Anda di halaman 1dari 10

BONUS DEMOGRAFI; REKOMENDASI LANGKAH STRATEGIS UNTUK

MENINGKATKAN PERAN PEREMPUAN KALTARA

DISUSUN OLEH:

TRI AGUS SUTANTIA DAN ACHMAD ERRIE DIRU

*UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN*

Rencana pendahuluan

Dan siapakah yang lebih banyak berusaha memajukan kesejahteraan Budi itu

Siapakah yang dapat membantu mempertinggi derajat budi manusia, ialah wanita, Ibu Karena

Haribaan Ibu, itulah manusia yang mendapatkan didikannya yang mula-mula sekali

R.A Kartini -

Transisi demografi pada beberapa dekade terakhir membuka peluang bagi Indonesia

untuk menikmati bonus demografi. Bonus demografi terjadi karena penurunan kelahiran yang

dalam jangka panjang menurunkan proporsi penduduk muda sehingga investasi untuk

pemenuhan kebutuhannya berkurang dan sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk

memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga (John Ross, 2004).

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan, Anak, Yohana Yembise menuturkan bahwa

bonus demografi memiliki 4 prasyarat, yakni pertama, penduduk usia produktif harus

berkualitas; kedua, partisipasi perempuan dalam pasar kerja harus ditingkatkan; ketiga,

pemerintah harus menciptakan sebanyak mungkin lapangan kerja, dan ke-empat, tingkat

kelahiran harus dikendalikan (Rountable Discussion, Jakarta, 2010). Dari keempat prasyarat

tersebut, tampak jelas sekali bahwa perempuan Indonesia merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan dalam memanfaatkan bonus demografi.


Provinsi Kalimantan Utara menjadi salah satu daerah yang memiliki peluang besar dalam

memanfaatkan bonus demografi. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk

meningkatkan peran perempuan. Sehingga, Dalam esai ini penulis membatasi fokus penulisan di

lingkup provinsi Kalimantan Utara.

Gambar 2.

Penduduk perempuan usia 15 tahun ke atas menurut kegiatan (BPS KALTIM,2015)

Mulai tahun 2020 diperkirakan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) akan memiliki

jumlah penduduk yang tergolong ke dalam kelompok usia produktif yang cukup banyak

dibandingkan saat ini, berdasarkan kepada hasil perhitungan akan memiliki penduduk usia

produktif berjumlah sekitar 53% dari total jumlah penduduk. Hal ini perlu diantisipasi dengan

melimpahnya jumlah tenaga kerja produktif yang memerlukan penyiapan di dalam ketersediaan

lapangan kerja dan usaha. Selain itu diharapkan jumlah penduduk usia produktif yang relatif

besar dapat mendorong percepatan pembangunan melalui terbukanya lapangan kerja dan usaha.

Oleh karena itu, penyiapan lokasi-lokasi atau pusat-pusat pelayanan diharapkan dapat

menampung kelebihan dari tenaga kerja usia produktif ini. (Pemprov Kaltara,2015)
Dalam rangka mewujudkan bonus demografi, terdapat 4 mekanisme yang sangat penting,

yaitu:

Pasokan tenaga kerja (Labor supply), peranan perempuan (Women role), tabungan

(Savings), dan sumber daya manusia (Human Capital) (Bloom Canning dan Sevilla, 2003).

Pasokan tenaga kerja

Pengaruh transisi demografi, pada pasokan tenaga kerja terjadi dengan dua cara:

1. Adanya pengaruh pertambahan usia dari generasi baby-boom yaitu ketika generasi

tersebut berumur 15-64 tahun dan masuk ke pasar kerja, maka rasio ketergantungan

menjadi lebih rendah. Ketika generasi tersebut mencapai puncak usia kerja, yaitu 20-

54 tahun pengaruh ini secara khusus menjadi sangat kuat.


2. Adanya peningkatan penduduk perempuan masuk pasar kerja karena makin kecilnya

ukuran keluarga. Kondisi ini diperkuat oleh kenyataan bahwa mereka dilahirkan dari

generasi yang sudah menganut keluarga kecil, sehingga mereka lebih berpendidikan

dan pada gilirannya meningkatkan produktivitas saat masuk pasar kerja.

Tabungan

Bonus demografi memicu pertumbuhan tabungan (savings) dan pada gilirannya akan

meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Penduduk muda dan penduduk tua

mengkonsumsi lebih banyak dari yang bisa diproduksi. Sedangkan penduduk usia kerja

cenderung mempunyai tingkat output ekonomi yang lebih tinggi dan cenderung
mempunyai tingkat tabungan yang lebih tinggi pula. Kemampuan menabung yang lebih

besar pada penduduk usia kerja terutama pada usia 40-an dimana support untuk anak

sudah minimal. Pada akhirnya kekuatan menabung secara kolektif dapat menjadi sumber

daya untuk investasi yang dapat menggairahkan pertumbuhan ekonomi.

Bonus Demografi akan memicu pertumbuhan tabungan (Savings), melalui tabungan ini

dapat terbentuk akumulasi kapital untuk investasi dalam peningkatan pertumbuhan ekononi yang

akan membe-rikan konstribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, dalam arti yang

lebih besar. Pertumbuhan ekonomi ini berhubungan dengan penduduk sebagai dampak adanya

age dependency model melalui a birth averted (terhindarnya kelahiran seseorang).

Menyongsong bonus demografi memang perlu persiapan dan program yang matang.

Pemerintah dihadapkan pada masalah-masalah yang menjadi perhatian semua elemen, termasuk

masyarakat itu sendiri. Dari segi pendidikan, berdasarkan data statistik, persentase penduduk 7-

15 tahun belum/tidak sekolah sebesar 1,79 persen dan tidak sekolah lagi 5,18 persen. Indikator

Angka Melek Huruf (AMH) yaitu dapat membaca dan menulis bagi penduduk 5 tahun

berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 37,95 persen dengan AMH penduduk 15

tahun ke atas 88,00 persen. Hal ini memberikan gambaran, bahwa setiap 100 penduduk 15 tahun

ke atas masih ada 12 orang belum melek huruf. Jika dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS)

yaitu penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah pada usia 13-15 tahun sebesar 87,13

persen, berarti masih 12,87 persen yang tidak bersekolah (usia 16-18 tidak sekolah 45,54 persen

dan usia 19-24 tidak sekolah 85,20 persen).

Perlu diketahui bahwa kualitas SDM diukur dari kualitas pendidikan yang ditamatkan.

Data diperoleh bahwa persentase usia 5 tahun ke atas tidak/belum pernah sekolah sebesar 12,37
persen, tidak/belum tamat SD 17,67 persen, tamat SD/MI/sederajat 32,02 persen dan tamat

SMP/MTs/sederajat 16,88 persen. Usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 16,67

persen, tamat DI/DII/DIII 1,22 persen, tamat DIV/S1 2,99 persen dan tamat S2/S3 0,19 persen.

Dari tabel berikut, diketahui bahwa pada tahun 2012 memberikan gambaran Angka Partisipasi

Sekolah (APS) pada usia 7-12 sebesar 97,95 persen, usia 13-15 sebesar 89,66 persen, usia 16-18

sebesar 61,06, dan usia 19-24 sebesar 15,84 persen. Jadi Angka Partisipasi Sekolah terendah

pada usia 19-24 tahun dan tertinggi pada usia 13-15 tahun.

Namun kenyataannya hal tersebut masih bertolak belakang dengan data yang ada.

Berdasarkan data Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sukernas) tahun 2011, Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) perempuan sekitar 52,44 %, lebih rendah dibandingkan TPAK laki-laki

sebesar 84,30 %. Selain itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) perempuan sebesar 7,62 %

lebih tinggi dibandingkan dengan TPT laki-laki sebesar 5,90 %.


Gambar 1.
TPAK dan TPT Penduduk Berumur 15 Tahun keatas menurut Jenis Kelamin
(Sakernas, 2011)

TPAK perempuan tertinggal 31.86% dibandingkan dengan TPAK laki-laki dan TPT

perempuan lebih tinggi 1.72% dibandingkan dengan TPT laki-laki. Selisih Tingkat Partispasi

Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) antara perempuan dan laki-

laki tersebut harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah, agar semua elemen baik

perempuan dan laki-laki mempunyai kesempatan kerja yang sama (Equal Employment

Opportunity).
Rencana konklusi

Menghadapi bonus demografi diharapkan kualitas penduduk memenuhi syarat

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Di negara-negara Eropa justru sudah melewati masa

emas bonus demografi antara tahun 1950-2000. Sedangkan, negara Asia seperti Tiongkok sedang

menikmatinya sejak tahun 1990 sampai tahun 2015. Negara India mendapatkan bonus demografi

sejak tahun 2010. Tetapi, untuk negara-negara Afrika, bonus demografi bakal diperoleh

menjelang tahun 2045. Mengapa perlu persiapan dalam menghadapi periode bonus demografi?

Alasan yang paling mendasar karena berhubungan langsung dengan pertambahan jumlah

penduduk. Perlu adanya perkiraan jumlah penduduk yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang.

Penduduk Indonesia yang kurang berkualitas akan menjadi beban pembangunan, bonus

demografi yang terdiri dari manusia kurang bermutu akan menambah persoalan baru. Sementara

negara-negara maju akan mengambil manfaat dari bonus demografi baik dari negerinya maupun

luar negeri, yang menjadikan mereka sebagai negara yang sehat, kuat dan bermartabat. Oleh

karena itu, program utama pengembangan mutu SDM saat ini sudah harus fokus, sehingga

penduduk usia 15-64 tahun tidak menjadi beban tapi memiliki produktifitas yang mumpuni.

Mereka diharapkan memiliki nilai tambah yang memberikan devisa bagi negara. Di negara

berkembang penduduk usia 15-64 tahun sebagian masih menjadi beban, belum mampu

memberikan sumbangan devisa yang berarti bagi negara. Untuk itu perlu usaha bersama untuk

meningkatkan mutu SDM sehingga kelompok usia produktif mampu menyum-bangkan devisa

bagi negaranya. Kemampuan akademis yang tinggi dan keterampilan yang diharapkan bisa
membantu kelompok usia produktif bersangkutan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan

bisa hidup mandiri di masyarakat luas.


Pembangunan SDM

Tabel

Jumlah pencari kerja menurut tingkat pendidikan yang ditamatkandan jenis kelamin di
Kalimantan Utara (BPS Provinsi Kaltara,2014)

Sehingga langkah strategis yang dapat dilakukan dalam upaya mempersiapkan SDM perempuan

yang unggul adalah sebagai berikut:

1. memperbanyak pelatihan sofskill terkhusus bagi penduduk perempuan berusia produktif.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Greg smith The Predominance Of Women

In Public Relation dikatakan bahwa terdapat peningkatan jumlah Public Relation

perempuan yang sangat meluas dan menjadi fenomena, dengan bukti-bukti yang terjadi di

Inggris raya, Amerika Serikat dan Australia. Selanjutnya penelitian Greg Smith mencari

tahu alasan-alasan mengapa wanita tertarik ke dunia Public Relation, dan berdasarkan

Australian Bureau of Statistic, rasio praktisi (dalam Perusahaan Terbatas) laki-laki dan

perempuan adalah 74:26. Hal itu menunjukkan bahwa, wanita lebih kompeten pada hal-

hal yang bersifat komunikatif, dan persaingan global menuntut sumber daya manusia

khususnya perempuan untuk menguasai ilmu komunikasi. Oleh karena itu, dibutuhkan

berbagai macam pelatihan dalam upaya pengembangan softkill pada perempuan.


2. Memperkuat peran organisasi perempuan.

Peran organisasi perempuan juga sangat dibutuhkan untuk memfasilitasi pengembangan

SDM Perempuan yang mumpuni di daerah Provinsi Kalimantan Utara. Sejauh ini organisasi

perempuan seperti gabungan organisasi wanita (GOW) kabupaten bulungan telah mencanangkan

beberapa program yang tentunya sangat dibutuhkan oleh kaum perempuan, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Latihan kepemimpinan wanita


2. Sosialisasi peran keluarga dalam PUG
3. Mengadakan kegiatan pelatihan dan keterampilan
4. Meningkatkan penyuluhan kepada orang tua tentang pembinaan mental secara dini dalam

keluarga
5. Pembinaan bagi usaha perempuan ekonomi lemah
6. Sosialisasi undang-undang tenaga kerja
7. Sosialisasi undang-undang perkawinan
8. Melakukan gerakan sayang ibu dan anak
9. Perlindungan tenaga kerja dan buruh
10. Menginventaris tenaga kerja perempuan.
(GOW Bulungan,2015)

Anda mungkin juga menyukai