Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUHAN

IKTERUS NEONATORUM

DI RUANG PERINATOLOGI RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI

Oleh :

Nama : Gita Harinastya

NIM : 2016.04.098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2016
LEMBAR PENGESAHAN

Mahasiswa

( )

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )

Mengetahui,

Kepala Ruangan Perinatologi

( )
LAPORAN PENDAHULUAN

Asfiksia Neonatus

A; Pengertian
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000). Asfiksia berarti hipoksia
yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001). Jadi, berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat di
simpulkan bahwa asfiksia merupa suatu keadaan di mana bayi tidak dapat menangis secara
spontan setelah lahir.

Klasifikasi klinis APGAR SCORE :


a; Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)

Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/ menit, tonus otot
buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.
b; Asfiksia ringan sedang (Nilai APGAR 4 6)

Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit, tonus otot kurang baik
atau baik , sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis. Respirasi lambat,
tidak teratur.
c; Bayi normal atau sedikit asfiksia 7 9

Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus otot baik/ pergerakan
aktif , seluruh badan merah, menangis kuat. Respirasi baik.
d; Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Bayi dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa.

Tabel penilaian APGAR SCORE


Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Frekuensi Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Jantung
Usaha Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat
bernafas
Tanus otot Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakan aktif
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, eks biru Seluruh tubuh
kemerahan

B; ETIOLOGI
a; Faktor Ibu
1; Preeklampsia dan eklampsi
2; Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3; Partus lama atau partus macet
4; Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5; Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

b; Faktor Tali Pusat


1; Lilitan tali pusat
2; Tali pusat pendek
3; Simpul tali pusat
4; Prolapsus tali pusat
c; Faktor Bayi
1; Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2; Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
3; Kelainan bawaan (kongenital)
4; Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
C; Tanda Dan Gejala
1; Pernapasan terganggu
2; Detik jantung menurun
3; Refleks/ respons bayi melemah
4; Tonus otot menurun
5; Warna kulit biru atau pucat
6; Kejang
7; Penurunan kesadaran

D; Patofisiologi
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran gas serta
transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan kesulitan pengeluaran C02.
Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan lamanya
asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap, sehingga menimbulkan komplikasi, gejala
sisa, atau kematian penderita.
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02 tubuh ini mungkin
hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung terus, maka
akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang
terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya keseimbangan asam basa berupa
asidosis metabolik. Keadaan ni akan menganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin
terjadi penurunan sirkulasi kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan
frekwensi denyut jantung.

E; Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun,
keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya
edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.

b. Anuria atau oliguria


Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini
dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ
seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia
padapembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine
sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi
jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak

F; Pemeriksaan Diagnostik
1; Analisis gas darah ( ph kurang dari 7,20 )
2; Penilaian apgar scor meliputi ( warna kulit, usaha bernafas, tonus otot )
3; Pemeriksaan EEG dan CT scan jika sudah terjadi komplikasi

G; Penatalaksanaan
a; Terapi Suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang
bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa
yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi baru tahir mengikuti tahap tahapan-
tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

1. Memastikan saluran nafas terbuka :


a; Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
b; Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
c; Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka

2. Memulai pernapasan :
a; Lakukan rangsangan taktil
b; Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
c; Mempertahankan sirkulasi darah (Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah
dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan)
d; Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit )
b; Terapi Medikamentosa
Epinefrin
Indikasi:
1; Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi
adekuat dan kompresi dada belun ada respon.
2; Sistotik
Dosis : 0,1-0,3 ml / kgBB dalam lanrtan I : 10.000 (0,1 mg 0,03 mg / kgBB). Cara :
i.v atau endotakheal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu
Volume Ekspander
Indikasi:
1; Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi rnengalami hipovolernia dan tidak ada
respon dengan resusitasi.
2; Hipovolemi kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ,diitandai
dangan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah dan pada resusitasi tidak
memberikan respons yang adekuat.

Jenis Cairan :
1; Larutan laistaloid isotonis (NaCL 0,9, Ringer Laktat). Dosis : dosis awal 10 ml /
kgBB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon
klinis.
2; Transfursi darah gol O negatif jika diduga kehilangn darah banyak.

Bikarbonat
Indikasi:
1; Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahiryang mendapatkan resusitasi. Diberikan
bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
2; Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia
Harus disertai dengan pemerIksaan analisa gas darah dan kimia.

Dosis : 1-2 mEq/keBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB (74%).


Cara : diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5 % sama banyak diberikan
secara i.v dengan kecepaten min 2 menit.
Efek sarnping : pada keadaan hiperosmolarita, dan kandungan CO2 dari
bikarbonat merusak furgsi miokardium dan otak.
Nalokson
Nalokson Hidroklorida adalah antagonis narkotik yang tidak rnenyebabkan depresi
pernapasan.
Indikasi:
1; Depresi psmapa$an pada bayi bam lahir yang ibunya menggunailcan narkotik 4
jam sebelurn pmsalinan.
2; Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil.
3; Jangan diberilm pada bayi brug lahir yang ibrmya baru dicurigai sebagai
pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanpa with drawl tiba-tiba pada
sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mgikgBB ( 0,4 mg/ml atau lmg/ml)
Cara : i.v endotrakheal atau bila perfusi baik diberikan i.m atau s.c

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


ASFIKSIA NEONATUS
A. PENGKAJIAN
Data subyektif, terdiri dari: Biodata atau identitas pasien (Bayi) meliputi nama, tempat
tanggal lahir, jenis kelamin, Orangtua; meliputi nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat, Riwayat kesehatan, Riwayat
antenatal, Riwayat natal, komplikasi persalinan, Riwayat post natal, Pola eliminasi, Latar
belakang sosial budaya, Kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu
terutama jenis psikotropika, Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, Hubungan
psikologis.

1; Data Obyektif,

terdiri dari:
a; Keadaan umum Tanda-tanda Vital, Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi. bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh <
37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5 C 37,5 C, nadi normal antara 120-
140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit.
b; Pemeriksaan fisik.
1; Kulit; warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm
terdapat lanugo dan verniks.
2; Kepala; kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun
besar cekung atau cembung.
3; Mata; warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna
sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
4; Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
5; Mulut; Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6; Telinga; perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan Leher; perhatikan kebersihannya
karena leher nenoatus pendek
7; Thorax; bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
8; Abdomen, bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae pada garis
papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut
cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna. Umbilikus, tali
pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda-tanda infeksi pada tali
pusat.
9; Genitalia; pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan
10; Anus; perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari
faeses.
11; Ekstremitas; warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
12; Refleks; pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek
moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya
patah tulang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
4. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada
agen-agen infeksius.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA NIC RASIONAL
Bersihan jalan nafasTUJUAN: Setelah Management airway: Management airway:
1; Tentukan kebutuhan 1; pengumpulan
tidak efektif b.ddilakukan tindakan
oral/ suction tracheal data untuk perawatan
produksi mukus banyak keperawatan selama
2; Auskultasi suara
optimal
proses keperawatan
nafas sebelum dan sesudah 2; membantu
diharapkan jalan nafas
suction mengevaluasi
lancar. 3; Bersihkan daerah
keefektifan upaya batuk
NOC:
bagian tracheal setelah
klien
o Tidak menunjukkan
suction selesai dilakukan. 3; meminimaliasi
demam 4; Monitor status
penyebaran
o Rata-rata repirasi
oksigen pasien, status
mikroorganisme
dalam batas normal. hemodinamik segera 4; untuk
o Pengeluaran sputum
sebelum, selama dan mengetahui efektifitas
melalui jalan nafas.
o Tidak ada suara nafas sesudah suction. dari suction.
tambahan.

Pola nafas tidak efektifTujuan: Setelah Management Bersihan


1.untuk membersihkan
b.d hipoventilasi. dilakukan tindakan jalan nafas:
1; Pertahankan jalan nafas guna
keperawatan selama
kepatenan jalan nafas meningkatkan kadar
proses keperawatan
dengan melakukan oksigen yang
diharapkan pola nafas
pengisapan lendir. bersirkulasi dan
menjadi efektif.
2; Pantau status
memperbaiki status
o NOC
pernafasan dan oksigenasi
o Pasien menunjukkan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan.
pola nafas yang 3; Auskultasi jalan
3. 2. membantu
efektif. nafas untuk mengetahuimengevaluasi
o Ekspansi dada
simetris. adanya penurunankeefektifan upaya batuk
o Tidak ada bunyi nafas
ventilasi. klien perubahan AGD
tambahan. 4; Kolaborasi dengan
dapat mencetuskan
o Kecepatan dan irama
dokter untuk pemeriksaan
disritmia jantung.
respirasi dalam batas AGD dan pemakaian alat3. mengetahui adanya
normal. bantu nafas suara tambahan atau
tidak
5. 4. terapi oksigen dapat
membantu mencegah
gelisah bila klien
menjadi dispneu,
dan ini juga membantu
mencegah edema paru.
Kerusakan pertukaran Tujuan: Setelah Management airway:
1; Kaji bunyi paru, 1. membantu
gas b.d dilakukan tindakan
frekuensi nafas, mengevaluasi
ketidakseimbangan keperawatan selama
kedalaman nafas dan keefektifan upaya
perfusi ventilasi. proses keperawatan
produksi sputum. batuk klien
diharapkan pertukaran
2; Auskultasi bunyi nafas,
gas teratasi. 2. membantu
catat area penurunan
NOC : mengevaluasi
aliran udara dan / bunyi
1. Tidak sesak nafas keefektifan upaya
tambahan.
2. Fungsi paru dalam 3; Pantau hasil Analisa batuk klien
3. perubahan AGD
batas normal Gas Darah
dapat mencetuskan
disritmia jantung.

Risiko cedera b.d Tujuan : Setelah Management APD: 1. 1. untuk mencegah


1; Cuci tangan setiap
anomali kongenital dilakukan tindakan infeksi nosokomial
sebelum dan sesudah2. untuk mencegah
tidak terdeteksi atau keperawatan selama
merawat bayi. infeksi nosokomial
tidak teratasi proses keperawatan
2; Pakai sarung tangan3. untuk mencegah
pemajanan pada agen- diharapkan risiko cidera
steril. keadaan yang kebih
agen infeksius. dapat dicegah. 3; Lakukan pengkajian
buruk.
NOC : fisik secara rutin
4. 4.untuk meningkatkan
o Bebas dari cidera/ terhadap bayi barupengetahuan keluarga
komplikasi. lahir, perhatikandalam deteksi awal
o Mendeskripsikan
pembuluh darah talisuatu penyakit
aktivitas yang tepat 5. mencegah terjadinya
pusat dan adanya
dari level penyakit menular
anomali.
perkembangan anak. 4; Ajarkan keluarga
tentang tanda dan gejala
infeksi dan
melaporkannya pada
pemberi pelayanan
kesehatan.
5; Berikan agen imunisasi
sesuai indikasi
(imunoglobulin
hepatitis B dari vaksin
hepatitis

Risiko Tujuan:Setelah Management suhu 1; Untuk mencegah


1; Hindarkan pasien dari
ketidakseimbangan dilakukan tindakan hipotermi
kedinginan dan
suhu tubuh b.d keperawatan selama
tempatkan pada 2. mengetahui suhu
kurangnya suplai O2 proses keperawatan
lingkungan yang pasien
dalam darah. diharapkan suhu tubuh
hangat Mengetahui apakah
normal.
2; Lakukan pengukuran pasien mengalami
NOC :
suhu kekurang O2 didalam
o Temperatur badan 3; Observasi perubahan
tubuhnya.
dalam batas normal. warna pada kulit
o Tidak terjadi
pasien.
distress pernafasan.
o Bayi tidak
menggigil 5. .
o Tidak ada
Perubahan warna
kulit.
Daftar Pustaka

http://bluesteam47.blogspot.com/2010/05/asuhan-keperawatan-asfiksia-neonatorum.html

Nanda. Nic.Noc. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.


MediaAction.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai