Laporan Tetap Praktikum Fisika Dasar
Laporan Tetap Praktikum Fisika Dasar
(Ahmad Nurullah)
G1B 008022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan kita nikmat berupa nikmat kesehatan yang berlimpah sehingga kami
selaku penyusun bisa menyelesaikan pembuatan laporan ini.
Kedua kalinya kami menghanturkan shalawat serta salam kepada
junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam terang benderang sehingga kita diberkahi banyak ilmu
pengetahuan.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini khususnya bagi anggota-anggota yang saling membantu
dalam proses pembuatan laporan ini sehingga laporan ini bisa tersusun dengan
baik.
Kami menyadari dalam pembuatan laporan ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sehingga laporan selanjutnya bisa tersusun lebih baik.
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ITENSITAS BUNYI
A. PELAKSANAAN
1. TUJUAN
- mengukur intensitas bunyi dari suatu sumber bunyi
2. WAKTU
- Hari/tanggal : kamis,20-oktober-2001
- Jam : 11.00-02.00 wita
3. TEMPAT
- Lab.Fisika Fakultas Mipa (UNRAM)
C. LANDASAN TEORI
Gelombang bunyi pada geometri ini akan kehilangan energi apabila penyebaran
nya sesuai dengan bentuk geometri tersebut.
Keadaan atmosfer yang mempengaruhi penjalaran pada gelombang bunyi
yang melalui dua jenis mekanisme, yaitu efek viscositas dan relaksasi molecular.
Pada gelombang bunyi yang memiliki frekuensi tinggi akan tetap terserap oleh
atmosfer yang lebih banyak di bandingkan dengan gelombang yang memiliki
frekuensi yang rendah maka jumlah penyerapan gelombang bunyi oleh atmosfer
ini akan bergantung pada tempratur dan kelembaban nya.
Intensitas gelombang bunyi ini juga di definisikan juga sebagai laju garis
gelombang bunyi rata-rata yang di transmisikan dalam arah tertentu melalui
satuan dan luasan yang tegak lurus
Intensitas gelombang bunyi secara sistematis di nyatakan sebagai
W
I=
A
Dengan keterangan
- I : intensitas ( watt )
- A : luasan yang melingkupi sumber ( m2 )
- W : daya ( watt )
Intensitas suatu sumber gelombang bunyi bergantung juga pada sumber atau jenis
nya. Untuk sumber yang berbentuk titik misal nya sumber berupa mesin pesawat
atau pabrik. Intensitas gelombang nya merupakan fungsi jarak r dari sumber
tersebut, yaitu :
w
i=
4 r2
Kekerasan sumber pada gelombang bunyi juga biasa nya di nyatakan dalam suatu
desibel ( dB )
I
Yaitu : ( dB ) = Io Log
Io
Keterangan :
- I : intensitas ( watt )
10
- Io : Intensitas ambang W/ m2
D. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Di atur susunan peralatan menurut skema
b. Di hidupkan soundlevel meter pada posisi ON, lalu di amati dan catat taraf
intensitas noise (background noise) yang di tunjukkan soundlevel meter
sebelum melakukan pengamatan intensitas sumber bunyi.
c. Di hidupkan generator pembangkit sumber bunyi.
d. Di amati besar nya taraf intensitas yang di tunjukkan oleh soundlevel
meter dengan tanpa adanya medium di antara sumber dan soundlevel
meter.
e. Di letakkan penghalang atau medium absorber dengan ketebalan tertentu
antara sumber bunyi dan soundlevel meter. Lalu di amati atenuasi taraf
intensitas yang di tunjukkan soundlevel meter.
f. Di lakukan percobaan 2 5 kali, untuk frekuensi sumber bunyi dan
medium absorberyang berbeda-beda.
E. HASIL PENGAMATAN
a) Tampa Absorber
b) Dengan Absorber
F. ANALISIS DATA
RUMUS
- Penentuan intensitas bunyi
1 = 10 . 10 (/10)
- Menentukan koefisien atenuasi
I
N=
10 =( )
10
x2
X
- Tanpa Absorber
I = 10 . 10 (/10)
= 10-12 . 10 (102,8/10)
= 10-12 . 1010,28
= 10-1,72 watt/m 2
- Dengan Absorber
Gelundung 4
(1/10)
-N =
x
101,72
( )
= 1012
6,,01 x 1013
(1010,28)
=
0,00601
= 3938,531573 watt/m2
A. Tanpa absorber
I = 10.10 (/10)
= 10-12.10 (103,7/10)
= 10-12.1010,37
= 101,63 watt/m2
- Dengan Absorber
Rajumas 3
(1/ 10)
N=
x
101,63
=
(
1012 )
6,5 x 103
(10 10,37)
=
0,0065
= 3673,508833 watt/m2
B. - Tanpa Absorber - Dengan Absorber
I = 10. 10(/10) Kemiri
(1/10)
= 10-12. 10(103,6/10) N=
x
101,64
( )
= 10-12. 1010,36 = 1012
6,01 x 103
(1010,36)
= 10-1,64 watt/m2 =
0,00601
= 3969,181625 watt/m2
C. Tanpa Absorber - Dengan Absorber
I = 10. 10 (/10) Kapuk 4
(1/10)
= 10-12. 10(103,5/10) H=
x
101,65
( 12 )
= 10-121010,35 = 10
7,03 x 103
10,35
(10 )
= 101,65 watt/m2 =
0,00703
= 3390,007925 watt/m2
D. Tanpa Absorber
I = 10 . 10(/10)
= 10-12 . 10 (103,4/10)
= 10-12 . 1010,34
= 10-1,66 watt/m2
G. PEMBAHASAN
Intensitas bunyi adalah besar nya suatu energi gelombang yang melewati suatu
permukaan. Intensitas bunyi pada perambatan nya dalam medium di pengaruhi
oleh ketebalan papan penghambat dan kerapatan dari benda tersebut. Pada benda
tersebut, sumber energi yang di tangkap oleh sinyal generator memiliki nilai
paling tinggi yang tidak di lapisi dari pada yang di lapisi, hal ini di sebab kan
karna gelombang yang di tangkap langsung menuju alat ukur sedang kan apabila
ada penghambat gelombang bunyi akan di pantulkan kembali sebagian
nyasehingga energi yang di tangkap akan lebih besar.
Pada pengukuran yang menggunakan hambatan gelombang akan lebih kecil
pada lapisan atu hambatan yang lebih tebal sebab gelombang bunyi lebih sedikit
di tangkap oleh alat ukur ( sinyal generator ).
Sedangkan pengukuran yang menggunakan hambatan gelombang yang tebal
maka hambatan nya pun lebih tipis sebab gelombang bunyi akan lebih banyak
yang di tangkap oleh alat ukur ( sinyal generator ) tersebut.
2. Saran
Di saran kan kepeda asisten peraktikum agar memberikan kemudahan dalam
penyusunan laporan akhir ini dan bisa di terima sebagai laporan nilai akhir.
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan :
- Menjelaskan tentang hokum Newton I
- Mahasiswa dapat mengetahui gaya-gaya dalam
keseimbangan
C. LANDASAN TEORI
Hukum Newron adalah hokum fisika yang menjadi dasar mekanika
klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja
pada suatu benda gerak yang disebabkan.
Hokum-hukum Newron pada hakikar pertumbuhan dan
perkembangan mekanika khususnya dinamika, bertumpu pada hukum-
hukum newron yang dikenal sebagai hokum mersia dan hukum aksi reaksi.
Hokum Inersia
Hukum Inersia Newron menyarankan bahwa semua materi
cenderung mempertahankan gerakannya, yakni tetap diam kalau radinya
tetap diam dan bergerak dengan kecepatan tetap. Kalau radinya
demikian. Pernyataan lazim dinamakan Hukum Newron I.
Bahwa materi cenderung mempertahankan keadaan geraknya,
berartisetiap perubahan geraknya akan menimbulkan reaksi yang berupa
apa yang disebar gaya reaksi inersia yang dikatakan sebagai gaya semu,
Karena tiada sumber gya yang nyata. Sebagai contohnya didalam
kendaraan kita merasa terpental kesamping sewaktu kendaraan yang kita
tumpangi mendadak berbelok. Hal yang sama juga terjadipada waktu
kita tumpangi mendadak di percepat atau di rem.
Akibat adanya reaksi inersia, untuk memungkinkan perubahan
gerak atau atau menggerakan, diperlukan apa yang disebut gaya untuk
mengatasi atau melawan gaya reaksi inersia tersebut. Hokum Newron I
berbunyi Benda yang dalam keadaannya untuk tetap diam dan benda
yang sedang bergerak lurus beraturan akan cenderung
mempertahankannya. Hokum Newronhanya bekerja pada pada benda
yang diam dan tidak mengalami percepatan karena F 1+F2+F3 gaya tetap
atau konstan sehingga gaya tarik menarik akan nol.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mngambil tiga beban yang berbeda dan menggantungkan beban tersebut
pada benang
2. Dipastikan simpul ikatan tepat bersimpul pada titik pusat busur derajat
3. Diukur ketiga sudut
4. Gambar diagram vector gaya dengan sudut masing-masing( , , g)untuk
setiap set data (F1, F2,F3) Kemudian membuat sketsa gaya yang sesuai,baik
arah maupun besarnya.
E. HASIL PENGAMATAN
M1 M2 M3 %error
NO Fh Fv
(gr) (gr) (gr) Fh Fv
-0,075
1 200 150 175 105 130 120 -0,082N 3,71% 4,37%
N
0,055
2 225 200 200 110 124 125 0,0124N 0,45% 2,806%
N
0,017
3 275 225 300 114 134 110 -0,02N 0,64% 0,58%
N
- 0,043 1,1125
4 350 250 400 122 141 100 2,45%
0,0431N 4N %
-
14,807
5 400 250 450 114 131 110 -0,812N 0,653 20,13%
%
N
F. ANALISIS DATA
2,21
= 3,71 %
F3
= 0,075 x 100 %
1,715
= 7,5 %
1,715
= 4,373 %
2,751
= 0,45
F3
= 0,055 x 100 %
1,46
= 5,5 %
1,96
= 2,806 %
3.Dik : m1=275gr =0,275 kg F1= m1.g
2,4
= 0,64%
F3
= 0,017 x 100 %
2,44
= 1,7 %
2,44
= 0,58 %
4.Dik : m1=350gr =0,35kg F1= m1.g
m2=250gr =0,25kg = 0,35.9,8
m3=400 gr =0,4 kg = 3,43N
=122o F2= m2.g
=141o = 0,25. 9,8
g=9,8 ms-2 = 2,45 N
F3= m3.g
= 0,4. 9,8
= 3,92N
Dit : Fh, Fv, % error horizontal & vertical
Jawab : Fh= F2 cos (-90) - F1 cos (-90)
= 2,45 cos (122-90) 3,43cos (141-90)
= 2,45 cos (32) 3,43cos (51)
=2,0825-2,1609
= -0,0784N
3,20215
= 2,45%
F3
= 0,04361 x 100 %
3,42
= 4,361 %
3,92
= 1,1125 %
4,043
= 20,13%
F3
= 0,653 x 100 %
4,41
= 65,3%
4,41
= 14,807 %
G. PEMBAHASAN
Percobaan rangkaian yang dilakukan untuk membuktikan Hukum Newton
I bahwa jika tidak ada gaya yang mempengaruhinya pada benda tersebut akan
diam. 3 buah gaya yaitu F1+F2+F3 akan membetuk sudut (360o).
Gaya tarik menarik antara () yang dihasikan oleh massa m 1+m2+m3 saat
dalam keadaan diam atau tetap akan nol. Sudut yang dibuat dari tali nylon atau F 1
dengan F2 dan F3 adalah ( dan ) akan berubah-ubah besar sudutnya
tergantung dari gaya dari F1 dengan F2 dan F3 yang dihasilkan oleh m1+m2+m3
semakin besarnya beda salah satu sisi maka hasil sudutnya pun akan semakin
berbeda.
Jika () gaya pada F1 lebih keras atau besarnya maka berpengaruh terhadap
() sedangkan gaya pada F2 lebih besar maka berengaruh terhadap () dan gaya F3
lebih besar maka berpengaruh terhadap () tetapi hasil dari dari keseluruhan 360 o
dan trjadi kekurangan itu karena bidang errornya.
Untuk mencari F1+F2+F3 digunakan m1+m2+m3 dikali dengan grfitasi (9,8 m/so)
dan untuk mencari Fh=F2 cos ( -90) - F1 cos ( - 90) sedangkan untuk mencari
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mempelajari sifat bayangan suatu lensa
b. Menentukan panjang titik api lensa positif dan lensa negatif
2. Waktu Praktikum
3. Tempat Praktikum
Laboratorium FISIKA UNIVERSITAS MATARAM
B. ALAT DAN BAHAN
Bangku Optik
Penjepit lensa
Layar
Lensa Positif dan negatif
Mistar
Power suppley
Cahaya(lampu)
C. LANDASAN TEORI
Alat optic yang paiing umum diknal dan paling sering
digunakan(setelah cermin datar) adalah lensa. Lensa adalah sebuah
sistem optic dengan dua permukaan yang merefrasikan.Lensa paling
sederhana mempunyai dua permukaan cukup tebal sehingga kita dapat
mengabaikan jarak kedua permukaan itu(tebal lensa) kita menamakan
ini lensa tipis.
Sebenarnya dua dari tiga berkas ini sudah cukup untuk mencari
lokasi titik bayangan.
S S1
Sumber sinar Benda Lensa positip Bayangan
S X S1
Sumber sinar Benda Lensa Negatip Lensa Positip Bayangan
D. PROSEDUR PENELITIAN
1. Menentukan panjang titik api lensa positif
a. Letakkan sumber cahaya(lampu),benda,lensa positif dan layar
secara berurutan.
b. Dicatat jarak benda dengan lensa (S)
c. Diatur jarak layar hingga didapat bayangan benda yang paling
tajam dan jelas(benda berupa huruf F jelas bayangannya huruf
F)
d. Dicatat jarak bayangan dengan lensa (S).
e. Diulangi sampai 5 kali pengamatan dengan jarak yang berbeda
2. Menentukan panjang titik api lensa negatif.
Lensa negatif diletakkan dibelakang lensa positif.
a. Lakukan prosedur 1a-1 diatas, catat S dan S1
b. Letakkan lensa negatif diantara lensa positif dan layar, atur
jaraknya sehingga didapat bayangan yang tajam dan jelas
pada layar.
c. Ukur jarak kedua lensa(x) serta jarak bayangan dengan
lensa negatif(S21)
d. Ulangi cara diatas untuk 5 kali pengamatan yang berbeda
e. Catat hasil pengamatan pada tabel.
f. Titik api lensa dihitung dengan persamaan
( XS11 ) S12
F 2=
( XS11 )+S12
E. HASIL PENGAMATAN
Setelah melakukan percobaan pada lensa tipis ini diperoleh data
sebagai berikut :
1. Menentukan focus lensa positif
Tabel lensa positif
NO S (cm) S1 (cm) F (cm)
1 7 53 6,3
2 12 48 9,6
3 8 60 17,14
4 12 60 10
5 10 50 8,33
Rata-rata 10,274
F. ANALIS DATA
1. Menentukan focus lensa positif
Ik S = 7cm
S1= 63cm
F=?
1 1 1
= +
F S S
1 1
+
7 63
18+2
126
1 20
=
F 126
126
F=
20
= 6,3 cm
Dik S=12 cm
S1= 48 cm
F= ?
1 1 1
= +
F S S
1 1
= +
12 48
4+1
=
48
1 5
=
F 48
48
F=
5
= 9,6 cm
Dik S=8 cm
S1= 60 cm
F= ?
1 1 1
= +
F S S
1 1
= +
8 60
15+ 2
=
120
1 17
=
F 120
120
F=
17
= 17,14 cm
Dik S=12 cm
S1= 60 cm
F= ?
1 1 1
= +
F S S
1 1
= +
12 60
5+ 1
=
60
1 6
=
F 60
60
F=
6
= 10 cm
Dik S=10 cm
S1= 50 cm
F= ?
1 1 1
= +
F S S
1 1
= +
10 50
5+ 1
=
8
1 6
=
F 50
50
F=
6
= 8,33 cm
2. Menentukan focus lensa negatif(yang diletakkan dibelakang lensa positif)
Dik X=7 cm
S1=63 cm
S2=5 cm
( XS11 )+ S12
F2=
( X S 11 ) S 12
( 763 ) 5
=
( 763 ) +5
(56 ) 5
=
(56 ) +5
(280 )
=
(51 )
= 5, 4cm
Dik X=8 cm
S1=48 cm
S2=6 cm
( XS11 )+ S12
F2=
( X S 11 ) S 12
( 848 ) 6
=
( 848 ) +6
(40 ) 6
=
(40 )+ 6
(240 )
=
(34 )
= 7,05 cm
Dik X=7 cm
S1=60 cm
S2=6 cm
( XS11 )+ S12
F2=
( X S 11 ) S 12
( 760 ) 6
=
( 760 ) +6
(53 ) 6
=
(53 ) +6
(318 )
=
(47 )
= 6,7 cm
Dik X=6 cm
S1=60 cm
S2=4 cm
( XS11 )+ S12
F2=
( X S 11 ) S 12
( 660 ) 4
=
( 76 )+5
(54 ) 4
=
(54 )+ 4
(216 )
=
(50 )
= 4,32 cm
Dik X=7 cm
S1=50 cm
S2=7 cm
( XS11 )+ S12
F2=
( X S 11 ) S 12
( 750 ) 7
=
( 750 ) +7
(43 ) 7
=
(43 )+7
(301 )
=
(36 )
= 8,36 cm
G. PEMBAHASAN
Dalam percobaan lensa tipis ini dapat ditentukan focus baik pada lensa
positif(konvergen) atau lensa negatif(divergen).
Setelah diletakkan sumber cahaya, benda, lensa,positif dan benda secara
berurutan pada percobaan pertama dan sampai percobaan kelima diperoleh
lima jarak benda yaitu 7,12,8,12 dan 10. Jarak bayangan benda pada lensa
positif diperoleh 63,48,60,60, dan 50. Dan dari hasil pengamatan tersebut
dapat diperoleh juga titik focus yaitu 6,3cm,9,6cm,17,14cm, 10cm, dan
8,33cm.
Sedangkan pada percobaan kedua yang ditambahkan lensa negatif diantara
lensa positif dan layar harus ditentukan jarak bayangan dengan lensa negatif
dilambangkan (S21) dan jarak kedua lensa (x), serta jarak benda dengan lensa
positif(S11). Diperoleh S21 (5,6,6,4,7), S11=(63,48,60,60,50) dan jarak kedua
lensa x (7,8,7,6,7).Fokus lensa negative diperoleh dengan rumus
( xs 1 ) s 2
f 2= yaitu (5,4. 7,05. 6,7. 4,32. 8,36)
( xs 2 ) + s 2
2. Saran
Semua sudah lebih dari cukup untuk pengetahuan dasar fisika
praktikum, tapi masih belum secara rinci praktikum memahami materi
karna waktu dan penjelasan yang terlalu umum.
Terima kasih atas bimbingannya.
OSCILOSKOP
(Alat Ukur Listrik)
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
- Dapat menggunakan osciloskop dengan baik dan benar, sebagai alat untuk
pengukuran tegangan listrik dan pengamatan bentuk tegangan.
- Menentukan beda fase antara dua input pulsa sumber dengan pengamatan
kurva lissajous.
2. Waktu Praktikum
- Hari/tanggal : kamis,20 oktober 2011
C. LANDASAN TEORI
Dahulu sulit untuk dapat melihat gelombang yang dihasilkan oleh osilator, sampai
akhirnya seorang ilmuan Jerman Ferdinand Braun (1850-1918) menemukan
osciloskop sinar katoda tahun 1897. Osilator internal berulang-ulang menyapu
sinar elektron di atas layar pada kecepatan tetap ( Bridgman,1993:33).
Osciloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetairkan sinyal listrik.
Layar osciloskop di bagi atas 8 kotak skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol
pada osciloskop di gunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut. Wujud
atau bangun dari osciloskop mirip sebuah pesawat televisi dengan beberapa
tombol pengatur, kecuali terdapat garis-garis (grid) pada layarnya.
Kegunaan Osciloskop :
- Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu
- Mengatur frekuensi sinyal yang berosilasi
- Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangkaian listrik
- Membedakan arus AC dan arus DC.
Pada saat menggunakan Osciloskop perlu di perhatikan beberapa hal berikut ini :
- Tetukan skala sumbu Y(tegangan) dengan mengatur posisi tombol
Volt/Div pada posisi tertentu
- Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal
masukan
- Gunakan tombol Triger atau hold-off untuk memperoleh sinyal
keluaran yang stabil
- Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus
- Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang
terang.
Makna umum dari sebuah pola yang berulang terhadap waktu disebut gelombang,
termasuk di dalamnya gelombanng suara, otak maupun listrik. Satu siklus dari
sebuah gelombang merupakan bagian dari gelombang yang berulang. Sebuah
bentuk gelombang (waveform) merupakan representasi grafik dari sebuah
gelombang. Sebuah bentuk gelombang dapat menunjukkan berbagai hal tentang
sebuah sinyal. Naik turunnya gelombang menunjukkan perubahan mendadak.
Sumber gelombang listrik (sinyal listrik) dapat berasal dari berbagai macam,
seperti : dari signal generator (pembangkit signal), jala-jala listrik, rangkaian
elektronika, dll (Human Being,2009).
Dalam sirkuit listrik arus searah (Direct Current (DC)) adalah sistem listrik
tertutup yang arus (I, aliran muatan) dan tegangan (v, beda potensial yang
memungkinkan muatan untuk mengalir) adalah tetap sepanjang waktu. Sirkuit DC
terdapat di dalam radio transistor, sedangakan dalam sirkuit AC arus dan tegangan
berubah-ubah seperti suatu fungsi gelombang sinusoidal. Contoh sirkuit AC
adalah sirkuit listrik pada kebanyakan rumah (Bresnick,2002:105).
Untuk itu, arus dan tegangan listrik bolak-balik diukur dengan
Amperemeter AC dan Voltmeter DC. Dengan alat ini, besaran yang terukur
merupakan nilai RMS (Root Mean Square = akar rata-rata kuadrat) atau nilai
efektif dari arus/tegangan. Maka dari itu untuk melihat bentuk arus atau tegangan
sinusoida yang dihasilkan sumber bolak-balik digunakan osiloskop(osciloskop).
Monitor sebuah osciloskop terbagi-bagi menjadi baris-baris dan kolom-kolom
sehingga membentuk sebuah gambar.
Sumbu vertikal menujukkan nilai tegangan atau arus yang dihasilkan oleh
sumber bolak-balik dan sumbu horizontal menunjukkan waktu. Dari sumbu
vertikal dapat ditentukan nilai maksimum tegangan atau arus listriknya, dan dari
sumbu horizontal dapat ditentukan periode atau frekuensi sumber bolak-baliknya.
Dari gambar ditunjukkan bahwa 2 Vm (dari Vm ke-Vm) disebut Vpp (Tegangan
Peak-Peak).
(Kamajaya,2007:185).
Koordinat-koordinat dari titik yang bercahaya pada layar berturut-turut
akan sebanding dengan tegangan yang membelokkan ke arah horizontal dan
tegangan yang membelokkan ke arah vertikal. Inilah prinsip osciloskop sinar
katoda. (Young, Hugh D.2003:173).
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Tabel Pengamatan
1) Sumber Tegangan AC
2) Sumber Tegangan DC
3) Frekuensi
Vpp
Vmaks = Vp =
2
Vmaks
Veff =
2
Vpp
Vmaks = Vp =
2
32
= = 16 volt
2
Vmaks 16 16 2 16 2
Veff = = = x = =
2 2 2 2 2
8 2 volt
Vpp
Vmaks = Vp =
2
50
= = 25 volt
2
Vmaks 25 25 2 25 2
Veff = = = x = =
2 2 2 2 2
12,5 2 volt
Vpp
Vmaks = Vp =
2
60
= = 30 volt
2
Vmaks 30 30 2 30 2
Veff = = = x = =
2 2 2 2 2
15 2 volt
Vpp
Vmaks = Vp =
2
32
= = 16 volt
2
Vmaks 16 16 2 16 2
Veff = = = x = =
2 2 2 2 2
8 2 volt
2. Perhitungan Tegangan DC
Vp = skala x volt/div
Vmaks
Veff =
2
a) Vp = skala x volt/div
= 10 x 2 = 20 volt
Vmaks 20 20 2 20 2
Veff = = = x = =10 2 volt
2 2 2 2 2
b) Vp = skala x volt/div
= 10 x 5 = 50 volt
Vmaks 50 50 2 50 2
Veff = = = x = =25 2 volt
2 2 2 2 2
c) Vp = skala x volt/div
= 8 x 2 = 16 volt
Vmaks 16 16 2 16 2
Veff = = = x = =8 2 volt
2 2 2 2 2
d) Vp = skala x volt/div
= 9 x 2 = 18 volt
Vmaks 18 18 2 18 2
Veff = = = x = =9 2 volt
2 2 2 2 2
e) Vp = skala x volt/div
= 9 x 5 = 45 volt
Vmaks 45 45 2 45 2
Veff = = = x = =22,5 2 volt
2 2 2 2 2
G. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sumber tegangan listrik. Kaitannya
dalam dunia kesehatan yaitu, tegangan AC dan tegangan DC diibaratkan arus
listrik (infuls) jantung yang berasal dari SA node dan AV node.
Sedangkan gelombang yang di hasilkan hampir sama dengan yang di tunjukkan
oleh EKG ( Elektro Kardio Graf), dan perhitungan yang ada pada analisis data
merupakan dasar dari perhitungan yang ada pada EKG. Sedangkan gambar dari
perhitungan kotak yang menunjukkan periode berasal dari arus listrik itu sendiri.
Pada pengamatan sumber tegangan AC dapat dikatakan sumber tegangan
berbanding lurus dengan tegagan efisiensi, dimana dari pengamatan 1 sampai 5
(kecuali 4) mengalami kenaikan Veff seiring dengan semakin besarnya sumber.
Pad frekuensi di pengaruhi skala, time/div dan periode. Makin besar periode,
maka frekuensi yang dihasilkan semakin kecil karena periode berbanding terbalik
dengan frekuensi.
1. Kesimpulan
- Dalam praktikum kali ini lebih di jelaskan lagi proses perangkaian alatnya,
agar kita bisa lebih mengerti jalannya arus
- Untuk praktikan agar lebih memperhatikan saat praktikum berlangsung,
agar tidak terjadi kesalahan saay pengamatan dan penulisan hasil
pengamatannya.
REFRAKTOMETER
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mengukur indeks bias suatu larutan dengan menggunakan
refraktometer
b. Menentukan indeks bias dengan konsentrasi tertentu
c. Menentukan indeks bias cairan pembersih mata
2. Waktu Praktikum
Hari/Tanggal : Kamis, 03 November 2011
Waktu ; 11:00 14:00 wita
3. Tempat Praktikum
Ruang Optik Laboratorium Fisika Lantai 1 Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Mataram
E. HASIL PENGAMATAN
F. ANALISIS DATA
1. Menentukan indeks bias larutan :
a. Aquades
No n1 n1- (n1-)2
1 1,332 0 (0)2=0
2 1,332 0 (0)2=0
3 1,332 0 (0)2=0
4 1,332 0 (0)2=0
5 1,332 0 (0)2=0
6,66 0 0
1. Indeks bias rata-rata
~
n=
n1 = 6,66 =1,332
i1 4
2. Simpangan deviasi
SD =
(n1 n ) = 0 =0
i1
4
b. Larutan insto
No n1 n1- (n1-)2
1 1,333 0 (0)2=0
2 1,333 0 (0)2=0
3 1,333 0 (0)2=0
4 1,333 0 (0)2=0
5 1,333 0 (0)2=0
6,665 0 0
i1 =0
SD=
c. Larutan Visin
No n1 n1- (n1-)2
1 1,334 0 (0)2=0
2 1,334 0 (0)2=0
3 1,334 0 (0)2=0
4 1,334 0 (0)2=0
5 1,334 0 (0)2=0
6,67 0 0
2. Simpangan deviasi
n1
~
n 2
SD=
d. Larutan Rohto
No n1 n1- (n1-)2
1 1,334 0 (0)2=0
2 1,334 0 (0)2=0
3 1,334 0 (0)2=0
4 1,334 0 (0)2=0
5 1,334 0 (0)2=0
6,67 0 0
No X Y
1 Aquades 1,332
2 Insto 1,333
3 Visin 1,334
4 Rohto 1,334
3. Grafik larutan
y
1,334
1,333
In
de 1,332
ks
Bi 1,331
as
1.330
Ra
ta-
Ra Aqaudes Insto Visine Rohto
x
ta Larutan
G. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini kita dapat mengetahui seberapa besar indeks bias
dari keempat larutan yang kita gunakan antara lain aquades, insto, visin, dan
rohto. Dari analisis data kita dapat mengetahui larutan apa saja yang baik
untuk mata di antara keempat larutan tersebut diatas. Yang pertama yaitu
aquades memiliki indeks bias rata-rata (1,332), larutan insto (1,333), larutan
visin (1,334), dan larutan rohto (1,334). Dari hasil tersebut dapat diketahui
dengan jelas bahwa larutan insto, yang baik digunakan untuk mata, karena
larutan insto memiliki indeks bias yang hamper sama atau mendekati besarnya
indeks bias pada cairan mata normal yaitu n = 1,33. Perbedaan besar indeks
bias pada larutan-larutan tersebut disebabkan oleh perbedaan konsentrasi
larutan. Jadi apabila mata iritasi atau terkena debu , maka jenis-jenis larutan
untuk mata diatas baik untuk digunakan pada mata yang terkena debu atau
iritasi.
2. Saran
Dalam praktikum kali ini, diharapkan untuk assisten praktikum agar
lebih mempermudah kami (praktikan) dalam penyelesaian dan
pembuatan laporan, karena akhir-akhir ini banyak sekali tugas-tugas
yang harus diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Intensitas Bunyi
Gabriel, dr. J.f 1966. Fisika kedokteran. Jakarta : Ecet
Gustomi, dwi s,si. 2008. Fisika kelompok teknologi dan kesehatan bandung :
Gratindo media pratama
Murphy, J,T.dkk. 1986. physics, principles and problems. Columbus : Charles
E. Merrill publishing company.
Gravitasi Tubuh
Gabriel.J.F.dr.1996.Fisika Kedokteran.Jakarta:EGC.
Sugijono.dkk.1996.Konsep-konsep Fisika.Jakarta:PT.Intan Pariwara.
http//:www.wikipedia.com
Lensa Tipis
C.Gia ncoli, Dangles.1998.FISIKA edisi lima jilid 2.jakarta:Erlangga.
Agus T, Hari S.2006.Sains fisika SMA/MA 1,2,3.Jakarta:PT Bumi Aksara.
Osciloskop
Bridgman,Roger.1993.Buku Jendela Iptek.London:Dorling Kindersley Limited.
Bresnick,Stephen M.D.2002.Intisari Fisika.Jakarta:Hipokrates.
Kamajaya.2007.Cerdas Belajar Fisika.Bnadung:Grafindo Media.
Young,Hough D.2003.Fisika Universitas.Jakarta:Erlangga.
Refraktometer
Halliday & David.1978.Fisika Jilid 2.Jakarta:Erlangga.
Renreng, Abdullah.1985.Asas-Asas Ilmu Asas Universitas Jilid 2.Ujung
Pandang:Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian
Timur.
Soedarjana,dkk.1976.Energi Gelombang Dan Medan.Jakarta:PN Balai Pustaka.