Dalam heat exchanger dengan arah aliran parallel, fluida panas dan
fluida dingin mengalir dengan arah yang sama. Apabila dilihat profil
temperaturnya, ada dua kerugian menggunakan heat exchanger dengan
aliran parallel. Pertama, terdapat perbedaan temperatur yang besar di
akhir yang menyebabkan stress termal yang besar. Ekspansi dan kontraksi
material konstruksi yang berlawanan dikarenakan perbedaan temperatur
fluida dapat menyebabkan kegagalan material. Kedua, temperatur fluida
dingin yang keluar tidak pernah mencapai temperatur fluida panas paling
rendah. Kerugian ini akan terlihat jika tujuannya adalah menaikkan
temperatur fluida dingin. Arah aliran parallel akan menguntungan saat
kedua fluida dibutuhkan memiliki temperature yang hampir sama dengan
laju perpindahan kalor yang cepat. Hal tersebut dikarenakan perbedaan
temperatur yang besar menyebabkan perpindahan kalor yang besar
sebelum mencapai kondisi kesetimbangan termal.
2. Counterflow
3. Cross-flow
Dalam heat exchanger dengan arah aliran silang, satu fluida
mengalir secara tegak lurus terhadap fluida lain atau satu fluida mengalir
melalui pipa dan fluida lain melewati pipa pada sudut 90 o. Fluida yang
digunakan adalah gas. Salah satu keuntungan dari heat exchanger dengan
aliran silang adalah mudah diproduksi dan biayanya rendah. Kerugian dari
aliran silang adalah efisiensinya yang lebih kecil dibandingkan aliran
berlawanan (counterflow) tetapi lebih besar dari aliran paralel. Untuk
meningkatkan efisiensi, diperlukan dua atau lebih heat exchanger aliran
silang yang disusun secara seri.
Soal 7
Faktor yang mempengaruhi kinerja heat exchanger (optimasi heat exchanger) :
1. Perbedaan temperatur
Perbedaan temperatur adalah penyebab terjadinya perpindahan kalor.
Semakin besar perbedaan temperatur antara kedua fluida yang
digunakan, maka semakin besar laju perpindahan kalornya. Hal ini
dikarenakan laju perpindahan kalor sebanding dengan perbedaan
temperatur.
Gambar. Double Pipe Heat Exchanger: (a) skema (b) resistansi termal (Holman, 2010)
ro
ri
A i ln
1
+
hi
1
U i=
ro
ri
A i ln
Ao 1
+
A i hi
1
U o=
5. Luas permukaan
Laju perpindahan kalor sebanding dengan luas permukaan. Semakin besar
luas permukaan terjadinya kontak termal, maka akan semakin tinggi laju
perpindahan kalornya. Akan tetapi, penambahan luas permukaan dapat
menyebabkan penambahan biaya pembuatan heat exchanger.
6. Tipe Aliran
Seperti yang telah dijelaskan pada soal nomor 6, bahwa setiap tipe aliran
fluida dalam heat exchanger memiliki kelebihan dan kerugian masing-
masing. Fluida dengan tipe aliran paralel cocok jika diperlukan laju
perpindahan kalor yang cepat dan kedua fluida mempunyai temperatur
yang hampir sama. Fluida dengan tipe aliran berlawanan mempunyai
efisiensi yang paling tinggi dan fluida dengan tipe ini dapat mencapai
temperatur lebih tinggi dibandingkan fluida aliran parallel. Fluida dengan
tipe aliran silang cocok untuk fluida berbentuk gas dengan efisiensi yang
cukup tinggi.
7. Faktor Fouling
Setelah beberapa saat penggunaan heat exchanger, permukaan
perpindahan panas dalam heat exchanger dapat dilapisi dengan berbagai
endapan dalam aliran dan karat akibat interaksi antara fluida dan material
heat exchanger. Lapisan ini akan menambah resistansi dari aliran kalor
sehingga kemampuan heat exchanger akan berkurang. Resistansi ini
disebut faktor fouling atau resistansi fouling Rf yang mempengaruhi
nilai koefisien perpindahan kalor total U. Faktor fouling didapatkan dari
eksperimen dengan menentukan nilai U untuk kondisi heat exchanger
bersih dan kotor. Faktor fouling didefinisikan sebagai
1 1
Rf =
U dirty U clean