Anda di halaman 1dari 13

A.

Latar Belakang Masalah


Akuntansi dikelompokan dalam beberapa konsentrasi keilmuan,
Kusnadi, dkk (1999) mengelompokan akuntansi menjadi 11 bidang, yaitu :
Akuntansi Keuangan, Pemeriksaan, Akuntansi Biaya, Akuntansi Manajemen,
Akuntansi Perpajakan, Sistem Akuntansi, Akuntansi Anggaran, Akuntansi
Internasional, Akuntansi Non Profit, Akuntansi Sosial, Instruksi Akuntansi.
Berapapun banyaknya pembagian konsentrasi akuntansi, sebenarnya
hanya bermuara pada 2 kelompok akuntansi, yaitu akuntansi komersial dan
akuntansi pemerintahan. Sebagian orang mengelompokkannya sebagai
akuntansi sektor publik, tetapi untuk konsistensi bahasa dalam artikel ini
penulis hanya akan menyebutnya dengan istilah akuntansi pemerintahan.
Hawa segar mulai muncul ketika akhirnya diterbitkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tulisan ini mencoba
membahas berbagai aspek yang berhubungan dengan akuntansi
pemerintahan.
B. Rumusan Masalah
Jkjk
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini :
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Pemerintahan


Sejarah organisasi sektor publik sebenarnya sudah ada sejak ribuan
tahun yang lalu. Kemunculannya lebih dipengaruhi pada interaksi yang
terjadi pada masyarakat dan kekuatan sosial di dalam masyarakat. Kekuatan
sosial masyarakat, yang umumnya berbentuk pemerintahan organisasi
sektor publik ini, dapat diklasifikasikan dalam:
a. Semangat kapitalisasi (Capitalistic Spirit).
b. Peristiwa politik dan ekonomi (Economic and Politic Event).
c. Inovasi teknologi (Technology Inovation).
Pengertian/definisi Akuntansi Pemerintahan menurut Revrisond
Baswir adalah: Akuntansi Pemerintahan (termasuk di dalamnya akuntansi
untuk lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba lainnya), adalah
bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-
lembaga yang tidak bertujuan mencari laba. Akuntansi Sektor Publik juga
dapat didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang
diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi
negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN,
BUMD, LSM dan yayasan sosial.
Ciri-ciri umum entitas yang menjalankan akuntansi pemerintahan
adalah :
a. Non-Profit Motive
b. Sumber Pendanaan dari pajak, retribusi, utang, obligasi pemerintah,
laba BUMN/BUMD, penjualan aset negara dsb.
c. Pertanggungjawaban keuangan dan operasional kepada masyarakat
(publik) dan parlemen (DPR/DPRD).
d. Struktur Organisasi bersifat birokratis, kaku, dan hierarkis.
e. Karakteristik anggaran terbuka untuk publik.
Berdasarkan pengertian di atas Akuntansi Pemerintahan adalah
akuntansi yang digunakan dalam suatu organisasi pemerintahan / lembaga
yang tidak bertujuan untuk mencari laba, dan merupakan suatu bagian dari
disiplin ilmu akuntansi yang utuh.
Pemerintah sebagai entitas yang menjalankan akuntansi publik
memiliki tujuan menjalankan pemerintahan dengan baik dan supaya tujuan
negaranya menjadi terwujud. Tujuan akuntansi pemerintahan memang bukan
mutlak mencari laba, namun bukan berarti diharamkan mencari laba. Atas
nama terselenggaranya kehidupan bernegara lebih baik, laba dapat juga
diambil, tentu dengan mementingkan pelayanan kepada masyarakat terlebih
dahulu.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas
dan kompleks dibandingkan sektor swasta atau bisnis. Keluasan wilayah
publik tidak hanya disebabkan keluasan jenis dan bentuk organisasi yang
berada di dalamnya, tetapi juga kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi
lembaga-lembaga publik tersebut.
Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan
pemerintahan (Pemerintah Pusat dan Daerah serta unit kerja pemerintah),
perusahaan milik negara dan daerah (BUMN dan BUMD), yayasan,
universitas, organisasi politik dan organisasi massa, serta Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM).

B. Akuntansi Perusahaan vs Akuntansi Pemerintahan


Keterangan Pemerintahan Perusahaan
Tujuan entitas Non-Laba Laba
Pajak , retribusi , utang ,
Laba ditahan , penjualan
penerbitan obligasi
asset, utang bank ,
Sumber pendanaan pemerintah, laba
penerbitan saham,
BUMN/BUMD,
penerbitan obligasi
penjualan asset negara
Masyarakat ( public ) dan Para pemegang saham
Pertanggungjawaban
parlemen ( DPR/DPRD ) dan kreditor
Sruktur organisasi Birokratis Fleksibel
Karakteristik anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
Stakeholder Lingkup luas Lingkup sempit
Sistem akuntansi Cash basis accounting Accrual basis accounting

Akuntansi Perusahaan dengan Akuntansi Pemerintahan berbeda


disebabkan karena perbedaan sifat dan karakteristik. Perbedaan karakteristik
perusahaan dengan entitas pemerintahan (diolah dari berbagai sumber, e.g.
Mardiasmo (2002) dan Bastian (2001)) seperti yang telah ditunjukkan pada
tabel di atas.
Akuntansi pemerintahan dan akuntansi komersial memiliki persamaan
dan perbedaan yang menurut BPKP (2002 : 40) persamaan akuntansi
pemerintahan dan akuntansi komersial adalah :
1) Memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil operasi.
2) Mengikuti prinsip-prinsip dan standar akuntansi yang diterima secara
umum.
3) Merupakan bagian terpadu dari sistem ekonomi yang sama dan juga
menggunakan sumber daya yang langka untuk mencapai tujuan.
4) Menggunakan dan mengkonversi sumber daya yang langka yang
akan diolah untuk menghasilkan barang dan jasa dalam bentuk yang
lebih berguna.
5) Menghasilkan laporan keuangan.
6) Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan informasi yang sangat
bergunan bagi proses pengambilan keputusan.
7) Memerlukan informasi yang akurat.
Jadi, meskipun memiliki perbedaan, pada dasarnya fungsi akuntansi
dalam bidang apapun adalah sama yaitu menyajikan informasi bagi berbagai
pihak tentang kejadian-kejadian ekonomi sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Namun selain fungsi umum, akuntansi pemerintahan memiliki fungsi
khusus, yaitu :
1) Menghitung layanan yang dicapai oleh pemerintah.
2) Membantu mengamankan dan mengawasi semua hak dan kewajiban
pemerintah khususnya dari segi ukuran finansial.
3) Memberikan informasi yang sangat berguna kepada para pihak yang
berkepentingan.
4) Mengukur efektifitas dan efisiensi kinerja eksekutif di dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Pendapat lain dikemukakan oleh BPKP bahwa fungsi dari akuntansi
pemerintahan adalah :
1) Pertanggungjawaban
Akuntansi pemerintahan memberikan informasi keuangan yang
lengkap, cermat dalam bentuk dan waktu yang tepat, yang berguna
bagi pihak yang bertanggungjawab yang berkaitan dengan unit-unit
pemerintahan.
2) Manajerial
Akuntansi pemerintahan menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah.
3) Pengawasan
Akuntansi pemerintahan memungkinkan terselenggaranya
pemeriksaan efektif dan efisien oleh aparat pengawasan fungsional.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
fungsi akuntansi pemerintahan adalah untuk memberikan jaminan kepada
masyarakat bahwa pemerintahan berjalan dalam koridor yang benar dan dapat
dipertanggungjawabkan.

C. Ruang Lingkup Akuntansi Pemerintahan


Akuntansi pemerintahan tidak hanya berisi tentang penjelasan yang
diberikan pemerintah nasional tetapi diberikan juga oleh PBB ( Perserikatan
Bangsa-Bangsa ) (A Manual Government Accounting) yang dapat diringkas
sebagai berikut (dalam Bachtiar Arif dkk, 2002:9):
1) Dapat memenuhi persyaratan Undang-Undang Dasar, Undang-
Undang dan Peraturan lain.
Akuntansi Pemerintah dirancang untuk memenuhi persyaratan-
persyaratan yang ditentukan oleh Undang-Undang Dasar, UU dan
Peraturan lain. Apabila terdapat dua yaitu untuk kepentingan
efisiensi dan ekonomis di satu sisi, sedangkan di sisi lain hal tersebut
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, UU atau Peraturan
lainnya, maka akuntansi tersebut harus disesuaikan denganUndang-
Undang Dasar, Undang-Undang dan Peraturan lainnya.
2) Dikaitkan dengan klasifikasi anggaran.
Sistem Akuntansi Pemerintahan harus dikembangkan sesuaidengan
klasifikasi anggaran yang telah disetujui pemerintah danlembaga
legeslatif. Fungsi anggaran dan akuntansi harus salingmelengkapi
didalam pengelolaan keuangan negara serta harusdiintegrsikan.
3) Perkiraan-perkiraan harus diselenggarakan.
Sistem Akuntansi Pemerintah harus mengembangkan perkiraan-
perkiraan untuk mencatat transksi-transaksi yang terjadi. Perkiraan-
perkiraan yang dibuat harus dapat menunjukkan akuntabilitas
keuangan negara yang andal dari sisi obyek dan tujuan penggunaan
dana serta pejabat atau organisasi yang mengelolanya.
4) Memudahkan pemeriksaan oleh aparatur pemerintah.
Sistem Akuntansi Pemerintah yang dikembangkan harus
memungkinkan aparat pemeriksaan untuk melakukan tugasnya.
5) Sistem akuntansi harus terus dikembangkan.
Dengan adanya perubahan lingkungan dan sifat transaksi, sistem
Akuntansi Pemerintah harus terus disesuaikan dan dikembangkan
sehingga tercapai efisiensi, efektivitas dan relevansi.
6) Perkiraan-perkiraan yang harus dikembangkan secara efektif.
Sistem Akuntansi Pemerintah harus mengembangkan perkiraan-
perkiraan secara efektif sehubungan dengan sifat dan
perubahanlingkungan sehingga dapat mengungkapkan hasil ekonomi
dankeuangan dari pelaksanaan suatu program.
7) Sistem harus dapat melayani kebutuhan dasar informasi keuangan
guna pengembangan rencana dan program.
Sistem Akuntansi Pemerintah harus dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan para pengguna informasi keuangan yaitu, pemerintah,
rakyat (lembaga legeslatif), lembaga donor, Bank Dunia, dan lain
sebagainya.
8) Pengadaan suatu perkiraan
Perkiraan-perkiran yang dibuat harus memungkinkan analisis
ekonomi atas data keuangan dan mereklasifikasi transaksi-transaksi
pemerintah baik pusat maupun daerah dalam rangka pengembangan
perkiraan-perkiraan nasional.

D. Proses Penyusunan SAP


Komite standar yang dibentuk Menteri Keuangan sampai dengan
pertengahan tahun 2004 telah menghasilkan draf SAP yang terdiri dari
kerangka konseptual dan 11 pernyataan standar, semua kerangka tersebut
disusun melalui Due Process.
Process penyusunan (Due Process) yang digunakan adalah proses
yang berlaku umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap
kondisi yang ada di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena
pertimbangan kebutuhan yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk
memahami dan melaksanakan standar yang ditetapkan. Tahap tahap
penyiapan SAP adalah sebagai berikut:
a) Identifikasi Topik untuk dikembangkan menjadi standar.
b) Pembentukan kelompok kerja (Pokja) dalam KSAP.
c) Riset terbatas oleh kelompok kerja.
d) Penulisan draf SAP oleh kelompok kerja.
e) Pembahasan draf oleh komite kerja.
f) Pengambilan keputusan draf untuk dipublikasikan.
g) Peluncuran draf publikasian SAP (exposure draft).
h) Dengar pendapat terbatas (limited hearing) dan dengar pendapat
publik (public hearings).
i) Pembahasan tanggapan dan masukan terhadap draf publikasian.
j) Finalisasi standar.
Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing, standar dibahas
bersama dengan Tim Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah
dilakukan pembahasan berdasarkan masukan masukan KSAP melakukan
finalisasi standar kemudian KSAP meminta pertimbangan kepada BPK
melalui Menteri Keuangan. Namun draf SAP ini belum diterima oleh BPK
karena komite belum ditetapkan dengan Keppres. Sehubungan dengan hal
tersebut, melalui Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 dibentuk Komite
Standar Akuntasi Pemerintahan. Komite ini segera bekerja untuk kembali
menyempurnakan draf SAP yang pernah diajukan kepada BPK agar pada
awal tahun 2005 dapat segera ditetapkan.
Draf SAP pun diajukan kembali kepada BPK pada bulan November
2004 dan mendapatkan pertimbangan dari BPK pada bulan Januari 2005.
BPK meminta langsung kepada Presiden RI untuk segera menetapkan Standar
Akuntasi Pemerintahan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Proses penetapan
PP SAP pun berjalan dengan Koordinasi antara Sekretariat Negara,
Departemen Keuangan, dan Departemen Hukum dan HAM, serta pihak
terkait lainnya hingga penandatanganan peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan oleh Presiden tanggal
13 Juni 2005.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntasi
Pemerintahan terdiri dari:
1. PSAP 01: Penyajian Laporan Keuangan.
2. PSAP 02: Laporan Realisasi Anggaran.
3. PSAP 03: Laporan Arus Kas.
4. PSAP 04: Catatan Atas Laporan Keuangan.
5. PSAP 05: Akuntasi Persediaan.
6. PSAP 06: Akuntasi Investasi.
7. PSAP 07: Akuntansi Aset Tetap.
8. PSAP 08: Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan.
9. PSAP 09: Akuntansi Kewajiban.
10. PSAP 10: Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
dan Peristiwa Luar Biasa.
11. PSAP 11: Laporan Keuangan Konsolidasian.
PP SAP akan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah berupa:
a) Neraca.
b) Laporan Realisasi Anggaran.
c) Laporan Arus Kas.
d) Catatan atas Laporan Keuangan.
Dengan adanya SAP maka laporan keuangan pemerintah pusat /
daerah akan lebih berkualitas (dapat dipahami, relevan, andal dan dapat
diperbandingkan). Dan laporan tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh
BPK untuk diberikan opini dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan,
sebelum disampaikan kepada para stakeholder antara lain: pemerintah
(eksekutif), DPR/DPRD (legislatif), investor, kreditor dan masyarakat pada
umumnya dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas keuangan negara.

E. Prinsip dalam Akuntansi Pemerintahan


Terdapat delapan prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan yang
digunakan dalam akuntansi pemerintahan. Kedelapan prinsip tersebut adalah
sebagai berikut: basis akuntansi, prinsip nilai historis, prinsip realisasi, prinsip
substansi mengungguli bentuk formal, prinsip periodisitas, prinsip
konsistensi, prinsip pengungkapan lengkap, dan prinsip penyajian wajar.
1) Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintahan adalah basis kas dan basis akrual. Basis kas digunakan
untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan
Realisasi Anggaran. Sedangkan, basis akrual digunakan untuk pengakuan
aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.
Basis kas digunakan untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa:
a) Pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
b) Belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
Entitas pelaporan tidak mengenal konsep dan istilah laba.
Penentuan sisa pembiayaan anggaran (baik sisa lebih atau kurang) pada
perioda tersebut ditentukan oleh selisih realisasi penerimaan dan
pengeluaran. Pendapatan dan belanja bukan tunai seperti misalnya
bantuan dari pihak asing dalam bentuk barang dan jasa disajikan pada
Laporan Realisasi Anggaran.
Basis akrual digunakan untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban,
dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau
pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan.
Entitas pelaporan yang menyajikan juga Laporan Kinerja
Keuangan (sebagai laporan tambahan) diperbolehkan
menyelenggarankan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan
menggunakn basis akrual secara penuh (full accrual basis). Dengan kata
lain, full accrual basis diterapkan tidak hanya dalam pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dana, tetapi juga dalam pengakuan pendapatan,
belanja, dan pembiayaan. Namun, meskipun full accrual basis digunakan,
penyajian Laporan Realisasi Anggaran tetap berdasarkan pada basis kas.
2) Prinsip Nilai Historis (Historical Cost)
Berdasarkan prinsip nilai historis (historical cost), aset dicatat
sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar nilai
wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada
saat perolehan. Sedangkan, kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan
setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
di masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan.
Nilai historis dipakai untuk mencatat nilai aset atau kewajiban karena
nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena
lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Namun, apabila informasi nilai
historis tidak diperoleh, maka dapat menggunakan nilai wajar aset atau
nilai wajar kewajiban.
3) Prinsip Realisasi (Realization)
Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah
diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal
akan digunakan untuk membiayai belanja dan hutang yang terjadi dalam
periode tersebut. Prinsip layak temu (penandingan) biaya-pendapatan
(matching cost against revenue principle) dalam akuntansi pemerintahan
tidak mendapat penekanan sebagaimana dalam akuntansi komersial.
4) Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form)
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau
peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi
dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila
substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan
aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas
dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Dengan kata lain, prinsip
substansi mengungguli bentuk formal (substance over form) memberi
pedoman bagi penyusun laporan keuangan agar dapat menyajikan suatu
informasi (akun) dengan wajar. Agar tujuan tersebut tercapai maka suatu
transaksi atau peristiwa lain yang terkait harus dicatat dan disajikan
berdasarkan aspek substansi (realitas ekonomi), bukan hanya berdasarkan
aspek formalnya. Apabila terdapat inkonsistensi atau perbedaan antara
aspek ekonomi dan aspek formalnya, maka hal tersebut harus
diungkapkan (disclose) secara memadai.
5) Prinsip Periodisitas (Periodicity)
Kegitan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi perioda-perioda pelaporan sehingga kinerja entitas dapat
diukur dan posisi sumber daya yang dimiliki dapat ditentukan. Perioda
pelaporan yang utama digunakan adalah tahunan (annually). Namun,
tidak menutup kemungkinan penggunaan perioda pelaporan yang lebih
pendek, yaitu perioda bulanan, triwulanan, dan semesteran. Penggunaan
perioda pelaporan tersebut dianjurkan untuk digunakan.
6) Prinsip Konsistensi (Consistency)
Berdasarkan consistency principle, suatu entitas harus menerapkan
perlakuan akuntansi yang sama dari perioda ke perioda terhadap kejadian
yang serupa (prinsip konsistensi internal). Namun, prinsip konsistensi
tidak berarti bahwa suatu entitas tidak boleh mengubah metoda akuntansi
yang sudah dipilih untuk diterapkan. Metoda akuntansi yang telah
diterapkan dapat diubah dengan syarat bahwa penerapan metoda baru
dapat memberikan informasi yang lebih baik dibandingkan dengan
metoda lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metoda tersebut harus
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
7) Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)
Prinsip pengungkapan penuh mewajibkan suatu entitas untuk menyajikan
laporan keuangan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna. Pengungkapan atas informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
tersebut dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan
keuangan atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
8) Prinsip Penyajian Wajar (Fair Presentation)
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
F. Tantangan yang dihadapi Akuntansi Pemerintahan
1) Komitmen dari pimpinan
Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari
suatu perubahan. Diundangkannya tiga paket keuangan negara serta
undang undang pemerintahan daerah menunjukkan keinginan yang kuat
dari pihak eksekutif dan pihak legislatif untuk memperbaiki sistem
keuangan negara yang di dalamnya juga termasuk perbaikan atas
akuntansi pemerintahan. Yang menjadi ujian sekarang adalah
bagaimana penerapan dari perubahan akuntantansi pemerintahan dalam
pencatatan dan pelaporan oleh Departemen/Lembaga di pemerintah
pusat dan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk pemerintah daerah. Sistem
akuntansi pemerintah pusat mengacu kepada pedoman yang disusun
oleh Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan
oleh Gubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu kepada peraturan
daerah tentang pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi
pemerintah pusat dan daerah disusun dengan mengacu kepada Standar
Akuntansi Pemerintahan. Karena pengaturan yang jelas dalam
perundang-undangan, nampaknya penerapan akuntansi pemerintahan
akan memperoleh dukungan yang kuat dari para pimpinan
Departemen/Lembaga di pusat dan Gubernur/Bupati/Walikota di
daerah.
2) Tersedianya SDM yang kompeten
Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan
disampaikan masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada
BPK selambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Selanjutnya, selambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi
diserahkan oleh Presiden kepada DPR dan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan
laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai
akuntansi pemerintahan. Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa,
apalagi untuk masa awal penerapan akuntansi pemerintahan. Untuk itu,
pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan
SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya
memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk
mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan
akuntansi pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi
tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang
kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.
3) Resistensi terhadap perubahan
Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal
yang sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk
mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai kebijakan dan
dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan akuntansi
pemerintahan dapat berjalan dengan baik.
4) Lingkungan/masyarakat
Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung
keberhasilan dari penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu
didorong untuk mampu memahami laporan keuangan pemerintah
sehingga dapat mengetahui dan memahami penggunaan atas
penerimaan pajak yang yang diperoleh dari masyarakat maupun
pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan dukungan yang positif
dari masyarakat akan mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan
akuntabel dalam menjalankan pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai