Anda di halaman 1dari 49

HALAMAN PENGESAHAN

Disusun Sebagai Syarat Kelulusan Mata Kuliah Fisika Dasar


Asisten I Asisten IV

(Agus Ridwan.S) (Sudandy Rozal)


G1B G1B
Asisten II Asisten V

(Djarot Abdi Haryono) ( A. Zuanasrullah,JM)


G1B G1B
Asisten III Asisten VI

(Muhammad Taufikurrahman) (Annisa Fithriyani)


G1B G1B
Koordinator Asisten

(Ahmad Nurullah)
G1B 008022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kita nikmat berupa nikmat kesehatan yang berlimpah sehingga kami
selaku penyusun bisa menyelesaikan pembuatan laporan ini.
Kedua kalinya kami menghanturkan shalawat serta salam kepada
junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam terang benderang sehingga kita diberkahi banyak ilmu
pengetahuan.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini khususnya bagi anggota-anggota yang saling membantu
dalam proses pembuatan laporan ini sehingga laporan ini bisa tersusun dengan
baik.
Kami menyadari dalam pembuatan laporan ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sehingga laporan selanjutnya bisa tersusun lebih baik.

Mataram, November 2011


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................ iii
Praktikum 1 Intensitas Bunyi ............................................... 1
Praktikum 2 Gaya Dalam Kesetimbangan............................ 2
Praktikum 3 Pusat Gravitasi Tubuh.................................. 3
Praktikum 4 Lensa Tipis........................... 4
Praktikum 5 Osciloskop........................................................ 5
Praktikum 6 Refraktometer................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA
ITENSITAS BUNYI

A. PELAKSANAAN
1. TUJUAN
- mengukur intensitas bunyi dari suatu sumber bunyi
2. WAKTU
- Hari/tanggal : kamis,20-oktober-2001
- Jam : 11.00-02.00 wita
3. TEMPAT
- Lab.Fisika Fakultas Mipa (UNRAM)

B. ALAT dan BAHAN


1. ALAT
- Soundlevel meter
- Sumber bunyi/Generator sumber bunyi
- Jangka sorong/Mikrometer sekru
2. BAHAN
- Bahan penyekat ( Kayu, Plastik )

C. LANDASAN TEORI

Gelombang bunyi di definisikan sebagai gelombang mekanik longitudinal


yang memiliki frekuensi 20-20.000HZ yang menjalar melalui medium elastis dan
dapat di tangkap oleh indra pendengar. Bunyi yang memiliki frekuensi <20HZ
tidak terdengar oleh indra pendengar di sebut sebagai Intrasonik. Sedang kan
bunyi yang memiliki frekuensi >20.000HZ di sebut Ultrasonik, bunyi ini
mempunyai efek pada indra pendengar.
Pada gelombang bunyi mempunyai kelajuan yang berbeda-beda di dalam
suatu medium. Berbagai faktor yang mempengaruhi penjalaran gelombang bunyi
yaitu bentuk sumber geometri, keadaan atmosfer, alat digital, bahan-bahan
absorber, dan ketebalan ( plasik, kayu ).
Geometri sumber bunyi berpengaruh pada arah penyebaran energi gelombang
bunyi sebagai akibat penyebaran muka gelombang. Pada geometri ini tidak
bergantung pada frekuensi gelombang bunyi geometri ini juga memiliki efek yang
sama untuk semua keadaan. Geometri dibagi menjadi dua macam sumber
gelombang, yaitu :
a. Geometri berbentuk bola.
b. Geometri berbentuk silinder.

Gelombang bunyi pada geometri ini akan kehilangan energi apabila penyebaran
nya sesuai dengan bentuk geometri tersebut.
Keadaan atmosfer yang mempengaruhi penjalaran pada gelombang bunyi
yang melalui dua jenis mekanisme, yaitu efek viscositas dan relaksasi molecular.
Pada gelombang bunyi yang memiliki frekuensi tinggi akan tetap terserap oleh
atmosfer yang lebih banyak di bandingkan dengan gelombang yang memiliki
frekuensi yang rendah maka jumlah penyerapan gelombang bunyi oleh atmosfer
ini akan bergantung pada tempratur dan kelembaban nya.
Intensitas gelombang bunyi ini juga di definisikan juga sebagai laju garis
gelombang bunyi rata-rata yang di transmisikan dalam arah tertentu melalui
satuan dan luasan yang tegak lurus
Intensitas gelombang bunyi secara sistematis di nyatakan sebagai
W
I=
A
Dengan keterangan
- I : intensitas ( watt )
- A : luasan yang melingkupi sumber ( m2 )
- W : daya ( watt )
Intensitas suatu sumber gelombang bunyi bergantung juga pada sumber atau jenis
nya. Untuk sumber yang berbentuk titik misal nya sumber berupa mesin pesawat
atau pabrik. Intensitas gelombang nya merupakan fungsi jarak r dari sumber
tersebut, yaitu :
w
i=
4 r2
Kekerasan sumber pada gelombang bunyi juga biasa nya di nyatakan dalam suatu
desibel ( dB )
I
Yaitu : ( dB ) = Io Log
Io
Keterangan :
- I : intensitas ( watt )
10
- Io : Intensitas ambang W/ m2

D. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Di atur susunan peralatan menurut skema

b. Di hidupkan soundlevel meter pada posisi ON, lalu di amati dan catat taraf
intensitas noise (background noise) yang di tunjukkan soundlevel meter
sebelum melakukan pengamatan intensitas sumber bunyi.
c. Di hidupkan generator pembangkit sumber bunyi.
d. Di amati besar nya taraf intensitas yang di tunjukkan oleh soundlevel
meter dengan tanpa adanya medium di antara sumber dan soundlevel
meter.
e. Di letakkan penghalang atau medium absorber dengan ketebalan tertentu
antara sumber bunyi dan soundlevel meter. Lalu di amati atenuasi taraf
intensitas yang di tunjukkan soundlevel meter.
f. Di lakukan percobaan 2 5 kali, untuk frekuensi sumber bunyi dan
medium absorberyang berbeda-beda.

E. HASIL PENGAMATAN
a) Tampa Absorber

N SUMBER TI () BUNYI (dB) INTENSITAS BUNYI (watt/m2)


O BUNYI
SINYAL 102,8 0,019
103,7 0,023
GENERATOR
103,6 0,022
103,5 0,022
103,4 0,020

b) Dengan Absorber

N Bahan Ketebelan TI() Bunyi Intensitas Bunyi


O Absorber Absorber (m) (dB) (watt/m2)
1 Gelundung 4 6,01 x 10-3 93,4 3938,531573
2 Rajumas 3 6,5 x 10-3 95,7 3673,508833
3 Kemiri 4 6,01 x 10-3 96 3969,181625
4 Kapuk 4 7,03 x 10-3 93,9 3390,007925

F. ANALISIS DATA
RUMUS
- Penentuan intensitas bunyi
1 = 10 . 10 (/10)
- Menentukan koefisien atenuasi
I
N=

10 =( )
10
x2
X

- Tanpa Absorber

I = 10 . 10 (/10)

= 10-12 . 10 (102,8/10)
= 10-12 . 1010,28
= 10-1,72 watt/m 2

- Dengan Absorber
Gelundung 4
(1/10)
-N =
x

101,72
( )
= 1012
6,,01 x 1013

(1010,28)
=
0,00601
= 3938,531573 watt/m2
A. Tanpa absorber
I = 10.10 (/10)
= 10-12.10 (103,7/10)
= 10-12.1010,37
= 101,63 watt/m2

- Dengan Absorber
Rajumas 3
(1/ 10)
N=
x
101,63
=
(
1012 )
6,5 x 103

(10 10,37)
=
0,0065
= 3673,508833 watt/m2
B. - Tanpa Absorber - Dengan Absorber
I = 10. 10(/10) Kemiri
(1/10)
= 10-12. 10(103,6/10) N=
x
101,64
( )
= 10-12. 1010,36 = 1012
6,01 x 103
(1010,36)
= 10-1,64 watt/m2 =
0,00601
= 3969,181625 watt/m2
C. Tanpa Absorber - Dengan Absorber
I = 10. 10 (/10) Kapuk 4
(1/10)
= 10-12. 10(103,5/10) H=
x
101,65
( 12 )
= 10-121010,35 = 10
7,03 x 103
10,35
(10 )
= 101,65 watt/m2 =
0,00703
= 3390,007925 watt/m2

D. Tanpa Absorber
I = 10 . 10(/10)
= 10-12 . 10 (103,4/10)
= 10-12 . 1010,34
= 10-1,66 watt/m2

G. PEMBAHASAN
Intensitas bunyi adalah besar nya suatu energi gelombang yang melewati suatu
permukaan. Intensitas bunyi pada perambatan nya dalam medium di pengaruhi
oleh ketebalan papan penghambat dan kerapatan dari benda tersebut. Pada benda
tersebut, sumber energi yang di tangkap oleh sinyal generator memiliki nilai
paling tinggi yang tidak di lapisi dari pada yang di lapisi, hal ini di sebab kan
karna gelombang yang di tangkap langsung menuju alat ukur sedang kan apabila
ada penghambat gelombang bunyi akan di pantulkan kembali sebagian
nyasehingga energi yang di tangkap akan lebih besar.
Pada pengukuran yang menggunakan hambatan gelombang akan lebih kecil
pada lapisan atu hambatan yang lebih tebal sebab gelombang bunyi lebih sedikit
di tangkap oleh alat ukur ( sinyal generator ).
Sedangkan pengukuran yang menggunakan hambatan gelombang yang tebal
maka hambatan nya pun lebih tipis sebab gelombang bunyi akan lebih banyak
yang di tangkap oleh alat ukur ( sinyal generator ) tersebut.

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
- Faktor yang mempengaruhi taraf intensitas bunyi ( dB ) dan intensitas
bunyi ( Watt ), yaitu Bentuk sumber geometri, keadaan atmosfer, alat
digital, bahan-bahan absorber, ketebalan ( plasti, kayu )
- Semakin tipis ketebalan ( plastik, kayu ) maka dominan nya pada taraf
intensitas ( Watt ) dan Ti () bunyi (dB) hasil nya lebih tinggi di
bandinkan dengan ketebalan ( plastik, kayu ) yang lebih tebal.
- Mahasiswa bisa menggunakan alat pengukuran intensitas buyi baik
yang absorber maupun yang tidak menggunakan absorber.

2. Saran
Di saran kan kepeda asisten peraktikum agar memberikan kemudahan dalam
penyusunan laporan akhir ini dan bisa di terima sebagai laporan nilai akhir.

GAYA DALAM KESETIMBANGAN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan :
- Menjelaskan tentang hokum Newton I
- Mahasiswa dapat mengetahui gaya-gaya dalam
keseimbangan

2. Waktu Praktikum : Kamis, 20 Oktober 2011


3. Tempat Praktikum : Laboratorium Fisika FMIPA Universitas Mataram

B. ALAT DAN BAHAN


1. Alat Praktikum :
- Bujur Sangkar
- Katrol
- Riang serarip
- Massa
- Bahan nilon

C. LANDASAN TEORI
Hukum Newron adalah hokum fisika yang menjadi dasar mekanika
klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja
pada suatu benda gerak yang disebabkan.
Hokum-hukum Newron pada hakikar pertumbuhan dan
perkembangan mekanika khususnya dinamika, bertumpu pada hukum-
hukum newron yang dikenal sebagai hokum mersia dan hukum aksi reaksi.
Hokum Inersia
Hukum Inersia Newron menyarankan bahwa semua materi
cenderung mempertahankan gerakannya, yakni tetap diam kalau radinya
tetap diam dan bergerak dengan kecepatan tetap. Kalau radinya
demikian. Pernyataan lazim dinamakan Hukum Newron I.
Bahwa materi cenderung mempertahankan keadaan geraknya,
berartisetiap perubahan geraknya akan menimbulkan reaksi yang berupa
apa yang disebar gaya reaksi inersia yang dikatakan sebagai gaya semu,
Karena tiada sumber gya yang nyata. Sebagai contohnya didalam
kendaraan kita merasa terpental kesamping sewaktu kendaraan yang kita
tumpangi mendadak berbelok. Hal yang sama juga terjadipada waktu
kita tumpangi mendadak di percepat atau di rem.
Akibat adanya reaksi inersia, untuk memungkinkan perubahan
gerak atau atau menggerakan, diperlukan apa yang disebut gaya untuk
mengatasi atau melawan gaya reaksi inersia tersebut. Hokum Newron I
berbunyi Benda yang dalam keadaannya untuk tetap diam dan benda
yang sedang bergerak lurus beraturan akan cenderung
mempertahankannya. Hokum Newronhanya bekerja pada pada benda
yang diam dan tidak mengalami percepatan karena F 1+F2+F3 gaya tetap
atau konstan sehingga gaya tarik menarik akan nol.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mngambil tiga beban yang berbeda dan menggantungkan beban tersebut
pada benang
2. Dipastikan simpul ikatan tepat bersimpul pada titik pusat busur derajat
3. Diukur ketiga sudut
4. Gambar diagram vector gaya dengan sudut masing-masing( , , g)untuk
setiap set data (F1, F2,F3) Kemudian membuat sketsa gaya yang sesuai,baik
arah maupun besarnya.

E. HASIL PENGAMATAN

M1 M2 M3 %error
NO Fh Fv
(gr) (gr) (gr) Fh Fv
-0,075
1 200 150 175 105 130 120 -0,082N 3,71% 4,37%
N
0,055
2 225 200 200 110 124 125 0,0124N 0,45% 2,806%
N
0,017
3 275 225 300 114 134 110 -0,02N 0,64% 0,58%
N
- 0,043 1,1125
4 350 250 400 122 141 100 2,45%
0,0431N 4N %
-
14,807
5 400 250 450 114 131 110 -0,812N 0,653 20,13%
%
N

F. ANALISIS DATA

1. Dik : m1=200 gr =0,2 kg F1= m1.g

m2=150gr =0,15 kg = 0,2 . 9,8


m3=175gr =0,175 kg = 1,96N
=105o F2= m2.g
=130o = 0,5 .9,8
g=9,8ms-2 = 1,47 N
F3= m3.g
= 0,175. 9,8
= 1,715N
Dit : Fh, Fv, % error horizontal & vertical
Jawab : Fh= F2 cos (-90) - F1 cos (-90)
= 1,47 cos (105-90) 1,46 cos (130-90)
= 1,47 cos (15) 1,46 cos (40)
= 1,47.0,965 1,46 . 0,766
= 1,41855 1,501
= -0,082 N
Fv= F1 sin (-90) + F2 sin (-90) F3
= 1,96 sin (40) + 1,47sin (15) 1,715
= 1,26 + 0,38 1,715
= 0,25925N

% error horizontal= Fh x 100 %

0,5 x [F1 cos (-90) + F2 cos (-90)]


= 0,082 x 100 %

0,5 x [1,501 + 1,41855]


= 8,2 %

2,21

= 3,71 %

% error vertical= Fv x 100 %

F3

= 0,075 x 100 %

1,715
= 7,5 %

1,715

= 4,373 %

2.Dik : m1=225gr =0,225 kg F1= m1.g

m2=200gr =0,2kg = 0,225.9,8


m3=200 gr =0,2 kg = 2,205 N
=110o F2= m2.g
=124o = 0,2. 9,8
g=9,8 ms-2 = 1,96 N
F3= m3.g
= 0,2. 9,8
= 1,46 N
Dit : Fh, Fv, % error horizontal & vertical
Jawab : Fh= F2 cos (-90) - F1 cos (-90)
= 1,96 cos (110-90) 2,205 cos (124-90)
= 1,96 cos (20) 2,205cos (34)
=1,96.0,94-2,205.0,83
= 1,8424-1,83
= 0,0124 N
Fv= F1 sin (-90) + F2 sin (-90) F3
= 2,205 sin (34) + 1,96 sin (20) 1,46
= 2,205. 0,56+ 1,96. 0,342 1,96
= 1,235 + 0,67 1,96
= -0,055 N
% error horizontal= Fh x 100 %

0,5 x [F1 cos (-90) + F2 cos (-90)]


= 0,0124 x 100 %
0,5 x [1,83 + 1,8424]
= 1,24 %

2,751

= 0,45

% error vertical= Fv x 100 %

F3

= 0,055 x 100 %

1,46

= 5,5 %

1,96

= 2,806 %
3.Dik : m1=275gr =0,275 kg F1= m1.g

m2=225gr =0,225kg = 0,275.9,8


m3=300gr =0,3kg = 2,645 N
=114o F2= m2.g
=134o = 0,225. 9,8
g=9,8 ms-2 = 2,205 N
F3= m3.g
= 0,3. 9,8
= 2,44N

Dit : Fh, Fv, % error horizontal & vertical


Jawab : Fh= F2 cos (-90) - F1 cos (-90)
= 2,205 cos (114-90) 2,695 cos (134-90)
= 2,205 cos (24) 2,695 cos (44)
=2,205.0,87-2,695.0,75
= 1,92-1,94
= 0,02N
Fv= F1 sin (-90) + F2 sin (-90) F3
= 2,695 sin (44) + 2,205 sin (110-90) 1,46
= 2,69.0,75+ 2,205. 0,485 2,45
= 1,887 1,07 2,94
= 0,017 N
% error horizontal= Fh x 100 %

0,5 x [F1 cos (-90) + F2 cos (-90)]


= 0,02x 100 %

0,5 x [1,94 + 1,42]


= 2 %

2,4

= 0,64%

% error vertical= Fv x 100 %

F3

= 0,017 x 100 %

2,44

= 1,7 %

2,44

= 0,58 %
4.Dik : m1=350gr =0,35kg F1= m1.g
m2=250gr =0,25kg = 0,35.9,8
m3=400 gr =0,4 kg = 3,43N
=122o F2= m2.g
=141o = 0,25. 9,8
g=9,8 ms-2 = 2,45 N
F3= m3.g
= 0,4. 9,8
= 3,92N
Dit : Fh, Fv, % error horizontal & vertical
Jawab : Fh= F2 cos (-90) - F1 cos (-90)
= 2,45 cos (122-90) 3,43cos (141-90)
= 2,45 cos (32) 3,43cos (51)
=2,0825-2,1609
= -0,0784N

Fv= F1 sin (-90) + F2 sin (-90) F3


= 3,43 sin (51) + 2,45sin (32) 3,92
= 3,43. 0,777+ 2,45. 0,52 3,92
= 2,665+1,2985-3,42
= 0,04361 N
% error horizontal= Fh x 100 %

0,5 x [F1 cos (-90) + F2 cos (-90)]


= 0,0784 x 100 %

0,5 x [2,1604+ 2,0825]


= 7,84 %

3,20215

= 2,45%

% error vertical= Fv x 100 %

F3
= 0,04361 x 100 %

3,42

= 4,361 %

3,92

= 1,1125 %

5..Dik : m1=400gr =0,4kg F1= m1.g

m2=250gr =0,25kg = 0,4.9,8


m3=450 gr =0,45 kg = 3,92N
=114o F2= m2.g
=131o = 0,25. 9,8
g=9,8 ms-2 = 2,45 N
F3= m3.g
= 0,45. 9,8
= 4,41N

Dit : Fh, Fv, % error horizontal & vertical

Jawab : Fh= F2 cos (-90) - F1 cos (-90)


= 2,45 cos (119-90) 3,92cos (131-90)
= 2,45 cos (29) 3,92cos (41)
=2,45.0,875-3,92-0,755
= 2,148-2,96
=-0,812N

Fv= F1 sin (-90) + F2 sin (-90) F3


= 3,92 sin (41) + 2,45sin (29) 4,41
= 3,92. 0,656+ 2,45. 0,484 4,41
= 2,571+1,186-4,41
= -0,653 N
% error horizontal= Fh x 100 %

0,5 x [F1 cos (-90) + F2 cos (-90)]


= 0,812x 100 %

0,5 x [2,96+ 2,148]


= 81,2%

4,043

= 20,13%

% error vertical= Fv x 100 %

F3

= 0,653 x 100 %

4,41

= 65,3%

4,41

= 14,807 %

G. PEMBAHASAN
Percobaan rangkaian yang dilakukan untuk membuktikan Hukum Newton
I bahwa jika tidak ada gaya yang mempengaruhinya pada benda tersebut akan
diam. 3 buah gaya yaitu F1+F2+F3 akan membetuk sudut (360o).
Gaya tarik menarik antara () yang dihasikan oleh massa m 1+m2+m3 saat
dalam keadaan diam atau tetap akan nol. Sudut yang dibuat dari tali nylon atau F 1
dengan F2 dan F3 adalah ( dan ) akan berubah-ubah besar sudutnya
tergantung dari gaya dari F1 dengan F2 dan F3 yang dihasilkan oleh m1+m2+m3
semakin besarnya beda salah satu sisi maka hasil sudutnya pun akan semakin
berbeda.
Jika () gaya pada F1 lebih keras atau besarnya maka berpengaruh terhadap
() sedangkan gaya pada F2 lebih besar maka berengaruh terhadap () dan gaya F3
lebih besar maka berpengaruh terhadap () tetapi hasil dari dari keseluruhan 360 o
dan trjadi kekurangan itu karena bidang errornya.
Untuk mencari F1+F2+F3 digunakan m1+m2+m3 dikali dengan grfitasi (9,8 m/so)

dan untuk mencari Fh=F2 cos ( -90) - F1 cos ( - 90) sedangkan untuk mencari

Fv=F1 sin ( - 90) + F2 & m ( -90) - F3

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Hokum Newton I berbunyi benda yang dalam keadaanya untuk tetap diam
dan benda yang sedang bergerak lurus beraturan akan cenderung mempertahankan
keadaanya untuk bergerak lurus beraturan dalam arah yang sama tidak ada gaya
yang bekerja padanya.
Sudut dan = 360o besar sudutnya dipengaruhi oleh perbandingan
massa antara m1+m2+m3. Setiap percobaan apabila terjadi kesalahan itu karena %
errornya.
2. Saran
- Dengan adanya laporan ini, diharapkan supaya member sedikit ilmu untuk
kita semua.
- Dengan pembuatan laporan ini bisa menjadi motifasi belajar bagi
pembacanya
LENSA TIPIS

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mempelajari sifat bayangan suatu lensa
b. Menentukan panjang titik api lensa positif dan lensa negatif
2. Waktu Praktikum
3. Tempat Praktikum
Laboratorium FISIKA UNIVERSITAS MATARAM
B. ALAT DAN BAHAN
Bangku Optik
Penjepit lensa
Layar
Lensa Positif dan negatif
Mistar
Power suppley
Cahaya(lampu)
C. LANDASAN TEORI
Alat optic yang paiing umum diknal dan paling sering
digunakan(setelah cermin datar) adalah lensa. Lensa adalah sebuah
sistem optic dengan dua permukaan yang merefrasikan.Lensa paling
sederhana mempunyai dua permukaan cukup tebal sehingga kita dapat
mengabaikan jarak kedua permukaan itu(tebal lensa) kita menamakan
ini lensa tipis.

Lensa positip Lensa negatip

Terbuat dari kaca atau plastic transparan.sehingga indeks biasnya lebih


besar dari udara. Sumbu lensa merupakan garis lurus yang melewati
pusat lensa dan tegak lurus terhadap kedua permukaan.dari hukum
snell, kita dapat melihat bahwa setiap berkas diblokkan menuju sumbu
ada permukaan lensa(perhatikan garis terputus yang menunjukkan
keadaan normal untuk setiap permukaan berkas diatas).
Jika berkas yang paralel dengan sumbu jatuh pada lensa tipis,
mereka akan dipokuskan disuatu titik yang disbut titik focus F. Hal ini
tidak dapat benar untuk lensa dengan permukaan spesifik, tetapi akan
hampir benar.

Berkas-berkas paralel difokuskan oleh lensa tipis konvergen yaitu


berkas-berkas paralel akan difokuskan pada suatu bagian kecil yang
hampir berupa titik. Jika diameter lensa kecil dibeningkan dengan
radius kelengkungan kedua permukaannya. Kriteria ini dipnuhi oleh
lensa tipis, yang lebih tipis dari diameternya dan kita hanya
memperhitungkan lensa tipis.
Berkas-berkas suatu titik pada lensa yang letaknya jauh pada dasar
paralelnya. dengan demikian kita bisa mengatakan bahwa titik focus
merupakan titik bayangan untuk benda pada jarak tak hingga pada
sumbu utama. Berarti titik focus lensa bisa ditemukan dengan
menentukan titik berkas-berkas cahaya matahari(atau benda jauh
lainnya) dibentuk menjadi bayangan yang tajam.Gambar 2- jarak titik
fokus dari pusat lensa disebut jarak focus F.l. Lensa dapat diputar
sehingga cahaya dapat melewatinya dari sisi yang lain.
Panjang focus kedua sisi sama, sebagian dapat dilihat, bahkan jika
kedua lengkung permukaan lensanya berbeda. Jika berkas sinar paralel
jatuh pada lensa dengan sudut benda tersebut akan berfokus pada titik F.
Biang dimana semua titik seperti F dan Fa disebut bidang focus lensa.
Lensa manapun yang tengahnya lebih besar dari pada tepinya akan
dibuat berkas-berkas paralel berkumpul pada satu titik dan disebut lensa
konvergen.Lensa yang lebih tipis tengahnya dari pada tepi disebut
divergen karna membuat cahaya paralel menyebar seperti pada gambar.

Titik focus dari lensa divergen didefinisikan sebagai titik dimana


berkas-berkas datang yang paralel, tampak muncul seperti yang
ditunjukkan pada gambar dan jarak dari F kelensa disebut jarak focus
sama seperti untuk lensa konvergen.
Para ahli optometri dan opthalmologi tidak menggunakan panjang
focus melainkan kebalikan dari panjang focus untuk menentukan
kekuatan lensa kaca mata/kontak. Besaran ini disbut kuat lensa P.
1
P= .Satuan adalah dioptri yang merupakan kebalikan meter I = 1
f
m-1. Contoh lensa dengan panjang focus 20cm memiliki daya
1
P= =5,0 . Kita akan menggunakan panjang focus tapi kita akan
0,20
mengacu pada daya lensa.
Parameter yang paling penting dari lensa adalah panjang focus.
Untuk lensa konvergen F diukur dengan mudah dengan mencari titik
bayangan matahari atau lensa jauh lainnya. Begitu diktahui posisi
bayangan dapat ditntukan benda apapun. Untuk menentukan titik
bayangan dengan gambar berkas cahaya akan sulit jika kita harus
menentukan semua sudut bias. Dari pada melakukan hal tersebut kita
dapat mempermudah dengan menggunakan fakta tertentu yang telah
kita ketahui. Seperti berkas yang paralel dengan sumbu lensa akan
melewati titik focus. Kenyataanya untuk menentukan titik bayangan
kita hanya perlu mempertimbangkan tiga berkas yang ditunjukkan pada
gambar, yang menunjukkan panah sebagai benda dan lensa konvergen
yang membentuk bayangan disebelah kanan. Berkas-berkas ini yang
berasal dari satu titik pada benda digambar seakan-akan lensa tipis tak
hingga. Dan kita hanya menunjukkan satu belahan tajam didalam lensa
dan bukan pembiasan pada setiap permukaan ketiga berkas ini
digambarkan sebagai berikut :
1. Digambar paralel dengan sumbu utama dan dibiaskan berjalan
sepanjang garis melalui titik F
2. Digambarkan pada garis melalui titik focus yang lain F 1 dan
muncul terhadap sumbu utama lensa
3. Diarahkan kepusat lensa, dimana kedua permukaan pada dasarnya
paralel satu dengan yang lain dengan demikian berkas ini muncul
dengan lensa dengan sudut sama pada saat masuknya.

Sebenarnya dua dari tiga berkas ini sudah cukup untuk mencari
lokasi titik bayangan.

Lensa cekung disebut dengan lensa divergen karena dapat


memancarkan berkas sinar cahaya yang sejajar sumbu utama seolah-
olah berasal dari satu titik didepan lensa.
1. Sejajar datang dibiaskan seolah berasal dari titik F.
2. Sinar datang seakan menuju titik F2 dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melalui titik pusat optik O diteruskan tanpa
pembiasan.

S S1
Sumber sinar Benda Lensa positip Bayangan

S X S1
Sumber sinar Benda Lensa Negatip Lensa Positip Bayangan

D. PROSEDUR PENELITIAN
1. Menentukan panjang titik api lensa positif
a. Letakkan sumber cahaya(lampu),benda,lensa positif dan layar
secara berurutan.
b. Dicatat jarak benda dengan lensa (S)
c. Diatur jarak layar hingga didapat bayangan benda yang paling
tajam dan jelas(benda berupa huruf F jelas bayangannya huruf
F)
d. Dicatat jarak bayangan dengan lensa (S).
e. Diulangi sampai 5 kali pengamatan dengan jarak yang berbeda
2. Menentukan panjang titik api lensa negatif.
Lensa negatif diletakkan dibelakang lensa positif.
a. Lakukan prosedur 1a-1 diatas, catat S dan S1
b. Letakkan lensa negatif diantara lensa positif dan layar, atur
jaraknya sehingga didapat bayangan yang tajam dan jelas
pada layar.
c. Ukur jarak kedua lensa(x) serta jarak bayangan dengan
lensa negatif(S21)
d. Ulangi cara diatas untuk 5 kali pengamatan yang berbeda
e. Catat hasil pengamatan pada tabel.
f. Titik api lensa dihitung dengan persamaan

( XS11 ) S12
F 2=
( XS11 )+S12

E. HASIL PENGAMATAN
Setelah melakukan percobaan pada lensa tipis ini diperoleh data
sebagai berikut :
1. Menentukan focus lensa positif
Tabel lensa positif
NO S (cm) S1 (cm) F (cm)
1 7 53 6,3
2 12 48 9,6
3 8 60 17,14
4 12 60 10
5 10 50 8,33
Rata-rata 10,274

2. Menentukan focus lensa negatif(terletak dibelakang lensa positif)


Tabel pengamatan
1 1
NO S1(cm) S 1 (cm) X(cm) S 2 (cm)
1 7 63 7 5
2 12 48 8 6
3 8 60 7 6
4 12 60 6 4
5 10 50 7 7

F. ANALIS DATA
1. Menentukan focus lensa positif
Ik S = 7cm
S1= 63cm
F=?
1 1 1
= +
F S S
1 1
+
7 63
18+2

126
1 20
=
F 126
126
F=
20
= 6,3 cm
Dik S=12 cm
S1= 48 cm
F= ?
1 1 1
= +
F S S
1 1
= +
12 48
4+1
=
48
1 5
=
F 48
48
F=
5
= 9,6 cm
Dik S=8 cm
S1= 60 cm
F= ?
1 1 1
= +
F S S
1 1
= +
8 60
15+ 2
=
120
1 17
=
F 120
120
F=
17
= 17,14 cm
Dik S=12 cm
S1= 60 cm
F= ?
1 1 1
= +
F S S
1 1
= +
12 60
5+ 1
=
60
1 6
=
F 60
60
F=
6
= 10 cm
Dik S=10 cm
S1= 50 cm
F= ?
1 1 1
= +
F S S
1 1
= +
10 50
5+ 1
=
8
1 6
=
F 50
50
F=
6
= 8,33 cm
2. Menentukan focus lensa negatif(yang diletakkan dibelakang lensa positif)
Dik X=7 cm
S1=63 cm
S2=5 cm
( XS11 )+ S12

F2=
( X S 11 ) S 12

( 763 ) 5
=
( 763 ) +5
(56 ) 5
=
(56 ) +5
(280 )
=
(51 )
= 5, 4cm
Dik X=8 cm
S1=48 cm
S2=6 cm
( XS11 )+ S12

F2=
( X S 11 ) S 12

( 848 ) 6
=
( 848 ) +6
(40 ) 6
=
(40 )+ 6
(240 )
=
(34 )
= 7,05 cm
Dik X=7 cm
S1=60 cm
S2=6 cm
( XS11 )+ S12

F2=
( X S 11 ) S 12

( 760 ) 6
=
( 760 ) +6
(53 ) 6
=
(53 ) +6
(318 )
=
(47 )
= 6,7 cm
Dik X=6 cm
S1=60 cm
S2=4 cm
( XS11 )+ S12

F2=
( X S 11 ) S 12

( 660 ) 4
=
( 76 )+5
(54 ) 4
=
(54 )+ 4
(216 )
=
(50 )
= 4,32 cm
Dik X=7 cm
S1=50 cm
S2=7 cm
( XS11 )+ S12

F2=
( X S 11 ) S 12

( 750 ) 7
=
( 750 ) +7
(43 ) 7
=
(43 )+7
(301 )
=
(36 )
= 8,36 cm

G. PEMBAHASAN

Dalam percobaan lensa tipis ini dapat ditentukan focus baik pada lensa
positif(konvergen) atau lensa negatif(divergen).
Setelah diletakkan sumber cahaya, benda, lensa,positif dan benda secara
berurutan pada percobaan pertama dan sampai percobaan kelima diperoleh
lima jarak benda yaitu 7,12,8,12 dan 10. Jarak bayangan benda pada lensa
positif diperoleh 63,48,60,60, dan 50. Dan dari hasil pengamatan tersebut
dapat diperoleh juga titik focus yaitu 6,3cm,9,6cm,17,14cm, 10cm, dan
8,33cm.
Sedangkan pada percobaan kedua yang ditambahkan lensa negatif diantara
lensa positif dan layar harus ditentukan jarak bayangan dengan lensa negatif
dilambangkan (S21) dan jarak kedua lensa (x), serta jarak benda dengan lensa
positif(S11). Diperoleh S21 (5,6,6,4,7), S11=(63,48,60,60,50) dan jarak kedua
lensa x (7,8,7,6,7).Fokus lensa negative diperoleh dengan rumus
( xs 1 ) s 2
f 2= yaitu (5,4. 7,05. 6,7. 4,32. 8,36)
( xs 2 ) + s 2

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Dari percobaan lensa tipis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
lensa merupakan sebuah sistem optic dengan dua permukaan yang
mereprasikan. Jarak benda dan jarak bayangan untuk ditentukannya titik
focus lensa.
Lensa konvergen(yang tengahnya lebih tebal) dibuat berkas paralel
yang berkumpul disatu titik. Divergen(lensa yang tengahnya lebih tipis)
akan dibuat bayangan disebarkan.
Untuk menentukan titik bayangan yang perlu diperhatikan tiga berkas
istimwa baik pada lensa konvergen atau lensa divergen yang telah ada
dilandasan teori diatas.

2. Saran
Semua sudah lebih dari cukup untuk pengetahuan dasar fisika
praktikum, tapi masih belum secara rinci praktikum memahami materi
karna waktu dan penjelasan yang terlalu umum.
Terima kasih atas bimbingannya.
OSCILOSKOP
(Alat Ukur Listrik)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
- Dapat menggunakan osciloskop dengan baik dan benar, sebagai alat untuk
pengukuran tegangan listrik dan pengamatan bentuk tegangan.
- Menentukan beda fase antara dua input pulsa sumber dengan pengamatan
kurva lissajous.

2. Waktu Praktikum
- Hari/tanggal : kamis,20 oktober 2011

3. Tempat: Laboratorium Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Mataram )

B. ALAT DAN BAHAN


1. Alat Praktikum :
- (satu) set osciloskop
- Sumber tegangan dan generator pulsa
- Multimeter
- Kabel penghubung

C. LANDASAN TEORI

Dahulu sulit untuk dapat melihat gelombang yang dihasilkan oleh osilator, sampai
akhirnya seorang ilmuan Jerman Ferdinand Braun (1850-1918) menemukan
osciloskop sinar katoda tahun 1897. Osilator internal berulang-ulang menyapu
sinar elektron di atas layar pada kecepatan tetap ( Bridgman,1993:33).
Osciloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetairkan sinyal listrik.
Layar osciloskop di bagi atas 8 kotak skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol
pada osciloskop di gunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut. Wujud
atau bangun dari osciloskop mirip sebuah pesawat televisi dengan beberapa
tombol pengatur, kecuali terdapat garis-garis (grid) pada layarnya.

Osciloskop sangat penting untuk analisa rangkaian elektronik. Osciloskop


sangat penting bagi para montir alat-alat listrik, para teknisi dan peneliti pada
bidang elektronika dan sains karena dengan osciloskop kita dapat mengetahui
besaran-besaran listrik dari gejal-gejala fisis yang di hasilkan oleh sebuah
trasducer.

Kegunaan Osciloskop :
- Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu
- Mengatur frekuensi sinyal yang berosilasi
- Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik
- Membedakan arus AC dan arus DC.

Pada saat menggunakan Osciloskop perlu di perhatikan beberapa hal berikut ini :
- Tetukan skala sumbu Y(tegangan) dengan mengatur posisi tombol
Volt/Div pada posisi tertentu
- Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal
masukan
- Gunakan tombol Triger atau hold-off untuk memperoleh sinyal
keluaran yang stabil
- Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus
- Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang
terang.

Makna umum dari sebuah pola yang berulang terhadap waktu disebut gelombang,
termasuk di dalamnya gelombanng suara, otak maupun listrik. Satu siklus dari
sebuah gelombang merupakan bagian dari gelombang yang berulang. Sebuah
bentuk gelombang (waveform) merupakan representasi grafik dari sebuah
gelombang. Sebuah bentuk gelombang dapat menunjukkan berbagai hal tentang
sebuah sinyal. Naik turunnya gelombang menunjukkan perubahan mendadak.
Sumber gelombang listrik (sinyal listrik) dapat berasal dari berbagai macam,
seperti : dari signal generator (pembangkit signal), jala-jala listrik, rangkaian
elektronika, dll (Human Being,2009).
Dalam sirkuit listrik arus searah (Direct Current (DC)) adalah sistem listrik
tertutup yang arus (I, aliran muatan) dan tegangan (v, beda potensial yang
memungkinkan muatan untuk mengalir) adalah tetap sepanjang waktu. Sirkuit DC
terdapat di dalam radio transistor, sedangakan dalam sirkuit AC arus dan tegangan
berubah-ubah seperti suatu fungsi gelombang sinusoidal. Contoh sirkuit AC
adalah sirkuit listrik pada kebanyakan rumah (Bresnick,2002:105).
Untuk itu, arus dan tegangan listrik bolak-balik diukur dengan
Amperemeter AC dan Voltmeter DC. Dengan alat ini, besaran yang terukur
merupakan nilai RMS (Root Mean Square = akar rata-rata kuadrat) atau nilai
efektif dari arus/tegangan. Maka dari itu untuk melihat bentuk arus atau tegangan
sinusoida yang dihasilkan sumber bolak-balik digunakan osiloskop(osciloskop).
Monitor sebuah osciloskop terbagi-bagi menjadi baris-baris dan kolom-kolom
sehingga membentuk sebuah gambar.
Sumbu vertikal menujukkan nilai tegangan atau arus yang dihasilkan oleh
sumber bolak-balik dan sumbu horizontal menunjukkan waktu. Dari sumbu
vertikal dapat ditentukan nilai maksimum tegangan atau arus listriknya, dan dari
sumbu horizontal dapat ditentukan periode atau frekuensi sumber bolak-baliknya.
Dari gambar ditunjukkan bahwa 2 Vm (dari Vm ke-Vm) disebut Vpp (Tegangan
Peak-Peak).
(Kamajaya,2007:185).
Koordinat-koordinat dari titik yang bercahaya pada layar berturut-turut
akan sebanding dengan tegangan yang membelokkan ke arah horizontal dan
tegangan yang membelokkan ke arah vertikal. Inilah prinsip osciloskop sinar
katoda. (Young, Hugh D.2003:173).

D. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Kalibrasi dilakukan pada osciloskop sebelum melakukan pengukuran


(bersama-sama asisten)
2. Input osciloskop di hubungkan pada generator pulsa
3. Diamatai apa yang ditampilkan layar osciloskop apabila jenis pulsa pada
generator diubah
4. Dilakukan perhitungan frekuensi dan Vpp untuk input yang berbeda,
dibandingkan jika pengukuran menggunakan multimeter
5. Ditentukan besarnya beda fase untuk 2 input yang berbeda dan beda fase
Lissajous.
E. HASIL PENGAMATAN

Tabel Pengamatan
1) Sumber Tegangan AC

Vpp (Osciloskop) Veff(multimeter)


NO SUMBER Skala Volt/div
(volt)
1 2 13 2 2,4
2 4 16 2 4,2
3 5 10 5 5,4
4 6 12 5 5,4
5 3 16 2 3

2) Sumber Tegangan DC

Vpp (Osciloskop) Veff(multimeter)


NO SUMBER Skala Volt/div
(volt)
1 3 10 2 15
2 5 10 5 25
3 6 8 2 30
4 4 9 2 22
5 10 9 5 50

3) Frekuensi

Vp (Osciloskop) Frekuensi (f=


NO SUMBER Skala Time/div Periode (T)
1/T)
1 79,8 12 5 60 0,016
2 5,463 1 2.10-3 2.10-3 500
3 62,8 15 5 75 0,013
4 48,2 19 5 95 0,010
5 168,3 15 5 75 0,013
F. ANALISIS DATA
1. Perhitungan tegangan efektif sinyal listrik AC
Rumus : Vpp = skala (div) x volt/div

Vpp
Vmaks = Vp =
2

Vmaks
Veff =
2

a) Vpp = skala x volt/div


= 13 x 2 = 26 volt
Vpp
Vmaks = Vp =
2
26
= = 13 volt
2
Vmaks 13 13 2 13 2
Veff = = = x = volt
2 2 2 2 2

b) Vpp = skala x volt/div


= 16 x 2 = 32 volt

Vpp
Vmaks = Vp =
2
32
= = 16 volt
2

Vmaks 16 16 2 16 2
Veff = = = x = =
2 2 2 2 2
8 2 volt

c) Vpp = skala x volt/div


=10 x 5 = 50 volt

Vpp
Vmaks = Vp =
2
50
= = 25 volt
2

Vmaks 25 25 2 25 2
Veff = = = x = =
2 2 2 2 2
12,5 2 volt

d) Vpp = skala x volt/div


=12 x 5 = 60 volt

Vpp
Vmaks = Vp =
2
60
= = 30 volt
2

Vmaks 30 30 2 30 2
Veff = = = x = =
2 2 2 2 2
15 2 volt

e) Vpp = skala x volt/div


=16 x 2 = 32 volt

Vpp
Vmaks = Vp =
2
32
= = 16 volt
2

Vmaks 16 16 2 16 2
Veff = = = x = =
2 2 2 2 2
8 2 volt

2. Perhitungan Tegangan DC
Vp = skala x volt/div
Vmaks
Veff =
2

a) Vp = skala x volt/div
= 10 x 2 = 20 volt

Vmaks 20 20 2 20 2
Veff = = = x = =10 2 volt
2 2 2 2 2

b) Vp = skala x volt/div
= 10 x 5 = 50 volt

Vmaks 50 50 2 50 2
Veff = = = x = =25 2 volt
2 2 2 2 2

c) Vp = skala x volt/div
= 8 x 2 = 16 volt

Vmaks 16 16 2 16 2
Veff = = = x = =8 2 volt
2 2 2 2 2

d) Vp = skala x volt/div
= 9 x 2 = 18 volt

Vmaks 18 18 2 18 2
Veff = = = x = =9 2 volt
2 2 2 2 2

e) Vp = skala x volt/div
= 9 x 5 = 45 volt
Vmaks 45 45 2 45 2
Veff = = = x = =22,5 2 volt
2 2 2 2 2

3. Perhitungan Frekuensi Sumber Tegangan


Periode (T) = skala x time

a) Periode (T) = skala x time/div


= 12 x 5 = 60 s
1 1
F= = =0,016 Hz
T 60

b) Periode (T) = skala x time/div


= 1 x 2.10-3 = 2.10-3 s
1 1
F= = =500 Hz
T 2.10
3

c) Periode (T) = skala x time/div


= 15 x 5 = 75 volt
1 1
F= = =0,013 Hz
T 75

d) Periode (T) = skala x time/div


= 19 x 5 = 95 volt
1 1
F= = =0,010 Hz
T 95

e) Periode (T) = skala x time/div


= 15 x 5 = 75 volt
1 1
F= = =0,013 Hz
T 75

G. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sumber tegangan listrik. Kaitannya
dalam dunia kesehatan yaitu, tegangan AC dan tegangan DC diibaratkan arus
listrik (infuls) jantung yang berasal dari SA node dan AV node.
Sedangkan gelombang yang di hasilkan hampir sama dengan yang di tunjukkan
oleh EKG ( Elektro Kardio Graf), dan perhitungan yang ada pada analisis data
merupakan dasar dari perhitungan yang ada pada EKG. Sedangkan gambar dari
perhitungan kotak yang menunjukkan periode berasal dari arus listrik itu sendiri.
Pada pengamatan sumber tegangan AC dapat dikatakan sumber tegangan
berbanding lurus dengan tegagan efisiensi, dimana dari pengamatan 1 sampai 5
(kecuali 4) mengalami kenaikan Veff seiring dengan semakin besarnya sumber.
Pad frekuensi di pengaruhi skala, time/div dan periode. Makin besar periode,
maka frekuensi yang dihasilkan semakin kecil karena periode berbanding terbalik
dengan frekuensi.

H. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

- Osciloskop merupakan alat atau media yang digunakan untuk mengukur


tegangan listrik
- Dengan memperhatikan tegangan dari puncak ke puncak, kita dapat
mengetahui perbedaan arus AC dan arus DC
- Drari nilai periode yang di peroleh dari hasil pengamatann, kita dapat
menghitung frekuensinya.
2. Saran

- Dalam praktikum kali ini lebih di jelaskan lagi proses perangkaian alatnya,
agar kita bisa lebih mengerti jalannya arus
- Untuk praktikan agar lebih memperhatikan saat praktikum berlangsung,
agar tidak terjadi kesalahan saay pengamatan dan penulisan hasil
pengamatannya.
REFRAKTOMETER

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mengukur indeks bias suatu larutan dengan menggunakan
refraktometer
b. Menentukan indeks bias dengan konsentrasi tertentu
c. Menentukan indeks bias cairan pembersih mata
2. Waktu Praktikum
Hari/Tanggal : Kamis, 03 November 2011
Waktu ; 11:00 14:00 wita
3. Tempat Praktikum
Ruang Optik Laboratorium Fisika Lantai 1 Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Mataram

B. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tissue
b. Pipet tetes
c. Refraktometer
2. Bahan
a. Aquades
b. Insto
c. Visin
d. Rohto
C. LANDASAN TEORI
Refraktometer adalah alat optik yang dibuat khusus untuk menentukan
indeks bias suatu medium tertentu. ( Soedarjana.1976:156)
Indeks bias suatu larutan atau bahan ditentukan dengan menggunakan
alat Refraktometer. Refraktometer digunakan sebagai penganalisis konsentrasi
larutan. Misalnya suatu campuran Alkohol dan Air mempunyai indeks bias
diantara nilai alcohol dan air murni. Oleh sebab itu, pengukuran indeks bias
suatu larutan campuran Alkohol dan Air secara tepat persentasi Alkohol dalam
campuran dapat ditentukan dengan mudah. Laju cahaya didalam medium,
seperti kaca, air, dan udara ditentukan oleh indeks bias. ( Tripler.2001.443 )
Permukaan refraktometer memisahkan dua media yang indeks
refraksinya berlainan. Medium tempat sinar datang ke permukaan memiliki
indeks refraksi n1 dan medium pada bagian lain dari permukaan memiliki
indeks bias refraksi n2. Sinar yang membentuk permukaan dan direfraksikan
mengikuti hubungan : n1 Sin.1 = n2 Sin 2
Sinar yang direfraksikan ini akan memotong sumbu di titik yang telah
ada. Sinar dari titik awal yang berimpit dengan sumbu tidak akan dibelokkan
oleh permukaan dan titik itu juga. Jadi, tidak ada bayangan lain pada titik
awal, seperti halnya dalam penurunan persamaan cermin. Sifat yang
digunakan bahwa sudut luar suatu sifat segitiga sama dengan jumlah kedua
sudut dalam yang tidak bersisian dengan sudut luar tersebut. Sisi tempat sinar
datang yang berlainan dengan cermin, maka energy cahaya diteruskan
menembus permukaan refraktometer ke sisi lain, sehingga berbentuk
bayangan nyata. Bayangan tersebut terletak di arena sisinya disebut sisi R,
sinar datang disebut X. ( Halliday & David.1978:651-653 ).
Untuk gelombang cahaya sebagai daerah gelombang elektromagnetik
tampak spektrumnya, ternyata dalam perjalanannya mengalami peralihan dari
suatu medium bening ke medium bening lainnya. Indeks bias suatu larutan
yaitu perbandingan antara kelajuan cahaya dalam medium bahan yang
bersangkutan, maka indeks bias bahan tersebut ditentukan oleh persamaan
berikut : n = cperv. ( Renreng.1985:157-158 )
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Permukaan kaca tempat diuji larutan pada alat refraktometer dibersihkan
menggunakan tissue.
2. Diteteskan secukupnya aquades pada permukaan kaca yang telah
dibersihkan.
3. Diamati pada alat refraktometer indeks biasnya dan dicatat pada table
pengamatan.
4. Dibersihkan lagi permukaan tersebut dan ditetesi lagi, dilakukan seperti itu
berulang kali sebanyak 5 kali percobaan
5. Dilakukan percobaan seperti diatas pada cairan pembersih mata yaitu
insto, visin, dan rohto.

E. HASIL PENGAMATAN

No Larutan Pengukuran Nilai Indeks Bias


I II III IV V
1 Aquades 1,332 1,332 1,332 1,332 1,332
2 Insto 1,333 1,333 1,333 1,333 1,333
3 Visin 1,334 1,334 1,334 1,334 1,334
4 Rohto 1,334 1,334 1,334 1,334 1,334

F. ANALISIS DATA
1. Menentukan indeks bias larutan :
a. Aquades

No n1 n1- (n1-)2
1 1,332 0 (0)2=0
2 1,332 0 (0)2=0
3 1,332 0 (0)2=0
4 1,332 0 (0)2=0
5 1,332 0 (0)2=0
6,66 0 0
1. Indeks bias rata-rata
~
n=
n1 = 6,66 =1,332
i1 4
2. Simpangan deviasi

SD =

(n1 n ) = 0 =0
i1
4

b. Larutan insto

No n1 n1- (n1-)2
1 1,333 0 (0)2=0
2 1,333 0 (0)2=0
3 1,333 0 (0)2=0
4 1,333 0 (0)2=0
5 1,333 0 (0)2=0
6,665 0 0

1. Indeks bias rata-rata


~
n=
n1 = 6,665 =1,333
i 5
2. Simpangan deviasi
n1 ~n
2



i1 =0



SD=

c. Larutan Visin

No n1 n1- (n1-)2
1 1,334 0 (0)2=0
2 1,334 0 (0)2=0
3 1,334 0 (0)2=0
4 1,334 0 (0)2=0
5 1,334 0 (0)2=0
6,67 0 0

1. Indeks bias rata-rata


~
n=
n1 = 6,67 =1,334
i 5

2. Simpangan deviasi
n1

~
n 2




SD=

d. Larutan Rohto
No n1 n1- (n1-)2
1 1,334 0 (0)2=0
2 1,334 0 (0)2=0
3 1,334 0 (0)2=0
4 1,334 0 (0)2=0
5 1,334 0 (0)2=0
6,67 0 0

1. Indeks bias rata-rata


~
n=
n1 = 6,67 =1,334
i 5
2. Simpangan deviasi
n1

~
n 2




SD=
2. Hubungan antara jenis larutan (X) dengan indeks bias rata-rata (Y)

No X Y
1 Aquades 1,332
2 Insto 1,333
3 Visin 1,334
4 Rohto 1,334

3. Grafik larutan

y
1,334

1,333
In
de 1,332
ks
Bi 1,331

as
1.330
Ra
ta-
Ra Aqaudes Insto Visine Rohto
x
ta Larutan
G. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini kita dapat mengetahui seberapa besar indeks bias
dari keempat larutan yang kita gunakan antara lain aquades, insto, visin, dan
rohto. Dari analisis data kita dapat mengetahui larutan apa saja yang baik
untuk mata di antara keempat larutan tersebut diatas. Yang pertama yaitu
aquades memiliki indeks bias rata-rata (1,332), larutan insto (1,333), larutan
visin (1,334), dan larutan rohto (1,334). Dari hasil tersebut dapat diketahui
dengan jelas bahwa larutan insto, yang baik digunakan untuk mata, karena
larutan insto memiliki indeks bias yang hamper sama atau mendekati besarnya
indeks bias pada cairan mata normal yaitu n = 1,33. Perbedaan besar indeks
bias pada larutan-larutan tersebut disebabkan oleh perbedaan konsentrasi
larutan. Jadi apabila mata iritasi atau terkena debu , maka jenis-jenis larutan
untuk mata diatas baik untuk digunakan pada mata yang terkena debu atau
iritasi.

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. Besar indeks bias yang terdapat pada cairan pada cairan pembersih
mata : insto, visi, rohto, dan aquades yaitu : (1,333),(1,334),(1,334),
dan (1,332).
b. Besar indeks bias cairan pembersih mata ini hamper sama dengan
cairan pada mata

2. Saran
Dalam praktikum kali ini, diharapkan untuk assisten praktikum agar
lebih mempermudah kami (praktikan) dalam penyelesaian dan
pembuatan laporan, karena akhir-akhir ini banyak sekali tugas-tugas
yang harus diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Intensitas Bunyi
Gabriel, dr. J.f 1966. Fisika kedokteran. Jakarta : Ecet
Gustomi, dwi s,si. 2008. Fisika kelompok teknologi dan kesehatan bandung :
Gratindo media pratama
Murphy, J,T.dkk. 1986. physics, principles and problems. Columbus : Charles
E. Merrill publishing company.

Gaya Dalam Kesetimbangan


Dr. Soedjo, Peter. B. Sc, Fisaka Dasar Andi Yogyakarta, 2004
Bickel, charles 2. dkk, Phycal Sciene. a modern Approach New York: Amerika
Book Company, 1970
Kartiasa, nyoman dkk. Energi gelombang median I Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1987

Gravitasi Tubuh
Gabriel.J.F.dr.1996.Fisika Kedokteran.Jakarta:EGC.
Sugijono.dkk.1996.Konsep-konsep Fisika.Jakarta:PT.Intan Pariwara.
http//:www.wikipedia.com

Lensa Tipis
C.Gia ncoli, Dangles.1998.FISIKA edisi lima jilid 2.jakarta:Erlangga.
Agus T, Hari S.2006.Sains fisika SMA/MA 1,2,3.Jakarta:PT Bumi Aksara.

Osciloskop
Bridgman,Roger.1993.Buku Jendela Iptek.London:Dorling Kindersley Limited.
Bresnick,Stephen M.D.2002.Intisari Fisika.Jakarta:Hipokrates.
Kamajaya.2007.Cerdas Belajar Fisika.Bnadung:Grafindo Media.
Young,Hough D.2003.Fisika Universitas.Jakarta:Erlangga.
Refraktometer
Halliday & David.1978.Fisika Jilid 2.Jakarta:Erlangga.
Renreng, Abdullah.1985.Asas-Asas Ilmu Asas Universitas Jilid 2.Ujung
Pandang:Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian
Timur.
Soedarjana,dkk.1976.Energi Gelombang Dan Medan.Jakarta:PN Balai Pustaka.

Tippler, paul.2001.Fisika Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai