Anda di halaman 1dari 5

Soal 6

Arah aliran dalam Heat Exchanger :


1. Parallel-flow

GambarHeat exchanger dengan aliran paralel (cocurrent) beserta profil


temperaturnya (Sumber : quora.com)

Dalam heat exchanger dengan arah aliran parallel, fluida panas dan
fluida dingin mengalir dengan arah yang sama. Apabila dilihat profil
temperaturnya, ada dua kerugian menggunakan heat exchanger dengan
aliran parallel. Pertama, terdapat perbedaan temperatur yang besar di
akhir yang menyebabkan stress termal yang besar. Ekspansi dan kontraksi
material konstruksi yang berlawanan dikarenakan perbedaan temperatur
fluida dapat menyebabkan kegagalan material. Kedua, temperatur fluida
dingin yang keluar tidak pernah mencapai temperatur fluida panas paling
rendah. Kerugian ini akan terlihat jika tujuannya adalah menaikkan
temperatur fluida dingin. Arah aliran parallel akan menguntungan saat
kedua fluida dibutuhkan memiliki temperature yang hampir sama dengan
laju perpindahan kalor yang cepat. Hal tersebut dikarenakan perbedaan
temperatur yang besar menyebabkan perpindahan kalor yang besar
sebelum mencapai kondisi kesetimbangan termal.

2. Counterflow

GambarHeat exchanger dengan aliran berlawanan beserta profil


temperaturnya (Sumber : quora.com)
Dalam heat exchanger dengan counterflow, fluida panas dan dingin
mengalir dengan arah yang berlawanan. Arah aliran ini memiliki beberapa
keuntungan. Pertama, semakin seragam perbedaan temperatur antara
dua fluida akan meminimalkan stres termal sepanjang heat exchanger.
Kedua, temperatur fluida dingin yang keluar dapat mencapai temperatur
fluida panas tertinggi (temperature saat masuk). Ketiga, semakin seragam
perbedaan temperatur akan menghasilkan laju perpindahan kalor yang
seragam sepanjang heat exchanger. Oleh karena itu, heat exchanger
dengan arah aliran berlawanan adalah heat exchanger yang paling efisien
ketika dibandingkan nilai laju perpindahan kalor per satuan luas
permukaan.

3. Cross-flow
Dalam heat exchanger dengan arah aliran silang, satu fluida
mengalir secara tegak lurus terhadap fluida lain atau satu fluida mengalir
melalui pipa dan fluida lain melewati pipa pada sudut 90 o. Fluida yang
digunakan adalah gas. Salah satu keuntungan dari heat exchanger dengan
aliran silang adalah mudah diproduksi dan biayanya rendah. Kerugian dari
aliran silang adalah efisiensinya yang lebih kecil dibandingkan aliran
berlawanan (counterflow) tetapi lebih besar dari aliran paralel. Untuk
meningkatkan efisiensi, diperlukan dua atau lebih heat exchanger aliran
silang yang disusun secara seri.
Soal 7
Faktor yang mempengaruhi kinerja heat exchanger (optimasi heat exchanger) :
1. Perbedaan temperatur
Perbedaan temperatur adalah penyebab terjadinya perpindahan kalor.
Semakin besar perbedaan temperatur antara kedua fluida yang
digunakan, maka semakin besar laju perpindahan kalornya. Hal ini
dikarenakan laju perpindahan kalor sebanding dengan perbedaan
temperatur.

2. Koefisien perpindahan kalor total

Gambar. Double Pipe Heat Exchanger: (a) skema (b) resistansi termal (Holman, 2010)

Laju perpindahan kalor untuk gambar di atas adalah


ro

ri




ln
1
+
hi A i
T T B
q= A

dimana subskrip i menunjukkan inside dan o menunjukkan outside.


Koefisien perpindahan kalor totalnya dapat dirumuskan sebagai

ro

ri




A i ln
1
+
hi
1
U i=

ro

ri




A i ln
Ao 1
+
A i hi
1
U o=

Dari persamaan laju perpindahan kalor, didapatkan suatu kesimpulan


bahwa peningkatan koefisien perpindahan total akan meningkatkan laju
perpindahan kalor. Nilai koefisien perpindahan kalor total dipengaruhi oleh
beberapa besaran lain, seperti luas permukaan, konduktivitas termal, jari-
jari, panjang dan koefisien perpindahan kalor konveksi.
3. Laju alir fluida
Laju alir fluida akan mempengaruhi pressure drop pada Heat Exchanger
sehingga nilai bilangan Reynolds dan Nusselt dapat berubah. Perubahan
bilangan Reynolds dan Nusselt akan mempengaruhi nilai koefisien
perpindahan kalor konveksi. Semakin cepat laju alir fluida, maka semakin
besar nilai koefisien perpindahan kalor konveksi sehingga laju
perpindahan kalornya meningkat.

4. Material heat exchanger


Sifat material penyusun Heat Exchanger sangat mempengaruhi laju
perpindahan kalor. Material dengan konduktivitas termal yang besar
memiliki laju perpindahan kalor yang besar juga sehingga cocok
digunakan sebagai penyusun Heat Exchanger.

5. Luas permukaan
Laju perpindahan kalor sebanding dengan luas permukaan. Semakin besar
luas permukaan terjadinya kontak termal, maka akan semakin tinggi laju
perpindahan kalornya. Akan tetapi, penambahan luas permukaan dapat
menyebabkan penambahan biaya pembuatan heat exchanger.

6. Tipe Aliran
Seperti yang telah dijelaskan pada soal nomor 6, bahwa setiap tipe aliran
fluida dalam heat exchanger memiliki kelebihan dan kerugian masing-
masing. Fluida dengan tipe aliran paralel cocok jika diperlukan laju
perpindahan kalor yang cepat dan kedua fluida mempunyai temperatur
yang hampir sama. Fluida dengan tipe aliran berlawanan mempunyai
efisiensi yang paling tinggi dan fluida dengan tipe ini dapat mencapai
temperatur lebih tinggi dibandingkan fluida aliran parallel. Fluida dengan
tipe aliran silang cocok untuk fluida berbentuk gas dengan efisiensi yang
cukup tinggi.

7. Faktor Fouling
Setelah beberapa saat penggunaan heat exchanger, permukaan
perpindahan panas dalam heat exchanger dapat dilapisi dengan berbagai
endapan dalam aliran dan karat akibat interaksi antara fluida dan material
heat exchanger. Lapisan ini akan menambah resistansi dari aliran kalor
sehingga kemampuan heat exchanger akan berkurang. Resistansi ini
disebut faktor fouling atau resistansi fouling Rf yang mempengaruhi
nilai koefisien perpindahan kalor total U. Faktor fouling didapatkan dari
eksperimen dengan menentukan nilai U untuk kondisi heat exchanger
bersih dan kotor. Faktor fouling didefinisikan sebagai
1 1
Rf =
U dirty U clean

Langkah-langkah optimasi kinerja Heat Exchanger :


1. Meningkatkan perbedaan temperatur antara kedua fluida yang digunakan
2. Meningkatkan nilai koefisien perpindahan total dengan memperhatikan
nilai resistansi yang muncul pada Heat Exchanger.
3. Meningkatkan laju alir fluida
4. Menggunakan material penyusun heat exchanger yang memiliki
konduktivitas tinggi.
5. Memperluas permukaan terjadinya kontak termal
6. Menentukan tipe aliran fluida dalam heat exchanger sesuai dengan
kebutuhan dan nilai efisiensinya.

Anda mungkin juga menyukai