Anda di halaman 1dari 17

A.

Definisi
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling
efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad,2008).
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi
(Manuaba, 2010).

B. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal


Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar
hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan
folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat
menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga
perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu
progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus
endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010).
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron bervariasi dari
hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya, suatu mekanisme
umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar
hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi
sekresi dari hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya.
Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat
bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus,
sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk
membantu pengaturan hormon realising factors of hipotalamus, membantu
pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang
perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer menekan atau
depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan
ovum yang terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang
perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002).
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping
yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara,
dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diare,
dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran
air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh
retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat
diberikan diuretik. Kadang- kadang efek samping demikian mengganggu akseptor,
sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi
tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan
kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping
kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika
dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur,
bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat),
alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan),
hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi
hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya
infeksi dengan candida albicans (Wiknjosastro, 2007).
Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan
garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan
banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan
perlunakan serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne
(jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering
kram (Manuaba, 2010).

C. Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal


1. Kontrasepsi Pil
a. Pengertian
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron
oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid
yang normal, sehingga juga menekan releasing- factors di otak dan
akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk
mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar,
dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
b. Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-99,9% dan
97% (Handayani, 2010).
Contoh Jenis KB Pil kombinasi (KB yang mengandung estrogen dan
progestin)
a) Pengertian
Menurut (Saifudin, 2006) Pil di bagi menjadi 2 yaitu:
1) Pil kombinasi adalah pil yang mengandung kombinasi antara
hormon estrogen dan progesteron di mana pil kombinasi ini di bagi
menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet yang
mengandung hormon aktif estrogen/ progestin dalam dosis
yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
b. Bifaasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan 2 dosis
yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam 21 tablet yang mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan 3 dosis yang berbeda
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
2) Pil progestin / minipil adalah pil yang hanya mengandung
progesteron saja dimana jenis minipil yaitu:
a. Kemasan dengan isi 35 pil: 300 mg levonorgestrel atau
350 mg noretindron.
b. Kemasan dengan isi 28 pil: 75 mg desogestrel
b) Cara Kerja
1) Pil Kombinasi
a. Menekan ovulasi
b. Mencegah implantasi
c. Lendir servik mengental sehingga sehingga sulit di lalui sperma.
d. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula
2) Pil progestin
a) Menekan sekresi gonodotropin dan sintesis steroid seks di ovarium
b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit
c) Mengentalkan lendir servik
Mengubah mortilitas tuba sehingga transformasi sperma terganggu

c) Efektifitas Kontrasepsi Hormonal


1) Kombinasi :1 kehamilan per 1000 perempuan dalam 1 tahun
penggunaan. (Saifudin,2003)
2) Minipil : sangat efektif 98,5%. (Setyaarum,2009)
d) Keuntungan dan Kerugian/Keterbatasan
1) Pil Kombinasi:
Menurut (Saifudin, 2006) Keuntungan dan kerugian pil meliputi:
a) Keuntungan
(1) Tidak mengganggu hub sex
(2) Dapat di gunakan jangka panjang
(3) Mudah di hentikan setiap saat
(4) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil di
hentikan
(5) Dapat di gunakan sebagai kontrasepsi darurat
b) Kerugian/keterbatasan
(1) Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
(2) Tidak boleh di berikan pada perempuan yang menyusui
(3) Harus mengingat untuk minum pil
(4) Tidak mencegah IMS/HIV, HBV
2) Pil Progestin/Minipil
a) Keuntungan
(1) Tidak menggangu hub sex
(2) Tidak mempengaruhi ASI
(3) Kesuburan cepat kembali
(4) Nyaman/ mudah di gunakan
(5) Sedikit efek samping
(6) Dapat di hentikan setiap saat
(7) Tidak mengandung estrogen

b) Kerugian/keterbatasan
(1) Harus di gunakan setiap hari pada waktu yang sama
(2) Bila lupa 1 pil saja kegagalan menjadi lebih besar
(3) Efektifitasnya menjadi rendah bila di gumakan bersamaan dengan
obat epilepsi/tuberkolusis
(4) Tidak melindungi dari HIV/IMS

e) Indikasi dan Kontraindikasi


1) Pil kombinasi
Menurut (Billing E, 2006) indikasi dan kontraindikasi pil meliputi:
a) Indikasi:
(1) Usia reproduksi karena Pil KB tidak direkomendasikan bagi
wanita yang berumur > 35 tahun karena dapat meningkatkan
resiko bagi kesehatan wanita tersebut
(2) Telah memiliki anak atau belum memiliki anak baik , yang
sudah maupun yang belum memiliki anak dapat menggunakan
pil kombinasi,karena pengunaan KB Pil cepat mengembalikan
kesubursn seteleh pemakaian dihentikan
(3) Gemuk atau kurus, karena memiliki efek samping yang
berbeda-beda pada penggunanya
(4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
pilkombinasi merupakan metode kontrasepsi dengan efektifitas
yang tinggi
(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui, karena dengan
penggunaan pilkombinasi maka dapat menyeimbangkan
hormon yang ada didalam tubuh dan dapat menekan kwantitas
ASI sehingga tidak terjadi penumpukan produksi ASI (kadar
estrogen lebih tinggi)
(6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan asi
eksklusif sedangkan semua cara kontrasepsi yang di anjurkan
tidak cocok bagi ibu tersebut, dibolehkan karena tidak
memberikan ASI esklusif maka tidak menjadi masalah dalam
penggunaan Pil kombinasi (kadar progestin lebih tinggi)
(7) Pasca keguguran, anemia karena haid berlebihan, karena pil
bisa untuk alat kontrasepsi pasca keguguran karena dapat
menyeimbangkan kadar hormon dalam tuduh, pil kombinasi
juga dapat menyeimbangkan hormon yang dapat memperbaiki
kelaianan menstruasi hypermenhorea (haid berlebihan)
(8) Nyeri haid hebat, salah satu penyebab nyeri haid adalah
keseimbangan hormon dengan pil kombinasi bisa membantu
menyeimbangkan hormon
(9) Siklus haid tidak teratur, siklus haid yang tidak teratur salah
satu disebabkan karena ketidak seimbangan hormon, pil
kombinasi dapat menyeimbangkan hormon sehingga siklus
menstruasi menjadi teratur
(10) Riwayat KET, karena penggunaan progesteron dapat
meningkatkan resiko kehamilan ektopik maka disarankan
untuk menggunakan pil kombinasi
(11) Kelainan payudara jinak, berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan penggunaan pil kombinasi pada wanita yang
menderita kelainan payudara bersifat menetap dan tidak
menyebar dari pada bukan pengguna pil
b) Kontraindikasi:
(1) Hamil atau di curigai hamil, seorang wanita yang merasa
dirinya hamil jangan mengkonsumsi pil KB karena mungkin
akan membuat cacat bayi yang dikandung.
(2) Menyusui eksklusif karena penggunaan pil dapat
mengurangi kualitas dan kwantitas ASI
(3) Perdarahan pervaginam yang belum di ketahui
penyebabnya karena pada perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya, mungkin saja perdarahan itu dapat
disebabkan karena adanya penyakit yang akan bertambah parah
jika mengkonsumsi Pil (Ca Serviks dll)
(4) Penyakit Hepatitis karena estrogen dalam pil KB dapat
menyebabkan perubahan metabolisme ,dalam hati, jadi pada
wanita yang menderita penyakit hati sebaiknya tidak
menggunakan pil KB kombinasi
(5) Perokok dengan usia > 35 tahun karena wanita yang
memiliki usia >35 tahun dan perokok serta pengguna pil
kombinasi dapat memiliki kesempatan untuk terkena stroke.
(6) Riwayat penyakit jantung, stroke, TD > 180/110 mmHg
karena wanita yang menggunakan pil KB resiko lebih tinggi
terkena serangan jantung jika mempunyai salah satu faktor
resiko diantaranya riwayat penyakit jantung, stroke dll dan
unsur progesteron dalam pil KB dapat meningkatkan tekanan
darah dan disarankan untuk menggunakan pil KB dengan
progesteron dosis rendah.
(7) Kanker payudara atau di curigai kanker payudara karena
estrogen menyebabkan perkembangan jaringan stroma
payudara
(8) Penyakit epilepsi karena penggunaan pil kombinasi dapat
mengganggu penggunaan obat epilepsi karena pada penderita
epilepsi disarankan untuk menggunakan kadar estrogen yang
lebih tinggi karena tidak mengganggu kerja obat epilepsi
(9) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari, jika
tidak dapat menggunakan pil secara teratur keefektifitasannya
juga akan berkurang.
2) Pil Progestin/ Minipil
a) Indikasi:
(1) Usia reproduksi karena Pil KB tidak direkomendasikan
bagi wanita yang berumur > 35 tahun karena dapat
meningkatkan resiko bagi kesehatan wanita tersebut
(2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki
anak yang sudah maupun yang belum memiliki anak dapat
menggunakan mini pil, karena pengunaan KB Pil cepat
mengembalikan kesuburan seteleh pemakaian dihentikan
(3) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif
selama periode menyusui karena KB pil efektiftas cukup tinggi
dan progestin tidak mengganggu kwantitas maupun kwalitas
ASI
(4) Mempunyai TD tinggi < 180/110 mmHg, hormone
progesterone dapat meningkatkan tekanan darah, dapat
diberikan progesterone dalam dosis rendah dan perlu
pengawasan
(5) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak
menggunakan estrogen
b) Kontraindikasi
(1) Hamil atau di duga hamil seorang wanita yang merasa
dirinya hamil jangan mengkonsumsi pil KB karena mungkin
akan membuat cacat bayi yang dikandung.
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya karena pada perdarahan pervaginam yang belum
diketahui penyebabnya, mungkin saja perdarahan itu dapat
disebabkan karena adanya penyakit yang akan bertambah parah
jika mengkonsumsi Pil (Ca Serviks dll)
(3) Kanker payudara atau riwayat kanker
payudara karena penggunaan Pil KB menyebabkan
perkembangan jaringan stroma payudara
(4) Sering lupa menggunakan pil, karena jika tidak dapat
menggunakan pil secara teratur keefektifitasannya juga akan
berkurang.
(5) Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom uterus
(6) Riwayat stroke. Progestin menyebabkan
spasme/penyempitan pembuluh darah
f) Penanggulangan / Penangana Efek Samping Kontrasepsi Hormonal
Menurut (Saifudin, 2006) penanganan efek samping kontrasepsi pil
meliputi:
1) Pil kombinasi
a)Amenorea (tidak ada perdarahan)
Penanganan: Tes kehamilan, bila tidak hamil dan klien minum pil
dengan benar, tenanglah. Tidak datang haid kemunkinan besar karena
tidak adekuatnya efek estrogen terhadap endometrium. Tidak perlu
pengobatan khusus berikan pil dengan dosis estrogen 50mg, atau dosis
estrogen tetap, tetapi dosis progestin di kurangi. Bila klien hamil intra
uterin, hentikan pil, dan yakinkan pasien, bahwa pil yang telah di
minumnya tidak punya efek pada janin
b)Mual, pusing atau muntah.
Penanganan: tes kehamilan, bila tidak hamil sarankan minum pil
saat makan malam, atau sebelum tidur
c)Perdarahan pervaginam/spotting
Penanganan: tes kehamilan atau pemeriksaan ginekologi. Sarankan
minum pil pada waktu yang sama. Jelaskan bahwa perdarahan/spotting
hal yang bisa terjadi pada 3 bulan pertama dan lambat laun akan
berhenti. Bila perdarahan /spotting tetap saja terjadi, ganti pil dengan
dodis estrogen lebih tinggi 50mg sampai perdarahan teratasi, lalu
kembali ke dosis awal. Bila perdarahan/spotting timbul lagi, lanjutkan
lagi dengan dosis 50mg, atau ganti dengan metode kontrasepsi yang
lain.

2) Pil progestin(minipil)
a) Amenorea
Penanganan: pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil tidak perlu
tindakan khusus cukup konseling saja. Bila amenorea berlanjut atau hal
tersebut membuat klien khawatir, rujuk ke klinik. Bila hamil, hentikan pil,
dan kehamilan di lanjutkan. Jelaskan pada klien bahwa minipil sangat
kecil menimbulkan kelainan pada janin. Bila di duga kehamilan ektopik,
klien perlu di rujuk, jangan memberikan pbat-obatan hormonal untuk
menimbulkan haid. Kalaupun di berikan tidak ada gunanya.
b) Perdarahan tidak teratur
Penanganan: bila tidak menimbulkan masalah kesehatan /tidak
hamil, tidak perlu tindakan khusus, bila klien masih tidak menerima
kejadian tersebut, perlu di cari metode kontrasepsi lain
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
a. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
b. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB IUD
tersebut antara lain amenorea/perdarahan tidak terjadi, perdarahan
bercak, keputihan, nyeri saat berhubungan.
c. Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum
menggunakan KB IUD dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB
tersebut.
d. Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
e. Riwayat Menstruasi Lalu
f. Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah
haid, dysmenorhea atau tidak.
g. Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker
payudara, DM, dan TBC.
h. Riwayat Kesehatan Keluargga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM,
TBC, hipertensi dan kanker payudara.
i. Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas,
pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.

2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB,
suhu badan, kesadaran.
b. Pemeriksaan Khusus
1) Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem,
conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
2) Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
adanya bendungan vena jugularis.
3) Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.
4) Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba
adanya infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
5) Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan
ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi
(Nanda : 2015-2017)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)


Keperawatan Hasil (NOC)
NIC Ansietas NOC :
Anxiety berhubungan dengan - Anxiety Control
Reduction perubahan dalam - Coping
( Penurunan status kesehatan - Vital Sign Status
kecemasan ) Kriteria Hasil :
- Gunakan - Klien mampu
pendekatan mengiden-tifikasi dan
yang mengungkapkan gejala
menenangka cemas
n - Mengidentifikasi,
- Nyatakan mengung-kapkan dan
dengan jelas menunjukkan tekhnik
harapan untuk mengontrol
terhadap cemas
pelaku - Vital sign dalam batas
pasien normal
- Jelaskan Postur tubuh, ekspresi
semua wajah, bahasa tubuh
prosedur dan dan tingkat aktivitas
apa yang menunjukkan
dirasakan berkurangnya
selama kecemasan
prosedur
- Pahami
perspektif
pasien
terhadap
situasi stres
- Temani
pasien untuk
memberikan
keamanan
dan
mengurangi
takut
- Lakukan
back / neck
rub
- Dengarkan
dengan
penuh
perhatian
- Identifikasi
tingkat
kecemasan
- Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulka
n kecemasan
- Dorong
pasien untuk
mengungkap
kan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
- Instruksikan
pasien
menggunaka
n teknik
relaksasi
Berikan obat
untuk
mengurangi
kecemasan
2. Defisiensi NOC : NIC :
pengetahuan - Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
berhubungan dengan process - Berikan penilaian
kurang pajanan - Kowledge : health tentang tingkat
informasi Behavior pengetahuan pasien
Kriteria Hasil : tentang proses penyakit
- Pasien dan keluarga yang spesifik
menyatakan - Jelaskan patofisiologi
pemahaman tentang dari penyakit dan
penyakit, kondisi, bagaimana hal ini
prognosis dan program berhubungan dengan
pengobatan anatomi dan fisiologi,
- Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat.
mampu melaksanakan - Gambarkan tanda dan
prosedur yang gejala yang biasa
dijelaskan secara benar muncul pada penyakit,
- Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan - Gambarkan proses
kembali apa yang penyakit, dengan cara
dijelaskan perawat/tim yang tepat
kesehatan lainnya. - Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
- Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
- Hindari harapan yang
kosong
- Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau
proses pengontrolan
penyakit
- Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
- Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
- Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
- Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.1999.Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.


Jakarta : EGC.

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: FKUI

NANDA NIC-NOC.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan NANDA NIC-


NOC.Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus. 2003. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates

Burns, August, dkk.2000. Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang Kesehatan.


Yogyakarta: Andi

Hamilton, Persis Mary.1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta:


ECG

Pillitteri, Adele.2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai