Cara Ber-istinja'
Hendaklah seseorang menuangkan air ke atas tangan kirinya sebelum dia menyentuh
najis, kemudian dia membasuh qubulnya, yaitu saluran air kencing, dan membasuh seluruh
zakarnya apabila keluar air madzi. Kemudian barulah membasuh dubur diikuti dengan
mencurahkan air, dan menggosok dengan tangan kiri. Hendaklah dia membungkukkan badan
sedikit kemudian menggosoknya (dubur) dengan cermat sehingga tempat itu menjadi bersih.
Ber-istinja' dengan menggunakan tangan kanan tidak dianjurkan. Begitu juga menyentuh zakar
dengan tangan kanan.
Seseorang yang sedang berpuasa hendaklah tidak memasukkan jarinya ke dalam dubur,
karena tindakan itu dapat membatalkan puasa.
Cara Ber-Istijmar
Hendaklah batu pertama digunakan untuk mengusap, dimula dari bagian depan ke arah
bagian belakang, dan batu kedua digunakan untuk bagian belakang ke arah bagian depan.
Kemudian batu yang ketiga digunakan untuk mengusap seperti ketika menggunakan batu yang
pertama, yaitu dari arah depan ke arah belakang, jika memang buah zakar dalam keadaan
tergantung karena-jika buah zakar tidak tergantung dikhawatirkan ia akan terkena kotoran. Dan
apabila zakar itu turun (rapat), maka ketika menggunakan batu yang ketiga hendaknya
menggerakannya seperti ketika menggerakkan batu yang kedua, yaitu dari arah belakang ke
depan.
Adapun perempuan hendaklah memulainya dari arah depan ke arah belakang, supaya
kelamin depannya tidak terkena najis.
Ulama madzhab Syafi'i berpendapat bahwa meratakan setiap satu batu ke semua bagian
tempat (keluar najis) adalah sunnah, yaitu memulakan dengan batu yang pertama dari bagian
depan sebelah kanan dubur, kemudian mendorongnya dengan perlahan mengelilingi dubur
hingga kembali ke tempat semula. Begitu juga dengan batu yang kedua, tetapi hendaklah
memulakannya dari bagian depan sebelah kiri. Sementara, batu ketiga digunakan untuk
membersihkan kedua belah sisinya dan juga bagian keluarnya najis yang dinamai musrabah.
Hadits kedua,
Siapa yang beristijmar, hendaklah ia mengganjilkan bilangan usapannya.
3. Janganlah ber-istinja' dengan menggunakan tangan kanan, kecuali dalam keadaan `uzur. Karena,
Rasul saw. bersabda,
...............
Apabila salah seorang di antara kamu kencing, maka janganlah ia menyentuh zakarnya
dengan tangan kanannya. Dan apabiia ia memasuki kamar mandi, maka janganlah ia mengusap
(najisnya) dengan tangan kanannya. Apabila ia minum, maka janganlah ia minum dengan sekali
napas Saja.
Dengan demikian, maka ber-istinja' dengan tangan kiri adalah sunnah.
4. Bersembunyi dan tidak membuka aurat di hadapan pandangan orang lain adalah wajib ketika
ber-istinja' dan juga ketika membuang air. Sebab, membuka aurat adalah haram dan dapat
menyebabkan fasiq. Maka, janganlah sampai dilakukan untuk tujuan menegakkan sunnah. Hen-
daklah tempat keluar najis yang ada di balik pakaian itu diusap dengan batu atau yang
semacamnya. Namun jika tempat keluar najis itu dibiarkan tanpa diusap, maka shalat orang
tersebut sah. Karena, apa yang masih terdapat pada tempat keluar itu tidaklah dianggap. Dalil
yang menunjukkan wajib berlindung adalah beberapa buah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Abu Dawud dan lbnu Majah, di antaranya adalah,
"Siapa yang pergi ke tempat menunaikan hajat hendaklah ia berlindung. Jika ia tidak dapat
berlindung kecuali dengan menghimpun sekumpulan pasir, maka hendaklah ia
membelakanginya."
Hendaklah dilakukan di suatu tempat yang jauh dari keramaian seperti di bagian padang
pasir dan seumpamanya, yang mana bagian itu tidak didengar bunyinya dan tidak tercium
baunya.
5. Orang yang ber-istinja' dengan air hendaklah menggosok tangannya dengan tanah, kemudian
membasuhnya selepas beristinja' baik menggosoknya itu dengan tanah ataupun sabun, garam
halus dan yang seumpamanya.
6. Mengeringkan bagian dubur sebelum berdiri jika dia sedang berpuasa, agar tempat duduk (bagian
dubur itu) itu tidak menghisap air yang ada.
7. Lelaki hendaklah memulai istinja' pada kemaluan depan terlebih dahulu agar tangannya tidak
menjadi kotor apabila dia memulai istinja' pada kemaluan belakang (dubur). Adapun bagi
perempuan, diberi pilihan untuk memulakan istinja'-nya pada salah satu di antara kedua
kemaluannya. Menurut pendapat ulama madzhab Syafi'i dan Hambali, seseorang disunnahkan
mencurahkan air ke kemaluannya dan juga kain yang dipakainya agar hilang perasaan waswas
pada dirinya.
1. PENGERTIAN ISTINJA` DAN ISTILAH-ISTILAH LAINNYA YANG BERDEKATAN
Istinja` : ( )Secara bahasa, istinja` bermakna menghilangkan kotoran. Sedangkan secara
istilah bermakna menghilangkan najis dengan air. Atau menguranginya dengan semacam batu.
Atau bisa dikatakan sebagai penggunaan air atau batu. Atau menghilangkan najis yang keluar
dari qubul (kemaluan) dan dubur (pantat).
Istijmar ( ): Istijmar adalah menghilangkan sisa buang air dengan menggunakan batu atau
benda-benda yang semisalnya.
Istibra` ( ): maknanya menghabiskan, yakni menghabiskan sisa kotoran atau air seni hingga
yakin sudah benar-benar keluar semua.
2. HUKUM ISTINJA`
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum istinja` menjadi dua hukum.
a. Pertama : Istinja` Itu Hukumnya Wajib
Mereka berpendapat bahwa istinja` itu hukumnya wajib ketika ada sebabnya. Dan sebabnya
adalah adanya sesuatu yang keluar dari tubuh lewat dua lubang (anus atau kemaluan).
Pendapat ini didukung oleh Al-Malikiyah, Asy-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah. Sedangkan dalil
yang mereka gunakan adalah hadits Rasulullah SAW berikut ini :
Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,Bila kamu pergi ke tempat buang air,
maka bawalah tiga batu untuk membersihkan. Dan cukuplah batu itu untuk membersihkan.(HR.
Ahmad, Nasai, Abu Daud, Ad-Daaruquthuni. Isnadnya shahih)
Hadits ini bentuknya amr atau perintah dan konsekuensinya adalah kewajiban.
Dari Abdirrahman bin Yazid ra berkata bahwa telah dikatakan kepada Salman,Nabimu telah
mengajarkan kepada kalian segala sesuatu. Salman berkata,Benar, beliau telah melarang kita
untuk menghadap kiblat ketika berak atau kencing. Juga melarang istinja dengan tangan kanan
dan istinja dengan batu yang jumlahnya kurang dari tiba buah. Dan beristinja dengan tahi atau
tulang. (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmizy)
b. Kedua : Istinja` Itu Hukumnya Sunnah.
Pendapat ini didukung oleh Al-Hanafiyah dan sebagian riwayat dari Al-Malikiyah. Maksudnya
adalah beristinja` dengan menggunakan air itu hukumnya bukan wajib tetapi sunnah. Yang
penting najis bekas buang air itu sudah bisa dihilangkan meskipun dengan batu atau dengan
beristijmar.
Dasar yang digunakan Al-Imam Abu Hanifah dalam masalah kesunnahan istinja` ini adalah
hadits berikut :
Siapa yang beristijmar maka ganjilkanlah bilangannya. Siapa yang melakukannya maka telah
berbuat ihsan. Namun bila tidak maka tidak ada keberatan. (HR. Abu Daud).
Selain itu beliau berpendapat bahwa najis yang ada karena sisa buang air itu termasuk najis yang
sedikit. Dan menurut mazhab beliau, najsi yang sedikit itu dimaafkan.
Di dalam kitab Sirajul Wahhab milik kalangan Al-Hanafiyah, istinja` itu ada 5 macam, 4
diantaranya wajib dan 1 diantaranya sunnah. Yang 4 itu adalah istinja` dari hadih, nifas, janabah
dan bila najis keluar dari lubangnya dan melebihi besarnya lubang keluarnya. Sedangkan yang
hukumnya sunnah adalah bila najis keluar dari lubangnya namun besrnya tidak melebihi besar
lubang itu.
Mengomentari hal ini, Ibnu Najim mengatakan bahwa yang empat itu bukan istinja` melainkan
menghilangkan hadats, sedangkan yang isitinja` itu hanyalah yang terakhir saja, yaitu najis yang
besarnya sebesar lubang keluarnya najis. Dan itu hukumnya sunnah. Sehingga istinja dalam
mazhab Al-Hanafiyah hukumnya sunnah.
3. PRAKTEK ISTINJA` DAN ADABNYA
Mulai dengan mengambil air dengan tangan kiri dan mencuci kemaluan, yaitu pada lubang
tempat keluarnya air kencing. Atau seluruh kemaluan bila sehabis keluar mazi. Kemudian
mencuci dubur dan disirami dengan air dengan mengosok-gosoknya dengan tangan kiri.
Adab-adab istinja`
a. Menggunakan tangan kiri dan dimakruhkan dengan tangan kanan. Dalilnya adalah sabda
Rasulullah SAW :
Dari Abi Qatadah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,Bila kamu kencing maka jangan
menyentuh kemaluannya dengan tangan kanan. Bila buang air besar jangan cebok dengan tangan
kanan. Dan jangan minum dengan sekali nafas.(HR. Muttafaq alaihi).
b. Istitar atau memakai tabir penghalang agar tidak terlihat orang lain.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW
Bila kamu buang air hendaklah beristitar (menutup tabir). Bila tidak ada tabir maka
menghadaplah ke belakang.(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
c. Tidak membaca tulisan yang mengandung nama Allah SWT.
Atau nama yang diagungkan seperti nama para malaikat. Atau nama nabi SAW. Dalilnya adalah
apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bila masuk ke tempat buang hajat, beliau mencopot
cincinnya. Sebab di cincin itu terukir kata Muhammad Rasulullah.
Dari Anas bin Malik ra berkata bahwa Rasulullah SAW bila masuk ke WC meletakkan
cincinnya. (HR. Arbaah)
Namun hadits ini dianggap malul oleh sebagian ulama.
d. Tidak Menghadap Kiblat.
Dalilnya adalah hadits Rasulullah SAW,
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,Bila kamu mendatangi tempat buang
air, janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Abu Ayyub disebutkan,Tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat
1. Ket. Posisi kiblat di Madinah adalah menghadap ke Selatan, sedangkan membelakangi kiblat
berarti menghadap ke Utara. Sedangkan menghadap ke barat dan timur artinya tidak menghadap
kiblat dan juga tidak membelakanginya.
2. Tempat buang air di masa lalu bukan berbentuk kamar mandi yang tertutup melainkan tempat
terbuka yang sepi tidak dilalui orang-orang. Sedangkan bila tempatnya tertutup seperti kamar
mandi di zaman kita sekarang ini, tidak dilarang bila sampai menghadap kiblat atau
membelakanginya. Dasarnya adalah hadits berikut ini.
Dari JAbir ra berkata bahwa Nabi SAW melarang kita menghadap kiblat saat kencing. Namun
aku melihatnya setahun sebelum kematiannya menghadap kiblat. (HR.Tirmizy).
Kemunginan saat itu beliau SAW buang air di ruang yang tertutup yang khusus dibuat untuk
buang air.
e. Istibra`(sudah dijelaskan diawal)
f. Masuk tempat buang air dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan.
Dan disunnahkan ketika masuk membaca doa : Bismillahi auzu bika minal khubutsi wal
khabaits. Maknanya : Dengan nama Allah, aku berlindung kepada-Mu dari syetan laki dan
syetan perempuan.
Ketika keluar disunnahkan untuk membaca lafaz :Ghufraanaka, alhamdulillahillazi azhaba `anni
al-aza wa `aafaani. Maknanya : Mohon ampunanmu, segala puji bagi Allah yang telah
menghilangkan penyakit dariku dan menyembuhkanku.
g. Tidak Sambil Berbicara
Dari Jabir bin Abdillah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,Bila dua orang diantara
kamu buang air, hendaklah saling membelakangi dan jangan berbicara. Karena sesunguhnya
Allah murka akan hal itu.