Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
a. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif

yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak, walaupun pada

kasus hidrosefalus eksternal pada anak-anak cairan akan berakumulasi

di dalam rongga araknoid. (NANDA, 2015 : 88)


b. Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel

serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. (Suryadi, 2006 :

127)

Klasifikasi hidrosefalus dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Hidrosefalus internal : menunjukan adanya dilatasi ventrikel


b. Hidrosefalus eksternal : cenderung menunjukan adanya pelebaran

rongga subarachnoid di atas permukaan korteks.


c. Hidrosefalus komunikans eksternal adalah keadaan hidrosefalus

dimana ada hubungan antara sistem ventrikel dengan rongga

subarachnoid otak dan spinal


d. Hidrosefalus nonkomunikans bila ada blok di dalam system ventrikel

atau salurannya kerongga subarachnoid. (NANDA, 2015 : 88)

2. Etiologi

Hidrosefalus dapat terjadi karena gangguan sirkulasi dalam sistem

ventrikel pada otak. Hidrosefalus obstruktif atau nonkomunikans terjadi

bila sirkulasi otak terganggu yang kebanyakan di sebabkan oleh tumor

7
8

bawaan. Hidrosefalus komunikans yang terjadi karena produksi

berlebihan atau gangguan penyerapan. (NANDA, 2015 : 88)

3. Manifestasi klinis
a. Pembesaran tengkorak, Hipotrofi otak
b. Kelainan neurologi (Mata selalu mengarah ke bawah, gangguan

perkembangan motorik, gangguan penglihatan)


c. Terjadinya penipisan korteks serebrum yang permanen bila

penimbunan cairan di biarkan


d. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol
e. Pada bayi yang suturanya masih terbuka akan terlihat linggkar kepala

fronto osipital yang makin membesar.


(Nanda, 2015 : 88)

4. Patofisiologi
Hidrisefalus terjadi karena adanya gangguan absorbsi CSP dalam

subarachnoid atau adanya obstruktif dalam ventrikel yang mencegah CSP

masuk ke rongga subarachnoid karena infeksi, neoplasma perdarahan,


atau kelainan bentuk perkembangan otak. Cairan terakumulasi dalam

ventrikel dan mengakibatkan dilatasi ventrikel dan penekanan organ-

organ yang terdapat pada otak. (Suryadi & Yuliani, Rita 2006 : 127).

5. pathway

Produksi Likuor berlebih Penumpukan cairan serebrospinalis


Peningkatan retensi aliran (CSS) dalam ventrikel otak secara aktif
likuor
Sakit
Penekanan tekanan
dan nyeri kepala sinus
Desakan pada jaringan otak Peningkatan TIK

Nyeri akut
Tindakan pembedahan Hidrosefalus

Terpasang VP shunt Kurangnya informasi


tentang hidrosefalus
9

Ansietas

Gangguan rasa Adanya port de entri Kehilangan cairan


nyaman nyeri dan benda asing masuk
ke otak
Asupan cairan tidak
adekuat
Resiko tinggi
infeksi
Resiko tinngi kekurangan
volume cairan

(Nanda, 2015 : 88)

6. Komplikasi
a.Peningkatan tekanan intracranial
b. Kerusakan otak
c.Infeksi
d. Shunt tidak berfunggsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
e.Perforasi organ dalam rongga abdomen
f. Kematian.

(Suryadi, 2015 : 127)

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Lingkar kepala pada masa bayi
b. CT atau USG
c. Pemeriksaan Laboratorium : hematologi dan kimia darah

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
10

1) Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus

koroidalis, dengan tindakan reseksi atau koagulasi, qakan tetapi

hasilnya tidak memuaskan.


2) Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan

tempat absorbsi yang menghubungkan ventrikel dengan ruan

subaratnoid.

3) Pengeluaran CSS kedalam organ ekstrakranial.


4) Pembedahan : pemasangan shunt yang bertujuan untuk

mengalirkan cairan serebrospinal yang berlebihan dari ventrikel

ke ruang ekstra kranial misalnya rongga peritoneum, atrium

kanan, dan rongga pleural.

b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Riwayat keperawatan
2) Kaji adanya pembesaran kepala pada anak
3) Kaji lingkar kepala
4) Kaji ukuran ubun ubun
5) Kaji tanda tanda vital khususnya pernafasan
6) Kaji pola tidur, perilaku dan interaksi.

(Nanda, 2015 : 88)

B. Konsep Tumbuh Kembang Anak Remaja (12-18 tahun)


1. Pengertian pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,

yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan

secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara

kognitif, psikososial maupun spiritual. (Nursalam, 2005 : 32)


11

Perkembangan adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah

sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas

seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan

(maturation), dan pembelajaran (learning). Perkembangan manusia

berjalan secara progresif, sistematis dan berkesinambungan dengan

perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi perubahan

dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik,

intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi

adalah dengan bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan

emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan. (Hidayat, A.

2009 : 27).

2. Teori Perkembangan Anak

Pada masa remaja proses pertumbuhan dan perkembangan di tunjukan

terjadi kematangan dalam beberapa fungsi seperti endokrin, kematangan

fungsi seksual hingga tampak sekali masa remaja sudah menunjukan

kedewasaan hidup dalam bermasyarakat, peristiwa tersebut dapat terjadi

oleh karena peristiwa lingkungan sosial. (Hidayat, A, 2009 : 27)

a. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

Perkembangan kognitif pada anak menurut piaget yaitu formal

operasional. Perkembangan pada masa ini sudah terjadi pada


12

perkembangan pikiran dengan membentuk gambaran mental dan

mampu menyelesaikan aktivitas dalam pikiran, mampu menduga dan

memperkirakan pikiran yang abstrak.

b. Perkembanagan Psikososial Menurut Erickson

Tahap identitas dan kebingungan peran terjadi pada masa

adolescence yaitu terjadi perubahan dalam diri anak khususnya

dalam fisik dan pematangan usia, perubahan hormonal, akan

menunjukan identitas dirinya seperti saya kemudian apabila kondisi

tidak sesuai dengan suasana hati maka dapat kemungkinan

menyebabkan terjadi kebingungan dalam peran.

c. Perkembangan psikoseksual menurut Freud


Pada masa remaja anak berada pada tahap genital (organ genital

menjadi sumber utama dan kesenangan seksual). Yaitu terjadi pada

umur lebih dari 12 tahun. Tahap ini dimulai pada saat pubertas

dengan maturasi sistem reproduksi dan produksi hormon-hormon

seks. Kepuasan pada masa anak pada fase ini akan kembali bangkit

dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan

jenis. (Aziz, 2008).


d. Perkembangan Psikomoral Anak Kohlberg
1) Tahap orientasi hukum kepatuhan pada tingkat pemikiran

prakonvesional mempunyai perkembangan sebagai berikut :

anak peka terhadap peraturan yang berlatar belakang budaya,

menghindari hukumann dan patuh pada hukum, bukan atas

dasar norma pada peraturan moral yang mendasarinya.


13

2) Tahap orientasi trelatifitas dan intrumental pada tingkat

pemikiran pra konvesional mempunyai perkembangan sebagai

berikut segala tindakan dilakukan hanya untuk memuaskan

individu.
3) Tahap orientasi masuk kelompok (hubungan dengan orang lain)

mempunyai perkembangan sebagai berikut bertingkah laku yang

menyenangkan dan diterima oleh orang lain.


4) Tahap orientasi hukum dan ketertiban tingkat pemikiran

konvesional mempunyai perkembangan sebagai berikut

membuat keputusan yang benar, berorientasi pada otoritas yang

sudah pasti dan usaha untuk memelihara ketertiban sosial.


5) Tahap orientasi kontrak sosial mempunyai perkembangan

sebagai berikut berprinsip tindakan yang benar adalah tindakan

yang dimengerti dari segala hak individu yang umum dan

disetujui seluruh masyarakat.


6) Tahap orientasi azaz etika universal mempunyai perkembangan

sebagai berikut keputusan yang diambil sesuai dengan keinginan

dan suasana hati prinsip dan etika yang dipilih sendiri,

berpedoman pada peraturan-peraturan yang umum

dimasyarakat.

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama : Kepala yang membesar
2) Riwayat Penyakit Sekarang
14

Ukuran lingkar kepala bertambah secara berangsur-angsur, vena

terlihat jelas bunya cracked-pot pada perkusi, tanda setting sun,

tanda penurunan kesadaran, oposhotonus, dan spastik pada

ekstrimitas bawah, alis mata tertarik keatas, kemampuan makan

yang berkurang, tanda peningkatan TIK (mual, muntah, pusing

pupil oedema) bingung.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Adanya salah satu atau lebih faktor predisposisi terjadinya

hidrosefalus, antara lain :

Riwayat meningitis, infeksi atau perdarahan intrakranial, anoksia

perinatal, atau infeksi intrauterin, tumor otak, malformasi Arnold.

c. Activity Daily Life (ADL )

1) Nutrisi : Kurang nafsu makan, muntah, mengalami kerusakan

menelan.

2) Aktivitas: Mengalami kesulitan menggerakkan kepala akibat

pembesaran ruang tengkorak.

3) Eliminasi : Inkontinensia urine.

4) Tidur : Terjadi gangguan tidur akibat sakit kepala.

5) Hygiene : Sangat tergantung terhadap perawatan diri akibat

kelemahan fisik.

d. Pemeriksaan Fisik
15

1) Kepala : bila menangis ubun-ubun menonjol, terdapat tanda-

tanda cracked-pot, kulit kepala dilatasi dan berkilau, terjadi

hiperekstensi kepala.
2) Wajah : alis mata tertarik keatas, sklera diatas iris sehingga saat

melihat kebawah pupil oedema, berbicara secara inkoheren.


3) Thorax : bunyi nafas stredor, kesulitan bernafas, apnea, aspirasi.
4) Abdomen : bising usus menurun tidak ada reflek muntah.
5) Ekstrimitas : terjadi hiperekstensi yang disebut opistotonus,

kombinasi spastisitas dan ataksia yang lebih mempengaruhi

tungkai dari pada lengan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pra Operasi

1) Kecemasan berhubungan dengan resiko operasi anastesi.

2) Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang

pinformasi tentang tindakan operasi perawatan selanjutnya.

3) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake inadekuat,

kondisi operasi.

4) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake

inadekuat.

b. Pasca Operasi

1) Resiko tinggi terhadap kurangnya volume caiaran berhubungan

dengan kehilangan cairan.

2) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan invasi bakteri

dari tindakan pembedahan.

3) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.


16

4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi

3. Perencanaan

a.Anak tidak menunjukkan adanya tanda tanda komplikasi dan perfusi

jaringan cerebral adekuat.

b. Anak akan menunjukkan tanda tanda terpasangnya shunt dengan

tepat.

c.Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda injuri.

d. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi.

e.Orang tua akan menerima anak dan akan mencari bantuan.

4. Intervensi

a. Pra Operasi

1) Kecemasan berhubungan dengan resiko operasi, anastesi.

Tujuan : Orang tua bayi tidak menunjukkan kecemasan.

Kriteria Hasil : Orang tua menerima secara verbal dari tindakan

pembedahan.

Intervensi dan Rasional :

a) Beri informasi tentang pembedahan.

Rasional : Keluarga akan lebih kooperatif dalam tindakan.


17

b) Identifikasi, klarifikasi kesalah pahaman dan jelaskan bahwa

kecemasan adalah normal.

Rasional : Tindakan operasi meningkatkan kecemasan

membantu orang tua mengatasi stressor.

c) Pastikan orang tua tahu kapan mereka menemui anak mereka.

Rasional : Akan membantu orang tua mengatasi stressor.

d) Ajarkan pada orang tua bagaimana memegang kepala bayi.

Rasional : Mencegah menyebabkan penekanan pada kepala.

2) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang pengalaman

Tujuan : menunjukkan pemahaman mengenai hidrosefalus.

Kriteria Hasil :

a) Orang tua mau berdiskusi tentang perawatan


b) Orang tua mau menimang bayi
c) Orang tua mau menerima setiap support yang diberikan

Intervensi dan Rasional :

a) Jelaskan tentang prosedur pembedahan .

Rasional : Dengan pemberian informasi keluarga akan marasa

aman.

b) Jelaskan perawatan secara spesifik dan jelaskan rasional.

Rasional : mendorong keluarga lebih kooperatif.

c) Jelaskan seberapa sering orang tua dapat mengunjungi anaknya


18

Rasional : Dengan pengetahuan, keluarga akan lebih kooperatif

d) Beri support sesuai lndikasi.

Rasional : Keluarga akan merasa aman dan terlindung.

3) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake inadekuat.

Tujuan : Kebutuhan volume cairan terpenuhi

Kriteria Hasil :

a) Hidrasi adekuat
b) Tekanan darah normal
c) Heart rate dalam batas normal
d) Intake dan output dalam batas normal

e) BB kembali seperti semula


f) Tidak muntah dan tidak diare
g) Tekanan ubun-ubun normal

Intervensi dan Rasional :

a) Monitor intake dan output.

Rasional : Keseimbangan antara intake dan outut yang tepat

b) Monitor suhu axilla tiap 2-4 jam

Rasional : Demam sangat meningkatkan kebutuhan metabolic

c) Anjurkan minum setiap 3 jam


Rasional : membantu dalam pemenuhan volume cairan

4) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake

inadekuat

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :

a) Menunjukkan BB semula
19

b) Bebas dari tanda /gejala adanya hipoglikemia


c) Glukosa darah normal
d) Tidak adanya awitan letargi, flaccid
e) Tidak ada tremor

Intervensi dan Rasional

a) Monitor BB setiap hari

Rasional : Persediaan nutrisi yang cukup untuk kesembuhan

pasien

b) Awasi masukan dan keluaran secara periodik

Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi

c) Selidiki adanya muntah,awasi frekuensi, volume dan konsistensi

feces.

Rasional : Mengidentifikasi masalah untuk meningkatkan

nutrisi.

d) Berikan terapi IV sesuai indikasi

Rasional : Meminimalkan fluktuasi aliran vaskuler, TIK.

b. Pasca operasi
1) Resiko tinggi terhadap kurangnya volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan (terjadi keseimbangan

cairan )

Kriteria Hasil :
20

a) Menunjukkan tidak adanya gejala ganggua kardiovaskuler


b)Nadi normal 18-22 x/menit
c) Urine output normal

d)Tidak ada odema


e) CRT < 3 detik
f)TD normal

Intervensi dan Rasional :

a) Monitor TTV contoh : TD, nadi

Rasional : frekuensi jantung, menurunkan TD

b) Pelihara intake dan output

Rasional : Memberikan informasi tentang status cairan

c) Monitor turgor kulit

Rasional : Kekurangan cairan membran mukosa kering

d) Monitor urine output

Rasional : Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan

2) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan invasi bakteri

dari tindakan pembedahan


Tujuan : resiko infeksi terkontrol
Kriteria hasil : klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Intervensi dan rasional :
a) Monitor tanda dan gejala infeksi
Rasional : agar infeksi dapat ditangani sedini mungkin
b) Pertahankan teknik steril dalam perawtan luka
Rasional : mengurangi resiko terjadinya infeksi

c) Dorong masukan nutrisi yang cukup


21

Rasional : nutrisi yang cukup dapat membntu pembentukan

sistem imun
d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
Rasional : antibiotik dapat digunakan untuk mengontrol

penyebaran infeksi

3) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, pergerakan

restriksi

Tujuan : Nyeri teratasi (kebutuhan rasa nyaman terpenuhi )

Kriteria Hasil : Tidak menunjukkan tanda dan gejala nyeri

Intervensi dan Rasional

a) Monitor nyeri, TTV tiap 2 jam sekali

Rasional : Memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik

b) Berikan lingkungan yang tenang dan posisi yang nyaman

Rasional : Mengurangi stimulus yang berlebihan

c) Berikan analgesik sesuai indikasi

Rasional :dukungan banyak orang mengurangi sedikit nyeri

Anda mungkin juga menyukai