Anda di halaman 1dari 16

THERMOCOUPLE

1.1. Latar Belakang


Ada beberapa metode yang umum digunakan sebagai pengukuran

temperatur (sensor) meliputi termokopel, sistem yang diisi (filled system),

tahanan listrik dan elemen bimetal.

Pemilihan sensor temperatur dan sistem yang ingin digunakan bergantung

pada empat faktor, yaitu : harga, ketepatan (akurasi), kepercayaan dan kesesuaian.

Faktor pertama pasti dipertimbangkan karena pengaruh harga sangat

penting sekali. Faktor kedua dapat dipahami sebab bila suatu proses ingin

dikontrol dengan satu atau dua derajat (kadang-kadang dengan derajat fraksi),

proses lain dapat berubah beberapa derajat tentunya tanpa kehilangan efisiensi

atau kualitas.

Faktor kepercayaan dapat digambarkan sebagai berikut : termokopel besi-

konstantan dapat dipakai untuk pengukuran temperatur sekitar 760C. Tetapi,

oksidasi menyebabkan kesalahan awal dan termokopel besi-konstantan

membutuhkan pergantian berulang. Agar lebih dapat dipercaya, termokopel

dengan range temperatur besar dan ketahanan yang lama dapat digunakan.

Faktor kesesuaian pada proses yang hendak diukur turut menentukan

pemilihan sensor; dimana sensor tidak berubah atau bercampur dengan proses.

Misalnya menempatkan termokopel pada sumber panas (thermowell) dalam aliran

dimana proses berlangsung mencegah terjadinya perpindahan panas dengan

konsekuensi kesalahan indikasi temperatur.


Prinsip termoelektrik yang ditemukan oleh Seebeck pada tahun 1821

merupakan satu dasar dari beberapa jenis alat pengukuran temperatur yaitu

termokopel. Bila dua logam yang berbeda dihubungkan bersama pada satu sisi

dan sisi tersebut dipanaskan, akan timbul pada potensial pada sisi yang lain. Dua

kaki bebas tersebut dapat dihubungkan dengan mili voltmeter atau potensiometer

untuk mengukur besarnya emf (electromotive force) yang dihasilkan. Instrumen

yang bekerja sesuai prinsip ini dikenal sebagai pirometer termoelektrik.

Electromotive force yang didapat pada rangkaian termoelektrik disebabkan

oleh dua fenomena, satu dikenal efek Peltier dan yang lain adalah efek Thomson.

Efek Peltier mengatur besar emf hasil dari kontak dua logam berbeda (tetapi

besarnya berubah sejalan dengan temperatur pada titik kontak). Emf akibat dari

efek Thomson (kurang dominan) dihasilkan oleh gradien temperatur kabel

tunggal.

Selama kedua titik kontak dan kedua kabel terdapat gradien temperatur

maka akan timbul dua emf Peltier dan dua amf Thomson. Total emf yang bekerja

pada rangkaian adalah hasil keempat emf tersebut, dengan polaritas ditentukan

dari material yang digunakan dan hubungannya terhadap temperatur pada kedua

sisi. Besar emf ini dapat diukur pada rangkaian di setiap titik dengan instrumen

pengukur emf atau potensiometer.

Termokopel yang umumnya diperdagangkan dapat membangkitkan 20

sampai 50 mV untuk suatu jangkauan temperatur tertentu.

Selama material yang digunakan adalah termokopel komersial (umum

diperdagangkan), efek Thomson dapat diabaikan. Total emf menjadi jumlah kedua
emf yang dibangkitkan oleh efek Peltier. Bila temperatur pada satu sambungan

(reference junction) dipertahankan konstan, atau bila besar emf dikompensasi, emf

efektif termokopel hanya yang dibagkitkan oelh temperatur yang tidak

terkompensasi (measuring junction). Besar emf inilah yang digunakan untuk

mengukur perubahan temperatur.

1.2. Tujuan
- memenuhi tugas praktikum instrumen
- mengetahui hubungan antara perubahan suhu terhadap output
thermocouple
- mengetahui prinsip kerja dari thermocouple
- mengetahui nilai output thermocouple
- mengetahuni jenis-jenis thermocouple
- mengetahui kelebihan dan kekurangan thermocouple.
II. LANDASAN TEORI
II.1. Pembahasan

Gambar 2.1 Termocouple Calibrator

Thermocouple yaitu salah satu type alat ukur temperatur yang memakai

prinsip termoelektris pada suatu material. Seperti yang sudah gw singgung pada

artikel pada awal mulanya, alat ini tersusun atas dua konduktor listrik dari

material yang tidak sama yang dirangkai membuat suatu rangkaian listrik. Bila

salah satu dari konduktor itu dijaga pada temperatur yang lebih tinggi dari pada

konduktor yang lain hingga ada diferensial temperatur, jadi bakal muncul dampak

termoelektris yang membuahkan tegangan listrik. Besar tegangan listrik yang

terbentuk bergantung dari type material konduktor yang dipakai, dan besar

ketidaksamaan temperatur pada dua konduktor itu.


Komponen paling utama dari thermocouple yaitu dua type logam konduktor listrik

yang tidak sama yang dirangkai sedemikian rupa hingga ketika salah satu logam

terserang sumber panas, sedang logam yang lain dijaga di temperatur yang terus,

jadi rangkaian itu bakal membuahkan tegangan listrik spesifik yang nilainya

sepadan dengan temperatur sumber panas. Pemilihan gabungan logam konduktor

yang dipakai pada thermocouple memengaruhi besar daya listrik yang bakal

dibangkitkan. Pemilihan nilai tegangan listrik dari sebagian gabungan konduktor

bisa digambarkan pada grafik dibawah ini, data itu diperoleh dari pengujian

laboratorium. Karakteristik yang berlainan dari tiap-tiap gabungan logam

konduktor ini bakal berguna untuk kita dalam memastikan thermocouple yang pas

untuk dipakai pada beragam rawan temperatur serta media yang berlainan.

Gambar 2.2 prinsip kerja Termocouple

Komponen konduktor thermocouple bisa dirangkai dengan cara seri

ataupun paralel sesuai sama keperluan yang ada. Bila dirangkai dengan cara seri,
jadi nilai tegangan keseluruhan yaitu jumlah dari keseluruhnya tegangan yang

dibangkitkan oleh semasing pasangan konduktor. Sedang bila disusun dengan cara

paralel, serta dengan prasyarat masing-masing pasangan konduktor mempunyai

nilai tahanan yang sama, jadi besar tegangan keseluruhan yang dibangkitkan yaitu

nilai rata-rata dari tegangan yang dibangkitkan oleh semasing konduktor.

Kekuatan thermocouple untuk dirangkai dengan cara seri ataupun paralel ini

berguna ketika dibutuhkannya pengukuran temperatur dengan rawan yang kecil

dan kecermatan yang tinggi.

Gambar 2.3 Grafik Tegangan Konduktor

Tiap-tiap gabungan konduktor yang dipakai pada thermocouple

memastikan rawan temperatur yang bisa di baca oleh thermocouple itu. Pemilihan
material konduktor yang pas pada rawan temperatur kerja spesifik sangatlah di

pengaruhi oleh ketahanan material itu pada sistem oksidasi yang berlangsung pada

temperatur kerja yang di idamkan. Sedang keawetannya di pengaruhi oleh ukuran

kawat yang dipakai, type osilator yang dipakai, dan keadaan lingkungan kerjanya.

Juga sebagai misal, tabel tersebut menguraikan sebagian type gabungan konduktor

dan karakteristik temperatur kerjanya.

Tersedia beberapa jenis termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya

1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))Termokopel

untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu 200 C

hingga +1200 C.
2. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))Tipe E memiliki output

yang besar (68 V/C) membuatnya cocok digunakan pada temperatur

rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.


3. Tipe J (Iron / Constantan) Rentangnya terbatas (40 hingga +750 C)

membuatnya kurang populer dibanding tipe K


4. Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 V/C

5. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy)) Stabil dan

tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk

pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di

atas 1200 C. Sensitifitasnya sekitar 39 V/C pada 900 C, sedikit di

bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe K

Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang

memiliki karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling

stabil, tetapi karena sensitifitasnya rendah (sekitar 10 V/C) mereka biasanya

hanya digunakan untuk mengukur temperatur tinggi (>300 C).


1. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh) Cocok mengukur suhu di atas 1800

C. Tipe B memberi output yang sama pada suhu 0 C hingga 42 C

sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu 50 C.


2. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)Cocok mengukur suhu

di atas 1600 C. sensitivitas rendah (10 V/C) dan biaya tinggi

membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.


3. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)Cocok mengukur suhu

di atas 1600 C. sensitivitas rendah (10 V/C) dan biaya tinggi

membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena

stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran

titik leleh emas (1064.43 C).


4. Type T (Copper / Constantan)Cocok untuk pengukuran antara 200 to

350 C. Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan yang negatif

terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur alternatif

sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43

V/C:

II.2. Prinsip Kerja Termokopel (Thermocouple)

Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada

dasarnya Termokopel hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang

berbeda jenis dan digabungkan ujungnya. Satu jenis logam konduktor

yang terdapat pada Termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan

suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya lagi sebagai logam

konduktor yang mendeteksi suhu panas.


Untuk lebih jelas mengenai Prinsip Kerja Termokopel, mari kita melihat

gambar dibawah ini :Konstruksi Termokopel (thermocouple)

Gambar 2.2 Termocouple

Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua persimpangan atau

Junction memiliki suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan

listrik yang melalui dua persimpangan tersebut adalah NOL atau V1 =

V2. Akan tetapi, ketika persimpangan yang terhubung dalam rangkaian

diberikan suhu panas atau dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan

terjadi perbedaan suhu diantara dua persimpangan tersebut yang kemudian

menghasilkan tegangan listrik yang nilainya sebanding dengan suhu panas

yang diterimanya atau V1 V2. Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini

pada umumnya sekitar 1 V 70V pada tiap derajat Celcius. Tegangan

tersebut kemudian dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang telah

ditetapkan sehingga menghasilkan pengukuran yang dapat dimengerti oleh

kita
III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium instrumentasi STEM


Akamigas pada hari tanggal 19 November 2015.

Alat dan Bahan

No Nama Alat dan Bahan Jumlah Satuan


1 Thermocouple tipe K 1 Buah
2 Multimeter digital 1 Buah
3 Kabel NYF 30 Cm
4 Heater 1 Buah
5 Air 500 mL
6 Power suplay 1 220 Vac
7 Tabel koncersi suhu 1 Buah
8 Handler Stand 1 Buah
9 Thermometer glass standar 1 Buah
10 Alat ukur suhu ruangan 1 Buah
3.2. Prosedur Kerja
1. Mendengarkan materi yang disampaikan, lalu membaca insruksi
kerja yang telah disampaikan.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, periksa kondisi alat
tersebut
3. Memasang seluruh peralatan sesuai instruksi yang disampaikan
4. Setelah semua alat terpasang, isi heater dengan air 500 mL
5. Hubungkan heater dengan sumber listrik
6. Mengamati perubahan output tegangan thermocouple yang terbaca

pada voltmeter setiap kenaikan suhu 10 dengan range 30 -

90
7. Apabila suhu sudah mencapai 90 maka segera putuskan

sambungan listrik
8. Melakukan pendinginan air hingga 30 dan amati setiap

penurunan suhu 10
9. Mencatat hasil pengamatan
10. Membuat laporan sementara
IV. HASIL PENGAMATAN

Percobaan yang dilakukan menghasilkan data sebagai berikut :

Tabel 4.1 percobaan deviasi pembacaan temperature

No. T (0C) Vj1 (mV) Vj2 (mV) Vj1- Vj2 VAB error

1 30 1.203 1.203 0 0 0

2 40 1.612 1.203 0.409 0.42 0.011

3 50 2.023 1.203 0.820 0.85 0.03

4 60 2.436 1.203 1.233 1.27 0.037

5 70 2.851 1.203 1.648 1.76 0.122

6 80 3.267 1.203 2.064 2.22 0.156

7 90 3.682 1.203 2.479 2.71 0.231

L1

VJ1 VAB

L2 Vj2 L2

J2
Penggunaan thermocouple selalu memiliki kemampuan tertentu dalam
melakukan pembacaan. Salah satunya adalah range kemampuan pembacaan
seperti thermocouple. Sinyal standard yang dihasilkan adalah sinyal listri 4-20 mA
sehingga dengan mengukur arus yang keluar maka didapatkan lower dan upper
limit dari suatu perlatan. Data mengenai kemampuan pengukuran thermocouple
tersebut disajikan pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Percobaan Range Pengukuran Termocouple

No. Arus (mA) Temperature

1 4 40,19

2 5 42,53

3 6 45,32

4 7 49,11

5 8 52,72

6 9 54,01

7 10 55,08

8 11 57,36

9 12 59,59

10 13 62,87

11 14 68,66

12 15 68,78

13 16 70,82

14 17 72,68

15 18 75,61

16 19 77,44

17 20 80,10
V. KESIMPULAN DAN ANALISA DATA

Pada percobaan yang telah dilakukan, suhu dimulai dari 30

sampai dengan 90 . Pada pengukuran tegangan di Vj1, terjadi

kenaikkan tegangan setiap suhunya naik. Tegangan di Vj 2 dibuat konstan

karena sebagai referensi untuk menghitung Vab. Berdasarkan hasil

perhitungan, Vab naik karena kenaikkan suhu. Sedangkan error yang terjadi

juga cenderung naik. Hal tersebut mengakibatkan hasil pengukuran tidak

linier dan presisi.

Kemampuan pengukuran suhu oleh thermocouple yang diuji


o
adalah 40 C hingga 80oC. hal ini merupakan kemampuan dari

thermocouple yang dipergunakan. Namun terdapat perbedaan temperature

yang terbaca sehingga tidak tepat pada 40oC dan 80oC.

Anda mungkin juga menyukai