RUMAH SAKIT
GRS
KATA PENGANTAR
Melihat dari tipe dasar bangunan, terdapat dua tantangan terbesar dalam industri desain arsitektur
yang pertama adalah bandara dan yang kedua adalah rumah sakit. Dua tipe bangunan tersebut
menjadi tantangan besar bagi seorang arsitek dan timnya untuk menyelesaikan sebuah rancangan
yang dapat bekerja dengan baik dan benar karena bukan hanya unsur estetika, komposisi,
pertimbangan keuntungan dan kerugian materi dari sebuah fungsi namun keberhasilan organisasi
ruang dan keselamatan banyak manusia menjadi faktor utama penentu sebuah rancangan rumah sakit
yang baik.
Fisik Rumah Sakit merupakan satu hal yang sangat penting bagi sebuah rumah sakit. Bidang fisik
termasuk bangunan dan performansi ruang, tata lansekap, dan infrastruktur pendukung mulai didekati
dengan indikator kenyamanan, keindahan, serta keberhasilan pada lingkungan yang kesemuanya
membangun citra layanan kesehatan dikelasnya. Bangunan yang indah, fungsional, efisien dan bersih
memberikan kesan yang positif bagi seluruh pengguna rumah sakit.
Pada dasarnya, fisik rumah sakit juga berhubungan langsung dengan kualitas layanan medik. Indikator
keberhasilan bangunan rumah sakit dapat dilihat dari kenyamanan dalam pemanfaatanya sehingga
memberikan sumbangan pada proses penyembuhan pasien dan produktivitas pelaku, prosedur-
prosedur layanan medik dapat terlaksana dengan efektif dan efisien, terjaga dengan mudah
kebersihanya.
Tuntutan terhadap kinerja dan layanan kesehatan rumah sakit pada saat ini semakin tinggi. Kita tahu
bahwa kehidupan dapat bermula dirumah sakit dan begitupun dengan akhir, yang umumnya
dilewatkan dirumah sakit pula. Dalam perkembangan layanannya, rumah sakit berhubungan dengan
konsumen yang memelukan layanan kesehatan dan tidak hanya diperuntukan bagi pasien yang sakit.
Fenomena yang telah dijabarkan diatas menjadi dasar pertimbangan penyusunan buku Arsitektur
Rumah Sakit. Buku ini diharapkan mampu menjadi referensi tentang perencanaan, perancangan dan
pengelolaan fasilitas fisik rumah sakit yang dapat berguna bagi akademis, mahasiswa, penyedia jasa
Pokok bahasan yang akan ditemukan dalam buku ini adalah berbagai hal yang terkait dengan
pedoman dan guidelines perencanaan rumah sakit, perancangan fasilitas, infastruktur bangunan
rumah sakit serta strategi pengelolaan dan manajemen fisik perencanaan rumah sakit serta isu-isu
kontemporer perencanaan dan perancangan fasilitas fisik rumah sakit.
I
Akhir kata buku ini berhasil disusun tidak lepas dari bantuan bernbagai pihak yang menyumbangkan
masukannya baik berupa saran maupun kritikan, dalam forum formal maupun informal. Semoga apa
yang ada di dalam buku ini bermanfaat dan memberikan stimulasi yang positif bagi pembaca dimasa
yang akan datang.
Selamat Membaca!
DAFTAR PUSTAKA
BAGIAN 1 I BAB 1
PENGANTAR DAN TINJAUAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT:
14 PRINSIP DASAR
PERENCANAAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
Dalam merencanakan komponen-komponen fisik rumah sakit yang meliputi perencanaan lahan,
bangunan dan infrastruktur, terdapat 14 prinsip dasar yang perlu diperhatikan dan dikembangkan
lebih lanjut untuk menjadi arahan dasar dalam merencanakan rumah sakit sebagai suatu aset
properti.
Sering terjadi beberapa kasus kegagalan disebabkan karena pengembangan lahan dan bangunan
yang tidak didasarkan atas studi kelayakan serta perencanaan bisnis yang matang pada tahap awal
perencanaan. Akibat yang ditimbulkan dari kurang matangnya tahap perencanaan antara lain adalah
01
lahan tidak sesuai, bangunan terbengkalai, serta ketidaksesuaian antara aktivitas dengan wadahnya.
Melihat kecenderungan diatas pada akhirnya setiap organisasi baik profit maupun non profit mulai
mempertimbangkan pengelolaan dengan prinsip bisnis yang baik dan benar sehingga tercipta sebuah
bangunan yang mandiri dalam operasional, perawatan, proses tumbuh dan berkembang. Oleh karena
itu sebuah rumah sakit perlu dikembangkan berdasarkan rencana bisnis. Suatu perencanaan yang
dimulai dari perencanaan aktivitas, sumberdaya manusia, perlengkapan fasilitas, akan membawa
implikasi pada lahan, bangunan dan infrastruktur.
Proses pengelolaan aset pada dasarnya akan sangat dipengaruhi oleh proses perencanaan kegiatan.
Dengan kata lain, proses perencanaan strategis akan sangat mempengaruhi perencanaan masterplan
keseluruhan aset (serta masterplan masing-masing unit dan perencanaan fasilitas dalam masing-
masing unit). Meski demikian, dapat dikatakan bahwa proses perencanaan aset akan mengikuti
proses sebagaimana berikut:
Identifikasi aset eksisting (lahan, bangunan, dan infrastruktur)
Penentuan visi bagi keseluruhan dan masing-masing asset
Perumusan strategi yang harus dilakukan pada keseluruhan dan masing-masing aset.
2. Rencanakan Rumah Sakit secara Organis, Berkembang dan Bertahap
Setiap rumah sakit pasti akan berkembang dalam proses daur fungsi bangunannya. Dimulai dari tahap
embrional, perkembangan awal, perkembangan lanjut, kematangan, dan dapat berlanjut ke penurunan
performansi fisik dan fungsi jika tidak segera ditindak-lanjuti dengan tepat. Dalam hal ini, rumah sakit
perlu direncanakan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sebagai contoh pada suatu waktu
tertentu yang diperlukan dalam proses perkembangan rumah sakit adalah proses pengembangan
lahan, kemudian di waktu yang lain diperlukan adalah pembangunan atau peningkatan fisik bangunan.
Pada waktu tertentu lainnya, yang dibutuhkan adalah konsolidasi aset-aset.
Dalam proses memanfaatkan sumberdaya lahan pun, kita perlu mempertimbangkan pentahapan
perkembangan rumah sakit. Ada beberapa kemungkinan perkembangan rumah sakit yang dapat kita
pilih sesuai dengan kondisi yang ada seperti perkembangan secara horisontal, interstisial, ataupun
vertikal. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah masterplan yang baik, yang memberi kesempatan pada
bagian-bagian tertentu untuk berkembang secara bertahap.
Efisiensi dan efektivitas adalah dua parameter mutakhir yang selayaknya menjadi isu utama
perencanaan Rumah Sakit. Dibutuhkan harmonisasi dalam mengkomposisikan kebutuhan akan
kelengkapan fasilitas fisik, ketersediaan lahan, keterbatasan anggaran, juga isu sosial yang
berkembang, maupun isu krusial lainnya.
Rule of thumb untuk pengembangan rumah sakit adalah sekitar 50m2 untuk tiap bed. Dengan adanya
arahan dasar ini, dapat diperkirakan luasan, kebutuhan dan kompleksitas yang berbeda-beda antar
rumah sakit, sebagai contoh 70 bed x 50m2. Memulai dari sebuah rumah sakit yang kecil namun
memiliki efisiensi, efektivitas serta kompak yang tinggi sehingga dapat beroperasi dengan baik akan
jauh lebih baik dalam proses perkembangan usaha.
Pemanfaatan Lahan secara Optimal pada MasterPlan Fisik RSAB Muslimat Jombang dan RSAB Muslimat NU Ponorogo
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
Istilah 'rumah sakit' mungkin memang kurang tepat, karena bukan menyiratkan harapan (isi gelas
masih setengah) melainkan justru menyiratkan masalah (isi gelas tinggal setengah). Hal ini tentu saja
harus dirubah dengan mengarahkan pada sifat penuh harapan sehat dan optimisme serta kecerahan,
mengingat berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa sugesti diri dan optimisme akan 03
meningkatkan angka kesembuhan secara mencolok.
Arsitektur rumah sakit diharapkan mampu mengubah image masyarakat tentang rumah sakit. Dimulai
dari penggunaan warna dan cahaya yang suram yang semestinya digantikan dengan pemanfaatan
warna dan cahaya yang lebih cerah (meski tetap bersifat kalem/tenang). Meningkat pada penataan
eksterior dan interior yang semata-mata menekankan pada fungsi, dan selayaknya mulai diolah
menjadi fungsi dan fiksi (atrau bahkan fungsi dan puisi). Lebih lanjut dapat ditingkatkan pada citra
keseluruhan rumah sakit yang harus berubah dari penjara ke resort : pasien bukanlah pesakitan
melainkan customer yang terhormat, sementara pemberi layanan kesehatan bukanlah sipir melainkan
customer partner menuju sehat.
Rumah sakit semestinya direncanakan dengan pengelompokan ruang (kerap juga disebut
pemintakatan atau zoning) yang tepat. Pengelompokan ruang yang tepat akan mendukung efektivitas
dan efisiensi kegiatan yang berlangsung di dalamnya dan antar ruang.
Pengelompokan yang tepat juga akan memberi kedekatan ruang-ruang yang saling membutuhkan
kedekatan, dan memisahkan ruang-ruang yang membutuhkan pemisahan.
Zona Luar adalah zona yang harus dengan mudah diakses oleh masyarakat luas, seperti: layanan
gawat darurat, layanan rawat jalan, serta layanan administratif untuk umum. Zona Kedua adalah
zona yang menerima beban kerja dari zona terluar tadi, meliputi laboratorium, farmasi, dan radiologi.
Zona Dalam adalah zona yang menyediakan layanan rawat inap dan layanan lain bagi pasien. Zona
Terdalam adalah zona yang membutuhkan tingkat kesterilan tertentu dalam memberikan layanan,
seperti misalnya layanan bedah, melahirkan, serta rawat intensif. Terakhir adalah Zona Layanan,
yang memberikan layanan pada kegiatan rumah sakit, seperti misalnya dapur, laundry, IPSRS, pool
kendaraan, dan kamar jenazah.
04
Sistem sirkulasi pada dasarnya terbagi dalam sirkulasi eksternal dan sirkulasi internal. Sirkulasi
eksternal akan didominasi oleh sirkulasi kendaraan bermotor dalam mengakses rumah sakit. Perlu
ada pembedaan antara akses utama rumah sakit bagi pengunjung, akses gawat darurat yang harus
dapat dicapai dengan mudah dan tidak terganggu akses yang lain, serta akses layanan dan karyawan.
Demikian juga parkir perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga secara kualitatif dan kuantitatif
memenuhi persyaratan yang ada. Pada umumnya diperlukan 1 parkir mobil bagi tiap 4 bed rawat inap
dalam sebuah rumah sakit .
Sirkulasi internal akan terbagi antara sirkulasi umum dan pengunjung serta sirkulasi pasien dan
layanan medik. Ada beberapa area yang sirkulasi pasien dan layanan medik perlu dipisahkan secara
sempurna dengan sirkulasi umum. Demikian juga pada bangunan bertingkat, adanya pemisahan
elevator yang digunakan oleh pasien berbeda dengan yang digunakan pengunjung umum.Pemisahan
sirkulasi pun terjadi pada sirkulasi pasien dan clean utilities (utilitas bersih) dibedakan dengan alur dirty
utilities (utilitas kotor).
7. Rencanakan Rumah Sakit yang Hemat Energi dan Nyaman Thermal
Penghematan energi yang paling sederhana namun dapat berdampak sangat besar dapat dilakukan
dengan perencanaan sistem penghawaan. Penghematan ini dilakukan dengan cara beberapa
ruangan penentuan dari awal tentang beberapa bagian dari rumah sakit direncanakan dengan sistem
pengkondisian udara dengan menggunakan AC dan bagian-bagian lain dari rumah sakit direncanakan
dengan menggunakan ventilasi alami dan tidak menggunakan AC. Bagian rumah sakit yang
direncanakan dengan menggunakan AC akan lebih efisien jika memiliki volume ruang yang lebih kecil
dengan jarak lantai dan langit-langit yang tidak terlalu tinggi. Sementara kenyamanan termal yang
lebih baik akan dimiliki bangunan berventilasi alami yang memungkinkan ventilasi silang dan dengan
volume ruang yang lebih besar dengan jarak lantai dan langit-langit yang lebih tinggi.
Perletakan dan orientasi dari massa bangunan pun sangat mempengaruhi penghematan energi dan
kenyamanan thermal. Untuk mengurangi panas matahari di Indonesia, bangunan diorientasikan
membujur timur barat, bagian transparan atau bukaan diarahkan menghadap selatan dan utara
sehingga lebih menghemat energi pendinginan. Pada kondisi tertentu i kadang tidak dimungkinkan
untuk meletakan massa bangunan pada kondisi ideal diatas namun hal-hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan sunshading serta penggunaan material yang tepat (transparan atau bukaan seperti kaca
dan jendela pada bagian yang tidak terpanaskan dan pasangan masif pada bagian yang terpanaskan).
Selain keamanan dari pengguna yang selalu diperhatikan oleh pengelola fasilitas kesehatan, masalah
keamanan dari keadaan-keadaan darurat yang tidak diharapkan menjadi hal yang patut diperhatikan.
Contoh yang paling mudah adalah melihat rumah sakit dari sisi keamanan terhadap bahaya
kebakaran. Hal ini mencakup tiga hal, yaitu keamanan dari bahaya kebakaran, kemudahan
memadamkan api, serta kemudahan menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran. Dari hal pertama,
perlu direncanakan perletakan sumber api yang dijauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar
(combustible).
Penyelamatan diri dari bahaya kebakaran meliputi tangga darurat pada jarak-jarak tertentu, dengan
persayaratan dan kemudahan aksesnya. Ramp juga merupakan sarana wajib, mengingat pada waktu
kebakaran listrik akan mati. Ramp sebaiknya dirancang dengan memperhatikan lebar, kesejajaran
(alignment), serta kemiringan yang memadai. Bukaan ke luar dari tangga-tangga darurat maupun dari
akses-akses ke ground floor perlu dilengkapi dengan pintu-pintu yang membuka ke luar (bukan ke
dalam) dengan lebar total bukaan disesuaikan dengan jumlah jiwa yang ada dalam bangunan.
Selanjutnya perlu didukung dengan hal yang kedua, yaitu tersedianya pemadam kebakaran dengan
berbagai sistem, mulai dari hidrant hingga pemadam portable yang dapat menjangkau seluruh bagian
rumah sakit. Akses mobil pemadam kebakaran meruapakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan,
terutama di bagian perifer lahan rumah sakit, karena hidrant kerap tidak selalu dapat diharapkan dalam
beberapa kasus darurat.
Tata lansekap dalam suatu rumah sakit merupakan satu komponen vital yang perlu direncanakan
dengan seksama. Komponen tata lansekap antara lain meliputi ruang terbuka hijau, pohon peneduh,
pohon pengarah, penutup tanah, serta furnitur lansekap (lampu, bangku, ataupun signage).
Ruang terbuka hijau selayaknya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam perletakan massa-
massa bangunan rumah sakit. Untuk bangunan berlantai banyak, ruang terbuka setidaknya memiliki
jarak 10 m antar bangunan untuk dinding dengan dinding, 15 m untuk jendela dengan dinding, serta 20
m untuk jendela dengan jendela, agar privasi pasien tetap terjamin. Adanya pohon-pohon peneduh dan
pengarah bisa membantu privasi pasien, dan juga memberikan suasana hijau yang nyaman dan
membuat suasana penyembuhan lebih baik. Furnitur lansekap juga harus direncanakan, sehingga
lampu yang ada tidak menyilaukan, serta signage (penanda) yang direncanakan dapat tertata teratur
dan memudahkan wayfinding.
06
10. Rencanakan Rumah Sakit yang Mudah dan Murah Perawatannya
Aspek pemeliharaan kerap kali kurang diperhatikan dalam perencanaan awal rumah sakit. Padahal
aspek ini merupakan hal yang nantinya akan ditemui terus sepanjang daur hidup fasilitas fisik rumah
sakit. Tata lansekap yang tidak menyulitkan perawatan, kulit bangunan yang tidak menyulitkan
pembersihan, serta sistem infrastruktur yang mudah dipantau dan dirawat, adalah beberapa prinsip
dalam pemeliharaan.
Penggunaan bahan bangunan juga sangat perlu dipertimbangkan, mengingat bahan-bahan tertentu
akan mudah kotor ataupun rusak, sementara bahan-bahan yang lain dapat memiliki kualitas yang
senantiasa terjaga. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai kenyamanan thermal
dan konservasi energi. Hal ini juga berlaku bagi sistem perletakan ruangan, sehingga ruangan yang
memungkinkan dapat memanfaatkan ventilasi dan cahaya alami secara maksimal.
11. Rencanakan Rumah Sakit yang Sesuai Target Konsumen dan Memberi
Fasilitas
Setiap fasilitas publik, termasuk rumah sakit, akan memiliki target pasar tersendiri, sehingga fasilitas-
fasilitas yang dimiliki akan disesuai dengan target pasar yang hendak dilayani tersebut. Survey pasar
memungkinkan dapat mengidentifikasi keinginan konsumen saat ini. Lebih lanjut, rencana strategis
juga akan mengarahkan target konsumen di masa
Dalam kaitan dengan pemasaran, hal ini terkait dengan korelasi antara tema dengan positioning.
Dimana terdapat beberapa pertanyaan yang perlu diajukan, seperti misalnya Apa business-line
anda?, Di mana posisi produk anda?, Siapa pasar produk anda?, Apa citra yang diharapkan?,
serta Bagaimana menggubah citra tersebut?. Diharapkan rumah sakit memiliki konsep dan tema
yang kuat, yang mewadahi secara optimal kebutuhan manusia dan aktivitas, kuantitatif dan kualitatif,
maupun secara positif memberi tanggapan terhadap lingkungan, fisik dan non-fisik, sesuai dengan
tujuan dan aspirasi sang perancang dan klien.
Sebuah rumah sakit dengan target konsumen geriatrik, misalnya, perlu mengakomodasi berbagai
keterbatasan mobilitas yang dimilki para lansia tersebut. Sementara rumah sakit (atau bagian rumah
sakit) dengan target konsumen anak akan perlu memberi suasana ceria dan memberikan ruang-ruang
bermain yang membuat anak merasa lebih nyaman. Bagian rumah sakit untuk mereka yang harus
menjalani pengobatan terus-menerus (kemoterapi atau hemodialisis, misalnya) juga perlu diberi citra
yang lebih membuat pasien merasa at home dan bukannya menjadi preparat.
Beberapa kutipan berikut adalah aspek-aspek kebutuhan dan perilaku yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan setting makro, meso, hingga mikro dalam sebuah rumah sakit. Pertama, Setting
Perilaku, digambarkan sebagai kombinasi yang stabil dari aktivitas dan ruang yang terdiri dari
aktivitas rutin, penataan lingkungan yang spesifik, hubungan kongruen antara keduanya, serta
periode waktu tertentu (Barker, 1968).
Kedua, Antropometrik dan Ergonomik. Antropometri adalah studi terhadap aspek fisik
manusia yang meliputi dimensi, kapabilitas, dan batasan (Thieberg, 1970, Croney, 1971), dimana
implikasi nyatanya dalam setting fisik RUmah Sakit berupa iluminasi, warna, suara dan kebisingan,
serta bebas hambatan. Sementara Ergonomi cenderung terfokus pada 'komunikasi' antara manusia
dan mesin/peralatan (Murrell, 1965, Propst, 1970).
Ketiga, Teori Proksemik: Privasi, Teritorialitas, & Ruang Personal. Dimana Privasi adalah
kemampuan mengontrol keberadaan interaksi, untuk selalu memiliki pilihan, yang pada akhirnya
menjadi jembatan dalam mencapai interaksi yang diharapkan (Rappoport, 1977). Teritori adalah ruang
berbatas yang dipertahankan dan dimanfaatkan keberlangsungannya secara eksklusif oleh seorang
maupun sekelompok orang yang terkumpul berdasarkan isu yang sama, melibatkan identifikasi
psikologis terhadap ruang, dipaparkan melalui sikap kepemilikan dan pengaturan terhadap objek yang
terlibat dalam area tersebut. (Pastalan, 1970). Ruang Personal adalah wilayah dengan batasan visual
semu sekeliling lingkungan fisik seseorang dimana penyusup/pengganggu tidak dapat masuk
(Sommer, 1969).
13. Rencanakan Rumah Sakit yang Nyaman Visual dan Tanggap Lingkungan
Desain yang dilandasi tema yang kuat sangat dibutuhkan dalam perancangan rumah sakit dewasa ini.
Dalam arsitektur, terdapat beberapa prinsip-prinsip perancangan yang perlu diperhatikan, seperti
misalnya proporsi, skala, keseimbangan, keselarasan, kesatuan dan perbedaan, ritme, serta
penekanan.
Pertimbangan lingkungan juga merupakan sesuatu yang penting. Pertimbangan ini akan merupakan
dialog antara keselarasan dan kontras. Rumah sakit di lingkungan urban yang padat akan mempunyai
nilai tambah jika bisa berperan sebagi suatu oase bagi lingkungan di sekitarnya. Sementara pada
kawasan yang sedang berkembang, selain rumah sakit itu perlu menyiapkan perkembangan, adanya
peluang sebagai komponen dominan kawasan akan menuntut desain yang cukup berkarakter.
Manajemen aset adalah tata laksana, operasi, dan manajemen dari properti yang dimiliki atau
disewakan baik secara untuk keuntungan maupun non-profit, yang meliputi lahan, fasilitas dam
Prinsip yang digunakan dalam pengelolaan aset adalah prinsip Highest and Best Use. Dimana prinsip
tersebut akan mengupayakan pemanfaatan potensi yang ada dengan mengupayakan nilai tambah 08
paling tinggi. Dalam hal ini meliputi lahan, bangunan, dan infrastruktur, sehingga komponen-komponen
yang memiliki nilai produksi ekonomi tinggi tidak akan menjadi tidak produktif. Upaya pengembangan
pertambahan modal (capital gain) akan dilakukan dengan menjadikan aset-aset tersebut benar-benar
memiliki nilai kompetitif. Prinsip Highest and Best Use ini juga mengharuskan rencana-rencana
tersebut dapat dilaksanakan secara fisik, diijinkan oleh hukum yang berlaku, didukung oleh pasar yang
ada, serta layak secara ekonomis. Hal ini pasti dipengaruhi oleh guna lahan (dulu, kini, yang akan
datang dan sekitar), serta utilitas, transportasi, dan perkembangan lingkungan kini dan yang akan
datang.
BAGIAN 1 I BAB 2
APA ITU
ARSITEKTUR
RUMAH SAKIT
Pengertian dan Komponen
1. Pengertian
Kata rumah sakit berasal dari kata hospital, yakni sebuah institusi pelayanan kesehatan yang
menyediakan tempat untuk pasien rawat inap dalam jangka waktu tertentu. Rumah sakit biasanya
didirikan berdasarkan wilayah, oleh suatu organisasi/lembaga kesehatan (baik profit maupun non-
profit), badan asuransi maupun badan amal, termasuk donator secara langsung, bahkan organisasi
keagamaan individu atau yayasan.
Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri berarti rumah
atau tempat merawat orang sakit, tempat yang menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan
yang meliputi berbagai masalah kesehatan.
2. Komponen
Rumah sakit memiliki beberapa komponen yang terdiri dari pasien, staf, serta terdiri dari beberapa
departemen atau unit, misalnya :
BAGIAN 1 I BAB 3
TIPE
FASILITAS KESEHATAN
Klasifikasi/ Tipe Fasilitas Kesehatan
Tipologi Rumah Sakit
Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah
Merupakan unit pelayanan kesehatan yang melayani berbagai jenis penyakit dan luka, dengan
kapasitas dan fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Sebuah kota besar umumnya memiliki banyak 10
rumah sakit yang berbeda ukuran dan fasilitasnya.
RS Muhammadiyah Gresik
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
b. Rumah Sakit Khusus
Didefinisikan sebagai Unit Pelayanan keseatan yang terfokus pada pelayanan masalah spesifik
seperti trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit mata, rumah sakit gigi dan mulut, dan
sebagainya. Ada pula rumah sakit akademik yang merupakan sinergi dari lembaga pelayanan
kesehatan dengan universitas untuk mengkombinasikan antara pelayanan pasien dan mengajar
murid/mahasiswa yang mengambil profesi kedokteran atau farmasi.
1 2
2. Puskesmas Karangkobar
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
Merupakan fasilitas dengan lingkup yang lebih kecil dari sebuah rumah sakit , yang seringkali dikelola
oleh pemerintah.
1. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub-
spesialistik luas.
2. Kelas B II mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub-
spesialistik terbatas.
3. Kelas B I mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-
kurangnya 11 jenis spesialistik.
4. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-
kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap.
5. Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar.
Rumah Sakit Kelas A dan B II dapat berfungsi sebagai Rumah Sakit Pendidikan.
BAGIAN 1 I BAB 4
Fasilitas kebersihan pasien harus dipusatkan pada suatu area dari ruang perawatan. Dan harus
dihubungkan pada kelompok-kelompok ruang pasien.
Efisiensi fungsi, aksesibilitas, sirkulasi, dan penataan jalur utilitas menjadi faktor utama dalam
menentukan keberhasilan atau keterbelangsungan sinergi aktivitas di dalam sebuah Rumah Sakit.
Area tempat tidur dibuat berdekatan. Hal yang tidak berhubungan secara langsung dangan tempat
tidur, dikelompokkan agar dapat memberikan keuntungan yang memungkinkan individu atau
pengguna untuk mengaturnya menjadi lebih besar atau lebih kecil berdasarkan fungsi ruangan.
Pada tahap implementasi terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengaturan pengaturan
suatu fungsi ruangan di dalam rumah sakit, antara lain:
1. Adanya kebutuhan aksesibilitas visual maupun fisik petugas ruang rawat terhadap situasi dan
kondisi ruang rawat.
2. Keberadaan pintu darurat untuk kebakaran pada setiap bagian akhir sal (sal normal menggunakan
terminal sub kompartemen untuk kebakaran).
Adanya jalur dari sistem komunikasi yang digunakan untuk perawat berkomunikasi dengan devisi lain
dalam satu ataupun antar wilayah. Alternatif solusi adalah membuat tombol pengaturan ganda, namun
hal ini selalu terbentur dengan masalah biaya.
Ruang rawat pada katagorisasi pelayanan yang berbeda (konsumenya), akan menuntut perlakuan
(treatment) yang berbeda pula, misalnya:
1. Bangsal untuk anak-anak
Bagian ini biasanya memiliki ukuran dengan ruang tersendiri yang lebih luas, dimaksudkan agar orang
tua dapat menemani dan mengawasi kondisi putra putri secara langsung sepanjang har i . S e b a g a i
tambahan disediakan ruang duduk dan pantry yang dibutuhkan oleh orang tua. Pembatasan waktu
kunjungan dikurangi demi kenyamanan keluarga yang datang membesuk (apabila jumlahnya lebih
dari dua).
2. Bangsal geriatrik ( Lansia)
Sal ini biasanya berukuran di atas rata-rata karena alat-alat perawatan yang besar ditempatkan
didalam ruangan perawatan ini. Extra day space, fasilitas wc dan bak mandi serta membutuhkan satu
ruangan tambahan untuk fisiotheraphy. Ruangan perawatan (treatment room) secara normal belum
terlalu dibutuhkan.
3. Bangsal bersalin
Meskipun pada umumnya bayi yang baru lahir selalu ditidurkan disisi ibunya sepanjang hari, tapi
Organisasi ruang dan program kegiatan meliputi karakteristik perilaku, layanan medis dan penunjang
medis, kisaran jumlah dan besaran ruangan, penempatan dan pengelompokan ruang, serta
karakteristik ruang.
Adanya pemisahan antara sirkulasi yang bersih dan yang kotor di instalasi bedah sentral untuk alasan
pengendalian infeksi pada bentuk rancangan instalasi dimana biasanya perlu dibagi menjadi dua
sistem koridor terpisah. Selain itu terdapat tiga pola atur pergerakan yaitu pasien, petugas/ dokter dan
alur peralatan ruang bedah.
Pendingin ruangan keseluruhan dengan menggunakan filter udara yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan fungsi ruangan dan berbeda dari bagian-bagian lain dirumah sakit. Solusi dari
permasalahan tersebut adalah dengan menempatkan ruang bedah pada bagian paling atas
bangunan.
Fungsi utama dari instalasi adalah melayani ruang-ruang perawatan dan perlu adanya kedekatan
dengan ruangan tersebut, jika memungkinkan, ada hubungan horisontal dengan ruang yang
berkkaitan dengan pembedahan. Dalam hal ini, diperlukan akses yang cepat dari ruangan yang
menangani kecelakaan seperti unit gawat darurat, bangsal untuk melahirkan dan ICU. Sebagai
tambahan, perlu adanya jalur-jalur yang tepat untuk suplai, serta dibutuhkan untuk unit pasokan
bahan-bahan steril untuk memberikan akses bagi pengiriman peralatan-peralatan untuk pemrosesan/
2. Instalasi Radiologi
Instalasi ini menggunakan bermacam-macam teknik X-ray untuk memproduksi foto dari berbagai
macam bagian tubuh dengan tujuan untuk proses diagnosis. X-ray memiliki kekuatan radiasi yang
sangat besar dan dapat membahayakan manusia jika penggunaannya dalam jumlah yang besar. Oleh
karena itu, ruang radio-diagnosis diwajibkan memiliki perlindungan khusus untuk mencegah
penyebaran radiasi. Salah satu contoh dari perlindungan adalah dengan menggunakan pelapis diding 15
barium. Panduan yang terperinci diberikan dalam peraturan-peraturan praktek yang telah diobservasi
secara ketat oleh perancang. Teknik tersebut digunakan juga pada instalasi yang memiliki potensi yang
berbeda, misal Thermografi yang menggunakan gelombang panas dan ultrasonik yang menggunakan
gelombang suara. Ada dua aliran alur sirkulasi utama dalam instalasi radiologi yaitu:
-Pasien
-Petugas pemrosesan film X-ray
Meskipun instalasi dapat melayani seluruh unit rumah sakit, tetapi harus ada hubungan fungsi yang
sangat dekat dengan klinik patah tulang dari bagian rawat jalan dan instalasi rawat darurat menangani
kecelakan. Akses langsung dari instalasi rawat darurat ke ruang sinar X ditujukan untuk mengani
kecelakaan dan penganan darurat lainnya.
Gymnasium memerlukan ruangan yang besar dan memiliki jarak lantai ke langit-langit ruangan yang
cukup tinggi, seringkali digunakan sebagai ruang bangunan yang terpisah dengan bagian belakang
yaang dihubungkan dengan instalasi utama oleh sebuah koridor yang tertutup. Bagian hidrotherapi
membutuhkan kontrol teknis khusus yang pengaturan temperatur, kelembaban, pemasangan
saringan dan lain-lain. Sal ini tidak disediakan bagi setiap program rehabilitasi instalasi. Walaupun
instalasi rehabilitasi medik melayani keseluruhan unit rumah sakit, proporsi terbesar terdapat pada
fungsi yang melayani pasien rawat jalan dan ditempatkan pada lokasi lantai dasar dengan akses yang
terpisah dengan lalu lintas ambulans. Ruang perawatan khusus perlu ditempatkan dan dirancang
secara khusus, dimana strecher yang siap setiap saat dengan akses yang memiliki aksesibilitas tinggi
karena fungsi ini digunakan oleh pasien yang mengalami kelumpuhan dengan tongkat atau penyagga,
pengguna kursi roda, dan alat bantu berjalan lainnya.
4. Kamar Mayat
Fungsi dari instalasi ini adalah untuk menerima mayat dari ruangan perawatan dan menyimpanya
didalam sebuah lemari pendingin hingga persiapan untuk diambil oleh sanak saudara atau oleh pihak
yang membutuhkanya, selain itu untuk mengadakan pengujian (forensik) agar mengetahui sebab-
sebab kematiannya. Ada beberapa keuntungan jika kamar mayat tersebut sejalan dengan instalasi
Meja-meja tempat penyimpanan mayat, membutuhkan air dan drainase serta ventilasi udara diluar
ruangan secara langsung untuk mencegah terjadinya kontaminasi saat mayat yang terkena infeksi
pada saat proses autopsi. Air yang terdapat pada meja-meja berasal dari tubuh mayat tersebut,
membutuhkan treatment dan saluran khusus. tempat penyimpanan mayat adalah sebuah refrigerator
yang berbentuk komartemen yang biasanya tediri dari tiga tingkat. Pemisahan tersebut diperlukan 16
pada mayat yang terinfeksi. Dalam hal ini dibutuhkan area lantai dasar dengan akses langsung dari
luar untuk kendaraan.
5. Instalasi Laboratorium
Instalasi ini menggunakan spesimen yang diambil dari pasien (seperti darah, jaringan, urine, dll) yang
akan diperiksa dengan menggunakan berbagai teknik laboratorium untuk mengkonfirmasikan dan
memberikan diagnosa. Devisi klinis terbesar dari instalasi ini (kecacatan anatomi, histology,
haematology, bacteriology, patology kimia, microbiology, dll) cenderung dilaksanakan pada bagian
yang terdiri atas perpaduan area laboratorium yang terbuka dan ruangan yang tidak terlalu besar untuk
dapat dijadikan sebagai kantor kepala devisi dan kepala bagian teknis.
Pertimbangan utama dalam desain sebuah instalasi adalah kemudahan untuk perkembangan dan
perubahan instalasi dimasa mendatang.
Meskipun kebutuhan untuk mengadakan perluasan secara fisik harus mereduksi beberapa perluasan
dengan menambah sistem otomatik, komputerisasi, dll, instalasi tetap merupakan sesuatu yang
mudah untuk terjadi perkembangan secara fisik.
Hubungan fungsi yang sangat erat antara laboratorium dengan unit rawat jalan dan sejak pasien
tersebut datang ke laboratorium untuk memberikan spesimen. Penggunaan instalasi juga sangat
membutuhkan kuantitas suplai spesimen, oleh karena itu harus ada hubungan yang efisien dengan
jalur suplai yang terdapat dirumah sakit.
Kunci kedekatan dalam hal ini telah didiskusikan pada perencanaan bentuk bangunan dan seringkali
bentuk instansi ini merupakan sebuah kelompok-kelompok yang memiliki akses langsung ke instalasi
radiologi dan klinik patah tulang. Akses eksternal untuk ambulans merupakan prioritas utama, dengan
jalan masuk yang dibuat terpisah dengan jalan yang digunakan oleh pejalan kaki dan brankar pasien.
Didalam rumah sakit, sebagai tambahan berkaitan dengan hal diatas, harus memiliki akses yang cepat
menuju ke ruang operasi utama dan ruang ICU, dimana ada kemungkinan instalasi yang berada di
tingkat berbeda akan diprioritaskan untuk menggunakan lift.
Walaupun beberapa rumah sakit jarang menyediakan ruang operasi kecil, namun pada umumnya
fungsi tersebut digantikan oleh ruang penanganan utama yang dilengkapi pipa gas untuk keperluan
medis dan penyaring suplai udara untuk beberapa pembedahan yang bersifat emergency.
Intensive Care Unit adalah ruang perawatan dan pengobatan pasien dengan tingkat kekritisan
tertentu.
- Fasilitas ini menyediakan keahlian pengobatan klinis lebih intensif, dengan sumber daya teknologi
dan pengobatan yang lebih terkordinasi terhadap pasien.
-Profil Infrastruktur, peralatan, staf yang klinis dapat memberikan perhatian dan intervensi 17
pengbatan secara kompleks termasuk dukungan secara fisiologi dan psikososial terhadap pasien.
ICU menyediakan kemampuan sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat, dan staf yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
Hal yang berkaitan dengan instalasi. Area ini meliputi ruang penerimaan, ruang tunggu, dan
area-area yang nyaman bagi pasien dan pada umumnya dilengkapi oleh toko makanan kecil, tempat
bermain anak, toko kecil, ruang untuk menempatkan alat-alat kebersihan, kantor, tempat kursi roda,
fasilitas sanitary. Penempatanya tergantung pada perencanaan keseluruhan instalasi.
Tujuan umum kamar-kamar klinik. Instalasi yang mengurusi pasien rawat jalan dan jumlahnya
tergantung pada penaksiran daya tampung pasien untuk kapasitas tertentu. Ada dua tipe dasar dari
ruangan untuk berkonsultasi. Tipe A terdiri dari dua ruangan yang mengkombinasikan antara ruangan
untuk konsultasi dan ruang tindakan. Tipe B berupa satu ruangan untuk konsultasi yang diapit oleh dua
ruangan tindakan. Tipe A memberikan kesempatan untuk melakukan alokasi yang lebih fleksibel untuk
ruangan klinik karena spesialisasi yang berbeda dan membutuhkan penggunaan sejumlah ruangan
yang terdiri dari berbagai macam tipe pada klinik. Kecenderungan yang terjadi pada pegolahan kamar
tipe A adalah kamar dikelompokan dalam satu garis lurus tanpa sekat dan dipisahkan menjadi
kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok kamar klinik dilengkapi dengan perawatan, ruangan kotor
dan ruangan bersih, toko-toko, ruang resepsionis dan area ruang tunggu.
Tujuan khusus akomodasi. Ruangan konsultasi dan latihan mayoritas merupakan spesialisasi
9. Rawat Inap
Kelompokkan sesuai dengan golongan penyakit, di Indonesia secara umum diterapkan sebagai
berikut:
1. Ibu: obstetri dan ginekologi
2. Anak: infeksi, non infeksi dan bedah anak
3. Bedah
4. Penyakit Dalam: infeksi dan non infeksi
5. Syaraf
6. Umum termasuk: THT, gimul, mata
7. Kejiwaan
Pengelompokan diatas makin berkembang sesuai dengan jenis pelayanan, unggulan pelayanan
seperti: rawat inap infertilitas, rawat inap medical check up dan sebagainya.
Kelengkapan jaringan infrastruktur medik. Implementasi fisik antara lain: tersedia gas medik, vacuum,
suplai daya listrik medik dan non terjamin kontinu.
Perencanaan K3. Implementasi fisik antara lain: orientasi pencapaian ruang slob zink yang dekat
namun tidak langsung dari nurse station. Tersedia scrub up dan atau alkohol cuci tangan. Terdapat jalur
dan pintu khusus untuk barang kotor. Keamanan dan keselamatan. Implementasi fisik antara lain: grib
bar untuk pasien di koridor dankamar mandi. Bumper dinding sepanjang koridor pasien. Jalur evakuasi
dengan signage yang jelas. Sarana prasarana pengelolaan kebakaran dan sistem deteksi.
Sering perencanaan ruang rawat inap harus menyesuaikan dengan strategi manajemen seperti
misalnya: perlunya satelit farmasi, administrasi dan kassa. Termasuk dalam penataan aliran ruang.
Namun secara prinsip semua harus bertujuan bagi kemudahan pasien.
10.Instalasi farmasi
Secara umum perencanaan Farmasi terkait dengan akses sebagai penunjang Rawat Jalan, Rawat
Inap, IGD dan Instalasi medik lainnya. Pada umumnya Farmasi pusat berdekatan dengan Rawat
Jalan. Sedang pada Instalasi lain bisa menerapkan sistem satelit ataupun pos obat. Kesemua sistem
Pada Farmasi Pusat, inti pelayanan terletak pada ruang-ruang sebagai berikut:
a. Ruang racik: meja kerja, suplai daya listrik, kondisi udara yang baik, suplai air steril/bersih
b. Ruang simpan obat dipisahkan antara cairan, non dan khusus. Obat khusus direncanakan
lemari build in dengan tingkat kelembaban yang terkontrol dan terkunci
c. Ruang staf (locker) lengkap dengan lavatory 19
d. Pantry (ruang makan)
e. Ruang kepala Instalasi dan ruang tamu
f. Apotik dan area distribusi
g. Sebagian RS menerapkan manajemen stok obat yang memisahkan antara Gudang Obat IRJA
dan non- IRJA.
h. Kassa. Sebagian RS dengan beban kerja tinggi, perlu memisahkan kassa Askes dan non-
Askes.
i. Ruang konsultasi.
TINJAUAN
SIRKULASI DAN ZONING
RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi
Sirkulasi
Terdapat tujuh pertimbangan mendasar yang mempengaruhi desain pada distribusi sistem
pergerakan/sirkulasi yaitu :
1. Kuantitas dan frekuensi material yang dipindahkan untuk distribusi.
2. Kebutuhan ruang penerimaan.
3. Kebutuhan ruang penyimpanan dan penanganan.
4. Distribusi pengguna masing-masing instalasi.
5. Tempat pembuangan dan pemrosesan kembali.
6. Tipe-tipe dari barang yang akan dipindahkan (termasuk yang perlu penanganan khusus).
7. Pilihan di antara sistem mekanik dan manual.
Ada tujuh prinsip dasar yang sifatnya fundamental untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi bentuk-
bentuk bangunan yang memberi perhatian penuh mengenai keamanan kebakaran. Meskipun faktor-
faktor ini penting, tetapi tidak berpengaruh besar terhadap keseluruhan bentuk bangunan :
1. Cara pembagian ruangan
2. Keterkaitan antara instalasi
3. Alternatif penyelamatan dan pada kondisi saat menemui jalan buntu
4. Jalur-jalur penyelamatan
5. Jarak tempuh
6. Hubungan eksternal
7. Akses untuk menanggulangi kebakaran
TINJAUAN
BENTUK DAN KARAKTERISTIK
RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi
Karakteristik
Rumah sakit adalah bangunan yang memiliki keterpaduan yang mampu mengakomodasi fungsi-fungsi
secara luas. Faktor-faktor penting yang dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengembangan bentuk bangunan yang sesuai adalah :
1. Kemampuan untuk berkembang dan berubah agar mampu merespon kebutuhan-kebutuhan
dimasa mendatang, beberapa dapat dilihat pada saat perencanaan tetapi ada beberapa yang tidak
dapat diprediksi.
2. Hubungan antara instalasi yang memiliki keterkaitan dalam hal fungsi dan juga mengenai jalur-jalur
yang efisien bagi pergerakan orang dan suplai barang.
3. Persyaratan menyangkut masalah keamanan terhadap kebakaran serta metode evakuasi pasien.
4. Ekonomis dalam hal modal dan pembiayaan; kemudahan dan kecepatan konstruksi.
5. Kemampuan untuk membangun secara aktif dalam setiap tahap-tahap pembangunan.
6. Suasana yang tercipta dalam lingkungan fisik dapat dihasilkan dari adanya saling keterkaitan
antara bentuk bangunan dengan desain teknis.
7. Respons yang timbul dari hubungan secara fisik antara hal tersebut dengan masyarakat, dapat
diciptakan dengan memenuhi syarat estetika.
23
Disisi yang lain, perencanaan dan perancangan fisik rumah sakit juga didasarkan pada kriteria
bangunan rumah sakit yang baik.
Dimana kriteria yang harus dijawab pada bagian ini antara lain:
a. Berarsitektur bagus
- Memberikan nilai positif pada komunitas dan konteks sosial
- Memperlihatkan komposisi yang baik
- Memberi nilai estetis baik eksternal maupun internal
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan kesehatan
tersebut diharapkan dapat menjangkau lingkup spatial yang cukup ekstensif, sehingga akses
masyarakat luas terhadap berbagai layanan kesehatan menjadi lebih baik, dan untuk itu diperlukanlah
berbagai macam fasilitas kesehatan dan unit-unit penyelenggara layanan kesehatan pada tingkat
komunitas.
Penyelenggaraan upaya kesehatan di atas dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, yang meliputi
kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengamanan makanan dan minuman, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja, kesehatan jiwa, pemberantasan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, penyuluhan kesehatan masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
Sebagai fasilitas kesehatan dan fasilitas sosial, rumahsakit dan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya
termasuk dalam kategori fasilitas publik yang perlu dikelola secara optimal. Proses pengelolaan
fasilitas tersebut meliputi perencanaan dan pemrograman, perancangan, konstruksi dan penyediaan
fasilitas, penghunian dan pemanfaatan, serta evaluasi pasca huni. Masing-masing tahap dalam proses
tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja fasilitas kesehatan,disamping agar lebih 25
memiliki dayatarik bagi masyarakat pada umumnya.
Kebanyakan Fasilitas kesehatan sekarang berada dalam tahap penghunian dan pemanfaatan. Dan
karenanya, sesungguhnya sangat diperlukan evaluasi terhadap fasilitas yang ada sekarang, yang
lazim disebut dengan evaluasi pasca huni atau EPH (post occupancy evaluation, POE). Tahap
evaluasi pasca huni adalah tahap yang sangat perlu untuk melihat kesesuaian antara apa yang ada
sekarang dengan pola-pola pemanfaatan oleh manusia dan perilakunya.
Evaluasi pasca huni adalah suatu proses evaluasi fasilitas dengan cara yang sistematik setelah
fasilitas tersebut dibangun dan dihuni dalam suatu kurun waktu tertentu.
Kegunaan evaluasi pasca huni terbagi dalam 3 jangka waktu:
1. Kegunaan jangka pendek. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut: identifikasi masalah dan
solusi dalam manajemen fasilitas, manajemen fasilitas yang proaktif terhadap aspirasi
pengguna, peningkatan pemanfaatan ruang dan umpanbalik terhadap kinerja bangunan,
peningkatan sikap pengguna melalui keterlibatan dalam proses evaluasi, pemahaman
implikasi kinerja dalam kaitannya dengan ketersediaan anggaran, serta proses pengambilan
keputusan yang lebih rasional dan objektif
2. Kegunaan jangka menengah. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut: kemampuan
pengembangan fasilitas sesuai dengan pertumbuhan organisasi, penghematan biaya dalam
proses pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan serta peningkatan usia bangunan,
akuntabilitas kinerja bangunan oleh semua pengguna.
3. Kegunaan jangka panjang. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut: kinerja fasilitas dalam
jangka panjang, perbaikan basis data, standar, dan kriteria untuk perancangan fasilitas, serta
perbaikan sistem penilaian fasilitas melalui kuantifikasi
Jenis kegiatan dalam evaluasi pasca huni akan tergantung pada interaksi antar
komponen dalam proses evalusi pasca huni:
1. Kriteria kinerja
a. Teknikal
b. Fungsional
c. Behavioral
2. Pengguna
a. Individu
b. Kelompok
c. Organisasi
3. Setting
Selain itu, evaluasi pasca huni juga memiliki tingkatan kecermatan sesuai
kebutuhan penggunanya, yang meliputi:
1. Evaluasi Pasca Huni Indikatif
2. Evaluasi Pasca Huni Investigatif 26
3. Evaluasi Pasca Huni Diagnostik
Bagi fasilitas Fasilitas kesehatan, evaluasi pasca huni perlu dikaitkan dengan
state of the art fasilitas Fasilitas kesehatan, yang meliputi beberapa aspek:
1. Dalam kriteria kinerja terdapat beberapa kriteria yang perlu diikuti, antara lain Standar Fasilitas
kesehatan, Standar Arsitektural untuk Fasilitas Kesehatan, khususnya Fasilitas kesehatan,
maupun hasil-hasil penelitian mengenai fasilitas kesehatan komunitas seperti Fasilitas
kesehatan
2. Dalam komponen pengguna meliputi penyedia jasa dalam Fasilitas kesehatan (pengelola,
dokter, paramedis, dan manajemen) maupun pengguna jasa Fasilitas kesehatan (individu
maupun kelompok masyarakat).
3. Dalam komponen setting perlu ditinjau komponen-komponen setting Fasilitas kesehatan yang
terdiri atas berbagai unit, bagian, ataupun kelompok fasilitas tertentu.
Evaluasi pasca huni memiliki beberapa tahapan sebagaimana berikut:
1. Perencanaan Evaluasi Pasca Huni
a. Pengenalan Masalah dan Kelayakan
- Memahami besaran dan kondisi signifikan aset eksisting.
- Memilih tingkatan usaha yang sesuai.
- Memilih biaya evaluasi yang sesuai.
b. Perencanaan Sumberdaya
- Perencanaan SDM
- Perencanaan waktu
- Perencanaan metoda dan alat
c. Perencanaan Riset
- Menentukan aspek kritis yang perlu diteliti
- Memilih indikator yang dapat merepresentasikan aspek
- Mengembangkan ukuran bagi tiap indikator
- Menyusun kriteria untuk evaluasi ukuran
- Antisipasi hasil dan kesimpulan
Dalam bagian kedua, optimalisasi fasilitas kesehatan akan dipandang dari berbagai faset perencanaan
fasilitas dan perancangan arsitektur. Berbagai fase ini dapat menjadi hasil keluaran dan rekomendasi
dari evaluasi pasca huni yang dilakukan terhadap sebuah fasilitas kesehatan. Dalam hal ini,
peningkatan performansi fasilitas kesehatan dapat meliputi peningkatan 5
aspeknya, yaitu fungsi, bentuk dan kelengkapan, lokasi dan ruang, akses dan sirkulasi, serta
konteks.
Optimalisasi fungsi meliputi peningkatan fungsi yang ada sekarang dengan penyempurnaannya
berdasar persepsi dan spirasi pengguna, ataupun penambahan fungsi baru yang sinergis dengan
fungsi yang ada. Sebagai contoh misalnya diperlukan adanya integrasi antara fungsi-fungsi kesehatan
fasilitas kesehatan dengan fungsi-fungsi pendidikan, rekreatif, bahkan komersial yang akan
menghidupkan fasilitas tersebut.
Optimalisasi bentuk dan kelengkapan meliputi peningkatan secara fisik fasilitas kesehatan, baik yang
berupa bangunan (fixed elements), fasilitas dan perabot (semi-fixed elements) ataupun setting-setting
meso dan mikro bagi berbagai aktivitas penggunanya (non-fixed elements). Atau dapat juga dilihat
sebagai sistem pewadahan fungsi (ruang dan tata perabot yang ada) serta sistem penunjang fungsi
(pencahayaan, penghawaan, serta akustik). Dalam aspek bentuk ini, yang diperlukan adalah adanya
pemenuhan kebutuhan masa kini dan masa depan yang terujud dalam bentuk fisik dan fasilitas serta
teknik komunikasi yang digunakan.
Optimalisasi lokasi dan ruang meliputi peningkatan dan pengkayaan nilai lokasi serta kualitas ruang-
ruang dalam dan di luar fasilitas kesehatan, baik ruang keseluruhan fasilitas kesehatan sebagai
fasilitas, maupun ruang-ruang mikro dalam fasilitas kesehatan sebagai setting kegiatan. Interaksi
Optimalisasi akses dan sirkulasi meliputi kemudahan pencapaian hingga pada perangkaian
pergerakan dalam fasilitas kesehatan sehingga menjadi efektif dan efisien. Akses menjadi hal yang
28
penting, mengingat salah satu keunggulan fasilitas kesehatan adalah potensi jangkauan layanan
kesehatan ke masyarakat luas di tengah komunitas mereka sendiri.
Optimalisasi konteks meliputi integrasi fasilitas kesehatan dengan konteks keruangan, sosial, dan
waktu. Konteks keruangan, dalam arti lingkungan di sekitar fasilitas kesehatan, layak untuk ditanggapi
sebagai sesuatu yang penting, dan dapat dilayani fasilitas kesehatan tersebut. Demikian juga dengan
konteks sosial, yang dapat menunjukkan karakteristik masyarakat di sekitar fasilitas kesehatan
tersebut, yang akan secara spesifik memberi keunikan pada fasilitas kesehatan dan menambah
dayatariknya. Optimalisasi konteks akan membuat fasilitas tersebut akan lebih mudah berkomunikasi
dengan masyarakat penggunanya.
Pendekatan kontemporer menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan membutuhkan fungsi dan fisik,
nilai kegunaan, kemasyarakatan dan estetika. Fasilitas kesehatan sebaiknya dikembangkan tidak
hanya melayani kesehatan tetapi juga dapat memberi aspek kemasyarakatan, rekreatif dan estetika
dalam perannya melayani kesehatan.
Di sisi lain, Evaluasi Pasca Huni dapat membantu meningkatkan performansi Fasilitas kesehatan,
dengan mengetahui potensi dan permasalahan yang ada, untuk kemudian dapat dilakukan langkah-
langkah perbaikan. Langkah-langkah tersebut dapat berupa kebijaksanaan, strategi, rencana,
program, hingga projek yang diperlukan. Jika dilihat dalam sistem perencanaan dalam manajemen,
dapat terlihat bahwa proses ini sangat erat kaitannya dengan manajemen fasilitas secara luas.
Dalam proses perencanaan dan perancangan, pada dasarnya terdapat 5 komponen utama yang perlu
didefinisikan secara jelas, yang meliputi:
1. Profil : kondisi eksisting yang ada
2. Visi : kondisi ideal yang diinginkan
3. Masalah : jarak antara kondisi ideal dan kondisi eksisting
4. Strategi : cara untuk mencapai visi
5. Aksi : tindak nyata yang merupakan jabaran dari strategi
Kondisi Ideal
VISI
29
Profil
Kondisi eksisting perlu ditinjau dari setidaknya 5 aspek yang disebutkan di atas.
Kondisi tersebut perlu dinilai. Salah satu alatnya adalah Analisis SWOT (SWOT analysis), yang
meliputi:
- Strengths (kekuatan), yaitu faktor positif internal
- Weaknesses (kelemahan), yaitu faktor negatif internal
- Opportunities (peluang), yaitu faktor positif eksternal
- Threats (ancaman), yaitu faktor negatif eksternal
Visi
Visi dapat dirinci dalam waktu dimana visi tersebut diharapkan terjadi, dapat berupa:
- Jangka panjang, dengan durasi sekitar 10-20 tahun
- Jangka menengah, dengan durasi sekitar 5 tahun
- Jangka pendek, dengan durasi sekitar 1 tahun
Visi ini dapat juga terkait dengan tujuan atau sasaran, atau developmental goals dan developmental
objectives
Masalah
Masalah adalah jarak (discrepancy) antara kondisi ideal yang diharapkan dengan kondisi eksisting
sekarang ini. Perumusan problem statement membutuhkan langkah-langkah sebagaimana berikut:
- Mempelajari secara mendalam masalah yang dihadapi
- Membatasi daerah masalah secara lokasional, temporal, serta melihat kaitan dan pengaruhnya
terhadap masalah yang lain
- Menyiapkan data-data/informasi pendukung masalah
- Menyiapkan daftar tujuan dan sasaran
- Mengenali kisaran variabel-variabel yang perlu diperhitungkan
- Mengkaji ulang problem statement
Strategi
Strategi adalah cara untuk mencapai visi, yang dijabarkan dalam rencana atau rancangan.
Perumusan strategi terkait erat dengan perumusan tujuan dan sasaran bagi strategi
tersebut. Jika tujuan (goals) lebih bersifat ultimate serta tidak langsung, maka sasaran
(objectives) lebih bersifat langsung serta konkret. Tujuan pada dasarnya dapat berupa
pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, atau pemanfaatan peluang.
Aksi
Produk rancangan yang ada pada dasarnya dapat dibagi dalam:
- Kebijakan (policy)
- Rencana (plan)
- Arahan (guidelines)
- Program (program)
BAGIAN 1 I BAB 8
Tahapan awal dari Perencanaan Lahan/Site Planning untuk mengenali dan mendapatkan
kondisi akurat eksisting terdiri dari:
- Analisis Aspek Lokasi
- Analisis Aspek Transportasi dan Sirkulasi
- Analisis Aspek Guna Lahan dan Zoning
Rumah sakit harus menempati lokasi terbaik dan yang terdekat dengan populasi yang dilayaninya.
Dekat kearah pusat jaringan transportasi untuk melayani masyarakat lokal serta luasan lahan yang
cukup memadai akan memberi lebih banyak peluang dan fleksibilitas perluasan. Selain itu penting
memperhatikan potensi ketersediaan sistem infrastruktur di luar site (off-site). Aspek yang harus
diperhatikan terkait dengan hal tersebut antara lain adalah:
a. Adakah jaringan listrik dan keterdekatan dengan gardu induk
b. Adakah jaringan telekomunikasi non-mobile
c. Adakah jaringan jaringan perpipaan air bersih yang dikelola PDAM atau perusahaan penyedia air
bersih lain
d. Adakah jaringan drainase di sekeliling lahan
e. Adakah jaringan air limbah dan sistem pematusan yang terhubung dengan sistem perkotaan
f. Adakah layanan pengelolaan sampah di kawasan sekitar rumah sakit
Rumah sakit didesain dengan mempertimbangkan efisiensi kegiatan dan kapasitas sirkulasi akibat
peningkatan kebutuhan sehingga terdapat beberapa zonasi yang nantinya akan mempengaruhi layout
ruangan. Zona primer, sekunder, tersier, serta service dibedakan. Begitu pula dengan sirkulasi barang,
pengunjung, pemberi layanan kesehatan, kegawatdaruratan, serta meminimalisasi akses medik
sentral untuk kepentingan penjagaan sterilitas.
A. Unit Administrasi
- Ruang Kepala
- Ruang Sekretaris
- Ruang Staff
- Ruang Personalia
G. Peruntukkan Umum
- Parkir
- Hall/ Lobby Ekspladometri Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mataram
- R. Seminar Copyright : PT. Global Rancang Selaras
- Ruang ibadah
- Ruang pertemuan
- Kios/kafeteria
- Auditorium
BAGIAN 2 I BAB 10
PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SAKIT:
PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi
Fleksibilitas dan Pentahapan
Pertimbangan Estetika dan Kenyamanan
Bangunan rumah sakit harus didesain dengan meminimalkan jangkauan personal paramedis dan
kemungkinan kontaminasi serta memaksimalkan efisiensi seluruh sistem. Pertimbangkan pula waktu
paruh perjalanan staf seefisien dan seminimal mungkin dengan pasien. Bangunan juga harus didirikan
untuk mengakomodasi unit-unit yang ada. Orientasi bangunan juga harus menanggapi iklim baik
secara internal maupun eksternal. Karakter bangunan harus menampakkan harapan. Karakter yang
cerah yang berpengaruh pada tanggapan pengguna terhadap kegiatan didalamnya.
Merupakan hal yang sangat penting bahwa pembiayaan bangunan dipertahankan serendah mungkin
secara konsisten dengan menyesuaikan dengan standar yang dapat diterima serta memberikan
keseimbangan yang optimal antara kedua hal tersebut. Masalah dalam menentukan standar ini akan
berbeda antara satu lokasi dengan lokasi yang lain.
Hal-hal yang mempengaruhi biaya pada prinsipnya muncul dari :
1. Jumlah bangunan yang akan dibangun, meliputi area dan volume termasuk geometri dan bentuk
bangunan
2. Penyelesaian kenyamanan bangunan dan syarat fasilitas medik. Dibutuhkan keahlian teknis dan
penyelesaian detil khusus.
3. Jenis, kapasitas dan jumlah unit infrastruktur penunjang.
Sebagian besar bangunan rumah sakit harus melakukan pembangunan secara bertahap. Ada tiga
alasan pentingnya pentahapan untuk hal ini yaitu :
1. Kebutuhan untuk membangun sebagai jawaban dari rencana strategik. Pertimbangan bisnis
strategis layanan sehubungan dengan kalkulasi biaya investasi terhadap estimasi pemasukan.
Namun hal tersebut tidak semata berdiri sendiri, terdapat peran sosial yang harus diemban oleh
rumah sakit sebagai misi utama dari sekedar perhitungan untung rugi
2. Pertimbangan kontraktual; kebutuhan untuk membagi pembangunan kedalam unit-unit kerja
bangunan yang dapat ditangani oleh manajemen dengan memuaskan
3. Pembatasan modal untuk proyek pembangunan; hal ini seringkali berasal dari kebijakan
penyediaan untuk implementasi secara bertahap yang lebih dari satu kali proses pembangunan.
Terdapat faktor resiko penyerapan layanan terhadap aspek pembiayaan yang harus mencapai titik
imbang secara wajar
Kebutuhan akan pentahapan memiliki dampak yang dominan pada bentuk-bentuk bangunan yang
wajar. Ada dua pola dasar pentahapan yaitu :
1. Pada bangunan yang telah ada;
Proses desain harus menerapkan keterpaduan secara mutlak terhadap bangunan maupun tata
Kelompok bangunan yang terdiri dari beberapa massa bangunan lebih mudah diintegrasikan ke dalam
batas visual komunitas. Tetapi beberapa rumah sakit dengan pertimbangan tertentu dibuat dengan
volume besar dan berskala monumental bila diperbandingkan dengan tipologi umum bangunan.
Belajar dari pengalaman telah menunjukkan bahwa ukuran rumah sakit yang optimal dapat
memberikan kenyamanan, secara internal maupun secara eksternal. Keduanya dapat berintegrasi
sepenuhnya pada hal-hal yang berada disekeliling lingkungan gedung rumah sakit dimana ukuran
yang harus dipertimbangkan adalah skala manusia.
PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
RUMAH SAKIT
prinsip dan implementasi
Perencanaan infrastruktur
Rumah sakit harus memiliki fasilitas tetap yang menyediakan pelayanan medis baik infrastruktur
off-site maupun infrastruktur on-site.
Penyediaan sarana prasarana pada fasilitas kesehatan utamanya ditujukan untuk melindungi,
memelihara dan atau mempertinggi derajat kesehatan. Oleh karena itu, untuk memelihara kualitas
lingkungan atau mengendalikan faktor lingkungan yang dapat merugikan kesehatan harus ditunjang
dengan peralatan serta sistem pengelolaan yang memadai sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
bersifat teknis kesehatan.
Peraturan dan standar diatas merupakan acuan yang harus dipatuhi dalam meraih kinerja infrastruktur
yang baik. Selanjutnya perencanaan infrastruktur dilaksanakan seiring dengan perencanaan
arsitektural terkait dengan bangunan serta keberadaan lahan. Dalam materi Masterplan, perencanaan
infrastruktur berada dalam lingkup sistemik belum mengarah pada detil alat atau jaringan ataupun detil
kapasitas.
Beberapa asumsi dan dasar perencanaan sistem pengelolaan limbah cair di lingkungan Rumah sakit
adalah sebagai berikut :
a. Saat ini Rumah sakit belum memiliki sistem pengelolaan limbah cair yang sempurna dan
paripurna. Sistem pengelolaan limbah cair yang ada saat ini masih berupa sistem yang
sederhana.
b. Kapasitas maksimal pelayanan adalah 300 TT.
c. Pendekatan penghitungan volume limbah cair pada bangunan rumah sakit adalah asumsi 80%
konsumsi air bersih akan terbuang sebagai limbah cair. Sehingga kapasitas pengelolaan limbah
cair di Rumah sakit adalah 700 liter/hari/TT x 300 TT x 80% = 168.000 liter/hari atau 168 m3.
d. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari perletakan sistem jaringan dibawah bangunan
atau ruang fungsional kecuali pada ruang sirkulasi, untuk memudahkan perawatan, pemeliharaan
dan pemantauan.
e. Zona instalasi pengolahan limbah cair direncanakan terpisah dan berjarak dari ruang fungsional
lain mengingat suhu yang dikeluarkan, bau yang keluar dan getaran yang dihasilkan saat
pengolahan.
f. Untuk mengurangi akibat dari hal diatas serta gangguan visual maka disarankan menggunakan
elemen lansekap berupa tanaman rapat setidaknya setinggi 120 cm mengelilingi zona instalasi
pengolahan limbah cair.
Sanitary
Medis Seleksi menurut Alat Landfill off-
potensi bahaya pengumpul Incenerator site
Yang dimaksud di sini adalah cara penanganan dan tindakan yang dilakukan dalam usaha-usaha
perlindungan bangunan terhadap bahaya kebakaran, yaitu mulai dari pengenalan adanya api sampai
pemadamannya.
1. Manual
Dalam sistem ini, bila terjadi kebakaran, seseorang yang melihat atau mengetahuinya harus menuju ke
signal box atau tempat-tempat umum lainnya. Satu tarikan manual tertentu dalam box akan 43
menyalakan seluruh tanda bahaya atau alarm yang dapat terdengar dari seluruh penjuru bangunan,
yang memberitahukan selain tanda adanya bahaya kebakaran, juga menjadi peringatan bagi orang-
orang yang berada dalam bangunan untuk melakukan usaha pemadaman. Adapun usaha
pemadaman itu sendiri juga dilakukan dengan peralatan yang serba manual.
2. Semi Automatic
Sistem ini merupakan gabungan dari cara kerja Fire Protection sistem manual dengan Fire Protection
sistem otomatis. Bila suatu ketika terjadi kebakaran, maka secara otomatis tanda bahaya kebakaran
akan berfungsi, sedangkan tindakan selanjutnya adalah usaha mengatasi/memadamkan kebakaran
tersebut yang masih dikerjakan dengan sistem manual.
3. Automatic
Pada sistem ini, peralatannya bekerja secara otomatis, baik dalam mendeteksi bahaya kebakaran
yang kemudian langsung memberikan tanda bahaya, maupun dalam mengatasi/memadamkan
kebakaran. Karena peralatan bekerja secara otomatis, maka dengan sendirinya pencegahan dan
pengatasan bahaya kebakaran dapat berlangsung dengan cepat dan kemungkinan adanya perluasan
area kebakaran dan akibat-akibatnya dapat dikurangi semaksimal mungkin. Bangunan multi storey
kebanyakan menggunakan sistem otomatis, selain karena lebih cepat, cara kerjanya juga lebih efisien.
Fungsi Ruang Detector
Jenis Detector
Pendistribusian oksigen dikendalikan pada ruang sentraI atau ruang kontrol gas medik, melalui pipa
bertekanan disalurkan ke ruang-ruang yang membutuhkannya (misalnya Ruang Operasi, IGD, Ruang
Bersalin (VK), dan Instalasi Rawat Inap Kelas) melalui outlet. Ruang kontrol direncanakan
perletakannya di antara bangunan medik sentral.
2.Generator Set
Sumber tenaga ini dikelola oleh pemilik bangunan dan merupakan fasilitas bangunan. Pada dasarnya,
instalasi mesin generator terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
- Sistem bahan bakar dan tempatnya.
- Mesinnya sendiri dengan perlengkapannya.
- Ruangan sebagai wadahnya.
3. Baterai
Baterai sering digunakan untuk mensuplai kebutuhan tenaga listrik dalam keadaan emergency yang
terbatas, terutama untuk penerangan dan server komputer. Beberapa unit ditempatkan pada individual
cabinet atau pada rak untuk instalasi yang lebih besar dan selalu dilengkapi dengan peralatan
Ketiadaan masterplan juga mengakibatkan banyak sumberdaya yang tidak teralokasikan secara
efektif dan efisien, karena tidak adanya arahan pengembangan program-program serta fisik secara
jelas.
Di sisi lain, disadari bahwa masterplan yang komprehensif akan membutuhkan waktu yang lama dan
sumberdaya yang banyak. Oleh karenanya, selain masterplan, yang kerap diperlukan adalah adanya
suatu rencana pengembangan fisik jangka panjang, yang dapat dijadikan arah pengembangan secara
garis besar, sekaligus menjadi acuan bagi pengembangan unit-unit di dalam rumah sakit dalam
mengemban program pengembangan pelayanan kesehatan jangka panjang, jangka menengah, serta
jangka pendek.
Manajemen fisik tidak hanya berkaitan dengan arsitektur semata-mata, melainkan juga akan melihat
rumah sakit sebagai sebuah asset properti, baik dalam kaitannya dengan lahan, bangunan, maupun
infrastruktur. Hal ini akan terkait secara erat dengan aktivitas, layanan, serta program stratejik.
Karenanya, integrasi antara manajemen fisik rumah sakit degan manajemen strategis rumah sakit
menjadi sangat penting.
Tujuan perencanaan aset fisik rumah sakit secara umum adalah untuk:
1. Memperoleh keterpaduan antara rencana pengembangan program pelayanan kesehatan
dengan rencana pengembangan fisik, yang dapat diandalkan baik dalam jangka panjang,
menengah, maupun jangka pendek.
2. Memperoleh arah pengembangan fisik, sekaligus sebagai kerangka dasar bagi
pengembangan-pengembangan bangunan serta infrastruktur di lingkungan umahsakit
3. Memperoleh dasar bagi pentahapan pengembangan fisik, dikaitkan dengan pengembangan
program pelayanan kesehatan maupun dengan manajemen rumah sakit secara
keseluruhan.
Sasaran penyusunan rencana pengembangan fisik rumah sakit secara umum adalah untuk:
1. Optimalisasi fungsi, baik yang ada sekarang, maupun yang direncanakan mendatang
2. Optimalisasi ruang untuk mengakomodasi fungsi yang ada sekarang maupun fungsi yang
direncanakan mendatang
3. Optimalisasi sirkulasi dengan mempertimbangkan jejalur sirkulasi yang telah ada, namun
dengan upaya menghubungkan secara lebih efektif dan efisien fungsi-fungsi yang terkait
dalam lingkungan Rumah sakit
4. Meningkatkan kualitas estetika, kekuatan konstruksional, serta performansi fungsional yang
disandang oleh massa dan bentuk bangunan
5. Menanggapi konteks dan lingkungan secara positif, baik dari sisi fungsional-higiene,
maupun secara estetika-perancangan kawasan.
Dalam rangka pengembangan fisik rumah sakit untuk mencapai visi yang telah ditetapkan diperlukan
suatu pendekatan komprehensif untuk menghubungkan berbagai strategi seperti terlihat dalam
pendekatan berikut ini menurut kerangka yang dikembangkan dari diagram awal oleh Horak, 1999.
48
Tata Aktivitas
Tata Ruang
Tata Massa
Perencanaan Tata Sirkulasi Kinerja
Komitmen Strategis Tata Konteks Meningkat
Program dalam
bentukan fisik
Terjemahan
Pengembangan
Fisik
Bagan diatas menggambarkan strategi rumah sakit kedepan sangat mempengaruhi konsep fisik yang akan dikembangkan.
Rencana Strategis yang saat ini sudah dimiliki biasanya akan dianalisis untuk penerjemahan menjadi program fisik.
Secara lebih rinci, alur kerja yang lazim diterapkan adalah sebagai berikut :
Strategis Fisik
49
Dalam pelaksanaannya, kerangka ini akan dikembangkan bersama antara konsultan dengan para stakeholders yang terkait dalam
pertemuan konsultatif di rumah sakit. Penjabaran tersebut akan meliputi kegiatan-kegiatan sebagaimana berikut :
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
50
Kriteria perancangan merupakan pertimbangan umum termasuk normatif standar yang mendasari
proses perencanaan dan perancangan rumah sakit.
Kriteria perancangan dibutuhkan agar bangunan beserta lingkungannya secara guna (fungsional) dan
citra (konsep estetika, ekspresi) mampu mencapai target yang telah disepakati bersama, dalam hal ini
kriteria perancangan menjadi alat ukur (benchmark). Untuk mengakomodasi berbagai tuntutan
aktivitas yang ada, kriteria-kriteria yang digunakan antara lain:
1. Memenuhi standar bangunan kesehatan
Kriteria yang digunakan:
- Berdasar standar ruang yang ada.
- Memenuhi persyaratan Panduan Bangunan Rumah sakit .
- Memenuhi persyaratan standar teknis bangunan Rumah sakit
2. Aspek Ekonomi dan Berkesinambungan
Kriteria yang digunakan:
- Bangunan ekonomis
- Penggunaan energi
- Pemeliharaan murah
Pertimbangan umum pada:
- Biaya pemeliharaan
- Fleksibilitas untuk berubah
3. Aspek Efisiensi
Kriteria yang digunakan:
- Hubungan antar fungsi
- Pergerakan orang dan distribusi barang
- Penggunaan ruang
Pertimbangan umum pada: Masterplan Fisik Rumah Sakit Ngesti Waluyo, Parakan
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
- Desain yang menekan biaya operasional
- Bangunan terorganisasi dengan baik
4. Fleksibel
- Mudah merespon perubahan penggunaan
- Dapat berkembang sesuai kebutuhan
- Pentahapan dalam perencanan, tahap konstruksi atau pembangunan masa datang
5. Fungsional
Kriteria yang digunakan:
- Kenyamanan
- Privasi
Pertimbangan umum pada:
- Standar dan hubungan ruang
- Lingkungan pengobatan
8. Arsitektur yang baik
Kriteria yang digunakan:
- Sosial
- Taraf hidup
- Estetika
Selain itu perencanaan dan perancangan fisik fasilitas kesehatan juga perlu didasarkan pada kualifikasi fasilitas pelayanan
kesehatan yang secara diagramatis disajikan pada diagram berikut ini :
Perawatan sendiri
Rumah Posyandu Pengawasan
Perawatan di rumah Perawatan Otomatis
Farmasi Informasi dan bimbingan
Toko Obat Pengarahan Pelayanan
Kesehatan Negara
52
Dalam pelaksanaannya, produk masterplan fisik hingga pada rancangan yang dapat
dilaksanakan/konstruksi akan meliputi hal-hal berikut:
A. Rencana Induk Pengembangan Fisik (Physical Masterplan)
Terdiri dari :
1. Hasil Analisis Purna Huni (Post Occupancy Evaluation)
a. Analisis Lahan
- Analisis Aspek Lokasi
- Analisis Aspek Transportasi dan Sirkulasi
- Analisis Aspek Guna Lahan dan Zoning
b. Analisis Bangunan
- Analisis Aspek Fungsional
- Analisis Aspek Teknikal
- Analisis Aspek Behavioral
c. Analisis Infrastruktur Masterplan Fisik Rumah Sakit Pendidikan Brawijaya
- Analisis Infrastruktur Off-Site Copyright : PT. Global Rancang Selaras
PERENCANAAN FASILITAS
RUMAH SAKIT
Ukuran Umum
Jumlah bed pada unit ini tidak boleh melebihi 35 bed, meskipun maksimal yang dianjurkan adalah 30
bed. Berbeda dengan bagian Ibu dan rawat Anak dengan jumlah maksimal 20-25 bed. Paling tidak,
25% dari jumlah keseluruhan bed merupakan single bed, dengan tiap-tiap persyaratan fasilitas yang
memadai.
Unit perawatan penyakit jiwa harus mempunyai perlengkapan/syarat keamanan umum pada Unit
Perawatan Penyakit Akut, walaupun hanya terdapat satu Ruang Pengasingan per unit perawatan,
harus disediakan untuk situasi darurat.
Fasilitas harus merupakan tempat isolasi aman yang bisa dikunci, di dalam area demi area dan sebagai
sebuah unit perawatan yang lengkap. Ini untuk memastikan penahanan situasi bahaya yang potensial
dengan beberapa pasien, seperti bahaya pada staf dan pasien lain (penyerangan) dan terhadap pasien
sendiri (bunuh diri).
Unit perawatan atau bagian unit perawatan yang aman, bergantung pada level perlengkapan/syarat,
harus mempunyai suatu kesatuan barrier yang tahan (lantai, dinding, plafond dan penetrations pintu
dan jendela) untuk memastikan penahanan yang disebutkan di atas. Untuk tambahan, konstruksi dan
perabot harus menyediakan perlindungan dari self injury dan kerusakan properti seperti pergeseran
door handles, pencahayaan yang tahan terhadap vandalisme, dan lain-lain.
Pemilihan door hardware harus menyediakan jaminan keamanan pasien dengan penggunaan yang
mudah oleh staf, khususnya pada situasi darurat, seperti tombol tekan digital di lokasi darurat sebagai
pengganti sistem pengaktifan dengan kunci. Perlindungan earth leakage (kebocoran) terhadap sirkuit
A. Instalasi Bedah
Fungsi
Mudah dicapai dari setiap zona terutama dari ICU/ICCU dan CSSD. Memerlukan ketenangan dan
privasi tinggi. Berada pada area sentral. Selain ruang bedah, ruang penunjang yang diperlukan adalah
ruang anestesi, ruang sterilisasi, ruang penyimpanan alat dan ruang persiapan.
66
B. Laboratorium
Fungsi
Memberikan pelayanan diagnostik untuk mendukung IGD, instalasi rawat jalan, radiologi, dan rawat
inap.
Tata letak dan persyaratan ruang:
1. Berdekatan dengan IGD dan radiologi.
2. Mudah dijangkau dari poliklinik dan IRNA.
3. Udara dalam laboratorium tidak boleh beredar pada satu tempat yang sama karena rentan akan
kontaminasi zat-zat aditif, sehingga harus ada akses untuk dapat segera membuang udara.
4. Jika udara akan diedarkan kembali, dianjurkan sistem filtrasi yang sangat baik.
5. Sangat dianjurkan adanya exhaust, tetapi harus memilliki jalur tersendiri agar tidak
mengkontaminasi ruang lain.
6. ingkup kerja laboratorium harus dapat menampung perlengkapan penting seperti vacum, gas medik,
dan electrical services.
67
D. Patologi
Umum / Fungsi
Sebagai dasar kebutuhan, sebuah rumah sakit menyediakan layanan bedah (surgical ) dan/ atau
Kelahiran (obstetric) yang sebaiknya dapat di akses dan di layani selama 24 jam via telepon dengan
layanan bedah termasuk :
- Haematology (pengecekan darah)
- Klinik kimia (apotik)
- Analisis urin
- Mikrobiologi (virus, bakteri, dll)
- Anatomi patologi (urai bedah)
- Cytology (bedah sel)
- Bank darah
Layanan dasar
Kapasitas layanan bedah dan kebidanan sebaiknya perlu menyediakan fasilitas pathology khusus di
tempat (rumah sakit tersebut). Jika layanan pathology berbasis di rumah sakit, fasilitas berikut
sebaiknya disediakan, sebagai kebutuhan minimum:
- Laboratorium Pathology, Ruang-ruang terpisah, mampu mengisolasi secara
aman, secara spesifik disediakan unutk layanan pathology. Tidak untuk dipakai
secar bersamaan dengan layanan lain. Ukuran runag sebaiknya sesuai / cukup
dengan fungsi didalamnya, dan menyediakan lingkungan kerja yang aman.
- Bangku laboratorium yang menyediakan tempat untuk mikroskop, analizer bahan
kimia yang sesuai, incubator centrifugal, dan lain-lain. Area kerja sebaiknya
termasuk akses untuk menuju layanan elektrikal, gas, dan ruang hampa, dan Bak
dengan air
- Ruang simpan darah berpendingin
- Rak baskom/wadah air untuk para staf mencuci tangan. Rak bak air juga dapat
dipakai sebagai tempat pembuangan cairan non-racun.
- Fasilitas penyimpanan untuk reagen (bahan reaksi), standard (penyangga),
persediaan, dan kaca-kaca spesimen mikroskop, dan lain-lain, termsuk pendingin
jika dibutuhkan.
- Fasilitas pengumpulan Spesimen/sampel (darah, urin, dan feses). Area kerja dari
tempat pengumpulan darah sebainya memiliki bangku untuk kerja, ruang bagi
pasien untuk duduk, dan wastafel. Fasilitas pengumpulan Urin dan feses
sebaiknya dilengkapi dengan WC dan bak cuci tangan.
- Ketentuan standar keamanan untuk bahan-bahan kimia termasuk penyiram
ketika keadaan darurat, alat pembilas mata, tempat simpan yang tepat untuk
cairan yang mudah terbakar dan lain sebagainya.
- Fasilitas dan perlengkapan untuk terminal sterilisasi (clave otomatis atau oven
elektrik) spesimen terkontaminasi sebelum di kirim/diangkut. (terminal sterilisasi
tidak diperlukan bagi spesimen yang dibakar ditempat).
- Jika material radio-aktif dipakai, fasilitas rumah sakit membutuhkan pertimbangan
untuk kemungkinan keamanan terhadap bahaya Radio aktif (Radiation Safety
Act).
- Area administrasi meliputi kantor sebagus mungkin ruangan untuk penulisan
administrasi, pengisian dan rekam perawatan
- Lounge, Loker dan fasilitas toilet sebaiknya diletakkan untuk memudahkan bagi
Lokasi
Fasilitas pathology, jika tergabung, paling baik diletakkan berdekatan dengan area layanan 70
yang sering dipakai, antara lain ruang operasi dan ruang kelahiran.
E. Mortuary/ Otopsi
Umum / Fungsi
Unit mortuari atau otopsi adalah fasilitas untuk menempatkan jasad, guna dilakukan peninjauan lebih
lanjut terhadap jasad tersebut oleh pihak-pihak yang berwenang.
Klasifikasi
1. Otopsi forensik (koroner)
Bila kematian dari seseorang disebabkan oleh hal-hal yang tidak wajar, seperti:
Bunuh diri
Kecelakaan lalu lintas
Juga termasuk kedalamnya kematian dengan cara yang wajar namun belum
diketahui penyebab kematiannya.
2. Hospital autopsi
Dilakukan berdasar permohonan dan oleh praktisi medik jika otopsi forensik tidak
mendapatkan hasil.
Proses Otopsi
Proses otopsi dibagi dalam 4 level.
Level 1 - jasad hanya diterima tanpa dilakukan otopsi.
Level 2 - jasad idterima dan diamati tanpa dilakukan otopsi.
Level 3 - jasad diterima dan dilakukan otopsi.
Level 4 - jasad diterima dan dilakuka otopsi namun lebih ke arah mengajari melakukan
otopsi kepada calon praktisi.
F. DENTAL (GIGI)
Umum / Fungsi
Fasillitas ruang bedah gigi dan mulut pusat seperti ruang operasi pada umumnya. Ruangan ini bisa
berupa bangunan tunggal yang berdiri sendiri atau tergabung pada fasilitas umum bedah.
G. Endoscopy
Umum
Berikut adalah area yang harus dipertimbangkan ketika pembangunan pelayanan endoscopic:
- R. Endoscope
- R. Kerja (kebersihan, disinfektan dan sterilisasi, dll)
- R. Penyembuhan
- Peristirahatan penyembuhan
- Holding
- R. Tunggu
- Resepsionis
- R. Ganti (pasien&karyawan)
- Toilet/kamar mandi (pasien&karyawan)
- Rekam medik
- Kantor manajer
- R. Dokter
- R. Konsultasi
- R. Istirahat karyawan
- R. Serba guna
- R. Kerja karyawan
- Cleaning service
- Pembuangan
- Penyimpanan
- Workshop
Ruang Endoscope
Jumlah dan pengoperasian ruang endoscope harus ditetapkan dan ukuran ruang bervariasi tergantung
dari:
- Penggunaan peralatan video
- Pengobatan bedah laser
- Fluoroscopy
- Aktivitas berbagai bidang
- Penelitian
- Penggunaan sinar-X
Aturan bakunya, ukuran luasan ruang endoscopy 4 x 5 m2. Jika peralatan video digunakan, maka
Physiotherapy
Layanan physiotherapy harus menyediakan fungsi atau fasilitas:
- Individual treatment area atau area untuk privasi pasien
- Staff handwashing facilities di ruang treatment. Satu fasilitas handwashing dapat
Occupational Therapy
Beberapa fasilitas yang harus diikutsertakan:
- handwashing facilities;
- gudang untuk peralatan dan persediaan;
- akses toilet bagi diffabel;
- area aktivitas bersama
Lain-lain
Beberapa layanan yang juga mungkin tersedia mencakup Pediatry, Speech Pathology,
Dietetics, Psychology and Social Work. Harus disediakan juga ruang konsultasi, ruang
tunggu, dan akses untuk outpatient. Ruang konsultasi, speech pathology, dan Psychological
Counselling harus memiliki acoustic untuk privasi dan kenyamanan.
Hubungan Fungsional antar ruang Unit Rehab Medik
Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008
Fungsi
Sebagai tempat dimana data data mengenai catatan medis pasien disimpan dan didata sebagai
arsip.
Fasilitas Administrasi
Layanan ini harus ada, akses ke main entrance dan berhubungan dengan fungsi di bawah :
- Recepsionis dan informasi pengunjung/pasien
- ruang tunggu 74
- toilet umum
- telepon umum
Sebagai tambahan, fasilitas disediakan untuk mengakomodasikan aktivitas administrasi sebagai
berikut:
- Ijin masuk pasien
- Ruang interview khusus yang mencakup prosedur perizinan
- Ruang penyimpanan kursi roda, di luar jalur sirkulasi utama, tetapi dekat dengan entry point
- Kantor individu/umum untuk mewadahi kegiatan kasir, administrasi, pengobatan, suster, jika
diperlukan
- Penyimpanan peralatan kantor, alat tulis dan persediaan
- Ruang rapat
- Ruang yang cukup untuk kursi roda, diluar jalur untuk sirkulasi normal tetapi dekat dengan pintu
masuk
- Akomodasi ruang kantor untuk menunjang kepentingan administrasi, medis dan perawat baik
secara umum dan/atau individu, jika diperlukan
- Gudang untuk perlengkapan kantor, peralatan kerja dan cadangan; dan ruang konferensi serba
guna
R.Disku
si
Umum
Ukuran dan jenis service untuk disajikan di apotik akan tergantung pada jenis sistem distribusi obat
yang digunakan, jumlah pasien untuk dilayani, dan tambahan dari service bersama atau dibeli. Ruang
atau deretan apotik ditempatkan untuk akses nyaman, staf kontrol, dan keamanan. Fasilitas
(mencakup satellit, jika bisa diterapkan) dan peralatan.
A. Dispensing (pembagian)
- Poin(kounter) pengambilan dan penerimaan terkendali.
- Area untuk tinjauan ulang dan perekaman dari order/pesanan.
- Area pencampuran yang dilakukan tanpa persiapan.
- Konter dan lemari bekerja untuk aktivitas berkenaan dengan farmasi.
B. Fabrikasi
- Area pencampuran obat
C. Gudang/ Penyimpanan
- Penyimpanan limbah
- Gudang/Penyimpanan yang aktif
- Gudang/Penyimpanan dengan pendingin.
- Gudang/penyimpanan alkohol dan cairan yang mudah menguap dengan konstruksi seperti
75
diperlukan oleh peraturan relevan untuk unsur dilibatkan.
- Gudang/penyimpanan yang aman untuk narkotika dan obat/drugs yang dikontrol.
- Gudang/Penyimpanan untuk peralatan dan persediaan umum yang tidak digunakan.
D. Administrasi
- Ketetapan untuk cek silang dari pengobatan dan profil obat dari pasien individu. Lemari atau rak
penyimpanan untuk sistem pengembalian informasi obat.
- Ruang atau area terpisah untuk fungsi kantor yang mencakup meja tulis, penyimpanan,
komunikasi, dan referensi.
- Ketentuan untuk konseling dan instruksi pasien (mungkin adalah di ruang terpisah dari apotik).
- Ruang untuk pendidikan dan pelatihan (mungkin di ruang multi tujuan bersama dengan unit
yang lain).
E. lain-lain
- Fasilitas handwashing harus tersedia di dalam tiap ruang terpisah di mana pengobatan terbuka
ditangani.
- Menyediakan akses yang nyaman ke lemari karyawan, shower, ruang bersantai/sofa, dll. Pada
umumnya merupakan fasilitas bersama dengan staf rumah sakit yang lain.
- Jika solusi yang intravenous (kedalam pembuluh darah) disiapkan di apotik, tersedia suatu area
pekerjaan yang steril dengan bangku aliran berlapis dan kerudung. Pengaturan dan konstruksi
harus mematuhi persyaratan menurut undang-undang dan Standard yang relevan.
- Pertimbangan untuk diberikan ke persyaratan phisik dari aktivitas spesialis seperti persiapan
yang cytotoxic, jika dilaksanakan.
Fungsi
Fungsi laundry adalah Menerima, mensortir, dan memproses linen dan lakan kotor rumah sakit, untuk
menjaga kelayakan dan kebersihan pelayanan pasien. Linen - linen yang kotor dibawa dan diproses
pada instalasi laundry yang terletak pada area servis. Kemudian linen yang telah bersih dikirimkan
untuk ditampung pada gudang linen bersih yang pada umumnya terletak di setiap lantai instalasi rawat
inap.
Fungsi:
Memberikan pelayanan konsumsi gizi bagi unit perawatan, ICU, IGD, dan unit kandungan.
77
Mengingat karakter aktivitasnya maka bengkel dan peralatan diletakkan terpisah dari kelompok unit
lain. Pemisah bisa menggunakan ruang fungsional garasi atau deret gudang. Aktivitas utama yang
diwadahi dalam unit adalah :
- workshop/bengkel kerja peralatan medik
- workshop/bengkel kerja kendaraan
- workshop/bengkel kerja pertukangan kayu
- penyimpanan alat dan gudang
- administrasi/supervisor
- loker staf
Fungsi:
Merupakan instalasi yang melakukan pemeliharaan maupun perbaikan terhadap sarana dan
prasarana rumah sakit, dilengkapi dengan ruang-ruang kerja berupa bengkel dan workshop.
Perlu adanya fasilitas yang memadai untuk penyimpanan dan pembuangan sampah yang aman.
Standar dan ketentuan terkait dapat dilihat pada Ketentuan Fungsi.
Tingkat efektivitas pengaturan sampah tergantung dari kewaspadaan staf kebersihan dalam
meminimalisasi sampah dan tingkat ketelitian dalam pemisahan sampah dari sumbernya menurut
jenisnya. Dalam kasus ini, tata letak lantai dan peletakan titik-titik pengumpul sampah menjadi sangat
penting.
Untuk membedakan jenis-jenis sampah, baik digunakan keranjang sampah dan kereta pengangkut
sampah yang dibedakan menurut warnanya. Ukuran kereta pengangkut dan keranjang sampahnya
ditentukan dari kuantitas sampah rumah sakit dan berapa titik pengumpul sampah yang mungkin
diadakan. Sedangkan pembedaan warna tersebut akan lebih memudahkan staf terutama saat
pergantian shift kerja staf kebersihan.
Pengukuran minimalisasi sampah dapat dilakukan dengan sistem bar code atau penimbangan
sampah. Hal ini akan terasa agak sulit pada awalnya terutama pada rumah sakit dengan skala kecil,
tetapi akan sangat bermanfaat pada sebuah institusi rumah sakit yang cukup besar, di mana
pengaturan sampah sudah cukup membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dapat pula dipakai sistem
terpadu di mana diterapkan biaya kebersihan sesuai kuantitas sampah yang dihasilkan.
Area pembuangan sampah harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat mengamankan material,
mengurangi dekomposisis organik, mencegah bau keluar, tetapi tetap memungkinkan staf untuk
membersihkan tempat sampah, troli pengangkut, dan area itu sendiri. Pada rumah sakit yang cukup
mampu dapat dipasang sistem pembersih mekanikal. Pada unit ini mungkin dapat diterapkan sistem
penguapan dan pengeringan dengan udara. Uap yang terbentuk pada proses disinfeksi sampah cair
masih harus distabilisasi sebelum dialirkan menuju pembuangan.
A. Area Klinis
Luasan ruang yang efisien dan didesain berdasar kebutuhan sangat dibutuhkan untuk penyimpanan
kereta dorong 240L di titik-titik yang stategis pada setiap sektor. Titik-titik pengumpulan pos kerja harus
mudah diakses oleh staf yang bertanggungjawab atas pembuangan dan pemindahan, serta
penggantian kereta dorong. Aspek yang penting dalam manajemen sampah yang baik, adalah
79
kemudahan bagi produsen sampah pada proses pemisahan sampah.
Sebagian besar lokasi kereta dorong pada area klinis harus diletakkan dalam ruang perawatan.Pada
area lain mungkin membutuhkan ruang/ceruk untuk menyimpan kereta dorong. Dinding dan lantai
pada daerah tersebut harus diberi penutup lantai untuk memudahkan dalam pembersihan.
Dengan alasan pemisahan sampah inilah maka sebaiknya pembuangan sampah pada area klinis
ditempatkan dalam treatment area. Mungkin diperlukan pula ruangan kecil yang diperuntukkan bagi
penyimpanan troli pengangkut, yang dinding dan lantainya dikeramik sehingga mudah dibersihkan.
Troli-troli ini sebisa mungkin tidak dapat diakses oleh publik, dan bahkan dihindarkan sevara visual
dengan menyediakan koridor servis khusus yang aman.
Fasilitas untuk membersihkan tangan harus diletakkan berdekatan dengan area pengumpulan
sampah untuk material medis di mana material klinis ditangani. Kereta dorong tidak boleh terakses oleh
publik dan sebaiknya tidak terlihat pada area yang diamankan. Peraturan manajemen rumah sakit
memungkinkan sebagian besar proses daur ulang dilaksanakan pada tingkatan pengguna. Pemisahan
material-material yang dapat didaur ulang pada tingkat pengguna akan membutuhkan area
penyimpanan yang lebih besar dibandingkan bila dicampur dengan metode pengumpulan daur ulang.
Pemisahan material yang dapat didaur ulang pada titik pengguna akan membutuhkan jumlah gudang
yang lebih besar dibandingkan apabila material tersebut dicampur. Muatan kereta yang 240 liter tadi
diasumsikan untuk metode campur ini, mengingat cara terpisah akan tidak praktis diterapkan pada
area seperti rawat inap.
Perkiraan jumlah kereta 240L yang dibutuhkan untuk tiap bagian rumah sakit harus didasarkan pada
campuran pilihan pengumpulan material daur ulang.
Kebutuhan ruang kereta dorong untuk material daur ulang tidak diperlukan untuk area bangsal.
Prosedur penanganan sampah berbeda harus disediakan untuk benda tajam (jarum), jaringan (tubuh
manusia), cytotoxic, dan zat radioaktif. Benda tajam harus ditampung dengan aman baik pada
pembuangan ataupun wadah daur ulang. Untuk keperluan ini dinding tempat penyimpanan benda
tajam biasanya diberi perlakuan khusus.
Titik-titik pembuangan yang memadai dibutuhkan pada area perawatan, agar jarum dapat dikontrol dan
terlihat saat sudah tiba waktunya untuk dibuang. Dalam kondisi ini, biasanya dibutuhkan
bantalan/lapisan tambahan pada dinding kontainer. Kontainer pembuangan benda tajam dapat
dibuang melalui saluran pembuangan klinis apabila jalur tersebut memang dirancang untuk itu.
Umumnya rumah sakit menyediakan pembakaran sampah (incinerator) untuk keperluan ini.
Sedangkan bagi material tajam yang masih dapat digunakan, disediakan kontainer khusus yang
terpisah.
Penampungan sampah sebaiknya dipisahkan melalui jalur sampah medis yang disediakan dan
disetujui kontraktor pembuangan. Beberapa tim manajemen rumah sakit membutuhkan incinerator
meskipun tidak ada peraturan untuk menyediakan pengemasan secara benar. Buangan wadah benda
tajam yang didaur ulang umumnya disebabkan oleh suplai dari kontraktor, dan tidak memerlukan
Tempat penyimpanan kecil harus disediakan di bagian yang membuang jaringan manusia. Jaringan ini
harus dipindahkan ke bagian manajemen penanganan sampah, segera setelah diambil (dibekukan jika
perlu), dan ke incinerator. Buangan cytotoxic dan zat radioaktif harus diawasi oleh staf yang 80
berpengalaman, umumnya apoteker. Pembuangan zat-zat ini umumnya tidak terlalu sering.
Sampah berupa jaringan tubuh manusia, racun sitotoksik, dan material radioaktif umumnya dihasilkan
secara tak teratur dan dalam jumlah relatif kecil, kecuali rumah sakit tersebut memiliki fasilitas khusus
yang menyebabkan produksi sampah jenis tadi di atas normal. Dibandingkan sampah jenis lain,
meterial-material ini umumnya tidak terlalu banyak mengambil tempat pada area pengolahan. Hanya
dibutuhkan wadah khusus untuk penampungan sementara jaringan tubuh manusia untuk secepatnya
dibekukan segera setelah dibuang, untuk selanjutnya mungikn dimasukkan dalam incinerator.
Sedangkan racun sitotoksik dan bahan radioaktif membutuhkan penanganan khusus oleh tim yang ahli
di bidang tersebut (biasanya ahli farmasi atau BATAN di Indonesia). Penanganan sampah seperti ini
rutinitasnya dapat lebih longgar.
B. Area Kantor
Ruang dengan luasan yang memadai dan direncanakan sesuai kebutuhan harus dialokasikan untuk
penyimpanan kereta dorong 240L pada tempat-tempat strategis di setiap area kantor. Aspek yang
penting dalam manajemen sampah yang baik tergantung pada produksi sampah dalam memenuhi
proses pemisahan sampah.
Kereta sampah biasa harus selalu diletakkan dekat dengan kereta kertas daur ulang untuk mengatasi
pemisahan sampah biasa dengan material daur ulang yang tidak sistematis.
Titik-titik pengumpulan pos kerja harus mudah diakses oleh staff yang bertanggungjawab atas
pembuangan dan pemindahan serta penggantian kereta dorong. Kereta dorong tidak boleh terakses
publik dan sebaiknya tidak terlihat pada area yang diamankan. Kebijakan Manajemen Rumah Sakit
memungkinkan untuk menghancurkan laporan-laporan penting dan rahasia sebelum dibawa ke area
daur ulang (penanganan sampah). Lokasi fasilitas penghancur dokumen sebaiknya diletakkan
berdekatan dengan area penyimpanan kereta (yang digunakan untuk menyimpan dokumen rahasia
yang akan dibuang tersebut). Area pembuangan sentral untuk benda-benda yang membutuhkan
kerahasiaan, memberikan pengamanan ekstra dalam pelaporannya.
81
11. Pelayanan Penunjang
Fasilitas
Fasilitas yang mungkin disediakan adalah:
- florist
- snack bar/coffee shop
- gift shop
- farmasi
bank
- penata rambut, dll
kebutuhan Staff
Fasilitas yang mungkin dapat disediakan untuk melengkapi kebutuhan staf:
- ruang ganti (change room)
- loker
- grooming/handwashing
- toilet
- ruang shower (showering)
- ruang istirahat (lounge)
Ruang Doa/ Ibadah
Memisahkan ruang sebagai fungsi tunggal seperti :
- konsultasi bagi keluarga penderita
- percakapan Internal
- ruang ibadah dan Ruangan harus mudah diakses oleh penyandang cacat.
Perawatan Anak
Perawat-perawat terbaik sangat direkomendasikan untuk fasilitas perawatan anak ini. Area perawatan
anak meliputi:
- tempat bermain anak
- toilet anak dan staf
- loker tempat simpan jaket atau sepatu
- tempat tidur anak
- tempat meyimpan mainan
- kantor staf
- pantry
- tempat bermain outdoor yang aman
- view ke luar (bukan jalan raya) yang baik dan tenang
beberapa area service yang mendukung dapat diletakkkan berdekatan dengan area ini.
Fasilitas
A. AKSES AMBULANS
Akses utama keluar dan masuk mobil ambulans tidak boleh bergabung dengan akses lalu lintas
yang padat, sehingga ambulans dapat beroperasi dengan cepat.
B. RAMPS
Ramp harus disesuaikan dengan standar yang ada, selain itu harus ada hubungan dengan
Ruang seminar
Luas minimum = 28 m2. Ruangan ini natinya akan digunakan untuk mengadakan seminar, atau workshop mengenai rumah sakit.
Selain itu, ruang ini juga akan berfungsi sebagai ruang rapat atau pertemuan antar staf di rumah sakit. Demonsrasi suatu metode
baru dalam perawatan pasien juga akan menggunakan fasilitas ini.
Perpustakaan
Di sini nantinya akan dapat diletakkan berbagai literatur medis yang dapat digunakan untuk mencari data bagi para staf pegawai.
Selain itu, ruang ini perlu dilengkapi dengan fasilitas audio-visual.
Ruang Kuliah
Ruang kuliah ini nantnya akan digunakan sebagai fasilitas belajar bagi para calon-calon perawat atau pegawai lainnya.
Gudang
Sebagai fasilitas penyimpan alat-alat pembelajaran.
RUANG ENDOSCOPY/TINDAKAN
(anestetik/tindakan )
83
KEMUNGKINAN TAHAP 3. PEMULIHAN
(penyegaran, instruksi pasca operasi, recliners.
A. Tata Fungsi
Zona Fungsi Dalam Rumah Sakit
- Zona 1 wilayah ini berkarakter publik. Ruang publik direncanakan berada di area yang
sangat publik dengan tingkat pencapaian yang tinggi. Di dalam ruang publik berlangsung
aktivitas-aktivitas pelayanan rumahsakit kepada publik, diantaranya instalasi gawat
darurat, instalasi rawat jalan, kebidanan, farmasi dan diagnostik.
- Zona 2 wilayah ini berkarakter privat. Publik dapat mengakses area ini namun terbatas.
Wilayah ini menerima limpahan kerja dari zona luar dan membutuhkan akses khusus
untuk mendukung pelayanan khusus: program ruang yang direncanakan pada zona ini
adalah fasilitas rawat inap.
- Zona 3 wilayah yang menyediakan dukungan bagi aktivitas rumahsakit: kantor
pengelola rumah sakit dan ruang serbaguna.
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan zonasi fungsi yang telah
ditentukan sehingga dapat berkaitan dengan zonasi yang memenuhi persyaratan kesehatan yaitu
dengan mengelompokkan fungsi ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit
sebagai berikut :
Zona dengan Risiko Rendah
Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang
perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan. Persyaratan ruang sebagai
berikut :
- Permukaan dinding rata dan berwarna terang
- Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan
pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
B. Tata Sirkulasi
Sirkulasi Internal
Sistem sirkulasi di dalam bangunan adalah pengaturan hubungan antar fungsi ruang yang saling
terkait, yang terdiri dari beberapa fasilitas sirkulasi, yaitu :
a. Fasilitas selasar/koridor penghubung antar ruang tindakan, dengan lebar minimal 2,5
meter.
b. Fasilitas tangga sebagai penghubung antar lantai maupun penggunaan alat bantu sirkulasi
vertikal berupa ramp pada pengembangan bangunan berlantai banyak pada fungsi-fungsi
yang bersifat emergency, seperti trauma center, emergency, OK, dan rawat inap intensif.
c. Penggunaan tangga atau elevator dan lift dilengkapi dengan sarana pencegahan
kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh
pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve
Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.
d. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi
kebakaran atau kejadian darurat lainnya.
e. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan didisain sedemikian rupa dan dilengkapi
dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar
ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi
f. Fasilitas selasar/koridor penghubung antar massa bangunan
g. Fasilitas selasar/koridor services dan utilitas
Sirkulasi Eksternal
Merupakan perencanaan sirkulasi diluar bangunan. Sirkulasi eksternal rumah sakit dibedakan dalam
a. Sirkulasi gawat darurat, yaitu akses langsung menuju IGD. Karakter sirkulasi ini cepat
dan bebas hambatan.
b. Sirkulasi umum, yaitu sirkulasi oleh pengunjung umum dari luar menuju ke poliklinik,
pusat diagnostik atau besuk ke rawat inap.
c. Sirkulasi staf, yaitu akses karyawan medik maupun non-medik menuju zona aktivitas.
d. Sirkulasi barang dan servis, terdiri dari drop-off bahan di instalasi gizi, operasi 86
pemeliharaan IPAL dan incenerator, sirkulasi kendaraan pemadam kebakaran.
Dalam kondisi luar biasa yaitu bila terjadi gawat darurat massal maka keempat area dropping tersebut
bisa digunakan secara bersama-sama untuk menghindari terjadinya antrian panjang.
Sirkulasi eksternal memiliki prinsip mengoptimalkan akses dari jalan utama. Sistem sirkulasi eksternal
dipisahkan antara sirkulasi menuju Unit Gawat Darurat dan VK dengan sirkulasi menuju diagnostik,
administrasi, rawat jalan dan rawat inap. Pemisahan akses ini dibuat untuk memudahkan akses
menuju ke Unit Gawat Darurat dan VK tanpa diganggu oleh sistem sirkulasi publik menuju ruang-ruang
fungsional lain dalam rumah sakit
Sirkulasi eksternal ditunjang oleh area parkir serta dropping zone. Dropping zone paling penting adalah
naik turunnya pasien dari kendaraan pengangkut. Direncanakan area tersebut terlindung dari hujan
panas, dengan penerangan cukup di malam hari dan dilengkapi signage yang jelas. Ada 4 zona
dropping terpisah, yaitu:
a. Dropping untuk fasilitas Kantor dan Pendidikan
b. Dropping untuk fasilitas Gawat Darurat
c. Dropping untuk fasilitas Poliklinik
d. Dropping untuk fasilitas Rawat Inap
e. Dropping untuk fasilitas Servis
Dua faktor utama di dalam konsep perencanaan pencahayaan adalah (1) tingkat kekuatan penyinaran
(quantity) dan (2) pengontrolan silau (quality). Selain itu unsur luar yang turut mempengaruhi
kenyamanan pandangan yang harus diselesaikan secara teknis adalah wujud obyek yang di pandang,
latar belakang obyek dan kondisi fisiologis mata. Pada hakikatnya, konsep perencanaan pencahayaan
adalah pengaturan efek sinar yang sesuai terangnya dan tidak menyilaukan, sehingga kenyamanan
dapat tercapai.
Pada area-area publik yang penting seperti ruang receptionist, pendaftaran, dan lobby direncanakan
kuantitas pencahayaan yang lebih, yaitu di atas 100 fc (footcandles). Pencahayaan yang memadai
pada area publik dapat meningkatkan rasa aman.
Beberapa prinsip mengenai pencahayaan buatan pada rumahsakit adalah sebagai berikut :
o Intensitas cahaya pada tiap ruangan hendaknya dapat diatur dengan mudah
o Perbedaan intensitas cahaya yang gradual akan sangat membantu pasien untuk 87
beradaptasi terhadap ruang yang akan dituju. Oleh karena itu diperlukan ruang-ruang
transisi untuk menuju ruangan dengan intensitas cahaya yang berbeda.
o Sumber-sumber cahaya hendaknya dilindungi untuk meminimalisasi cahaya
menyilaukan dan temperatur yang tinggi. Penggunaan beberapa lampu dengan
intensitas rendah lebih baik daripada satu lampu dengan intensitas tinggi.
o Menghindari bahan-bahan yang dapat mengakibatkan silau (glare) pada pintu, jendela,
dinding, lantai dan funiture.
o Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya
dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
o Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan
barang/peralatan perlu diberikan penerangan.
o Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk
malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu ditempatkan pada
titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik
Penggunaan sunshading dapat digunakan untuk mereduksi pencahayaan alami di sisi Barat dan
Timur, dan perlu diupayakan sedemikian rupa sehingga mudah dalam perawatannya.
Penghawaan
Konsep pengolahan dan pengendalian udara (penghawaan) pada ruang pada hakekatnya terdiri dari
tiga hal yaitu:
- pengendalian kalor/panas dan suhu serta penggunaan bahan material bangunan (jenis,
tekstur), zat pelapis/cat (warna), orientasi bangunan terhadap arah sinar matahari dan
angin, tata hijau lingkungan mempengaruhi seberapa besar atau seberapa kecil
panas/kalor yang diserap atau dikeluarkan untuk menciptakan suhu nyaman bagi
pengguna yaitu berkisar 25-26 C.
- pengendalian kelembaban udara. Kelembaban udara yang nyaman bagi tubuh adalah
sekitar 40-70%. Salah satu strategi untuk mengendalikan kelembaban udara dalam ruang
yaitu dengan mempercepat proses penguapan. Hal ini dicapai dengan mengoptimalkan
aliran sirkulasi udara (ventilasi). Ventilasi diperoleh dengan memanfaatkan perbedaan
bagian-bagian ruangan yang berbeda suhunya, dan karena berbeda tekanan udaranya.
- Pengendalian pertukaran udara. Kesegaran udara dalam ruang serta kesehatannya
diukur dengan besarnya kadar zat asam (CO2) tidak melebihi 0.1-0.5%. Pergantian udara
dalam ruang dikatakan baik apabila untuk ruangan dengan dimensi 5 m3 /orang, udara
dalam ruang harus diganti 5 kali per jam. Semakin kecil rasio ruang perorang, frekuensi
pergantian udara semakin tinggi.
Pengendalian Kebisingan
1 Ruang Pasien:
3 Anestesi, pemulihan 45
4 Endoscopy, Lab 65
5 Sinar X 40
6 Koridor 40
7 Tangga/Ramp 45
8 Kantor / Lobby 45
9 Ruang alat/Gudang 45
10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 Ruang cuci 78
13 Ruang Isolasi 40
Konsep yang digunakan untuk mengatasi masalah kebisingan adalah mengolah tata letak dan
perencanaan interior, pemilihan material bangunan serta finishing dinding sedemikian rupa yang dapat
mendukung pengendalian kebisingan tersebut. Di sisi lain, perencanaan tata massa bangunan juga
berperan dalam pengendalian kebisingan.
Penggunaan material seperti karpet, baik pada lantai maupun dinding dapat mereduksi kebisingan
sampai 70%. Penggunaan ceiling yang tepat juga dapat mereduksi kebisingan terutama dari lantai ke
lantai. Kebisingan juga dapat dihindari dengan tidak menggunakan bahan-bahan logam pada furniture
D. Struktur Bangunan
Bahan Bangunan
Pemanfaatan material tetap mengutamakan segi ekonomis melalui penggunaan bahan bangunan
yang umum dan mudah didapat, namun diperoleh mutu konstruksi yang baik serta penyelesaian fasad
arsitektural yang memadai untuk mewujudkan citra kelas pelayanan prima.
Dinding Interior
Dinding ruang daIam diupayakan tetap mengutamakan segi kesehatan, yaitu menggunakan bahan
finishing dinding dan sistem konstruksi yang mudah dibersihkan, tidak menyimpan debu atau kotoran 90
dan warna yang dipilih adalah warna hangat untuk menunjang suasana penyembuhan. Pada ruang
tertentu yang telah diatur sesuai dengan standar persyaratan maka kualitas dinding menuruti aturan
dalam standar tersebut.
Bahan Lantai
Untuk menentukan bahan lantai perlu dihindari bahan-bahan yang licin untuk menghindari selip.
Penggunaan material yang licin, seperti keramik hendaknya dikombinasi dengan tekstur agar tidak
terlalu licin. Bahan-bahan seperti keramik, kayu, karet, vinyl dapat digunakan sebagai bahan lantai
yang sesuai untuk kursi roda dan stretcher. Bahan lantai dengan kandungan vinyl lebih tahan terhadap
abrasi.
Lantai dengan lapisan karet adalah bahan yang paling ideal untuk menghindari selip, terutama di toilet.
Keramik dengan tekstur atau berukuran kecil dengan banyak joint lebih baik dari pada keramik polos,
karena mempunyai daya tarik lebih besar sehingga menghindarkan selip
Bahan-bahan yang dapat dikatakan anti selip adalah bahan-bahan yang mempunyai koefisien
pergeseran minimal 0.6 (0.8 untuk ramp) dalam keadaan basah maupun kering. Bahan yang
memenuhi kriteria ini adalah karet. Bahan karet dapat menghindarkan selip, tahan terhadap abrasi,
minyak dan alkali, akan tetapi bahan karet tidak direkomendasikan pada dapur dan ruang operasi.
Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran
pembuangan air limbah. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar
mudah dibersihkan.
Bahan Atap
Hal Iain yang perlu diperhitungkan adalah penanggulangan masalah kebocoran pada waktu hujan,
yaitu dengan cara:
- memperhitungkan kemiringan atap
- memberi Iapisan plastik atau aluminium foiI pada bagian daIam atap
- memeriksa akurasi bentuk satuan genteng
- memeriksa kualitas genteng.
Kombinasi material penutup atap dipakai laminated glass ataupun fiberglass untuk kepentingan
memasukkan cahaya dalam ruang. Penutup plafon sebagai komponen atap menggunakan bahan
kedap suara dan mampu menjadi sekat api (fire proofing). Hal tersebut menjadi bagian dari upaya
mewujudkan kenyamanan privacy serta keselamatan bangunan.
Bagi pasien berkursi roda, sangat sulit untuk membuka dua daun pintu, maka satu daun pintu minimal
mempunyai lebar 80-90 cm. Lebar daun pintu harus dapat mengakomodasi perpindahan stretcher dan
furnitur di dalam ruangan. Gagang pintu sebaiknya berada pada ketinggian 90 cm dari lantai sehingga
mudah dicapai orang dari kursi roda maupun anak-anak. Untuk memudahkan pengguna kursi roda, 91
sebaiknya pintu dapat berayun dari dua arah, sehingga dapat dengan mudah dibuka tutup dari dua sisi
ruangan.
Prinsip yang digunakan dalam merencanakan interior ruang adalah dengan membedakan karakter
ruang yang hangat dan dingin. Karakter hangat dapat diterapkan pada ruang-ruang yang bersifat
publik, seperti ruang tunggu, lobby, serta ruang-ruang yang digunakan sebagai area terapi dan
penyembuhan. Untuk menciptakan karakter hangat dalam ruangan, dapat menggunakan warna-
warna seperti krem, orange pada unsur-unsur interior seperti dinding dan lantai. Ceiling yang lebih
rendah dapat membuat ruangan lebih cozy dan tidak formal, disamping itu, pasien dengan kursi roda
lebih nyaman berada di ruangan yang memiliki ceiling rendah.
Tekstur dan warna sangat mempengaruhi kesan pengguna ruangan terhadap ruangan. Ruangan
berkarakter hangat dapat membuat pengguna didalamnya merasa waktu berjalan lebih lambat.
Sedangkan, di dalam ruangan yang berkarakter dingin, waktu seakan berjalan cukup cepat. Oleh
karena itu, karakter dingin sangat sesuai digunakan pada ruang-ruang operasi. Karakter dingin dapat
dibentuk dari warna lighting, warna material serta furnitur yang ada di dalamnya.
Perbedaan yang kontras antara dinding dan lantai dapat membantu mengidentifikasi batas. Pintu
hendaknya berwarna kontras untuk memudahkan way finding pada saat kebakaran. Minimalkan
penggunaan cermin, karena dapat memecah konsentrasi dan orientasi. Pembatasan tekstur dan
warna perlu dilakukan untuk membantu pasien gangguan jiwa yang sensitif.
Sistem keamanan pasif didapat penataan lansekap dan pencahayaan luar ruangan yang memadai pada area-
area yang kritis, terutama pada malam hari. Sistem keamanan pada perencanaan fisik juga mencakup sistem
pengamanan bahaya kebakaran yang terkait dengan usaha evakuasi.
ISU KONTEMPORER
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
pendekatan-pendekatan yang merespon isu kontemporer
Perkembangan jasa layanan medis tidak dapat melepaskan diri dari perkembangan jaman dimana
berbagai isu kontemporer muncul dari waktu ke waktu. Isu tersebut muncul dalam relasi desakan
strategis pertimbangan pengelolaan, akibat pergeseran karakter pelayanan merespon dinamika
teknologi medik, ataupun perkembangan dalam rekayasa teknik termasuk perkembangan bahan
bangunan. Isu kontemporer misalnya besaran fasilitas sesuai tingkat okupansi yang memungkinkan
pertumbuhan, adanya tuntutan performa gedung sesuai dengan kelas layanan, performa fisik
bangunan beserta lingkungan terhadap kemudahan pemeliharaan dan biaya, tuntutan konservasi
bangunan dalam status benda cagar budaya dengan adaptasi fungsi baru, konservasi lahan dan
konservasi energi untuk kepentingan pelestarian dan keberlangsungan adalah sebagian isu-isu
mutakhir yang mengemuka dasawarsa ini.
Pada bab ini akan dibahas tentang pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dalam menanggapi
beberapa isu kontemporer.
Bangunan gedung bisa diasumsikan sebagai alat produksi. Kapasitas alat produksi yang lebih
besar dari pada penjualan akan mengakibatkan inefisiensi. Inefisiensi secara langsung
akan menghasilkan biaya produksi tinggi yang lambat atau cepat akan menggulung lapangan bisnis
kita. Untuk itu sangat diperlukan penanda arah dan waktu. Kapan harus memperluas bangunan
sebagai tuntutan penambahan jenis atau kapasitas pelayanan dan sebaliknya kapan harus menunggu.
Secara prinsip gedung beserta infrastruktur penunjangnya sebagai aspek fisik akan mengikuti strategi
non fisik. Namun secara langsung investasi pembangunan gedung menjadi salah satu komponen
utama perhitungan biaya yang harus dikalkulasi dengan cermat tingkat pengembaliannya.
Oleh karena itu hal apa yang bisa menjadi pertimbangan pengelola dan pembuat kebijakan untuk
fasilitas kesehatan diantaranya adalah:
a.Laksanakan pembangunan gedung jika okupansi telah tinggi (>70%). Implikasi jika okupansi
terlalu tinggi maka kualitas pelayanan akan turun seiring dengan penurunan sanitasi dan daya
dukung gedung.
b.Laksanakan pembangunan gedung jika instalasi baru tersebut merupakan instalasi vital yang
mempengaruhi kinerja unit pelayanan lain. Misalnya Rawat Jalan akan membutuhkan mutlak
sarana prasarana diagnostik seperti pula rawat inap memerlukan instalasi rawat darurat dalam
kapasitas yang tepat.
c.Laksanakan pembangunan jika sarana prasarana penting telah rusak dan tidak bisa digunakan
lagi.
d.Rencanakan dan laksanakan pemeliharaan rutin.
e.Secara keuangan agenda pembangunan konstruksi baru bisa diagendakan setelah 6-7 bulan
kecuali pertimbangan khusus.
Jika prinsip prasyarat diatas belum ada, maka yang bisa dilaksanakan adalah:
a.Rehabilitasi gedung termasuk sarana prasarananya
b.Laksanakan perbaikan dalam kerangka pemeliharaan
c.Konsolidasi keruangan dalam konsep renovasi atau rehabilitasi
Rehabilitasi, renovasi dan perbaikan secara mutlak harus dengan anggaran belanja yang lebih rendah
sekitar maksimal 2/5 biaya pembangunan konstruksi baru. Oleh karena itu pahami dan putuskan
secara strategis.
Dalam ilustrasi tersebut diatas dituntut pemahaman teknis sebaik pertimbangan manajemen strategik.
Maka sedikit banyak perlu memahami komponen utama struktur bangunan yaitu pondasi, kolom, balok
Dalam perkembangan bahan bangunan memungkinkan dipilih material dinding ringan permanen 94
(hebel) sehingga bisa mengurangi beban yang harus didukung oleh struktur bangunan atas. Selain itu
didukung adanya produk khusus adukan, acian, dan spesi yang memiliki daya rekat baik dengan berat
lebih ringan dengan nama dagang antara lain mortar utama.
Selain itu adanya produk lapisan ringan dengan kemudahan aplikasi serta kekuatan untuk menjadi
partisi ruangan sangat bermanfaat. Bahan yang tepat bahkan tidak saja menjadi penyekat ruang
namun sekaligus sebagai peredam suara dengan fleksibilitas yang baik untuk dipasang vertikal
sebagai komponen dinding atau horisontal sebagai komponen plafon. Masih banyak lagi dukungan
kemajuan teknologi bahan yang mendukung kebutuhan di lapangan.
Isu ini lebih mengarah pada kepentingan bertemunya aspek perencanaan fasilitas terhadap strategi
meraih segmen pasar bisnis. Kesesuaian besaran investasi fasilitas terhadap skenario aliran kas
sehingga bisa diperoleh stabilitas kondisi keuangan secara umum. Kenyataan yang terjadi adalah
kondisi fasilitas sangat mempengaruhi calon pembeli dan keputusanya. Semakin banyak aspek positif
ditemukan oleh pembeli dari produk layanan akan semakin baik bagi penyedia.
Tuntutan dasar terhadap layanan kesehatan adalah profesional dan bersih. Dari dua tuntutan dasar
tersebut maka implikasi terhadap fasilitas antara lain:
a.Tata ruang yang sesuai dengan kebutuhan layanan dengan antisipasi terhadap kapasitas
maksimal
b.Hubungan antar unit layanan sesuai dengan kebutuhan kenyamanan pasien sepenting standar
medik
c.Rancang bahan yang awet, aman, dan tidak menangkap debu. Dukung kondisi bersih melalui
rancangan warna dan cahaya. Kemudahan pemeliharaan dan efisiensi bujet akan menjadi
penyeimbang keputusan dalam perancangan bangunan
Namun disisi lain secara bersamaan tim perancang fasilitas harus menyesuaikan dengan tuntutan
meraih segmen pasar yang sesuai. Pencitraan terhadap layanan yang tercipta dari fasilitas harus
sesuai dengan kelas sasaran. Pencitraan yang berlebihan justru berakibat tidak menguntungkan.
Kondisi tersebut mengakibatkan calon pembeli tidak berani observasi atau spekulasi membeli layanan
sehingga berpindah pada alternatif yang sesuai dengan kemampuan dan harapan. Sedang dari sisi
pengelolaan ketidaksesuaian bisa berakibat unit biaya lebih besar dibanding pemasukan. Dalam
dinamika perkembangan rekayasa bangunan dan material, tuntutan tersebut tidak sulit untuk
diwujudkan.
Salah satu komponen bangunan yang membentuk citra layanan adalah penutup lantai. Keragaman
produk di lapangan memberi peluang banyak pilihan. Secara teknis yang menjadi pertimbangan
adalah ketebalan bahan, ketebalan lapisan permukaan untuk keramik, keseragaman dimensi,
kemampuan dukung, dan meski tidak terlalu vital yaitu keawetan warna dan kemenerusan produksi
tiap tipe. Dengan teknologi pembuatan yang baik dihasilkan keramik yang homogen. Homogenitas
tersebut membuat lebih kuat dan hasil tanpa pori-pori. Salah satu produk di pasaran menggunakan
nama Indogress.
Bahan yang ada di pasaran penunjang kepentingan tersebut antara lain lembaran aluminium cladding
dalam modul tertentu dengan keragaman warna serta teknik dan bahan penggantung rangka hollow.
Atau bahan kaca dengan warna beragam yang terus mengalami peningkatan karakter antara lain tidak
meneruskan sinar UV, lapisan dan teknik tertentu menghindari pecah serpih, anti jamur atau noda,
lapisan tertentu yang menghambat kemenerusan pandangan.
Bahkan dalam rancangan yang ekonomis, perubahan warna cat dinding dalam komposisi yang baik
akan menghasilkan perubahan citra bangunan. Perkembangan teknologi dan bahan pembentuk cat
memudahkan dalam memperoleh perlindungan dinding, penutupan pori-pori yang sempurna, lapisan
anti bakteri, anti jamur, anti noda. Sebagai contoh dalam produk di pasaran dengan nama Jotun.
Material didukung oleh kehandalan pantauan pabrik yang ketat dalam syarat kondisi bidang aplikasi
membuat hasil pengecatan yang baik.
Kemudahan pemeliharaan merupakan faktor penting dalam pertimbangan desain. Kesalahan dalam
desain akan menjadi beban biaya seumur bangunan beroperasi. Pemeliharaan menyangkut rincian
kualitas permukaan yang berhubungan dengan kondisi ruang. Sangat penting untuk dipahami
pembedaan tuntutan bagi ruang luar dan ruang dalam. Perbedaan tuntutan salah satunya disebabkan
oleh skala, jangkauan pengamatan, dan pemanfaatan.
Sebagai contoh aplikasi pengecatan bertekstur pada ruang dalam sebaiknya dihindari karena
permukaan tersebut menuntut bebas debu sehingga tidak tepat mengaplikasikan jendela hidup disisi
lain, dengan demikian perlu pengkondisian udara buatan yang harus diperhitungkan dalam bujet
konsumsi listrik. Namun teknik pengecatan tersebut masih memungkinkan diaplikasikan pada
permukaan dinding luar bangunan untuk menghasilkan citra alami. Kualitas cat yang baik dengan
kandungan anti lumut dan bakteri bisa mencegah turunnya kualitas permukaan dinding. Ataupun
penggunaan batu alam dengan treatment tertentu untuk lapisan permukaan anti lumut.
Terkait dengan biaya, pilihan material bangunan dipertimbangkan dalam aspek ketahanannya. Salah
96
satu yang mempengaruhi usia teknis bahan adalah ketepatan dalam pengkondisian seperti yang
dipersyaratkan. Perubahan suhu serta perbedaan kelembaban akan berpengaruh terhadap fisik
bahan.
Hal kecil yang perlu dipertimbangkan juga adalah efisiensi penggunaan bahan terhadap rancangan.
Oleh karena semua bahan bangunan memiliki dimensi modul yang sama atau hampir sama disetiap
jenisnya, maka penggunaan ukuran dengan perhitungan kelipatan akan tidak menyisakan bahan
bangunan.
Beberapa bangunan memiliki status sebagai benda cagar budaya. Bangunan yang merupakan benda
cagar budaya secara status diikat oleh Undang-undang Cagar Budaya. Pada sebagian kota bahkan
telah diterbitkan list gedung-gedung yang masuk dalam kategori Cagar Budaya. Perlu secara pasti
memahami ruang lingkup pelestarian. Apakah bangunan, bangunan dan lingkungan, lingkungan saja
atau bahkan distrik hingga kawasan sekitar rumah sakit. Setelah itu perlu dirumuskan ketepatan
tindakannya.
Secara prinsip tindakan pelestarian lebih tepat untuk ditekankan pada keberlangsungan bangunan
terkait dengan kehidupan. Artinya aset cagar budaya yang lestari tidak saja secara fisik namun juga
pemanfaatan gedung tersebut dalam fungsi baru yang tanggap terhadap perkembangan dan sesuai
dengan guna ruang dominan sekitarnya. Dengan demikian tidak menutup kemungkinkan dilaksanakan
pembangunan gedung baru diantara aset cagar budaya dengan menjawab tolok ukur kesesuaian
sebagai berikut: Gaya (style), Kriya (workmanship), Bahan (materials), Kegunaan (function), dan
Kesinambungan (continuity).
Tindakan dan metode dalam penanganan pelestarian bangunan dan lingkungan adalah:
a.Inventarisasikan secara lengkap seluruh aset bangunan, lahan dan infrastruktur
b.Kajian delineasi dan status bangunan beserta lingkungannya
c.Konsultasikan rencana tindakan pelestarian ke Balai Pelestarian Bangunan Cagar Budaya yang
ada di provinsi
d.Susun rencana teknis dan detil perancangan
e.Implementasi rencana
Namun dengan perkembangan bahan bangunan, adaptasi garis desain, warna, dimensi bisa
dilaksanakan dengan bahan baru dan teknologi baru. Misalnya tuntutan adaptasi detil pada pintu
jendela termasuk teknik penggantungan berpeluang untuk diaplikasikan pada bahan baru. Salah satu
produk di pasaran yang melaksanakan hal tersebut adalah Fentura Windows.
Pembangunan berkelanjutan merupakan semangat yang melekat di era ini. Berkelanjutan artinya tidak
saja memikirkan keperluan saat ini namun mempertimbangkan lingkungan tempat hidup bagi generasi
mendatang. Salah satunya mengandung arti bagaimana pembangunan dapat berjalan tanpa
melampaui ambang batas daya dukung lingkungan saat ini tanpa mengurangi hak generasi
mendatang untuk hidup, membangun dan mencukupi kebutuhannya. Untuk itulah salah satunya
kepatuhan dalam angka maksimal lahan boleh tertutup (building coverage) serta kepadatan terkait
dengan total luas lantai menjadi harga mutlak. Termasuk pula semaksimal mungkin mempertahankan
profil muka tanah alami. Untuk itu diperlukan kecerdasan dalam merancang hubungan antar fungsi
serta distribusi fungsi yang efisien serta nyaman. Rencanakan pemanfaatan lahan yang tepat dengan
ruang terbuka yang memadai tertanami oleh pohon yang sekaligus memiliki peran neka guna.
Jika kita kaji tindakan konservasi lahan secara prinsip erat berhubungan dengan upaya pelestarian
energi karena secara langsung atau tidak akan mempengaruhi kondisi lingkungan. Syarat keamanan
lingkungan terpenuhi akan berakibat positif pada stok air tanah serta penjagaan kualitas lingkungan
dari polusi. .
Kondisi mutlak terhadap hasil aktivitas rumah sakit adalah pentingnya pengolahan sampah medik
secara khusus, pengelolaan limbah cair sehingga faktor infeksi tidak mencemari lingkungan serta
eksplorasi air tanah secara bijaksana.
Berhubungan dengan konsumsi energi, rumah sakit merupakan salah satu fungsi yang membutuhkan
dukungan energi tinggi. Sumberdaya tersebut antara lain: listrik, bahan bakar untuk operasionalisasi
alat catu daya cadangan listrik, air bersih, tanah sehat, udara bersih. Dalam segala kondisi pelestarian
sumberdaya merupakan hal yang tidak disangkal. Untuk itu rancangan bangunan beserta sistem
penunjangnya diarahkan untuk pemanfaatan yang lestari. Hal sederhana yang digunakan sebagai
template pada penataan lay-out instalasi rawat jalan/poliklinik pada masterplan Rumah sakit adalah
menempatkannya dalam sebuah jejalur paralel yang memungkinkan diletakkannya ruang tunggu di
sisi luarnya sehingga ruang tunggu tersebut dapat memanfaatkan bantuan pencahayaan dan
penghawaan alami (tidak secara total), sehingga dapat memotong biaya operasional yang harus
dikeluarkan.
Terkait dengan hal tersebut, maka pertimbangan lokasi menjadi faktor penting. Pilih lahan yang tidak
dekat dengan bahaya seperti misalnya perbukitan rawan longsor, lahan yang memiliki jenis tanah
sensitif (tanah mengembang), ataupun tepi pantai terbuka. Jika tidak dimungkinkan pemilihan lokasi
yang lebih baik maka diperlukan sistem pengamanan dengan rekayasa teknis yang tepat.
Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa telah dikeluarkan dan disosialisasikan
oleh Departemen Pekerjaam Umum. Dalam pedoman tersebut telah mengatur metode dan cara antara
lain: penempatan dan pengaturan tulangan, teknik sambungan antar komponen balok-plat-kolom-
98
pondasi, kualitas tahan tekan beton minimum 175 kg/cm2 dan kekuatan tarik baja 2400 kg/cm2.
Semua material bangunan selalu mempunyai spesifikasi teknis yang tidak boleh dilanggar untuk
mendapatkan keamanan struktur sehingga perencanaan dan pelaksanaan merupakan kunci utama
yang tidak boleh ditinggalkan salah satu.
Keamanan lain yang harus diperhitungkan adalah keselamatan pengguna. Hal tersebut menyangkut
jalur evakuasi yang jelas, memenuhi standar dimensi, jumlah dan sebaran serta bahan bangunan yan
tepat. Selanjutnya dukungan terhadap keamanan dan keselamatan pengguna adalah bagian dari
peran utilitas mekanikal dan elektrikal. Hal tersebut antara lain: kinerja alat deteksi asap, api serta suhu
panas; hidran atau lain sebagai bagian dari sistem pengendalian kebakaran; sistem penangkal petir
yang aman. Tidak ada satupun bahan dan sistem yang mengatakan dirinya aman terhadap bencana.
Namun dengan perencanaan yang tepat dan cermat maka waktu kritis bisa terlampaui sebelum
memasuki waktu luruh/rusak teknis bahan.