TINJAUAN TEORI
B. Etiologi
Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina, baik dengan alat
maupun dengan kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi kemungkinan
dilakukan operasi sectio caesarea. Faktor-Faktor Penyebab Sectio Caesarea
menurut Mochtar (1998) faktor dari ibu dilakukannya sectio caesarea adalah
plasenta previa , panggul sempit, partus lama, distosia serviks, pre eklamsi dan
hipertensi. Sedangkan faktor dari janin adalah letak lintang dan letak bokong.
Menurut Manuaba (2001) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
caesarea sebagai berikut :
1. CPD
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal
(Kasdu, 2003).
Menurut Wiknjosastro (2002) ada beberapa kesempitan panggul, yaitu :
a. Kesempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul biasanya dianggap menyempit jika konjugata vera yang
merupakan ukuran paling pendek panjangnya kurang dari 10 cm atau jika
diameter transversal yang merupakan ukuran paling lebar panjangnya
kurang dari 12 cm, proses persalinannya jika kelainan panggul cukup
menonjol dan menghalangi masuknya kepala dengan mudah ke dalam
pintu atas panggul, proses persalinan akan memanjang dan kerap kali tidak
pernah terjadi persalinan spontan yang efektif sehingga membawa akibat
yang serius bagi ibu maupun janinnya.
b. Kesempitan panggul tengah
Bidang obstetrik panggul tengah membentang dari margo inferior simfisis
pubis, lewat spina iskiadika, dan mengenai sakrum di dekat sambungan
tulang vertebra keempat dan kelima. Meskipun definisi kesempitan pintu
atas panggul, namun panggul tengah mungkin sempit kalau jumlah
diameter interspinarum dan diameter sagitalis posterior pelvis (normalnya
10,5 plus 5 cm atau 15,5 cm) mencapai 13,5 cm atau lebih kurang lagi.
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Kesempitan pintu bawah panggul biasanya diartikan sebagai keadaan
dimana distansia tuberculum 8 cm atau lebih kecil lagi.Pintu bawah
panggul yang sempit tidak banyak mengakibatkan distosia karena
kesempitannya sendiri mengingat keadaan ini sering disertai pula dengan
kesempitan panggul tengah.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.Karena
itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi (Mochtar, 1998).
Pre-eklamsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi pada
trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola
hidatidosa. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain.
Untuk menegakkan diagnosis pre-eklamsi, kenaikan tekanan sistolik harus 30
mmHg atau lebih diatas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140
mmHg atau lebih.Kenaikan tekanan diastolik sebenarnya lebih dapat
dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau
menjadi 100 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat.
Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam
pada kedaan istirahat (Wiknjosastro, 2002).
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.Edema pretibial yang ringan sering
ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk
penentuan diagnosis pre-eklamsi. Kenaikan berat badan setengah kilo setiap
minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila kenaikan
satu kilo seminggu beberapa kali,hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan
terhadap timbulnya pre-eklamsia. Proteinuria berarti konsentrasi protein
dalam air kencing yang melebihi 0,3 gram/liter dalam air 24 jam atau
pemeriksaan kualitatif menunjukkan satu atau dua + atau satu gram per liter
atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter yang diambil
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih
lambat dari pada hipertensi dan kenaikan berat badan karena itu harus
dianggap sebagai tanda yang cukup serius (Wiknjosastro, 2002).
Menurut (Manuaba, 1998) gejala pre-eklamsi berat dapat diketahui dengan
pemeriksaan pada tekanan darah mencapai 160/110 mmHg, oliguria urin
kurang 400 cc/24 jam, proteinuria lebih dari 3 gr/liter.Pada keluhan subjektif
pasien mengeluh nyeri epigastrium, gangguan penglihatan dan nyeri kepala.
Pada pemeriksaan di dapat kadar enzim hati meningkat disertai ikterus,
perdarahan pada retina dan trombosit kurang dari 100.000/mm
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah
36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2001).
Ada dua macam kemungkinan ketuban pecah dini, yaitu premature rupture of
membran dan preterm rupture of membrane. Keduanya memiliki gejala yang
sama yaitu keluarnya cairan dan tidak ada keluhan sakit. Tanda-tanda khasnya
adalah keluarnya cairan mendadak disertai bau yang khas, namun berbeda
dengan bau air seni. Alirannya tidak terlalu deras keluar serta tidak disertai
rasa mules atau sakit perut. Akan terdeteksi jika si ibu baru merasakan perih
dan sakit jika si janin bergerak (Barbara, 2009).
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan.Faktor yang
disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur,
merokok, dan perdarahan selama kehamilan.Beberapa faktor resiko dari KPD
yaitu polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan atau kerusakan
selaput ketuban, kehamilan kembar, trauma dan infeksi pada kehamilan
seperti bakterial vaginosis (Mochtar, 1998).
Diagnosis ketuban pecah dini didasarkan pada riwayat pengeluaran cairan
dalam jumlah besar secara mendadak atau sedikit demi sedikit pervaginam.
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus
segera dilahirkan.Pecahnya kantung ketuban pada kehamilan seringkali tidak
disadari penyebabnya.Namun, biasanya hal ini terjadi sesudah
trauma.Misalnya, setelah terjatuh, perut terbentur sesuatu, atau sesudah
senggama. Dengan adanya hal ini dokter akan mempercepat persalinan karena
khawatir akan terjadi infeksi pada ibu dan janinnya (Kasdu, 2003).
4. Janin Besar (Makrosomia)
Makrosomia atau janin besar adalah taksiran berat janin diatas 4.000 gram. Di
negara berkembang, 5 % bayi memiliki berat badan lebih dari 4.000 gram
pada saat lahir dan 0,5 % memiliki berat badan lebih dari 4.500 gram. Ada
beberapa faktor ibu yang menyebabkan bayi besar, yaitu ibu dengan diabetes,
kehamilan post-term, obesitas pada ibu, dan lain-lain. Untuk mencegah trauma
lahir, maka bedah sesar elektif harus ditawarkan pada wanita penderita
diabetes dengan taksiran berat janin lebih dari 4500 gram dan pada wanita
nondiabetes dengan taksiran berat janin lebih dari 5000 gram (Glance, 2006).
Namun, bisa saja janin dengan ukuran kurang dari 4.000 gram dilahirkan
dengan operasi. Demikian pula pada posisi sungsang dengan berat janin lebih
dari 3,6 kg sudah bisa dianggap besar sehingga perlu dilakukan kelahiran
dengan operasi. Keadaan ini yang disebut bayi besar relatif (Kasdu, 2003).
5. Kelainan Letak Janin
Kelainan-kelainan janin menurut Mochtar (1998) antara lain :
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah.Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
b. Letak sungsang
Janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala
berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998).Menurut
(Sarwono, 1992) letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri.Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi
bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
6. Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi.Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal. Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan
dua janin atau lebih ( Rustam Mochtar, 1998 ), (1) Faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah ; bangsa, umur, dan paritas sering mempengaruhi
kehamilan kembar 2 tel,(2)Faktor obat-obat induksi ovulasi: profertil, clomid,
dan hormone gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan
kembar lebih dari 2,(3) Faktor keturunan
Patofisiologi pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga
melewati batas toleransi dan seringkali terjadi putus prematurus. Lama
kehamilan kembar dua rata-rata 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235
hari. Berat lahir rata-rata kehamilan kembar 2500gram, triplet 1800gram,
kuadriplet 1400gram.
7. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003).
Perubahan yang terjadi selama masa nifas post sectio caesarea antara lain: (1)
Uterus, setelah plasenta dilahirkan, uterus merupakan alat yang keras karena
kontraksi dan reaksi otot-ototnya. Fundus uteri 3 jari di bawah pusat. Ukuran
uterus mulai dua hari berikutnya, akan mengecil hingga hari kesepuluh tidak
teraba dari luar. Invulsi uterus terjadi karena masing-masing sel menjadi kecil,
yang disebabkan oleh proses antitoksis dimana zat protein dinding pecah,
diabsorbsi dan dibuang melalui air seni. Sedangkan pada endomentrium menjadi
luka dengan permukaan kasar, tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan. Luka
ini akan mengecil hingga sembuh dengan pertumbuhan endometrium baru di
bawah permukaan luka, mulai dari pinggir dan dasar luka, (2) pembuluh darah
uterus yang saat hamil dan membesar akan mengecil kembali karena tidak
dipergunakan lagi, (3) dinding perut melonggar dan elastisitasnya berkurang
akibat peregangan dalam waktu lama (Rustam M,
E. Manifestasi Klinik
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Reproduksi
Uterus
Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil. Proses
ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.
Lochea, Komposisi Jaringan endometrial, darah dan limfe.
Tahap
a) Rubra (merah) : 1-3 hari.
b) Serosa (pink kecoklatan)
c) Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.Bau normal seperti menstruasi,
jumlah meningkat saat berdiri.Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
Siklus Menstruasi, Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18
minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.
Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi
pada bulan ke 3 atau lebih. Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-
6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah
satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari,
struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar
dan tampak bercelah.
Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran
seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar,
produksi mukus normal dengan ovulasi.
a) Perineum
b) Episiotomi, Penyembuhan dalam 2 minggu.
c) Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rectal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak
karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak
disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil
bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2
hari.
c. Sistem Endokrin
- Hormon Plasenta,HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron
plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus
menstruasi.
- Hormon pituitary, Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu
pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH,
tidak ditemukan pada minggu I post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler
- Tanda-tanda vital,Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat
karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
- Volume darah ,Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-
4 minggu Persalinan normal : 200 500 cc, sesaria : 600 800 cc
- Jantung Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3
minggu.
e. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-
basa kembali setelah 3 minggu post partum.
f. Sistem Gastrointestinal
- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
- Nafsu makan kembali normal.
- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena
trauma.
- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil.
Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem ImunRhesus incompability, diberikan anti RHO ,imunoglobin.
F. Pemeriksaan Diagnostik
- Tes Laboraturium
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis dengan cairan IV sesuai indikasi.
Anestesia; regional atau general
Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.
Pemberian oksitosin sesuai indikasi.
Tanda vital per protokol ruangan pemulihan
Persiapan kulit pembedahan abdomen
Persetujuan ditandatangani.
Pemasangan kateter foley
H. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa
hari
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan
dehidrasi dan perut sedikit kembung
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
B. Etiologi
Penyebab letak sungang :
1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya
pada panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor tumor pelvis dan
lain lain.
2. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil
(prematur).
3. Gemeli (kehamilan ganda)
4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
5. Janin sedah lama mati.
6. sebab yang tidak diketahui.
C. Patofisiologi
Letak sungsang dapat terjadi akibat dari ;
1. Terdapat tumor dalam rongga uterus.
2. Terbentuknya segmen bawah rahim.
3. Hidramion.
Adapun letak sungsang dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Letak bokong murni ; prensentasi bokong murni (Frank Breech). Bokong saja
yang menjadi bagian terdepan sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
2. Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki) disamping bokong teraba kaki
(Complete Breech). Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna
kalau disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
3. Letak lutut (presentasi lutut) dan
4. Letak kaki , yang keduanya disebut dengan istilah ; Incomplete Breech.
Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau
lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak
sempurna.
Dari semua letak-letak ini yang paling sering dijumpai adalah letak bokong murni.
Punggung biasanya terdapat kiri depan. Frekuensi letak sungsang lebih tinggi
pada kehanilan muda dibandingkan dengan kehamilan a`terme dan lebih banyak
pada multigravida dibandingkan dengan primigarvida.
B. Periode
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
Tahap
a. Rubra (merah) : 1-3 hari.
b. Serosa (pink kecoklatan)
c. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
- Siklus Menstruasi
Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak
menyusui akan kembali ke siklus normal.
- Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin.Ibu menyusui mulai ovulasi pada
bulan ke-3 atau lebih.
Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8.Ovulasi
mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan.
- Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari,
struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan
tampak bercelah.
- Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti
tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus
normal dengan ovulasi.
- Perineum
Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.
Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rectal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak
karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak
disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil
bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2
hari.
c. Sistem Endokrin
- Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak
terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.
- Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun
sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan
pada minggu I post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi
pada awal post partum terjadi bradikardi.
- Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 500 cc, sesaria : 600 800 cc.
- Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
- Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
e. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-
basa kembali setelah 3 minggu post partum.
f. Sistem Gastrointestinal
- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
- Nafsu makan kembali normal.
- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi
karena trauma.
- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil.
Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.
Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat
diperkirakan
2) Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
3) Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
4) Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk
penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual,
muntah )
C. Intervensi
DX Tujuan Intervensi Rasional
Ansietas b.d Ansietas berkurang
pengalaman setelah diberikan
Lakukan pendekatan diri
Rasa
pada nyaman akan
pembedahan perawatan dengan pasien supaya menumbuhkan
dan hasil kriteria hasil : pasien merasa rasa tenang,
tidak dapat nyaman tidak cemas
diperkirakan
Tidak menunjukkan traumatik pada serta
saat membicarakan
Yakinkan bahwa pembedahan kepercayaan
pembedahan merupakan jalan pada perawat.
terbaik yang harus
Tidak tampak gelisah ditempuh untuk
menyelamatkan
Tidak merasa takut untuk dilakukan bayi dan ibu
pembedahan yang
sama
RestiPasien
infeksimerasa tenang
b.d Berikan nutrisi yang adekuat
Nutrisi yang adekuat akan
destruksi Infeksi tidak terjadi menghasilkan
pertahanan setelah perawatanBerikan
selama penkes untuk menjaga daua tubuh
terhadap 24 jam pertama dengan daya tahan tubuh, yang optimal
bakteri kriteria hasil : kebersihan luka,
serta tanda-tanda
Dengan adanya partisipasi
Menunjukkan kondisi luka yang infeksi dini pada dari pasien,
jauh dari kategori luka maka
infeksi kesembuhan
luka dapat
Albumin dalam keadaan normal lebih mudah
terwujud
Suhu tubuh pasien dalam keadaan
Nyeri akut normal, tidak demam
b.d insisi, lakukan pengkajian nyeriSetiap skala nyeri memiliki
flatus dan managemen
mobilitas Nyeri dapat berkurang
lakukan managemen nyeri yang berbeda
setelah perawatan 1x 24
jam dengan kriteria
monitoring
: keadaan insisi
Antisipasi
luka nyeri akibat luka
post operasi post operasi
Pasien tidak mengeluh nyeri /
mengatakan ajarkan
bahwa mobilitas Antisipasi
yang nyeri akibat luka
nyeri sudah berkurang memungkinkan post operasi
tiap jam sekali
Mobilitas dapat merangsang
peristaltik usus
sehingga
mempercepat
flatus
DAFTAR PUSTAKA