Anda di halaman 1dari 2

Masa Kejayaan Kerajaan Kutai

Kutai, Kalimantan Timur. Sebuah wilayah yang sangat penting bagi tonggak perjalanan sejarah
bangsa Indonesia. Di tempat ini, di masa silam, pernah berdiri Kerajaan Kutai, kerajaan tertua di
Indonesia yang diperkirakan berdiri pada abad ke-4 masehi. Dari 6 prasasti atau yupa yang
ditemukan di Muara Kaman, dalam masa pemerintahannya, Kerajaan Kutai sangat makmur dan
rakyatnya sejahtera.

Kejayaan Kerajaan Kutai dibawah Dinasti Kudungga, meredup, dibalik kegemilangan kerajaan-
kerajaan besar seperti Majapahit dan Singosari. Sejak itu, tak ada lagi cerita tentang kehidupan
Kerajaan Kutai dibawah Dinasti Kudungga.

Kudungga yang merupakan pendiri kerajaan ini berasal dari Kerajaan Campa di Kamboja.
Aswawarman yang merupakan anak dari Kudungga dipercaya menjadi raja pertama di Kerajaan
Kutai Martadipura dengan gelar Wangsakarta. Tetapi, beberapa catatan sejarah ada juga yang
menganggap Kudungga adalah raja yang pertama.

Raja Mulawarman adalah salah satu dari tiga anak Raja Aswawarman. Beliau menjadi penerus
pemegang tampuk pemerintahan kerajaan Kutai Martadipura.

Di masa pemerintahan Raja Mulawarman ini kerajaan mencapai masa kejayaan. Hal ini karena
beliau begitu bijaksana dan royal bagi hal-hal yang religius. Para brahmana dihadiahi emas,
tanah, dan ternak secara adil, pengadaan upacara sedekah di tempat yang dianggap suci atau
Waprakeswara.

Rakyat pun menghormati rajanya dengan menyelenggarakan kenduri demi keselamatan raja.
Kebesaran raja Mulawarman tertuang dalam tulisan-tulisan pada tugu prasasti.

Prasasti Mulawarman terdiri dari 7 yupa yang isinya berupa puisi anustub, tetapi hanya 4 yupa
yang baru berhasil dibaca dan dialihbahasakan. Yupa adalah tugu batu yang dipakai untuk
menambatkan hewan kurban. Berikut ini adalah transkripsi dari prasasti.

Sejarah Runtuhnya Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai berakhir pada saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas
dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.
Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara
yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung Kute).

Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama.
Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam. Sejak tahun 1735 kerajaan Kutai
Kartanegara yang semula rajanya bergelar Pangeran berubah menjadi bergelar Sultan (Sultan Aji
Muhammad Idris) dan hingga sekarang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Begitulah didalam sejarah tercatat, kerajaan kutai akhirnya mengalami keruntuhan.

Sang Mahrja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang
Awawarmman namanya, yang seperti Anguman (dewa Matahari) menumbuhkan
keluarga yang sangat mulia. Sang Awawarmman mempunyai putra tiga, seperti api
(yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mlawarmman, raja
yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mlawarmman telah mengadakan
kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri
(selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.

Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah
20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang seperti api, (bertempat) di tanah
yang suci (bernama) Waprakeswara. Untuk (peringatan) akan kebaikan budi sang
raja itu, tugu ini telah dibuat oleh para brahmana yang datang ke tempat ini.
Sejarah Nasional Indonesia Jilid II (Edisi Pemutakhiran, 2010: 39).

Dari penjelasan di atas, Waprakeswara diibaratkan seperti sebidang tanah yang suci
yang digunakan Raja Mulawarman untuk menyerahkan kurban kepada para
brahmana.

Anda mungkin juga menyukai