Anda di halaman 1dari 9

LEMBAR TUGAS MANDIRI PERPINDAHAN KALOR

Nama : Natasya Mareta M Tanggal Kegiatan : 1 Maret 2017


NPM : 1506673385 Paraf Asisten :
Kelompok : 11

I Outline
Sistem Konduksi Konveksi
Koefisien Konveksi Menyeluruh
Resistensi Termal (R Value)
Tebal Kritis

II Pembahasan
Sistem Konduksi Konveksi

Sistem konduksi-konveksi sangat sering ditemukan pada aplikasi sehari-hari. Misalnya,


energi panas yang hilang (heat loss) oleh konduksi melalui dinding furnace harus dihamburkan
ke lingkungan melalui konveksi. Dalam aplikasinya alat penukar panas, bentuk fisik pendingin
sebagai penghubung panas dengan permukaan semikonduktor yang bersuhu tinggi. Bagian ini
dapat dimodifikasi dengan menambahkan beberapa sirip yang berguna untuk memperluas
permukaan pendingin sehingga panas akan terserap dengan cepat. Panas yang dihantarkan
melalui benda kemudian hilang ke lingkungan melalui proses konveksi. Hal ini dapat
diperlihatkan pada suatu sirip satu dimensi yang bersinggungan dengan fluida lingkungan
dengan suhu T seperti dalam gambar berikut.

Gambar 1. Sistem Konduksi Konveksi Satu Dimensi melalui Sirip Segi Empat
(Sumber: Holman, J.P (1986). Heat Transfer, 10th ed)

Suhu dasar sirip adalah . Penyelesaian terhadap masalah ini dilakukan dengan
membuat neraca energi untuk elemen sirip setebal dx sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
Sehingga energi yang masuk di sisi kiri sama dengan energi yang keluar di sisi kanan ditambah
energi yang hilang karena konveksi. Persamaan dasar untuk koefisien perpindahan kalor yaitu :
Energi masuk pada sisi kiri = Energi keluar pada sisi kanan + Energi hilang karena konveksi
dT
[ dT
]
-kA dx = kA dx x+dx + hPdx(T T )

[ ( )]
2
dT dT d T
-kA dx = kA dx + d x 2 dx +hPdx (T T )

dT dT d2 T
-kA dx =kA kA dx+ hPdx(T T )
dx d x2
d2T
- kA 2
dx - hPdx ( T T ) =0
dx
2
d T hP ( (1)
T T )=0
d x 2 kA

dengan =T T maka persamaan (1) menjadi :

d 2 hP (2)
=0
d x 2 kA

Apabila m2 = hP/kA, bentuk persamaan di atas adalah persamaan diferensial biasa orde dua
linier, yang penyelesaianya adalah

=C 1 emx +C 2 e mx (3)

d
dengan kondisi batas = 0 pada saat x = 0, dan =0 pada x = L karena ujung setiap
dx

sirip diisolasi (tidak ada panas yang meninggalkan ujung sirip), maka diperoleh nilai tetapan C1
dan C2 kemudian disubstitusikan pada persamaan (3) menghasilkan :

cosh [ m ( L x ) ]
=
0 cosh mL
(4)
T (x)T cosh [ m ( Lx ) ]
=
T 0T cosh mL

dengan T(x) adalah suhu pada posisi x, T adalah suhu lingkungan, T0 adalah suhu pada dasar
sirip.
Kalor yang dihantarkan melalui benda sering dibuang (atau diserahkan) melalui
konveksi. Dalam alat penukar kalor diterapkan susunan tabung bersirip (finned-tube) untuk
membuang kalor dari cairan panas. Perpindahan kalor dari zat cair ke pipa bersirip berlangsung
secara konveksi. Kalor dihantarkan melalui bahan, dan akhirnya dilepaskan ke lingkungan
melalui konveksi. Pada gambar 1., dapat dibuat neraca energi unsur sirip setebal dx seperti di
gambar. Neraca energi yang diperoleh kemudian didiferensialkan, dengan salah satu batas = 0
= T0 - T pada x = 0. Kondisi batas lainnya bergantung dari keadaan fisis.
1 Sirip sangat panjang dan suhu di ujung sirip sama dengan suhu fluida sekitar.
T T
= =emx
0 T 0T (5)
2 Sirip mempunyai panjang tertentu dan melepaskan kalor dari ujungnya.
T T cosh m ( Lx ) + ( h/mk ) sinh m( Lx)
= (6)
T 0T cosh mL+ ( h/mk ) sinh mL

3 Ujung sirip diisolasi sehingga dT/dx = 0 pada x = L.


e
mx
e
mx
cos [ m ( Lx ) ]
= + = (7)
0 1+e 2 mL
1+e 2 mL
cos mL

Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh


Pada kenyataannya transfer kalor konduksi selalu diawali dengan proses konveksi dan
diakhiri dengan proses konveksi pula, sehingga jarang ditemukan proses konduksi terjadi tanpa
diawali dan diakhiri dengan proses konveksi.

Gambar 2. Perpindahan Kalor pada Dinding Datar


(Source : http://hendriksumarauw.blogspot.co.id/p/perpindahan-kalor-1.html)

Pada sisi kiri terjadi transfer kalor secara konveksi dari fluida panas ke permukaan
dinding sebelah kiri akibatnya permukaan dinding sebelah kiri menjadi lebih tinggi
temperaturnya dari permukaan dinding sebelah kanan. Karena adanya perbedaan temperatur
pada permukaan kanan dan kiri terjadilah transfer panas secara konduksi dari permukaan kiri ke
permukaan kanan. Dengan adanya transfer panas dari permukaan kiri ke permukaan kanan
menyebabkan temperatur permukaan kanan menjadi lebih panas dari fluida yang ada si sebelah
kanan, sehingga terjadilah transfer kalor secara konveksi dari permukaan dinding sebelah kanan
ke fluida yang berada disampingnya.
Aliran kalor yang terjadi dari fluida panas ke permukaan dinding sebelah kiri adalah
(8) (1)
Aliran kalor dari permukaan dinding kiri ke permukaan dinding kanan adalah

(9)
Aliran kalor dari permukaan dinding kanan ke fluida di sebelah kanan yang dingin adalah
(10)
Jika ketiga persamaan diatas dijumlahkan pada arah temperatur maka akan menjadi :

Diketahui bahwa qA = qB = qC = q dan AA = AB = AC = A. Sehingga :

(11)
Maka aliran kalor dari fluida kiri ke fluida kanan dapat ditulis sebagai berikut :

(12)
Aliran kalor dari fluida kiri ke fluida kanan adalah hasil gabungan dari proses konduksi
dan konveksi yang dinyatakan dengan koefisien perpindahan kalor menyeluruh U, yang
dirumuskan dalam hubungan :
(13)
Jika disesuaikan dengan persamaan sebelumnya, koefisien perpindahan kalor menyeluruh adalah

(14)
Koefisien perpindahan kalor menyeluruh untuk sebuah pipa dapat pula ditemukan seperti
cara di atas. Akan tetapi, luas permukaan yang menerima kalor pada pipa tidaklah sama untuk
kedua fluida, fluida yang satu luas permukaannya didasarkan pada permukaan dalam pipa dan
fluida yang lain didasarkan pada permukaan luar pipa seperti pada gambar.
Gambar 3. Perpindahan Kalor pada Pipa
(Sumber : http://hendriksumarauw.blogspot.co.id/p/perpindahan-kalor-1.html)

Dimana :
A = Transfer kalor secara konveksi dari fluida dalam pipa ke permukaan bagian dalam pipa
B = Transfer kalor secara konduksi dari permukaan bagian dalam ke permukaan bagian luar
pipa
C = Transfer kalor secara konveksi dari permukaan bagian luar pipa ke udara fluida yang
berada di sekitar pipa.
t0 = Temperatur fluida dalam pipa
t1 = Temperatur permukaan bagian dalam pipa
t2 = Temperatur permukaan bagian luar pipa
t3 = Temperatur fluida di luar pipa
L = Panjang pipa
r0 = Jari jari bagian dalam pipa
r1 = Jari jari bagian luar pipa

Aliran kalor yang terjadi dari fluida ke permukaan bagian dalam pipa adalah

...(15)
Aliran kalor dari permukaan bagian dalam ke permukaan bagian luar adalah

(16)
Aliran kalor dari permukaan bagian luar ke fluida di sekeliling pipa adalah
(17)
Jika ketiga persamaan diatas dijumlahkan pada arah temperatur maka akan menjadi :
(18)
Karena qA = qB = qC = q , maka :

(19)
Dimana A0 adalah luas permukaan penerima kalor bagian dalam pipa dan A1 adalah luas
permukaan penerima kalor permukaan luar pipa, sehingga koefisien perpindahan kalor
menyeluruh untuk pipa dapat ditulis sebagai berikut :

(20)
Besaran Ai dan Ao merupakan luas permukaan dalam dan luar tabung dalam. Koefisien
perpindahan kalor menyeluruh dapat didasarkan atas bidang dalam atau luar tabung, sehingga :

(21)
Pada exchanger yang telah dipakai lama seringkali terdapat endapan-endapan MgSO4 atau
CaSO4, yang dapat mempengaruhi persamaan U menjadi :
1
U older pipe
1 r i ln ro / rp r i ln rp / ri r
i Rf
hi k insul k pipe ro ho
(22)
Rf merupakan resistansi yang terkotori, Rf = 1/Uold 1/Unew (Rf = 1/f Af h)

Resistensi Termal (R Value)

Properti fisik yang paling penting untuk dipertimbangkan saat memilih bahan isolasi
adalah sifat tahan panasnya, yaitu kemampuannya untuk menahan perpindahan panas dari satu
sisi dari dirinya sendiri ke sisi yang lain. Tahanan termal dinyatakan sebagai R-value, yaitu rasio
suhu di seluruh materi dan perpindahan panas melaluinya (Gillespie). Insulasi dinilai
berdasarkan resisitansi termalnya atau disebut sebagai nilai R, yang menandakan resistansi
terhadap aliran panas juga nilai kebalikan dari konduktivitas termal, yang dapat didefinisikan
sebagai :
T
R=
q/ A (23)

Satuan nilai R adalah oC.m2/W atau oF.ft2.h/Btu (menggunakan aliran kalor per satuan
luas). Semakin tinggi R-value suatu bahan, semakin baik sifat isolasinya terhadap perpindahan
panas. Nilai R bergantung pada jenis material, ketebalannya, dan densitas. Dalam menghitung
nilai R dari isolator multi-lapisan, maka nilai R dari isolator individual dijumlahkan sesuai
dengan banyaknya insulasi.
Karakteristik yang harus dimiliki suatu bahan/material jika akan dimanfaatkan sebagai
isolator adalah :
a)Memiliki nilai konduktivitas termal yang rendah
b)Tidak mudah lembab
c)Memiliki ketebalan dan luas penampang yang besar
d)Memiliki nilai emisivitas yang tinggi
e)Memiliki resistensi termal tinggi

Tebal Kritis
Aliran kalor menyeluruh sebagai hasil gabungan proses konduksi dan konveksi bisa
dinyatakan dengan koefisien perpindahan kalor menyeluruh U. Untuk menentukan nilai
koefisien perpindahan kalor menyeluruh ini, bentuk geometri benda diperhitungkan. Tebal kritis
isolasi dapat diamati pada fenomena gambar di bawah ini.

Gambar 4. Tebal Kritis Isolasi


(Sumber: Holman, J.P (1986). Heat Transfer, 10th ed)
Berdasarkan gambar tersebut, suhu dinding dalam isolasi ditetapkan pada T i sedang
permukaan luarnya terkena lingkungan konveksi pada T. Dari jaringan termal, perpindahan
yang terjadi :
2 L(T iT )
q=

[ ]
r0
ln ( ) (24)
r1 1
+
k r0 h

Untuk menentukan jari-jari luar isolasi (r0) maka kita meninjau kondisi maksimum :
1 1
dq
=0=
2 L ( T iT )
(
k r 0 h r 20 )
d r0 2

( )
r
()
ln 0
r1
+
1
(25)

k r0 h

Untuk jari-jari luar yang lebih kecil daripada persamaan tersebut, pertambahan tebal isolasi akan
mengurangi perpindahan kalor. Persamaan yang menjelaskan konsep tebal kritis isolasi adalah

(26)
Jika jari-jari luar kurang dari nilai yang diberikan oleh persamaan tersebut, maka
perpindahan kalor meningkat dengan penambahan tebal isolasi. Sedangkan, jika jari-jari luar
lebih dari nilai persamaan tersebut, maka pertambahan tebal isolasi akan mengurangi
perpindahan-kalor.
Lapisan isolasi yang dipasang pada pipa seperti pada gambar di bawah ini juga memiliki
persamaan-persamaan yang sama untuk mementukan tebal kritis isolasi juga berlaku pada
fenomana ini.

Gambar 5. Isolasi pada Pipa


(Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-
2Xh0Ur4OiNc/TazFE8McsHI/AAAAAAAAANM/wV4hgZm_EVM/s1600/Pic+3.JPG)

Temperatur permukaan bagian dalam isolasi t1, sedangkan temperatur permukaan luar
isolasi t2 dan temperatur fluida luar adalah t3. Persamaan untuk aliran kalor pada isolasi adalah :

(28)
Sekarang kita olah persamaan ini untuk menentukan jari jari permukaan luar isolasi r3 agar
perpindahan kalor maksimum. Kondisi maksimum adalah :
(29)
Yang menghasilkan

(30)

Persamaan 30. adalah persamaan untuk jari jari kritis isolasi. Jika jari jari luar kurang dari
nilai yang diberikan oleh persamaan ini maka perpindahan kalor akan meningkat dengan
penambahan tebal isolasi. Untuk jari jari luar yang lebih dari nilai persamaan ini, pertambahan
tebal isolasi akan mengurangi perpindahan kalor yang terjadi. Konsep intinya adalah bahwa
untuk nilai h yang cukup kecil, rugi kalor konveksi mungkin meningkat karena penambahan
tebal isolasi.

III Daftar Pustaka


Holman,J.P. 1988. Perpindahan Kalor Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Retno, Ayu. Perpindahan Panas (Heat Transfer). [ONLINE] Available at
https://www.academia.edu/4783694/PERPINDAHAN_PANAS_HEAT_TRANSFER_
(diakses pada 28 Februari 2017)
Buchori, Luqman. Perpindahan Panas (Heat Transfer). [ONLINE] Available at
http://www.tekim.undip.ac.id/images/download/PERPINDAHAN_PANAS.pdf (diakses
pada 28 Februari 2017)
Anonim. 2011.
http://coolcosmos.ipac.caltech.edu/cosmic_classroom/light_lessons/thermal/transfer.html
(diakses 28 Februari 2017)
Anonim. 2011.
http://www.bbc.co.uk/schools/gcsebitesize/science/aqa_pre_2011/energy/heatrev1.shtml#
top (diakses 28 Februari 2017)
Cengel, Y. 2006. Heat Transfer 2nd Edition. USA: Mc Graw-Hill

Anda mungkin juga menyukai