pemblokiran, ukuran buffer yang kecil di setiap node akan menyebabkan
buffer dari setiap pesan akan menempati beberapa router yang mengakibatkan pemblokiran pesan
lainnya.

Gambar 5 : WormHole (WH) Packet


Switching
(a) Header routing telah disalin ke buffer output. (b) Header flits sedang ditransfer ke router
berikutnya dan diikuti oleh header flits yang lainnya. (c) Header flits akan tiba di router yang
sibuk dengan beberapa output kanal, yang mengakibatkan seluruh header rantai flits akan terhenti
dan memblokir salurannya. (d) Apabila routing bebas interferensi, maka saluran flits akan
membangun wormhole switching antar router.

E. Mad Postman Switching


Virtual akan dipotong melalui teknik peningkatan paket switching dengan mengirimkan aliran pesan
sementara yang terdiri dari kemampuan buffer untuk mengirim paket pesan secara lengkap.
Pengurangan penyediaan switching dalam latensi dengan membebaskan virtual buffer sehungga
routing dapat sepenuhnya ditangani dalam router single chip, yang kecenderungannya meningkatkan
pesan yang dilanjutkan dengan pengembangan mekanisme pengalihan paket sebagai upaya
meminimalkan latensi routing sekecil mungkin tiap node. Lebih lanjut dengan pendistribusian pada
tingkat bit berikutnya, dapat mengalihkan latensi routing sekecil mungkin tiap node. Hal ini
diasumsikan bahwa pesan akan diteruskan di sepanjang dimensi yang sama, ketika sebuah header
yang lepas akan kembali ke router tujuan. Oleh karena itu, setelah paket diterima, bit dibelakangnya
akan diteruskan ke dimensi output yang sama (asumsi bebas interferensi). Setiap bit dari header juga
mengalami buffer lokal. Begitu header terakhir diterima oleh router, maka router akan dapat
memeriksa dan menentukan apakah pesan yang diterima dapat diteruskan kembali ke router
berikutnya sepanjang lapisan fisik ini. Jika dapat diteruskan, maka sisa header dari pesan router
pertama akan ditransmisikan ke router kedua. Hal ini dapat dikatakan bahwa header akan dikirim
melalui prosesor lokal jika pesan telah sampai ke penerima. Pada intinya, alamat pesan akan diperiksa
setelah pesan dikirim ke output channel yang disebut dengan teknik switching. Pesan akan dibuat dari
satu dimensi ke dimensi berikutnya yang dapat bekerja pada jaringan 2D. Menggunakan teknik
switching, latensi dasar switching suatu pesan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
T postman mad=t h +t data

Th=D(ts+t w )+ Max (ts ,tw )w

T data=Max(t s , t w )L

T h=Waktu yang berlangsung untuk memberikan header sepenuhnya .

t data=Waktu yang berlangsunguntuk memberikandata[ 2].

Gambar 6 : Diagram Waktu


Pentransmisian untuk Mad Postman Switching

IV. Saluran Virtual


Dalam teknik switching yang telah dijelaskan, dapat diasumsikan bahwa pesan yang dikirim benar-
benar buffer pada saluran input maupun output. Sebuah saluran fisik mampu mendukung beberapa
saluran virtual yang telah di multiplexing di saluran fisik. Setiap salah satu saluran virtual dapat
diimplementasikan dengan setiap pasangan yang dikelola sendiri oleh saluran tersebut. Setiap pesan
dapat berbagi saluran tiap flit. Layer fisik protokol kanal harus dapat membedakan saluran virtual yang
menggunakan saluran fisik. Pada awalnya, saluran virtual digunakan untuk memecahkan masalah
pemblokiran akibat interferensi header pesan flit dalam sebuah jaringan. Juga, saluran virtual dapat
diterapkan dengan tujuan meningkatkan keterlambatan sebuah pesan tiba dan throughput jaringan.

A. Teknik Switching Hybrid


Saluran virtual yang fleksibel dan tersedia dapat menyebabkan berkembangnya teknik switching
hybrid. Manfaat dari teknik ini dengan menggabungkan dengan metode dasar sebelumnya atau
mengoptimalkan beberapa metrik kinerjanya. Pada bagian ini, kami akan membahas beberapa
teknik switching hybrid.
B. Pipeline Circuit Switching (PCS)
Teknik PCS ini menggabungkan beberapa aspek sirkuit dengan sirkuit wormhole sebelum
mengirimkan data. Tentu saja, hal ini berbeda bila dibandingkan untuk circuit switching. Disini,
rute pentransmisian tidak dibentuk oleh saluran fisik, tetapi oleh saluran virtual. Berbeda dengan
wormhole, data flits tidak mengikuti header secara langsung, jadi dapat meningkatkan fleksibilitas
dalam routing header flit. Karakteristik yang harus dihindari dari bagian yang salah melalui durasi
setup pada rute harus sangat besar. Sebuah diagram ruang pentransmisian mentransfer pesan
melalui PCS bersama dengan link dan tidak ada kesalahan dalam pentransmisian ditunjukkan oleh
(Gambar 7).

Gambar 7 : Diagram Ruang Pentransmisian pesan oleh ketiga link PCS

Penundaan pesan PCS harus dihitung sebagai berikut :

tpcs = tsetup +tdata


tsetup = D(te + tw + ts) +D(ts + tw)
tdata = D(tw + ts) + max(ts, tw)([L/W]-1)

tsetup = waktu selama setup rute berlangsung


tdata = waktu selama pentransmisian pesan hingga mencapai tujuan

C. Scouting Switching
Scouting switching merupakan mekanisme aliran kontrol gabungan yang dilakukan untuk
memberikan trade-off antara kinerjadengan toleransi kesalahan. Dalam PCS, data flit di inputkan
setelah rute telah di setup. Untuk mengurangi biaya biaya overhead yang berasal dari rute setup di
setiap PCS, dalam metode scouting switching data flit pertama selalu lebih jauh dari header flit.
Jika K = 0, maka aliran kontrol akan mirip dengan wormhole. Sementara tinggi K menjamin setiap
rute akan memiliki setup untuk pengiriman paket. Urutan nomor pengiriman K menengah akan
memungkinkan header akan terkirim dengan jarak masing- masing header yang telah ditentukan.
Ini membuat header flit mampu melintasi ke sepanjang saluran dengan mudah jika diperlukan.
Pada (Gambar 8) menunjukkan diagram ruang pentransmisian untuk pesan yang telah diproses di
tiga link menggunakan scouting switching. Parameter K disebut dengan jarak kebocoran probe.
Gambar 8: Diagram waktu pentransmisian pesan sepanjang 3 link menggunakan Scouting Switching.

Setiap saluran telah berhasil mentransmisikan header, pesan orientasi returning backward positif akan diterima.
Untuk setiap channel virtual, maka memogram sebuah counter yang terkait dengan virtual channel yang
disediakan oleh header ketika pesan afirmasi positif maupun negatif diterima. Data flits dapat sampai ke
penerima, apabila jumlah counter sama dengan K. Ruang dan jarak antara data pertama dan link header dapat
meningkat menjadi 2K-1. Delay dasar scouting switching dapat dihutung sebagai berikut :

tscouting = tsetup + (ts + tw)(2K - 1) + tdata


tsetup = D(tr + ts + tw)
tdata= max( ts , tw)([L/W] - 1)

V. Kesimpulan
Teknik- teknik switching digunakan untuk mengakses kinerja yang lebih baik. Virtual Cut Switching
memberikan layanan pengiriman pesan dengan menggunakan saluran kawat. Wormhole Switching
membutuhkan beberapa buffer dan menurunkan tingkat buffer di switch dan karena menggunakan saluran kawat
yang baik. Mad Postman Switching dapat menampilkan peningkatan kinerja pada pentransmisian. Pada VCT
dan Packet Switching, pesan harus benar- benar disimpan dalam sebuah router. Dengan menggunakan saluran
virtual dimana saluran pentransmisian pesan belum terblokir dapat mengurangi delay yang berasal dari
pemblokiran saluran. Tetapi harus meningkatkan beberapa multiplexing pesan sehingga meningkatkan delay
pada data flits yang dikirim pada setiap paket. Juga dapat dilakukan dengan meningkatkan delay aliran kontrol
saluran virtual dan delay sepanjang saluran fisik. Efek wormhole pada pentransmisian pesan tidak dapat
dihindari, karena buffer yang dibutuhkan sangatlah kecil. Sehingga Packet Switching memiliki delay lebih
sehingga terdapat fitur khusus yang dideteksi. Apabila jalur pentransmisian memiliki waktu yang rendah, maka
teknik wormhole memiliki banyak delay/ throughput yang dapat dibandingkan dengan teknik switching jaringan
yang lainnya. Dalam trafik tinggi, packet switching dapat beroperasi sangat baik. Semua teknik switching
dianggap sebagai teknik optimalisasi transmisi paket pesan. Sebaliknya, PCS dan Scouting Switching dianggap
sebagai teknik dengan tingkat pentransmisian sangat rendah, karena data flits mudah berpindah ke router yang
lain.

Anda mungkin juga menyukai