Anda di halaman 1dari 104

ARSITEKTUR

RUMAH SAKIT

GRS
KATA PENGANTAR

Melihat dari tipe dasar bangunan, terdapat dua tantangan terbesar dalam industri desain arsitektur
yang pertama adalah bandara dan yang kedua adalah rumah sakit. Dua tipe bangunan tersebut
menjadi tantangan besar bagi seorang arsitek dan timnya untuk menyelesaikan sebuah rancangan
yang dapat bekerja dengan baik dan benar karena bukan hanya unsur estetika, komposisi,
pertimbangan keuntungan dan kerugian materi dari sebuah fungsi namun keberhasilan organisasi
ruang dan keselamatan banyak manusia menjadi faktor utama penentu sebuah rancangan rumah sakit
yang baik.

Fisik Rumah Sakit merupakan satu hal yang sangat penting bagi sebuah rumah sakit. Bidang fisik
termasuk bangunan dan performansi ruang, tata lansekap, dan infrastruktur pendukung mulai didekati
dengan indikator kenyamanan, keindahan, serta keberhasilan pada lingkungan yang kesemuanya
membangun citra layanan kesehatan dikelasnya. Bangunan yang indah, fungsional, efisien dan bersih
memberikan kesan yang positif bagi seluruh pengguna rumah sakit.

Pada dasarnya, fisik rumah sakit juga berhubungan langsung dengan kualitas layanan medik. Indikator
keberhasilan bangunan rumah sakit dapat dilihat dari kenyamanan dalam pemanfaatanya sehingga
memberikan sumbangan pada proses penyembuhan pasien dan produktivitas pelaku, prosedur-
prosedur layanan medik dapat terlaksana dengan efektif dan efisien, terjaga dengan mudah
kebersihanya.

Tuntutan terhadap kinerja dan layanan kesehatan rumah sakit pada saat ini semakin tinggi. Kita tahu
bahwa kehidupan dapat bermula dirumah sakit dan begitupun dengan akhir, yang umumnya
dilewatkan dirumah sakit pula. Dalam perkembangan layanannya, rumah sakit berhubungan dengan
konsumen yang memelukan layanan kesehatan dan tidak hanya diperuntukan bagi pasien yang sakit.

Fenomena yang telah dijabarkan diatas menjadi dasar pertimbangan penyusunan buku Arsitektur
Rumah Sakit. Buku ini diharapkan mampu menjadi referensi tentang perencanaan, perancangan dan
pengelolaan fasilitas fisik rumah sakit yang dapat berguna bagi akademis, mahasiswa, penyedia jasa

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


dan praktisi industri bangunan, penyedia jasa dan pengguna pelayanan kesehatan, pengelola fisik dan
manajemen fasilitas kesehatan dan masyarakat pada umumnya. Penyusunan buku ini merupakan
respon atas kurangnya referensi buku Arsitektur Rumah Sakit khususnya referensi dalam negeri.

Pokok bahasan yang akan ditemukan dalam buku ini adalah berbagai hal yang terkait dengan
pedoman dan guidelines perencanaan rumah sakit, perancangan fasilitas, infastruktur bangunan
rumah sakit serta strategi pengelolaan dan manajemen fisik perencanaan rumah sakit serta isu-isu
kontemporer perencanaan dan perancangan fasilitas fisik rumah sakit.
I
Akhir kata buku ini berhasil disusun tidak lepas dari bantuan bernbagai pihak yang menyumbangkan
masukannya baik berupa saran maupun kritikan, dalam forum formal maupun informal. Semoga apa
yang ada di dalam buku ini bermanfaat dan memberikan stimulasi yang positif bagi pembaca dimasa
yang akan datang.

Selamat Membaca!

Yogyakarta, Maret 2010

PT. Global Rancang Selaras.


KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAGIAN 1 PENGANTAR DAN TINJAUAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


BAB 1 PRINSIP DASAR PERENCANAAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT 1
Rencana Strategis 1
Organis, Berkembang, Bertahap 2
Kompak 3
Memberikan Harapan Sehat 3
Pengelompokan yang Tepat 3
Sirkulasi yang tepat dan Aksesibel 4
Hemat Energi dan Nyaman Thermal 5
Aman dan Tanggap Keadaan Darurat 5
`Hijau` 6
Mudah dan Murah Perawatan 6
Sesuai Target Konsumen dan Fasilitas yang Tepat 7
Mengakomodasi Kebutuhan dan perilaku Manusia 7
Kenyamanan Visual dan Tanggap Lingkungan 8
Mampu menjadi Aset Properti 8
BAB 2 APA ITU ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
Pengertian 9
Komponen 9
BAB 3 TIPE FASILITAS KESEHATAN
Klasifikasi/ Tipe Fasilitas Kesehatan 10
Tipologi Rumah Sakit 11

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah 12
BAB 4 FUNGSI DAN RUANG RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi 12
Tuntutan Sterilitas, Fungsional, Teknikal dan Behavioral 12
Organisasi Ruang dan Program Kegiatan 14
Instalasi Bedah/ Instalasi Radiologi/ Instalasi Rehabilitasi Medik
Kamar Mayat/ Instalasi Laboratorium/ Instalasi Gawat Darurat/
ii
Intensive Care Unit/ Poliklinik/ Instalasi Rawat Inap (IRNA)
Instalasi Farmasi/ Instalasi Sterilitas (CSSD)/ Instalasi Gigi
BAB 5 SIRKULASI DAN ZONING RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi 21
Sirkulasi 22
Kendaraan/ Barang/ Pengunjung/
Pemberi Layanan Kesehatan/ Kegawatdaruratan
BAB 6 BENTUK DAN KARAKTERISTIK RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi 23
Karakteristik 24
BAB 7 KONSEP RUMAH SAKIT & EVALUASI PASCA HUNI
Fasilitas kesehatan dan Penyelenggaraan Upaya Kesehatan 25
Peran Evaluasi Pasca Huni dalam Proses Desain Fasilitas Kesehatan 25
Optimalisasi Melalui Revitalisasi Fasilitas Fisik Fasilitas Kesehatan 28
Langkah-langkah Peringkatan Performansi Fasilitas Kesehatan 28

BAB 8 PERENCANAAN LAHAN DAN SITEPLANNING RUMAH SAKIT


Kebutuhan vs Ketersediaan 30
Perencanaan Lokasi, Tapak, Ruang Terbuka, Sirkulasi, Parkir, Kontur dan- 31
aliran air.
BAB 9 PERENCANAAN SIRKULASI DAN ZONING KOMPONEN-
BANGUNAN RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi 32

BAGIAN 2 PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SAKIT


BAB 10 PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi 34
Fleksibilitas dan Pentahapan 35
Pertimbangan Estetika dan Kenyamanan 36
BAB 11 PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi 37
Perencanaan Infrastruktur 38
Kriteria Desain Umum Penyediaan Air Bersih/
Kriteria Desain Umum Penyediaan Air Panas/
Kriteria Desain Umum Pengolahan Limbah Cair/
Sistem Drainase dan Pengolahan Air Hujan/
Kriteria Desain Pengolahan Mekanikal Elektrikal/
Kriteria Sistem Pemadam Kebakaran/
Kriteria Sistem Pengandalian Udara/
Kriteria Sistem Telekomunikasi/

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Kriteria Sistem Gas Medik/
Kriteria Sistem Tata Surya/
Sistem CCTV (close Circuit Television)/
Pekerjaan Nurse Call/
Kriteria Sistem Elektrikal
BAB 12 PERENCANAAN FISIK DAN STRATEGIS RUMAH SAKIT
Arti Penting Manajemen Rumah Sakit 47
Tujuan dan Sasaran Perencanaan Fisik 47 iii
Kerangka dan Konsep Kerja 48
Kriteria Umum 50
Produk 53
BAB 13 KONSEP PERENCANAAN FASILITAS RUMAH SAKIT
Pelayanan Pasien Dalam Rumah Sakit/ Inpatient 54
Instalasi Gawat Darurat/
Instalasi Rawat Inap/
Instalasi Rawat Intensif/ ICU
Instalasi Rawat Intensif Koroner/ ICCU
Unit Penyakit Jiwa/
Unit Kamar Bersalin (VK)/
Unit Perinatologi
Unit Haemodialisis
Pelayanan Pasien Luar Rumah Sakit/ Outpatient 65
Instalasi Rawat Jalan
Pelayanan Penunjang Medik/ Klinik Bantuan 65
Instalasi BedahInstalasi Laboratorium
Radiologi
Patologi
Mortuary/ Otopsi
Dental Gigi
Endoscopy
Pelayanan Kesehatan Terapi 73
Instalasi Rehabilitasi Medik
Administrasi / Rekam Medik 74
Rekam Medik
Penyimpanan Obat/ Farmasi 75
Laundry/ Pengelolaan Linen 76
Instalasi Gizi (Dietary Service) 77
Bengkel dan Peralatan (IPSRS) 78
Pengelolaan dan Pembuangan Sampah 78
Pelayanan Penunjang 81
Fasilitas Pembelajaran/ Studi 82
Diagram Pergerakan Pasien 83
Hal yang harus Diperhatikan dalam Desain 84
Tata Fungsi/ Tata Sirkulasi/
Aspek fisika Bangunan/ Aspek Struktur Bangunan/
Aspek Tata Interior
Aspek Keamanan dan Evaluasi

BAGIAN 3 ISU KONTEMPORER

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Kesesuaian Besaran Fasilitas terhadap Okupansi Pelayanan 93
Arsitektur Rumah Sakit yang Memiliki Kelas Layanan 94
Performa Fisik Bangunan dan Lingkungan Terhadap Kemudahan
Pemeliharaan dan Biaya 96
Arsitektur Rumah Sakit yang merespon Konservasi Cagar Budaya dan
Beradaptasi dengan Fungsi Baru 96
Konversi Lahan dan Konversi Energi 97 iv
Arsitektur Rumah Sakit yang Merespon Bencana 98

DAFTAR PUSTAKA
BAGIAN 1 I BAB 1
PENGANTAR DAN TINJAUAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT:

14 PRINSIP DASAR
PERENCANAAN ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
Dalam merencanakan komponen-komponen fisik rumah sakit yang meliputi perencanaan lahan,
bangunan dan infrastruktur, terdapat 14 prinsip dasar yang perlu diperhatikan dan dikembangkan
lebih lanjut untuk menjadi arahan dasar dalam merencanakan rumah sakit sebagai suatu aset
properti.

1. Rencanakan Rumah Sakit Sesuai Rencana Strategis

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Komponen-komponen yang terkait dalam penyusunan Masterplan Rumah Sakit,
Copyright : PT. Global Rancang Selaras

Sering terjadi beberapa kasus kegagalan disebabkan karena pengembangan lahan dan bangunan
yang tidak didasarkan atas studi kelayakan serta perencanaan bisnis yang matang pada tahap awal
perencanaan. Akibat yang ditimbulkan dari kurang matangnya tahap perencanaan antara lain adalah
01
lahan tidak sesuai, bangunan terbengkalai, serta ketidaksesuaian antara aktivitas dengan wadahnya.
Melihat kecenderungan diatas pada akhirnya setiap organisasi baik profit maupun non profit mulai
mempertimbangkan pengelolaan dengan prinsip bisnis yang baik dan benar sehingga tercipta sebuah
bangunan yang mandiri dalam operasional, perawatan, proses tumbuh dan berkembang. Oleh karena
itu sebuah rumah sakit perlu dikembangkan berdasarkan rencana bisnis. Suatu perencanaan yang
dimulai dari perencanaan aktivitas, sumberdaya manusia, perlengkapan fasilitas, akan membawa
implikasi pada lahan, bangunan dan infrastruktur.

Proses pengelolaan aset pada dasarnya akan sangat dipengaruhi oleh proses perencanaan kegiatan.
Dengan kata lain, proses perencanaan strategis akan sangat mempengaruhi perencanaan masterplan
keseluruhan aset (serta masterplan masing-masing unit dan perencanaan fasilitas dalam masing-
masing unit). Meski demikian, dapat dikatakan bahwa proses perencanaan aset akan mengikuti
proses sebagaimana berikut:
Identifikasi aset eksisting (lahan, bangunan, dan infrastruktur)
Penentuan visi bagi keseluruhan dan masing-masing asset
Perumusan strategi yang harus dilakukan pada keseluruhan dan masing-masing aset.
2. Rencanakan Rumah Sakit secara Organis, Berkembang dan Bertahap

Setiap rumah sakit pasti akan berkembang dalam proses daur fungsi bangunannya. Dimulai dari tahap
embrional, perkembangan awal, perkembangan lanjut, kematangan, dan dapat berlanjut ke penurunan
performansi fisik dan fungsi jika tidak segera ditindak-lanjuti dengan tepat. Dalam hal ini, rumah sakit
perlu direncanakan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sebagai contoh pada suatu waktu
tertentu yang diperlukan dalam proses perkembangan rumah sakit adalah proses pengembangan
lahan, kemudian di waktu yang lain diperlukan adalah pembangunan atau peningkatan fisik bangunan.
Pada waktu tertentu lainnya, yang dibutuhkan adalah konsolidasi aset-aset.

Dalam proses memanfaatkan sumberdaya lahan pun, kita perlu mempertimbangkan pentahapan
perkembangan rumah sakit. Ada beberapa kemungkinan perkembangan rumah sakit yang dapat kita
pilih sesuai dengan kondisi yang ada seperti perkembangan secara horisontal, interstisial, ataupun
vertikal. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah masterplan yang baik, yang memberi kesempatan pada
bagian-bagian tertentu untuk berkembang secara bertahap.

Masterplan RSUD RAA Soewondo. Pati, Jawa Tengah.


Copyright : PT. Global Rancang Selaras

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


02

Masterplan Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mataram.


Copyright : PT. Global Rancang Selaras
3. Rencanakan Rumah Sakit yang KOMPAK

Efisiensi dan efektivitas adalah dua parameter mutakhir yang selayaknya menjadi isu utama
perencanaan Rumah Sakit. Dibutuhkan harmonisasi dalam mengkomposisikan kebutuhan akan
kelengkapan fasilitas fisik, ketersediaan lahan, keterbatasan anggaran, juga isu sosial yang
berkembang, maupun isu krusial lainnya.

Rule of thumb untuk pengembangan rumah sakit adalah sekitar 50m2 untuk tiap bed. Dengan adanya
arahan dasar ini, dapat diperkirakan luasan, kebutuhan dan kompleksitas yang berbeda-beda antar
rumah sakit, sebagai contoh 70 bed x 50m2. Memulai dari sebuah rumah sakit yang kecil namun
memiliki efisiensi, efektivitas serta kompak yang tinggi sehingga dapat beroperasi dengan baik akan
jauh lebih baik dalam proses perkembangan usaha.

Pemanfaatan Lahan secara Optimal pada MasterPlan Fisik RSAB Muslimat Jombang dan RSAB Muslimat NU Ponorogo
Copyright : PT. Global Rancang Selaras

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


4. Rencanakan Rumah Sakit yang MEMBERI HARAPAN SEHAT

Istilah 'rumah sakit' mungkin memang kurang tepat, karena bukan menyiratkan harapan (isi gelas
masih setengah) melainkan justru menyiratkan masalah (isi gelas tinggal setengah). Hal ini tentu saja
harus dirubah dengan mengarahkan pada sifat penuh harapan sehat dan optimisme serta kecerahan,
mengingat berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa sugesti diri dan optimisme akan 03
meningkatkan angka kesembuhan secara mencolok.

Arsitektur rumah sakit diharapkan mampu mengubah image masyarakat tentang rumah sakit. Dimulai
dari penggunaan warna dan cahaya yang suram yang semestinya digantikan dengan pemanfaatan
warna dan cahaya yang lebih cerah (meski tetap bersifat kalem/tenang). Meningkat pada penataan
eksterior dan interior yang semata-mata menekankan pada fungsi, dan selayaknya mulai diolah
menjadi fungsi dan fiksi (atrau bahkan fungsi dan puisi). Lebih lanjut dapat ditingkatkan pada citra
keseluruhan rumah sakit yang harus berubah dari penjara ke resort : pasien bukanlah pesakitan
melainkan customer yang terhormat, sementara pemberi layanan kesehatan bukanlah sipir melainkan
customer partner menuju sehat.

5. Rencanakan Rumah Sakit dengan Pengelompokan yang Tepat

Rumah sakit semestinya direncanakan dengan pengelompokan ruang (kerap juga disebut
pemintakatan atau zoning) yang tepat. Pengelompokan ruang yang tepat akan mendukung efektivitas
dan efisiensi kegiatan yang berlangsung di dalamnya dan antar ruang.
Pengelompokan yang tepat juga akan memberi kedekatan ruang-ruang yang saling membutuhkan
kedekatan, dan memisahkan ruang-ruang yang membutuhkan pemisahan.

Zona Luar adalah zona yang harus dengan mudah diakses oleh masyarakat luas, seperti: layanan
gawat darurat, layanan rawat jalan, serta layanan administratif untuk umum. Zona Kedua adalah
zona yang menerima beban kerja dari zona terluar tadi, meliputi laboratorium, farmasi, dan radiologi.
Zona Dalam adalah zona yang menyediakan layanan rawat inap dan layanan lain bagi pasien. Zona
Terdalam adalah zona yang membutuhkan tingkat kesterilan tertentu dalam memberikan layanan,
seperti misalnya layanan bedah, melahirkan, serta rawat intensif. Terakhir adalah Zona Layanan,
yang memberikan layanan pada kegiatan rumah sakit, seperti misalnya dapur, laundry, IPSRS, pool
kendaraan, dan kamar jenazah.

6. Rencanakan Rumah Sakit dengan Sirkulasi yang Tepat dan Aksesibel

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


2
1. Perbedaan Zona Academic Axis dan medic Axis pada Rumah Sakit Pendidikan
Copyright : PT. Global Rancang Selaras

2. Contoh Jalur sirkulasi berupa bridge antar fungsi bangunan.


1 Copyright : PT. Global Rancang Selaras

04

Sistem sirkulasi pada dasarnya terbagi dalam sirkulasi eksternal dan sirkulasi internal. Sirkulasi
eksternal akan didominasi oleh sirkulasi kendaraan bermotor dalam mengakses rumah sakit. Perlu
ada pembedaan antara akses utama rumah sakit bagi pengunjung, akses gawat darurat yang harus
dapat dicapai dengan mudah dan tidak terganggu akses yang lain, serta akses layanan dan karyawan.
Demikian juga parkir perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga secara kualitatif dan kuantitatif
memenuhi persyaratan yang ada. Pada umumnya diperlukan 1 parkir mobil bagi tiap 4 bed rawat inap
dalam sebuah rumah sakit .

Sirkulasi internal akan terbagi antara sirkulasi umum dan pengunjung serta sirkulasi pasien dan
layanan medik. Ada beberapa area yang sirkulasi pasien dan layanan medik perlu dipisahkan secara
sempurna dengan sirkulasi umum. Demikian juga pada bangunan bertingkat, adanya pemisahan
elevator yang digunakan oleh pasien berbeda dengan yang digunakan pengunjung umum.Pemisahan
sirkulasi pun terjadi pada sirkulasi pasien dan clean utilities (utilitas bersih) dibedakan dengan alur dirty
utilities (utilitas kotor).
7. Rencanakan Rumah Sakit yang Hemat Energi dan Nyaman Thermal

Penghematan energi yang paling sederhana namun dapat berdampak sangat besar dapat dilakukan
dengan perencanaan sistem penghawaan. Penghematan ini dilakukan dengan cara beberapa
ruangan penentuan dari awal tentang beberapa bagian dari rumah sakit direncanakan dengan sistem
pengkondisian udara dengan menggunakan AC dan bagian-bagian lain dari rumah sakit direncanakan
dengan menggunakan ventilasi alami dan tidak menggunakan AC. Bagian rumah sakit yang
direncanakan dengan menggunakan AC akan lebih efisien jika memiliki volume ruang yang lebih kecil
dengan jarak lantai dan langit-langit yang tidak terlalu tinggi. Sementara kenyamanan termal yang
lebih baik akan dimiliki bangunan berventilasi alami yang memungkinkan ventilasi silang dan dengan
volume ruang yang lebih besar dengan jarak lantai dan langit-langit yang lebih tinggi.

Perletakan dan orientasi dari massa bangunan pun sangat mempengaruhi penghematan energi dan
kenyamanan thermal. Untuk mengurangi panas matahari di Indonesia, bangunan diorientasikan
membujur timur barat, bagian transparan atau bukaan diarahkan menghadap selatan dan utara
sehingga lebih menghemat energi pendinginan. Pada kondisi tertentu i kadang tidak dimungkinkan
untuk meletakan massa bangunan pada kondisi ideal diatas namun hal-hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan sunshading serta penggunaan material yang tepat (transparan atau bukaan seperti kaca
dan jendela pada bagian yang tidak terpanaskan dan pasangan masif pada bagian yang terpanaskan).

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Penggunaan Sunshading Pada Perencanaan Surabaya International Hospital
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
05

8. Rencanakan Rumah Sakit yang Aman dan Tanggap Keadaan Darurat

Selain keamanan dari pengguna yang selalu diperhatikan oleh pengelola fasilitas kesehatan, masalah
keamanan dari keadaan-keadaan darurat yang tidak diharapkan menjadi hal yang patut diperhatikan.
Contoh yang paling mudah adalah melihat rumah sakit dari sisi keamanan terhadap bahaya
kebakaran. Hal ini mencakup tiga hal, yaitu keamanan dari bahaya kebakaran, kemudahan
memadamkan api, serta kemudahan menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran. Dari hal pertama,
perlu direncanakan perletakan sumber api yang dijauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar
(combustible).

Penyelamatan diri dari bahaya kebakaran meliputi tangga darurat pada jarak-jarak tertentu, dengan
persayaratan dan kemudahan aksesnya. Ramp juga merupakan sarana wajib, mengingat pada waktu
kebakaran listrik akan mati. Ramp sebaiknya dirancang dengan memperhatikan lebar, kesejajaran
(alignment), serta kemiringan yang memadai. Bukaan ke luar dari tangga-tangga darurat maupun dari
akses-akses ke ground floor perlu dilengkapi dengan pintu-pintu yang membuka ke luar (bukan ke
dalam) dengan lebar total bukaan disesuaikan dengan jumlah jiwa yang ada dalam bangunan.
Selanjutnya perlu didukung dengan hal yang kedua, yaitu tersedianya pemadam kebakaran dengan
berbagai sistem, mulai dari hidrant hingga pemadam portable yang dapat menjangkau seluruh bagian
rumah sakit. Akses mobil pemadam kebakaran meruapakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan,
terutama di bagian perifer lahan rumah sakit, karena hidrant kerap tidak selalu dapat diharapkan dalam
beberapa kasus darurat.

9. Rencanakan Rumah Sakit yang `Hijau`

Tata lansekap dalam suatu rumah sakit merupakan satu komponen vital yang perlu direncanakan
dengan seksama. Komponen tata lansekap antara lain meliputi ruang terbuka hijau, pohon peneduh,
pohon pengarah, penutup tanah, serta furnitur lansekap (lampu, bangku, ataupun signage).

Ruang terbuka hijau selayaknya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam perletakan massa-
massa bangunan rumah sakit. Untuk bangunan berlantai banyak, ruang terbuka setidaknya memiliki
jarak 10 m antar bangunan untuk dinding dengan dinding, 15 m untuk jendela dengan dinding, serta 20
m untuk jendela dengan jendela, agar privasi pasien tetap terjamin. Adanya pohon-pohon peneduh dan
pengarah bisa membantu privasi pasien, dan juga memberikan suasana hijau yang nyaman dan
membuat suasana penyembuhan lebih baik. Furnitur lansekap juga harus direncanakan, sehingga
lampu yang ada tidak menyilaukan, serta signage (penanda) yang direncanakan dapat tertata teratur
dan memudahkan wayfinding.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Masterplan RS Mardi Waluyo. Metro, Lampung
Copyright : PT. Global Rancang Selaras

06
10. Rencanakan Rumah Sakit yang Mudah dan Murah Perawatannya

Aspek pemeliharaan kerap kali kurang diperhatikan dalam perencanaan awal rumah sakit. Padahal
aspek ini merupakan hal yang nantinya akan ditemui terus sepanjang daur hidup fasilitas fisik rumah
sakit. Tata lansekap yang tidak menyulitkan perawatan, kulit bangunan yang tidak menyulitkan
pembersihan, serta sistem infrastruktur yang mudah dipantau dan dirawat, adalah beberapa prinsip
dalam pemeliharaan.

Penggunaan bahan bangunan juga sangat perlu dipertimbangkan, mengingat bahan-bahan tertentu
akan mudah kotor ataupun rusak, sementara bahan-bahan yang lain dapat memiliki kualitas yang
senantiasa terjaga. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai kenyamanan thermal
dan konservasi energi. Hal ini juga berlaku bagi sistem perletakan ruangan, sehingga ruangan yang
memungkinkan dapat memanfaatkan ventilasi dan cahaya alami secara maksimal.
11. Rencanakan Rumah Sakit yang Sesuai Target Konsumen dan Memberi
Fasilitas

Setiap fasilitas publik, termasuk rumah sakit, akan memiliki target pasar tersendiri, sehingga fasilitas-
fasilitas yang dimiliki akan disesuai dengan target pasar yang hendak dilayani tersebut. Survey pasar
memungkinkan dapat mengidentifikasi keinginan konsumen saat ini. Lebih lanjut, rencana strategis
juga akan mengarahkan target konsumen di masa

Dalam kaitan dengan pemasaran, hal ini terkait dengan korelasi antara tema dengan positioning.
Dimana terdapat beberapa pertanyaan yang perlu diajukan, seperti misalnya Apa business-line
anda?, Di mana posisi produk anda?, Siapa pasar produk anda?, Apa citra yang diharapkan?,
serta Bagaimana menggubah citra tersebut?. Diharapkan rumah sakit memiliki konsep dan tema
yang kuat, yang mewadahi secara optimal kebutuhan manusia dan aktivitas, kuantitatif dan kualitatif,
maupun secara positif memberi tanggapan terhadap lingkungan, fisik dan non-fisik, sesuai dengan
tujuan dan aspirasi sang perancang dan klien.

Sebuah rumah sakit dengan target konsumen geriatrik, misalnya, perlu mengakomodasi berbagai
keterbatasan mobilitas yang dimilki para lansia tersebut. Sementara rumah sakit (atau bagian rumah
sakit) dengan target konsumen anak akan perlu memberi suasana ceria dan memberikan ruang-ruang
bermain yang membuat anak merasa lebih nyaman. Bagian rumah sakit untuk mereka yang harus
menjalani pengobatan terus-menerus (kemoterapi atau hemodialisis, misalnya) juga perlu diberi citra
yang lebih membuat pasien merasa at home dan bukannya menjadi preparat.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Masterplan Puskesmas Karangkobar, salah satu contoh
pengembangan fasilitas kesehatan tingkat sederhana
menuju tingkat yang lebih tinggi
Copyright : PT. Global Rancang Selaras 07

12. Rencanakan Rumah Sakit yang Mengakomodasi Kebutuhan dan Perilaku


Manusia

Beberapa kutipan berikut adalah aspek-aspek kebutuhan dan perilaku yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan setting makro, meso, hingga mikro dalam sebuah rumah sakit. Pertama, Setting
Perilaku, digambarkan sebagai kombinasi yang stabil dari aktivitas dan ruang yang terdiri dari
aktivitas rutin, penataan lingkungan yang spesifik, hubungan kongruen antara keduanya, serta
periode waktu tertentu (Barker, 1968).

Kedua, Antropometrik dan Ergonomik. Antropometri adalah studi terhadap aspek fisik
manusia yang meliputi dimensi, kapabilitas, dan batasan (Thieberg, 1970, Croney, 1971), dimana
implikasi nyatanya dalam setting fisik RUmah Sakit berupa iluminasi, warna, suara dan kebisingan,
serta bebas hambatan. Sementara Ergonomi cenderung terfokus pada 'komunikasi' antara manusia
dan mesin/peralatan (Murrell, 1965, Propst, 1970).
Ketiga, Teori Proksemik: Privasi, Teritorialitas, & Ruang Personal. Dimana Privasi adalah
kemampuan mengontrol keberadaan interaksi, untuk selalu memiliki pilihan, yang pada akhirnya
menjadi jembatan dalam mencapai interaksi yang diharapkan (Rappoport, 1977). Teritori adalah ruang
berbatas yang dipertahankan dan dimanfaatkan keberlangsungannya secara eksklusif oleh seorang
maupun sekelompok orang yang terkumpul berdasarkan isu yang sama, melibatkan identifikasi
psikologis terhadap ruang, dipaparkan melalui sikap kepemilikan dan pengaturan terhadap objek yang
terlibat dalam area tersebut. (Pastalan, 1970). Ruang Personal adalah wilayah dengan batasan visual
semu sekeliling lingkungan fisik seseorang dimana penyusup/pengganggu tidak dapat masuk
(Sommer, 1969).

13. Rencanakan Rumah Sakit yang Nyaman Visual dan Tanggap Lingkungan

Desain yang dilandasi tema yang kuat sangat dibutuhkan dalam perancangan rumah sakit dewasa ini.
Dalam arsitektur, terdapat beberapa prinsip-prinsip perancangan yang perlu diperhatikan, seperti
misalnya proporsi, skala, keseimbangan, keselarasan, kesatuan dan perbedaan, ritme, serta
penekanan.
Pertimbangan lingkungan juga merupakan sesuatu yang penting. Pertimbangan ini akan merupakan
dialog antara keselarasan dan kontras. Rumah sakit di lingkungan urban yang padat akan mempunyai
nilai tambah jika bisa berperan sebagi suatu oase bagi lingkungan di sekitarnya. Sementara pada
kawasan yang sedang berkembang, selain rumah sakit itu perlu menyiapkan perkembangan, adanya
peluang sebagai komponen dominan kawasan akan menuntut desain yang cukup berkarakter.

14. Rencanakan Rumah Sakit sebagai Suatu Aset Properti

Manajemen aset adalah tata laksana, operasi, dan manajemen dari properti yang dimiliki atau
disewakan baik secara untuk keuntungan maupun non-profit, yang meliputi lahan, fasilitas dam

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


komitmen hukum dan finansial pemilik dan pengguna, dengan penekanan pada kumpulan properti
dalam portfolio. Manajemen Properti akan melihat berbagai properti sebagai aset tetap perusahaan,
dan akan berperan dalam menjaga market value, meningkatkan keuntungan, merancang tindakan
strategis, networking informasi mengenai aset tetap, telaah dan kontrol resiko, hingga perencanaan
tindakan pembelian, penyewaan, dan berbagai tindakan lain yang menyangkut properti.

Prinsip yang digunakan dalam pengelolaan aset adalah prinsip Highest and Best Use. Dimana prinsip
tersebut akan mengupayakan pemanfaatan potensi yang ada dengan mengupayakan nilai tambah 08
paling tinggi. Dalam hal ini meliputi lahan, bangunan, dan infrastruktur, sehingga komponen-komponen
yang memiliki nilai produksi ekonomi tinggi tidak akan menjadi tidak produktif. Upaya pengembangan
pertambahan modal (capital gain) akan dilakukan dengan menjadikan aset-aset tersebut benar-benar
memiliki nilai kompetitif. Prinsip Highest and Best Use ini juga mengharuskan rencana-rencana
tersebut dapat dilaksanakan secara fisik, diijinkan oleh hukum yang berlaku, didukung oleh pasar yang
ada, serta layak secara ekonomis. Hal ini pasti dipengaruhi oleh guna lahan (dulu, kini, yang akan
datang dan sekitar), serta utilitas, transportasi, dan perkembangan lingkungan kini dan yang akan
datang.
BAGIAN 1 I BAB 2

APA ITU
ARSITEKTUR
RUMAH SAKIT
Pengertian dan Komponen

1. Pengertian

Kata rumah sakit berasal dari kata hospital, yakni sebuah institusi pelayanan kesehatan yang
menyediakan tempat untuk pasien rawat inap dalam jangka waktu tertentu. Rumah sakit biasanya
didirikan berdasarkan wilayah, oleh suatu organisasi/lembaga kesehatan (baik profit maupun non-
profit), badan asuransi maupun badan amal, termasuk donator secara langsung, bahkan organisasi
keagamaan individu atau yayasan.

Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri berarti rumah
atau tempat merawat orang sakit, tempat yang menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan
yang meliputi berbagai masalah kesehatan.

2. Komponen

Rumah sakit memiliki beberapa komponen yang terdiri dari pasien, staf, serta terdiri dari beberapa
departemen atau unit, misalnya :

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Unit Gawat Darurat (UGD), unit rumahsakit yang menangani pasien yang mengalami sakit atau
luka cukup serius.
Urgent Care, pelayanan dan penanganan yang tidak bisa terjadwalkan. Pasien akan dirawat disini
apabila tidak mendapat rujukan atas luka yang dideritanya.
Trauma Center, memberikan pelayanan medis gawat darurat kepada pasien yang menderita luka
trauma. Termasuk didalamnya terdapat bagian perawatan seperti ruang bedah dan kamar operasi.
Intensive Care Unit (ICU), unit rumah sakit dengan spesialis khusus yang menawarkan
pengobatan dan perawatan secara intensif.
Burn Unit 09
Cancer Center (Pusat Kanker)
Coronary Care Unit, biasanya disebut juga ICCU, merupakan unit rumah sakit dengan spesialis
khusus yang menangani masalah jantung atau kondisi cardinal berkelanjutan yang membutuhkan
pengawasan dan perawatan secara intensif.
Surgery, merupakan fasilitas untuk melakukan tindakan bedah.
Physical Therapy, lebih mengarah kepada manajemen dan pencegahan perubahan kondisi
penyakit yang menyangkut kejiwaan melalui terapi-terapi khusus.
Orthopedic Services
Behavioral Health Services
Psychiatric Hospital, perawatan bagi pasien dalam masa pemulihan/stabilisasi krisis yang
menyangkut masalah kejiwaan
Labor and Delivery
Maternity, merupakan fasilitas untuk pelayanan dan penanganan seputar kehamilan atau
kandungan.
Radiology
Respiratory Therapy
Rehabilitation Services
Nursing Unit/Nursing Station, adalah unit bagi paramedik agar dapat melayani pasien yang
biasanya telah dikelompokkan dengan klasifikasi tertentu untuk kemudahan pengawasan dan
perawatan bagi pasien tersebut.
Outpatient Department
Laboratory Services
Post Anesthesia Care Unit, adalah bagian yang paling penting dari rumah sakit yang meliputi
ruang operasi, termasuk tempat perawatan pasien dari proses pembiusan pasien.
Medical Records Department (Non-medical Departments)
Release of Information (Non-medical Departments), melayani sertifikat rekam medis
serta memberikan informasi yang perlu diketahui oleh pasien.

BAGIAN 1 I BAB 3

TIPE
FASILITAS KESEHATAN
Klasifikasi/ Tipe Fasilitas Kesehatan
Tipologi Rumah Sakit
Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

1. Klasifikasi/ Tipe Fasilitas Kesehatan

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Fasilitas kesehatan mempunyai klasifikasi atau jenis-jenis tertentu meliputi rumah sakit umum, rumah
sakit spesialis khusus, klinik, dan sebagainya.

a. Rumah Sakit Umum

Merupakan unit pelayanan kesehatan yang melayani berbagai jenis penyakit dan luka, dengan
kapasitas dan fasilitas pelayanan yang lebih lengkap. Sebuah kota besar umumnya memiliki banyak 10
rumah sakit yang berbeda ukuran dan fasilitasnya.

RS Muhammadiyah Gresik
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
b. Rumah Sakit Khusus

Didefinisikan sebagai Unit Pelayanan keseatan yang terfokus pada pelayanan masalah spesifik
seperti trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit mata, rumah sakit gigi dan mulut, dan
sebagainya. Ada pula rumah sakit akademik yang merupakan sinergi dari lembaga pelayanan
kesehatan dengan universitas untuk mengkombinasikan antara pelayanan pasien dan mengajar
murid/mahasiswa yang mengambil profesi kedokteran atau farmasi.

1 2

1. National Brain Centre Hospital Jakarta


Copyright : PT. Global Rancang Selaras

2. Puskesmas Karangkobar
Copyright : PT. Global Rancang Selaras

b. Klinik dan Puskesmas

Merupakan fasilitas dengan lingkup yang lebih kecil dari sebuah rumah sakit , yang seringkali dikelola
oleh pemerintah.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


2. Tipologi Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 159b/Men.Kes/Per/II/1988


tentang rumah sakit, disebutkan bahwa:
1. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
2. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan berupa Pelayanan Rawat
Jalan, Pelayanan Rawat Inap dan Pelayanan Gawat Darurat yang mencakup pelayanan 11
medik dan penunjang medik.
3. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis
penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik.
4. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu.
5. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit umum yang dpergunakan untuk tempat
pendidikan tenaga medik tingkat S1, S2, S3.
6. Rujukan Upaya Kesehatan adalah penyelenggarakan pelayanan tempat pelimpahan
tanggung jawab secara timbal balik mengenai masalah kesehatan baik secara vertikal
maupun horisontal.
7. Wilayah Rujukan Kesehatan adalah wilayah pelayanan upaya rujukan kesehatan yang
didasarkan atas faktor-faktor geografis, komunikasi, sarana infra struktur, dan faktor-faktor
sosial, budaya dan pendidikan.
8. Kalsifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokkan rumah sakit berdasarkan pembedaan
bertingkat menurut kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan
9. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan bahwa rumah sakit memenuhi standar minimal
yang ditentukan
3. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

1. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub-
spesialistik luas.
2. Kelas B II mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub-
spesialistik terbatas.
3. Kelas B I mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-
kurangnya 11 jenis spesialistik.
4. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-
kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap.
5. Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar.

Rumah Sakit Kelas A dan B II dapat berfungsi sebagai Rumah Sakit Pendidikan.

BAGIAN 1 I BAB 4

FUNGSI DAN RUANG


RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi
Tuntutan Sterilitas, Fungsional, Teknikal, Behavioral
Organisasi Ruang dan Program Ruang

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


1. Prinsip dan Implementasi

Prinsip-prinsip umum dalam desain ruangan rumah sakit mencakup:


1. Jumlah dari sal (jumlah tempat tidur yang mendapatkan pengawasan langsung dari perawat-
perawat yang bertugas didalam ruangan). Pada umumnya terdiri dari 22-28 tempat tidur.
2. Kemungkinan paling besar dari jumlah tempat tidur yang seharusnya dapat di observasi dengan
mudah oleh pengawas atau staf saat mereka melakukan pemeriksaan rutin ruangan yang sesuai
prosedur.
12
3. Harus tersedia cukup ruangan isolasi yang dikhususkan untuk satu orang untuk alasan klinis dan
privasi.
4. Area kerja perawat harus dikelompokkan bersama dan memiliki hubungan langsung dengan area
ruang perawatan agar petugas tidak perlu berjalan jauh.

Fasilitas kebersihan pasien harus dipusatkan pada suatu area dari ruang perawatan. Dan harus
dihubungkan pada kelompok-kelompok ruang pasien.

2. Tuntutan Sterilitas, Fungsional, Teknikal, Behavioral

Efisiensi fungsi, aksesibilitas, sirkulasi, dan penataan jalur utilitas menjadi faktor utama dalam
menentukan keberhasilan atau keterbelangsungan sinergi aktivitas di dalam sebuah Rumah Sakit.

Area tempat tidur dibuat berdekatan. Hal yang tidak berhubungan secara langsung dangan tempat
tidur, dikelompokkan agar dapat memberikan keuntungan yang memungkinkan individu atau
pengguna untuk mengaturnya menjadi lebih besar atau lebih kecil berdasarkan fungsi ruangan.
Pada tahap implementasi terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengaturan pengaturan
suatu fungsi ruangan di dalam rumah sakit, antara lain:
1. Adanya kebutuhan aksesibilitas visual maupun fisik petugas ruang rawat terhadap situasi dan
kondisi ruang rawat.
2. Keberadaan pintu darurat untuk kebakaran pada setiap bagian akhir sal (sal normal menggunakan
terminal sub kompartemen untuk kebakaran).

Adanya jalur dari sistem komunikasi yang digunakan untuk perawat berkomunikasi dengan devisi lain
dalam satu ataupun antar wilayah. Alternatif solusi adalah membuat tombol pengaturan ganda, namun
hal ini selalu terbentur dengan masalah biaya.

Ruang rawat pada katagorisasi pelayanan yang berbeda (konsumenya), akan menuntut perlakuan
(treatment) yang berbeda pula, misalnya:
1. Bangsal untuk anak-anak
Bagian ini biasanya memiliki ukuran dengan ruang tersendiri yang lebih luas, dimaksudkan agar orang
tua dapat menemani dan mengawasi kondisi putra putri secara langsung sepanjang har i . S e b a g a i
tambahan disediakan ruang duduk dan pantry yang dibutuhkan oleh orang tua. Pembatasan waktu
kunjungan dikurangi demi kenyamanan keluarga yang datang membesuk (apabila jumlahnya lebih
dari dua).
2. Bangsal geriatrik ( Lansia)
Sal ini biasanya berukuran di atas rata-rata karena alat-alat perawatan yang besar ditempatkan
didalam ruangan perawatan ini. Extra day space, fasilitas wc dan bak mandi serta membutuhkan satu
ruangan tambahan untuk fisiotheraphy. Ruangan perawatan (treatment room) secara normal belum
terlalu dibutuhkan.
3. Bangsal bersalin
Meskipun pada umumnya bayi yang baru lahir selalu ditidurkan disisi ibunya sepanjang hari, tapi

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


kamar anak-anak atau bayi tetap dibutuhkan untuk menghindari terjadinya gangguan pada pasien
yang sedang tidur. Ruangan harus menyediakan kurang lebih setengah dari anggaran untuk membuat
kamar anak berupa tempat-temat tidur dalam ruangan. Bangsal ibu dan anak seharusnya saling
terhhubung dengan jarak yang dekat dan disarankan untuk membuat secara horisontal. Unsur penting
lain dari instalasi ini adalah klinik pra kelahiran, dimana klinik pra kelahiran pada umumnya
ditempatkan didalam atau berdekatan bagian rawat jalan.
4. Bangsal psychiatric
Bangsal ini menekankan pada kenyamanan mental/ psikologis sehingga seringkali muncul penataan 13
berupa kamar-kamar kecil untuk memberikan ruang pribadi bagi setiap pasien. Ruangan perlu
dikumpulkan dan didekatkan dengan tempat kunjungan psikiater harian dirumah sakit karena sangat
sedikit pasien yang akan menggunakan tempat tidur dan mayoritas akan menghabiskan waktunya
diperawatan harian rumah sakit.
3. Organisasi Ruang dan Program Ruang

Organisasi ruang dan program kegiatan meliputi karakteristik perilaku, layanan medis dan penunjang
medis, kisaran jumlah dan besaran ruangan, penempatan dan pengelompokan ruang, serta
karakteristik ruang.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


14
1. Instalasi bedah
Saat ini jarang sekali ditemukan penggunaan ruang operasi yang terpisah dari instalasi bedah sentral.
Hal ini memberikan peluang untuk pengorganisasian yang lebih baik, pemanfaatan yang lebih
ekonomis oleh petugas dan penempatan hal-hal teknis yang terpusat. Yang sering menjadi
pengecualian dalam instlasai bedah adalah:
- Ruang bedah yang terpisah pada bangsal ibu dan anak yang digunakan untuk keperluan bedah
caesar pada situasi darurat.
- Ruang bedah darurat pada bagian penanganan kecelakaan/ IGD.
-Pembatasan ruang bedah yang terpisah dapat dilakukan juga dengan penempatan instalasi
dimana memiliki akses yang cepat dan langsung ke ruang bedah utama.

Adanya pemisahan antara sirkulasi yang bersih dan yang kotor di instalasi bedah sentral untuk alasan
pengendalian infeksi pada bentuk rancangan instalasi dimana biasanya perlu dibagi menjadi dua
sistem koridor terpisah. Selain itu terdapat tiga pola atur pergerakan yaitu pasien, petugas/ dokter dan
alur peralatan ruang bedah.

Pendingin ruangan keseluruhan dengan menggunakan filter udara yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan fungsi ruangan dan berbeda dari bagian-bagian lain dirumah sakit. Solusi dari
permasalahan tersebut adalah dengan menempatkan ruang bedah pada bagian paling atas
bangunan.

Fungsi utama dari instalasi adalah melayani ruang-ruang perawatan dan perlu adanya kedekatan
dengan ruangan tersebut, jika memungkinkan, ada hubungan horisontal dengan ruang yang
berkkaitan dengan pembedahan. Dalam hal ini, diperlukan akses yang cepat dari ruangan yang
menangani kecelakaan seperti unit gawat darurat, bangsal untuk melahirkan dan ICU. Sebagai
tambahan, perlu adanya jalur-jalur yang tepat untuk suplai, serta dibutuhkan untuk unit pasokan
bahan-bahan steril untuk memberikan akses bagi pengiriman peralatan-peralatan untuk pemrosesan/

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


pensterilan alat diantara waktu-waktu proses pengoperasian.

2. Instalasi Radiologi
Instalasi ini menggunakan bermacam-macam teknik X-ray untuk memproduksi foto dari berbagai
macam bagian tubuh dengan tujuan untuk proses diagnosis. X-ray memiliki kekuatan radiasi yang
sangat besar dan dapat membahayakan manusia jika penggunaannya dalam jumlah yang besar. Oleh
karena itu, ruang radio-diagnosis diwajibkan memiliki perlindungan khusus untuk mencegah
penyebaran radiasi. Salah satu contoh dari perlindungan adalah dengan menggunakan pelapis diding 15
barium. Panduan yang terperinci diberikan dalam peraturan-peraturan praktek yang telah diobservasi
secara ketat oleh perancang. Teknik tersebut digunakan juga pada instalasi yang memiliki potensi yang
berbeda, misal Thermografi yang menggunakan gelombang panas dan ultrasonik yang menggunakan
gelombang suara. Ada dua aliran alur sirkulasi utama dalam instalasi radiologi yaitu:
-Pasien
-Petugas pemrosesan film X-ray
Meskipun instalasi dapat melayani seluruh unit rumah sakit, tetapi harus ada hubungan fungsi yang
sangat dekat dengan klinik patah tulang dari bagian rawat jalan dan instalasi rawat darurat menangani
kecelakan. Akses langsung dari instalasi rawat darurat ke ruang sinar X ditujukan untuk mengani
kecelakaan dan penganan darurat lainnya.

3. Instalasi Rehabilitasi Medik


Pada instalasi ini terdapat berbagai macam teknik perawatan secara fisik seperti pelatihan-pelatihan
yang aktif maupun yang pasif untuk proses rehabilitasi dan pengembalian fungsi fisik pada kondisi
normal.
Ada 4 area fungsional utama unit rehabilitasi medik yaitu:
-Fisioterapi dan senam pemulihan, yang terdiri dari perpaduan area latihan besar dan terbuka serta
kamar-kamar kecil untuk perawatan secara individual.
-Kolam Hidrotherapi yang dipadukan dengan area-area untuk bersantai.
-Terapi dengan cara memberikan pekerjaan tertentu, terdiri dari dua atau llebih area workshop
meliputi pekerjaan-pekerjaan ringat maupun berat, dan sebuah ruangan untuk melatih berbagai
akktifitas hidup sehari-hari.-Area konsultasi dengan sebuah ruangan konsultasi dan ruangan
latihan serta kantor.

Gymnasium memerlukan ruangan yang besar dan memiliki jarak lantai ke langit-langit ruangan yang
cukup tinggi, seringkali digunakan sebagai ruang bangunan yang terpisah dengan bagian belakang
yaang dihubungkan dengan instalasi utama oleh sebuah koridor yang tertutup. Bagian hidrotherapi
membutuhkan kontrol teknis khusus yang pengaturan temperatur, kelembaban, pemasangan
saringan dan lain-lain. Sal ini tidak disediakan bagi setiap program rehabilitasi instalasi. Walaupun
instalasi rehabilitasi medik melayani keseluruhan unit rumah sakit, proporsi terbesar terdapat pada
fungsi yang melayani pasien rawat jalan dan ditempatkan pada lokasi lantai dasar dengan akses yang
terpisah dengan lalu lintas ambulans. Ruang perawatan khusus perlu ditempatkan dan dirancang
secara khusus, dimana strecher yang siap setiap saat dengan akses yang memiliki aksesibilitas tinggi
karena fungsi ini digunakan oleh pasien yang mengalami kelumpuhan dengan tongkat atau penyagga,
pengguna kursi roda, dan alat bantu berjalan lainnya.

4. Kamar Mayat
Fungsi dari instalasi ini adalah untuk menerima mayat dari ruangan perawatan dan menyimpanya
didalam sebuah lemari pendingin hingga persiapan untuk diambil oleh sanak saudara atau oleh pihak
yang membutuhkanya, selain itu untuk mengadakan pengujian (forensik) agar mengetahui sebab-
sebab kematiannya. Ada beberapa keuntungan jika kamar mayat tersebut sejalan dengan instalasi

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


yang menangani cacat anatomi pada instalasi laboratorium, walaupun hal ini bukan suatu yang
esensial.

Meja-meja tempat penyimpanan mayat, membutuhkan air dan drainase serta ventilasi udara diluar
ruangan secara langsung untuk mencegah terjadinya kontaminasi saat mayat yang terkena infeksi
pada saat proses autopsi. Air yang terdapat pada meja-meja berasal dari tubuh mayat tersebut,
membutuhkan treatment dan saluran khusus. tempat penyimpanan mayat adalah sebuah refrigerator
yang berbentuk komartemen yang biasanya tediri dari tiga tingkat. Pemisahan tersebut diperlukan 16
pada mayat yang terinfeksi. Dalam hal ini dibutuhkan area lantai dasar dengan akses langsung dari
luar untuk kendaraan.

5. Instalasi Laboratorium
Instalasi ini menggunakan spesimen yang diambil dari pasien (seperti darah, jaringan, urine, dll) yang
akan diperiksa dengan menggunakan berbagai teknik laboratorium untuk mengkonfirmasikan dan
memberikan diagnosa. Devisi klinis terbesar dari instalasi ini (kecacatan anatomi, histology,
haematology, bacteriology, patology kimia, microbiology, dll) cenderung dilaksanakan pada bagian
yang terdiri atas perpaduan area laboratorium yang terbuka dan ruangan yang tidak terlalu besar untuk
dapat dijadikan sebagai kantor kepala devisi dan kepala bagian teknis.

Pertimbangan utama dalam desain sebuah instalasi adalah kemudahan untuk perkembangan dan
perubahan instalasi dimasa mendatang.

Meskipun kebutuhan untuk mengadakan perluasan secara fisik harus mereduksi beberapa perluasan
dengan menambah sistem otomatik, komputerisasi, dll, instalasi tetap merupakan sesuatu yang
mudah untuk terjadi perkembangan secara fisik.
Hubungan fungsi yang sangat erat antara laboratorium dengan unit rawat jalan dan sejak pasien
tersebut datang ke laboratorium untuk memberikan spesimen. Penggunaan instalasi juga sangat
membutuhkan kuantitas suplai spesimen, oleh karena itu harus ada hubungan yang efisien dengan
jalur suplai yang terdapat dirumah sakit.

6. Instalasi Gawat Darurat


Instalasi ini membutuhkan ruang penerimaan, penanganan bantuan pernafasan, termasuk
penanganan lanjut terhadap pasien yang mengalami kecelakaan dan serangan jantung yang
membutuhkan penanganan rumah sakit segera mungkin. Tempat ini tidak diperuntukan untuk pasien
rawat inap, seluruh pasien yang membutuhkan perawatan, akan dialihkan ke ruangan untuk
perawatan umum atau pada ICU.

Kunci kedekatan dalam hal ini telah didiskusikan pada perencanaan bentuk bangunan dan seringkali
bentuk instansi ini merupakan sebuah kelompok-kelompok yang memiliki akses langsung ke instalasi
radiologi dan klinik patah tulang. Akses eksternal untuk ambulans merupakan prioritas utama, dengan
jalan masuk yang dibuat terpisah dengan jalan yang digunakan oleh pejalan kaki dan brankar pasien.
Didalam rumah sakit, sebagai tambahan berkaitan dengan hal diatas, harus memiliki akses yang cepat
menuju ke ruang operasi utama dan ruang ICU, dimana ada kemungkinan instalasi yang berada di
tingkat berbeda akan diprioritaskan untuk menggunakan lift.

Walaupun beberapa rumah sakit jarang menyediakan ruang operasi kecil, namun pada umumnya
fungsi tersebut digantikan oleh ruang penanganan utama yang dilengkapi pipa gas untuk keperluan
medis dan penyaring suplai udara untuk beberapa pembedahan yang bersifat emergency.

7. Intensive Care Unit


Instalasi ini adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf khusus dan perlengkapan

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


yang khusus, yang ditujukan untuk observasi perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit, cedera.

Intensive Care Unit adalah ruang perawatan dan pengobatan pasien dengan tingkat kekritisan
tertentu.
- Fasilitas ini menyediakan keahlian pengobatan klinis lebih intensif, dengan sumber daya teknologi
dan pengobatan yang lebih terkordinasi terhadap pasien.
-Profil Infrastruktur, peralatan, staf yang klinis dapat memberikan perhatian dan intervensi 17
pengbatan secara kompleks termasuk dukungan secara fisiologi dan psikososial terhadap pasien.

ICU menyediakan kemampuan sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat, dan staf yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.

Fungsi utama ruang ICU:


- Melakukan perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dengan potensi reversible life thretening
organ dysfunction.
-Mendukung organ vital pada pasien-pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks atau
prosedur intervensi dan resiko tinggi.

Komponen spesifik ICU:


- Pasien yang dirawat dalam keadaan kritis
- Desain ruangan dan sarana yang khusus
- Peralatan berteknologi tinggi
- Pelayanan dilakukan oleh staf yang profesional dan berpengalaman
8. Poliklinik
Area untuk pasien rawat jalan dan merupakan satu instalasi yang areanya paling luas dalam rumah
sakit. Pasien memilih klinik sebagai tempat untuk melakukan konsultasi, latihan-latihan dan
pemulihan. Staf paramedis dari hampir seluruh spesialisasi dan disiplin bekerja dalam instalasi ini.
Oleh karena itu, untuk tujuan pedeskripsian, pengakomodasian dapat diklasifikasikan ke dalam:
- hal-hal yang berkaitan dengan instalasi
-tujuan umum klinik
-tujuan khusus area-area klinik

Hal yang berkaitan dengan instalasi. Area ini meliputi ruang penerimaan, ruang tunggu, dan
area-area yang nyaman bagi pasien dan pada umumnya dilengkapi oleh toko makanan kecil, tempat
bermain anak, toko kecil, ruang untuk menempatkan alat-alat kebersihan, kantor, tempat kursi roda,
fasilitas sanitary. Penempatanya tergantung pada perencanaan keseluruhan instalasi.

Tujuan umum kamar-kamar klinik. Instalasi yang mengurusi pasien rawat jalan dan jumlahnya
tergantung pada penaksiran daya tampung pasien untuk kapasitas tertentu. Ada dua tipe dasar dari
ruangan untuk berkonsultasi. Tipe A terdiri dari dua ruangan yang mengkombinasikan antara ruangan
untuk konsultasi dan ruang tindakan. Tipe B berupa satu ruangan untuk konsultasi yang diapit oleh dua
ruangan tindakan. Tipe A memberikan kesempatan untuk melakukan alokasi yang lebih fleksibel untuk
ruangan klinik karena spesialisasi yang berbeda dan membutuhkan penggunaan sejumlah ruangan
yang terdiri dari berbagai macam tipe pada klinik. Kecenderungan yang terjadi pada pegolahan kamar
tipe A adalah kamar dikelompokan dalam satu garis lurus tanpa sekat dan dipisahkan menjadi
kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok kamar klinik dilengkapi dengan perawatan, ruangan kotor
dan ruangan bersih, toko-toko, ruang resepsionis dan area ruang tunggu.

Tujuan khusus akomodasi. Ruangan konsultasi dan latihan mayoritas merupakan spesialisasi

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


klinis, tetapi beberapa akomodasi untuk beberapa spesialis tetap dibutuhkan, tujuannya adalah untuk
mengurangi dan meminimalkan proporsi dari ruangan untuk setiap spesialisasi. Sebagai contoh:
bedah gigi dan laboratorium, ruangan adiometri, area perawatan dermatology, opthalmic dan ruangan
opthoptic, klinik pemeriksaan anak.
Instalasi yang menangani pasien rawat jalan, memperlihatkan jumlah lalu lintas dari luar menuju ke
rumah sakit yang besar baik dengan berjalan kaki ataupun dengan menggunakan kendaraan. Oleh
karena itu diperlukan penataan pintu masuk dan akses yang berasal dari luar dimana tidak
menyebabkan kekacauan pada sirkulasi. Oleh karena itu dipilih untuk menempatkan instalasi tersebut 18
pada lantai dasar tetapi bagian yang lain ditempatkan pada lantai atas dengan penyediaan lift yang
cukup.

9. Rawat Inap
Kelompokkan sesuai dengan golongan penyakit, di Indonesia secara umum diterapkan sebagai
berikut:
1. Ibu: obstetri dan ginekologi
2. Anak: infeksi, non infeksi dan bedah anak
3. Bedah
4. Penyakit Dalam: infeksi dan non infeksi
5. Syaraf
6. Umum termasuk: THT, gimul, mata
7. Kejiwaan
Pengelompokan diatas makin berkembang sesuai dengan jenis pelayanan, unggulan pelayanan
seperti: rawat inap infertilitas, rawat inap medical check up dan sebagainya.
Kelengkapan jaringan infrastruktur medik. Implementasi fisik antara lain: tersedia gas medik, vacuum,
suplai daya listrik medik dan non terjamin kontinu.

Mendorong kesembuhan pasien. Implementasi fisik antara lain: ketenangan, kenyamanan


menyangkut: pemandangan, sirkulasi udara, thermal. Mencegah infeksi nosokomial. Implementasi
fisik antara lain: rencanakan dinding, plafon bahkan lantai yang mudah dibersihkan, bentukan dan
material tidak memerangkap debu. Tersedia scrub- up
medis atau alkohol cuci tangan.

Perencanaan K3. Implementasi fisik antara lain: orientasi pencapaian ruang slob zink yang dekat
namun tidak langsung dari nurse station. Tersedia scrub up dan atau alkohol cuci tangan. Terdapat jalur
dan pintu khusus untuk barang kotor. Keamanan dan keselamatan. Implementasi fisik antara lain: grib
bar untuk pasien di koridor dankamar mandi. Bumper dinding sepanjang koridor pasien. Jalur evakuasi
dengan signage yang jelas. Sarana prasarana pengelolaan kebakaran dan sistem deteksi.

Sering perencanaan ruang rawat inap harus menyesuaikan dengan strategi manajemen seperti
misalnya: perlunya satelit farmasi, administrasi dan kassa. Termasuk dalam penataan aliran ruang.
Namun secara prinsip semua harus bertujuan bagi kemudahan pasien.

10.Instalasi farmasi
Secara umum perencanaan Farmasi terkait dengan akses sebagai penunjang Rawat Jalan, Rawat
Inap, IGD dan Instalasi medik lainnya. Pada umumnya Farmasi pusat berdekatan dengan Rawat
Jalan. Sedang pada Instalasi lain bisa menerapkan sistem satelit ataupun pos obat. Kesemua sistem

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


tersebut secara prinsip mempermudah pasien dalam menjangkau sekaligus mempermudah
operasionalisasi petugas keperawatan.

Pada Farmasi Pusat, inti pelayanan terletak pada ruang-ruang sebagai berikut:
a. Ruang racik: meja kerja, suplai daya listrik, kondisi udara yang baik, suplai air steril/bersih
b. Ruang simpan obat dipisahkan antara cairan, non dan khusus. Obat khusus direncanakan
lemari build in dengan tingkat kelembaban yang terkontrol dan terkunci
c. Ruang staf (locker) lengkap dengan lavatory 19
d. Pantry (ruang makan)
e. Ruang kepala Instalasi dan ruang tamu
f. Apotik dan area distribusi
g. Sebagian RS menerapkan manajemen stok obat yang memisahkan antara Gudang Obat IRJA
dan non- IRJA.
h. Kassa. Sebagian RS dengan beban kerja tinggi, perlu memisahkan kassa Askes dan non-
Askes.
i. Ruang konsultasi.

11. Instalasi Sterilisasi/ CSSD


Kebijakan mengenai peraturan, cakupan, skala dan isi dari instalasi ini, telah berangsur-angsur
mengalami banyak perkembangan selama 10-15 tahun, juga prosesnya. Hal ini tercermin pada nama
yang berbeda di instalasi ini yaitu CSSD, TSSU, HSSU atau HSDU). Secara keseluruhan ini dari
instalsi ini adalah sterilisasi dan penanggulangan infeksi pada peralatan yang dipergunakan di rumah
sakit.
Dalam unit pemrosesan dan pemberian pelayanan, instalasi yang bersangkutan dan membutuhkan
sarana penguapan untuk autoclaves dan hubungan yang baik dengan rute-rute suplai internal,
khususnya untuk bagian kamar operasi. Pemrosesan peralatan-peralatan akan menimbulkan
kuantitas hawa panas yang sulit dikontrol. Oleh karena itu seringkali lokasi ditempatkan pada zona
industri dimana ada kemudahan dari pengorerasian pipa saluran untuk keperluan proses penguapan
alat.

12. Instalasi Gizi


Persyaratan Umum:
a. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada minuman angka
kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman
b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak- banyaknya 100/cm2
permukaan dan tidak ada kuman E.Coli
c. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5 atau dalam
suhu dingin kurang dari 4 C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu
5 C sampai - 1 C
d. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu 10 C
e. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 - 90 %
23
f. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit- langit
dengan ketentuan sebagai berikut :
Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
Jarak bahan makanan dengan langit- langit 60 cm

Kelengkapan ruang Instalasi Gizi:


a. Ruang penerima
b. Persiapan

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


c. Dapur Besar
d. Dapur pastry
e. Pantry
f. Cold storage
g. Cold room
h. Ruang cuci
i. Simpan alat
j. Gudang bahan
k. Gudang air 20
l. Jalur trolley kotor
m. Jalur trolley bersih dan distribusi
n. Ruang ganti, Lavatory
o. Ruang kepala Instalasi dilengkapi ruang tamu
p. Ruang kerja, administrasi, arsip
BAGIAN 1 I BAB 5

TINJAUAN
SIRKULASI DAN ZONING
RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi
Sirkulasi

1. Prinsip dan Implementasi

Terdapat tujuh pertimbangan mendasar yang mempengaruhi desain pada distribusi sistem
pergerakan/sirkulasi yaitu :
1. Kuantitas dan frekuensi material yang dipindahkan untuk distribusi.
2. Kebutuhan ruang penerimaan.
3. Kebutuhan ruang penyimpanan dan penanganan.
4. Distribusi pengguna masing-masing instalasi.
5. Tempat pembuangan dan pemrosesan kembali.
6. Tipe-tipe dari barang yang akan dipindahkan (termasuk yang perlu penanganan khusus).
7. Pilihan di antara sistem mekanik dan manual.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


21
2. Sirkulasi Kendaraan, Barang, pengunjung, Pemberi Layanan Kesehatan,
Kegawatdaruratan

Ada tujuh prinsip dasar yang sifatnya fundamental untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi bentuk-
bentuk bangunan yang memberi perhatian penuh mengenai keamanan kebakaran. Meskipun faktor-
faktor ini penting, tetapi tidak berpengaruh besar terhadap keseluruhan bentuk bangunan :
1. Cara pembagian ruangan
2. Keterkaitan antara instalasi
3. Alternatif penyelamatan dan pada kondisi saat menemui jalan buntu
4. Jalur-jalur penyelamatan
5. Jarak tempuh
6. Hubungan eksternal
7. Akses untuk menanggulangi kebakaran

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


22
BAGIAN 1 I BAB 6

TINJAUAN
BENTUK DAN KARAKTERISTIK
RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi
Karakteristik

1. Prinsip dan Implementasi

Rumah sakit adalah bangunan yang memiliki keterpaduan yang mampu mengakomodasi fungsi-fungsi
secara luas. Faktor-faktor penting yang dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengembangan bentuk bangunan yang sesuai adalah :
1. Kemampuan untuk berkembang dan berubah agar mampu merespon kebutuhan-kebutuhan
dimasa mendatang, beberapa dapat dilihat pada saat perencanaan tetapi ada beberapa yang tidak
dapat diprediksi.
2. Hubungan antara instalasi yang memiliki keterkaitan dalam hal fungsi dan juga mengenai jalur-jalur
yang efisien bagi pergerakan orang dan suplai barang.
3. Persyaratan menyangkut masalah keamanan terhadap kebakaran serta metode evakuasi pasien.
4. Ekonomis dalam hal modal dan pembiayaan; kemudahan dan kecepatan konstruksi.
5. Kemampuan untuk membangun secara aktif dalam setiap tahap-tahap pembangunan.
6. Suasana yang tercipta dalam lingkungan fisik dapat dihasilkan dari adanya saling keterkaitan
antara bentuk bangunan dengan desain teknis.
7. Respons yang timbul dari hubungan secara fisik antara hal tersebut dengan masyarakat, dapat
diciptakan dengan memenuhi syarat estetika.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan harus bisa mereduksi hambatan-hambatan fisik untuk
masa mendatang dan untuk perkembangan-perkembangan yang tidak diduga. Oleh karena itu bentuk
bangunan harus open-ended dan dapat diperluas; pada detail, perencanaan dan teknik desain harus
membuka kesempatan untuk diadakannya perubahan internal dan penataan kembali ruangan-
ruangan.

23

Rumah Sakit Pendidikan Universitas Udayana


Copyright : PT. Global Rancang Selaras
2. Karakteristik

Disisi yang lain, perencanaan dan perancangan fisik rumah sakit juga didasarkan pada kriteria
bangunan rumah sakit yang baik.

Dimana kriteria yang harus dijawab pada bagian ini antara lain:
a. Berarsitektur bagus
- Memberikan nilai positif pada komunitas dan konteks sosial
- Memperlihatkan komposisi yang baik
- Memberi nilai estetis baik eksternal maupun internal

b. Sesuai dengan lingkungan


- Menjadi tetangga yang baik terhadap lingkungan
- Sesuai dengan tapak dan persyaratan perencanaan kota

c. Mudah bagi pengguna, ramah lingkungan


- Tampak bangunan menarik dengan skala manusia
- Main entrance yang jelas dan pintu masuk khusus yang mudah dilihat
- Jejalur yang sederhana, jelas dan mudah
- Ruang dalam yang menentramkandengan pemandangan ke arah luar
- Pencahayaan dan ventilasi alami yang mencakup semua bagian ruang
- Kenyamanan dan privasi
- Ruang, warna, pencahayaan, pemandangan, dan karya seni untuk membantu penyembuhan
- Lansekap yang menarik

d. Akses yang Mudah

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


-akses bagi Ambulans, transportasi umum, kendaraan servis, mobil pemadam kebakaran
- Kendaraan pengunjung, da karyawan, serta parkir kendaraan yang mencukupi
- Akses untuk pejalan khaki
- Akses mudah untuk penyandang cacat
- Akses terpisah untuk suplai barang dan pembuangan sampah

e. Memenuhi Standar Bangunan Kesehatan


- Berdasar standar ruang yang ada 24
- Memenuhi Panduan Bangunan Rumah Sakit Memenuhi Persyaratan Standar Teknis Bangunan
Rumah Sakit

f. Memenuhi Standar Bangunan Kesehatan


- Hubungan antar fungsi
- Pergerakan orang dan distribusi barang
- Penggunaan ruang

g. Memenuhi Standar Konstruksi


- Bahan bangunan dan finishing yang sesuai standar
- Finishing yang mudah dan ekonomis dalam pemeliharaan
- Sistem jaringan yang terorganisasi dan mudah digunakan serta mudah disesuaikan dengan
kebutuhan yang akan datang
BAGIAN 1 I BAB 7

KONSEP RUMAH SAKIT DAN


EVALUSAI PASCA HUNI

Fasilitas kesehatan dan Penyelenggaraan Upaya Kesehatan


Peran Evaluasi Pasca Huni dalam Proses Desain
Optimalisasi Melalui Revitalisasi Fasilitas Fisik
Langkah-langkah Peringkatan Performansi

1. Fasilitas Kesehatan dan Penyelenggaraan Upaya Kesehatan

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan kesehatan
tersebut diharapkan dapat menjangkau lingkup spatial yang cukup ekstensif, sehingga akses
masyarakat luas terhadap berbagai layanan kesehatan menjadi lebih baik, dan untuk itu diperlukanlah
berbagai macam fasilitas kesehatan dan unit-unit penyelenggara layanan kesehatan pada tingkat
komunitas.

Penyelenggaraan upaya kesehatan di atas dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, yang meliputi
kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengamanan makanan dan minuman, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja, kesehatan jiwa, pemberantasan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, penyuluhan kesehatan masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan,

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


pengamanan zat adiktif, kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, pengobatan tradisional, serta
kesehatan mata.

Sebagai fasilitas kesehatan dan fasilitas sosial, rumahsakit dan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya
termasuk dalam kategori fasilitas publik yang perlu dikelola secara optimal. Proses pengelolaan
fasilitas tersebut meliputi perencanaan dan pemrograman, perancangan, konstruksi dan penyediaan
fasilitas, penghunian dan pemanfaatan, serta evaluasi pasca huni. Masing-masing tahap dalam proses
tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja fasilitas kesehatan,disamping agar lebih 25
memiliki dayatarik bagi masyarakat pada umumnya.

2. Peran Evaluasi Pasca Huni dalam Proses Desain Fasilitas Kesehatan

Kebanyakan Fasilitas kesehatan sekarang berada dalam tahap penghunian dan pemanfaatan. Dan
karenanya, sesungguhnya sangat diperlukan evaluasi terhadap fasilitas yang ada sekarang, yang
lazim disebut dengan evaluasi pasca huni atau EPH (post occupancy evaluation, POE). Tahap
evaluasi pasca huni adalah tahap yang sangat perlu untuk melihat kesesuaian antara apa yang ada
sekarang dengan pola-pola pemanfaatan oleh manusia dan perilakunya.
Evaluasi pasca huni adalah suatu proses evaluasi fasilitas dengan cara yang sistematik setelah
fasilitas tersebut dibangun dan dihuni dalam suatu kurun waktu tertentu.
Kegunaan evaluasi pasca huni terbagi dalam 3 jangka waktu:
1. Kegunaan jangka pendek. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut: identifikasi masalah dan
solusi dalam manajemen fasilitas, manajemen fasilitas yang proaktif terhadap aspirasi
pengguna, peningkatan pemanfaatan ruang dan umpanbalik terhadap kinerja bangunan,
peningkatan sikap pengguna melalui keterlibatan dalam proses evaluasi, pemahaman
implikasi kinerja dalam kaitannya dengan ketersediaan anggaran, serta proses pengambilan
keputusan yang lebih rasional dan objektif
2. Kegunaan jangka menengah. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut: kemampuan
pengembangan fasilitas sesuai dengan pertumbuhan organisasi, penghematan biaya dalam
proses pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan serta peningkatan usia bangunan,
akuntabilitas kinerja bangunan oleh semua pengguna.
3. Kegunaan jangka panjang. Meliputi peningkatan dalam hal-hal berikut: kinerja fasilitas dalam
jangka panjang, perbaikan basis data, standar, dan kriteria untuk perancangan fasilitas, serta
perbaikan sistem penilaian fasilitas melalui kuantifikasi

Jenis kegiatan dalam evaluasi pasca huni akan tergantung pada interaksi antar
komponen dalam proses evalusi pasca huni:
1. Kriteria kinerja
a. Teknikal
b. Fungsional
c. Behavioral
2. Pengguna
a. Individu
b. Kelompok
c. Organisasi
3. Setting

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


a. Ruang
b. Bangunan
c. Fasilitas

Selain itu, evaluasi pasca huni juga memiliki tingkatan kecermatan sesuai
kebutuhan penggunanya, yang meliputi:
1. Evaluasi Pasca Huni Indikatif
2. Evaluasi Pasca Huni Investigatif 26
3. Evaluasi Pasca Huni Diagnostik

Bagi fasilitas Fasilitas kesehatan, evaluasi pasca huni perlu dikaitkan dengan
state of the art fasilitas Fasilitas kesehatan, yang meliputi beberapa aspek:
1. Dalam kriteria kinerja terdapat beberapa kriteria yang perlu diikuti, antara lain Standar Fasilitas
kesehatan, Standar Arsitektural untuk Fasilitas Kesehatan, khususnya Fasilitas kesehatan,
maupun hasil-hasil penelitian mengenai fasilitas kesehatan komunitas seperti Fasilitas
kesehatan
2. Dalam komponen pengguna meliputi penyedia jasa dalam Fasilitas kesehatan (pengelola,
dokter, paramedis, dan manajemen) maupun pengguna jasa Fasilitas kesehatan (individu
maupun kelompok masyarakat).
3. Dalam komponen setting perlu ditinjau komponen-komponen setting Fasilitas kesehatan yang
terdiri atas berbagai unit, bagian, ataupun kelompok fasilitas tertentu.
Evaluasi pasca huni memiliki beberapa tahapan sebagaimana berikut:
1. Perencanaan Evaluasi Pasca Huni
a. Pengenalan Masalah dan Kelayakan
- Memahami besaran dan kondisi signifikan aset eksisting.
- Memilih tingkatan usaha yang sesuai.
- Memilih biaya evaluasi yang sesuai.
b. Perencanaan Sumberdaya
- Perencanaan SDM
- Perencanaan waktu
- Perencanaan metoda dan alat
c. Perencanaan Riset
- Menentukan aspek kritis yang perlu diteliti
- Memilih indikator yang dapat merepresentasikan aspek
- Mengembangkan ukuran bagi tiap indikator
- Menyusun kriteria untuk evaluasi ukuran
- Antisipasi hasil dan kesimpulan

2. Pelaksanaan Evaluasi Pasca Huni


a. Awal Proses Pengumpulan Data Lapangan
- Mobilisasi data, alat, dan SDM.
- Antisipasi reaksi
- Penguasaan Lapangan dan Pelaksanaan Survey
b. Pemantauan dan Manajemen Prosedur Pengumpulan Data
- Pemahaman terhadap karakter aktivitas.
- Penalaan antar pengamat.
- Uji awal instrumen pengumpulan data.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


c. Analisis Data
- Tujuan analisis data: pemerian, interpretasi, dan penjelasan
- Macam-macam analisis: berhasil/gagal, peringkat, rerata, persentase, variabilitas, bandingan 2
kelompok, analisis sederhana, chi-square, analisis korelasi
- Tahapan analisis: menyusun data mentah, memasukkan dan transfer data, memproses data,
mengemas dan komunikasi temuan, interpretasi serta melengkapi analisis data.

3.Penerapan Evaluasi Pasca Huni 27


a. Pelaporan temuan
- Pendahuluan, Metodologi, Analisis data, Temuan, Kesimpulan, Apendiks, Pustaka
b. Rekomendasi tindakan
- Tindakan terkait kebijakan
- Tindakan terkait prosedur
- Tindakan terkait teknik
c. Review Hasil dan Kesimpulan
- Rencana jangka pendek
- Rencana jangka menengah
- Rencana jangka panjang
3. Optimalisasi Melalui Revitalisasi Fasilitas Fisik Fasilitas kesehatan

Dalam bagian kedua, optimalisasi fasilitas kesehatan akan dipandang dari berbagai faset perencanaan
fasilitas dan perancangan arsitektur. Berbagai fase ini dapat menjadi hasil keluaran dan rekomendasi
dari evaluasi pasca huni yang dilakukan terhadap sebuah fasilitas kesehatan. Dalam hal ini,
peningkatan performansi fasilitas kesehatan dapat meliputi peningkatan 5
aspeknya, yaitu fungsi, bentuk dan kelengkapan, lokasi dan ruang, akses dan sirkulasi, serta
konteks.

Optimalisasi fungsi meliputi peningkatan fungsi yang ada sekarang dengan penyempurnaannya
berdasar persepsi dan spirasi pengguna, ataupun penambahan fungsi baru yang sinergis dengan
fungsi yang ada. Sebagai contoh misalnya diperlukan adanya integrasi antara fungsi-fungsi kesehatan
fasilitas kesehatan dengan fungsi-fungsi pendidikan, rekreatif, bahkan komersial yang akan
menghidupkan fasilitas tersebut.

Optimalisasi bentuk dan kelengkapan meliputi peningkatan secara fisik fasilitas kesehatan, baik yang
berupa bangunan (fixed elements), fasilitas dan perabot (semi-fixed elements) ataupun setting-setting
meso dan mikro bagi berbagai aktivitas penggunanya (non-fixed elements). Atau dapat juga dilihat
sebagai sistem pewadahan fungsi (ruang dan tata perabot yang ada) serta sistem penunjang fungsi
(pencahayaan, penghawaan, serta akustik). Dalam aspek bentuk ini, yang diperlukan adalah adanya
pemenuhan kebutuhan masa kini dan masa depan yang terujud dalam bentuk fisik dan fasilitas serta
teknik komunikasi yang digunakan.

Optimalisasi lokasi dan ruang meliputi peningkatan dan pengkayaan nilai lokasi serta kualitas ruang-
ruang dalam dan di luar fasilitas kesehatan, baik ruang keseluruhan fasilitas kesehatan sebagai
fasilitas, maupun ruang-ruang mikro dalam fasilitas kesehatan sebagai setting kegiatan. Interaksi

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


antara ruang pakai baik yang aktif maupun yang pasif dengan ruang layanan, interaksi antara ruang
dalam dengan ruang luar, serta interaksi antara setting budidaya dengan setting alam sangat
diperlukan. Dalam hal ini, diharapkan fasilitas kesehatan dapat memberi wadah bukan hanya kegiatan
layanan kesehatan secara sempit, melainkan juga layanan kesehatan secara luas dan bahkan juga
sebagai fasilitas sosial-edukasi-budaya secara proporsional.

Optimalisasi akses dan sirkulasi meliputi kemudahan pencapaian hingga pada perangkaian
pergerakan dalam fasilitas kesehatan sehingga menjadi efektif dan efisien. Akses menjadi hal yang
28
penting, mengingat salah satu keunggulan fasilitas kesehatan adalah potensi jangkauan layanan
kesehatan ke masyarakat luas di tengah komunitas mereka sendiri.

Optimalisasi konteks meliputi integrasi fasilitas kesehatan dengan konteks keruangan, sosial, dan
waktu. Konteks keruangan, dalam arti lingkungan di sekitar fasilitas kesehatan, layak untuk ditanggapi
sebagai sesuatu yang penting, dan dapat dilayani fasilitas kesehatan tersebut. Demikian juga dengan
konteks sosial, yang dapat menunjukkan karakteristik masyarakat di sekitar fasilitas kesehatan
tersebut, yang akan secara spesifik memberi keunikan pada fasilitas kesehatan dan menambah
dayatariknya. Optimalisasi konteks akan membuat fasilitas tersebut akan lebih mudah berkomunikasi
dengan masyarakat penggunanya.

4. Langkah-langkah Peringkatan Performansi Fasilitas Kesehatan

Pendekatan kontemporer menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan membutuhkan fungsi dan fisik,
nilai kegunaan, kemasyarakatan dan estetika. Fasilitas kesehatan sebaiknya dikembangkan tidak
hanya melayani kesehatan tetapi juga dapat memberi aspek kemasyarakatan, rekreatif dan estetika
dalam perannya melayani kesehatan.
Di sisi lain, Evaluasi Pasca Huni dapat membantu meningkatkan performansi Fasilitas kesehatan,
dengan mengetahui potensi dan permasalahan yang ada, untuk kemudian dapat dilakukan langkah-
langkah perbaikan. Langkah-langkah tersebut dapat berupa kebijaksanaan, strategi, rencana,
program, hingga projek yang diperlukan. Jika dilihat dalam sistem perencanaan dalam manajemen,
dapat terlihat bahwa proses ini sangat erat kaitannya dengan manajemen fasilitas secara luas.
Dalam proses perencanaan dan perancangan, pada dasarnya terdapat 5 komponen utama yang perlu
didefinisikan secara jelas, yang meliputi:
1. Profil : kondisi eksisting yang ada
2. Visi : kondisi ideal yang diinginkan
3. Masalah : jarak antara kondisi ideal dan kondisi eksisting
4. Strategi : cara untuk mencapai visi
5. Aksi : tindak nyata yang merupakan jabaran dari strategi

Kondisi Ideal
VISI

jarak antara cara


kondisi eksisting dan kondisi ideal mencapai
MASALAH visi
STRATEGI

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


kondisi
eksisting
PROFIL tindak nyata
AKSI

29
Profil
Kondisi eksisting perlu ditinjau dari setidaknya 5 aspek yang disebutkan di atas.
Kondisi tersebut perlu dinilai. Salah satu alatnya adalah Analisis SWOT (SWOT analysis), yang
meliputi:
- Strengths (kekuatan), yaitu faktor positif internal
- Weaknesses (kelemahan), yaitu faktor negatif internal
- Opportunities (peluang), yaitu faktor positif eksternal
- Threats (ancaman), yaitu faktor negatif eksternal

Visi
Visi dapat dirinci dalam waktu dimana visi tersebut diharapkan terjadi, dapat berupa:
- Jangka panjang, dengan durasi sekitar 10-20 tahun
- Jangka menengah, dengan durasi sekitar 5 tahun
- Jangka pendek, dengan durasi sekitar 1 tahun
Visi ini dapat juga terkait dengan tujuan atau sasaran, atau developmental goals dan developmental
objectives
Masalah
Masalah adalah jarak (discrepancy) antara kondisi ideal yang diharapkan dengan kondisi eksisting
sekarang ini. Perumusan problem statement membutuhkan langkah-langkah sebagaimana berikut:
- Mempelajari secara mendalam masalah yang dihadapi
- Membatasi daerah masalah secara lokasional, temporal, serta melihat kaitan dan pengaruhnya
terhadap masalah yang lain
- Menyiapkan data-data/informasi pendukung masalah
- Menyiapkan daftar tujuan dan sasaran
- Mengenali kisaran variabel-variabel yang perlu diperhitungkan
- Mengkaji ulang problem statement

Strategi
Strategi adalah cara untuk mencapai visi, yang dijabarkan dalam rencana atau rancangan.
Perumusan strategi terkait erat dengan perumusan tujuan dan sasaran bagi strategi
tersebut. Jika tujuan (goals) lebih bersifat ultimate serta tidak langsung, maka sasaran
(objectives) lebih bersifat langsung serta konkret. Tujuan pada dasarnya dapat berupa
pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, atau pemanfaatan peluang.

Aksi
Produk rancangan yang ada pada dasarnya dapat dibagi dalam:
- Kebijakan (policy)
- Rencana (plan)
- Arahan (guidelines)
- Program (program)

BAGIAN 1 I BAB 8

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


PERENCANAAN LAHAN / SITE PLANNING
RUMAH SAKIT
Kebutuhan vs Ketersediaan
Perencanaan Lokasi, Tapak, Ruang Terbuka, Sirkulasi, Parkir, Kontur dan Aliran Air
30
1. Kebutuhan vs Ketersediaan
Perkembangan teknologi dan kesadaran akan pentingnya keberadaan sebuah fasilitas kesehatan
yang memiliki brand image terpercaya, terbaik, dan terlengkap sesuai kualifikasi kelasnya,
berhadapan dengan realita keterbatasan lahan/site. Oleh karena itu, langkah-langkah taktis dan
cermat sejak proses persiapan, perencanaan hingga perancangan lahan menjadi sebuah keharusan.

2. Perencanaan Lokasi, Tapak, Ruang Terbuka, Sirkulasi, Parkir, Kontur dan


Aliran Air

Tahapan awal dari Perencanaan Lahan/Site Planning untuk mengenali dan mendapatkan
kondisi akurat eksisting terdiri dari:
- Analisis Aspek Lokasi
- Analisis Aspek Transportasi dan Sirkulasi
- Analisis Aspek Guna Lahan dan Zoning

Rumah sakit harus menempati lokasi terbaik dan yang terdekat dengan populasi yang dilayaninya.
Dekat kearah pusat jaringan transportasi untuk melayani masyarakat lokal serta luasan lahan yang
cukup memadai akan memberi lebih banyak peluang dan fleksibilitas perluasan. Selain itu penting
memperhatikan potensi ketersediaan sistem infrastruktur di luar site (off-site). Aspek yang harus
diperhatikan terkait dengan hal tersebut antara lain adalah:
a. Adakah jaringan listrik dan keterdekatan dengan gardu induk
b. Adakah jaringan telekomunikasi non-mobile
c. Adakah jaringan jaringan perpipaan air bersih yang dikelola PDAM atau perusahaan penyedia air
bersih lain
d. Adakah jaringan drainase di sekeliling lahan
e. Adakah jaringan air limbah dan sistem pematusan yang terhubung dengan sistem perkotaan
f. Adakah layanan pengelolaan sampah di kawasan sekitar rumah sakit

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Rata-rata luasan lahan untuk rumah sakit dengan tipe B ke atas, membutuhkan areal seluas 12 hektar,
tapi lokasi dengan luas seperti ini, susah untuk diperoleh, dan kalaupun ada, biasanya berada jauh
diluar kota dimana timbul banyak masalah tenaga kerja yang akan dipekerjakan di rumah sakit. Atau
pada situasi daerah kota yang sangat hiruk pikuk termasuk lokasi dimana pembangunan dilakukan
dengan merubah bentuk bangunan-bangunan yang telah ada sebelumnya yang tentunya akan
menjadi sangat mahal untuk kebutuhan KDB yang tinggi.

Luasan lahan yang dibutuhkan akan dipengaruhi oleh : 31


-Batas Koefisien Dasar Bangunan di lokasi tersebut
-Luasan bangunan yang diperlukan dalam perkembangan rumah sakit itu dalam kaitan
pertumbuhan kapasitas pelayanan
-Kebutuhan parkir dan akses
-Kebutuhan penjarakan bangunan-bangunan dalam pertimbangan teknik fisika bangunan maupun
kenyamanan okupansi.
-Ketersediaan ruang terbuka hijau untuk utilisasi dan kenservasi air tanah, kenyamanan visual dan
pengkondisian kualitas udara, pada cakupan lingkungan mikro.
BAGIAN 1 I BAB 9

SIRKULASI DAN ZONING


KOMPONEN RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi

1. Prinsip dan Implementasi

Rumah sakit didesain dengan mempertimbangkan efisiensi kegiatan dan kapasitas sirkulasi akibat
peningkatan kebutuhan sehingga terdapat beberapa zonasi yang nantinya akan mempengaruhi layout
ruangan. Zona primer, sekunder, tersier, serta service dibedakan. Begitu pula dengan sirkulasi barang,
pengunjung, pemberi layanan kesehatan, kegawatdaruratan, serta meminimalisasi akses medik
sentral untuk kepentingan penjagaan sterilitas.

Komponen Bangunan Rumah Sakit

A. Unit Administrasi
- Ruang Kepala
- Ruang Sekretaris
- Ruang Staff
- Ruang Personalia

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Ruang Administrasi Umum
- Kantor Pembayaran
- Keuangan
- Arsip
- Ruang Rapat
- Informasi dan Pendaftaran
- Security
32
B. Unit Medis
- Poliklinik
- Gudang Medis
- Laboratorium Klinis
- Ruang Tunggu
- Ruang Dokter / Perawat Jaga
- Ruang Operasi
- UGD
- Radiology/ultrasound
- Pathology
- Rehabilitasi
- Physiotherapi
- Pediatry

Ekspladometri Rumah Sakit Pendidikan Universitas


BrawijayaCopyright : PT. Global Rancang Selaras
C. Unit Keperawatan
- Farmasi / Gudang Obat
- Sterilisasi / Clean Utility
- Rekam Medis
- R. Pembina
- Ruang Perawat
- R. Konseling
- Perawat Poliklinik

E. Unit Rawat Inap


- Rawat Medis
- Ruang Tidur
- Ruang Obat
- Nurse station (loker, r. Ganti, lavatory)
- Pantry
- Spoel Hoek/Slob Zink
- Rg. Konsultasi
D. House Keeping dan Teknis Ekspladometri Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mataram
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
- Laundry
- Cleaning Service/Janitor
- Mekanikal
- Elektrikal
- Workshop
- Engineering
- Gudang Umum
- Gudang Ambulance

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- R. Serbaguna
- R. Makan Bersama
- Masjid / Mushola
- Kapel
- Dapur

F. Rekreasi, Pelatihan, dan Keterampilan


- Ruang Kelas
33
- Perpustakaan
- Bengkel / Workshop
- R. Komputer
- R. Fitness
- R. Musik
- Kolam Renang
- Lounge

G. Peruntukkan Umum
- Parkir
- Hall/ Lobby Ekspladometri Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mataram
- R. Seminar Copyright : PT. Global Rancang Selaras

- Ruang ibadah
- Ruang pertemuan
- Kios/kafeteria
- Auditorium
BAGIAN 2 I BAB 10
PERENCANAAN BANGUNAN RUMAH SAKIT:

PERENCANAAN BANGUNAN
RUMAH SAKIT
Prinsip dan Implementasi
Fleksibilitas dan Pentahapan
Pertimbangan Estetika dan Kenyamanan

1. Prinsip dan Implementasi

Sebuah bangunan rumah sakit harus memenuhi aspek-aspek sebagai berikut :


Aspek Fungsional, meliputi :
- faktor manusia
- penyimpanan dan penataan
- komunikasi dan alur kerja
- fleksibilitas dan perubahan
- spesialisasi dalam tipe/unit bangunan

Aspek Teknikal, yaitu :


- keselamatan kebakaran
- struktur
- sanitasi dan ventilasi
- elektrikal

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- dinding eksterior
- finishing interior
- atap akustik
- pencahayaan
- sistem kontrol lingkungan

Aspek Behavioral, meliputi :


- proksemik dan teritorialitas 34
- privasi dan interaksi
- persepsi lingkungan
- citra dan makna
- kognisi dan orientasi lingkungan

Bangunan rumah sakit harus didesain dengan meminimalkan jangkauan personal paramedis dan
kemungkinan kontaminasi serta memaksimalkan efisiensi seluruh sistem. Pertimbangkan pula waktu
paruh perjalanan staf seefisien dan seminimal mungkin dengan pasien. Bangunan juga harus didirikan
untuk mengakomodasi unit-unit yang ada. Orientasi bangunan juga harus menanggapi iklim baik
secara internal maupun eksternal. Karakter bangunan harus menampakkan harapan. Karakter yang
cerah yang berpengaruh pada tanggapan pengguna terhadap kegiatan didalamnya.
Merupakan hal yang sangat penting bahwa pembiayaan bangunan dipertahankan serendah mungkin
secara konsisten dengan menyesuaikan dengan standar yang dapat diterima serta memberikan
keseimbangan yang optimal antara kedua hal tersebut. Masalah dalam menentukan standar ini akan
berbeda antara satu lokasi dengan lokasi yang lain.
Hal-hal yang mempengaruhi biaya pada prinsipnya muncul dari :
1. Jumlah bangunan yang akan dibangun, meliputi area dan volume termasuk geometri dan bentuk
bangunan
2. Penyelesaian kenyamanan bangunan dan syarat fasilitas medik. Dibutuhkan keahlian teknis dan
penyelesaian detil khusus.
3. Jenis, kapasitas dan jumlah unit infrastruktur penunjang.

2. Fleksibilitas dan Pentahapan

Sebagian besar bangunan rumah sakit harus melakukan pembangunan secara bertahap. Ada tiga
alasan pentingnya pentahapan untuk hal ini yaitu :
1. Kebutuhan untuk membangun sebagai jawaban dari rencana strategik. Pertimbangan bisnis
strategis layanan sehubungan dengan kalkulasi biaya investasi terhadap estimasi pemasukan.
Namun hal tersebut tidak semata berdiri sendiri, terdapat peran sosial yang harus diemban oleh
rumah sakit sebagai misi utama dari sekedar perhitungan untung rugi
2. Pertimbangan kontraktual; kebutuhan untuk membagi pembangunan kedalam unit-unit kerja
bangunan yang dapat ditangani oleh manajemen dengan memuaskan
3. Pembatasan modal untuk proyek pembangunan; hal ini seringkali berasal dari kebijakan
penyediaan untuk implementasi secara bertahap yang lebih dari satu kali proses pembangunan.
Terdapat faktor resiko penyerapan layanan terhadap aspek pembiayaan yang harus mencapai titik
imbang secara wajar

Kebutuhan akan pentahapan memiliki dampak yang dominan pada bentuk-bentuk bangunan yang
wajar. Ada dua pola dasar pentahapan yaitu :
1. Pada bangunan yang telah ada;
Proses desain harus menerapkan keterpaduan secara mutlak terhadap bangunan maupun tata

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


fungsi yang telah ada. Langkah mengawali proses desain adalah inventarisasi terhadap fungsi,
ruang bangunan serta infrastruktur eksisting yang bisa dimanfaatkan kembali baik dengan
penyesuaian maupun tidak. Dalam aksi penyesuaian itulah memungkinkan dilakukan
pemusnahan (demolition) atau penggantian (rehabilitation). Untuk gedung aset Negara atau
Pemerintah masing-masing aksi penyesuaian memiliki tata laksana tertentu.
2. Pada lokasi baru;
Tahap pembangunan rumah sakit pada lokasi baru memiliki keuntungan dari segi kebebasan
membuat desain, tetapi beberapa kerugiannya adalah harus menyediakan layanan-layanan yang 35
sifatnya mendasar pada tahap pertama. Hal ini membutuhkan biaya banyak dan cenderung
menggunakan modal yang tidak proporsional. Desainer juga dihadapkan pada masalah
mendesain dasar-dasar yang akan mendukung instalasi, yang bisa dijabarkan dari kapasitas dan
berusaha menemukan cara bagaimana dapat menyediakan servis yang dapat dikembangkan
dalam tahap berikutnya serta tetap memelihara efisiensi operasional dan mengoptimalkan
hubungan antar instalasi.
Pengaruh yang paling besar adalah jangka waktu yang panjang yang dilalui diantara tahap-tahap
tersebut. Dalam hal ini akan berimplikasi terhadap fungsi yang terdapat didalamnya (baik yang
lengkap atau bagian instalasi) dan hal-hal teknis (ketentuan pembatasan bagi kebutuhan-
kebutuhan awal atau membuat antisipasi untuk kebutuhan-kebutuhan dikemudian hari).
Jika hal ini sudah bisa dipertimbangkan dalam waktu tertentu, diantara tahap-tahap pembentukan
bangunan dan strategi teknis dibutuhkan untuk tujuan perkembangan maksimal dan potensi
perubahan, konsisten dengan mengesampingkan tujuan yang menyangkut penetapan biaya
serendah mungkin. Ada dua tujuan yang tidak dapat terelakkan yang berpotensi menciptakan
konflik kebutuhan-kebutuhan dan sebuah keseimbangan yang hanya dapat dicapai oleh
perdebatan berbagai disiplin ilmu dan kerelaan pihak-pihak untuk berkompromi secara
operasional maupun secara teknis.
3. Pertimbangan Estetika dan Kenyamanan

Kelompok bangunan yang terdiri dari beberapa massa bangunan lebih mudah diintegrasikan ke dalam
batas visual komunitas. Tetapi beberapa rumah sakit dengan pertimbangan tertentu dibuat dengan
volume besar dan berskala monumental bila diperbandingkan dengan tipologi umum bangunan.
Belajar dari pengalaman telah menunjukkan bahwa ukuran rumah sakit yang optimal dapat
memberikan kenyamanan, secara internal maupun secara eksternal. Keduanya dapat berintegrasi
sepenuhnya pada hal-hal yang berada disekeliling lingkungan gedung rumah sakit dimana ukuran
yang harus dipertimbangkan adalah skala manusia.

Beberapa faktor kunci :


1. Menghindari adanya permukaan bangunan yang panjang dan memberi kesan membosankan.
2.Menghindari koridor-koridor panjang yang membosankan, menghadirkan sebuah ruang yang
memiliki pemandangan yang tidak membosankan.
3.Menyesuaikan bangunan terhadap kontur lokasi, yang seringkali memberikan keuntungan
operasional misalnya akses pada berbagai tingkatan.
4.Menghindari penempatan pasien dan staf-staf pada tempat yang tidak nyaman karena adanya
perluasan atau pembangunan sisi lain bangunan.
5.Hindari areal halaman parkir yang sangat luas, paling tidak posisinya ditempatkan pada areal yang
masih dapat diawasi dari jauh.
6.Pertimbangkan dengan cermat mengenai geometri dan penempatan halaman sebagai titik
orientasi dari massa bangunan. Diusahakan agar massa bangunan tidak mendapat sinar
matahari secara langsung kecuali aktivitas terwadahi menuntutnya.
7.Posisi tempat kegiatan yang menimbulkan hawa panas dan suara bising, harus jauh dari area
pasien.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


36
BAGIAN 2 I BAB 11

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
RUMAH SAKIT
prinsip dan implementasi
Perencanaan infrastruktur

1. Prinsip dan Implementasi

Rumah sakit harus memiliki fasilitas tetap yang menyediakan pelayanan medis baik infrastruktur
off-site maupun infrastruktur on-site.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


37
2. Perencanaan Infrastruktur

Penyediaan sarana prasarana pada fasilitas kesehatan utamanya ditujukan untuk melindungi,
memelihara dan atau mempertinggi derajat kesehatan. Oleh karena itu, untuk memelihara kualitas
lingkungan atau mengendalikan faktor lingkungan yang dapat merugikan kesehatan harus ditunjang
dengan peralatan serta sistem pengelolaan yang memadai sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
bersifat teknis kesehatan.

Peraturan dan standar diatas merupakan acuan yang harus dipatuhi dalam meraih kinerja infrastruktur
yang baik. Selanjutnya perencanaan infrastruktur dilaksanakan seiring dengan perencanaan
arsitektural terkait dengan bangunan serta keberadaan lahan. Dalam materi Masterplan, perencanaan
infrastruktur berada dalam lingkup sistemik belum mengarah pada detil alat atau jaringan ataupun detil
kapasitas.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Bagan Langkah Perencanaan Infrastruktur

A. Kriteria Desain Umum Penyediaan Air


Perencanaan sistem penyediaan air bersih di Rumah sakit berpedoman pada sistem yang optimal dan 38
ketepatan pada pemenuhan kebutuhan pelayanan. Sistem yang efisien dan efektif juga diperlukan
agar ekonomis dalam pembangunan dan pengoperasian. Target utama perencanaan sistem
penyediaan air bersih ini adalah pemenuhan kebutuhan air bersih di Rumah sakit dalam kuantitas dan
kualitas yang tepat. Kuantitas yang tepat berarti debit air bersih yang disuplai dapat memenuhi
kebutuhan rumah sakit pada skala kapasitas maksimal, sedang kualitas yang tepat berarti air bersih
yang disuplai telah memenuhi standar higienitas air siap minum. Beberapa asumsi dan dasar
perencanaan sistem pengelolaan limbah cair di lingkungan Rumah sakit adalah sebagai berikut :
a.Pendekatan penghitungan kebutuhan air bersih untuk bangunan Rumah sakit adalah 700 liter per
tempat tidur per hari. Sehingga jika kapasitas maksimal layanan yang akan dikembangkan di
Rumah sakit adalah 300 TT, maka kapasitas teknis air bersih perhari yang harus disiapkan adalah
300 TT x 700 liter = 210.000 liter per hari atau 210 m per hari.
b.Direkomendasikan memanfaatkan kombinasi sumber air bersih yaitu sumur dangkal, sumur
dalam, ataupun PAM. Kata kunci sumber air adalah: Kontinuitas debit dan volume sehingga
kombinasi keduanya akan menjaga kontinuitas pasokan disegala musim.
c.Sistem jaringan direncanakan sesederhana mungkin. Sistem jaringan terlindungi oleh shaft untuk
pertimbangan pemeliharaan dan sistem kontrol.
d.Arah dan distribusi pipa mengikuti bangunan atau tegak lurusnya. Ini berarti tidak ada distribusi
saluran diagonal/ miring terhadap bangunan.
e.Semua jaringan air bersih merupakan jaringan bawah tanah diluar bangunan. Distribusi saluran
tidak boleh melalui ruang fungsional kecuali dibawah ruang sirkulasi.
f.Pengawasan kualitas air secara rutin sehingga suplai air bersih tetap aman dan tidak menimbulkan
gangguan/bahaya terhadap kesehatan.
g.Seluruh kebutuhan air bersih di suplai dengan sistem perpipaan didukung roof dan ground tank set
yang berfungsi pula sebagai reservoir dan water treatment set.
h.Untuk kepentingan kemudahan operasi dan pemeliharaan, optimalisasi distribusi serta sistem
kontrol, maka direncanakan zona distribusi air bersih. Zona distribusi didasarkan pada kedekatan
atau pengelompokan bangunan.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


39

Skema Sistem DistribusiAir Bersih Pada Bangunan

B. Desain Umum Penyediaan Air Panas


Perencanaan sistem suplai air panas berpedoman pada sistem yang ekonomis dengan konsentrasi
suplai pada unit-unit yang paling membutuhkan.
Sistem yang paling efektif dipilih agar kemudahan dalam operasional dan pembangunan dapat
tercapai. Beberapa dasar perencanaan sistem penyediaan air panas di lingkungan Rumah sakit adalah
sebagai berikut :
a. Pendekatan penghitungan kebutuhan air panas untuk bangunan Rumah sakit adalah sekitar 130
liter per tempat tidur per hari. Jika kapasitas maksimal yang akan dilayani oleh sistem air panas di
Rumah sakit maksimal adalah 300 TT, maka debit air panas yang harus disiapkan adalah 39.000
liter perhari.
b. Penyediaan air panas diarahkan pasokan ke unit sterilisasi serta sebagian kecil untuk kepentingan
laundry dan pengelolaan laundry Rumah sakit.
c. Sistem penyediaan air panas diperoleh dengan memanaskan air dari energi diesel untuk
perebusan. Sistem yang diterapkan menggunakan sistem boiler terpusat.
d. Penempatan jaringan pipa distribusi air panas diletakkan diatas dengan mempertimbangkan
tingkat keamanan dan tidak mengganggu aktivitas utama.

C. Kriteria Desain Umum Pengelolaan Limbah Cair


Perencanaan pengelolaan limbah cair berpedoman pada sistem yang optimal, ekonomis dalam
pembangunan dan pengoperasian. Target utama adalah menurunkan zat pencemar organik dan
angka kuman sehingga sifat air limbah cair memenuhi syarat baku mutu air limbah. Hal penting lainnya
adalah rekayasa tepat yang harus dilakukan pada bangunan dan lingkungan terhadap sistem
pengelolaan limbah cair.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


40

Skema Sistem Distribusi Pengolahan Air Limbah

Beberapa asumsi dan dasar perencanaan sistem pengelolaan limbah cair di lingkungan Rumah sakit
adalah sebagai berikut :
a. Saat ini Rumah sakit belum memiliki sistem pengelolaan limbah cair yang sempurna dan
paripurna. Sistem pengelolaan limbah cair yang ada saat ini masih berupa sistem yang
sederhana.
b. Kapasitas maksimal pelayanan adalah 300 TT.
c. Pendekatan penghitungan volume limbah cair pada bangunan rumah sakit adalah asumsi 80%
konsumsi air bersih akan terbuang sebagai limbah cair. Sehingga kapasitas pengelolaan limbah
cair di Rumah sakit adalah 700 liter/hari/TT x 300 TT x 80% = 168.000 liter/hari atau 168 m3.
d. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari perletakan sistem jaringan dibawah bangunan
atau ruang fungsional kecuali pada ruang sirkulasi, untuk memudahkan perawatan, pemeliharaan
dan pemantauan.
e. Zona instalasi pengolahan limbah cair direncanakan terpisah dan berjarak dari ruang fungsional
lain mengingat suhu yang dikeluarkan, bau yang keluar dan getaran yang dihasilkan saat
pengolahan.
f. Untuk mengurangi akibat dari hal diatas serta gangguan visual maka disarankan menggunakan
elemen lansekap berupa tanaman rapat setidaknya setinggi 120 cm mengelilingi zona instalasi
pengolahan limbah cair.

D. Kriteria Desain Umum Sistem Drainase dan Pengelolaan Air Hujan


Target utama dalam perencanaan sistem drainase dan pengelolaan air hujan adalah mengalirkan air
hujan yang ada secepat mungkin di lahan Rumah sakit sehingga tidak ada genangan yang terjadi.
Beberapa dasar perencanaan sistem drainase dan pengelolaan air hujan di lingkungan Rumah sakit
adalah sebagai berikut :
a. Jaringan saluran air hujan terpisah dengan saluran air limbah.
b. Sistem distribusi saluran direncanakan sesederhana dan sejelas mungkin. Dalam hal ini hanya
ada 2 (dua) model distribusi yang berorientasi terhadap konfigurasi bangunan, sebaran dan
keberadaan saluran drainase kota atau sungai (penerima run-off utama). Model distribusi saluran
tersebut adalah tegak lurus dan searah saluran kota ataupun sungai.
c. Saluran distribusi yang direncanakan berada pada sekeliling bangunan sehingga tidak ada
saluran yang crossing terhadap bangunan.
d. Limpasan yang dibuang keluar kawasan rumah sakit dialirkan ke assainering disekeliling site.
e. Tidak ada toleransi genangan yang diijinkan. Ini berarti bahwa air hujan yang jatuh baik dari atap
maupun yang langsung ke permukaan bumi langsung dimasukkan ke saluran air hujan.
f. Memaksimalkan area tangkapan air hujan (capturing areas) dengan koefisien pengaliran (run-off

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


coefficient) sekecil mungkin. Ini berarti bahwa diluar bangunan beratap sebisa mungkin berupa
taman atau kebun.
g. Permukaan jalan dan parkir menggunakan aspal dengan kemiringan memadai. Selain itu bisa
digunakan kombinasi material penutup yang ideal terhadap penyerapan air permukaan adalah
grass block.
h. Pada prinsipnya semua saluran drainase direncanakan terbuka atau semi terbuka untuk
memudahkan perawatan dan pemeliharaan. Dimungkinkan ada saluran tertutup pada beberapa
penggal yang ada dibawah bangunan. 41
I. Penerapan hirarki pada sistem jaringan dengan perkiraan dimensi yaitu : 1) Saluran pengumpul
dengan dimensi 30x40 merupakan saluran tegak lurus saluran assainering kota penerima run-off
yang berfungsi sebagai pengumpul dari saluran-saluran penerima, 2) Saluran penerima dengan
dimensi 30x30 yang berfungsi menerima air hujan yang disalurkan talang dari atap tiap bangunan
atau kelompok bangunan.
j. Komponen pendukung saluran drainase antara lain: gorong-gorong pada saluran menyilang
terhadap jalan/selasar/sirkulasi dan sumur resapan air hujan (retaining well) dengan persyaratan
struktur tanah tertentu. Sumur resapan dibangun di bagian bawah jalan sehingga terhindar dari
bongkar pasang akibat pengembangan bangunan.

E. Kriteria Desain Umum Pengelolaan Sampah


Untuk kepentingan pengelolaan sampah secara garis besar dapat digolongkan dalam 2 (dua) jenis
yaitu sampah medis dan non-medis.
1. Sampah Medis
Bisa disebut pula sampah klinis yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, farmasi atau
yang sejenisnya, pengobatan, dan perawatan yang menggunakan bahan beracun, infeksius,
berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.
2. Sampah Non-Medis
Merupakan buangan padat (solid waste) diluar sampah medis atau klinis diatas. Umumnya
sampah non-medis berasal dari:
- Aktivitas kantor administrasi berupa kertas dan alat tulis
- Aktivitas dapur dan bagian gizi berupa sampah mudah busuk yang berasal dari penyiapan
pengolahan dari penyajian makanan, sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur
dan lain-lain
- Aktivitas laundry berupa pembungkus dan kemasan
- Aktivitas halaman/kebun berupa sisa pembungkus, daun ranting, debu
- Aktivitas umum berasal dari pengunjung berupa kemasan makanan-minuman, sisa makanan
Secara sistematik, sistem pengelolaan yang direncanakan untuk Rumah sakit adalah sesuai
dengan Gambar berikut ini:

Non Medis Seleksi basah Bin TPA Kota


Pengumpul Kontainer Malang
Dapur atau kering

Seleksi basah Bak Sampah


Umum
atau kering

Sanitary
Medis Seleksi menurut Alat Landfill off-
potensi bahaya pengumpul Incenerator site

Bagan Sistem Pengelolaan Sampah

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


F. Kriteria Desain Pengelolaan Mekanikal Elektrikal
Secara umum pengelolaan mekanikal dan elektrikal di rumah sakit ditujukan untuk meningkatkan
pelayanan rumah sakit. Dalam format yang ideal, pengelolaan mekanikal dan elektrikal disasarkan
untuk:
a. Mempermudah aktivitas dan pelayanan
b. Mengamankan aktivitas dan pelayanan termasuk aset usaha
c. Mendukung efisiensi waktu dan biaya
Aspek tinjauan dalam pengelolaan mekanikal elektrikal adalah: 42
a. Sistem Pemadam Kebakaran
b. Sistem Tata Udara
c. Sistem Gas Medik
d. Sistem Elektrikal
e. Sistem Komunikasi

G. Kriteria Sistem Pemadam Kebakaran


Pada hakekatnya, sistem penanggulangan kebakaran dapat diselesaikan dengan cara mekanis, yaitu
menggunakan smoke/ heat detector, fire estinguisher, hydrant dan Iain Iain. Namun, karena pemikiran
segi ekonomis, dapat digunakan tabung pemadam kebakaran yang diletakkan stasioner pada tempat
tempat yang penting (kamar operasi, rawat inap, IGD, Kamar Intensif) dan tempat yang sekiranya
mengundang resiko kebakaran, misalnya: dapur, ruang diesel, laboratorium.
Penanganan terhadap bahaya kebakaran secara dasar disajikan pada Gambar berikut ini:
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
Bagan Rencana Sistem Pemadam Kebakaran

Yang dimaksud di sini adalah cara penanganan dan tindakan yang dilakukan dalam usaha-usaha
perlindungan bangunan terhadap bahaya kebakaran, yaitu mulai dari pengenalan adanya api sampai
pemadamannya.
1. Manual
Dalam sistem ini, bila terjadi kebakaran, seseorang yang melihat atau mengetahuinya harus menuju ke
signal box atau tempat-tempat umum lainnya. Satu tarikan manual tertentu dalam box akan 43
menyalakan seluruh tanda bahaya atau alarm yang dapat terdengar dari seluruh penjuru bangunan,
yang memberitahukan selain tanda adanya bahaya kebakaran, juga menjadi peringatan bagi orang-
orang yang berada dalam bangunan untuk melakukan usaha pemadaman. Adapun usaha
pemadaman itu sendiri juga dilakukan dengan peralatan yang serba manual.
2. Semi Automatic
Sistem ini merupakan gabungan dari cara kerja Fire Protection sistem manual dengan Fire Protection
sistem otomatis. Bila suatu ketika terjadi kebakaran, maka secara otomatis tanda bahaya kebakaran
akan berfungsi, sedangkan tindakan selanjutnya adalah usaha mengatasi/memadamkan kebakaran
tersebut yang masih dikerjakan dengan sistem manual.
3. Automatic
Pada sistem ini, peralatannya bekerja secara otomatis, baik dalam mendeteksi bahaya kebakaran
yang kemudian langsung memberikan tanda bahaya, maupun dalam mengatasi/memadamkan
kebakaran. Karena peralatan bekerja secara otomatis, maka dengan sendirinya pencegahan dan
pengatasan bahaya kebakaran dapat berlangsung dengan cepat dan kemungkinan adanya perluasan
area kebakaran dan akibat-akibatnya dapat dikurangi semaksimal mungkin. Bangunan multi storey
kebanyakan menggunakan sistem otomatis, selain karena lebih cepat, cara kerjanya juga lebih efisien.
Fungsi Ruang Detector

Ruang Rawat Inap VIP Smoke Detector


Ruang Rawat Inap Kelas I dan II Rate of Rise Detector
Kantor Rate of Rise Heat Detectoe
Lobby / Ruang Tunggu Rate of Rise Heat Detector
Coridor/Hall/Staircase Rate of Rise heat Detector
Central Room/Ruang Kontrol Smoke Detector
Kitchen/Canten Fixed Temperature Detector
Ruang Genset Fixed temperature Detector

Jenis Detector

H. Kriteria Sistem Pengkondisian Udara


Pengkondisian udara lebih ditekankan kepada fungsi pelayanan dengan tingkat sterilitas tinggi serta
ruang dengan instrumen pendukung yang membutuhkan persyaratan suhu dan kelembapan tertentu,
yaitu: ruang operasi, emergency, dan ruang Iain yang membutuhkan sterilitas. Pada instalasi rawat
inap, khususnya ruang berkelas, fungsi pengkondisian udara bertujuan untuk mencapai kenyamanan
pada suhu udara dan kelembaban yang terkontrol.
Prinsip AC yaitu memindahkan kalor dari satu tempat ke tempat yang lain, misalnya sebagai pendingin,
memindahkan kalor dari dalam ke luar ruangan, sedangkan sebagai pemanas, memindahkan kalor
dari sistem pemanas ke dalam ruangan. Dalam sebuah bangunan, fungsi utama AC adalah:
a. Sebagai pengatur suhu (pendingin atau pemanas)
b. Pengatur kelembaban
2
c. Memperlancar distribusi O , agar mempunyai komposisi ideal bagi pernafasan
Untuk efisiensi, maka pada skala pelayanan yang dituju Rumah sakit akan lebih optimal bila
menggunakan AC split atau AC window.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


I. Kriteria Sistem Telekomunikasi
Di dalam menunjang kegiatan pelayanan di Rumah sakit, perlu adanya hubungan telekomunikasi yang
baik, yaitu dengan mengupayakan beberapa sistem telekomunikasi operasional :
a. Pesawat telepon sentraI dengan sistem PABX, yaitu beberapa TBT yang dapat dipergunakan
menjadi beberapa pesawat extension.
b. Line interkom sebagai penghubung antar instalasi dan antar nurse station
c. Line audio untuk pengumuman dan radio.
44
J.Kriteria Sistem Gas Medik
Penggunaan sistem gas medik sentral ini memiliki beberapa keuntungan yaitu antara Iain: (a) efisiensi
tenaga pengangkut tabung oksigen, (b) kemudahan distribusi untuk bangunan berjangkauan jauh, (c)
kemudahan perhitungan pemakaian oksigen.

Pendistribusian oksigen dikendalikan pada ruang sentraI atau ruang kontrol gas medik, melalui pipa
bertekanan disalurkan ke ruang-ruang yang membutuhkannya (misalnya Ruang Operasi, IGD, Ruang
Bersalin (VK), dan Instalasi Rawat Inap Kelas) melalui outlet. Ruang kontrol direncanakan
perletakannya di antara bangunan medik sentral.

K. Sistem Tata Suara


Lingkup Pekerjaan
- Sistem Keadaan Darurat dan Evakuasi.
- Sistem Paging dan Announcement (seleksi paging, public adress).
- Sistem Back Ground Music.
Ruang Noise Level (dB)
Ruang Pasien 40 60
Kamar Rawat 40 60
Hall & Coridor 35 45
Ruang Operasi Umum 40 60
Ruang Recovery 40 60
Ruang X-Ray 40 60
Toilet 40 60
Gudang 40 - 60
Utility 60
Kantor 60
Parkir 70 80
Asumsi Tingkat Kebisingan (Noice Level) pada ruangan

L. Sistem CCTV (Closed Circuit Television)


Lingkup Pekerjaan adalah CCTV (Closed Circuit Television System) digunakan untuk membantu
pengawasan kegiatan operasi , pengunjung maupun karyawan ataupun ruangan serta lokasi lain
melalui video kamera, dimana hasil gambar dapat diamati melalui TV Monitor
Kriteria Perancangan dan Uraian Singkat Sistem
a. CCTV Camera ditempatkan pada posisi sesuai dengan perencanaan (lampiran)
b. Peralatan Utama ditempatkan pada Ruang Security
c. Sistem ini akan memonitor segala kegiatan yang terjangkau dengan kamera dan selanjutnya di
tampilkan pada TV Monitor baik secara slide (kamera bergantian) maupun manual.
Dengan demikian bahaya gangguan dapat terdeteksi lebih dini sehingga dapat diambil tindakan
tindakan yang cepat dan tepat untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan.

M. Pekerjaan Nurse Call


Lingkup Pekerjaan
Nurse Call digunakan untuk komunikasi antara pasien dengan perawat. Hal ini untuk memudahkan
panggilan kepada Perawat apabila Pasien memerlukan tindakan medis.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Kriteria Perancangan dan Uraian Singkat Sistem
- Nurse Station ditempatkan pada tiap lantai dimana masing-masing lantai menggunakan 1 nurse
station
- Bed Side Call ditarik parallel ke Ceiling Speaker Sub
- Emergency pull cord dipasang di tiap toilet dan dikoneksikan ke Ceiling Speaker
- Nurse reset dipasang di pintu kamar dan dikoneksikan ke Ceiling Speaker.
- Corridor Lamp dipasang di depan kamar, masing-masing kamar 1 lampu yang juga dikoneksikan
dengan Ceiling Speaker. 45
- Dari masing-masing Ceiling Speaker Sub ditarik ke Nurse Station dengan 1 Ceiling Speaker Sub
adalah satu tarikan menuju Nurse Station.
- Kapasitas dari Nurse Station sesuai dengan jumlah Ceiling Speaker. Misalnya jika jumlah speaker
ada 20 buah (untuk 20 kamar) berarti kapasitas Nurse Station adalah 20 kamar.
- Setiap lantai mempunyai sistem tersendiri yang terpisah dengan sistem yang berada di lantai lain.
- Ceiling Speaker Sub juga bisa difungsikan sebagai microphone. Pasien dapat berkomunikasi 2
arah dengan perawat tanpa pasien harus menekan tombol (hands free), suara pasien ditangkap
oleh speaker dan bisa didengar di pesawat nurse station, suster juga bisa langsung menjawab
permintaan pasien dengan langsung bebicara melalui handset nurse station.

N. Kriteria Sistem Elektrikal


Tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah sakit dapat diperoleh
dari tiga macam sumber tenaga, yaitu :
1. PLN (Perusahaan Listrik Negara).
Aliran ini berasal dari jaringan yang dikelola oleh pemerintah. Oleh karenanya, distribusi dayanya
sangat terbatas pada pemakaian maksimal yang diijinkan/ dilanggan.
Adapun keuntungan dari pemakaian sumber tenaga PLN adalah :
- Pengadaan awal lebih murah dibandingkan dengan sumber tenaga lainnya.
- Dalam operasional tidak membutuhkan biaya perawatan yang berarti.
- Tidak menimbulkan dampak yang merugikan seperti pencemaran, getaran, kebisingan dan lain-lain.
- Tidak membutuhkan ruangan khusus untuk pengontrolan.

2.Generator Set
Sumber tenaga ini dikelola oleh pemilik bangunan dan merupakan fasilitas bangunan. Pada dasarnya,
instalasi mesin generator terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
- Sistem bahan bakar dan tempatnya.
- Mesinnya sendiri dengan perlengkapannya.
- Ruangan sebagai wadahnya.

Keuntungan dari pemakaian sumber tenaga generator set adalah :


- Lamanya tenaga bekerja hanya dibatasi oleh ukuran tangki bahan bakar.
- Biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah bila diperhitungkan dalam jangka waktu yang lama.

Kekurangan sumber tenaga generator set adalah :


- Memerlukan pemeliharaan yang konstan dan testing yang teratur.
- Kesulitan penyimpanan bahan bakar.
- Timbul akibat sampingan berupa kebisingan getaran, dan suara dari saluran pembuangan gas.

3. Baterai
Baterai sering digunakan untuk mensuplai kebutuhan tenaga listrik dalam keadaan emergency yang
terbatas, terutama untuk penerangan dan server komputer. Beberapa unit ditempatkan pada individual
cabinet atau pada rak untuk instalasi yang lebih besar dan selalu dilengkapi dengan peralatan

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


automatic charging.

Keuntungan pemakaian sumber tenaga baterai adalah :


- Tidak memerlukan ruangan sendiri yang terpisah
- Dapat dipasang pada sistem sentral dan didistribusikan melalui saluran dari baterai langsung melalui
fasilitas yang ada.

Kekurangan sumber tenaga baterai adalah : 46


- Lamanya terbatas
- Mahal.
No Nama Ruang Iluminasi (Lux)
1 Ruang Pasien 100
2 Kamar Rawat 100
3 Ruang Pemerikasaan 300
4 Ruang Operasi Umum 300
5 Meja Operasi 30000 - 52000
6 Ruang Recovery 300
7 Ruang X Ray 75 100
8 Hall & Coridor 100
9 Kamar Mandi dan WC 100
10 Gudang 100
11 Utility 200
12 Tangga 50
13 Ruang Kontrol 400
14 Kantor 300
15 Parkir 50 100
Standar Intensitas Penerangan
BAGIAN 2 I BAB 12

PERENCANAAN FISIK DAN STRATEGI


RUMAH SAKIT

1. Arti Penting Manajemen Rumah Sakit

Ketiadaan masterplan juga mengakibatkan banyak sumberdaya yang tidak teralokasikan secara
efektif dan efisien, karena tidak adanya arahan pengembangan program-program serta fisik secara
jelas.

Di sisi lain, disadari bahwa masterplan yang komprehensif akan membutuhkan waktu yang lama dan
sumberdaya yang banyak. Oleh karenanya, selain masterplan, yang kerap diperlukan adalah adanya
suatu rencana pengembangan fisik jangka panjang, yang dapat dijadikan arah pengembangan secara
garis besar, sekaligus menjadi acuan bagi pengembangan unit-unit di dalam rumah sakit dalam
mengemban program pengembangan pelayanan kesehatan jangka panjang, jangka menengah, serta
jangka pendek.

Manajemen fisik tidak hanya berkaitan dengan arsitektur semata-mata, melainkan juga akan melihat
rumah sakit sebagai sebuah asset properti, baik dalam kaitannya dengan lahan, bangunan, maupun
infrastruktur. Hal ini akan terkait secara erat dengan aktivitas, layanan, serta program stratejik.
Karenanya, integrasi antara manajemen fisik rumah sakit degan manajemen strategis rumah sakit
menjadi sangat penting.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Secara umum dapat dikatakan bahwa ada 3 pendekatan dalam manajemen fisik. Pertama adalah
pendekatan bagi rumah sakit yang belum ada atau belum beroperasi, dimana diperlukan suatu
rencana dari awal: masterplan, rencana fisik, hingga rancangan detail. Kedua, adalah pendekatan bagi
rumah sakit yang telah beroperasi dan membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Serta terakhir bagi
rumah sakit yang telah menemui berbagai masalah dalam pengembangannya, dan justru terasa
stagnan, dengan kondisi fisik (dan bisa jadi mempengaruhi layanan) yang memburuk.

2. Tujuan dan Sasaran Perencanaan Fisik 47

Tujuan perencanaan aset fisik rumah sakit secara umum adalah untuk:
1. Memperoleh keterpaduan antara rencana pengembangan program pelayanan kesehatan
dengan rencana pengembangan fisik, yang dapat diandalkan baik dalam jangka panjang,
menengah, maupun jangka pendek.
2. Memperoleh arah pengembangan fisik, sekaligus sebagai kerangka dasar bagi
pengembangan-pengembangan bangunan serta infrastruktur di lingkungan umahsakit
3. Memperoleh dasar bagi pentahapan pengembangan fisik, dikaitkan dengan pengembangan
program pelayanan kesehatan maupun dengan manajemen rumah sakit secara
keseluruhan.

Sasaran penyusunan rencana pengembangan fisik rumah sakit secara umum adalah untuk:
1. Optimalisasi fungsi, baik yang ada sekarang, maupun yang direncanakan mendatang
2. Optimalisasi ruang untuk mengakomodasi fungsi yang ada sekarang maupun fungsi yang
direncanakan mendatang
3. Optimalisasi sirkulasi dengan mempertimbangkan jejalur sirkulasi yang telah ada, namun
dengan upaya menghubungkan secara lebih efektif dan efisien fungsi-fungsi yang terkait
dalam lingkungan Rumah sakit
4. Meningkatkan kualitas estetika, kekuatan konstruksional, serta performansi fungsional yang
disandang oleh massa dan bentuk bangunan
5. Menanggapi konteks dan lingkungan secara positif, baik dari sisi fungsional-higiene,
maupun secara estetika-perancangan kawasan.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Masterplan Fisik Rumah Sakit Mata Dr.Yap, Yogyakarta
Copyright : PT. Global Rancang Selaras

3. Kerangka dan Konsep Kerja

Dalam rangka pengembangan fisik rumah sakit untuk mencapai visi yang telah ditetapkan diperlukan
suatu pendekatan komprehensif untuk menghubungkan berbagai strategi seperti terlihat dalam
pendekatan berikut ini menurut kerangka yang dikembangkan dari diagram awal oleh Horak, 1999.
48
Tata Aktivitas
Tata Ruang
Tata Massa
Perencanaan Tata Sirkulasi Kinerja
Komitmen Strategis Tata Konteks Meningkat
Program dalam
bentukan fisik

Terjemahan

Pengembangan
Fisik

Bagan diatas menggambarkan strategi rumah sakit kedepan sangat mempengaruhi konsep fisik yang akan dikembangkan.
Rencana Strategis yang saat ini sudah dimiliki biasanya akan dianalisis untuk penerjemahan menjadi program fisik.
Secara lebih rinci, alur kerja yang lazim diterapkan adalah sebagai berikut :

Strategis Fisik

Kajian Performa RS saat ini Analisis Situasi Evaluasi Pasca Huni

Gap antara performa Benchmarking Analisis Optimalisasi fasilitas


dengan visi dengan Visi saat ini untuk mencapai visi

Estimasi kapasitas dari


rencana strategis yang ada Arahan rancangan fasilitas
fisik

Pemrograman Strategis Konsep pengembangan


untuk fisik fasilitas fisik

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Tipe, intensitas, dan
Prioritas pemrograman, distribusi sumberdaya lahan,
penganggaran bangunan, infrastruktur

49

Dalam pelaksanaannya, kerangka ini akan dikembangkan bersama antara konsultan dengan para stakeholders yang terkait dalam
pertemuan konsultatif di rumah sakit. Penjabaran tersebut akan meliputi kegiatan-kegiatan sebagaimana berikut :
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
50

4. Kriteria Umum Perancangan

Kriteria perancangan merupakan pertimbangan umum termasuk normatif standar yang mendasari
proses perencanaan dan perancangan rumah sakit.

Kriteria perancangan dibutuhkan agar bangunan beserta lingkungannya secara guna (fungsional) dan
citra (konsep estetika, ekspresi) mampu mencapai target yang telah disepakati bersama, dalam hal ini
kriteria perancangan menjadi alat ukur (benchmark). Untuk mengakomodasi berbagai tuntutan
aktivitas yang ada, kriteria-kriteria yang digunakan antara lain:
1. Memenuhi standar bangunan kesehatan
Kriteria yang digunakan:
- Berdasar standar ruang yang ada.
- Memenuhi persyaratan Panduan Bangunan Rumah sakit .
- Memenuhi persyaratan standar teknis bangunan Rumah sakit
2. Aspek Ekonomi dan Berkesinambungan
Kriteria yang digunakan:
- Bangunan ekonomis
- Penggunaan energi
- Pemeliharaan murah
Pertimbangan umum pada:
- Biaya pemeliharaan
- Fleksibilitas untuk berubah
3. Aspek Efisiensi
Kriteria yang digunakan:
- Hubungan antar fungsi
- Pergerakan orang dan distribusi barang
- Penggunaan ruang
Pertimbangan umum pada: Masterplan Fisik Rumah Sakit Ngesti Waluyo, Parakan
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
- Desain yang menekan biaya operasional
- Bangunan terorganisasi dengan baik
4. Fleksibel
- Mudah merespon perubahan penggunaan
- Dapat berkembang sesuai kebutuhan
- Pentahapan dalam perencanan, tahap konstruksi atau pembangunan masa datang
5. Fungsional
Kriteria yang digunakan:

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Pemisahan
- Kenyamanan
- Privasi
Pertimbangan umum pada:
- Standar dan hubungan ruang
- Lingkungan pengobatan
6. Arsitektur yang baik
Kriteria yang digunakan: 51
- Sosial
- Taraf hidup
- Estetika
7. Fungsional
Kriteria yang digunakan:
Masterplan Fisik dan perancangan Rumah Sakit 'Asyiyah, Klaten
- Pemisahan Copyright : PT. Global Rancang Selaras

- Kenyamanan
- Privasi
Pertimbangan umum pada:
- Standar dan hubungan ruang
- Lingkungan pengobatan
8. Arsitektur yang baik
Kriteria yang digunakan:
- Sosial
- Taraf hidup
- Estetika
Selain itu perencanaan dan perancangan fisik fasilitas kesehatan juga perlu didasarkan pada kualifikasi fasilitas pelayanan
kesehatan yang secara diagramatis disajikan pada diagram berikut ini :

Perawatan sendiri
Rumah Posyandu Pengawasan
Perawatan di rumah Perawatan Otomatis
Farmasi Informasi dan bimbingan
Toko Obat Pengarahan Pelayanan
Kesehatan Negara

Balai Pengobatan Perawatan Sosial


Pusat pelayanan kesehatan dan RSIA, RSB Perawatan Utama
sosial 10 km dari rumah Pusat Kesehatan Masyarakat Perawatan Luar Jangkauan
Informasi dan bimbingan

Rumah Sakit Rujukan Pelayanan diagnosis awal


Pusat pelayanan umum 100km Rumah Sakit Umum Daerah Perawatan segera
dari pusat komunitas Kecelakaan kecil
Perawatan pasien inap oleh
perawat
Rehabilitasi intensif
Manajemen pelayanan kronis

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Rumah Sakit Umum Pusat Perawatan terencana
Pusat pelayanan khusus Perawatan Sekunder Perawatan darurat
250 km dari pusat kota Perawatan Tersier Diagnosis kompleks
Perawatan dan pengobatan
pasien inap

52

Masterplan RSUD Tabanan. Tabanan, Bali.


5. Produk

Dalam pelaksanaannya, produk masterplan fisik hingga pada rancangan yang dapat
dilaksanakan/konstruksi akan meliputi hal-hal berikut:
A. Rencana Induk Pengembangan Fisik (Physical Masterplan)
Terdiri dari :
1. Hasil Analisis Purna Huni (Post Occupancy Evaluation)
a. Analisis Lahan
- Analisis Aspek Lokasi
- Analisis Aspek Transportasi dan Sirkulasi
- Analisis Aspek Guna Lahan dan Zoning
b. Analisis Bangunan
- Analisis Aspek Fungsional
- Analisis Aspek Teknikal
- Analisis Aspek Behavioral
c. Analisis Infrastruktur Masterplan Fisik Rumah Sakit Pendidikan Brawijaya
- Analisis Infrastruktur Off-Site Copyright : PT. Global Rancang Selaras

- Analisis Infrastruktur On-Site


2.Program Fasilitas Fisik (Facility Program)
a. Program Kegiatan
- Karakteristik Pelaku
- Layanan Medis dan Penunjang Medis
- Kegiatan Non Medis
b. Program Ruang
- Jumlah dan Besaran Ruang
- Penempatan dan Pengelompokan Ruang

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Karakteristik Ruang Masterplan Fisik Rumah Sakit Pendidikan Lampung
Copyright : PT. Global Rancang Selaras
c.Program Pengelolaan
- Fasilitas Fisik dalam Perspektif Strategis dan Perspektif Bisnis
- Pembiayaan dan Pentahapan
- Pengelolaan dan Kelembagaan
3.Rencana Pukal dan Pentahapan (Block Plan and Phasing Plan)
a. Tata Aktivitas
- Sistem Aktivitas 53
- Hubungan Antar Aktivitas
b. Tata Sirkulasi
- Sirkulasi Eksternal dan Parkir
- Sirkulasi Internal
c. Tata Ruang
- Sistem Ruang Fungsional
- Sistem Ruang Terbuka Hijau
d. Tata Massa Masterplan Fisik Rumah Sakit Pendidikan Mataram
- Sistem Intensitas Bangunan Copyright : PT. Global Rancang Selaras

- Performansi Kuantitatif dan Kualitatif Bangunan


B. Rancangan Rumah Sakit, terdiri dari :
1.Konsep Rancangan dan Prarancangan (Design Concept & Predesign)
2.Pengembangan Rancangan (Design Development)
3.Desain Pelaksanaan dan Gambar Kerja (Detailed Engineering Design dan Working Drawing),
Rencana Anggaran Biaya (Cost Estimation), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (Performance
Spesification)
BAGIAN 2 I BAB 13

PERENCANAAN FASILITAS
RUMAH SAKIT

1. Pelayanan Pasien Dalam Rumah Sakit / Inpatient

A. Instalasi Gawat Darurat


Fungsi
Memberikan pelayanan kesehatan karena kondisi gawat darurat dan memerlukan penanganan cepat
dan tepat, meliputi kasus bedah (traumatologi dan terkait dengan organ tubuh bagian dalam) dan non
bedah (penyakit dalam, anak dan syaraf).

Ukuran Umum
Jumlah bed pada unit ini tidak boleh melebihi 35 bed, meskipun maksimal yang dianjurkan adalah 30
bed. Berbeda dengan bagian Ibu dan rawat Anak dengan jumlah maksimal 20-25 bed. Paling tidak,
25% dari jumlah keseluruhan bed merupakan single bed, dengan tiap-tiap persyaratan fasilitas yang
memadai.

Tata letak dan persyaratan ruang:


- Mudah dicapai dan terlihat jelas dari area eksternal Rumah sakit
- Secara fungsional mempunyai hubungan langsung dengan unit ICU, Diagnostik, dan Kamar
Bedah, serta kemudahan akses dengan Unit Rawat Inap.
- Adanya pemisahan antara tindakan untuk pasien bedah dan non bedah.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Adanya pemisahan akses antara pasien dengan perawat/ dokter.
- Pembentukan ruang-ruang yang dimungkinkan untuk digunakan sebagai ruang observasi dan
ruang resusitasi. Fleksibilitas ruang diarahkan pula terhadap terjadinya bencana masal sehingga
memungkinkan ditampung di IGD
- Pada kasus ibu melahirkan, IGD mempunyai akses langsung dengan IKB
- Keseluruhan ruang dan alat ditetapkan untuk digunakan selama 24 jam.
- ruangan dengan banyak bed jarak antar bed 2,4 meter. Untuk alasan kesehatan, jarak minimal
adalah 1, 2 meter. Dimensi tempat tidur menjadi pertimbangan yang penting dalam merancang
ukuran ruang. 54
Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi Gawat Darurat
Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008
B. Instalasi Rawat Inap
Fungsi
Disediakan untuk memfasilitasi pasien yang harus menginap di Rumah sakit dalam tahap kuratif dan
rehabilitatif dengan perawatan intensif 24 jam. Penempatannya berada pada area dengan tingkat
privasi dan ketenangan yang tinggi dan memiliki akses pencapaian yang mudah dengan zona bedah
dan zona penunjang medis.

Tata letak dan persyaratan ruang:


1. Persyaratan Luas Ruang untuk Instalasi Rawat Inap
-Standar luas ruangan sesuai ketentuan adalah :
- Luas ruang klas I : 24 m / tt
- Luas ruang klas II : 12 m / tt
- Luas ruang klas III : 12 m / tt
- Luas ruang khusus bayi : 6 m / tt
- Lebar minimum area tempat tidur pasien 251,5 cm, sehingga kedua sisi di samping tempat tidur
pasien memiliki lebar masing-masing 76,2 cm.
- Luas area depan pintu 152,4 cm x 152,4 cm untuk mengakomodasi pemakai kursi roda. Sebuah
kursi roda juga dapat digunakan dalam area 121,9 cm x 121,9 cm
- Lebar pintu antara 116,8 121,9 cm adalah jarak standar untuk dapat mengakomodasi tempat tidur
pasien standar (121 cm x 99 cm).
2. Kualifikasi Ruang untuk Instalasi Rawat Inap
- Khusus untuk pasien tertentu harus dipisahkan seperti :
- Pasien yang menderita penyakit menular.
- Pasien atau penyakit dan pengobatan yang menimbulkan bau.
- Pasien yang mengeluarkan suara gaduh
- Adanya pengelompokan ruang sesuai kelasnya, dengan tujuan agar lebih dapat memastikan

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


tingkat penyampaian mutu pelayanan.
- Khusus rawat inap ibu-anak akan berada pada kelompok ruang yang terpadu dengan VK dan
terpisah dengan rawat inap infeksius maupun penyakit dalam atau degeneratif.
- Setiap nurse station maksimum melayani 25 tempat tidur, dan terletak pada daerah yang mudah
terjangkau dengan arah orientasi kepada kamar-kamar pasien.
- Sinar matahari pagi diupayakan dapat masuk ke dalam ruangan.
- Ruang perawat terhadap ruang pasien harus sedekat mungkin sehingga memudahkan jangkauan
- Barrier nursing, yaitu prosedur perawatan khusus untuk mengurangi penyebaran infeksi melalui 55
kontak langsung/perawatan
- Pemisahan penderita infeksius, dirawat pada "single room" atau isolator plastik untuk mengurangi
penyebaran melalui udara atau dari penderita
- Ventilasi mekanik di ruang rawat inap isolasi, untuk mengurangi penyebaran melalui udara dengan
cara mengeluarkan bakteri dari kamar penderita dan pada isolasi protektif yang membebaskan
kamar penderita dari bakteri yang ada diluar kamar.
- Memaksimalkan terhidarnya kontaminasi didalam ruang rawat inap infeksius dengan menjaga
aliran udara dari anteroom menuju ke ruang pasien, dan dari koridor ke ruang rawat setiap saat
- Tersedia tempat cuci tangan bagi perawat atau dokter didalam ruangan rawat inap infeksius
(isolasi) dan fasilitas km/wc sendiri di dalam ruangan
- Kamar mandi untuk perawatan jangka panjang seharusnya dirancang untuk menggunakan
peralatan yang dapat mengangkat pasien, di lain kondisi penambahan peralatan unit servis
perawatan akut. Lift hidrolik tempat mandi (bath up) merupakan pertimbangan investasi kesehatan
yang baik.
- Harus memenuhi ketentuan untuk akses orang cacat seperti pada bagian untuk komplemen dari
batang pegangan dan rel pada area toilet dll., handrails harus diberikan pada koridor.
- Terakomodasi panel kontrol untuk ruang rawat pasien. Panel-panel tersebut meliputi katub gas atau
oksigen, rumahan untuk panggilan perawat, jam digital, tombol tanda alarm, stop kontak bawah,
papan monitor dengan perlengkapan outlet, lampu atas tempat tidur dan lampu tarik-ulur.

3. Tingkat Kebersihan dan Mutu Udara untuk Instalasi Rawat Inap


- Tingkat kebersihan lantai untuk ruang perawatan isolasi 0-5 kuman/cm2.
- Mutu udara memenuhi persyaratan untuk tidak berbau (terutama H2S dan Amoniak).
- Kadar debu tidak melampaui 150 ug/m3 udara dalam pengukuran rata-rata 24 jam.
- Angka kuman ruang perawatan isolasi kurang dari 700 koloni/m3 udara dan bebas kuman
pathogen alpha streptococus haemolitius.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi Gawat Darurat
Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

C. Instalasi Rawat Intensif (ICU)


Umum / fungsi
56
ICU juga dikenal sebagai Intensive Therapy Unit ( I.T.U.) , dalam menangani beragam tipe penyakit.
Jenis utama yang ditangani sebagai berikut:
- operasi
- Perawatan serangan jantung (ccu = coronary care)
- Penyakit anak-anak dan neonatal
- Luka bakar dan spesialis atau penyakit khusus
Pengembangan fasilitas perawatan intensif dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lainnya, dan bergantung pada apa yang disebut Statement of Function

Zonasi fungsi pada Instalasi rawat Intensif:


Zonasi dibagi menjadi :
a.Daerah steril yang terdiri dari ruang perawatan ICU / ICCU, nurse station terutama bagian yang
langsung berkaitan dengan keperawatan.
b.Daerah non steril / ruangan umum yang tidak berkaitan langsung dengan perawatan intensif, terdiri
dari fungsi-fungsi penunjang baik medik maupun non medik.
Tata letak dan persyaratan ruang:
- Letaknya berdekatan dengan area unit bedah atau berada dalam satu zona Medik Sentral serta
mempunyai hubungan langsung dengan radiologi, laboratorium, IGD dan rawat Inap
- Harus bebas dari gelombang elektromagnetik dan kedap getaran.
- Gedung harus terletak pada daerah yang tenang.
- Temperatur ruangan harus terjaga.
- Aliran listrik tidak boleh terputus.
- Harus tersedia pengatur kelembaban udara.
- Penghawaan udara menggunakan penghawaan buatan berupa air conditioner (AC).
- Terisolasi dan mempunyai standar tertentu terhadap:
a. Bahaya api
b. Ventilasi
c. AC
d. Exhausts fan
e. Pipa air
f. Komunikasi
g. Bakteriologis
h. Kabel monitor
- Harus ditunjang dengan jaringan gas medic
- Akses,Penempatan ICU/UGD akan memudahkan pengaksesan ke dan dari Penanganaan
Kecelakaan,Ruang Operasi,Patologi (pelayanan analisis darah),Radiologi ( pelayanan sinar x).
- Direkomendasikan ketetapan minimum tempat tidur untuk ICU adalah 5. Direkomendasikan
maksimumnya hingga 15. Semaksimal mungkin adalah 10.
- Untuk membantu staf pengamatan atas pasien di dalam ruang tidur atau pasien tunggal menginap,
jendela pengamatan, ditempatkan untuk dapat memastikan kondisi pasien tanpa halangan dari
pos perawat, seharusnya dapat disediakan.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Masing-masing area tempat tidur pasien akan mempunyai ketetapan untuk privasi visual dari
pengamatan pasien dan pengunjung lain
- Setiap tempat tidur harus mempunyai akses secara visual, selain sinar matahari alami, terhadap
lingkungan/ ruang luar yang tidak kurang dari satu jendela setiap ruangnya. Jarak dari tempat tidur
pasien terhadap jendela tidak kurang dari 15 meter. Jika memakai partisi, pasien diharuskan
melihat ruang luar tidak lebih dari dua panel kaca yang terpisah.
- Fasilitas panggilan pelayanan staf ini harus tersedia pada setiap tempat tidur untuk penanganan
cepat 57

Persyaratan Pencahayaan, Suhu dan Kelembaban pada Ruang perawatan intensif:


- Mempunyai pendingin ruangan/AC yang dapat mengontrol suhu dan kelembaban sesuai dengan
luas ruangan. Suhu 2225 kelembaban 5070%.
- Pencahayaan yang cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan lampu TL day light 10
watt/m2. Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan personil. Desain dari
unit juga memperhatikan privasi pasien.
Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi rawat intensif
Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

D. Instalasi Rawat Intensif Koroner/ ICCU


Fungsi
Pasien Cardiac punya kebutuhan khusus. bentuk perawatan segera dan kritis.sebagai tambahan pada
standar ICU diatas, berikut ini yang diperlukan dalam Coronary Care Unit (CCU).

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Tata letak dan persyaratan ruang:
- Ketentuan tempat tidur
Jumlah tempat tidur pada ICCU akan sama dengan ICU pada umumnya. Open plan pada layout
tempat tidur tidak dapat diterapkan. Ini adalah pilihan bahwa tiap pasien Cardiac punya kamar
terpisah atau kamar berukuran kecil untuk privasi dari penglihatan dan pendengaran, walaupun 2
tempat tidur dalam 1 kamar diperbolehkan. Minimum 50% dari pasien ICCU harus diakomodasikan
dalam pasien ruang singlebed. Dimana 5 tempat tidur dikombinasikan ICU/ICCU yang tersedia,
paling tidak 2 harus didalam kamar-kamar, kamar atau kamar berukuran kecil.
- Toilet 58
Tiap pasien Cardiac harus dapat mengakses bagian dari WC. Rasio antara pasien dan rasio tidak
lebih dari 4:1. jarak tempuh tidak boleh lebih besar dari 15m dari tempat tidur sampai ke fasilitasnya.
- Multiple equipment display
Peralatan untuk memonitor pasien Cardiac harus mempunyai ketentuan untuk penglihatan visual
pada tempat tidur dan pusat pelayanan. Pasien pediatrik yang kritis, dari neonates sampai
adolescent, mempunyai kebutuhan fisik dan psikologi yang unik. Tidak pada tiap Rumah Sakit
dapat atau harus menerima Pediatric Intensive Care Unit yang terpisah.

E. Unit Penyakit jiwa


Umum / Fungsi
- unit perawatan yang berdiri sendiri atau unit perawatan yang berupa kelompok;
- unit perawatan yang berintegrasi di dalam sebuah rumah sakit umum;
- beberapa dari ruangan pasien yang dijadikan ruangan tambahan untuk unit perawatan penyakit
akut.
Tata letak dan persyaratan ruang:
Keamanan, Keselamatan dan Hak-hak Pasien
Mempertimbangkan hal-hal di bawah ini ketika menentukan level perlengkapan/syarat keamanan di
dalam fasilitas penyakit jiwa:
- keselamatan pasien dan staf
- hak-hak legal pasien
- status rumah sakit

Unit perawatan penyakit jiwa harus mempunyai perlengkapan/syarat keamanan umum pada Unit
Perawatan Penyakit Akut, walaupun hanya terdapat satu Ruang Pengasingan per unit perawatan,
harus disediakan untuk situasi darurat.

Fasilitas harus merupakan tempat isolasi aman yang bisa dikunci, di dalam area demi area dan sebagai
sebuah unit perawatan yang lengkap. Ini untuk memastikan penahanan situasi bahaya yang potensial
dengan beberapa pasien, seperti bahaya pada staf dan pasien lain (penyerangan) dan terhadap pasien
sendiri (bunuh diri).

Unit perawatan atau bagian unit perawatan yang aman, bergantung pada level perlengkapan/syarat,
harus mempunyai suatu kesatuan barrier yang tahan (lantai, dinding, plafond dan penetrations pintu
dan jendela) untuk memastikan penahanan yang disebutkan di atas. Untuk tambahan, konstruksi dan
perabot harus menyediakan perlindungan dari self injury dan kerusakan properti seperti pergeseran
door handles, pencahayaan yang tahan terhadap vandalisme, dan lain-lain.

Pemilihan door hardware harus menyediakan jaminan keamanan pasien dengan penggunaan yang
mudah oleh staf, khususnya pada situasi darurat, seperti tombol tekan digital di lokasi darurat sebagai
pengganti sistem pengaktifan dengan kunci. Perlindungan earth leakage (kebocoran) terhadap sirkuit

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


listrik dan temper proof outlets harus disediakan di dalam fasilitas penyakit jiwa. Pertimbangan harus
diberikan pada proses pengaktifan system alarm oleh staf. Pengaktifan bisa dari call points yang
tersembunyi yang cocok atau transmitter personal yang bisa dipindah. Ketika fasilitas penyakit jiwa
terletak di dalam bangunan bertingkat tinggi, akses menuju ruang luar di atas ground level, (seperti
balkon, atap, dan lain-lain) harus dicegah.

- Jumlah Tempat Tidur


Jumlah maksimum tempat tidur di dalam unit perawatan penyakit jiwa sebaiknya 30. Sekurang- 59
kurangnya 50% tempat tidur sebaiknya diletakkan di dalam single bed rooms, masing-masing
dengan akses menuju fasilitas kamar pasien yang lain. Akses langsung bisa dipilih, tapi tidak
diharuskan.
- Kamar Pasien
Kamar pasien harus mengikuti standard berikut:
a. Ukuran minimum kamar, kamar-kamar eksklusif, built in robes, meja, lemari, alcoves (ruang kecil
di dalam suatu kamar), peralatan mekanikal yang dipasang di lantai dan lain-lain adalah:
b. Single bed room 10.5 m2
c. Two bed room 17.5 m2
d. Four bed room 30 m2
- Acoustic Privacy
Akustik ruang harus dipertimbangkan dan diakomodasi dengan baik.
- Security and Glazing
Semua jendela dan panel-panel observasi harus dipasangi dengan kaca yang aman atau material
alternatif lainnya yang sesuai, seperti polycarbonate dan lain-lain.
- Jendela
Pada bagian jendela yang dapat dibuka, memiliki fitur keamanan/elemen-elemen pengamanan
yang efektif seperti jendela-jendela sempit yang tidak memungkinkan pasien untuk lari, harus
disediakan. Dilengkapi pula dengan kunci-kunci yang dikontrol oleh staf rumah sakit. Elemen-
elemen estetis sebisa mungkin dikurangi pada bagian ini.
Pada Unit Perawatan Penyakit Akut, tiap pasien sebaiknya mempunyai akses menuju kamar
pasien, atau toilet terpisah dan kamar mandi. Kelengkapan tersebut akan dapat menunjang
perlindungan dari perlukaan pada diri sendiri dan kerusakan properti. Bisa dilakukan, tetapi tidak
diharuskan, bahwa kamar pasien bisa diakses langsung dari kamar-kamar pasien yang lain dan
tidak melalui area koridor umum.
- Cermin. Kaca-kaca harus dari kaca yang aman atau bahan lain yang cocok yang tahan dan
konstruksi yang tahan pecah atau tidak mudah hancur.
- Nurse Station
Harus ada 'nurses station' sehingga staf yang bertugas dalam aktifitas rutin dapat mengawasi
pasien secara berkala. Hal ini dilakukan untuk menghindari pasien merasa bahwa mereka 'selalu
diawasi'. Dalam hal ini, 'charting area' harus disediakan dengan persyaratan privasi akustik dan
visual yang memadai. Jendela observasi diluar area pasien dapat digunakan jika pengaturannya
tetap mengkondisikan file-file pasien tidak dapat dibaca dari luar 'charting space'.
- Ruang sosial ( Ruang-ruang Harian )
Setidaknya terdapat 2 ruang sosial yang terpisah harus disediakan, satu ruang digunakan untuk
'quiet activities' , dan satu ruang lainnya digunakan untuk 'noisy activities'. Area tersebut ukurannya
3,75 m2 untuk tiap pasien dengan ukuran ruang minimal 12 m2 tiap ruang. Ruang tersebut
digunakan untuk ruang makan. Tambahkan 1,5 m2 per pasien untuk kebutuhan area makan.
sebuah pantry berdampingan dengan area makan juga harus disediakan. Ukuran dan kebutuhan
pantry akan bergantung pada fasilitas yang direncanakan
- Group Therapy

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Ruang bagi kelompok terapi harus tersedia. Ruang ini dapat digabungkan dengan 'quite space'
seperti disebutkan di atas. Ruangan bagi kegiatan terapi membutuhkan penambahan ruang seluas
0,7 m2 untuk tiap pasien dan ukuran ruang minimal seluas 21 m2 , serta tertutup untuk kebutuhan
privasi.
- Koridor
Variasi dari lebar minimum koridor bergantung pada :
a. Fungsi yang diakomodir.
b. Kelengkapan peralatan untuk menggunakan fasilitas tersebut. 60
- Gudang Perlengkapan
Ruang gudang untuk troli, kursi roda dan lain sebagainya, dapat berada di luar unit psikiatri dengan
catatan bahwa dibuat akses yang baik untuk perlengkapan tersebut sebagaimana dibutuhkan.
- Pemeriksaan dan Perawatan
Minimal 1 ruang pemeriksaan dan perawatan harus tersedia untuk setiap 30 bed unit rawat psikiatri.
Ruangan ini dapat menggunakan fasilitas bersama dengan unit perawatan lainnya. Lokasi dalam
unit psikiatri tidaklah esessial, tapi harus dapat di akses dengan mudah ke unit tersebut.
- Occupational Theraphy
2
Tiap unit psikiatri harus memiliki 1,5 m ruangan terpisah bagi tiap pasien untuk kegiatan terapi
2
dengan minimum total area 20 m .
Ruang tersebut harus menyediakan area untuk :
a. handwashing
b. work tops
c. gudang
d. displays
Area terapi dapat mengakomodasi lebih dari 1 unit perawatan. Ketika unit perawatan psikiatri
memiliki kurang dari 16 kamar, fungsi area terapi dapat diwujudkan dalam area bagi aktivitas yang
menyebabkan kebisingan. Dengan kata lain, dibutuhkan 1 m2 tiap pasien tambahan pada total luas
area.
- Ruang Terpisah (Seclusion Rooms)
Di dalam unit perawatan kejiwaan harus ada ruangan terpisah untuk pasien yang membutuhkan
keamanan atau perlindungan. Ruangan tersebut harus berlokasi di tempat yang memungkinkan
adanya pemantauan secara langsung dari staf perawat. Ruangan yang ada dapat difungsikan
sebagai ruang harian ataupun ruangan bagi satu pasien saja. Konstruksi dan perencanaan harus
dilaksanakan dengan matang untuk mencegah adanya pasien yang sembunyi, melarikan diri,
terluka maupun bunuh diri. Misalnya, menghindari adanya tirai yang panjang di jendela, dan lain
sebagainya.
Seclusion rooms dimaksudkan untuk ditempati dalam jangka waktu pendek oleh pasien yang
menjadi korban bunuh diri. Penyelesaian, penyesuaian, dan konstruksi harus mengikuti kaedah
ketentuan unit perawatan : Keamanan, Keselamatan, dan Hak Pasien. Pintu harus terbuka dan
memungkinkan untuk perawat melakukan observasi terhadap pasien dengan tetap
memperhatikan privasi dari pasien tersebut.

F. Unit Kamar Bersalin (VK)


Fungsi
Memiliki akses langsung yang mudah dijangkau dan akses langsung ke zona penunjang medik serta
rawat inap kebidanan. Memerlukan tingkat ketenangan yang tinggi. Meliputi ruang bersalin (VK), ruang
resusitasi bayi (neonatal) dan ruang penunjang lainnya.

Tata letak dan persyaratan ruang:


- Kamar bersalin harus dekat dengan Instalasi Gawat Darurat, Laboratorium, Radiologi, ICU,

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


dan Kamar Bedah, serta mempunyai hubungan langsung dengan Instalasi Rawat Inap
khususnya IRNA Kebidanan.
- Ruang bersalin harus mengelompokkan pasien sesuai dengan jenis persalinannya, yaitu
normal dan persalinan khusus.
- Birth Preparation Room
Setiap Birth/Preparation Room (Ruang persiapan kelahiran) didesain untuk single occupancy
(satu kepemilikan), dengan dimensi minimal 3900x4800mm. Jarak 3900 mm disini adalah
jarak dari ujung atas tempat tidur sampai ke dinding seberangnya. Ukuran ini adalah ruangan 61
tanpa jendela, penggunaan ruang semaksimal mungkin, dan peletakan pintu dimana pintu
tersebut paling kecil pengaruhnya terhadap ruang.
Jika ruangan tersebut memiliki jendela, dengan tetap menekankan optimalisasi, peletakkan
jendela dan perawatan jendela harus lebih diperhatikan dalam hubungannya dengan lokasi
peralatan dan servis. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan penambahan luas lantai. Ruang
dengan ukuran 4000 x 5000 mm sangat direkomendasikan. Penentuan peralatan, termasuk
tempat tidur dan kursi kelahiran sangat tergantung pada berapa dimensi ruang tersebut.
Fasilitas lengkap yang harus disediakan untuk Birth/Preparation Room (Ruang persiapan
kelahiran) adalah sebagai berikut:
1. Persiapan dan relaksasi pasien selama proses kelahiran labour
2. Grafik dari rekam medik
3. Peletakan pembalut dan trolley pengobatan
4. Servis yang berada di ujung atas tempat tidur, baik elektrikal maupun mekanikal
5. Akses untuk membantu berupa ensuite adjacent (ruang dalam ruangan tersebut yang
berbatasan langsung dan merupakan fasilitas untuk pengguna ruangan tersebut)
6. Penggunaan Nurse Call
7. Penggunaan Staff Assistant Call
8. Penggunaan telepon
9. Penggunaan intercom
10. Area untuk pengantaran tempat tidur
11. Pemberian Analgesics (Obat penahan sakit)
12. Task Lighting ( Examination/Minor Lighting) yaitu lampu untuk bekerja
13. Baby Resuscitation (Gases, power) yaitu saat dokter berusaha membuat bayi sadar
atau agar bayi bisa bernafas lagi, dibutuhkan gas yang digunakan untuk operasi medis
dan listrik
14. Pembuangan linen kotor dan air kotor
15. Prosedur waktu (jam)
16. Ruang untuk penambahan peralatan jika dibutuhkan (termasuk infant incubator, mobile
infant overhead heater, dll.)
17. Clinical Hand washing (hands off scrub up basin)
18. Akustik untuk privasi level tinggi
19. Ruang untuk suami/istri
Perhatian pada level desain interior juga sangat penting, terutama jika dapat menghadirkan
suasana yang 'home-like' seperti rumah sendiri. Warna-warna yang dipilih harus sedemikian
rupa sehingga tidak timbul perubahan persepsi warna oleh pengamat.. Unit Kesehatan dari
WA dapat membantu memberikan informasi tentang warna dinding dan lantai yang cocok.
Finishing harus dipilih agar dapat memberikan kemudahan dalam membersihkan, selain itu
juga harus tahan terhadap detergen yang kuat. Setelah semua hal di atas tersebut, Hak pasien
atas privasi dan penghargaan harus dihormati. Tirai pada pintu masuk bisa dipertimbangkan.
Control/Nursing Station (Pusat Kontrol dan Kerja Perawat)
Berlokasi di tempat dimana observasi lalu lintas rumah sakit terutama jalan masuk dan keluar

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Birth Suite (Ruang Kelahiran).
- Patient's and Father's Lounge (Ruang tunggu pasien dan ayah)
Terletak dengan nyaman menuju Control/Nursing Station (Pusat Kontrol dan Kerja Perawat)
untuk komunikasi antara pasien, sang ayah, dan staf. Toilet, telepon, tempat penjualan
minuman, fasilitas untuk membuat teh, televisi, tempat sampah (salah satu alat untuk persiapan
membuat teh), dan kursi yang nyaman, harus disediakan, demi kenyamanan ruang tunggu
tersebut. Sebuah jendela menghadap keluar juga sangat diharapkan, untuk menciptakan
dekorasi yang 'home-like' atau senyaman rumah tinggal).
62
- Sterile Supply
Akses menuju suplai dari peralatan yang telah steril dan dapat langsung digunakan. Fasilitas
yang lebih besar sebaiknya memiliki akses langsung menuju unit ataupun ruang penyimpanan
suplai steril(steril supply).
- Ruang Pendistribusian Obat (Drug Distribution Station)
Sebaiknya dibuat untuk penyimpanan, persiapan, dan distribusi obat-obatan yang dapat
dikontrol, seperti di ruang perawat, atau di perlengkapan kebersihan (clean utility).
- Perlengkapan Bersih (Clean Utility)
Sebuah ruang kerja yang bersih dibutuhkan pada ruang kelahiran. Sebuah ruang supplai bersih
disediakan untuk keperluan penyimpanan dan distribusi dari supplai yang steril dan bersih.
Sebuah ruang penyimpanan yang kecil sekalipun masih perlu yang dilengkapi dengan
perlengkapan kebersihan.
- Perlengkapan Kotor (Dirty Utility)
Ruang kerja kotor dibutuhkan pada ruang kelahiran. Sebuah ruang kerja kotor, yaitu ruang yang
digunakan untuk pengumpulan maupun pembuangan dari material-material yang kotor, dapat
di dibuat menyatu dengan fasilitas maupun perlengkapan yang lebih besar.
Ruang ini sebaiknya ditambahkan atau berada di dekat ruang perlengkapan kotor(dirty utility
room), dengan akses menuju koridor luar untuk memudahkan pengangkutan tanpa melewati
ruang kelahiran(birth room).
- Gudang Anestesi
Ruang penyimpanan untuk tabung gas untuk keperluan medis sebaiknya disediakan. Apabila
perlatan anestesi yang digunakan mudah memiliki sifat terbakar, sebuah ruang terpisah
sebaiknya disediakan untuk peralatan tersebut dan disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku. Ruang ini dapat berbagi atau dapat dikases juga dari ruang operasi.
- Ruang Kerja Anestesi
Hanya pada ruang melahirkan yang berukuran besar, digunakan untuk membersihkan,
melakukan beberapa tes, dan penyimpanan peraltan anestesi. Dan sebaiknya dilengkapi
dengan meja kerja(work counter), sink, dan area untuk memisahkan barang-barang yang
bersih dan kotor.
- Tempat/Ruang penyimpanan Peralatan
Sebuah ruang untuk peralatan dan persediaan (supplies) dibutuhkan pada ruang melahirkan.
Pada fasilitas yang lebih kecil, cukup menyediakan suatu area saja(spat dipisahkan dengan
partisi), tidak memerlukan ruang khusus.
- Ruang Ganti Staf
Sebaiknya dipisah antara ruang ganti pria dan wanita yang bekerja di ruang melahirkan. Namun
dapat juga berbagi fasilitas sentral. Minimal disediakan sebuah toilet di didalam maupun di
dekat ruang melahirkan.
- Staff Lounge
Fasiltas lounge untuk staf obstetris sebaiknya disediakan pada fasilitas ruang kelahiran yang
besar.
- Conference/Handover Room
Bergantung pada besar kecilnya ukuran dari ruang melahirkan. Ruang untuk konferensi,

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


pergantian staf (staf handover), interview, dan training untuk staf sebaiknya disediakan pada
fasilitas yang lebih besar untuk digunakan oleh para personil dari Ruang kelahiran(teknisi,
suster, dokter). Lounge dapat dijadikan satu dengan ruang ini apabila memungkinkan.
- Ruang untuk Pembersih (Cleaner's Room)
Ruang untuk pembersih yang secara eksklusif digunakan oleh ruang melahirkan sebaiknya
disediakan.
- Stretcher/Trolley/Equipment Park
Perlu disediakan suatu ruang untuk penyimpanan stretchers(tandu), trolleys(tempat tidur yang
63
disorong), dan perlengkapan untuk pergerakan/perpindahan lainnya.
- Nursery (Ruang Bayi)
Apabila lokasinya jauh dari ruang ibu (maternity ward), maka ruang bayi yang terpisah untuk
observasi pasca kelahiran perlu ditambahkan pada ruang kelahiran.
- Formula Preparation Room
Digunakan untuk melayani ruang bayi, dan juga diperlukan apabila ruang kelahiran jauh dari
ruang ibu (maternity ward).
- Intensive Care (Obstetric)
Fasilitas ini sangat dibutuhkan untuk penggunaan obstetric (obstetric use), dan sebaiknya
dilokasikan sedekat mungkin dengan ruang melahirkan.
- Alternative Birthing Unit
Unit ini merupakan unit yang berbasis bidan (mid wife based) yang memungkinkan untuk
memilih alternative dalam melahirkan tanpa ber suasana (clinical environment), tapi dilengkapi
dengan peralatan medis yang memadai. Ukuran unit hendaknya dapat memenuhi persyaratan
kesehatan dan keamanan untuk pasien dan staf. Unit ini perlu diletakkan berdekatan dengan
ruang melahirkan dan ruang operasi. Ruang-ruang berikut ini merupakan standar minimum
yang perlu dipenuhi :
- Birthing/Lounge Room
Ruangan ini harus mempu mengakomodasi kegiatan-kegiatan berikut:
1. relaksasi di kursi lounge
2. keperluan untuk makan/ dinning facilities (meja, dan kursi makan)
3. keperluan pantry/dapur(termasuk kitchen sink dari bahan stainless steel)
4. keperluan melahirkan, tempat tidur untuk melahirkan, bangku untuk melahirkan, tikar, bean
bag, dll
5. tempat penyimpanan peralatan
6. tempat penyimpanan stok-stok yang steril
7. gas untuk keperluan medis
8. privasi
9. clinical handwashing
10. dan akses langsung menuju halaman privat juga sebaiknya ada.
- Entry (Tempat Masuk)
Tempat masuk/entry perlu tertutup/screened untuk privasi.
- Gudang
Sebaiknya mudah diakses dari birthing/lounge room atau lobby tempat masuk.
- Ensuite/Bathroom
Ruangan ini hendaknya dilengkapi dengan toilet, shower, tempat cuci tangan, dan merapikan
diri (grooming).
- Fitout/Finishes (Perlengkapan)
Perlengkapan yang ada sebaiknya menyesuaikan budaya taupun gaya setempat. Item-item
medis perlu diletakkkan sedemikian rupa sehingga mudah dijangkau. Untuk penutup lantai,
sebaiknya diberi finishing dengan non-slip vinyl di bawah area tempat tidue dan penggunaan
karpet sebagai keseluruahn penutup lantai lebih direkomendasikan. Penutup lantai kamar
mandi sebaiknya dipilih yang non-slip material. Untuk fininshing dinding dan langit-langit

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


disesuaikan dengan kondisi setempat. Penggunaan tirai dapat diterima dan direkomendasikan.
- Pencahayaan
Pencahayaan sebaiknya lokal, walaupun pengecualian bisa dilakukan untuk lampu
pemeriksaan yang bergerak.
- Pintu Keluar Darurat
Lokasi dan ukuran pintu yang cocok sebaiknya disiapkan untuk pemindahan bed darurat ke
tempat melahirkan/operasi.
- Penghawaan Udara
64
Ruang-ruang sebaiknya dikondisikan udaranya dengan kontrol temperatur pada lounge. Hal ini
perlu dipertimbangkan karena suhu badan ibu yang baru melahirkan cenderung bervariasi.
- Akustik
Unit sebaiknya memiliki isolasi akustik yang baik dari area sekitarnya.

Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi Kamar Bersalin


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008
G. Unit Peranotologi
Fungsi
Unit Perinatologi adalah instalasi untuk perawatan bagi bayi yang baru lahir, dan membutuhkan
perawatan lebih lanjut.

Tata letak dan persyaratan ruang:


Unit ini biasanya terletak satu lantai/ dekat/ ada akses langsung dengan unit VK dan IRNA.
Unit ini minimal terdiri dari :
1. Adanya ruang intensive care (NICU)
2. Adanya ruang bayi medium care
3. Adanya ruang bayi high care
4. Adanya ruang laktasi
5. Adanya ruang intensif care (NICU, PICU)
6. Adanya ruang dokter
7. Adanya ruang pertemuan
8. Adanya nurse station
9. Adanya ruang pantry untuk staff
10. Adanya lounge untuk ibu

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Hubungan Fungsional antar ruang pada Unit Perinatologi
Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008
64
H. Unit Haemodealisis
Fungsi
Adalah Unit Instalasi Cuci darah, yaitu tindakan mengeluarkan sisa metabolisme ( koreksi elektrolit
darah ), dan cairan tubuh melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan dialisat
melewati membrane semipermiabel di dalam ginjal buatan.

Tata letak dan persyaratan ruang


Unit ini biasanya terletak berdekatan dengan Unit laboratorium.
Unit ini minimal terdiri dari :
1. Ruang Cuci darah (dilengkapi lavatory) 7. Ruang konsultasi
2. Ruang Cuci darah Hepatitis (dilengkapi lavatory) 8. Ruang kepala HD
3. Ruang cuci darah HIV (dilengkapi lavatory) 9. Ruang CAPD
4. Ruang tungggu
5. Nurse station
6. Ruang dokter
2. Pelayanan Pasien Luar Rumah Sakit

A. Instalasi Unit Jalan


Fungsi
Merupakan fasilitas yang disediakan bagi pasien yang tidak tinggal di rumah sakit, hanya melakukan
pemeriksaan kesehatan dan pengobatan non rawat inap. Fasilitas yang terakomodasi meliputi klinik
umum dan spesialisas, dengan dilengkapi fasilitas penunjang medis seperti satelit farmasi dan
penunjang non medis seperti fungsi administrasi dan komersial.

Tata letak dan persyaratan ruang


1. Adanya pemisahan antara unit rawat jalan infeksius dan non-infeksius
2. Ruang tunggu dapat dipergunakan untuk semua poli, namun diupayakan adanya pemisahan ruang
tunggu antara penyakit infeksius dan non infeksius.
3. Poliklinik direncanakan mewadahi ruang konsultasi dan ruang periksa pada tiap unit pelayanan
klinik.
4. Pemisahan antara koridor paramedik dan koridor pasien.
5. Sistim sirkulasi dengan menggunakan satu zona yang sama untuk keluar dan masuk.
6. Poli yang ramai letaknya tidak saling berdekatan.
7. Merancang proses way-finding yang baik. Setiap pasien, pengunjung, dan semua staf perlu tahu
posisi mereka berada, kemana mereka menuju, bagaimana mereka menuju dan kembali

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


65
Hubungan Fungsional antar ruang pada Unit Rawat Jalan
Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

2. Pelayanan Penunjang Medik / Klinik Bantuan

A. Instalasi Bedah
Fungsi
Mudah dicapai dari setiap zona terutama dari ICU/ICCU dan CSSD. Memerlukan ketenangan dan
privasi tinggi. Berada pada area sentral. Selain ruang bedah, ruang penunjang yang diperlukan adalah
ruang anestesi, ruang sterilisasi, ruang penyimpanan alat dan ruang persiapan.

Tata letak dan persyaratan ruang:


1. Kualifikasi Ruang Instalasi Kamar Operasi
o Dinding terbuat dari porselen atau vinyl setinggi plafond, dengan corak warna
bernuansa dingin.
o Plafond terbuat dari bahan yang anti bocor dan aman dengan tinggi minimal 2,7 meter
dari lantai.
o Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak licin.
o Harus disediakan gantungan untuk lampu bedah dengan profil baja yang dipasang
sebelum pemasangan plafond.
o Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.
o Ventilasi atau penghawaan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter
bakteri. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang
masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah.
o Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus
dibuat ruang antara.
o Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat kedalam ruang operasi perlu dipasang
jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah
loket yang dapat dibuka-tutup.
o Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau diatas
langit langit.
o Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
o Dilengkapi dengan sebuah sarana komunikasi darurat dengan bagian kontrol dan
laboratorium Unit Bedah Sentral.

2. Kualifikasi Luasan Ruang Instalasi Kamar Operasi


o Kamar operasi harusnya mempunyai luasan minimal 33.44 persegi (360 sq.ft) = 5.48 x
6.10 meter ( 18 ft x 20 ft ) sudah termasuk ruang untuk peralatan operasi.
o Beberapa ahli bedah merekomendasikan untuk luasan kamar operasi adalah
o 6.10 x 7.31 meter ( 20 x 24 ft )= 44.60 meter persegi ( 480 sq. ft ).
o Sedangkan untuk kamar operasi spesialis membutuhkan luasan minimum sebesar 7.31
x 7.62 meter ( 24 x 25 ft ) = 55.70 meter persegi ( 600 sq. ft ).
4. Penentuan jumlah kamar operasi dalam sebuah rumah sakit ditentukan dengan

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


perbandingan 1 : 50 yang artinya 1 kamar operasi digunakan untuk melayani 50 TT.
5. Lebar pintu minimal 1,2 meter dan tinggi minimal 2,1 meter dan semua pintu harus selalu
dalam keadaan tertutup.

66

Hubungan Fungsional antar ruang pada Unit Bedah


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008
Persyaratan Udara, Pencahayaan, Suhu, Kelembaban dan Indeks Kebisingan untuk Ruang Operasi:
Standar Parameter Ruang Operasi

B. Laboratorium
Fungsi
Memberikan pelayanan diagnostik untuk mendukung IGD, instalasi rawat jalan, radiologi, dan rawat
inap.
Tata letak dan persyaratan ruang:
1. Berdekatan dengan IGD dan radiologi.
2. Mudah dijangkau dari poliklinik dan IRNA.
3. Udara dalam laboratorium tidak boleh beredar pada satu tempat yang sama karena rentan akan
kontaminasi zat-zat aditif, sehingga harus ada akses untuk dapat segera membuang udara.
4. Jika udara akan diedarkan kembali, dianjurkan sistem filtrasi yang sangat baik.
5. Sangat dianjurkan adanya exhaust, tetapi harus memilliki jalur tersendiri agar tidak
mengkontaminasi ruang lain.
6. ingkup kerja laboratorium harus dapat menampung perlengkapan penting seperti vacum, gas medik,
dan electrical services.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


7. Ruang pengambilan/penerimaan spesimen harus terpisah dari ruangan pemeriksaan untuk
menghindari kontaminasi.
8. Harus ada almari pendingin untuk menyimpan reagensia tertentu.
9. Ruang pengambilan hasil dapat disatukan dengan administrasi.

67

Hubungan Fungsional antar ruang pada Laboratorium


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008
C. Radiologi
Umum / Fungsi
Peralatan & Ruang harus bisa mengakomodasi fungsi, prosedur khusus seperti terapi balok elektron,
perawatan radiasi, penggambaran resonansi magnetik, tomografi komputer, unit scan,
angiocardiografi, dll.bukanlah fasilitas yang biasanya ada, & tidak ada keterangan tentangnya di
dokumen ini. Ketika peralatan di atas merupakan bagiang dari fasilitas maka fungsi & desainnya harus
diberikan untuk kebutuhan spesifik untuk keefektifan operasi, aksesibilitas, keamanan & martabat
pasien. Sonografi & Ultrasound adalah fasilitas yang biasanya dipakai, karena itu peralatan inilaha
yang akan dijelaskan pada panduan ini.

Tata letak dan persyaratan ruang:


- Peraturan dan Undang-undang
Regulasi ini berisi tentang panduan tentang bagaimana fasilitas & peralatan seharusnya
digunakan, perlindungan radiasi yang diperlukan, siapa yang mengunakannya, dll.
Seharusnya dikonsultasikan untuk memastikan bahwa tiap tahap telah diambil untuk
menyediakan fasilitas perlindungan radiasi. Konsutasi ini harus dimulai pada tahap awal
perencanaan.
- Dimensi dan Akses Kamar
Ruang sebaiknya memiliki dimensi yang menunjang peralatan yang digunakan, untuk
menunjang keamanan & gerak yang effektif dari para staf & pasien. Ketinggian langitlangit
sebaiknya didasarkan juga pada peralatan, tetapi pada umumnya ketinggian minimum
adalah 3000mm untuk pipa instalasi. Pertimbangan khusus juga harus diberikan pada lebar
& tinggi pintu untuk memastikan bahwa pengantaran & pemindahan peralatan tidak
terhalang & juga pergerakan trolley pasien tidak terhalang.
- Sonografi dan Ultrasound
Fasilitas sebaiknya tersedia untuk :

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Peralatan Sonografi & Uasound (mobile)
- Pemeriksaan Pasien
- Privasi Pasien
- Pekerjaan Administrasi (meja & kursi)
- Tempat cuci tangan staf
- Tempat pembuangan
- Tempat penyimpanan (Lemari)
- Lokasi 68
Lokasi dari Fasilitas Radiologi dapat bervariasi. Harus diperhatikan kedekatannya dengan
kasus kecelakaaan & darurat(jika tersedia), dan juga kamar Operasi , jika pada tidak
tersedia theatre X-ray pada kamar Operasi.
- Fasilitas Staf
Tergantung dari ukuran Ruang Fasilitas Radiologi, baik untuk sendiri ataupun berbagi
dengan penghuni lain antara lain:
Ruang Makan
Ruang Ganti
Toilet
- Fasilitas Umum/ Penunjang
Fasilitas-fasilitas publik (dapat secara bersama-sama atau dikhususkan) yang sebaiknya
disediakan antara lain :
Ruang tunggu
Kamar ganti (1 untuk penyandang cacat)
Telepon umum
Toilet umum (dapat dipakai untuk penyandang cacat)
Air minum bersih dalam suatu wadah
- Persyaratan Penting lainnya
Sebagai tambahan, perhatian khusus harus diberikan pada hal sebagai berikut :
Kemampuan daya dukung struktur untuk peralatan rumah sakit;
Perletakan peralatan pada tingkat lantai dan pergerakan yang aman bagi pasien
Ukuran diameter kabel elektrikal yang ber efek pada ruangan kamar (di lantai
maupun plafond)
Ventilasi udara untuk peralatan
Perlindungan dengan timah (lead shielding) (grenjeng untuk anti radiasi)
Prosedur waktu (jadwal)
Pencahayaan untuk bekerja/dimmer (pengurangan cahaya); dan
Ruangan isolasi (untuk orang tak sadar, dsb)

D. Patologi
Umum / Fungsi
Sebagai dasar kebutuhan, sebuah rumah sakit menyediakan layanan bedah (surgical ) dan/ atau
Kelahiran (obstetric) yang sebaiknya dapat di akses dan di layani selama 24 jam via telepon dengan
layanan bedah termasuk :
- Haematology (pengecekan darah)
- Klinik kimia (apotik)
- Analisis urin
- Mikrobiologi (virus, bakteri, dll)
- Anatomi patologi (urai bedah)
- Cytology (bedah sel)
- Bank darah

Prosedur prinsip yang harus di keluarkan dalam kontrak layanan termasuk :

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Kadar darah (blood counts)
- Glukosa darah
- Elektrolit tubuh
- Urea dan nitrogen dalam darah
- Kekentalan darah (koagulasi)
- Transfusi darah (jenis dan kecocokan pertukaran)

Ruang Simpan Darah / Bank Darah 69


Semua Rumah sakit yang menyediakan layanan bedah dan kebidanan sebaiknya menyediakan
fasilitas ruangan simpan darah berpendingin untuk transfusi.
Ruang tersebut sebainya dilengkapi dengan monitor pengatur suhu dan sinyal alarm. Hal ini demi
kemudahan staf pengontrol dalam menjalankan tugasnya. Pertimbangan perletakan unit ini sebaiknya
diberikan dalam hal hubungannya dengan akses setelah jam kerja dan keamanan.

Layanan dasar
Kapasitas layanan bedah dan kebidanan sebaiknya perlu menyediakan fasilitas pathology khusus di
tempat (rumah sakit tersebut). Jika layanan pathology berbasis di rumah sakit, fasilitas berikut
sebaiknya disediakan, sebagai kebutuhan minimum:
- Laboratorium Pathology, Ruang-ruang terpisah, mampu mengisolasi secara
aman, secara spesifik disediakan unutk layanan pathology. Tidak untuk dipakai
secar bersamaan dengan layanan lain. Ukuran runag sebaiknya sesuai / cukup
dengan fungsi didalamnya, dan menyediakan lingkungan kerja yang aman.
- Bangku laboratorium yang menyediakan tempat untuk mikroskop, analizer bahan
kimia yang sesuai, incubator centrifugal, dan lain-lain. Area kerja sebaiknya
termasuk akses untuk menuju layanan elektrikal, gas, dan ruang hampa, dan Bak
dengan air
- Ruang simpan darah berpendingin
- Rak baskom/wadah air untuk para staf mencuci tangan. Rak bak air juga dapat
dipakai sebagai tempat pembuangan cairan non-racun.
- Fasilitas penyimpanan untuk reagen (bahan reaksi), standard (penyangga),
persediaan, dan kaca-kaca spesimen mikroskop, dan lain-lain, termsuk pendingin
jika dibutuhkan.
- Fasilitas pengumpulan Spesimen/sampel (darah, urin, dan feses). Area kerja dari
tempat pengumpulan darah sebainya memiliki bangku untuk kerja, ruang bagi
pasien untuk duduk, dan wastafel. Fasilitas pengumpulan Urin dan feses
sebaiknya dilengkapi dengan WC dan bak cuci tangan.
- Ketentuan standar keamanan untuk bahan-bahan kimia termasuk penyiram
ketika keadaan darurat, alat pembilas mata, tempat simpan yang tepat untuk
cairan yang mudah terbakar dan lain sebagainya.
- Fasilitas dan perlengkapan untuk terminal sterilisasi (clave otomatis atau oven
elektrik) spesimen terkontaminasi sebelum di kirim/diangkut. (terminal sterilisasi
tidak diperlukan bagi spesimen yang dibakar ditempat).
- Jika material radio-aktif dipakai, fasilitas rumah sakit membutuhkan pertimbangan
untuk kemungkinan keamanan terhadap bahaya Radio aktif (Radiation Safety
Act).
- Area administrasi meliputi kantor sebagus mungkin ruangan untuk penulisan
administrasi, pengisian dan rekam perawatan
- Lounge, Loker dan fasilitas toilet sebaiknya diletakkan untuk memudahkan bagi

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


staf laboratorium pria dan wanita , dapat diletakkan diluar area laboratorium dan
dipakai bersama dengan unit lain.
- Pernyataan dari fungsi sebaikya di deskripsikan dalam kontrak dan/atau layanan
pathology.
- Pencahayaan alami menguntungkan bagi laboratorium jika di lakukan dengan
baik.

Lokasi
Fasilitas pathology, jika tergabung, paling baik diletakkan berdekatan dengan area layanan 70
yang sering dipakai, antara lain ruang operasi dan ruang kelahiran.

E. Mortuary/ Otopsi
Umum / Fungsi
Unit mortuari atau otopsi adalah fasilitas untuk menempatkan jasad, guna dilakukan peninjauan lebih
lanjut terhadap jasad tersebut oleh pihak-pihak yang berwenang.
Klasifikasi
1. Otopsi forensik (koroner)
Bila kematian dari seseorang disebabkan oleh hal-hal yang tidak wajar, seperti:
Bunuh diri
Kecelakaan lalu lintas
Juga termasuk kedalamnya kematian dengan cara yang wajar namun belum
diketahui penyebab kematiannya.
2. Hospital autopsi
Dilakukan berdasar permohonan dan oleh praktisi medik jika otopsi forensik tidak
mendapatkan hasil.
Proses Otopsi
Proses otopsi dibagi dalam 4 level.
Level 1 - jasad hanya diterima tanpa dilakukan otopsi.
Level 2 - jasad idterima dan diamati tanpa dilakukan otopsi.
Level 3 - jasad diterima dan dilakukan otopsi.
Level 4 - jasad diterima dan dilakuka otopsi namun lebih ke arah mengajari melakukan
otopsi kepada calon praktisi.

F. DENTAL (GIGI)
Umum / Fungsi
Fasillitas ruang bedah gigi dan mulut pusat seperti ruang operasi pada umumnya. Ruangan ini bisa
berupa bangunan tunggal yang berdiri sendiri atau tergabung pada fasilitas umum bedah.

Ruang Operasi unit GIGI dan MULUT


Peralatan pendukung/penunjang akan menentukan ukuran akhir dari ruangan tersebut. Selain
itu, peralatan sudah termasuk meja operasi, mesin anestesi, troli, dsb. Prosedur umumnya adalah
sebagai berikut :
- Terdapat mesin panel untuk gelas-gelas, maupun peralatan elektrikal, pompa tekanan udara
- Minimal ada 6 titik tambahan power supply untuk darurat (total menjadi 10)
- Ada fasilitas untuk dental X-ray
Ruang tambahan yang dibutuhkan:
- Unit portable dental x-ray
- Fasilitas pengembangan dental x-ray
- Penyimpanan pakaian operasi (pasien, operator, dokter) untuk prosedur x-ray
- Table dental dengan kotak untuk penyaringan air dan tambahan:
a) Mesin elektrik berkecepatan rendah

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


b) Tiga alat semprot (udara, air, udara/air)
c) Turbin udara, handpiece berkecepatan tinggi
- Pembersih ultrasonik
- Alat pencampur (amalgamator) untuk campuran dental
- Cahaya untuk tambal sintetis
- Lemari untuk obat dan serba-serbi
- Pembersih bur ultrasonik
Semua langkah dilakukan untuk perlindungan radiasi. Hal-hal yang direkomendasikan:
71
- Perlengkapan dental yang telah disebutkan di atas dengan tambahan:
a) Penggerak udara berkecepatan rendah
b) Alat semprot seperti disebut di atas
c) Dua jalur untuk turbin udara berkecepatan tinggi dengan optik fiber
- Unit operasi-electro
- Unit cryotherapy

G. Endoscopy
Umum
Berikut adalah area yang harus dipertimbangkan ketika pembangunan pelayanan endoscopic:
- R. Endoscope
- R. Kerja (kebersihan, disinfektan dan sterilisasi, dll)
- R. Penyembuhan
- Peristirahatan penyembuhan
- Holding
- R. Tunggu
- Resepsionis
- R. Ganti (pasien&karyawan)
- Toilet/kamar mandi (pasien&karyawan)
- Rekam medik
- Kantor manajer
- R. Dokter
- R. Konsultasi
- R. Istirahat karyawan
- R. Serba guna
- R. Kerja karyawan
- Cleaning service
- Pembuangan
- Penyimpanan
- Workshop

Ruang Endoscope
Jumlah dan pengoperasian ruang endoscope harus ditetapkan dan ukuran ruang bervariasi tergantung
dari:
- Penggunaan peralatan video
- Pengobatan bedah laser
- Fluoroscopy
- Aktivitas berbagai bidang
- Penelitian
- Penggunaan sinar-X

Aturan bakunya, ukuran luasan ruang endoscopy 4 x 5 m2. Jika peralatan video digunakan, maka

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


ukuran minimal luasan ruang berkembang menjadi 5 x 6 m2. Luasan yang lebih fleksibel sangat
dianjurkan untuk mengadaptasi perkembangan di masa yang akan datang. Tinggi langit-langit harus
2,7 meter atau lebih. Ruang harus dilengkapi bedah minor yang lazimnya digunakan untuk tindakan
anestesi umum dengan instalasi gas medis, sistem pembangkit tenaga, pencahayaan, penghawaan
serta ventilasi yang memadai. Akses langsung ke workroom sangat disarankan. Lebar pintu masuk
harus dipertimbangkan untuk akses troli. Dinding kedap air, lantai, dan perawatan langit-langit sangat
penting untuk kemudahan pembersihan.
72
Workroom
Workroom wajib memiliki fasilitas
- pembuangan limbah cair dan feses (slophopper),
- basin yang memiliki tingkat kecekungan yang dalam, dan pengering untuk endoscope
prewashing,
- suplai air panas dan air dingin,
- bangku/tempat duduk untuk aktivitas benchtop (dilakukan dalam posisi duduk) seperti
pengeringan, pengecekan dan pemeliharaan endoscope dan persiapan specimen;
- lemari dengan ventilasi untuk penyimpanan endoscope
- disinfektor otomatis endoscope
- area penyucihamaan untuk scope manual antara udara yang tersimpan dan terventilasi (pada
level tinggi dan rendah)
- fasilitas cuci tangan klinis
- tempat pembuangan limbah umum dan infectious waste
- pencahayaan yang tepat memperlihatkan warna
- Gudang obat
- Refrigerator/freezer
- Peralatan kebersihan ultrasonic (optional, tapi disarankan)
- Ventilasi
- Udara yang dipadatkan (compressed air), dan suction untuk pembersihan ruangan.
Sumber listrik sesuai yang diperlukan di kebocoran bumi.
- Gudang umum untuk peralatan dan aksesoris ruangan lain.
- Luas lantai yang cukup untuk dibiarkan bersih, terbuka, bebas.
- Pergerakan staf dengan alat (untuk menghindari kerusakan).

4. Pelayanan Kesehatan Terapi

A. Instalasi Rehabilitasi Medik


Fungsi
Memberikan layanan terapi penyembuhan seperti fisiotherapy. Dimungkinkan terdapat media terapi
lain, misalnya kolam renang untuk water theraphy.

Tata letak dan persyaratan ruang instalasi rehab medik:


- Letaknya di zona yang mudah dijangkau dari instalasi rawat jalan dan rawat inap.
- Terdapat ruang latihan terapi yang luas dan cenderung tanpa sekat.
- Terdapat ruang yang dapat menampung alat-alat rehabilitasi medik.
- Terdapat toilet khusus untuk penyandang cacat.

Physiotherapy
Layanan physiotherapy harus menyediakan fungsi atau fasilitas:
- Individual treatment area atau area untuk privasi pasien
- Staff handwashing facilities di ruang treatment. Satu fasilitas handwashing dapat

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


melayani beberapa ruang treatment
- Sebuah exercise area dengan fasilitas yang tepat untuk level layanan tertentu.
- Tempat menyimpan linen yang bersih. Dapat berupa lemari atau mobile storage trolley.
- Tempat menyimpan peralatan dan persediaan.
- Storage untuk linen berminyak dan limbah
- Fasilitas untuk berpakaian bagi pasien; tempat menyimpan pakaian yang aman,
nyaman, dll.; shower dan fasilitas toilet. Kebutuhan ini digunakan juga bagi outpatient
dan dapat diakses oleh penyandang cacat.
73
- Ice-making facilities tersedia di atau dekat fasilitas kesehatan ini.

Occupational Therapy
Beberapa fasilitas yang harus diikutsertakan:
- handwashing facilities;
- gudang untuk peralatan dan persediaan;
- akses toilet bagi diffabel;
- area aktivitas bersama

Lain-lain
Beberapa layanan yang juga mungkin tersedia mencakup Pediatry, Speech Pathology,
Dietetics, Psychology and Social Work. Harus disediakan juga ruang konsultasi, ruang
tunggu, dan akses untuk outpatient. Ruang konsultasi, speech pathology, dan Psychological
Counselling harus memiliki acoustic untuk privasi dan kenyamanan.
Hubungan Fungsional antar ruang Unit Rehab Medik
Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

5. Rekam Medik / Administrasi

Fungsi
Sebagai tempat dimana data data mengenai catatan medis pasien disimpan dan didata sebagai
arsip.

Tata letak dan persyaratan ruang:


Unit ini biasanya terletak dekat dengan zona administrasi dan poliklinik, sementara gudang
penyimpanan tertutupnya terletak di level semi basement ataupun basement, dengan akses yang
tertentu (tertutup).Unit ini terdiri dari :
- Gudang penyimpanan yang tertutup (aman) untuk data seluruh pasien. Termasuk gudang sekunder
dan gudang tersier yang dibuat dengan konstruksi tahan api.
- Adanya ruang untuk kegiatan administrasi catatan medis.
- Adanya ruang untuk mereview catatan medis pasien.
- Ruang penyimpanan yang aman untuk semua data pasien, termasuk gudang penyimpanan tersier
dan sekunder, yang berisi data tingkat ketahanan konstruksi pelingkup bangunan;

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Aktivitas administrasi dan clerical yang berhubungan dengan managemen medical record ;
- Pengecekan ulang terhadap medical record dan laporan persiapan; dan
- Gudang untuk Ledgers, account forms, voucher, dan lain-lain.

Fasilitas Administrasi
Layanan ini harus ada, akses ke main entrance dan berhubungan dengan fungsi di bawah :
- Recepsionis dan informasi pengunjung/pasien
- ruang tunggu 74
- toilet umum
- telepon umum
Sebagai tambahan, fasilitas disediakan untuk mengakomodasikan aktivitas administrasi sebagai
berikut:
- Ijin masuk pasien
- Ruang interview khusus yang mencakup prosedur perizinan
- Ruang penyimpanan kursi roda, di luar jalur sirkulasi utama, tetapi dekat dengan entry point
- Kantor individu/umum untuk mewadahi kegiatan kasir, administrasi, pengobatan, suster, jika
diperlukan
- Penyimpanan peralatan kantor, alat tulis dan persediaan
- Ruang rapat
- Ruang yang cukup untuk kursi roda, diluar jalur untuk sirkulasi normal tetapi dekat dengan pintu
masuk
- Akomodasi ruang kantor untuk menunjang kepentingan administrasi, medis dan perawat baik
secara umum dan/atau individu, jika diperlukan
- Gudang untuk perlengkapan kantor, peralatan kerja dan cadangan; dan ruang konferensi serba
guna
R.Disku
si

Hubungan Fungsional antar ruang Unit Rekam Medik


Sumber: Project Studio Global Rancang Selaras, 2008

6. Penyimanan Obat/ Farmasi

Umum
Ukuran dan jenis service untuk disajikan di apotik akan tergantung pada jenis sistem distribusi obat
yang digunakan, jumlah pasien untuk dilayani, dan tambahan dari service bersama atau dibeli. Ruang
atau deretan apotik ditempatkan untuk akses nyaman, staf kontrol, dan keamanan. Fasilitas
(mencakup satellit, jika bisa diterapkan) dan peralatan.

A. Dispensing (pembagian)
- Poin(kounter) pengambilan dan penerimaan terkendali.
- Area untuk tinjauan ulang dan perekaman dari order/pesanan.
- Area pencampuran yang dilakukan tanpa persiapan.
- Konter dan lemari bekerja untuk aktivitas berkenaan dengan farmasi.

B. Fabrikasi
- Area pencampuran obat

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Ketetapan dari pembungkusan dan pemberikan label
- Area pengendalian mutu

C. Gudang/ Penyimpanan
- Penyimpanan limbah
- Gudang/Penyimpanan yang aktif
- Gudang/Penyimpanan dengan pendingin.
- Gudang/penyimpanan alkohol dan cairan yang mudah menguap dengan konstruksi seperti
75
diperlukan oleh peraturan relevan untuk unsur dilibatkan.
- Gudang/penyimpanan yang aman untuk narkotika dan obat/drugs yang dikontrol.
- Gudang/Penyimpanan untuk peralatan dan persediaan umum yang tidak digunakan.

D. Administrasi
- Ketetapan untuk cek silang dari pengobatan dan profil obat dari pasien individu. Lemari atau rak
penyimpanan untuk sistem pengembalian informasi obat.
- Ruang atau area terpisah untuk fungsi kantor yang mencakup meja tulis, penyimpanan,
komunikasi, dan referensi.
- Ketentuan untuk konseling dan instruksi pasien (mungkin adalah di ruang terpisah dari apotik).
- Ruang untuk pendidikan dan pelatihan (mungkin di ruang multi tujuan bersama dengan unit
yang lain).

E. lain-lain
- Fasilitas handwashing harus tersedia di dalam tiap ruang terpisah di mana pengobatan terbuka
ditangani.
- Menyediakan akses yang nyaman ke lemari karyawan, shower, ruang bersantai/sofa, dll. Pada
umumnya merupakan fasilitas bersama dengan staf rumah sakit yang lain.
- Jika solusi yang intravenous (kedalam pembuluh darah) disiapkan di apotik, tersedia suatu area
pekerjaan yang steril dengan bangku aliran berlapis dan kerudung. Pengaturan dan konstruksi
harus mematuhi persyaratan menurut undang-undang dan Standard yang relevan.
- Pertimbangan untuk diberikan ke persyaratan phisik dari aktivitas spesialis seperti persiapan
yang cytotoxic, jika dilaksanakan.

7. laundry/ Pengolahan Linen

Fungsi
Fungsi laundry adalah Menerima, mensortir, dan memproses linen dan lakan kotor rumah sakit, untuk
menjaga kelayakan dan kebersihan pelayanan pasien. Linen - linen yang kotor dibawa dan diproses
pada instalasi laundry yang terletak pada area servis. Kemudian linen yang telah bersih dikirimkan
untuk ditampung pada gudang linen bersih yang pada umumnya terletak di setiap lantai instalasi rawat
inap.

Kriteria Minimal perencanaan dan Tata letak dan persyaratan ruang :


- Sebuah ruang untuk menampung linen kotor yang akan diproses dilengkapi dengan fasilitas
pencuci tangan.
- Ruang Laundry, tempat dimana linen linen kotor diproses. Jika fasilitas ini terpisah dari
bangunan pelayanan utama, maka sebaiknya tersedia jalur yang terlindung dari hujan dan
panas.
- Jalur sirkulasi dan distribusi yang terpisah dengan jalur sirkulasi pasien.
- Akses yang terpisah untuk linen kotor dan bersih
- Distribusi linen kotor ke instalasi laundry mungkin dilakukan dengan linen chute .

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Clean Linen Storage, tempat linen linen bersih ditampung dan didistribusikan ke lantai - lantai
pelayanan medis. Area ini harus memiliki kapasitas yang sesuai demi efisiensi operasi Rumah
Sakit.
- Terdapat R Ka-Unit, Kamar Jahit, Gudang Textile, R Kerja Cuci, R Setrika, R Cucian Bersih, R
Cucian Kotor, Loket Masuk Linen Kotor, Loket Keluar Linen Bersih
- Pengaturan sirkulasi agar tidak bersinggungan antara linen bersih dan linen kotor
- Pada pembuangan ke IPAL diberi penangkap detergen
- Biasanya berdekatan dengan boiler house
76
- Disarankan pula berdekatan dengan ruang housekeeping
- Tidak ada bakuan luas minimal ruang laundry, kisaran 0,5 sampai 1 meter persegi per tempat
tidur
- Bila berada dalam bangunan banyak lantai maka sebaiknya laundry ada di lantai paling
bawah untuk mencegah gangguan suara, getaran serta kemudahan pengelolaan penyaluran
air limbah.

Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi Laundry


8. Instalasi Gizi (Dietary Service)

Fungsi:
Memberikan pelayanan konsumsi gizi bagi unit perawatan, ICU, IGD, dan unit kandungan.

Tata letak dan persyaratan ruang:


- Lokasinya harus jauh dari penglihatan dan jangkauan pengunjung.
- Memiliki pintu masuk dan keluar tersendiri.
- Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak luntur
serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat.
- Semua bahan makanan disimpan pada rak-rak dengan ketinggian rak terbawah 15 cm 25 cm.
- Penyimpanan bahan makanan tidak boleh menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit
dengan ketentuan sebagai berikut :
a.Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b.Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm
d. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.
- Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi.
- Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran air bersih maupun air limbah untuk
menghindari terkena bocoran.
- Tidak diperbolehkan ada jaringan drainase disekitar gudang makanan.
- terapkan organisasi ruang dalam aliran yang menerus mulai dari ruang penerimaan hingga
penyajian
- minimalisasi cross-traffic ataupun aliran maju mundur (back-tracking)
- layout dapur utama etidaknya adalah panjang ruang sama dengan dua kali lebar ruang
- gudang penyimpanan terpisah antara basah dan kering, ataupun bahan aman dan riskan

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


flameable (misal tabung gas, minyak tanah)
- pengamanan terhadap bahaya kebakaran menjadi poin penting dalam perencanaan unit gizi
utamanya dapur
- tidak ada bakuan luas, kisaran luas dapur utama minimal 0,6 meter persegi per tempat tidur

77

Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi Gizi


9. Bengkel dan Peralatan (IPSRS)

Mengingat karakter aktivitasnya maka bengkel dan peralatan diletakkan terpisah dari kelompok unit
lain. Pemisah bisa menggunakan ruang fungsional garasi atau deret gudang. Aktivitas utama yang
diwadahi dalam unit adalah :
- workshop/bengkel kerja peralatan medik
- workshop/bengkel kerja kendaraan
- workshop/bengkel kerja pertukangan kayu
- penyimpanan alat dan gudang
- administrasi/supervisor
- loker staf

Fungsi:
Merupakan instalasi yang melakukan pemeliharaan maupun perbaikan terhadap sarana dan
prasarana rumah sakit, dilengkapi dengan ruang-ruang kerja berupa bengkel dan workshop.

Tata letak dan persyaratan ruang:


1. Ruang dibuat relatif luas dan terbuka tanpa sekat untuk memudahkan aktivitas, terutama di ruang
perbaikan alat.
2. Lokasinya di zona servis yang relatif jauh dari zona perawatan maupun zona penunjang medik.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


78
Hubungan Fungsional antar ruang pada Instalasi IPSRS

10. Pengelolaan dan Pembuangan Sampah

Perlu adanya fasilitas yang memadai untuk penyimpanan dan pembuangan sampah yang aman.
Standar dan ketentuan terkait dapat dilihat pada Ketentuan Fungsi.
Tingkat efektivitas pengaturan sampah tergantung dari kewaspadaan staf kebersihan dalam
meminimalisasi sampah dan tingkat ketelitian dalam pemisahan sampah dari sumbernya menurut
jenisnya. Dalam kasus ini, tata letak lantai dan peletakan titik-titik pengumpul sampah menjadi sangat
penting.
Untuk membedakan jenis-jenis sampah, baik digunakan keranjang sampah dan kereta pengangkut
sampah yang dibedakan menurut warnanya. Ukuran kereta pengangkut dan keranjang sampahnya
ditentukan dari kuantitas sampah rumah sakit dan berapa titik pengumpul sampah yang mungkin
diadakan. Sedangkan pembedaan warna tersebut akan lebih memudahkan staf terutama saat
pergantian shift kerja staf kebersihan.

Pengukuran minimalisasi sampah dapat dilakukan dengan sistem bar code atau penimbangan
sampah. Hal ini akan terasa agak sulit pada awalnya terutama pada rumah sakit dengan skala kecil,
tetapi akan sangat bermanfaat pada sebuah institusi rumah sakit yang cukup besar, di mana
pengaturan sampah sudah cukup membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dapat pula dipakai sistem
terpadu di mana diterapkan biaya kebersihan sesuai kuantitas sampah yang dihasilkan.

Area pembuangan sampah harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat mengamankan material,
mengurangi dekomposisis organik, mencegah bau keluar, tetapi tetap memungkinkan staf untuk
membersihkan tempat sampah, troli pengangkut, dan area itu sendiri. Pada rumah sakit yang cukup
mampu dapat dipasang sistem pembersih mekanikal. Pada unit ini mungkin dapat diterapkan sistem
penguapan dan pengeringan dengan udara. Uap yang terbentuk pada proses disinfeksi sampah cair
masih harus distabilisasi sebelum dialirkan menuju pembuangan.

Tata Cara Pengaturan Sampah


Standar dan ketentuan yang berlaku tergantung dari spesifikasi bangunan dan peraturan setempat
mengenai tatacara pengolahan sampah. Peraturan standar lainnya akan diaplikasikan pada
spesifikasi bangunan untuk area pembuangan sampah dan rute pembuangan limbah cair yang
berhubungan dengan proses manajemen sampah. Pemeriksaan pada persetujuan yang penting
mengenai standar, kode dan peraturan ini, diharapkan ditangani oleh sub-konsultan yang relevan pada
bidang tersebut.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Titik Pengumpulan Pada Ruang Kerja/ pos Kerja

A. Area Klinis
Luasan ruang yang efisien dan didesain berdasar kebutuhan sangat dibutuhkan untuk penyimpanan
kereta dorong 240L di titik-titik yang stategis pada setiap sektor. Titik-titik pengumpulan pos kerja harus
mudah diakses oleh staf yang bertanggungjawab atas pembuangan dan pemindahan, serta
penggantian kereta dorong. Aspek yang penting dalam manajemen sampah yang baik, adalah
79
kemudahan bagi produsen sampah pada proses pemisahan sampah.
Sebagian besar lokasi kereta dorong pada area klinis harus diletakkan dalam ruang perawatan.Pada
area lain mungkin membutuhkan ruang/ceruk untuk menyimpan kereta dorong. Dinding dan lantai
pada daerah tersebut harus diberi penutup lantai untuk memudahkan dalam pembersihan.
Dengan alasan pemisahan sampah inilah maka sebaiknya pembuangan sampah pada area klinis
ditempatkan dalam treatment area. Mungkin diperlukan pula ruangan kecil yang diperuntukkan bagi
penyimpanan troli pengangkut, yang dinding dan lantainya dikeramik sehingga mudah dibersihkan.
Troli-troli ini sebisa mungkin tidak dapat diakses oleh publik, dan bahkan dihindarkan sevara visual
dengan menyediakan koridor servis khusus yang aman.
Fasilitas untuk membersihkan tangan harus diletakkan berdekatan dengan area pengumpulan
sampah untuk material medis di mana material klinis ditangani. Kereta dorong tidak boleh terakses oleh
publik dan sebaiknya tidak terlihat pada area yang diamankan. Peraturan manajemen rumah sakit
memungkinkan sebagian besar proses daur ulang dilaksanakan pada tingkatan pengguna. Pemisahan
material-material yang dapat didaur ulang pada tingkat pengguna akan membutuhkan area
penyimpanan yang lebih besar dibandingkan bila dicampur dengan metode pengumpulan daur ulang.
Pemisahan material yang dapat didaur ulang pada titik pengguna akan membutuhkan jumlah gudang
yang lebih besar dibandingkan apabila material tersebut dicampur. Muatan kereta yang 240 liter tadi
diasumsikan untuk metode campur ini, mengingat cara terpisah akan tidak praktis diterapkan pada
area seperti rawat inap.

Perkiraan jumlah kereta 240L yang dibutuhkan untuk tiap bagian rumah sakit harus didasarkan pada
campuran pilihan pengumpulan material daur ulang.

Kebutuhan ruang kereta dorong untuk material daur ulang tidak diperlukan untuk area bangsal.
Prosedur penanganan sampah berbeda harus disediakan untuk benda tajam (jarum), jaringan (tubuh
manusia), cytotoxic, dan zat radioaktif. Benda tajam harus ditampung dengan aman baik pada
pembuangan ataupun wadah daur ulang. Untuk keperluan ini dinding tempat penyimpanan benda
tajam biasanya diberi perlakuan khusus.

Titik-titik pembuangan yang memadai dibutuhkan pada area perawatan, agar jarum dapat dikontrol dan
terlihat saat sudah tiba waktunya untuk dibuang. Dalam kondisi ini, biasanya dibutuhkan
bantalan/lapisan tambahan pada dinding kontainer. Kontainer pembuangan benda tajam dapat
dibuang melalui saluran pembuangan klinis apabila jalur tersebut memang dirancang untuk itu.
Umumnya rumah sakit menyediakan pembakaran sampah (incinerator) untuk keperluan ini.
Sedangkan bagi material tajam yang masih dapat digunakan, disediakan kontainer khusus yang
terpisah.

Penampungan sampah sebaiknya dipisahkan melalui jalur sampah medis yang disediakan dan
disetujui kontraktor pembuangan. Beberapa tim manajemen rumah sakit membutuhkan incinerator
meskipun tidak ada peraturan untuk menyediakan pengemasan secara benar. Buangan wadah benda
tajam yang didaur ulang umumnya disebabkan oleh suplai dari kontraktor, dan tidak memerlukan

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


proses pemindahan kecuali oleh kontraktor. Jaringan pada manusia, cytotoxic (racun pada jaringan
tubuh) dan zat radioaktif sangat jarang terjadi dan jumlahnya kecil, kecuali rumah sakit memiliki fasilitas
khusus bagi sampah tersebut. Ruang penyimpanan bagi zat-zat tersebut tidak terlalu diperlukan di
area perawatan.

Tempat penyimpanan kecil harus disediakan di bagian yang membuang jaringan manusia. Jaringan ini
harus dipindahkan ke bagian manajemen penanganan sampah, segera setelah diambil (dibekukan jika
perlu), dan ke incinerator. Buangan cytotoxic dan zat radioaktif harus diawasi oleh staf yang 80
berpengalaman, umumnya apoteker. Pembuangan zat-zat ini umumnya tidak terlalu sering.

Sampah berupa jaringan tubuh manusia, racun sitotoksik, dan material radioaktif umumnya dihasilkan
secara tak teratur dan dalam jumlah relatif kecil, kecuali rumah sakit tersebut memiliki fasilitas khusus
yang menyebabkan produksi sampah jenis tadi di atas normal. Dibandingkan sampah jenis lain,
meterial-material ini umumnya tidak terlalu banyak mengambil tempat pada area pengolahan. Hanya
dibutuhkan wadah khusus untuk penampungan sementara jaringan tubuh manusia untuk secepatnya
dibekukan segera setelah dibuang, untuk selanjutnya mungikn dimasukkan dalam incinerator.
Sedangkan racun sitotoksik dan bahan radioaktif membutuhkan penanganan khusus oleh tim yang ahli
di bidang tersebut (biasanya ahli farmasi atau BATAN di Indonesia). Penanganan sampah seperti ini
rutinitasnya dapat lebih longgar.

B. Area Kantor
Ruang dengan luasan yang memadai dan direncanakan sesuai kebutuhan harus dialokasikan untuk
penyimpanan kereta dorong 240L pada tempat-tempat strategis di setiap area kantor. Aspek yang
penting dalam manajemen sampah yang baik tergantung pada produksi sampah dalam memenuhi
proses pemisahan sampah.
Kereta sampah biasa harus selalu diletakkan dekat dengan kereta kertas daur ulang untuk mengatasi
pemisahan sampah biasa dengan material daur ulang yang tidak sistematis.
Titik-titik pengumpulan pos kerja harus mudah diakses oleh staff yang bertanggungjawab atas
pembuangan dan pemindahan serta penggantian kereta dorong. Kereta dorong tidak boleh terakses
publik dan sebaiknya tidak terlihat pada area yang diamankan. Kebijakan Manajemen Rumah Sakit
memungkinkan untuk menghancurkan laporan-laporan penting dan rahasia sebelum dibawa ke area
daur ulang (penanganan sampah). Lokasi fasilitas penghancur dokumen sebaiknya diletakkan
berdekatan dengan area penyimpanan kereta (yang digunakan untuk menyimpan dokumen rahasia
yang akan dibuang tersebut). Area pembuangan sentral untuk benda-benda yang membutuhkan
kerahasiaan, memberikan pengamanan ekstra dalam pelaporannya.

C. Area Manajemen Penanganan Sampah


Ruang dengan luasan yang cukup dan tertutup sebaiknya disediakan untuk pengumpulan,
penyimpanan dan pemilahan sampah. Area ini hanya digunakan untuk kebutuhan manajemen
sampah.
Penyediaan ruang-ruang berikut dibutuhkan dalam area penanganan manajemen sampah:
A. BULK WASTE MOVEMENT
Pergerakan cart disekitar lokasi dan selama proses pembuangan sangat diperlukan. Selain itu,
cart juga harus dapat diakses dari berbagai level. Limbah klinis diubah menjadi limbah dan
diolah di lantai dasar. Kebanyakan dari medical waste dapat diatur dengan menggunakan land
fill.
B. PENGOLAHAN SAMPAH/LIMBAH
- Land Fill
Penggunaan Land fill dalam pengolahan limbah medis membutuhkan negosiasi dengan
pemerintah lokal. Pengawalan yang ketat dibutuhkan dalam membawa dan membuang limbah

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


medis.
- Incineration
Ketika incinerator dibutuhkan, pertimbangan diberikan untuk :
- kapasitas (penyesuaian terhadap kapasitas muat incineratior)
- konstruksi dan instalasi (fasilitas yang tahan api etc)
- potensi untuk pemulihan panas yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah
(konservasi energi)

81
11. Pelayanan Penunjang
Fasilitas
Fasilitas yang mungkin disediakan adalah:
- florist
- snack bar/coffee shop
- gift shop
- farmasi
bank
- penata rambut, dll

kebutuhan Staff
Fasilitas yang mungkin dapat disediakan untuk melengkapi kebutuhan staf:
- ruang ganti (change room)
- loker
- grooming/handwashing
- toilet
- ruang shower (showering)
- ruang istirahat (lounge)
Ruang Doa/ Ibadah
Memisahkan ruang sebagai fungsi tunggal seperti :
- konsultasi bagi keluarga penderita
- percakapan Internal
- ruang ibadah dan Ruangan harus mudah diakses oleh penyandang cacat.

Perawatan Anak
Perawat-perawat terbaik sangat direkomendasikan untuk fasilitas perawatan anak ini. Area perawatan
anak meliputi:
- tempat bermain anak
- toilet anak dan staf
- loker tempat simpan jaket atau sepatu
- tempat tidur anak
- tempat meyimpan mainan
- kantor staf
- pantry
- tempat bermain outdoor yang aman
- view ke luar (bukan jalan raya) yang baik dan tenang
beberapa area service yang mendukung dapat diletakkkan berdekatan dengan area ini.

Fasilitas
A. AKSES AMBULANS
Akses utama keluar dan masuk mobil ambulans tidak boleh bergabung dengan akses lalu lintas
yang padat, sehingga ambulans dapat beroperasi dengan cepat.
B. RAMPS
Ramp harus disesuaikan dengan standar yang ada, selain itu harus ada hubungan dengan

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


akses pengangkutan dan penurunan pasien.
C. ANTAR JEMPUT AMBULANS
Titik antar jemput mobil ambulans harus terlindungi dari hujan dan panas, selain itu, pintu
masuk dan keluar mobil ambulans harus memiliki jarak yang cukup jauh dengan pintu masuk
utama dan jauh dari jarak pandang orang-orang di sekitarnya. Akses jalan, dari mobil ambulans
ke ruang UGD atau ruang penting lainnya harus dibuat seefisien mungkin, aman, dan nyaman.
Selain itu, akses ini tidak boleh melewati area publik.
82
12. Fasilitas Pembelajaran/ Studi

Ruang seminar
Luas minimum = 28 m2. Ruangan ini natinya akan digunakan untuk mengadakan seminar, atau workshop mengenai rumah sakit.
Selain itu, ruang ini juga akan berfungsi sebagai ruang rapat atau pertemuan antar staf di rumah sakit. Demonsrasi suatu metode
baru dalam perawatan pasien juga akan menggunakan fasilitas ini.

Perpustakaan
Di sini nantinya akan dapat diletakkan berbagai literatur medis yang dapat digunakan untuk mencari data bagi para staf pegawai.
Selain itu, ruang ini perlu dilengkapi dengan fasilitas audio-visual.

Ruang Kuliah
Ruang kuliah ini nantnya akan digunakan sebagai fasilitas belajar bagi para calon-calon perawat atau pegawai lainnya.

Gudang
Sebagai fasilitas penyimpan alat-alat pembelajaran.

Fasilitas Pendukung Lainnya


Fasilitas ini antara lain cleaning service, janitor, dan sebagainya. Ukuran dan tempat menyesuaikan kebutuhan yang ada.
13. Diagram Pergerakan Pasien

PENJADWALAN ULANG DOKTER BEDAH (tindakan/pemilihan pasien)

FORMULIR (perjanjian medis, profil medis,


buklet info pasien)

DPC registrasi pasien (review formulir, record)

IZIN MASUK/ PENERIMAAN (record akhir,


keuntungan, penjelasan)

GANTI (gudang pakaian)

RUANG PRA OPERASI (identifikasi, pengecekan)

BATAL (jika ditemukan REVIEW HASIL PEMERIKSAAN


ketidakpuasan)

RUANG ENDOSCOPY/TINDAKAN
(anestetik/tindakan )

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


TAHAP 1. PEMULIHAN (Perawatan pasca
PERHENTIAN AMBULAN operasi/penyadaran)

TAHAP 2. PEMULIHAN (observasi lanjutan,


akses pengunjung)

83
KEMUNGKINAN TAHAP 3. PEMULIHAN
(penyegaran, instruksi pasca operasi, recliners.

GANTI (gudang pakaian)

FORMULIR (pembebasan, tagihan, petunjuk)

RUMAH SAKIT (gawat


RUMAH (follow up pasca operasi)
darurat/rawat inap)
14. Yang Perlu Diperhatikan dalam Desain

A. Tata Fungsi
Zona Fungsi Dalam Rumah Sakit
- Zona 1 wilayah ini berkarakter publik. Ruang publik direncanakan berada di area yang
sangat publik dengan tingkat pencapaian yang tinggi. Di dalam ruang publik berlangsung
aktivitas-aktivitas pelayanan rumahsakit kepada publik, diantaranya instalasi gawat
darurat, instalasi rawat jalan, kebidanan, farmasi dan diagnostik.
- Zona 2 wilayah ini berkarakter privat. Publik dapat mengakses area ini namun terbatas.
Wilayah ini menerima limpahan kerja dari zona luar dan membutuhkan akses khusus
untuk mendukung pelayanan khusus: program ruang yang direncanakan pada zona ini
adalah fasilitas rawat inap.
- Zona 3 wilayah yang menyediakan dukungan bagi aktivitas rumahsakit: kantor
pengelola rumah sakit dan ruang serbaguna.

Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan zonasi fungsi yang telah
ditentukan sehingga dapat berkaitan dengan zonasi yang memenuhi persyaratan kesehatan yaitu
dengan mengelompokkan fungsi ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit
sebagai berikut :
Zona dengan Risiko Rendah
Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang
perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan/pelatihan. Persyaratan ruang sebagai
berikut :
- Permukaan dinding rata dan berwarna terang
- Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan
pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Langit-langit harus terbuat dari bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan,
kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
- Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela
minimal 1,00 meter dari lantai.
- Ventilasi dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi
alamiah tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik, dapat dilengkapi dengan
penghawaan mekanis (exhauster) .
- Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai. 84

Zona dengan Risiko Sedang


Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti
pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang
sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah.
Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang
penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah
dengan ketentuan persyaratan sebagai berikut :
- Dinding permukaan rata dan berwarna terang.
- Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,50 meter dari
lantai dan sisanya dicat warna terang.
- Dinding ruang penginderaan medis berwarna gelap, dengan ketentuan dinding
disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di
ruangan tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi
dengan transfer cassette.
- Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan
pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
- Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka
harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
- Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang bawah jendela
minimal 1,00 meter dari lantai.
- Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.

Zona dengan Risiko Sangat Tinggi


Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang
gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut :
- Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat dengan cat
tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.
- Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70 meter dari
lantai.
- Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua pintu kamar harus
selalu dalam keadaan tertutup.
- Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang.
- Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil
baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit
- Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai
- Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter
bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC
minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi
berasal dari atas ke bawah.
- Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan
pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat
ruang antara.
- Hubungan dengan ruang scrubup untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang
jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah
loket yang dapat dibuka dan ditutup.
- Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di atas
langit-langit.
- Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis. 85

B. Tata Sirkulasi

Sirkulasi Internal
Sistem sirkulasi di dalam bangunan adalah pengaturan hubungan antar fungsi ruang yang saling
terkait, yang terdiri dari beberapa fasilitas sirkulasi, yaitu :
a. Fasilitas selasar/koridor penghubung antar ruang tindakan, dengan lebar minimal 2,5
meter.
b. Fasilitas tangga sebagai penghubung antar lantai maupun penggunaan alat bantu sirkulasi
vertikal berupa ramp pada pengembangan bangunan berlantai banyak pada fungsi-fungsi
yang bersifat emergency, seperti trauma center, emergency, OK, dan rawat inap intensif.
c. Penggunaan tangga atau elevator dan lift dilengkapi dengan sarana pencegahan
kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh
pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve
Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.
d. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi
kebakaran atau kejadian darurat lainnya.
e. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan didisain sedemikian rupa dan dilengkapi
dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar
ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi
f. Fasilitas selasar/koridor penghubung antar massa bangunan
g. Fasilitas selasar/koridor services dan utilitas

Kualitas sirkulasi dibedakan di dalam pengelompokan, yaitu:


a. Sirkulasi umum, yaitu sirkulasi yang digunakan oleh pengunjung umum dengan
berbagai keperluan di dalam rumah sakit.
b. Sirkulasi medik, yaitu sirkulasi yang digunakan oleh staf medik rumah sakit dalam
melaksanakan tugas-tugas pelayanan kesehatan.
c. Sirkulasi barang dan servis, yaitu sirkulasi yang digunakan untuk distribusi mobilisasi
barang atau logistik, dan fungsi-fungsi pemeliharaan.

Persyaratan ketat sirkulasi adalah:


a. Meminimalkan himpitan dan tumpang tindih (overlaid) antara sirkulasi medik dengan
services.
b. Meminimalkan terjadinya himpitan tumpang tindih antara sirkulasi medik dengan
kelompok sirkulasi lain.
c. Sirkulasi dari dan ke gawat darurat mempunyai skala prioritas tertinggi dibanding
sirkulasi lain.

Sirkulasi Eksternal
Merupakan perencanaan sirkulasi diluar bangunan. Sirkulasi eksternal rumah sakit dibedakan dalam

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


pengelompokan yaitu:

a. Sirkulasi gawat darurat, yaitu akses langsung menuju IGD. Karakter sirkulasi ini cepat
dan bebas hambatan.
b. Sirkulasi umum, yaitu sirkulasi oleh pengunjung umum dari luar menuju ke poliklinik,
pusat diagnostik atau besuk ke rawat inap.
c. Sirkulasi staf, yaitu akses karyawan medik maupun non-medik menuju zona aktivitas.
d. Sirkulasi barang dan servis, terdiri dari drop-off bahan di instalasi gizi, operasi 86
pemeliharaan IPAL dan incenerator, sirkulasi kendaraan pemadam kebakaran.

Dalam kondisi luar biasa yaitu bila terjadi gawat darurat massal maka keempat area dropping tersebut
bisa digunakan secara bersama-sama untuk menghindari terjadinya antrian panjang.

Sirkulasi eksternal memiliki prinsip mengoptimalkan akses dari jalan utama. Sistem sirkulasi eksternal
dipisahkan antara sirkulasi menuju Unit Gawat Darurat dan VK dengan sirkulasi menuju diagnostik,
administrasi, rawat jalan dan rawat inap. Pemisahan akses ini dibuat untuk memudahkan akses
menuju ke Unit Gawat Darurat dan VK tanpa diganggu oleh sistem sirkulasi publik menuju ruang-ruang
fungsional lain dalam rumah sakit

Sirkulasi eksternal ditunjang oleh area parkir serta dropping zone. Dropping zone paling penting adalah
naik turunnya pasien dari kendaraan pengangkut. Direncanakan area tersebut terlindung dari hujan
panas, dengan penerangan cukup di malam hari dan dilengkapi signage yang jelas. Ada 4 zona
dropping terpisah, yaitu:
a. Dropping untuk fasilitas Kantor dan Pendidikan
b. Dropping untuk fasilitas Gawat Darurat
c. Dropping untuk fasilitas Poliklinik
d. Dropping untuk fasilitas Rawat Inap
e. Dropping untuk fasilitas Servis

C. Aspek Fisika Bangunan


Pencahayaan
Secara teknis, pencahayaan dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: pencahayaan buatan dan
pencahayaan alami, atau penyinaran alam (daylight) dan penyinaran buatan (artificial illumination).
Sehingga dasar yang dijadikan konsep perencanaan pencahayaan adalah :
1. Untuk mendukung visual task dan kegiatan pengguna bangunan.
2. Untuk mendukung fungsi keamanan.
3. Untuk menciptakan Iingkungan yang sesuai dan menyenangkan.

Dua faktor utama di dalam konsep perencanaan pencahayaan adalah (1) tingkat kekuatan penyinaran
(quantity) dan (2) pengontrolan silau (quality). Selain itu unsur luar yang turut mempengaruhi
kenyamanan pandangan yang harus diselesaikan secara teknis adalah wujud obyek yang di pandang,
latar belakang obyek dan kondisi fisiologis mata. Pada hakikatnya, konsep perencanaan pencahayaan
adalah pengaturan efek sinar yang sesuai terangnya dan tidak menyilaukan, sehingga kenyamanan
dapat tercapai.

Pada area-area publik yang penting seperti ruang receptionist, pendaftaran, dan lobby direncanakan
kuantitas pencahayaan yang lebih, yaitu di atas 100 fc (footcandles). Pencahayaan yang memadai
pada area publik dapat meningkatkan rasa aman.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Intensitas cahaya yang tinggi diberikan pada area-area yang aktivitasnya membutuhkan konsentrasi
dan memiliki resiko bahaya yang lebih dibanding ruangan lainnya. Seperti pada ruang pemeriksaan
dan pengolahan sampel di laboratorium, ruang racik instalasi farmasi, dan ruang-ruang yang memiliki
fungsi sebagai ruang tindakan dan operasi.

Beberapa prinsip mengenai pencahayaan buatan pada rumahsakit adalah sebagai berikut :
o Intensitas cahaya pada tiap ruangan hendaknya dapat diatur dengan mudah
o Perbedaan intensitas cahaya yang gradual akan sangat membantu pasien untuk 87
beradaptasi terhadap ruang yang akan dituju. Oleh karena itu diperlukan ruang-ruang
transisi untuk menuju ruangan dengan intensitas cahaya yang berbeda.
o Sumber-sumber cahaya hendaknya dilindungi untuk meminimalisasi cahaya
menyilaukan dan temperatur yang tinggi. Penggunaan beberapa lampu dengan
intensitas rendah lebih baik daripada satu lampu dengan intensitas tinggi.
o Menghindari bahan-bahan yang dapat mengakibatkan silau (glare) pada pintu, jendela,
dinding, lantai dan funiture.
o Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya
dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya.
o Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan
barang/peralatan perlu diberikan penerangan.
o Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk
malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu ditempatkan pada
titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik
Penggunaan sunshading dapat digunakan untuk mereduksi pencahayaan alami di sisi Barat dan
Timur, dan perlu diupayakan sedemikian rupa sehingga mudah dalam perawatannya.

Penghawaan
Konsep pengolahan dan pengendalian udara (penghawaan) pada ruang pada hakekatnya terdiri dari
tiga hal yaitu:
- pengendalian kalor/panas dan suhu serta penggunaan bahan material bangunan (jenis,
tekstur), zat pelapis/cat (warna), orientasi bangunan terhadap arah sinar matahari dan
angin, tata hijau lingkungan mempengaruhi seberapa besar atau seberapa kecil
panas/kalor yang diserap atau dikeluarkan untuk menciptakan suhu nyaman bagi
pengguna yaitu berkisar 25-26 C.
- pengendalian kelembaban udara. Kelembaban udara yang nyaman bagi tubuh adalah
sekitar 40-70%. Salah satu strategi untuk mengendalikan kelembaban udara dalam ruang
yaitu dengan mempercepat proses penguapan. Hal ini dicapai dengan mengoptimalkan
aliran sirkulasi udara (ventilasi). Ventilasi diperoleh dengan memanfaatkan perbedaan
bagian-bagian ruangan yang berbeda suhunya, dan karena berbeda tekanan udaranya.
- Pengendalian pertukaran udara. Kesegaran udara dalam ruang serta kesehatannya
diukur dengan besarnya kadar zat asam (CO2) tidak melebihi 0.1-0.5%. Pergantian udara
dalam ruang dikatakan baik apabila untuk ruangan dengan dimensi 5 m3 /orang, udara
dalam ruang harus diganti 5 kali per jam. Semakin kecil rasio ruang perorang, frekuensi
pergantian udara semakin tinggi.

Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut :


- Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium, perlu
mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang
tersebut.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


- Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit (minimum 0,10
mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.
- Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga dapat
menyediakan suhu dan kelembaban
- Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit mendapat perhatian yang khusus. Bila
menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan dioperasikan sesuai buku
petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan kelembaban nyaman bagi
pasien dan karyawan. Menggunakan pengatur udara (AC) sentral harus diperhatikan 88
cooling tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella dan untuk AHU (Air
Handling Unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri atau jamur.
- Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan exhaust fan
hendaknya diletakkan pada ujung sistem ventilasi.
- Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 (satu) fan dengan diameter 50
cm dengan debit udara 0,5 m3/detik, dan frekuensi pergantian udara per jam adalah 2
(dua) sampai dengan 12 kali.
- Pengambilan supply udara dari luar, kecuali unit ruang individual, hendaknya diletakkan
sejauh mungkin, minimal 7,50 meter dari exhauster atau perlengkapan pembakaran.
- Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap.
- Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan.
- Suplai udara untuk daerah sensitif, ruang operasi, perawatan bayi, diambil dekat langit-
langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya disediakan 2 (dua) buah exhaust fan dan
diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai.
- Suplai udara di atas lantai.nan (exterior noise/airborne noise).
- Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya tidak digunakan
sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet, gudang.
- Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilengkapi dengan saringan 2 beds. Saringan I
dipasang di bagian penerimaan udara dari luar dengan efisiensi 30 % dan saringan II (filter
bakteri) dipasang 90 %. Untuk mempelajari sistem ventilasi sentral dalam gedung
hendaknya mempelajari khusus central air conditioning system.
- Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (cross ventilation) dan
dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
- Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi dibandingkan
ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air conditioner)
- Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner dipasang
pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum 0,20 meter dari langit-
langit.
- Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) 1 (satu) kali sebulan harus
disinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorcinol, trietylin glikol), atau disaring dengan
elektron presipitator atau menggunakan penyinaran ultra violet.
- Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 (dua) kali setahun dilakukan pengambilan
sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu, dan gas).

Kualitas Udara Ruang sebaiknya :


- Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak)
- Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata
pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 ug/m3, dan tidak mengandung debu
asbes.

Pengendalian Kebisingan

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Konsep pengendalian kebisingan ditujukan untuk mengatasi kebisingan dari dalam bangunan
(interior noise/impact noise) dan dari luar bangu

Indeks Kebisingan Menurut Jenis Ruangan atau Unit


No Ruangan atau Unit Kebisingan Max

(Waktu pemaparan 8 jam dalam satuan dBA)

1 Ruang Pasien:

-saat tidak tidur 45


89
-saat tidur 40

2 Ruang Operasi umum 45

3 Anestesi, pemulihan 45

4 Endoscopy, Lab 65

5 Sinar X 40

6 Koridor 40

7 Tangga/Ramp 45

8 Kantor / Lobby 45

9 Ruang alat/Gudang 45

10 Farmasi 45

11 Dapur 78

12 Ruang cuci 78

13 Ruang Isolasi 40

14 Ruang Poli gigi 80


Ketentuan pemerintah melalui Permenkes telah menetapkan tingkat kebisingan yang diijinkan untuk
sebuah pelayanan kesehatan seperti rumah sakit yaitu antara 35 dB sampai 45 dB, sehingga
penyelesaian pengendalian kebisingan diupayakan melalui elemen interior seperti dinding atau partisi
di mana untuk rumah sakit paling tidak harus dapat meredam bunyi dengan frekuensi 40 dB - 45 dB
(Sinha, 1985).

Konsep yang digunakan untuk mengatasi masalah kebisingan adalah mengolah tata letak dan
perencanaan interior, pemilihan material bangunan serta finishing dinding sedemikian rupa yang dapat
mendukung pengendalian kebisingan tersebut. Di sisi lain, perencanaan tata massa bangunan juga
berperan dalam pengendalian kebisingan.

Penggunaan material seperti karpet, baik pada lantai maupun dinding dapat mereduksi kebisingan
sampai 70%. Penggunaan ceiling yang tepat juga dapat mereduksi kebisingan terutama dari lantai ke
lantai. Kebisingan juga dapat dihindari dengan tidak menggunakan bahan-bahan logam pada furniture

D. Struktur Bangunan

Modul dan Ukuran Bangunan


Ukuran bangunan menggunakan standar bangunan rumah sakit yang tergantung pada aktivitas
(utama) kegiatannya, sehingga modul mengikutinya. Massa bangunan menerapkan sistem modulor
dengan fleksibilitas yang cukup untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan aktivitas yang diwadahi.

Bahan Bangunan
Pemanfaatan material tetap mengutamakan segi ekonomis melalui penggunaan bahan bangunan
yang umum dan mudah didapat, namun diperoleh mutu konstruksi yang baik serta penyelesaian fasad
arsitektural yang memadai untuk mewujudkan citra kelas pelayanan prima.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Sistem Pondasi
Sistem pondasi yang digunakan tergantung dari karakter dan kemampuan daya dukung tanah di lahan
Rumah sakit yang direncanakan

Dinding Interior
Dinding ruang daIam diupayakan tetap mengutamakan segi kesehatan, yaitu menggunakan bahan
finishing dinding dan sistem konstruksi yang mudah dibersihkan, tidak menyimpan debu atau kotoran 90
dan warna yang dipilih adalah warna hangat untuk menunjang suasana penyembuhan. Pada ruang
tertentu yang telah diatur sesuai dengan standar persyaratan maka kualitas dinding menuruti aturan
dalam standar tersebut.

Bahan Lantai
Untuk menentukan bahan lantai perlu dihindari bahan-bahan yang licin untuk menghindari selip.
Penggunaan material yang licin, seperti keramik hendaknya dikombinasi dengan tekstur agar tidak
terlalu licin. Bahan-bahan seperti keramik, kayu, karet, vinyl dapat digunakan sebagai bahan lantai
yang sesuai untuk kursi roda dan stretcher. Bahan lantai dengan kandungan vinyl lebih tahan terhadap
abrasi.

Lantai dengan lapisan karet adalah bahan yang paling ideal untuk menghindari selip, terutama di toilet.
Keramik dengan tekstur atau berukuran kecil dengan banyak joint lebih baik dari pada keramik polos,
karena mempunyai daya tarik lebih besar sehingga menghindarkan selip
Bahan-bahan yang dapat dikatakan anti selip adalah bahan-bahan yang mempunyai koefisien
pergeseran minimal 0.6 (0.8 untuk ramp) dalam keadaan basah maupun kering. Bahan yang
memenuhi kriteria ini adalah karet. Bahan karet dapat menghindarkan selip, tahan terhadap abrasi,
minyak dan alkali, akan tetapi bahan karet tidak direkomendasikan pada dapur dan ruang operasi.
Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran
pembuangan air limbah. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar
mudah dibersihkan.

Bahan Atap
Hal Iain yang perlu diperhitungkan adalah penanggulangan masalah kebocoran pada waktu hujan,
yaitu dengan cara:
- memperhitungkan kemiringan atap
- memberi Iapisan plastik atau aluminium foiI pada bagian daIam atap
- memeriksa akurasi bentuk satuan genteng
- memeriksa kualitas genteng.
Kombinasi material penutup atap dipakai laminated glass ataupun fiberglass untuk kepentingan
memasukkan cahaya dalam ruang. Penutup plafon sebagai komponen atap menggunakan bahan
kedap suara dan mampu menjadi sekat api (fire proofing). Hal tersebut menjadi bagian dari upaya
mewujudkan kenyamanan privacy serta keselamatan bangunan.

Pintu dan Jendela


Lebar pintu dengan satu daun berkisar antara 80-90 cm agar kursi roda dapat masuk ke dalam
ruangan. Pada ruangan-ruangan yang penting, pintu yang digunakan adalah pintu dua daun dengan
lebar bersih minimal 120 cm. Lebar pintu ini untuk mengantisipasi masuk keluarnya stretcher.
Jendela harus dapat dibuka dan ditutup oleh anak-anak, dan orang di kursi roda. Ujung frame yang

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


berbahaya hendaknya diberi pengaman semacam karet. Untuk keamanan, jenis jendela yang
dianjurkan adalah jendela yang tidak mudah digerakkan oleh angin, dalam hal ini jendela geser lebih
efisien.

Bagi pasien berkursi roda, sangat sulit untuk membuka dua daun pintu, maka satu daun pintu minimal
mempunyai lebar 80-90 cm. Lebar daun pintu harus dapat mengakomodasi perpindahan stretcher dan
furnitur di dalam ruangan. Gagang pintu sebaiknya berada pada ketinggian 90 cm dari lantai sehingga
mudah dicapai orang dari kursi roda maupun anak-anak. Untuk memudahkan pengguna kursi roda, 91
sebaiknya pintu dapat berayun dari dua arah, sehingga dapat dengan mudah dibuka tutup dari dua sisi
ruangan.

E. Aspek Tata Interior


Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam tata interior adalah pencahayaan, dimensi, dan
material. Ketiga hal tersebut saling terkait dalam membentuk karakter ruang yang diinginkan.
Beberapa ruang dalam rumah sakit perlu mendapat perhatian mengingat penggunanya adalah pasien
yang mengalami gangguan kesehatan. Karakter ruang yang diciptakan juga harus mendukung usaha
penyembuhan sang pasien.

Prinsip yang digunakan dalam merencanakan interior ruang adalah dengan membedakan karakter
ruang yang hangat dan dingin. Karakter hangat dapat diterapkan pada ruang-ruang yang bersifat
publik, seperti ruang tunggu, lobby, serta ruang-ruang yang digunakan sebagai area terapi dan
penyembuhan. Untuk menciptakan karakter hangat dalam ruangan, dapat menggunakan warna-
warna seperti krem, orange pada unsur-unsur interior seperti dinding dan lantai. Ceiling yang lebih
rendah dapat membuat ruangan lebih cozy dan tidak formal, disamping itu, pasien dengan kursi roda
lebih nyaman berada di ruangan yang memiliki ceiling rendah.
Tekstur dan warna sangat mempengaruhi kesan pengguna ruangan terhadap ruangan. Ruangan
berkarakter hangat dapat membuat pengguna didalamnya merasa waktu berjalan lebih lambat.
Sedangkan, di dalam ruangan yang berkarakter dingin, waktu seakan berjalan cukup cepat. Oleh
karena itu, karakter dingin sangat sesuai digunakan pada ruang-ruang operasi. Karakter dingin dapat
dibentuk dari warna lighting, warna material serta furnitur yang ada di dalamnya.

Perbedaan yang kontras antara dinding dan lantai dapat membantu mengidentifikasi batas. Pintu
hendaknya berwarna kontras untuk memudahkan way finding pada saat kebakaran. Minimalkan
penggunaan cermin, karena dapat memecah konsentrasi dan orientasi. Pembatasan tekstur dan
warna perlu dilakukan untuk membantu pasien gangguan jiwa yang sensitif.

F. Aspek Keamanan dan Evakuasi


Sistem pengamanan pada rumah sakit direncanakan menggunakan dua sistem, yaitu aktif dan pasif. Sistem
keamanan aktif dapat menggunakan sistem monitor video (CCTV) yang diletakkan pada area-area yang kritis.
Sistem ini memungkinkan petugas untuk memonitor segala sesuatu yang terjadi dalam waktu 24 jam.

Sistem keamanan pasif didapat penataan lansekap dan pencahayaan luar ruangan yang memadai pada area-
area yang kritis, terutama pada malam hari. Sistem keamanan pada perencanaan fisik juga mencakup sistem
pengamanan bahaya kebakaran yang terkait dengan usaha evakuasi.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


92
BAGIAN 3

ISU KONTEMPORER
ARSITEKTUR RUMAH SAKIT
pendekatan-pendekatan yang merespon isu kontemporer

Perkembangan jasa layanan medis tidak dapat melepaskan diri dari perkembangan jaman dimana
berbagai isu kontemporer muncul dari waktu ke waktu. Isu tersebut muncul dalam relasi desakan
strategis pertimbangan pengelolaan, akibat pergeseran karakter pelayanan merespon dinamika
teknologi medik, ataupun perkembangan dalam rekayasa teknik termasuk perkembangan bahan
bangunan. Isu kontemporer misalnya besaran fasilitas sesuai tingkat okupansi yang memungkinkan
pertumbuhan, adanya tuntutan performa gedung sesuai dengan kelas layanan, performa fisik
bangunan beserta lingkungan terhadap kemudahan pemeliharaan dan biaya, tuntutan konservasi
bangunan dalam status benda cagar budaya dengan adaptasi fungsi baru, konservasi lahan dan
konservasi energi untuk kepentingan pelestarian dan keberlangsungan adalah sebagian isu-isu
mutakhir yang mengemuka dasawarsa ini.

Pada bab ini akan dibahas tentang pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dalam menanggapi
beberapa isu kontemporer.

1. Kesesuaian Besaran Fasilitas terhadap Okupansi Pelayanan

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Strategi penting adalah rumusan besaran dan jenis layanan dalam perspektif Renstra Rumah Sakit.
Dalam rumusan tersebut telah mewadahi kebijakan manajerial terkait dengan pentahapan serta
investasi. Terkait dengan fasilitas, maka beberapa hal ini harus menjadi pertimbangan yaitu:

a.Semua komponen struktur bangunan adalah tetap (fix) .


b.Pentahapan struktur bangunan harus didasarkan pada perencanaan beban maksimal serta
ketinggian struktur gedung tertentu.
c.Usia teknis bangunan dan infrastruktur diperhitungkan 25 tahun sesuai syarat dalam 93
Keciptakaryaan.
d.Pentahapan pelaksanaan sistem infrastruktur harus didasarkan pada rancangan sistem
keseluruhan yang matang.
e.Ruang pelayanan didasarkan pada persyaratan tertentu sehingga tidak semua ruang bisa
mengalami alih fungsi.

Bangunan gedung bisa diasumsikan sebagai alat produksi. Kapasitas alat produksi yang lebih
besar dari pada penjualan akan mengakibatkan inefisiensi. Inefisiensi secara langsung
akan menghasilkan biaya produksi tinggi yang lambat atau cepat akan menggulung lapangan bisnis
kita. Untuk itu sangat diperlukan penanda arah dan waktu. Kapan harus memperluas bangunan
sebagai tuntutan penambahan jenis atau kapasitas pelayanan dan sebaliknya kapan harus menunggu.
Secara prinsip gedung beserta infrastruktur penunjangnya sebagai aspek fisik akan mengikuti strategi
non fisik. Namun secara langsung investasi pembangunan gedung menjadi salah satu komponen
utama perhitungan biaya yang harus dikalkulasi dengan cermat tingkat pengembaliannya.
Oleh karena itu hal apa yang bisa menjadi pertimbangan pengelola dan pembuat kebijakan untuk
fasilitas kesehatan diantaranya adalah:
a.Laksanakan pembangunan gedung jika okupansi telah tinggi (>70%). Implikasi jika okupansi
terlalu tinggi maka kualitas pelayanan akan turun seiring dengan penurunan sanitasi dan daya
dukung gedung.
b.Laksanakan pembangunan gedung jika instalasi baru tersebut merupakan instalasi vital yang
mempengaruhi kinerja unit pelayanan lain. Misalnya Rawat Jalan akan membutuhkan mutlak
sarana prasarana diagnostik seperti pula rawat inap memerlukan instalasi rawat darurat dalam
kapasitas yang tepat.
c.Laksanakan pembangunan jika sarana prasarana penting telah rusak dan tidak bisa digunakan
lagi.
d.Rencanakan dan laksanakan pemeliharaan rutin.
e.Secara keuangan agenda pembangunan konstruksi baru bisa diagendakan setelah 6-7 bulan
kecuali pertimbangan khusus.

Jika prinsip prasyarat diatas belum ada, maka yang bisa dilaksanakan adalah:
a.Rehabilitasi gedung termasuk sarana prasarananya
b.Laksanakan perbaikan dalam kerangka pemeliharaan
c.Konsolidasi keruangan dalam konsep renovasi atau rehabilitasi

Rehabilitasi, renovasi dan perbaikan secara mutlak harus dengan anggaran belanja yang lebih rendah
sekitar maksimal 2/5 biaya pembangunan konstruksi baru. Oleh karena itu pahami dan putuskan
secara strategis.

Dalam ilustrasi tersebut diatas dituntut pemahaman teknis sebaik pertimbangan manajemen strategik.
Maka sedikit banyak perlu memahami komponen utama struktur bangunan yaitu pondasi, kolom, balok

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


beton, plat beton. Secara prinsip seluruh beban diatas tanah akan disalurkan kebawah oleh sistem
struktur serta dilandaskan ke tanah keras. Pondasi merupakan komponen bangunan terbawah yang
meratakan dan atau menyalurkan beban. Sistem dan jenis pondasi sesuai dengan daya dukung tanah
serta besar beban yang disalurkan. Besaran beban yang melampaui daya dukung tanah dan pondasi
akan menyebabkan rusaknya pondasi. Sehingga hindarkan penambahan beban struktur baru disemua
sistem struktur lama kecuali ekstensi yang telah diperhitungkan dari awal.

Dalam perkembangan bahan bangunan memungkinkan dipilih material dinding ringan permanen 94
(hebel) sehingga bisa mengurangi beban yang harus didukung oleh struktur bangunan atas. Selain itu
didukung adanya produk khusus adukan, acian, dan spesi yang memiliki daya rekat baik dengan berat
lebih ringan dengan nama dagang antara lain mortar utama.
Selain itu adanya produk lapisan ringan dengan kemudahan aplikasi serta kekuatan untuk menjadi
partisi ruangan sangat bermanfaat. Bahan yang tepat bahkan tidak saja menjadi penyekat ruang
namun sekaligus sebagai peredam suara dengan fleksibilitas yang baik untuk dipasang vertikal
sebagai komponen dinding atau horisontal sebagai komponen plafon. Masih banyak lagi dukungan
kemajuan teknologi bahan yang mendukung kebutuhan di lapangan.

2. Arsitektur Rumah Sakit yang Memiliki Kelas Layanan

Isu ini lebih mengarah pada kepentingan bertemunya aspek perencanaan fasilitas terhadap strategi
meraih segmen pasar bisnis. Kesesuaian besaran investasi fasilitas terhadap skenario aliran kas
sehingga bisa diperoleh stabilitas kondisi keuangan secara umum. Kenyataan yang terjadi adalah
kondisi fasilitas sangat mempengaruhi calon pembeli dan keputusanya. Semakin banyak aspek positif
ditemukan oleh pembeli dari produk layanan akan semakin baik bagi penyedia.
Tuntutan dasar terhadap layanan kesehatan adalah profesional dan bersih. Dari dua tuntutan dasar
tersebut maka implikasi terhadap fasilitas antara lain:
a.Tata ruang yang sesuai dengan kebutuhan layanan dengan antisipasi terhadap kapasitas
maksimal
b.Hubungan antar unit layanan sesuai dengan kebutuhan kenyamanan pasien sepenting standar
medik
c.Rancang bahan yang awet, aman, dan tidak menangkap debu. Dukung kondisi bersih melalui
rancangan warna dan cahaya. Kemudahan pemeliharaan dan efisiensi bujet akan menjadi
penyeimbang keputusan dalam perancangan bangunan

Namun disisi lain secara bersamaan tim perancang fasilitas harus menyesuaikan dengan tuntutan
meraih segmen pasar yang sesuai. Pencitraan terhadap layanan yang tercipta dari fasilitas harus
sesuai dengan kelas sasaran. Pencitraan yang berlebihan justru berakibat tidak menguntungkan.
Kondisi tersebut mengakibatkan calon pembeli tidak berani observasi atau spekulasi membeli layanan
sehingga berpindah pada alternatif yang sesuai dengan kemampuan dan harapan. Sedang dari sisi
pengelolaan ketidaksesuaian bisa berakibat unit biaya lebih besar dibanding pemasukan. Dalam
dinamika perkembangan rekayasa bangunan dan material, tuntutan tersebut tidak sulit untuk
diwujudkan.

Salah satu komponen bangunan yang membentuk citra layanan adalah penutup lantai. Keragaman
produk di lapangan memberi peluang banyak pilihan. Secara teknis yang menjadi pertimbangan
adalah ketebalan bahan, ketebalan lapisan permukaan untuk keramik, keseragaman dimensi,
kemampuan dukung, dan meski tidak terlalu vital yaitu keawetan warna dan kemenerusan produksi
tiap tipe. Dengan teknologi pembuatan yang baik dihasilkan keramik yang homogen. Homogenitas
tersebut membuat lebih kuat dan hasil tanpa pori-pori. Salah satu produk di pasaran menggunakan
nama Indogress.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Kebutuhan medik tertentu lebih bersifat mutlak dibanding pertimbangan lainnya. Sebagai contoh
fasilitas gedung di unit Bedah telah memiliki standard clean room tertentu dengan syarat aliran ruang
menyangkut sterilitas, bahan permukaan serapat mungkin tanpa celah meminimalkan sambungan,
menghindari sudut yang sulit dalam pemeliharaan sampai dengan dukungan kelengkapan infrastruktur
yang baku. Perkembangan bahan yang mendukung diantaranya lapisan permukaan lantai tanpa celah
berbahan vynil dengan ketebalan tertentu. Aplikasi menggunakan bahan perata dan perekat berlapis
menghasilkan permukaan datar. Lapisan permukaan anti gores dan anti bakteri menghindari cacat 95
permukaan yang sering tidak dapat dicegah dalam penggunaan alat bergerak. Selain itu pertimbangan
keamanan pengguna adalah karakter anti selip. Lembar material fleksibel memungkinkan
dilengkungkan dalam sudut tertentu. Di pasaran salah satunya dengan nama dagang tajima.
Bahan yang mendukung kebutuhan fasilitas yang bersih dan sehat antara lain plint lantai. Plint lantai
merupakan penutup permukaan lengkung antara lantai dan dinding. Sekaligus kepingan bahan
tersebut menghindari munculnya kotor pada permukaan bawah dinding akibat pengepelan lantai.
Penyiasatan beberapa kali berhasil dipraktekkan terutama pada fasilitas Rumah Sakit yang telah
terbangun dan layanan telah berjalan. Untuk menyesuaikan pencitraan bangunan terhadap layanan
digunakan konsep mengangkat kulit wajah (face-lift). Pertimbangan utama adalah:
a.Bahan dan sistem kulit baru tidak boleh merusak atau membebani struktur yang telah ada.
b.Kulit baru harus sesuai dengan tuntutan aktivitas ruang dalam dibaliknya.
c.Garis rancangan dan pembentuk kulit baru harus sesuai dengan pencitraan layanan (brand
image).

Bahan yang ada di pasaran penunjang kepentingan tersebut antara lain lembaran aluminium cladding
dalam modul tertentu dengan keragaman warna serta teknik dan bahan penggantung rangka hollow.
Atau bahan kaca dengan warna beragam yang terus mengalami peningkatan karakter antara lain tidak
meneruskan sinar UV, lapisan dan teknik tertentu menghindari pecah serpih, anti jamur atau noda,
lapisan tertentu yang menghambat kemenerusan pandangan.
Bahkan dalam rancangan yang ekonomis, perubahan warna cat dinding dalam komposisi yang baik
akan menghasilkan perubahan citra bangunan. Perkembangan teknologi dan bahan pembentuk cat
memudahkan dalam memperoleh perlindungan dinding, penutupan pori-pori yang sempurna, lapisan
anti bakteri, anti jamur, anti noda. Sebagai contoh dalam produk di pasaran dengan nama Jotun.
Material didukung oleh kehandalan pantauan pabrik yang ketat dalam syarat kondisi bidang aplikasi
membuat hasil pengecatan yang baik.

3. Performa Fisik Bangunan dan Lingkungan Terhadap Kemudahan


Pemeliharaan dan Biaya

Kemudahan pemeliharaan merupakan faktor penting dalam pertimbangan desain. Kesalahan dalam
desain akan menjadi beban biaya seumur bangunan beroperasi. Pemeliharaan menyangkut rincian
kualitas permukaan yang berhubungan dengan kondisi ruang. Sangat penting untuk dipahami
pembedaan tuntutan bagi ruang luar dan ruang dalam. Perbedaan tuntutan salah satunya disebabkan
oleh skala, jangkauan pengamatan, dan pemanfaatan.

Sebagai contoh aplikasi pengecatan bertekstur pada ruang dalam sebaiknya dihindari karena
permukaan tersebut menuntut bebas debu sehingga tidak tepat mengaplikasikan jendela hidup disisi
lain, dengan demikian perlu pengkondisian udara buatan yang harus diperhitungkan dalam bujet
konsumsi listrik. Namun teknik pengecatan tersebut masih memungkinkan diaplikasikan pada
permukaan dinding luar bangunan untuk menghasilkan citra alami. Kualitas cat yang baik dengan
kandungan anti lumut dan bakteri bisa mencegah turunnya kualitas permukaan dinding. Ataupun
penggunaan batu alam dengan treatment tertentu untuk lapisan permukaan anti lumut.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Kemudahan pemeliharaan antara lain dengan pertimbangan ada tidaknya sistem yang bisa
menjangkau komponen bangunan secara mudah. Sebagai contoh komponen atap bangunan pada
gedung bertingkat sedang hingga tinggi. Untuk itu secara fungsional perlu dipilih bahan yang tahan
lama, segmen tidak mudah lepas, serta mempunyai daya dukung tinggi. Disisi lain pertimbangan
kelengkapan alat pendukungnya..

Terkait dengan biaya, pilihan material bangunan dipertimbangkan dalam aspek ketahanannya. Salah
96
satu yang mempengaruhi usia teknis bahan adalah ketepatan dalam pengkondisian seperti yang
dipersyaratkan. Perubahan suhu serta perbedaan kelembaban akan berpengaruh terhadap fisik
bahan.

Hal kecil yang perlu dipertimbangkan juga adalah efisiensi penggunaan bahan terhadap rancangan.
Oleh karena semua bahan bangunan memiliki dimensi modul yang sama atau hampir sama disetiap
jenisnya, maka penggunaan ukuran dengan perhitungan kelipatan akan tidak menyisakan bahan
bangunan.

4. Arsitektur Rumah Sakit yang merespon Konservasi Cagar Budaya dan


Beradaptasi dengan Fungsi Baru

Beberapa bangunan memiliki status sebagai benda cagar budaya. Bangunan yang merupakan benda
cagar budaya secara status diikat oleh Undang-undang Cagar Budaya. Pada sebagian kota bahkan
telah diterbitkan list gedung-gedung yang masuk dalam kategori Cagar Budaya. Perlu secara pasti
memahami ruang lingkup pelestarian. Apakah bangunan, bangunan dan lingkungan, lingkungan saja
atau bahkan distrik hingga kawasan sekitar rumah sakit. Setelah itu perlu dirumuskan ketepatan
tindakannya.
Secara prinsip tindakan pelestarian lebih tepat untuk ditekankan pada keberlangsungan bangunan
terkait dengan kehidupan. Artinya aset cagar budaya yang lestari tidak saja secara fisik namun juga
pemanfaatan gedung tersebut dalam fungsi baru yang tanggap terhadap perkembangan dan sesuai
dengan guna ruang dominan sekitarnya. Dengan demikian tidak menutup kemungkinkan dilaksanakan
pembangunan gedung baru diantara aset cagar budaya dengan menjawab tolok ukur kesesuaian
sebagai berikut: Gaya (style), Kriya (workmanship), Bahan (materials), Kegunaan (function), dan
Kesinambungan (continuity).

Tindakan dan metode dalam penanganan pelestarian bangunan dan lingkungan adalah:
a.Inventarisasikan secara lengkap seluruh aset bangunan, lahan dan infrastruktur
b.Kajian delineasi dan status bangunan beserta lingkungannya
c.Konsultasikan rencana tindakan pelestarian ke Balai Pelestarian Bangunan Cagar Budaya yang
ada di provinsi
d.Susun rencana teknis dan detil perancangan
e.Implementasi rencana

Secara prinsip teknis yang harus dipahami adalah:


a. Sebagian besar atau semua sistem struktur gedung cagar budaya tidak menggunakan beton
rangka namun dinding penyangga beban, sehingga semua komponen bangunan adalah bagian
dari sistem struktur .
b. Komponen bangunan rata-rata unik sulit bahkan tidak lagi diproduksi kecuali dalam pemesanan
khusus.
c.Usia menyebabkan kemungkinan jaringan infrastruktur tidak layak digunakan lagi. Selain itu
sistem jaringan lama tidak lagi efisien terhadap beragam kepentingan baru.
d.Rata-rata memiliki level plafon yang tinggi sehingga memungkinkan dilaksanakan penataan ruang
dalam sesuai dengan adaptasi fungsi baru sekaligus memperoleh efisiensi volume ruang.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


e.Akibat belum aplikasi teknik beton kedap air membuat sebagian dinding lembab akibat kapilerisasi
air tanah. Bisa dilaksanakan injeksi waterproofing secara merata pada dinding diatas lantai.

Namun dengan perkembangan bahan bangunan, adaptasi garis desain, warna, dimensi bisa
dilaksanakan dengan bahan baru dan teknologi baru. Misalnya tuntutan adaptasi detil pada pintu
jendela termasuk teknik penggantungan berpeluang untuk diaplikasikan pada bahan baru. Salah satu
produk di pasaran yang melaksanakan hal tersebut adalah Fentura Windows.

5. Konversi Lahan dan Konversi Energi 97

Pembangunan berkelanjutan merupakan semangat yang melekat di era ini. Berkelanjutan artinya tidak
saja memikirkan keperluan saat ini namun mempertimbangkan lingkungan tempat hidup bagi generasi
mendatang. Salah satunya mengandung arti bagaimana pembangunan dapat berjalan tanpa
melampaui ambang batas daya dukung lingkungan saat ini tanpa mengurangi hak generasi
mendatang untuk hidup, membangun dan mencukupi kebutuhannya. Untuk itulah salah satunya
kepatuhan dalam angka maksimal lahan boleh tertutup (building coverage) serta kepadatan terkait
dengan total luas lantai menjadi harga mutlak. Termasuk pula semaksimal mungkin mempertahankan
profil muka tanah alami. Untuk itu diperlukan kecerdasan dalam merancang hubungan antar fungsi
serta distribusi fungsi yang efisien serta nyaman. Rencanakan pemanfaatan lahan yang tepat dengan
ruang terbuka yang memadai tertanami oleh pohon yang sekaligus memiliki peran neka guna.

Jika kita kaji tindakan konservasi lahan secara prinsip erat berhubungan dengan upaya pelestarian
energi karena secara langsung atau tidak akan mempengaruhi kondisi lingkungan. Syarat keamanan
lingkungan terpenuhi akan berakibat positif pada stok air tanah serta penjagaan kualitas lingkungan
dari polusi. .
Kondisi mutlak terhadap hasil aktivitas rumah sakit adalah pentingnya pengolahan sampah medik
secara khusus, pengelolaan limbah cair sehingga faktor infeksi tidak mencemari lingkungan serta
eksplorasi air tanah secara bijaksana.

Berhubungan dengan konsumsi energi, rumah sakit merupakan salah satu fungsi yang membutuhkan
dukungan energi tinggi. Sumberdaya tersebut antara lain: listrik, bahan bakar untuk operasionalisasi
alat catu daya cadangan listrik, air bersih, tanah sehat, udara bersih. Dalam segala kondisi pelestarian
sumberdaya merupakan hal yang tidak disangkal. Untuk itu rancangan bangunan beserta sistem
penunjangnya diarahkan untuk pemanfaatan yang lestari. Hal sederhana yang digunakan sebagai
template pada penataan lay-out instalasi rawat jalan/poliklinik pada masterplan Rumah sakit adalah
menempatkannya dalam sebuah jejalur paralel yang memungkinkan diletakkannya ruang tunggu di
sisi luarnya sehingga ruang tunggu tersebut dapat memanfaatkan bantuan pencahayaan dan
penghawaan alami (tidak secara total), sehingga dapat memotong biaya operasional yang harus
dikeluarkan.

6. Arsitektur Rumah Sakit yang Tanggap Bencana


Melihat adanya potensi gempa di tanah air maka dalam bangunan rumah sakit harus tanggap
terhadap potensi yang ada dan kemungkinan terjadi. Rumah sakit adalah bangunan publik yang secara
fungsional mempunyai peran sebagai muara evakuasi korban bencana. Dengan kata lain, bangunan
gedung rumah sakit harus tetap berdiri dan melaksanakan pelayanan apapun kondisi disekitarnya.

Terkait dengan hal tersebut, maka pertimbangan lokasi menjadi faktor penting. Pilih lahan yang tidak
dekat dengan bahaya seperti misalnya perbukitan rawan longsor, lahan yang memiliki jenis tanah
sensitif (tanah mengembang), ataupun tepi pantai terbuka. Jika tidak dimungkinkan pemilihan lokasi
yang lebih baik maka diperlukan sistem pengamanan dengan rekayasa teknis yang tepat.

ARSITEKTUR RUMAH SAKIT


Rancangan struktur merupakan aspek penting terhadap keamanan bangunan. Struktur serta bahan
gedung harus mempunyai kelenturan atau daktilitas yang baik serta mempunyai daya tahan terhadap
kerusakan. Perhitungan pembebanan dalam perencanaan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI) didukung kesempurnaan dalam pelaksanaan menjadi aspek metodologi yang dipersyaratkan.

Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa telah dikeluarkan dan disosialisasikan
oleh Departemen Pekerjaam Umum. Dalam pedoman tersebut telah mengatur metode dan cara antara
lain: penempatan dan pengaturan tulangan, teknik sambungan antar komponen balok-plat-kolom-
98
pondasi, kualitas tahan tekan beton minimum 175 kg/cm2 dan kekuatan tarik baja 2400 kg/cm2.
Semua material bangunan selalu mempunyai spesifikasi teknis yang tidak boleh dilanggar untuk
mendapatkan keamanan struktur sehingga perencanaan dan pelaksanaan merupakan kunci utama
yang tidak boleh ditinggalkan salah satu.

Keamanan lain yang harus diperhitungkan adalah keselamatan pengguna. Hal tersebut menyangkut
jalur evakuasi yang jelas, memenuhi standar dimensi, jumlah dan sebaran serta bahan bangunan yan
tepat. Selanjutnya dukungan terhadap keamanan dan keselamatan pengguna adalah bagian dari
peran utilitas mekanikal dan elektrikal. Hal tersebut antara lain: kinerja alat deteksi asap, api serta suhu
panas; hidran atau lain sebagai bagian dari sistem pengendalian kebakaran; sistem penangkal petir
yang aman. Tidak ada satupun bahan dan sistem yang mengatakan dirinya aman terhadap bencana.
Namun dengan perencanaan yang tepat dan cermat maka waktu kritis bisa terlampaui sebelum
memasuki waktu luruh/rusak teknis bahan.

Anda mungkin juga menyukai