Makalah Sosbud
Makalah Sosbud
Oleh:
Yani Ramadhani
Yusra Aini
Pembimbing
Jumharis M.Si
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......i
DAFTAR ISI.......ii
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang.......1
2 Rumusan Masalah..........1
3 Tujuan Penulisan........1
BAB II PEMBAHASAN
A. Modernisasi................................................................................................2
B. Disorganisasi,Transformasi dan Modernisasi............................................2
C. Beberapa Syarat Modernisasi.................................................................3
D. Tradisionalisme...........................................................................................4
E. PostModernisasi.........................................................................................6
3.1 Kesimpulan........7
DAFTAR PUSTAKA..........8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang masih memberikan rahmat dan
karuniaNya berupa nikmat kesehatan dan kesempatan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Mata Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia yaitu Makalah
tentang.Tradisionalisme, PostModernisasi dan Modernisasi. Shalawat bersampulkan salam
tidak lupa pula kami kirimkan kepada junjungan alam, yakni Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah
memberikan saran, arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam penulisan maupun
penyajiannya, maka sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
kedepannya lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca
umumnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Tradisionalisme dan Modernisasi mungkin merupakan persoalan yang menarik pada
dewasa ini merupakan gejala umum didunia ini. Kebanyakan masyarakat didunia dewasa ini
terkait pada jaringan modernisasi. Baik yang baru memasukinya,maupun yang sedang
meneruskan tradisi modernisasi. Secara historis,tradisional dan modernisasi merupakan proses
perubahan yang menuju pada tipe sistem-sistem sosial,ekonomi dan politik yang telah
berkembang di eropa barat dan amerika utara pada abad ke 17 sampai abad ke 19. Sistem sosial
yang baru ini kemudian menyebar ke negara-negara eropa lainnya serta juga ke negara-negara
amerika selatan,asia dan afrika pada abad ke 19 dan 20.
Tradisionalisme merupakan proses awal dari sebuah perubahan yang terjadi pada sistem-
sistem sosial masyarakat dimana pada masa ini banyak dari masyarakat yang masih
menggunakan alat dan berbagai macam keperluan secara manual dan apa adanya. Banyak dari
mereka memanfaatkan alat sekitarnya dan menggunakan sebagai kebutuhan yang dapat
memenuhi kebutuhan mereka pada saat itu.
Modernisasi merupakan proses akhir dari sebuah perubahan yang terjadi pada sistem-
sistem sosial masyarakat dimana masyarakat berbaur dengan adanya alat yang canggih yang
dapat memepermudah pekerjaan mereka tanpa harus menghabiskan waktu yang lama. Dengan
adanya modernisasi ini masyarakat dapat bersiang secara global dalam menghadapi
perkembangan dunia yang semakin pesat dan menyeluruh
B Rumusan Masalah
A. Tujuan Penulisan
Penulisan dalam penyusunan Makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui arti dari Tradisionalisme dan Modernisasi
2. Untuk mengetahui Apa yang terjadi dari awal proses dan akhir proses dari tradisionalime
dan Modernisasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Modernisasi
Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas. Kadang-kadang batas-batasanya
tak dapat ditetapkan secara mutlak. Pada dasarnya penegrtian modernisasi mencakup suatu
transformasi total kehidupan bersama yang tradisonal atau pra modern dalam arti teknologi serta
organisasi sosial kearah pola-ola ekonomis dan politis yang menajdi ciri negara-negara barat
yang stabil. Karakteristik umum modernisasi yang menyangkut aspek-aspek sosio-demografis
masyarakat dan aspek-aspek sosio-demografis digambarkan dengan istilah gerak sosial(sosial
mobility). Artinya suatu proses unsur-unsur sosial ekonomis dan psikologis mulai menunjukkan
peluang-peluang kearah pola-pola baru melalui sosialisasi dan pola-pola perilaku.
Perwujudannya adalah aspek-aspek kehidupan modern seperti misalnya mekanisme,masa media
yang teratur,urbanisasi,peningkatan pendapatan perkapita dan sebagainya. Aspek-aspek striktural
organisasi sosial diartikan sebagai unsur-unsur dan norma-norma kemasyrakatan yang terwujud
apabila manusia mengadakan hubungan dengan sesamanya didalam kehidupan
bermasyarakat,norma-norma kemasyarakatan,lapisan sosial,hubungan dan seterusnya.1
Disamping itu tentu akan dapat dijumpai perlawanan terhadap transformasi sebagai
akibat adanya modernisasi. Keyakinan yang kuat terhadap kebenaran tradisi,sikap yang tidak
relevan dan toleransi terhadap pemyimpangan-penyimpanan,pendidikan,dan perkembangan
ilmiah yang tertinggal,merupakan beberapa faktor yang menghambat proses modernisasi. Justru
pendidikan dan perkembangan ilmiah merupakan hal penting untuk mrngimbangi perkembangan
teknologi dalam modernisasi,hal mana akan mencegah terajdinya ketertnggalan budaya. Akan
tetapi,modernisasi yang terlampaui cepat juga tidak dikehendaki karena masayarakt tidak akan
sempat mengadakan reorganisasi.
Modernisasi pada hakikatnya mencakup bidang-bidang yang sangat banyak. Dalam abad
social change ini mau tidak mau modernisasi harus dihadapi masyarakat. Bidang yang akan
diutamakan oleh suatu masyarakat tergnatung dari kebijaksanan penguasa yang memimpin
masyarakat tersebut. Namun demikian,modernisasi hampir pasti pada awalnya akan
mengakibatkan disorganisasi dalam masyarakat. Apalagi modernisasi mulai menyangkut niai-
nilai masyarakat dan norma-norma masyarakat. Proses yang terlalu cepat serta yang tidak
mengenal istirahat hanya akan mengakibatkan disorganisasi yang terus-menerus karena
masyarakat tidak pernah sempat untuk mengadakan reorganisasi.
B. Tradisonalisme
Secara terminologis perkataan tradisi mengandung suatu pengertian tersembunyi tentang
adanya kaitan antara masa lalu dengan masa kini. Ia menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan
oleh masa lalu, tetapi masih berwujud dan berfungsi pada masa sekarang. Sewaktu orang
berbicara tentang tradisi islam atau tradisi kristen secara tidak sadar ia sedang menyebut
serangkaian ajaran atau doktrin yang dikembangkan ratusan atau ribuan tahun yang lalu tetapi
masih hadir dan malahan tetap berfungsi sebagai pedoman dari kehidupan sosial pada masa kini.
Ajaran Islam maupun kristen tersebut masih berfungsi hingga saat ini, karena adanya proses
pewarisan sejak awal berdirinya, melewati berbagai kurun generasi dan diterima oleh generasi
sekarang. Oleh karena itulah tradisi dalam pengertian yang paling elementer adalah sesuatu yang
ditransmisikan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini.
Pengertian tersebut cukup menolong, namun masih terlalu umum untuk dipakai sebagai
alat analisa. Tidak terungkap dari pengertian tersebut apa yang diwariskan, sudah berapa lama
diwarisi, dengan cara bagaimana, lisan ataukah tulisan. Tentunya kita dapat menerima bahwa Taj
Mahal di India, Spinx di Mesir, atau Borobudur di Jawa Tengah adalah monumen-monumen
tradisional. Namun tentunya sulit diterima kalau bangunan-bangunan tersebut dikatakan sebagai
tradisi. Itu semua adalah produk dari suatu tradisi, tetapi bukan tradisi itu sendiri. Dalam hal ini
definisi dalam Ensiklopedi Britanica memberikan pengertian yang lebih jelas, yakni kumpulan
dari kebiasaan, kepercayaan dan berbagai praktek yang menyebabkan lestarinya seuatu bentuk
pandangan hidupnya
Berangkat dari uraian tersebut kiranya cukup jelas bahwa tradisi adalah sesuatu yang
diwariskan dari masa lalu ke masa kini berupa non-materi, baik kebiasaan, kepercayaan atau
tindakan-tindakan. Semua hal tersebut selalu diberlakukan kembali, tetapi pemberlakuan itu
sendiri bukan tradisi karena justru mencakup pola yang membimbing proses pemberlakuan
kembali tersebut.
Berbicara tentang tradisionalisme, sesungguhnya adalah sifat ideologis
dalam arti merupakan sebuah paham atau pandangan yang dipegang oleh
sekelompok masyarakat yang sifatnya dogmatis dan tertutup karena
berpegang kuat atau dipandang sebagai sebuah kebenaran yang sifatnya
final atas pandangan yang dipegangnya itu. Jadi tradisionalisme merupakan
sebuah sikap seseorang terhadap sebuah tradisi. Jika seseorang tersebut
menerima begitu saja sebuah tradisi apa adanya tanpa sikap kritis, maka
sikap seperti inilah yang dianggap sebagai sikap tradisionalis.
Baik istilah tradisionalisme maupun istilah tradisionalis, keduanya
bersifat negatif. Harun Nasution berpendapat bahwa tradisionalisme itu
adalah golongan umat islam yang berpandangan sempit dan bertentangan
dengan modernisasi. Tampaknya pandangan Harun Nasution ini adalah
implikasi teologinya yang mendikotomikan antara teologi rasional dan
teologi tradisional.
Teologi rasional memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap
akal ketimbang wahyu yang diwakili oleh aliran Mutazilah, sedangkan
teologi tradisional kurang memberikan penghargaan terhadap akal dalam
arti wahyu lebih besar peranannya diwahyukan asyariyah. Mungkin itulah
sebabnya sehingga Harun mendikotomikan pula antara Islam tradisional
dengan modernisasi, sebab modernisasi pada hakikatnya adalah identik
dengan rasionalisasi sebab di era modern, aliran filsafat yang mendominasi
peradaban barat dan juga mengalir deras keperadaban timur adalah aliran
rasionalisme dan empirisme. Aliran pikiran ini pulalah yang melahirkan pola
pikir, oleh Nurcholis Madjid setelah pola pikir ini di islamkan ala Indonesia
dengan istilah sekularisasi, yang juga bermakna rasionalisasi dalam arti
menyakralkan yang sakral memprofankan yang profana, jangan
mencapuradukkan. Namun ternyata di era kontemporer, era millenium ke
tiga ini, meskipun arus modernis masih kuat, akan tetapi ternyata model
pemikiran era modernis yang telah digugat oleh pola pikir postmodernis,
yang salah satu ciri khasnya adalah bangkitnya kembali kesadaran spiritual,
yang mana arus berpikir postmodernis tersebut adalah juga lahir di barat
atau dalam tradisi intelektual barat. Keterlibatan agama yang semakin
kurang dalam arena politik telah membawa dampak yang cukup
fundamental tidak hanya dalam kehidupan politik umat islam, tetapi juga
pada perkembangan pemikiran agama.
C. PostModeranisme
Postmodernisme adalah faham yang berkembang setelah era modern
dengan modernisme-nya. Postmodernisme bukanlah faham tunggal sebuah
teori, namun justru menghargai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari
titik temu yang tunggal. Banyak tokoh-tokoh yang memberikan arti
postmodernisme sebagai kelanjutan dari modernisme. Namun kelanjutan itu
menjadi sangat beragam.
Berikut ini merupakan pengertian Post Moderenisasi menurut
beberapa para ahli dalam memandang sebuah perubahan sosial dalam
masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Menurut Lyitard dan Geldner
PostModernisme adalah pemutusan secara total dari modernisme.
b. Menurut Derrida,Foucault dan Baudrildlar
Moderinisasi adalah bentuk radikal dari kemodernan yang akhirnya
bunuh diri karena sulit menyeragamkan teori-teori
c. Menurut David Graffin
Postmodernisme adalah koreksi beberapa aspek dari moderinisme
d. Menurut Giddens
Postmodernisme itu adalah bentuk modernisme yang sudah sadar diri
dan menjadi bijak.
e. Menurut Habermas
Postmedernisasi merupakan satu tahap dari modernisme yang
belum selesai.
Berdasarkan asal usul kata, Post-modern-isme, berasal dari bahasa
Inggris yang artinya faham (isme), yang berkembang setelah (post) modern.
Istilah ini muncul pertama kali pada tahun 1930 pada bidang seni oleh
Federico de Onis untuk menunjukkan reaksi dari moderninsme. Kemudian
pada bidang Sejarah oleh Toyn Bee dalam bukunya Study of History pada
tahun 1947. Setelah itu berkembanga dalam bidang-bidang lain dan
mengusung kritik atas modernisme pada bidang-bidangnya sendiri-sendiri.
Postmodernisme dibedakan dengan postmodernitas, jika
postmodernisme lebih menunjuk pada konsep berpikir. Sedangkan
postmodernitas lebih menunjuk pada situasi dan tata sosial sosial produk
teknologi informasi, globalisasi, fragmentasi gaya hidup, konsumerisme yang
berlebihan, deregulasi pasar uang dan sarana publik, usangnya negara dan
bangsa serta penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi. Hal ini secara
singkat sebenarnya ingin menghargai faktor lain (tradisi, spiritualitas) yang
dihilangkan oleh rasionalisme, strukturalisme dan sekularisme. Setidaknya
kita melihat dalam bidang kebudayaan yang diajukan Frederic Jameson,
bahwa postmodernisme bukan kritik satu bidang saja, namun semua bidang
yang termasuk dalam budaya. Ciri pemikiran di era postmodern ini adalah
pluralitas berpikir dihargai, setiap orang boleh berbicara dengan bebas
sesuai pemikirannya. Postmodernisme menolak arogansi dari setiap teori,
sebab setiap teori punya tolak pikir masing-masing dan hal itu berguna
D. Perbedaan Antara Modernisasi dan Post modernisasi
Menurut pendapat sebagian ahli, abad ke-20 dapat dibagi menjadi dua periode yang
berbeda, satu ditandai dengan gerakan modernisme dan lainnya dengan postmodernisme.
Postmodernisme dianggap merupakan tanggapan terhadap modernisme dan karenanya keduanya
merupakan dua aspek dari gerakan yang sama.
Pemikir evalengical, Thomas Oden, berkata bahwa Periode modern dimulai dari
runtuhnya Bastille pada tahun 1789 ( Revolusi Perancis ) dan berakhir dengan kolaps-nya
komunisme dan runtuhnya tembok berlin pada tahun 1989. Modernisme adalah suatu periode
yang mengafirmasi keeksistensian dan kemungkinan mengetahui kebenaran dengan hanya
menggunakan penalaran manusia. Oleh karena itu, dalam arti simbolik penalaran menggantikan
posisi Tuhan, naturalisme menggantikan posisi supernatural. Modernisme sebagai pengganti
dinyatakan sebagai penemuan ilmiah, otonomim manusia, kemajuan linier, kebenaran mutlak
(atau kemungkinan untuk mengetahui), dan rencana rasional dari social order Modernisme
dimulai dengan rasa optimis yang tinggi.
Sedangkan Postmodernisme adalah sebuah reaksi melawan modernisme yang muncul
sejak akhir abad 19. Dalam postmodernisme, pikiran digantikan oleh keinginan, penalaran
digantikan oleh emosi, dan moralitas digantikan oleh relativisme. Kenyataan tidak lebih dari
sebuah konstruk sosial; Kebenaran disamakan dengan kekuatan atau kekuasaan. Identitas diri
muncul dari kelompok. Postmodernisme mempunyai karakteritik fragmentasi ( Terpecah-pecah
menjadi lebih kecil), tidak menentukan (indeterminacy), dan sebuah ketidakpercayaan terhadap
semua hal universal ( pandangan dunia ) dan struktur kekuatan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Perlu hal yang namanya filter dalam memilihkan mana yang harus
diambil dalam modernisasi karena modernisasi merupakan perubahan yang
cepat sehingga perlu yang namanya kesiapan dalam menjalani hal berbagai
kehidupan yang selalu berubah-ubah.
DAFTAR PUSATAKA