Anda di halaman 1dari 3

Analisis Jurnal

Nyeri saat persalinan merupakan suatu ketidaknyamanan yang hampir dirasakan oleh
seluruh wanita saat intrapartum. Tindakan nonfarmakologi banyak diterapkan oleh perawat
sebagai intervensi untuk mengatasi nyeri pada persalinan. Pada suatu penelitian,
mengungkapkan bahwa tindakan nonfarmakologi yang sangat efektif dan mencapai kepuasan
tertinggi yang dirasakan pasien intrapartum adalah warm shower therapy (terapi air hangat).
Terapi air hangat merupakan proses mandi atau pun berendam menggunakan air hangat pada saat
akan menghadapi persalinan normal.
Berdasarkan pada pembahasan jurnal utama yang berjudul Effect of Warm Showering
on Labor Pain during the First Stage of Labor menyatakan bahwa terapi warm shower yang
diberikan pada ibu yang akan melahirkan pada kala 1 dapat mempengaruhi nyeri yang
dirasakannya. Setelah dilakukan tindakan intervensi tersebut, skala nyeri berkurang dari skala
sebelumnya. Hal ini dikarenakan efek yang ditimbulkan air hangat dapat dengan cepat
ditransmisikan ke otak melalui termoreseptor epidermis daripada rangsangan nyeri yang
dihantarkan melalui spinal cord sehingga dapat memblok transmisi nyeri dan mengurangi rasa
nyeri. Efek air hangat juga akan menimbulkan peningkatan suhu pada sirkulasi tubuh, sehingga
dapat mengurangi stres dan cemas yang bisa menyebabkan kram otot. Selain itu, pemberian air
hangat pada bagian jaringan tubuh tertentu dapat meningkatkan metabolisme jaringan dan
elastisitas jaringan, sehingga menimbulkan kenaikan ambang nyeri. Hasil dari penelitian ini
menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen sesudah diberikan intervensi. Sebelum dilakukan intervensi, tidak ada perbedaan
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kemudian setelah dilakukan intervensi
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi, yaitu
terjadi penurunan nyeri (p=0.011) dan penurunan ansietas (p=0.018) pada kelompok intervensi.
Begitupun pada jurnal pembanding 1 yang berjudul Effect of shower bath on pain relief
of parturients in active labor stage. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, nyeri
persalinan yang dirasakan parturient dapat berkurang dengan dilakukannya terapi mandi air
hangat ( shower bath therapy). Hal ini dikarenakan efek air hangat meredistribusi aliran darah
sehingga meningkatkan relaksasi otot yang dapat meningkatkan elastisitas kanal kelahiran.
Selain itu, redistribusi aliran darah juga dapat menurunkan pelepasan katekolamin dan
meningkatkan endorphin sehingga mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepuasan ibu
melahirkan. Hasil diperoleh dari evaluasi nyeri menggunakan VAS sebelum intervensi dan
sebagian besar parturients telah mengukur rasa sakit dengan rata-rata 80 20 mm. Setelah
intervensi, kebanyakan pasien telah mengukur rasa sakit dengan rata-rata 55 22 mm, sehingga
terlihat perbedaan mencolok 25 mm saat membandingkan sebelum dan sesudah intervensi (p
<0,01), menunjukkan bahwa mandi menurunkan rasa sakit pada pasien kala aktif, dengan dilatasi
serviks 4-5 cm.
Pada jurnal pembanding 2 yang berjudul Efficacy of Warm Showers on Labor
Pain and Birth Experiences During the First Labor Stage menyatakan hasil yang sama dengan
jurnal utama dan jurnal pembanding 1. Intervensi mandi ataupun berendam dalam air hangat
pada saat akan menghadapi persalinan, dan pasien mengalami dilatasi serviks 4-5 cm dapat
mengurangi rasa nyeri persalinan. Hal ini dikarenakan air hangat dapat meningkatkan relaksasi
otot sehingga meringankan nyeri, menurunkan tekanan darah dan membantu janin bergeser
posisi ke bawah mendekati jalan lahir. Hasil penelitian tentang khasiat terapi mandi air hangat
dapat mengurangi nyeri persalinan selama tiga fase dari tahap pertama persalinan., pada awal
skor nyeri rata-rata untuk kelompok eksperimen adalah 6,84 (4 cm) dan 8,74 (7 cm)
dibandingkan dengan 5,15 (4 cm) dan 8,22 (7 cm) untuk kelompok kontrol. Pada postintervensi
10 dan 20 menit, mean skor nyeri untuk kelompok eksperimen turun secara signifikan dan untuk
kelompok kontrol meningkat secara signifikan. Peserta kontrol memiliki nilai VASP yang lebih
tinggi pada pelebaran 7 cm dari 4 cm bahwa tingkat nyeri meningkat. Keefektifan mandi hangat
dalam mengurangi nyeri persalinan dikuatkan dengan teori gate kontrol pada rasa sakit
menggambarkan bagaimana saraf mengirimkan sinyal rasa sakit melalui sumsum tulang
belakang ke otak. Rangsangan rasa sakit melewati spinal cord terbuka menuju reseptor di otak,
dimana diarahkan pada respon nyeri yang tepat. Sinyal yang dihasilkan oleh stimulasi air hangat
dari epidermis mencapai otak lebih cepat. Daripada yang dikirim oleh reseptor rasa sakit, ini
efektif memblokir dan mengurangi rasa sakit yang dirasakan. Sirkulasi darah yang
disempurnakan dengan rasa hangat juga mengurangi kram otot akibat stres. Dengan mandi
hangat dapat meningkatkan aktifitas dan pergerakan pasien sehingga mendorong perubahan
posisi yang membantu meringankan rasa sakit. Selain itu, air pada suhu 34 - 38 C membuat
kulit terasa nyaman, dan pada suhu 37 - 40C adalah suhu terbaik mengontrol rasa sakit saat
digunakan dengan benar dan diaplikasikan dalam sesi berdurasi 20 - 30 menit.
Berdasarkan analisis jurnal di atas, didapatkan kesimpulan bahwa pada tiga penelitian
tersebut memiliki hasil yang sama yaitu terapi mandi ataupun berendam menggunakan air hangat
dapat menurunkan nyeri parturients saat akan menghadapi persalinan. Namun terdapat perbedaan
subjek penelitian diantara ketiganya yaitu, pada jurnal utama subjek penelitian adalah wanita
yang sedang mengalami persalinan kala satu ( dilatasi serviks 1-10 cm). Sedangkan pada jurnal
pembanding 1 dan 2 subjek penelitian adalah wanita yang akan mengalami persalinan dengan
dilatasi serviks mencapai 4-5 cm. Intervensi yang dilakukan pada ketiga penelitian ini
merupakan terapi mandi atau pun berendam menggunakan air hangat yang sama-sama dilakukan
selama 30 menit dan minimal selama 20 menit dengan suhu air diantara 37-39 oC. Sebelum
dilakukan intervensi, parturients dipantau denyut jantung janin dan pelebaran serviks.
Pelaksanaan terapi air hangat dilakukan dengan cara 5 menit pertama berendam seluruh bagian
tubuh atau bagian punggung bawah saja, kemudian 15 menit dilakukan air dimana saja yang
membuat ibu nyaman, posisi diizinkan berdiri ataupun duduk. Seteleh itu, DJJ dipantau kembali
dan jika DJJ normal, maka dapat dilakukan berendam tambahan hingga 10 menit dengan suhu
selalu tetap 37-39oC. Namun hal yang perlu diketahui adalah shower bath therapy
dikontraindikasikan pada pasien hipotensi. Hal ini dikarenakan pada awalnya air hangat
mempromosikan vasodilatasi perifer, redistribusi darah dan, sebagai konsekuensinya, tekanan
darah akan lebih menurun jika pasien mengalami hipotensi.

Anda mungkin juga menyukai