PENDAHULUAN
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada pratikum ini
adalah:
1. Bagaimana analisis biaya usahatani?
2. Berapa pendapatan dan keuntungan petani yang diperoleh?
3. Berapa BEP volume produksi usahatani tersebut?
4. Berapa BEP harga produksi dari usahatani tersebut?
5. Bagaimana analisis kelayakan usaha tani (B/C ratio) pada usahatani tersebut?
1.3. Tujuan
Berdasarkan identifkasi masalah tersebut, maka tujuan dari pratikum ini adalah:
1. Mengidentifikasi analisis biaya usahatani.
2. Mengidentifikasi pendapatan dan keuntungan petani yang diperoleh.
3. Mengidentifikasi BEP volume produksi usahatani tersebut.
4. Mengidentifikasi BEP harga produksi dari usahatani tersebut.
5. Mengidentifikasi analisis kelayakan usaha tani (B/C ratio) pada usahatani
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Daun
Daun kacang panjang merupakan daun majemuk yang bersusun tiga helaian. Daun
berbentuk lonjong dengn ujung daun runcing (hampir segitiga). Tepi daun rata, tidak
berbentuk, dan memiliki tulang-tulang daun yang menyirip. Kedudukan daun tegak
agak mendatar dan memiliki tangkai utama.
Daun panjangnya antara 9 cm-13 cm dan panjang tangkai daun 0,6 cm. permukaan
daun kasar, permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan permukaan
daun bagian bawah berwarna lebih muda. Ukuran daun kacang panjang sangat
bervariasi, yakni panjang daun antara 9 cm-15 cm dan lebar daun antara 5 cm-8 cm.
4. Bunga
Bunga tanaman kacang panjang tergolong bunga sempurna, yakni dalam sau bunga
terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari). Bunga
memiliki tipe zygomorphus (bilateral simetri) dan memiliki bentuk menyerupai kupu-
kupu (papilona cues).
Bunga terdiri atas tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga (daun mahkota),
benang sari, dan kepala putik. Bunga tanaman kacang panjang memiliki dua tangkai,
yakni tangkai utama dan tangkai bunga. Tangkai utama berbentuk panjang dan tidak
bercabang, serta panjang antara 9 cm-13cm dengan diameter 2 mm. sedangakan
tangkai bunga sangat pendek, dan panjangnya sekitar 3 mm.
5. Buah atau polong
Buah tanaman kacang panjang berbentuk bulat panjang dan ramping. Buah kacang
panjang ini biasa disebut polong. Polong kacang panjang memiliki ukuran panjang
bervariasi antara 30 cm-100 cm, bergantung pada jenis dan varietasnya.
Demikian pula warna polongnya juga bervariasi, antara putih dan putih kekuning-
kuningan (polong tua), hijau, hijau muda, dan hijau keputih-putihan (polong muda),
bergantung pada jenis dan varietasnya.
6. Biji
Biji kacang panjang berbentuk bulat panjang dan agak pipih, tetapi kadang-kadang
juga terdapat sedikit melengkung. Biji yang telah tua memiliki warna yang beragam,
yaitu kuning, cokelat, kuning kemerah-merahan, putih, hitam, merah, dan putih,
bebercak merah (merah putih), bergantung pada jenis dan varietasnya. Biji memiliki
ukuran besar (panjang x lebar), yaitu 8-9 mm x 5-6 mm.
2.1.3. Budidaya Kacang Panjang
1. Persiapan Lahan
Sebelum ditanami lahan dilakukan pembajakan dan digaru, untuk memperoleh
struktur tanah yang gembur dan remah. Kemudian dibuat bedengan dengan ukuran 1-
1,2 m atau dibentuk guludan dengan jarak antar guludan 1 m.
2. Penanaman
Kebutuhan benih kacang panjang 21 - 23 kg/ha, khusus untuk varietas KP-01 10,5
kg/ha karena jarak tanam KP-01 lebih besar dan berat bijinya lebih ringan. Sebelum
penanaman dilakukan terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan cara ditugal
dengan jarak dalam barisan 25 cm dan antar barisan 1 m. Perlubang tanam diisi 2 biji,
hal ini dimaksudkan dalam satu lanjaran maksimal 4 tanaman. Setelah itu biji
ditanam, ditutup dengan tanah/pupuk kandang yang sudah lembut/remah atau bisa
juga dengan abu.
3. Pemeliharaan Tanaman
1) Pemupukan
Pemupukan pertama ( I ) dilakukan umur 12 hari dengan dosis ZA = 50 kg/ha, SP-
36 = 100 kg/ha, KCL = 50 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal, jaraknya
5 cm dari lubang tanam. Kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan kedua ( II )
dilakukan umur 28 hari dengan pupuk NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari
lubang tanam. Pemupukan ketiga ( III ) dilakukan umur 40 hari juga dengan pupuk
NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.
2) Pemasangan Lanjaran
Pemasangan lanjaran dilakukan 10-15 hari setelah tanam ( hst ), kira-kira tinggi
tanaman 15-25 cm. Pemasangan lanjaran diantara 2 lubang tanam sehingga jarak antar
lanjaran 50 cm. Setiap 5 lanjaran perlu ditambah lanjaran/diperkuat, dengan cara
dipasang silang.
3) Pemasangan Tali
Pemasangan tali dilakukan setelah pemasangan lanjaran selesai. Tali berguna
membantu mengarahkan/merambatkan tanaman. Pemasangan tali ada dua tahap.
Tahap I pada ketinggian 70 cm dari lanjaran. Tahap II pada ketinggian 150 cm
dari lanjaran.
4) Merambatkan
Membantu merambatkan bertujuan untuk mengarahkan pertumbuhan tanaman baik
pucuk tanamn maupun cabang-cabang tanaman. Diharapkan tanaman merambat pada
lanjaran dan tali yang telah dipasang, sehingga buah/polong tidak tergeletak di tanah.
5) Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebelum dilakukan pemupukan, atau dilakukan sewaktu-waktu
saat gulma sudah mengganggu pertumbuhan tanaman.
6) Pengairan
Pengairan diberikan sesuai kebutuhan, yang terpenting dijaga agar tanaman tidak
kelebihan atau kekurangan air. Pengairan sebaiknya dilakukan setelah pemupukan
dilakukan. Sedangkan pada musim hujan, pengairan cukup dari air hujan.
7) Cek Offtype (Tipe Simpang)
Dilakukan setelah tanaman keluar polong. Dari polong bisa dibedakan dari warna dan
panjang polong. Bila polong sudah tua, polong dapat dipecah untuk melihat ada
tidaknya CVL dari warna polong.
4. Hama dan Penyakit
Hama-hama tanaman kacang panjang adalah :
1) Thrips
Thrips menyerang bagian pucuk tanaman sehingga tanaman menjadi keriting dan
kering, sering juga menyerang tunas atau pucuk, sejak tanaman masih kecil hingga
besar. Ciri tanaman dewasa dapat berakibat kerontokan pada bunga dan serangan
terjadi pada musim kemarau. Pengendalian thrips dengan menggunakan pestisida
Winder, Promectin, Agrimec, Confidor dll dengan dosis sesuai anjuran.
2) Tungau (Mites)
Tanaman yang terserang tungau akan tampak dari daun-daun yang menggulung ke
bawah, dan warnanya hijau kehitaman. Dalam kondisi parah, tanaman dapat
mengalami kerontokan daun. Pengendalian dengan menggunakan Samite, Omite,
Mitac dengan dosis sesuai anjuran.
3) Aphids sp.
Serangan Aphids sp. hampir sama dengan serangan thrips, hanya, bedanya jika pada
serangan Aphids, daun menjadi hitam karena tumbuh jamur jelaga yang tumbuh pada
kotoran Aphids. Apids dapat dikendalikan dengan Winder, Supracide dll, dengan dosis
sesuai anjuran.
4) Ulat Polong.
Hama ulat bunga menyebabkan kerontokan pada bunga. sedangkan ulat polong
menyebabkan kerusakan pada bagian polong. Kerusakan ini menimbulkan
pembusukan bagian tersebut akibat aktifitas mikoorganisme yang berasal dari kotoran
ulat tersebut. Hama-hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan Winder
dengan dosis sesuai dengan rekomendasi.
5) Penyakit layu
Penyakit ini bias disebabkan oleh jamur Pytium maupun oleh bakteri Pseudomonas
sp. Penyakit ini dapat dicegah dengan kocor dengan Kocide 77, maupun dengan
semprot. Sedangkan pengendalian bakteri dengan kocor Bactomycin atau Agrimycin
dengan dosis sesuai anjuran.
5. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan setelah polong berwarna coklat dan umur tanaman sekitar 60-70 hari.
Panen dilakukan dengan memetik polong yang sudah tua dan biji sudah mulai
megeras. Kemudian dijemur diatas terpal atau dibuatkan para-para ditempat yang
panas. Setelah kering dipipil dengan alat perontok, biji juga dengan cara manual yaitu
dupukul/digebug. Biji hasil pipilan dikeringkan lagi dan disortir, untuk memisahkan
biji yang baik dengan biji yang jelek (berlubang, kepeng, kecil).
Penerimaan tunai usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari
penjualan produk usahatani. Pengeluaran tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah
uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa usahatani. Penerimaan tunai
dan pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup yang berbentuk benda. Jadi, nilai
produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani.
Selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani disebut
pendapatan tunai usahatani dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk
menghasilkan uang tunai.
Ukuran pendapatan yang juga mencakup nilai transaksi barang dan perubahan nilai
inventaris atau kekayaan usahatani selama kurun waktu tertentu dapat dihitung.
Pendapatan kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam
jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Istilah lain untuk
pendapatan kotor usahatani ialah nilai produksi atau penerimaan kotor usahatani.
Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus
dinilai berdasarkan harga pasar. Pendapatan kotor usahatani dapat dikatakan pula
ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usahatani.
Cara yang tepat untuk menghitung pengeluaran usahatani adalah dengan memisahkan
pengeluaran total usahatani menjadi pengeluaran tetap dan pengeluaran tidak tetap.
Pengeluaran tidak tetap (variable cost) didefinisikan sebagai pengeluaran yang
digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dan jumlahnya berubah kira-kira
sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau ternak tersebut. Pengeluaran tetap
(fixed cost) ialah pengeluaran usahatani yang tidak bergantung kepada besarnya
produksi.
Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. Jadi, nilai barang
dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan
kredit harus dimasukan sebagai pengeluaran. Hal yang sama berlaku bagi produksi
usahatani yang digunakan untuk bibit dan makanan ternak. Apabila dalam usahatani
itu digunakan mesin-mesin pertanian, maka harus dihitung penyusutannya dan
dianggap sebagai pengeluaran. Penyusutan ini merupakan penurunan nilai inventaris
yang disebabkan oleh pemakaian selama tahun pembukuan.
Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut
pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan bersih usahatani
mengukur imbalan yang diperoleh dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja,
pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke
dalam usahatani. Pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan
usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani
(Soekartawi et al, 1995).
2.5. Analisis Penerimaan Atas Biaya (R/C Ratio)
Rasio penerimaan atas biaya adalah perbandingan antara penerimaan dengan total
biaya per usahatani (Suratiyah, 2006). Rasio penerimaan atas biaya juga menunjukan
berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan
dalam produksi usahatani. Rasio penerimaan atas biaya produksi dapat digunakan
untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari angka
rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu usahatani
menguntungkan.
Produksi dapat didefinisikan sebagai proses menciptakan barang atau jasa ekonomi
dengan menggunakan dua macam barang atau jasa lainnya. Hal tersebut menjelaskan
bahwa untuk menciptakan suatu komoditi tertentu dibutuhkan dua atau lebih faktor
produksi (input). Tidak ada suatu barang yang diproduksikan dengan menggunakan
satu faktor produksi dalam memproduksi usahatani. Untuk menghasilkan produk-
produk pertanian biasanya dibutuhkan faktor produksi berupa bibit, pupuk, mesin
pertanian, dan lain-lain.
Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dan output, yang ditandai jumlah
output maksimal yang dapat diproduksikan dengan satu set kombinasi input tertentu.
Pada keadaan tertentu, pengetahuan dan teknologi diasumsikan sebagai input spesifik
atau dapat diidentifikasikan. Hubungan antara input yang digunakan dalam proses
produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan dinamakan fungsi produksi. Produk
fisik total dapat didefinisikan sebagai jumlah output maksimum yang dapat
diproduksikan oleh kombinasi input tetap dan input variabel tertentu. Input tetap
merupakan faktor produksi yang tidak berubah jumlahnya walaupun tingkat output
yang dihasilkan berubah. Input variabel adalah faktor produksi yang berubah sejalan
dengan adanya perubahan tingkat output yang dihasilkan.
Produk fisik total berubah secara langsung dengan penambahan input variabel, tetapi
biasanya dalam jumlah yang tidak proporsional. Hubungan spesifik antara input
dengan output ini sangat penting. Menurut Doll dan Orazem (1984), fungsi produksi
dengan satu input variabel dapat ditulis sebagai berikut :
Untuk melihat respon kuantitas output terhadap kenaikan seluruh input secara
bersamaan maka dapat dilihat dari skala hasil (return to scale). Menurut Nicholson
(2002) skala hasil merupakan suatu keadaan dimana output meningkat sebagai respon
adanya kenaikan yang proporsional dari seluruh input. Sebuah fungsi produksi
dikatakan menunjukan skala hasil konstan (constant return to scale) jika peningkatan
seluruh input sebanyak dua kali lipat berakibat pada peningkatan output sebanyak dua
kali lipat pula. Jika penggandaan seluruh input menghasilkan output yang kurang dari
dua kali lipatnya, maka fungsi produksi tersebut dikatakan menunjukan skala hasil
menurun (decreasing return to scale). Jika penggandaan seluruh input menghasilkan
output lebih dari dua kali lipatnya, maka fungsi produksi mengalami skala hasil
meningkat (increasing return to scale). Pada penelitian ini, karena digunakan
perhitungan per 14 m (satu bedeng), maka asumsi yang digunakan adalah skala hasil
konstan (constant return to scale).
2.7. Konsep Pasar
Secara tradisional, pasar adalah tempat fisik dimana para pembeli dan penjual
berkumpul untuk mempertukarkan barang. Pasar juga digambarkan sebagai kumpulan
pembeli dan penjual yang melakukan transaksi atas produk atau kelompok produk
tertentu. Sejumlah segmen pasar dapat diidentifikasi dengan mengamati perbedaan
demografis, psikografis, dan perilaku para pembeli. Untuk masing-masing pasar
sasaran yang terpilih, perusahaan membuat tawaran pasar. Tawaran itu diposisikan di
pikiran para pembeli sasaran sebagai sesuatu yang memberikan beberapa manfaat
penting tertentu (Kotler, 2003).
2.8. Konsep Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen akan produk tertentu yang didukung oleh
kemampuan untuk membeli (Kotler, 2003). Jumlah komoditi total yang ingin dibeli
oleh semua rumahtangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk
komoditi tersebut. Banyaknya komoditi yang akan dibeli semua rumahtangga pada
periode waktu tertentu, dipengaruhi oleh variabel penting berikut (Lipsey et al,
1995) :
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM
Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu , 6 Desember 2015 pada pukul 09.00 s/d
selesai.
3.2. Tempat Pelaksanaan Pratikum
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan observasi ini yaitu
melalui wawancara dengan pemilik usahatani (Survei).
3.4. Subyek Pratikum
Narasumber kegiatan ini berjumlah 1 orang, yaitu: seorang bapak berumur +38 tahun,
bernama pak Samuti.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Modal Usahatani
Biaya usaha tani ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu biaya prasarana produksi, sarana
produksi dan tenaga kerja.
A. Prasarana Produksi
Uraian
Jumlah
Harga per satuan (Rp)
Total Biaya
a. Sewa tanah per tahun
2 Ha
Rp.5.000.000
Rp.10.000.000
b. Base camp ukuran 5x5 m :
1). Bambu
15 batang
Rp.4.000
Rp.60.000
2). Dinding Bambu 5x1,75m
8 Lembar
Rp.18.500
Rp.148.000
3). Paku
3,5 Kg
Rp.5.000
Rp.17.500
4). Tali
15 m
Rp.600
Rp.9.000
5). Genting
350 Buah
Rp.300
Rp.285.000
6). Tenaga Kerja
10 Orang
Rp.9.000
Rp.90.000
c. Peralatan
1). Cangkul
15 Buah
Rp.50.000
Rp.750.000
2). Semprotan
4 Buah
Rp.420.000
Rp.1.680.000
3). Diesel
1 Buah
Rp.3.000.000
Rp.3.000.000
4). Selang Plastik 100 m
1 Buah
Rp.300.000
Rp.300.000
5). Tali Rafia
2 Bal
Rp.200.000
Rp.400.000
6). Bambu potongan
50.000 biji
Rp.200
Rp. 1.000.000
Jumlah Biaya Prasarana Produksi
Rp.17.739.500
B. Sarana Produksi
Uraian
Jumlah
Harga per satuan (Rp)
Total Biaya
a. Benih
10 kg
Rp.80.000
Rp.800.000
b. Pupuk :
1). Posca 50 kg/karung
10 karung
Rp.125.000
Rp.1.250.000
2). Mutiara 50 kg/karung
3 karung
Rp.500.000
Rp.1.500.000
3). Zet A 50 kg/karung
5 karung
Rp.90.000
Rp.450.000
4). Organik 50 kg/karung
5 karung
Rp.40.000
Rp.200.000
5). TSP 50 kg/karung
5 karung
Rp.120.000
Rp.600.000
c. Pestisida:
1). Antracol
1 kg
Rp.115.000
Rp.115.000
2). Gandasil
5 Bungkus
Rp.30.000
Rp.150.000
3). Prepatol
2 Botol
Rp.135.000
Rp.270.000
4). Agrimex
2 Botol
Rp.180.000
Rp.360.000
Jumlah Biaya Sarana Produksi
Rp.5.695.000
C. Tenaga kerja
Uraian
Waktu
Jumlah
Biaya Per Orang (Rp)
Total Biaya
Pengolahan Tanah, Penanaman, Penyiangan, Penyiraman, penyemprotan, dan panen
45 hari
25 Orang
Rp. 2.025.000
Rp. 50.625.000
Jumlah Biaya Tenaga Kerja
Rp. 50.625.000
D. Biaya Lain-lain
Uraian
Total Biaya
Biaya Lain-lain
Biaya tak terduga 10%
Rp.74.059.500
Rp. 7.405.950
Jumlah Biaya Lain-lain
Rp. 7.405.950
Total Modal Usaha Tani
Rp.81.465.450
I. Biaya Produksi
A. Biaya Tetap
- Sewa tanah per tahun 2 ha
Rp.10.000.000
- Nilai penyusutan Base camp (20% per tahun)
Rp.1.219.000
- Nilai penyusutan peralatan (20% per tahun)
1). Cangkul
Rp.150.000
2). Semprotan
Rp.336.000
3). Diesel
Rp.600.000
4). Selang Plastik 100 m
Rp.60.000
Jumlah Biaya Tetap
Rp.12.365.000
A. Pendapatan
- Hasil Panen x harga jual = 16.000 x Rp.12.000 = Rp.192.000.000
Jika dihitung pada saat harga kacang panjang sedang tinggi
- Hasil panen x harga jual = 16.000 x Rp.6.000 = Rp.96.000.000
Jika dihitung pada saat harga kacang panjang sedang rendah
B. Keuntungan
- Total pendapatan Total biaya produksi
= Rp.192.000.000 - Rp.77.490.950
= Rp.114.509.050 (pada saat harga tinggi)
- Total pendapatan total biaya produksi
= Rp.96.000.000 - Rp.77.490.950
= Rp.18.509.050 (pada saat harga rendah)
4.4. Analisis Titik Impas Pulang Modal (BEP)
Analisis titik impas pulang modal atau Break Even Point (BEP) adalah suatu kondisi
yang menggambarkan hasil Usaha tani yang diperoleh sama dengan modal yang
dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha tani yang dilakukan tidak menghasilkan
keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
A. BEP Volume Produk
BEP volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dicapai dalam
usaha tani agar tidak mengalami kerugian
Analisis Kelayakan Usaha Tani atau Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) biasa digunakan
dalam analsis kelayakan usaha tani yaitu perbandingan antara pendapatan dan total
biaya yang digunakan. Kriteria penilaian jika B/C > 1 maka kegiatan usahatni layak
untuk dilaksanakan.
B/C Ratio
= Total Pendapatan : Total Biaya Produksi
= Rp.114.509.050 : Rp.77.490.950
= 1,48
BAB IV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan