Bagaimana Hipotesa anda pada judul penelitian ini?
Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa semakin tinggi rasio cairan
pemasak (AA Charge) pada proses pembuatan pulp dari kayu sungkai (Peronema Canescens) terhadap kualitas pulp yang dihasilkan akan semakin baik dan begitupun sebaliknya. Pada penelitian ini dilakukannya variasi dari pengguna kaan rasio cairan pemasak (AA Charge). Cairan pemasak ini terdiri dari white liquor dan air. Kandungan yang terdapat dalam white liquor adalah NaOH dan Na2S. NaOH berfungsi untuk mendegradasi dan melarutkan lignin sehingga mudah untuk dipisahkan dari selulosa. Sedangkan Na2S yang menghasilkan ion hidrosulfida berfungsi untuk mempercepat proses delignifikasi dan mengdegradasi lignin, namun juga melindungi karbohidrat dari degradasi sehingga dihasilkan rendemen yang tinggi dan kekuatan fisik yang baik. Pada proses pembuatan pulp dari kayu sungkai ini menggunakan range AA charge, yaitu 14%, 16%, 18%, 20% dan 22%. Jumlah pemakaian white liquor akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya AA charge, namun berbanding terbalik dengan pemakaian air yang semakin menurun dengan meningkatnya AA charge. Dimana pada grafik terlihat bahwa peningkatan rasio cairan pemasak akan mempengaruhi rendemen pulp, semakin tinggi rasio cairan pemasak maka semakin sedikit rendemen pulp yang dihasilkan. Dari grafik diatas dapat dilihat semakin tinggi penggunaan rasio pemasakan (AA Charge) maka bilangan kappa yang dihasilkan semakin kecil, begitupun sebaliknya semakin rendah penggunaan rasio pemasakan (AA Charge) maka bilangan kappa yang dihasilkan semakin besar. Bilangan kappa tinggi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: kayu yang dimasak belum masak sehingga masih banyat serat yang belum terurai. Pengukuran kappa number pada proses pembuatan pulp merupakan kunci sukses dalam mengoptimumkan proses pembuatan pulp. tingginya rasio cairan pemasak maka akan menghasilkan brightness (kecerahan) pulp yang lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan semakin banyak bahan kimia yang digunakan merupakan faktor penting karena jika jumlah pemakaian terlalu tinggi akan tejadi oksidasi tidak hanya terjadi terhadap lignin, tetapi juga terhadap selulosa yang dapat mengurangi sifat-sifat kekuatan pulp, sebab terjadinya degradasi selulosa yang membuat rantai selulosa menjadi lebih pendek. Sehingga, nilai brightness berbanding terbalik dengan kappa number atau viskositas. Semakin rendah nilai kappa number dan viskositas, maka akan diikuti dengan tingkat kecerahan yang meningkat. Rendemen yang dihasilkan dari semua variabel rasio cairan pemasak dari kayu sungkai ini dikatakan baik yaitu pada range 16% dan 18% dimana rendemen yang dihasilkan berada dalam range yang diharapkan seperti halnya rendemen yang dihasilkan oleh Acacia Mangium di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper, yaitu sebesar 40%-55% dengan reject <1%. Dalam range normal, kappa number diharapkan <20%, seperti di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper mempunyai range standar kappa number untuk Acacia Mangium sebesar 12% -18%. Berdasarkan grafik pada gambar 4, terlihat nilai kappa number semakin menurun seiring dengan meningkatnya rasio cairan pemasak. Hal tersebut disebabkan karena degradasi lignin yang semakin besar dengan semakin banyaknya cairan pemasak yang digunakan. Pada rasio cairan pemasak 14% - 18% menghasilkan nilai kappa number yang cukup tinggi yaitu >20% sehingga rasio cairan pemasak 14% -18% tidak menghasilkan pulp yang baik karena pulp dengan bilangan kappa >20% tidak layak untuk diputihkan karena akan membutuhkan bahan kimia pemutih yang banyak pada proses pemutihan (bleaching) sedangan rasio cairan pemasak 20% dan 22% dapat menghasilkan pulp yang baik dengan bilangan kappa <20%. Bersadarkan standar yang ditetapkan di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper dengan standar brightness pulp untuk Acacia Mangium sebesar 20-40% ISO. Nilai Brightness (kecerahan) tertinggi yaitu 33,66% pada rasio cairan pemasak 22%. Hal tersebut disebabkan penambahan cairan pemasak yang lebih banyak dibandingkan yang lain sehingga menghasilkan tingkat kecerahan lenih tinggi.