Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui kerusakan atau korosi yang
terjadi pada berbagai jenis peralatan. korosi terjadi akibat adanya suatu zat yang
menyebabkan kerusakan atau perubahan fisis yang terjadi pada benda tersebut,
contohnya didalam peralatan rumah tangga atau peralatan kendaraan seperti baut
Korosi yang terjadi pada baut membuat kerugian dalam proses industri,
seperti perawatan jembatan, kontruksi dan sebagainya. Tetapi juga terganggunya
proses kerja atau produksi dalam industri maupun transportasi yang umumnya
memberikan kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan biaya langsung dalam
perawatan.

Tujuan
Dapat mengetahui korosi yang terjadi pada spesimen uji
Dapat mengetahui besar tegangan yang terjadi pada specimen uji
TINJAUAN PUSTAKA

Teori Dasar
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Pada
peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia
karat besi adalah Fe2O3.nH2O. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi
besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami
oksidasi. Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi. Ion besi(II) yang terbentuk pada
anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk
senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang
bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung
pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.

Faktor-Faktor Penyebab Korosi


1. Kelembaban Udara ( lingkungan)
2. Adanya O2
3. Lapisan Pada Permukaan Logam
4. Elektrolit
5. Zat Terlarut Pembentuk Asam (CO2, SO2)
6. Letak Logam Dalam Deret Potensial

Bentuk-Bentuk Korosi
1. Korosi Merata(Uniform Corrosion)
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak di seluruh permukaan
logam, oleh karena itu pada logam yang terjadi korosi merata akan terjadi pengurangan
dimensi yang relatif besar per satuam waktu.
2. Korosi Galvanik (Galvanic Corrosion)
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan berada di
lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami korosi, sedangkan
logam yang lainnya akan terlindungi dari korosi. Logam yang mengalami korosi adalah
logam yang memiliki potensial yang lebih rendah dan logam yang tidak mengalami korosi
adalah logam yang memiliki potensial yang lebih tinggi.
3. Korosi Sumuran (Pitting Corrosion)
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat
pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan
lapisan pasif di permukaannya, pada antar lapisan pasif dan elektrolit terjadi penurunan
pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan menyebabkan
lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran.
4. Korosi Celah (Crevice Corrosion)
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen baik
logam dan non-logam maupun logam dengan logam. Mekanisme terjadinya korosi celah
ini diawali dengan terjadi korosi merata di luar dan di dalam celah, sehingga terjadi
oksidasi logam dan reduksi oksigen.

5. Korosi Retak Tegang


Korosi retak tegang terjadi karena kombinasi beban regang (tensile stress) dan koroden
khusus (spesific corrosive environment) yang dapat menimbulkan kerusakan awal yang
kemudian menyebabkan fracture dalam logam.
6. Korosi Retak Fatik
Korosi retak fatik terjadi karena kombinasi pengaruh beban dinamis (fluctuating
stress) dan koroden (corrosion environment) yang dapat menyebabkan keretakan pada
logam.
7. Korosi Intergranular
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat
terjadinya reaksi antar unsur logam di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja tahan
karat austenitik apabila diberi perlakuan panas.
8. Selective Leaching
Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan salah
satu unsur padua yang lebih aktif. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali
dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang
potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih
rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut.

Cara Pencegahan Korosi


1. Pembuatan Logam Homogen
Pada pembuatan logam dalam industri diusahakan agar zat-zat tercampur sehomogen
mungkin dalam logam tersebut. Hal ini untuk menghindari tertumpuknya campuran
tersebut di satu bagian, sehingga tidak terjadi perbedaan potensial listrik antar zat yang
dapat memicu terjadinya korosi.
2. Pelapisan Dengan Cat
Pelapisan logam dengan cat bertujuan untuk mencegah kontak antara permukaan logam
dengan udara yang mengandung oksigen dan uap air.
3. Pelapisan Dengan Logam Lain
Jika logam besi dilapisi Cu (tembaga), Sn (timah), besi akan terlindungi dari korosi karena
potensial reduksi Cu dan Sn lebih positif (E Cu2+| Cu = +0,34 Volt dan E Sn2+| Sn = -
0,14 Volt) daripada potensial reduksi besi (E Fe2+| Fe = -0,44 Volt). Namun bila lapisan
ini bocor sehingga lapisan Cu dan Sn terbuka, besi akan mengalami korosi dengan
cepat. Selain Cu dan Sn, logam lain yang dapat digunakan adalah perak (Ag), emas (Au),
nikel (Ni), dan platina (Pt).
4. Cara Proteksi Katodik
Jika logam besi dihubungkan dengan seng (Zn), besi tersebut akan sukar mengalami
korosi. Hal ini disebabkan seng lebih mudah teroksidasi dibandingkan besi dimana
potensial reduksi Zn (E Zn 2+| Zn = -0,76 Volt) lebih negatif daripada potensial reduksi
Fe (E Fe 2+| Fe = -0,44 Volt). Seng bereaksi dengan O2 dan H2O dalam lingkungan yang
mengandung CO2 dan membentuk seng karbonat. Seng karbonat berfungsi untuk
melindungi seng itu sendiri dari korosi. Cara ini disebut juga cara katode pelindung. Logam
Magnesium (Mg) yang termasuk alkali tanah banyak digunakan untuk keperluan ini.
FLOW CHART PERCOBAAN

Menyiapkan bahan yang akan


diuji, yaitu spesimen besi cor
dan stainless steel

Membuat larutan garam dan cuka

Merendam spesimen pada larutan


garam dan cuka selama 2,4,6 dan 8 jam

Mencatat nilai tegangan yang terjadi

Data Literatur

Pembahasan

Kesimpulan
TAHAP PERCOBAAN

Alat dan Bahan :

1. Mangkuk plastik 2 buah

2. Garam Dapur 200cc

3. Baja Stailess Steel 2 buah

4. Batang besi cor 2 buah

5. Air mineral 250cc

6. Kawat tembaga

7. Voltameter

Prosedur Percobaan :

1. Membuat larutan elektrolit dengan menggunakan garam 200 gram yang


dilarutkan dengan air (250cc)

2. Memasukkan larutan ke dalam mangkuk plastik

3. Memasang baja stainless steel dan besi cor ke dalam mangkok plastik

4. Menghubungkan stainless steel dengan besi menggunakan kawat tembaga


yang sudah disiapkan

5. Melakukan pengukuran dengan voltmeter 2,4,6,dan 8 jam

6. Mencatat hasilnya

7. Mengulangi percobaan 2 sampai 6 dengan menggantikan larutan garam dengan


larutan asam cuka.
HASIL PERCOBAAN

Dari percobaan yang telah dilakukan didapat data-data sebagai berikut:

Jenis Volt
Spesimen
Larutan 0 Jam 2 Jam 4 Jam 6 Jam 8 Jam
SS
0 0,82 1,4 2 2,64
Besi

Larutan
Garam
Gambar

SS
0 0,41 0,83 1,4 1,85
Besi

Larutan
Cuka
Gambar

Grafik Nilai Tegangan-Waktu

Grafik Kenaikan Nilai Tegangan (volt) Terhadap


Waktu
3

2,5
Tegangan (Volt)

1,5

0,5

0
2 jam 3 jam 4 jam 6 jam 8 jam

Larutan Garam Larutan Cuka

Waktu (Jam)
KESIMPULAN

Dari data hasil percobaan yang didapatkan maka dapat disimpulkan


bahwa:

Pada specimen dari dua larutan garam dan cuka, spesimen yang paling
mudah terkena korosi ialah besi cor. Dapat dikatakan bahwa laju korosi
pada besi cor lebih besar di bandingkan dengan stainless steel.

Tegangan yang di hasilkan pada larutan garam makin lama menghasilkan


tegangan yang besar, dimana pada percobaan perendaman selama 8 jam
didapatkan nilai tegangan sebesar 2,64 volt.

Tegangan yang di hasilkan pada larutan cuka makin lama menghasilkan


tegangan yang besar, dimana pada percobaan perendaman selama 8 jam
didapatkan nilai tegangan sebesar 1,85 volt.

Nilai tegangan terbesar dari percobaan larutan garam dan cuka ini yaitu
tegangan specimen pada larutan garam pada percobaan selama 8 jam, yaitu
sebesar 2,64 volt.

Korosi yang terparah dapat ditemukan pada spesimen besi cor pada larutan
cuka.

Anda mungkin juga menyukai