Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ade Rina Ramadhani

Kelas : Akuntansi 6 D

NPM : 14.06.1.0060

Tugas Akuntansi Topik Khusus

KASUS SKANDAL AKUNTANSI PADA ENROR

Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas


alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun
1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi
usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri
energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading
commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus Enron mulai terungkap pada
bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat
luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara
drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.
Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka
di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan
meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.

Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya


manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal
perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan
agar saham tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam
gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Enron mengambil keuntungan
penuh dari keterbatasan akuntansi tersebut untuk menyusun dan memoles laporan keuangan
perusahaan. Dua hal utama yang mendasari permasalahan pada laporan keuangan Enron
adalah perdagangan yang meliputi kontrak jangka panjang yang kompleks dan struktur
transaksi finansial perusahaan yang berupa konsolidasi entitas bertujuan khusus (special
purpose entities).

Enron telah menggunakan ratusan special purpose entities sampai dengan tahun 2001
dimana kebanyakan SPE tersebut digunakan untuk mendanai pembelian forward contract
dengan produsen gas untuk menyuplai gas dalam sebuah kontrak jangka panjang. Namun
beberapa SPE kontroversial didesain secara khusus untuk mendapatkan tujuan pelaporan
keuangan yaitu memenuhi ekspektasi investor. Enron juga memperbolehkan beberapa
karyawan kunci di perusahaan untuk menjadi partner di SPE tersebut.

Secara garis besar, SPE dapat digunakan secara tidak etis dan ilegal untuk:

Melebih-lebihkan pendapatan dan laba


Meningkatkan kas dan menyembunyikan utang ata kewajiban
Menutupi kerugian terhadap investasi saham Enron pada perusahaan lain
Menghindari-aturan-aturan akuntansi untuk penilaian saham Enron
Secara tidak benar memperkaya beberapa eksekutif Enron
Memanipulasi harga saham Enron sehingga menyesatkan investor dan memperkaya
eksekutif Enron yang memegang opsi saham.

Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi
negatif bagi banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron
saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham
perusahaan serta investor di pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar
kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan
di bursa efek.

Dari beberapa artikel yang saya baca kaitannya kasus kecurangan akuntansi dengan
Good Coorporate Governance (GCG) maka ada beberapa kasus yang menyalahi dari 4
prinsip CGC, yaitu sebagai berikut :

1. Transparansi (transparency)
Prinsip transparansi merupakan prinsip yang berkaitan dengan kewajiban bagi para
pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputusan dan
penyampaian informasi. Keterbukaan dalam menyampaikan informasi juga
mengandung arti bahwa informasi yang disampaikan harus lengkap, benar dan
tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan.
Dalam Skandal Enron prinsip Transparasi jelas dilanggar, hal ini dapat dilihat
pada:

Pembentukan SPE dengan tujuan melebih-lebihkan laba, meningkatkan kas


dan menyembunyikan utang, menutup-nutupi kerugian terhadap investasi
saham Enron pada perusahaan lain
Memberikan informasi kinerja perusahaan yang menyesatkan kepada investor
dan karyawan sehingga investor dan karyawan membeli saham Enron dalam
jumlah besar pada saat harga saham Enron tinggi.
Penghancuran dokumen terkait SPE sebanyak lebih dari 1 ton kertas dengan
tujuan menutup-nutupi kebenaran dan menghambat penyidikan

2. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip akuntabilitas adalah prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk
membina system akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan
yang dapat dipercaya. Untuk itu, diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertangungjawaban setiap organ sehingga pengelolaan berjalan efektif.
Dalam skandal Enron, pihak manajemen tidak mengelola sistem akuntansi yang
efektif sehingga menghasilkan laporan keuangan yang tidak dapat dipercaya, hal
ini dapat dicermati pada:

Melakukan skema prabayar, yakni mencatat transaksi prabayar dalam


pengiriman energi masa depan sebagai laba operasi dan arus kas saat ini, bukan
sebagai arus kas dari operasi pembiayaan.
Perhitungan pajak yang salah yaitu mengakui kerugian yang sama sebanyak
dua kali dan mencatatnya sebagai pendapatan; dan merubah dpp aset tak
tersusutkan (tidak kena pajak) menjadi aset tersusutkan (kena pajak)
Melakukan praktik asset light, yaitu menjual aset pembangkin listrik secara
langsung atau menjual kepentingan di dalamnya kepada investor secara
lansung.

3. Responsibilitas (responsibility)
Prinsip responsibilitas adalah prinsip di mana para pengelola wajib memberikan
pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada
para pemangku kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang diberikan
kepadanya. Prinsip tanggung jawab ada sebagai konsekuensi logis dari
kepercayaan dan wewenang yang diberikan oleh para pemangku kepentingan
kepada para pengelola perusahaan.
Skandal Enron memberikan contoh pelanggaran tanggung jawab ini mempunyai
dalam berbagai dimensi, yaitu:
1. Secara ekonomi, Enron tidak bertanggungjawab untuk memberian keuntungan
ekonomis bagi para pemangku kepentingan. Dimensi ini juga melanggar
prinsip fairness dimana tidak semua pemangku kepentingan mendapatakan
keuntungan ekonomis yang sama bahkan ada yang dirugikan.
2. Secara hukum, tanggung jawab manajemen Enron tidak diwujudkan dalam
bentuk ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Enron
melakukan ratusan transaksi yang melanggar hukum, mulai dari konspirasi,
penipuan, pemalsuan laporan, insider trading, penipuan pajak, pencucian uang,
dan penipuan sekuritas.
Vinson dan Elkins, pengacara eksternal Enron sudah sudah menyadari adanya
risiko tak terkendali dalam transaksi yang dilakukan Enron, mereka juga telah
mengajukan laporan penjabaran risiko kepada Lay, namun akibat loyalitasnya
kepada Lay mereka tetap menyetujui SPE yang dikelola oleh Faslow dan SPE
lain. Padahal dalam etika hukum, pengacara eksternal memiliki kewajiban etis
yang jelas untuk menarik diri dari transaksi di mana klien jelas melanggar
hukum.
4. Independensi (independency)
Independensi adalah keadaan di mana para pengelola dalam mengambil suatu
keputusan bersifat professional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, dan
bebas dari tekanan/pengaruh dari mana pun yang bertentangan dengan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan yang sehat.
Pelanggaran prinsip ini terjadi pada, sebagai berikut :

Banyaknya auditor Arthur Andersen yang kemudian pindah dan menjabat


sebagai eksekutif Enron, seperti: Richard Causey, Sheron Wattkins, dan staff
lainnya
SPE seharusnya dimiliki oleh pihak independen, tetapi SPE yang bertransaksi
dengan Enron adalah bentukan Fastow yang merupakan CFO Enron

5. Kesetaraan (fairness)
Perlakuan yang setara merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan
semua pemangku kepentingan secara adil dan merata, baik pemangku kepentingan
primer (pemasok, pelanggan, karyawan, pemodal) maupun pemangku kepentingan
sekunder (pemerintah, masyarakat dan yang lainnya). Prinsip ini juga sangat erat
dan tumpang tindih dengan prinsip akuntabilitas dan tanggung jawab.
Enron memperlakukan pemangku kepentingannya dengan tidak adil, yaitu:

Karyawan memperkaya diri mereka sendiri tanpa persetujuan Dewan Direksi


(Kompensasi berlebihan).
Kegagalan tugas fidusida Dewan Direksi yaitu: gagal melindungi pemegang
saham Enron dari kegiatan yang tidak adil sehingga merugikan pemegang
saham, karyawan, dan rekan bisnis.
Karyawan diperlakukan tidak adil. Enron mengharuskan dana pensiun
karyawannya diubah dalam bentuk saham. Tujuan Enron adalah menaikan
harga saham perusahaan dengan cara ini. Dan pada saat masa jatuhnya enron,
para ekskutif yang terlebih dahulu tahu telah menjuals sahamnya, sedangkan
karyawan hanya dapat menjual saham sampai pada harga 26 sen. Dalam hal ini
karyawan banyak mengalami kerugian baik financial maupun moral, karena
karyawan Enron setelah di pecat banyak dari mereka yang sulit mendapatkan
pekerjaan karena tidak diterima di perusahaan lain.

Anda mungkin juga menyukai