1. Definisi Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian. (Depkes, 2006). Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), dan Syndrom Shock Dengue (SSD). Infeksi dengue di jumpai sepanjang tahun dan meningkat pada musim hujan. Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang masih menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini masih disebabkan oleh karena tingginya angka morbiditas dan mortalitas (Depkes, 2006) Derajat Beratnya Penyakit DHF Sesuai dengan patokan dari WHO (1975) bahwa penderita DHF dalam perjalanan penyakit terdapat derajat I dan IV. (Sumarmo, 1983) antara lain : a. Derajat I (Ringan) Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain, dengan manifestasi perdarahan ringan. Yaitu uji tes rumple leed yang positif. b. Derajat II (Sedang ) Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh karena ditemukan perdarahan spontan di kulit dan manifestasi perdarahan lain yaitu epitaksis (mimisan), perdarahan gusi, hematemesis dan melena 9 (muntah darah). Gangguan aliran darah perifer ringan yaitu kulit yang teraba dingin dan lembab. c. Derajat III ( Berat ) Penderita syok berat dengan gejala klinik ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita menjadi gelisah. d. Derajat IV Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang tidak dapat diukur dan nadi yang tidak dapat diraba. 2. Etiologi Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses) artinya virus yang di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia juga menjadi hospes 5 6 reservoir virus tersebut yang paling bertindak menjadi vektor adalah berturutturut nyamuk. (Soegijanto,2004) 3. Patofisiologi Fenomena patologis utama yang menentukan berat penyakit DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah (kapiler), yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang otomatis jumlah trombosit berkurang (trombositopenia), terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada masa terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak. (Sri rejeki H.Hadinegoro,2001) 4. Manifestasi klinis Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus Dengue juga merupakan suatu self limiting infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Infeksi virus Dengue pada manusia mengakibatkan suatu spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit yang paling ringan, dengue fever, dengue hemmorrhagic fever dan dengue shock syndrom. (Depkes,2006) a. Demam Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala. Pada umumnya gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan. Demam berlangsung antara 2-7 hari kemudian turun secara lysis. b. Perdarahan Umumnya muncul pada hari kedua sampai ketiga demam bentuk perdarahan dapat berupa uji rumple leed positif, petechiae, purpura, echimosis, epistasis, perdarahan gusi dan yang paling parah adalah melena. c. Hepatomegali Hati pada umumnya dapat diraba pada pemulaan demam, kadangkadang juga di temukannya nyeri, tetapi biasanya disertai ikterus. d. Shock biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan ketujuh sakit. Shock yang terjadi dalam periode demam biasanya mempunyai prognosa buruk. Penderita DHF memperlihatkan kegagalan peredaran darah dimulai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin pada ujung hidung, jari dan kaki, sianosis sekitar mulut dan akhirnya shock. e. Trombositopenia Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabila dibawah 150.000/mm3 biasanya di temukan di antara hari ketiga sampai ketujuh sakit. f. Kenaikan Nilai Hematokrit Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator yang peka terhadap terjadinya shock sehingga perlu di lakukan pemeriksaan secara periodik. g. Gejala Klinik Lain Gejala Klinik Lain yang dapat menyertai penderita adalah epigastrium, muntah-muntah, diare dan kejang-kejang (Depkes ,2006) 5. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan uji Tourniquet/Rumple leed Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah pada penderita DHF. Uji rumpel leed merupakan salah satu pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi kelainan sistem vaskuler dan trombosit. Dinyatakan positif jika terdapat lebih dari 10 ptechiae dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian depan termasuk lipatan siku (Depkes,2006). Prinsip : Bila dinding kapiler rusak maka dengan pembendungan akan tampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit yang di sebut Ptechiae (R.Ganda Soebrata,2004). b. Pemeriksaan Hemoglobin Kasus DHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin dikarenakan terjadi kebocoran /perembesan pembuluh darah sehingga cairan plasmanya akan keluar dan menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi. Kenaikan kadar hemoglobin >14 gr/100 ml. 11 Pemeriksaan kadar hemaglobin dapat dilakukan dengan metode sahli dan fotoelektrik (cianmeth hemoglobin), metode yang dilakukan adalah metode fotoelektrik. Prinsip : Metode fotoelektrik (cianmeth hemoglobin) Hemoglobin darah diubah menjadi cianmeth hemoglobin dalam larutan yang berisi kalium ferrisianida dan kalium sianida. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm/filter hijau (R.Ganda Soebrata,2004). c. Hematokrit Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan terjadinya hemokonsentrasi, yang merupakan indikator terjadinya perembesan plasma. Nilai peningkatan ini lebih dari 20%. Pemeriksaan kadar hematokrit dapat dilakukan dengan metode makro dan mikro. Prinsip : Mikrometode yaitu menghitung volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan % dari volume darah itu (R.Ganda Soebrata,2004). d. Pemeriksaan Trombosit Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali pada saat pasien didiagnosa sebagai pasien DHF, Pemeriksaan trombosit perlu di lakukan pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut normal atau menurun. Penurunan jumlah trombosit < 100.000 /l atau 12 kurang dari 1-2 trombosit/ lapang pandang dengan rata-rata pemeriksaan 10 lapang pandang pada pemeriksaan hapusan darah tepi. Prinsip : Darah diencerkan dengan larutan isotonis (larutan yang melisiskan semua sel kecuali sel trombosit) dimaksudkan dalam bilik hitung dan dihitung dengan menggunakan faktor konversi jumlah trombosit per /l darah (R.Ganda Soebrata,2004). e. Pemeriksaan Lekosit Kasus DHF ditemukan jumlah bervariasi mulai dari lekositosis ringan sampai lekopenia ringan. Prinsip : Darah diencerkan dengan larutan isotonis (larutan yang melisiskan semua sel kecuali sel lekosit) dimasukkan bilik hitung dengan menggunakan faktor konversi jumlah lekosit per /l darah (R.Ganda Soebrata,2004). f. Pemeriksaan Bleding time (BT) Pasien DHF pada masa berdarah, masa perdarahan lebih memanjang menutup kebocoran dinding pembuluh darah tersebut, sehingga jumlah trombosit dalam darah berkurang. Berkurangnya jumlah trombosit dalam darah akan menyebabkan terjadinya gangguan hemostatis sehingga waktu perdarahan dan pembekuan menjadi memanjang. Prinsip : Waktu perdarahan adalah waktu dimana terjadinya perdarahan setelah dilakukan penusukan pada kulit cuping telinga dan berhentinya perdarahan tersebut secara spontan. (R.Ganda Soebrata,2004). g. Pemeriksaan Clothing time (CT ) Pemeriksaan ini juga memanjang dikarenakan terjadinya gangguan hemostatis. Prinsip : Sejumlah darah tertentu segera setelah diambil diukur waktunya mulai dari keluarnya darah sampai membeku. (R.Ganda Soebrata,2004). B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Menurut Effendy, 1999, hal 11, pengkajian keperawatan pada DHF meliputi: a. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, pegal-pegal pada seluruh tubuh Tanda : takikardia dan lemah b. Sirkulasi Tanda : takikardia dan lemah, sianosis perifer, ekstremitas dingin, hipotensi, hiperemi pada tenggorokan, ptekie, uji tourniquet positif, epistaksis, ekimosis dan hematoma. c. Eliminasi Gejala : Konstipasi Tanda : Melena d. Makanan / cairan Gejala : Anoreksia, mual, haus dan sakit saat menelan. Tanda : Mukosa mulut kering, lidah kotor (kadang), perdarahan gusi, hematemesis. e. Nyeri / ketidaknnyamanan Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri pada otot dan sendi, sakit kepala. Tanda : nyeri tekan pada epigastrik. f. Kemanan Gejala : demam Tanda : suhu tubuh tinggi, wajah kemerahan (flushing), menggigil. 2. Diagnosa Keperawatan Nursalam (2001) dan Nanda (2009) menyatakan, diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan DHF adalah : a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme. b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan. d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan. e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi. 3. Intervensi Nanda (2009) dan Doenges (2000), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah : a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme. Tujuan Rencana Rasional Mempertahankan 1) Ukur tanda-tanda vital 1) Suhu 38,90C-41,10C suhu tubuh normal. (suhu). menunjukkan proses Suhu tubuh antara penyakit infeksi akut. 36 370C. 2) Berikan kompres 2) Kompres hangat akan Membrane hangat. terjadi perpindahan mukosa basah. panas konduksi. Nyeri otot hilang. 3) Edukasi meningkatkan 3) Untuk mengganti intake cairan. cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi. 4) Kolaborasi pemberian 4) Antipiretik membantu obat antipieretik menurunkan suhu.
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Tujuan Rencana Rasional Kebutuhan cairan 1) Observasi tanda-tanda 1) Penurunan sirkulasi darah terpenuhi. vital dapat terjadi dari Mata tidak cekung. peningkatan kehilangan Membrane cairan mengakibatkan mukosa tetap hipotensi dan takikardia. lembab. 2) Menunjukkan status 2) Observasi dan cata volume sirkulasi, Turgor kulit baik. intake dan output. terjadinya / perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi. 3) Timbang berat badan. 3) Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal. 4) Monitor pemberian 4) Mempertahankan keseimbangan cairan melalui cairan/elektrolit. intravena setiap jam.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan. Tujuan Rencana Rasional Kebutuhan nutrisi 1) Berikan makanan yang 1) Mengganti kehilangan adekuat. disertai dengan suplemen vitamin karena Berat badan stabil atau nutrisi untuk meningkatkan malnutrisi/anemia. meningkat. kualitas intake nutrisi. 2) Porsi lebih kecil dapat 2) Anjurkan untuk meningkatkan memberikan makanan masukan. dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap. 3) Mengawasi 3) Timbang berat badan penurunan berat setiap hari pada waktu badan. yang sama dan dengan skala yang sama. 4) Pertahankan kebersihan 4) Mulut yang bersih mulut klien. meningkatkan selera makan dan pemasukan oral. 5) Jelaskan pentingnya 5) Jelaskan pentingnya intake intake nutrisi yang nutrisi yang adekuat untuk adekuat untuk penyembuhan penyakit. penyembuhan penyakit.
d. Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan Rencana Rasional Perfusi jaringan perifer 1) Kaji dan catat tanda- 1) Penurunan sirkulasi adekuat. tanda vital. darah dapat terjadi dari TTV stabil. peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi. 2) Nilai kemungkinan 2) Kondisi kulit terjadinya kematian dipengaruhi oleh jaringan pada sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi. ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber
informasi Tujuan Rencana Rasional Klien mengerti dan 1) Tentukan kemampuan 1) Adanya keinginan memahami proses dan kemauan untuk untuk belajar penyakit dan belajar. memudahkan pengobatan. penerimaan informasi. 2) Jelaskan rasional 2) Dapat meningkatkan pengobatan, dosis, efek kerjasama dengan samping dan pentingnya terapi obat dan minum obat sesuai mencegah penghentian resep. pada obat dan atau interkasi obat yang merugikan. 3) Dapat meningkatkan 3) Beri pendidikan pengetahuan pasien kesehatan mengenai dan dapat mengurangi penyakit DHF. kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ; Jakarta. M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta. Ngastiyah (1995), Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.