Anda di halaman 1dari 13

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


DENGAN MENGGUNAKAN MODEL JUCAMA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Karim, Normaya

Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat,


Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin
e-mail : karim_unlam@hotmail.com, salbani469@gmail.com

Abstrak. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki, karena dengan memiliki
kemampuan berpikir kritis dapat membantu kita dalam berpikir secara rasional dalam
mengatasi permasalahan yang tengah kita hadapi dan mencari serta
mengembangkan alternatif pemecahan bagi permasalahan tersebut. Salah satu
upaya untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis adalah melalui
penerapan model Jucama (pengajuan dan pemecahan masalah) yang menuntut
siswa untuk memecahkan masalah sekaligus mengajukan masalah sehingga siswa
benar-benar berperan sebagai seorang pemikir kritis. Berdasarkan hal tersebut
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk (1) mengetahui kemampuan berpikir kritis
siswa, (2) mengetahui respon siswa terhadap penerapan model Jucama dalam
pembelajaran matematika, dan (3) mengetahui hubungan antara kemampuan
berpikir kritis dengan respon siswa terhadap model Jucama. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif.. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII A SMP
Negeri 13 Banjarmasin. Teknik pengumpulan data berupa tes dan angket. Teknik
analisis data menggunakan persentase dan uji korelasi pearson product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan berpikir kritis yang dicapai
siswa secara keseluruhan berada pada kategori tinggi, (2) siswa memberikan respon
setuju terhadap pelaksanaan model Jucama dan (3) terdapat hubungan yang sangat
kuat antara kemampuan berpikir kritis dengan respon siswa terhadap model Jucama.

Kata kunci : kemampuan berpikir kritis, respon, model Jucam

Marzano (Slavin, 2011) menyatakan bahwa kenyataannya kemampuan berpikir kritis


salah satu tujuan utama bersekolah adalah siswa SMP di Indonesia masih rendah. Hal ini
membentuk kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan beberapa kali laporan studi
dan salah satu mata pelajaran yang dianggap empat tahunan International Trends in
dapat mengajarkan kemampuan berpikir kritis International Mathematics and Science Study
adalah matematika. Hal ini sesuai dengan (TIMSS) yang dilakukan kepada siswa SMP
Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan dengan karakteristik soal-soal level kognitif
Nasional) Indonesia No. 23 tahun 2006 yang tinggi yang dapat mengukur kemampuan
menyebutkan bahwa mata pelajaran berpikir kritis siswa menunjukkan bahwa
matematika perlu diberikan kepada semua siswa-siswa Indonesia secara konsisten
siswa disetiap jenjang pendidikan termasuk terpuruk di peringkat bawah.
SMP sebagai dasar untuk membekali siswa Susanto (2015) menyatakan bah-
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, wa upaya untuk pembentukan kemampuan
sistematis, kritis, kreatif, dan bekerjasama. berpikir kritis siswa yang optimal men-
Meskipun telah disebutkan bahwa syaratkan adanya kelas yang interaktif, siswa
matematika mampu membekali siswa dengan dipandang sebagai pemikir bukan seorang
kemampuan berpikir kritis, tetapi pada yang diajar, dan pengajar berperan sebagai
92
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan 93

mediator, fasilitator, dan motivator yang pembelajaran masih menggunakan metode


membantu siswa dalam belajar bukan ceramah, tidak menggunakan media/LKK,
mengajar. Salah satu faktor yang tidak mengaitkan pembelajaran dengan
menentukan keberhasilan pembentukan pengetahuan awal siswa dan tidak ada
kemampuan berpikir kritis siswa adalah kegiatan yang menantang sehingga dapat
keahlian dalam memilih dan menggunakan memotivasi siswa untuk tertarik mempelajari
model pembelajaran yang tepat. Dengan matematika dan membentuk kemampuan
model pembelajaran yang diterapkan diharap- berpikir kritis.
kan siswa mampu membentuk, mengem- Penelitian ini bertujuan untuk (1)
bangkan bahkan meningkatkan kemampuan mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa
berpikir kritis. Salah satu model pembelajaran kelas VII A dalam pembelajaran matematika
yang diduga dapat menfasilitasi untuk dengan menggunakan model jucama di SMP
membentuk kemampuan berpikir kritis adalah Negeri 13 Banjarmasin, (2) mengetahui
model pembelajaran pengajuan dan respon siswa kelas VII A dalam pembelajaran
pemecahan masalah (jucama). matematika dengan menggunakan model
Model pembelajaran pengajuan jucama di SMP Negeri 13 Banjarmasin, dan
dan pemecahan masalah (model jucama) (3) mengetahui hubungan antara kemampuan
adalah model pembelajaran baru yang berpikir kritis dengan respon siswa kelas VII A
diperkenalkan oleh Siswono (2008) dengan terhadap model jucama di SMP Negeri 13
tujuan untuk meningkatkan kemampuan Banjarmasin.
berpikir kreatif siswa. Model jucama ini masih Berpikir kritis adalah berpikir rasio-
perlu dikembangkan lebih lanjut agar nal dalam menilai sesuatu. Sebelum meng-
tujuannya tidak hanya terfokus pada kemam- ambil suatu keputusan atau melakukan suatu
puan berpikir kreatif saja, namun juga dapat tindakan, maka dilakukan pengumpulkan
diterapkan untuk meningkatkan kemampuan informasi sebanyak mungkin tentang sesuatu
yang lainnya seperti kemampuan berpikir tersebut. Pada dasarnya kemampuan berpikir
kritis. kritis erat kaitannya dengan proses berpikir
Berdasarkan hasil pengamatan kritis dan indikator-indikatornya. Indikator
peneliti pada saat Praktik Pengalaman berpikir kritis dapat dilihat dari karakteristik-
Lapangan (PPL) II di SMP Negeri 13 nya sehingga dengan memiliki karakteristik
Banjarmasin terlihat bahwa pembelajaran tersebut seseorang dapat dikatakan telah
matematika yang dilakukan oleh guru di kelas memiliki kemampuan berpikir kritis. Facion
VII masih terlalu banyak menekankan pada (Filsaime, 2008) mengungkapkan enam
penguasaan keterampilan dasar menghitung kecakapan berpikir kritis utama yang terlibat
(basic skills) yang bersifat prosedural. Hal ini di dalam proses berpikir kritis, yaitu:
dapat terlihat dari soal-soal yang diberikan (1) Interpretasi
saat ulangan harian sama persis seperti Menginterpretasi adalah memahami dan
contoh, hanya saja angka yang diberikan mengekspresikan makna atau signifi-
diubah. Dilihat dari pekerjaan siswa saat kansi dari berbagai macam pengalaman,
menyelesaikan soal, hampir tidak ada siswa situasi, data, kejadian-kejadian, penilai-
kelas VII SMP Negeri 13 Banjarmasin yang an, kebiasaan, atau adat, kepercayaan-
menunjukkan bahwa mereka berpikir kritis kepercayaan, aturan-aturan, prosedur
dalam menyelesaikan soal tersebut. Selain itu atau kriteria-kriteria.
respon siswa kelas VII SMP Negeri 13 (2) Analisis
Banjarmasin terhadap proses pembelajaran Analisis adalah mengidentifikasi
pun kurang baik karena kebanyakan siswa hubungan-hubungan inferensial yang
cenderung tidak berperan aktif dalam proses dimaksud dan aktual diantara pernyata-
pembelajaran. Salah satu penyebabnya an-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan,
adalah proses pembelajaran yang masih konsep-konsep, deskripsi-deskripsi atau
terpusat di guru. Guru dalam proses bentuk-bentuk representasi lainnya yang
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 94

dimaksudkan untuk mengekspresikan Selain mampu menginterpretasi-


kepercayaan-kepercayaan, penilaian, kan, menganalisis, mengevaluasi dan
pengalaman-pengalaman, alasan-alasan, membuat inferensi, ada dua lagi kecakapan
informasi atau opini-opini. yang dikemukakan oleh Facione yaitu
(3) Evaluasi kecakapan eksplanasi atau penjelasan dan
Evaluasi berarti menaksir kredibilitas regulasi diri dimana kedua kecakapan ini
pernyataan-pernyataan atau represen- berarti menjelaskan apa yang mereka pikir
tasi-representasi yang merupakan dan bagaimana mereka sampai pada
laporan-laporan atau deskripsi-deskripsi kesimpulan yang telah didapat pada saat
dari persepsi, pengalaman, situasi, inferensi.
penilaian, kepercayaan atau opini sese- Siswono (2008) memperkenalkan
orang, dan menaksir kekuatan logis dari dan mengembangkan sebuah model
hubungan-hubungan inferensial atau pembelajaran baru yang secara khusus
dimaksud diantara pernyataan-pernya- mengkombinasikan model pengajuan
taan, deskripsi-deskripsi, pertanyaan- masalah dan pemecahan masalah, yaitu
pertanyaan, atau bentuk-bentuk model jucama (model pembelajaran
representasi lainnya. pengajuan dan pemecahan masalah) dalam
(4) Inferensi bukunya yang berjudul Model Pembelajaran
Inferensi berarti mengidentifikasi dan Matematika Berbasis Pengajuan dan
memperoleh unsur-unsur yang Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan
diperlukan untuk membuat kesimpulan- Kemampuan Berpikir Kreatif. Model jucama
kesimpulan yang masuk akal, membuat ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut
dugaan-dugaan dan hipotesis, memper- agar tujuannya tidak hanya terfokus pada
timbangkan informasi yang relevan dan kemampuan berpikir kreatif saja, namun juga
menyimpulkan konsekuensi-konsekuensi dapat diterapkan untuk meningkatkan
dari data, situasi-situasi, pertanyan- maupun membentuk kemampuan yang
pertanyaan atau bentuk-bentuk lainnya seperti kemampuan berpikir kritis.
representasi lainya.

Model jucama adalah suatu model pembelajaran matematika yang berorientasi pada
pengajuan dan pemecahan masalah matematika sebagai fokus pembelajarannya (Siswono, 2008).

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Jucama


Fase Aktivitas/Kegiatan Guru
1. Mempersiapkan siswa dan Memberikan apersepsi, materi prasyarat, memotivasi siswa,
menyampaikan tujuan. mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan
sehari-hari dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
2. Mengorientasikan siswa pada masalah Memberikan masalah yang sesuai dengan perkembangan
melalui pemecahan atau pengajuan anak untuk mengarahkan pada pemahaman konsep dan
masalah dan mengorganisasikan berpikir kritis siswa. Meminta siswa menyelesaikan atau
siswa untuk belajar. mengajukan masalah berdasarkan informasi atau masalah
awal dan bekerja dalam kelompok atau individual dan
mengarahkan siswa membantu dan berbagi dengan anggota
kelompok atau teman lainnya.
3. Membimbing penyelesaian secara Guru membimbing dan mengarahkan belajar secara efektif
individual maupun kelompok. dan efisien.
4. Menyajikan hasil penyelesaian Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menetapkan
pemecahan dan pengajuan masalah. suatu kelompok atau seorang siswa dalam menyajikan hasil
tugasnya.
5. Memeriksa pemahaman dan Memeriksa kemampuan siswa dan memberikan umpan balik
memberikan umpan balik sebagai sebagai evaluasi.
evaluasi
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan 95

Kegiatan inti dari model jucama bertipe pengajuan setelah solusi (post
terletak pada fase kedua, ketiga, dan solution posing). Dalam model jucama guru
keempat. Pada kegiatan inti siswa diberi berperan sebagai fasilitator atau mediator
kesempatan mengkonstruksi aktif yang membantu siswa mengkonstruksi
pengetahuan berdasarkan pengalaman atau pemahamannya sendiri. Pengaturan kelas
pengetahuannya sendiri melalui pemecahan yang diperlukan dalam model ini adalah
dan pengajuan masalah yang memper- kelas yang memungkinkan siswa bergerak
timbangkan perkembangan pola pikirnya dan berdiskusi antar anggota kelompok
sehingga siswa terbiasa berpikir kritis. maupun antar kelompok. Sistem pengajaran-
Dalam model jucama, pemecahan nya dapat secara klasikal maupun
masalah matematika diartikan sebagai kelompok-kelompok kecil. Perangkat
proses siswa dalam menyelesaikan suatu pembelajaran dapat berupa buku siswa atau
masalah matematika yang langkahnya terdiri Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang di
dari memahami masalah, merencanakan dalamnya memuat soal yang dipilih untuk
penyelesaian, melaksanakan rencana memicu proses pemecahan maupun
tersebut dan memeriksa kembali jawaban. pengajuan masalah.
Sedangkan pengajuan masalah matematika
merupakan tugas yang meminta siswa untuk METODE
mengajukan atau membuat soal atau Metode penelitian yang digunakan
masalah matematika berdasar informasi dalam penelitian ini adalah metode
yang diberikan, sekaligus menyelesaikan deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah
soal atau masalah yang dibuat tersebut. siswa kelas VII A yang merupakan kelas
Pengajuan masalah diberikan setelah siswa unggulan SMP Negeri 13 Banjarmasin tahun
menyelesaikan suatu masalah matematika pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 30
(Siswono, 2009). orang, dengan 13 siswa laki-laki dan 17
Siswono (2009) menyatakan siswa perempuan. Adapun objek dalam
dalam model jucama pengajuan masalah penelitian ini adalah kemampuan berpikir
merupakan bagian dari pemecahan kritis dan respon siswa kelas VII A SMP
masalah. Siswa setelah menyelesaikan Negeri 13 Banjarmasin tahun pelajaran
masalah diminta untuk mengajukan soal- 2014-2015 pada materi garis dan sudut
soal baru yang dapat berupa modifikasi dalam pembelajaran matematika dengan
tujuan atau kondisi soal yang sudah menggunakan model jucama.
diselesaikan untuk membuat soal yang baru.
Pengajuan masalah dalam model jucama ini
Ada dua instrumen yang digunakan yaitu soal tes dan angket. Soal tes berbentuk uraian
yang terdiri dari 3 soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.. Indikator kemampuan
berpikir kritis siswa dapat dilihat dalam tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa


Indikator Umum Indikator
1. Menginterpretasi 1.1 Memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui maupun
yang ditanyakan soal dengan tepat.
2. Menganalisis 2.1 Mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan-pernyataan,
pertanyaan-pertanyaan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang
ditunjukkan dengan membuat model matematika dengan tepat dan memberi
penjelasan dengan tepat.
3. Mengevaluasi 3.1 Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan
benar dalam melakukan perhitungan.
4. Menginferensi 4.1 Membuat kesimpulan dengan tepat.
Adaptasi Facione (1994)
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 96

Untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis matematis siswa, dilakukan


penskoran terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal. Kriteria penskoran yang digunakan adalah
skor rubrik yang dimodifikasi dari Facione (1994) dan Ismaimuza (2013).

Tabel 3 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa


Indikator Keterangan Skor
Interpretasi Tidak menulis yang diketahui dan yang ditanyakan. 0
Menulis yang diketahui dan yang ditanyakan dengan tidak tepat. 1
Menuliskan yang diketahui saja dengan tepat atau yang ditanyakan saja dengan 2
tepat.
Menulis yang diketahui dari soal dengan tepat tetapi kurang lengkap. 3
Menulis yang diketahui dan ditanyakan dari soal dengan tepat dan lengkap. 4
Analisis Tidak membuat model matematika dari soal yang diberikan. 0
Membuat model matematika dari soal yang diberikan tetapi tidak tepat. 1
Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan tepat tanpa 2
memberi penjelasan.
Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan tepat tetapi ada 3
kesalahan dalam penjelasan.
Membuat model matematika dari soal yang diberikan dengan tepat dan memberi 4
penjelasan yang benar dan lengkap.
Evaluasi Tidak menggunakan strategi dalam menyelesaikan soal. 0
Menggunakan strategi yang tidak tepat dan tidak lengkap dalam menyelesaikan 1
soal.
Menggukanak strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, tetapi tidak lengkap 2
atau menggunakan strategi yang tidak tepat tetapi lengkap dalam menyelesaikan
soal.
Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap tetapi 3
melakukan kesalah dalam perhitungan atau penjelasan.
Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar 4
dalam melakukan perihitungan/penjelasan.
Inferensi Tidak membuat kesimpulan. 0
Membuat kesimpulan yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan konteks soal. 1
Membuat kesimpulan yang tidak tepat meskipun disesuaikan dengan konteks 2
soal.
Membuat kesimpulan dengan tepat, sesuai dengan konteks tetapi tidak lengkap. 3
Membuat kesimpulan dengan tepat, sesuai dengan konteks soal dan lengkap. 4

Adapun cara perhitungan nilai persentase adalah sebagai berikut :

Nilai persentase kemampuan berpikir kritis yang diperoleh dari perhitungan kemudian
dikategorikan sesuai dengan tabel berikut ini :

Tabel 4 Kategori Persentase Kemampuan Berpikir Kritis


Interpretasi (%) Kategori

81,25 < X 100 Sangat tinggi


71,5 < X 81,25 Tinggi
62,5 < X 71,5 Sedang
43,75 < X 62,5 Rendah
0 < X 43,75 Sangat Rendah
Adaptasi Setyowati (2011)
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan 97

Dalam penelitian ini, angket yang digunakan berupa angket tertutup untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran dengan meggunakan model jucama. Respon jawaban terdiri
dari 4 kategori yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju
(SS). Penskoran terhadap alternatif respon bergerak dari angka 1 sampai dengan 4.

Tabel 5 Kisi-kisi Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Jucama


No Aspek Indikator Sebaran
butir
1 Pembelajaran dan a. Sikap siswa terhadap susana belajar dengan 2
Pemahaman Materi menggunakan model jucama
b. Sikap siswa terhadap cara yang diterapkan 1, 3, 4
peneliti dalam pembelajaran matematika
menggunakan model jucama
c. Siswa tertantang untuk mengajukan dan 7,8
memecahkan masalah
d. Memahami materi garis dan sudut dengan 9,10
menggunakan model jucama
2 LKK a. Membantu siswa dalam belajar dan memahami 5,6
materi garis dan sudut
Adaptasi Sulistiyawati (2011)
Data angket dianalisis dengan menjawab TS x 2) +
menentukan skor total respon siswa tiap (banyaknya siswa
pernyataan. menjawab STS x 1)
Skor total respon = (banyaknya siswa Kemudian respon siswa
menjawab SS x 4) + dikategorikan berdasarkan rentang skala
(banyaknya siswa likert sebagai berikut yang diperoleh dari skor
menjawab S x 3) + ideal jika jawaban seluruh siswa adalah SS :
(banyaknya siswa

STS TS S SS

30 60 90 120

Jika skor total berada pada daerah Dan jika skor total yang berada pada daerah
antara dua buah kategori maka ditentukan > setengah interval (jarak dari dua buah
skor total tersebut akan masuk ke dalam kategori) termasuk dalam kategori yang di
salah satu kategori, dengan syarat skor total sebelah kanan.
yang berada pada daerah setengah Untuk mengetahui tingkat
interval (jarak dari dua buah kategori) persetujuan responden dapat dilakukan
termasuk dalam kategori yang di sebelah kiri. dengan rumus Sugiyono (2012) :

Jumlah skor ideal (kriterium) dalam penelitian ini adalah 10 4 30 = 1200.


Untuk mengetahui hubungan digunakan analisis Korelasi Pearson Product
antara kemampuan berpikir kritis dengan Moment (PPM), kemudian untuk mengetahui
respon siswa terhadap model jucama tingkat hubungannya maka nilai r koefisien
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 98

korelasi PPM yang diperoleh dari analisis sesuai dengan interpretasi koefisien korelasi
menggunakan SPSS 18 diinterpretasikan sebagai berikut :

Tabel 6 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r


Interval Koefisien Korelasi (r) Interpretasi
0,80 1,000 Sangat Kuat
0,60 0,7999 Kuat
0,40 0,599 Cukup Kuat
0,20 0,399 Rendah
0,00 0,1999 Sangat Rendah
Riduan (2013)

HASIL DAN PEMBAHASAN benda-benda yang terdapat di ruangan kelas


Penelitian tentang pembelajaran sebagai media misalnya untuk mencari
matematika dengan menggunakan model bentuk representasi dari suatu titik, garis
Jucama ini dilaksanakan sebanyak 7 maupun bidang. Semua siswa secara
pertemuan yang terdiri atas 6 pertemuan antusias menjawab bersamaan, untuk titik
untuk pelaksanaan pembelajaran dan 1 mereka menjawab ujung-ujung meja, ujung-
pertemuan untuk tes kemampuan berpikir ujung papan tulis, paku, lubang sakelar listrik
kritis siswa. Materi dalam penelitian ini adalah dan lain sebagainya. Untuk garis yaitu
garis dan sudut. penggaris, tali tas, jarum jam, dan
Kegiatan pembelajaran pada sebagainya. Untuk bidang yaitu meja, papan
setiap pertemuan diawali dengan kegiatan tulis, kursi, keramik, pintu, dinding dan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan sebagainya. (Mengamati)
penutup. Kegiatan selanjutnya peneliti
Kegiatan Pendahuluan : memberikan siswa suatu masalah yang
Peneliti sebelum memulai dipecahkan secara bersama-sama. Selain
pembelajaran terlebih dahulu mengucapkan memecahkan masalah tersebut, peneliti juga
salam kemudian mengajak siswa berdoa mengarahkan siswa untuk mengajukan
agar pembelajaran hari ini dapat dipahami masalah berdasarkan permasalahan tersebut.
dengan baik. Setelah berdoa peneliti Pemecahan masalah dari pengajuan masalah
menanyakan kabar seluruh siswa dan yang diajukan oleh siswa ini peneliti
mengecek kehadiran siswa. kembalikan lagi kepada seluruh siswa. Dari
Fase 1 (Menyampaikan Tujuan dan jawaban yang diperoleh dari siswa lainnya,
Mempersiapkan Siswa), untuk memperjelas jawaban tersebut maka
Pada fase ini, peneliti memberikan peneliti memberi penegasan tentang jawaban
motivasi melalui apersepsi dengan yang tepat.
mengajukan beberapa pertanyaan dan Setelah itu siswa diminta
menunjukkan beberapa gambar yang membentuk kelompok untuk memecahkan
berkaitan tentang materi pada pertemuan hari masalah yang terdapat pada LKK. Di dalam
tersebut untuk menggali kemampuan awal LKK ini siswa dituntut untuk memecahkan
siswa. Selain itu peneliti juga menyampaikan masalah yang ada kemudian mengajukan
tujuan pembelajaran. (Motivasi dan masalah berdasarkan masalah tersebut.
Apersepsi) (Mengeksplorasi)
Kegiatan Inti : Fase 3 (Membimbing Penyelesaian secara
Fase 2 (Mengorientasikan Siswa pada Kelompok)
Masalah Melalui Pengajuan atau Aktivitas yang dilakukan peneliti
Pemecahan Masalah) adalah membimbing dan mengarahkan
belajar secara efektif dan efisien untuk
Pada fase ini, peneliti meminta
berdiskusi memecahkan masalah dan
siswa untuk melakukan pengamatan terhadap
mengajukan masalah. (Mengasosiasi)
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan 99

Fase 4 (Menyajikan Hasil Penyelesaian Kemudian meminta seluruh siswa kembali ke


Pemecahan dan Pengajuan Masalah) tempat duduknya masing-masing untuk
Setelah dirasa waktunya sudah mengerjakan kuis tentang materi
cukup untuk mengerjakan LKK maka peneliti pembelajaran yang dipelajari hari tersebut.
meminta beberapa kelompok untuk Kemudian peneliti menginformasikan
menyajikan hasil tugasnya di depan kelas. mengenai materi pada pertemuan selanjutnya
Kelompok lain diminta secara bergantian kepada seluruh siswa.
menanggapi hasil penkerjaan LKKnya dan Hasil kemampuan berpikir kritis
membandingkan hasilnya dengan hasil siswa kelas VII A dapat diketahui dari hasil
pekerjaan mereka. (Mengkomunikasi) evaluasi pada pertemuan ketujuh. Hasil
Kegiatan Penutup : evaluasi kemampuan berpikir kritis siswa
Fase 5 (Memeriksa Pemahaman dan untuk per indikator pada kelas VII A
Memberikan Umpan Balik sebagai Evaluasi) ditunjukkan pada tabel 7 yang diukur
Setelah kegiatan kerja kelompok berdasarkan pedoman penskoran
berakhir, peneliti membimbing siswa secara kemampuan berpikir kritis siswa.
bersama-sama untuk membuat kesimpulan.

Tabel 7 Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa per Indikator


No Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Persentase(%) Kategori
1. Interpretasi 99,72 Sangat Tinggi
2. Analisis 69,72 Sedang
3. Evaluasi 75,83 Tinggi
4. Inferensi 73,61 Tinggi

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa per Indikator


Interpretasi Kategori Indikator
(1) (2) (3) (4)
f % f % f % f %
81,25 < X 100 Sangat Tinggi 30 100 7 23,33 13 43,33 15 50,00
71,5 < X 81,25 Tinggi 0 0 7 23,33 7 23,33 1 3,33
62,5 < X 71,5 Sedang 0 0 13 43,33 7 23,33 5 16,67
43,75 < X 62,5 Rendah 0 0 3 10 3 10 8 26,67
0 < X 43,75 Sangat 0 0 0 0 0 0 1 3,33
Rendah
Jumlah 30 100 30 100 30 100 30 100

Keterangan : (3) Evaluasi : Menggunakan strategi yang


(1) Interpretasi : memahami masalah yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap
ditunjukkan dengan siswa menulis dan benar dalam melakukan
diketahui dengan tepat maupun yang perhitungan.
ditanyakan soal dengan tepat. (4) Inferensi : Membuat kesimpulan dengan
(2) Analisis : mengidentifikasi hubungan- tepat sesuai dengan konteks masalah.
hubungan antara pernyataan-
pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, dan Kemampuan berpikir kritis siswa
konsep-konsep yang diberikan dalam per indikator tersebar dalam 3 kategori yaitu
soal ditunjukkan dengan siswa dapat sangat tinggi, tinggi dan sedang dengan
membuat model matematika dari soal kemampuan berpikir kritis siswa dalam
yang diberikan dengan tepat dan menginterpretasi termasuk dalam kategori
memberi penjelasan dengan tepat. sangat tinggi, mengevaluasi dan
menginferensi termasuk dalam kategori
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 100

tinggi, serta menganalisis termasuk dalam karena dalam membuat model matematika
kategori sedang. siswa harus berpikir kritis dalam menganalisis
model yang sesuai dalam konteks soal.
Indikator 1 : Interpretasi
Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8, Indikator 3 : Evaluasi
tingginya kemampuan berpikir kritis siswa Tingginya kemampuan berpikir
pada indikator interpretasi dikarenakan pada kritis siswa pada indikator ini tidak lepas dari
kegiatan pembelajaran peneliti mendorong peran model jucama karena pada fase ketiga
siswa melalui LKK dan kuis untuk terbiasa yaitu dalam membimbing penyelesaian
menuliskan apa yang diketahui dan apa yang peneliti mengajak siswa bekerja kelompok
ditanyakan sehingga memudahkan siswa untuk mendiskusikan strategi-strategi yang
dalam memahami soal. Dengan demikan hal dihasilkan setiap anggota kelompok dan
tersebut menunjukkan bahwa dengan memilih satu strategi yang paling tepat
melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagai cara menyelesaikan masalah.
menggunakan mode jucama melalui fase Dalam menyelesaikan tes evaluasi
kedua yaitu mengorientasikan siswa pada akhir, strategi yang digunakan hampir seluruh
pemecahan atau pengajuan masalah mampu siswa sudah sangat jelas dan benar mau
membentuk kemampuan berpikir kritis siswa dibawa kemana arah penyelesaiannya.
dalam menginterpretasi suatu masalah. Namun hal yang luput dari perhatian hampir
seluruh siswa adalah ketidak telitian mereka
Indikator 2 : Analisis dalam proses menghitung, sehingga tidak
Pada pembelajaran dengan model sedikit dari mereka yang benar dalam
jucama, peneliti membimbing siswa melakukan strategi penyelesaian namun
menyelesaikan LKK dan membantu siswa melakukan kesalahan dalam perhitungan.
menyajikan hasil penyelesaian pemecahan Oleh karena itu dapat disimpulkan
dan pengajuan masalah, peneliti telah bahwa dengan melaksanakan kegiatan
mengorganisasikan siswa untuk memberikan pembelajaran menggunakan model jucama
penjelasan pada model matematika yang mampu membentuk kemampuan berpikir
telah mereka buat. kritis siswa dalam mengevaluasi suatu
Namun pada saat tes evaluasi akhir masalah.
meskipun hampir seluruh siswa membuat
model matematika dengan tepat ternyata Indikator 4 : Inferensi
masih banyak siswa yang hanya membuat Untuk indikator yang terakhir yaitu
model matematika tanpa memberi inferensi, berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8
penjelasan. Tidak diberikannya penjelasan tingginya kemampuan berpikir kritis indikator
dalam model matematika yang telah mereka ini dikarenakan pada fase keempat dari
buat tidak lepas dari pendapat Ennis model jucama yaitu menyajikan hasil
(Susanto, 2015) bahwa berpikir kritis sebagai pemecahan dan pengajuan masalah, siswa
suatu proses berpikir sehingga penjelasan berpikir kritis dalam mengungkapkan gagasan
dari model matematika tersebut tersimpan serta kesimpulan dari masalah yang diberikan
dalam memori mereka dan tidak mereka maupun mengajukan pertanyaan kepada
tuangkan ke dalam jawaban. Buktinya siswa yang sedang presentase. Selain itu
meskipun mereka tidak memberikan pada Dalam hal ini hampir seluruh siswa
penjelasan untuk model matematika yang sudah dapat membuat kesimpulan yang
telah mereka buat, mereka masih bisa sesuai dengan konteks soal. Meskipun sudah
menyelesaikan tes evaluasi dengan strategi dapat membuat kesimpulan sesuai dengan
yang tepat. konteks soal, ada sebagian siswa yang tidak
Meskipun dikategorikan sedang, hal tepat dalam membuat kesimpulan. Salah satu
ini bukan berarti model jucama tidak mampu penyebabnya adalah pada saat
membentuk kemampuan berpikir kritis siswa menyelesaikan masalah (evaluasi) siswa
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan 101

melakukan kesalahan dalam perhitungan kegiatan pembelajaran menggunakan model


sehingga kesimpulan yang mereka jucama mampu membentuk kemampuan
dapatkanpun menjadi tidak tepat. berpikir kritis siswa dalam menginferensi
Dengan persentase 73,61% dapat (menarik kesimpulan dari suatu masalah).
dikatakan bahwa dengan melaksanakan

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa secara Keseluruhan


Interpretasi Frekuensi Persentase (%) Kategori
81,25 < X 100 13 43,33 Sangat Tinggi
71,5 < X 81,25 12 40,00 Tinggi
62,5 < X 71,5 5 16,67 Sedang
43,75 < X 62,5 0 0,00 Rendah
0 < X 43,75 0 0,000 Sangat Rendah
Jumlah 30 100,00

Dari tabel 9 dapat dililihat bahwa dilihat dari LKK yang diberikan kepada siswa,
tidak ada siswa yang memiliki kemampuan dimana dalam setiap LKK siswa diminta untuk
berpikir kritis dengan kategori rendah maupun memecahkan masalah kemudian mengajukan
sangat rendah. Kemampuan berpikir kritis masalah berdasarkan masalah yang telah
siswa tersebar dalam 3 kategori yaitu sangat ada. Dalam pembelajaran matematika
tinggi, tinggi dan sedang. Hasil ini dengan menggunakan model jucama, siswa
membuktikan bahwa dengan mengkombinasi- telah terbiasa mengajukan dan memecahkan
kan model pengajuan dan pemecahan masalah matematika sehingga mereka
masalah mampu membentuk kemampuan cenderung berpikir kritis. Sebaliknya siswa
berpikir kritis siswa. yang kritis terbantu dalam mengajukan dan
Tingginya kemampuan berpikir memecahkan masalah matematika. Siswa
kritis siswa di kelas dikarenakan dengan yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu
penerapan model jucama siswa dituntut untuk menginterpretasi (memahami masalah),
berpikir kritis dalam memecahkan masalah menganalisis, mengevaluasi, dan meng-
dan mengajukan masalah. Hal ini dapat inferensi (menarik kesimpulan).

Tabel 10 Rekapitulasi Respon Siswa


No Pernyataan Jumlah Jawaban Skor Ket.
responden (orang) Total
STS TS S SS
1 Saya menyukai cara peneliti mengajar 0 1 25 4 92 Setuju
2 Saya merasa nyaman dengan suasana belajar di 1 2 27 0 86 Setuju
kelas
3 Cara peneliti mengajar membuat suasana menjadi 2 1 20 7 92 Setuju
lebih hidup
4 Cara peneliti mengajar menarik bagi saya 1 1 22 6 93 Setuju
5 LKS yang diberikan peneliti membantu saya 0 0 21 9 99 Setuju
belajar
6 Saya tidak merasa bingung dalam mengerjakan 1 2 25 2 88 Setuju
LKS yang diberikan
7 Saya merasa tertantang untuk memecahkan 1 4 20 5 89 Setuju
masalah
8 Saya merasa tertantang untuk mengajukan 1 4 20 5 89 Setuju
masalah
9 Cara peneliti mengajar membuat saya mudah 0 2 23 5 93 Setuju
dalam memahami materi
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 102

10 Setelah mengikuti cara peneliti mengajar, saya 0 5 20 5 90 Setuju


merasa bahwa materi yang diajarkan terasa
mudah
Skor total dalam penelitian 911
Berdasarkan tabel 10 diperoleh kemampuan berpikir kritis siswa juga tinggi.
bahwa siswa memberikan respon setuju Sebaliknya apabila siswa memberikan respon
terhadap suasana belajar dengan meng- tidak setuju atau rendah terhadap penerapan
gunakan model jucama yang terdapat pada model jucama maka kemampuan berpikir
butir angket no.2 karena memberikan rasa kritis siswa juga rendah.
nyaman. Untuk cara yang diterapkan peneliti
dalam pembelajaran matematika meng- SIMPULAN DAN SARAN
gunakan model jucama yang terdapat dalam Simpulan
butir angket no 1, 3, dan 4 siswa memberikan Berdasarkan penelitian yang telah
respon setuju, begitu pula siswa juga merasa dilakukan dapat diambil beberapa simpulan
tertantang untuk mengajukan dan sebagai berikut :
memecahkan masalah yang terdapat dalam (1) Kemampuan berpikir kritis siswa kelas
butir angket no 7,8 serta siswa menganggap VII A SMP Negeri 13 Banjarmasin dalam
dengan melaksanakan kegiatan pembelajar- pembelajaran matematika dengan
an menggunakan model jucama menjadi lebih menggunakan model pembelajaran
memahami materi garis dan sudut yang jucama pada tes evaluasi akhir per
terdapat dalam butir no 9 dan 10. Selain itu indikator tersebar dalam tiga kategori
siswa juga berpendapat bahwa LKK yang yaitu sangat tinggi, tinggi, dan sedang.
diberikan dapat membantu siswa dalam Untuk indikator interpretasi (memahami
belajar dan memahami materi garis dan sudut masalah yang ditunjukkan dengan siswa
dimana dalam setiap LKK siswa diminta untuk menulis diketahui dengan tepat maupun
memecahkan masalah dan mengajukan yang ditanyakan soal dengan tepat)
masalah yang terdapat pada butir angket no 5 berada pada ketegori sangat tinggi.
dan 6. Untuk indikator analisis (mengidentifikasi
Berdasarkan data yang diperoleh hubungan-hubungan antara pernyataan-
tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa pernyataan, pertanyaan-pertanyaan,
kelas VII A SMP Negeri 13 Banjarmasin dan konsep-konsep yang diberikan
secara keseluruhan memberikan respon dalam soal ditunjukkan dengan siswa
setuju pada penerapan model pengajuan dan dapat membuat model matematika dari
pemecahan masalah (jucama) terhadap soal yang diberikan dengan tepat dan
pembelajaran matematika dengan tingkat memberi penjelasan dengan tepat)
persetujuan = (911 : 1200) 100% = berada pada kategori sedang dan untuk
75,92%. indikator evaluasi (menggunakan
Berdasarkan hasil uji Korelasi strategi yang tepat dalam menyelesai-
Pearson Product Moment (PPM) dapat kan soal, lengkap dan benar dalam
diketahui bahwa Sig. (2-tailed) < 0,05 melakukan perhitungan) serta indikator
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat inferensi (membuat kesimpulan dengan
hubungan antara kemampuan berpikir kritis tepat sesuai dengan konteks masalah)
dengan respon siswa terhadap model berada pada kategori tinggi.
jucama. Selain itu dapat diketahui pula (2) Kemampuan berpikir kritis siswa kelas
Pearson Correlation sebesar 0,973 maka VII A SMP Negeri 13 Banjarmasin dalam
berdasarkan tabel 6 maka tingkat hubungan pembelajaran matematika dengan
antara kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran
respon siswa terhadap model jucama sangat jucama pada tes evaluasi akhir secara
kuat. Hal ini menunjukkan bahwa jika siswa keseluruhan berada pada kategori
memberikan respon setuju atau tinggi tinggi.
terhadap penerapan model jucama maka
Karim, Normaya, Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan 103

(3) Siswa kelas VII A SMP Negeri 13 berpikir kritis sehingga siswa nantinya
Banjarmasin memberikan respon setuju mampu menerapkan kemampuan
terhadap penerapan model jucama berpikir kritis yang dimilikinya dalam
dalam pembelajaran matematika. mengambil keputusan dan memecahkan
(4) Terdapat hubungan yang sangat kuat masalah yang terkait konsep
antara kemampuan berpikir kritis matematika dalam kehidupan sehari-
dengan respon siswa kelas VII A SMP hari.
Negeri 13 Banjarmasin terhadap model (3) Guru matematika, khususnya guru
jucama. matematika di SMP Negeri 13
Banjarmasin dapat menerapkan model
Saran jucama dalam pembelajaran matematika
Berdasarkan hasil penelitian, pada materi selajutnya.
pembahasan, dan simpulan yang diperoleh (4) Diharapkan adanya penelitian lanjutan
dalam penelitian ini, maka disampaikan yang menggunakan model jucama ini
beberapa saran yaitu: untuk membentuk kemampuan berpikir
(1) Siswa hendaknya diarahkan untuk kritis maupun kemampuan lainnya.
belajar terlebih dahulu materi pada (5) Dalam menerapkan model jucama untuk
pertemuan berikutnya sehingga pada membentuk kemampuan berpikir kritis
saat kegiatan pembelajaran siswa sudah diharapkan untuk indikator analisis lebih
siap untuk belajar. Cara mengarahkan ditingkatkan lagi pengorganisasian
siswa misalnya dengan memberikan siswa sehingga siswa benar-benar
beberapa pertanyaan pada kegiatan dapat membuat model matematika dari
akhir pembelajaran yang harus dijawab soal yang diberikan dengan tepat dan
siswa pada pertemuan selanjutnya. memberi penjelasan dengan tepat.
(2) Soal-soal yang diberikan kepada siswa
selalu diarahkan pada kemampuan

DAFTAR PUSTAKA Ismaimuza, D. 2013. Pengembangan


Instrumen Kemampuan Berpikir
Facione, A.P. 1994. Holistic Critical Thinking Kritis Matematis untuk Siswa SMP.
Scoring Rubric. California Academia Prosiding Seminar Nasional Sains
Press, San Francisco. dan Matematika Jurusan Pendidikan
Filsaime, D.K. 2008. Menguak Kemampuan MIPA FKIP UNTAD, Palu. Hlm 375-
Berpikir Kritis dan Kreatif. 378.
Diterjemahkan oleh Sunarni ME. __________. 2013. Kemampuan Berpikir
Buku Berkualitas Prima, Jakarta. Kritis dan Kreatif Matematika Siswa
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis : Sebuah SMP Melalui Pembelajaran Berbasis
pengantar. Edisi ke-1 diterjemahkan Masalah dengan Strategi Konflik
oleh Benyamin Hadinata. Erlangga, Kognitif. Jurnal Teknologi Tadulako
Jakarta. University. Hlm 33-37.
Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Riduan. 2013. Belajar Mudah Penelitian.
Matematika. Rajawali Press, Alfabeta, Bandung.
Jakarta. Setyowati, A. 2011. Implementasi
Hasratuddin. 2009. Berpikir Kritis dan Pendekatan Konflik Kognitif dalam
Kecerdasan Emosi dalam Pembelajaran Fisika untuk
Pembelajaran Matematika. Prosiding Menumbuhkan Kemampuan
Nasional Pembelajaran Matematika Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII.
Sekolah Jurusan Pendidikan Jurnal Pendidikan Fisika
Matematika UNY, Yogyakarta. Hlm Indonesia. 7 : 89-96.
146-156.
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 92 - 104 104

Slavin, R.E. 2009. Psikologi Pendidikan : Departemen Pendidikan Nasional,


Teori dan Praktik. Edisi ke-9 Jakarta.
diterjemahkan oleh Marianto Sugiyono. 2012. Metodel Penelitian
Samosir. PT Indeks, Jakarta. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Siswono, T.Y.E. 2008. Model Pembelajaran Alfabeta, Bandung.
Matematika Berbasis Pengajuan Sulistiyawati. 2013. Penerapan Model
dan Pemecahan Masalah untuk Pembelajaran Jucama pada
Meningkatkan Kemampuan Materi Teorema Pythagoras.
Berpikir Kreatif. Unesa University Jurnal FMIPA Unesa, Surabaya.
Press, Surabaya. Susanto, A. 2015. Teori Belajar dan
____________. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Pembelajaran Matematika Prenadamedia Group, Jakarta.
Berbasis Pengajuan dan Tim Revisi. 2013. Petunjuk Penulisan Karya
Pemecahan Masalah untuk Ilmiah Edisi V. Jurusan PMIPA
Meningkatkan Kemampuan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Berpikir Kreatif Siswa. Pendidikan Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai