Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR PENGESAHAN

(M-4)
Kompor Biobriket

Nama : Sicilia Nusi


NPM : 140310140025
Nama Partner : Sholikhatin Fahmi
NPM : 140310140019
Nama Partner : Resi Resitasari
NPM : 140310140035
Hari / Tanggal : Selasa, 4 April 2017
Waktu : 10.00 - 12.00 WIB
Asisten :

Laporan Awal Presentasi Praktikum Laporan Akhir

Jatinangor, 4 April 2017

Asisten

( )
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kompor merupakan alat masak yang mampu menghasilkan panas tinggi.
Biasanya kompor ditemukan di dapur dan bahan bakarnya dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu cair, padat, dan gas. Pada dasarnya jenis kompor yang
banyak digunakan oleh masyarakat adalah kompor minyak tanah dan kompor gas.
Meskipun demikian, masih ada jenis lain yang juga bisa dijadikan sebagai alat
memasak. Apalagi, kondisi saat ini di mana harga bahan bakar untuk kompor
minyak dan gas semakin mahal maka mulai perlu diperhatikan kembali berbagai
jenis kompor dengan alternatif bahan bakar tanpa minyak dan gas. Kompor briket
adalah alat masak yang menggunakan bahan bakar dari briket batubara atau
campuran dari biomassa dan batubara. Bahan yang digunakan untuk membuat
kompor berpengaruh terhadap kualitas kompor, baik dari sudut penampilan, daya
tahan kompor, maupun mobilitas (mudah dipindahkan atau tidak).
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana cara kerja kompor Biobriket?

2. Bagaimana cara mengetahui efisiensi kompor Biobriket?


1.3 Tujuan Percobaan
1. Memahami cara kerja kompor biobriket.
2. Menghitung efisiensi kompor biobriket.
1.4 Metode Percobaan
Metode percobaan yang dilakukan yang pertama yaitu mencari teori tentang
pembahasan kompor Biobriket, mempelajari cara kerja kompor Biobriket, dan
menghitung efisiensi kompor Biobriket serta teori lain yang melandasi percobaan
ini. Kemudian dilakukan percobaan langsung dengan alat untuk mendapatkan
data, analisa, dan kesimpulan

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dari Laporan Pendahuluan ini adalah
BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi: Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Tujuan Percobaan, Metode
Percobaan, Sistematika Penulisan, dan Waktu dan Tempat Percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori dasar dari berbagai literature yang dapat mendukung
untuk melakukan percobaan.

BAB III METODA PERCOBAAN

Bab ini berisi tentang penjelsan fungsi dari alat percobaan dan prosedur dari
percobaan.
TUGAS PENDAHULUAN
Berisi tentang pertanyaan-pertanyaan penting untuk menunjang praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang referensi situs atau buku yang digunakan pada tinjauan pustaka

1.6 Waktu dan tempat percobaan


Hari/Tanggal : Selasa, 4 April 2017
Waktu : 10:00-12:00 WIB
Tempat : Laboratorium Fisika Energi, Program Studi Fisika FMIPA Unpad

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompor
Kompor (dari bahasa Belanda: komfoor) adalah alat masak yang
menghasilkan panas tinggi. Kompor mempunyai ruang tertutup / terisolasi dari
luar sebagai tempat bahan bakar diproses untuk memberikan pemanasan bagi
barang-barang yang diletakkan di atasnya. Kompor diperkenalkan sejak masa
kolonial, sehingga menggunakan bahan bakar cair (terutama minyak tanah atau
spiritus bakar), gas (dalam bentuk padatan cair LPG atau lewat pipa saluran), atau
elemen pemanas (dengan daya listrik).Berdasarkan bahan bakarnya, kompor dapat
dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1. Kompor minyak tanah
Kompor minyak tanah merupakan jenis alat masak yang paling banyak
digunakan di kalangan rumah tangga, sebagian kecil industri, serta warung/rumah
makan. Seperti namanya, kompor ini berbahan bakar minyak tanah. Namun
demikian, kelemahan kompor minyak tanah bila pembakaran kurang sempurna
maka api berubah menjadi kuning/merah sehingga menimbulkan jelaga.
2. Kompor gas
Kompor ini berbahan bakar yang biasa digunakan di rumah tangga
ataupun warung, yaitu jenis LPG. Keunggulan kompor ini adalah emisi yang
dikeluarkan relatif lebih sedikit dan tidak cenderung menyebabkan wadah masak
menjadi hitam atau tidak merusak panci. Selain itu, memasak dengan
menggunakan kompor gas lebih cepat dibandingkan memasak dengan
menggunakan kompor minyak tanah. Kompor ini memiliki kelemahan, yaitu
harga kompornya cukup mahal dan bahan bakarnya pun mahal.
3. Kompor listrik
Prinsip kerja kompor ini adalah mengubah energi listrik menjadi energi
panas. Umumnya kompor ini cukup mahal.
4. Kompor biogas.
5. Tungku tenaga surya.
6. Tungku kayu bakar dan arang.
7. Tungku serbuk gergaji.
8. Kompor briket (Eriko, 2008).
9. Memperoleh suhu yang diinginkan dan konstan sepanjang hari
10. Memperoleh kelembaban udara yang konstan sepanjang hari
11. Memperoleh sirkuit/aliran udara yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan
12. Membersihkan/menyaring debu dan asap dari udara.
2.2 Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintesis baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain
adalah tanaman, pepohonan rumput, limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan
kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan
ternak, minyak nabati, bahan bangunan, dan sebagainya. Biomassa juga
digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Yang digunakan adalah bahan
bakar biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah
diambil produk primernya (Pari dan Hartoyo, 1983).Sedangkan menurut Silalahi
(2000), biomassa adalah campuran material organik yang kompleks, biasanya
terdiri dari karbohidrat, lemak protein dan mineral lain yang jumlahnya sedikit
seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi. Komponen utama tanaman biomassa
adalah karbohidrat (berat kering 75%), lignin ( 25%) dimana dalam beberapa
tanaman komposisinya bisa berbeda-beda. Energi biomassa dapat menjadi sumber
energi alternatif pengganti bahan bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa
sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan secara lestari karena
sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga
tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan efisiensi
pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian (Widardo dan Suryanta, 1995).
Potensi biomassa di Indonesia adalah cukup tinggi. Dengan hutan tropis Indonesia
yang sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu sebanyak 25 juta
ton yang terbuang dan belum dimanfaatkan. Jumlah energi yang terkandung
dalam kayu itu besar, yaitu 100 milyar kkal setahun. Demikian juga sekam padi,
tongkol jagung, dan tempurung kelapa yang merupakan limbah pertanian dan
perkebunan yang memiliki potensi yang besar sekali.
Tabel 1. Potensi Biomassa di Indonesia
2.3 Kompor Bio-briket
Kompor briket adalah alat masak yang menggunakan bahan bakar dari
briket batubara atau campuran dari biomassa dan batubara. Bahan yang digunakan
untuk membuat kompor berpengaruh terhadap kualitas kompor, baik dari sudut
penampilan, daya tahan kompor, maupun mobilitas (mudah dipindahkan atau
tidak).
Persyaratan Kompor/tungku harus memiliki :
a. Ada ruang bakar untuk briket
b. Adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas dengan
melewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer dan
sekunder
c. Ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang bakar
briket
Tabel 2. Klasifikasi Ukuran Kompor Briket

Gambar. Klasifikasi Ukuran Kompor Briket


Adapun bagian bagian dari Kompor Biobriket sebagai berikut :

Tabel 3. Fungsi dari bagian Kompor Biobriket


Gambar 1. Kontruksi Kompor Biobriket
2.4 Teori Pembakaran
Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang melibatkan pencampuran
bahan bakar dan oksigen untuk menghasilkan panas dan produk pembakaran.
Beberapa syarat agar dapat terjadi suatu proses pembakaran, yaitu:
a. Adanya bahan bakar
Bahan bakar didefinisikan sebagai bahan yang apabila terbakar dapat
meneruskan proses pembakaran dengan sendirinya disertai dengan pengeluaran
kalor. Secara umum, unsur yang terkandung dalam bahan bakar adalah C, H, S.
b. Adanya suplai oksigen
Oksigen yang digunakan dapat berupa oksigen murni atau oksigen yang
berasal dari udara.
c. Adanya energi panas
Energi panas berfungsi untuk mengaktivasi reaksi pembakaran (ignition).
Contoh reaksi pembakaran:
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
Reaksi di atas adalah reaksi sempurna yang terjadi pada proses pembakaran.
Namun, pada kenyataannya proses pembakaran yang terjadi seringkali
menghasilkan pembakaran yang tidak sempurna sehingga reaksi pembakaran yang
terjadi menghasilkan karbon monoksida (CO). Emisi gas CO berasal dari reaksi
oksidasi tidak sempurna hidrokarbon dan karbon yang terkandung dalam bahan
bakar. Untuk memperoleh reaksi yang sempurna menuju pembentukan karbon
dioksida (CO2), harus dipenuhi tiga syarat: kecukupan waktu tinggal reaksi untuk
reaksi CO ke CO2, kecukupan oksigen untuk menyempurnakan reaksi oksidasi,
dan temperatur reaksi yang cukup tinggi untuk memperbesar kinetika reaksi
oksidasi.
2.5 Performa Pembakaran Kompor Biobriket
1. Emisi Gas Karbon Monoksida (CO)
Emisi biobriket dihasilkan dari pembakaran biomassa dalam kompor.
Emisi ini dapat menyebabkan polusi udara berupa gas CO, sulfur, nitrogen oksida,
dan hidrokarbon. Pada penelitian ini gas buang yang akan diukur adalah emisi gas
CO, karena emisi gas CO menunjukkan adanya kesempurnaan dalam proses
pembakaran. Emisi gas CO berasal dari reaksi oksidasi tidak sempurna
hidrokarbon dan karbon yang terkandung dalam biobriket. Untuk mendapatkan
reaksi oksidasi yang sempurna, maka pembakaran harus memenuhi syarat untuk
memberikan pengaruh terhadap emisi gas CO yaitu waktu reaksi yang cukup
lama, jumlah oksigen yang cukup untuk reaksi, dan temperatur yang tinggi.
2. Efisiensi Termal
Efisiensi termal adalah perbandingan antara nilai kalor yang diterima oleh
air dengan nilai kalor yang diberikan oleh biobriket. Pada penelitian ini,
perhitungan untuk menentukan besar efisiensi didefinisikan pada Persamaan 1:
ma ca T ma L
T 100
mk LHV
(1)
dengan ma = massa air (kg), ma = massa air yang menguap (kg), L = kalor laten
air = 2268000 (J/kg), T = perubahaan temperatur (C), mk = massa bahan bakar
yang telah dibakar (kg), Ca = panas jenis air = 4186 (J/(C.kg)), LHV= entalpi
biobriket (J/kg).
Pembakaran yang baik harus memiliki nilai efisiensi termal yang sangat
tinggi agar panas yang dihasilkan merata. Kalor yang diberikan dari biobriket
akan mempengaruhi perubahan temperatur air hingga mencapai titik didih. Mula-
mula air yang telah diketahui massanya kemudian dipanaskan sampai mencapai
titik didih yang kemudian digunakan untuk menghitung efisiensi termal sesuai
dengan Persamaan 1.
2.6 Proses Gasifikasi

Proses gasifikasi adalah proses konversi energi secara thermokimia dan


akan terjadi penguraian biomassa yang dilakukan di dalam suatu alat yang disebut
gasifer reaktor, penguraian tersebut dilakukan dengan cara pemanasan dengan
suhu sekitar 900C. Bahan baku yang biasanya digunakan adalah limbah
pertanian dan kayu. Adapun jenis gas yang digunakan pada proses gasifikasi yaitu
CO, H2, CH2, N2 dan CO2.
Sebelum berkembangnya teknologi gasifikasi, awalnya metode ini sangat
intensif karena memerlukan suhu udara tinggi, oksigen serta uap agar dapat
bereaksi dengan bahan organik. Proses tersebut menimbulkan karbon dioksida
dengan jumlah yang besar, serta akan menghasilkan limbah padat saat proses
akhir. Sehingga para ilmuan berusaha untuk mengembangkan proses gasifikasi
tersebut agar lebih efisien dan akhirnya mereka berhasil, sehingga dihasilkan
proses yang lebih efisien, yaitu dengan cara menambahkan CO 2 kedalam steam
atmosfer dari suatu gasifier.
Teknik proses gasifikasi yang berhasil mereka kembangkan memiliki
manfaat yang positif bagi lingkungan, yaitu mencegah gas CO 2 yang dihasilkan
saat proses tidak akan naik ke atmosfir dan setelah penyedotan hidrogen dari hasil
syngas maka sisa karbon monoksida dapat dikuburkan di bawah tanah secara
aman.

Gambar 1. Proses Gasifikasi


4 Tahap Utama Pada Proses Gasifikasi:
Dalam gasifer reaktor, terjadi beberapa proses seperti pengeringan,
pengarangan, oksidasi dan reduksi hingga dihasilkan gas yang sesuai dengan
spesifikasi, untuk lebih jelasnya berikut ulasan mengenai masing-masing proses
tersebut:
1. Proses pengeringan/penguapan

Pengeringan merupakan tahap awal pada proses gasifikasi ini,


dimana kandungan air dalam biomassa diuapkan oleh gas panas dari reaksi
oksidasi pembakaran pada bagian bawah reaktor, temperatur yang
digunakan berkisar 170C.

2. Proses Pengarangan (Pirolisa)

Selanjutnya dalam proses ini bahan bakar yang telah kering akan
mengalami pemanasan pada temperatur 500-700C dan dengan
menggunakan udara tertentu sehingga akan terjadi pembakaran yang tidak
sempurna sehingga bahan bakar akan terurai menjadi arang, asam organik
dan juga dalam bentuk zat-zat lain.

3. Proses Oksidasi

Dalam proses gasifikasi akan terjadi juga proses oksidasi, tepatnya


setelah tahap pembakaran dan pengarangan selesai. Zat yang dihasilkan
dibakar dengan menggunakan bantuan udara sehingga menghasilkan gas
yang mampu terbakar dengan sempurna, disamping itu akan terbentuk
juga gas CO2 yang disertai dengan timbulnya energi panas. Gas yang akan
dihasilkan pada proses ini nantinya yaitu jenis gas yang dapat ditarik atau
dikeluarkan langsung dari dalam reaktor.

4. Proses Reduksi

Tahap ini merupakan proses terakhir proses gasifikasi dimana akan


terjadi pertukaran uap air serta terjadi reduksi CO 2 oleh arang karbon.
Akibat dari proses ini, jumlah gas yang dihasilkan akan mengalami
peningkatan secara signifikan.

BAB III

METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan Percobaan
Alat yang digunakan selama percobaan ini adalah:

1. Briobriket (50R:50TJ, 70R:30TJ, 30R:70TJ) berfungsi sebagai bahan yang


akan diuji untuk bahan bakar kompor.
2. Kompor berfungsi sebagai alat utama yang digunakan pada percobaan ini.
3. Termokopel berfungsi untuk mengukur temperatur pembakaran briket
didalam kompor dan temperatur air.
4. Blower berfungsi sebagai mengatur kecukupan udara ketika pembakaran
terjadi dan memperbesar transfer panas secara konveksi
3.2 Prosedur Percobaan
1. Pengujian waktu penyalaan (ignasi)
Adapun tahapan dalam pengujian waktu penyalaan (ignasi) adalah :
Menempatkan kompor yang akan diuji pada tempat yang telah disediakan
Mengisi kompor dengan biobriket yang sudah diketahui beratnya sesuai kapasitas
kompor (misal 30R:70TK)
Memasukkan air kedalam bejana.
Menyalakan kompor.
Meletakkan termokopel diatas / menempel biobriket didalam kompor
pembakaran. Menghubungkan corong kompor dengan termokopel.
Mencatat waktu penyalaan biobriket. Dimulai pada saat diletakannya biobriket
dalam kompor hingga waktu ketika temperatur yang dicapainya pada kondisi
terbentuknya bara api pada biobriket (sekitar 60oC).
Menunggu sampai pembakaran biobriket selesai ditandai oleh emisi CO yang
berkurang dengan temperatur sekitar 60oC.

2. Pengujian Emisi CO
Pengujian emisi CO dilakukan dengan menggunakan alat Sensor Gas
Analyzersebagai detektor gas CO. Adapun prosedur yang dilakukan
sebagai berikut:
Menyiapkan alat pemasakan berupa kompor yang telah berisikan
biobriket.
Meletakan Sensor Gas Analyzeryang disekitar kompor biobriket.
Membakar 1 kg bahan bakar biobriket dengan komposisi tertentu
(misal 30-70).
Ketika pembakaran terjadi, gas keluar dari kompor sehingga kadar
emisinya tertangkap dan selanjutnya dibaca oleh sensor dalam gas
Analyzer.
Mencatat konsentrasi CO yang keluar dari selang pada kompor .
Mengulangi percobaan menggunakan variasi komposisi % berat
biobriket yang berbeda.
Membuat grafik temperatur terhadap emisi CO yang dihasilkan untuk
melihat kualitas pembakaran yang dihasilkan dari sistem pembakaran
pada kompor biobriket.
3. Pengujian Efisiensi Termal
Pengujian efisiensi dilakukan dengan Water Boiling Test yang mana air
dalam panci dipanaskan, kemudian dengan pengukuran temperatur, massa
air, dan massa bahan bakar, akan dihitung nilai efisiensinya. Adapun
prosedur penelitiannya adalah:
Menghubungkan termokopel pada kompor.
Meletakkan biobriket pada kompor.
Membakar kurang lebih 1 kg biobriket dengan komposisi tertentu.
Meletakkan panci yang berisi air diatas kompor.
Meletakkan termokopel hingga menyentuh badan air.
Mencatat kenaikan suhu yang terjadi pada air.
Mengukur massa air setelah pembakaran selesai.
Mengukur efisiensi termal sampai biobriket habis untuk satu kali
pembakaran.
Mengulangi percobaan 1-8 menggunakan bahan bakar biobriket
dengan komposisi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Utami, Yuanita. 2008. Desain dan Uji Unjuk Kerja Tungku Briket Biomassa.
Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Bogor.
[2] Anonim. 2011. Cara kerja kompor Biobriket.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19353/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=74028EE31B40DA36246634D5344B83F6?sequence=4
(Diakses pada 1 April 2017)
[3] Budiarti, Marlia. 2014. Rancang Bangun Kompor Biobriket (Pengaruh Rasio
Udara Bahan Bakar Terhadap Efisiensi Thermal Kompor).Skripsi. Jurusan
Teknik Kimia, Program Studi Teknik Energi, Politeknik Negeri Sriwijaya
Palembang. Palembang.

Anda mungkin juga menyukai