Disini akan sedikit kita bahas beberapa gambaran abnormal dari sel darah merah atau eritrosit
yang bisa kita temukan pada saat pemeriksaan hapusan darah.
Hipochrome
Gambaran sel darah merah yang hipokrom dapat ditemukan pada anemia kurang besi
(defisiensi fe), sickle cells anemia, thalassemia, atau anemia karena penyakit kronis. Selain
dari hapusan, dapat juga kita lihat dari hasil pemeriksaan darah MCH < 26 pg dan MCHC < <
32%
Makrositik
Gambaran makrositik berarti volume eritrosit lebih besar dari normal. Dapat ditemukan pada
penyakit anemia megaloblastik karena kurang vit.B12 atau asam folat, anemia setelah
perdarahan akut, atau anemia karena penyakit hati kronik. Dari data pemeriksaan darah
ditemukan MCV > 94 fl
Target Cell
Gambaran ini dinamakan sel target karena bentukannya mirip dengan sasaran tembak. Dapat
ditemukan pada Thalassemia disertai gambaran aniso-poikilositosis, polikromasi, hipokrom-
mikrositik, dan bintik basofil.
Bintik basofil
Poikilositosis
Seperti telah dibahas di atas, dua gambaran ini bisa ditemukan di thalassemia. Selain itu,
bintik basofil dapat ditemukan pada anemia sideroblastik dan keracunan timbal. Sedangkan
poikilositosis merupakan kondisi kelainan bentuk baik sebagian bentuk dari eritrosit normal
atau bentuk yang benar-benar berbeda. Kondisi ini bisa ditemukan pada berbagai kelainan
karena tidak spesifik, seperti pada thalassemia, anemia karena defisiensi vitamin B12 atau
asam folat, atau bisa juga pada coeliac disease.
Gametosit
Ring Form
Kedua gambaran ini dapat ditemukan pada pasien malaria. Prosedur pemeriksaannya dengan
tetes tebal dan tetes tipis. Pada pemeriksaan ini dapat juga ditemukan skizon dan eritrosit
yang telah pecah karena hemolisis.
Akantosit
Sel Sabit
Sferosit
Normosit :
o Ukuran 6-8 m
o Bentuk Bikonkaf
o Warna merah jambu
o Normal 4,0-5,5/4,5-6,0 juta/mm3
o Umur 120 hari
Retikulosit
o Ukuran 8-12 m
o Inti tidak ada
o Bergranula halus sisa RNA
o Pewarnaan Vital Staining (BCB)
o N = 0,5-1,5 per 1000 eritrosit
Mikrosit
o Diameter 6 m
o Normal 10%
o Biasanya pada Anemi Def Fe
Makrosit
o Diameter 9-12 m
o Normal 10%
o Biasanya pada Anemi Def Vit12/ Def asam folat
Basofilik Stipling
o Eritrosit dengan granula biru-hitam granula ini dari kondensasi atau presipitasi RNA
ribosom akibat dari defective hemoglobin syntesis
Hipokrom
Eliptosit
Target Cell
Acantocyt
Burr Cell
Crenated Cell
Scistocyt
Stomatocyt
Sferosit
Cabot Ring
o Eritrosit mengandung cincin Cabot
o Pe yebab kegagalan eritopoiesis
o Terbentuk dari kumparan mitosis
o Artefak akibat kerusakan protein
Howell Jolly
o Eritrosit yang mengandung fragmen kromatin akibat pembelahan / mitosis abnormal pada
tahap orthochromic yang gagal membentuk inti
Leptosyt
Sickle Cell
b. Hiperkromia
Warna tampak lebih tua biasanya jarang digunakan untuk menggambarkan ADT.
c. Anisokromasia
Adanya peningkatan variabillitas warna dari hipokrom dan normokrom. Anisokromasia
umumnya menunjukkan adanya perubahan kondisi seperti kekurangan zat besi dan anemia
penyakit kronis.
d. Polikromasia
Eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada anemia hemolitik, dan hemopoeisis
ekstrameduler.
e. Blister cells
Eritrosit yang terdapat lepuhan satu atau lebih berupa vakuola yang mudah pecah, bila pecah
sel tersebut bisa menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia hemolitik
mikroangiopati.
f. Acantocyte / Burr cells
Eritrosit mempunyai tonjolan satu atau lebih pada membrane dinding sel kaku. Terdapat
duri-duri di permukaan membrane yang ukurannya bervariasi dan menyebabkan sensitif
terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada sirosis hati yang disertai anemia
hemolitik, hemangioma hati, hepatitis pada neonatal.
g. Sickle cells (Drepanocytes)
Eritrosit yang berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis congenital, anemia
sel sickle, anemia hemolitik.
h. Stomatocyte
Eritrosit bentuk central pallor seperti mulut. Tarjadi pada alkoholisme akut, sirosis alkoholik,
defisiensi glutsthione, sferosis herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan, thallasemia.
i. Target cells
Eritrosit yang bentuknya seperti tembak atau topi orang meksiko. Terjadi pada
hemogfobinopati, anemia hemolitika, penyakit hati.
d. Howell-jouy bodies
Bentuk bulat, berwarna biru tua atau ungu, jumlahnya satu atau dua mengandung DNA.
Karena percepatan atau abnormalitas eritropoeisis. Terjadi pada anemia hemolitik, post
operasi, atrofi lien.
e. Pappenheimer bodies
Berupa bintik, warna ungu dengan pewarnaan wright. Dijumpai pada hiposplenisme, anemia
hemolitika.
f. Eritrosit berinti (Nucleated red cell)
Eritrosit muda bentuk metarubrisit. Adanya inti darah tepi disebut normoblastemia.
Ditemukan pada:
- Perdarahan mendadak dengan sumsum tulang meningkat
- Penyakit hemolitik pada anak
- Kelemahan jantung kongestif
- Anemia megaloblastik
- Metastase karsinoma pada tulang
- Leuko-eritroblastik anemia
- Leukemia
- Anemia megaloblastik
- Hipoksia
- Aspeni
g. Polikromatofilik
Eritrosit muda yang mengambil zat warna asam dan basa karena RNA, ribosom dan
hemoglobin. Bila diwarnai dengan pulasan supravital sel ini retikulosit.
Anemia Aplastika
Sumsum tulang yang tidak berfungsi sehingga produksi sel darah merah terhambat. Dapat
dikarenakan oleh radiasi sinar gamma (bom atom), sinar X yang berlebihan, bahan 2 kimia
tertentu, obat2an atau pada orang-orang dengan keganasan.
Anemia Megaloblasitik
Vitamin B12, asam folat dan faktor intrinsik(terdapat pd mukosa lambung) merupakan
faktor2 yang berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Bila salah satu faktor di
atas tidak ada maka produksi eritroblas dalam sumsum tulang akan bermasalah. Akibatnya sel
darah tumbuh terlampau besar dengan bentuk yang aneh, memiliki membran yg rapuh dan
mudah pecah.. ciri2 ini disebut sebagai Megaloblas. Dapat terjadi pada: Atropi mukosa
lambung (faktor intrinsik terganggu), gastrektomi total (hilangnya faktor intrinsik) dan
sariawan usus (absorbsi asam folat dan B12 berkurang)
Anemia Hemolitik
Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa hidup yg pendek
(biasanya ada faktor keturunan)
Contoh : Sferositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur
bikonkaf yg elastis (mudah sobek), anemia sel sabit, 0,3-10 % orang hitam di Afrika Barat
dan Amerika sel-selnya mengandung tipe Hb yg abnormal (HbS), bila terpapar dengan
O2 kadar rendah maka Hb akan mengendap menjadi kristal-kristal panjang di dalam sel darah
merah.. sehingga sel darah merah menjadi lebih panjang dan berbentuk mirip seperti bulan
sabit. Endapan Hb merusak membran sel. Tekanan O 2 jaringan yg rendah menghasilkan
bentuk sabit dan mudah sobek. Penurunan tekanan O2 lebih lanjut membentuk sel darah
semakin sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat hebat, eritroblastosis Fetalis, Ibu
dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+). Pada saat kehamilah pertama, setelah ibu terpapar
darah janin, maka ibu secara otomatis akan membentuk anti bodi terhadap Rh(+), sehingga
pada kehamilan yang ke dua anti Rh ibu akan menghancurkan darah bayi, dan bayi akan
mengalami anemia yg hebat hingga meninggal. Hemolisis karena malaria atau reaksi dg obat-
obatan
Nutrional Anemia
Anemia defisiensi besi (Fe), Anemia defisiensi asam folat (akibat kekurangan asupan atau
gangguan absorbsi GI track)
Anemia Pernisiosa
Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan dan pematangan
sel. Faktor intrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport khusus absorbsi B12 dari usus.
Anemia pernisiosa bukan karena kekurangan Intake B12 melainkan karena defisiensi faktor
intrinsik yg mengakibatkan absorbsi B12 terganggu.
Renal Anemia
Terjadi karena sekresi eritropoietin dari ginjal berkurang akibat penyakit ginjal.
Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter 7 8 mikron (normosit).
Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf dengan sentral akromia
kira-kira 1/3 diameter sel. Pada evaluasi sediaan darah apus maka yang perlu
diperhatiakan adalah 4S yaitu size (ukuran), shape (bentuk), warna (staining) dan struktur
intraselluler.
a. Mikrosit
Diameter < 7 mikron, biasa disertai dengan warna pucat (hipokromia). Pada pemeriksaan sel
darah lengkap didapatkan MCV yang rendah. Ditemukan pada
Keracunan tembaga
Anemia sideroblasik
b. Makrosit
Diameter rata-rata > 8 mikron. MCV lebih dari normal dan MCH biasanya tidak berubah.
Ditemukan pada:
Anemia megaloblastik
Anemia aplastik/hipoplastik
Hipotiroidisme
Malnutrisi
Anemia pernisiosa
Leukimia
Kehamilan
Anisositosis adalah suatu keadaan dimana ukuran diameter eritrosit yang terdapat di dalam
suatu sediaan apus berbeda-beda (bervariasi).
Sebagai patokan untuk melihat warna erotrosit adalah sentral akromia. Eritrosit yang
mengambil warna normal disebut normokromia.
Hipokromia dalah suatu keadaan dimana konsentrasi Hb kurang dari normal sehingga sentral
akromia melebar (>1/2 sel). Pada hipokromia yang berat lingkaran tepi sel sangat tipis
disebut dengan eritrosit berbentuk cincin (anulosit). hipokromia sering menyertai
krositosis. Ditemukan pada:
Anemia defesiensi fe
Anemia sideroblasti
Talasemia
Hb-pati (C dan E)
Hiperkromik adalah eritrosit yang tampak lebih merah/gelap dari warna normal. Keadaan ini
kurang mempunyai arti penting karena dapat disebabkan oleh penebalan membrane sel dan
bukan karena naiknya Hb (oversaturation). Kejenuhan Hb yang berlebihan tidak dapat terjadi
pada eritrosit normal sehingga true hypercromia tidak dapat terbentuk.
Polikromasia adalah keadaan dimana terdapat bebrapa warna di dalam sebuah lapangan
sediaan apus. Misalnya ditemukan basofilik dan asidofilik dengan kwantum berbeda beda
karena ada penambahan retikulosit dan defek maturasi eritrosit. Dapat ditemukan pada
keadaan eritropoesis yang aktif misalnya anemia pasca perdarahan dan anemia hemolitik.
Juga dapat ditemukan pada gangguan eritropoesis seperti mielosklerosis dan hemopoesis
ekstrameduler.
a. Poikilositosis
Disebut poikilositosis apabila pada suatu sediaan apus ditemukan bermacam-macam variasi
bentuk eritrosit. Ditemukan pada:
Anemia yang berat disertai regenerasi aktif eritrosit atau hemopoesis ekstrameduler
b. Sferosit
Eritrosit tidak berbentuk bikonkaf tetapi bentuknya sferik dengan tebal 3 mikron atau lebih.
Diameter biasanya kurang dari 6.5 mikron dan kelihatan l;ebih hiperkromik daqn tidak
mempunyai sentral akromia. Ditemukan pada:
Sferositosis herediter
Luka bakar
Anemia hemolitik
c. Elliptosis (Ovalosit)
Bentuk sangat bervariasi seperti oval, pensil dan cerutu dengan konsentrasi Hb umumnya
tidak menunjukkan hipokromik. Hb berkumpil pada kedua kutub sel. Ditemukan pada:
Eritrosit berbentuk tipis atau ketebalan kurang dari normal dengan bentuk target di tengah
(target like appearance). Ratio permukaan/volume sel akan meningkat, ditemukan pada:
Talasemia
Hb-pati
Pasca splenektomi
e. Stomatosit
Sentral akromia eritrosit tidak berbentuk lingkaran tetapi memanjang seperti celah bibir
mulut. Jumlahnya biasanya sedikit apabila jumlahnya banyak disebut stomatositosis.
Ditemukan pada:
Stomasitosis herediter
Keracunan timah
Alkoholisme akut
Talasemia
Anemia hemolitik
Merupakan suatu pecahan eritrosit dengan berbagai macam bentuk. Ukurannya lebih kecil
dari eritrosit normal. Bentuk fragmen dapat bermacam-macam seperti helmet cell, triangular
cell, dan sputnik cell. Ditemukan pada:
Anemia hemolitik
Talasemia Major
Penyakit keganasan
Hipertensi maligna
Uremia
1. Akantosit (Spurr cell) adalah eritrosit yang pada dinding terdapat tonjolantonjolan
sitoplasma yang berbentuk duri (runcing), disebut tidak merata dengan jumlah 5 10 buah,
panjang dan besar tonjolan bervariasi, ditemukan pada:
Abetalipoproteinemia herediter
Pasca splenektomi
2. Echynocyte (Burr cell, Crenated cell, sea-urchin cell) merupakan eritrosit dengan
tonjolan duri yang lebih banyak ( 10 30 buah), berukuran sama. Tersebar merata pada
pada permukaan sel. Ditemukan pada:
Hepatitis
Sirosis hepatic
Anemia hemolitik
Eritrosit memperlihatkan tonjolan plasma yang mirip ekor sehingga seperti tetes air mata
atau buah pir. Ditemukan pada:
Anemia megaloblastik
Myelofibrosis
Hemopoesis ekstramedullar
j. Sel krenasi
k. Kristal Hemoglobin C
a. Stipling basofilik
Pada eritrosit terdapat bintik-bintik granula yang halus atau kasar, berwarna biru, multiple
dan difus. Ditemukan pada:
keracunan timah
Anemia megaloblastik
Myelodisplastik syndrom(MDS)
Talasemia minor
Unstable hemoglobin disease
b. Benda Papenheimer
Eritrosit dengan granula kasar, dengan diameter 2 mikron yang mengandung Fe, feritin,
berwarna biru oleh karena memberikan reaksi Prusian blue positif. Eritrosit yang
mengandung benda inklusi disebut siderosit dan bila ditemukan > 10% dalam sediaan hapus,
petanda adanya gangguan sintesa hemoglobin. Ditemukan pada:
Anemia Sideroblastik
Pasca splenektomi
Beberapa anemia hemolitik
c. Benda Howell-Jolly
Merupakan sisa pecahan inti eritrosit , diameter pecahan rat-rata 1 mikron, berwarna ungu
kehitaman, biasanya tunggal. Ditemukan pada:
Pasca splenektomi
Anemia hemolitik
Anemia megaloblastik
Kelainan metabolisme hemoglobin
Steatorrhoe
Osteomyelodisplasia
Talasemia
Merupakan sisa dari membrane inti, warna biru keunguan, bentuk cincin angka 8. Terdapat
dalam sitoplasma. Ditemukan pada:
Talasemia
Anemia pernisiosa
Anemia hemolitik
Keracunan timah
Pasca splenektomi
Anemia megaloblastik
e. Benda Heinz
Hasil denaturasi hemoglobin yang berubah sifat. Tidak jelas terlihat dengan pewarnaan
Wrights, tetapi dengan pengecatan kristal violet seperti benda-benda kecil tidak teratur
berwarna dalam eritrosit. Ditemukan pada:
G-6-PD defesiensi
Anemia hemolitik karena obat
Pasca splenektomi
Talasemia
Panyakit Hb Kohn Hamme
g. Polikromatofilik
Eritrosit muda yang mengambil zat warna asam dan basa karena RNA, ribosom dan
hemoglobin. Bila diwarnai dengan pulasan supravital sel ini retikulosit.
h. Rouleaux formation
Suatu eritrosit yang kelihatn tersusun seperti mata uang logam, oleh karena peninggian
kadar hemoglobin yang normal, karena artefak.
Harus dibedakan dari aglutinasi yang dijumpai pada AIHA
Ditemukan pada: Multiple mieloma, makroglobulonemia.
Dalam keadaan normal akan ditemukan 2 kelompok lekosit pada sediaan apus yaitu yang
bergranula dan tidak bergranula. Yang termasuk sel-sel yang bergranula adalah netrofil,
eosinofil, dan basofil, sedangkan yang tidak bergranula adalah limposit dan monosit. Pada
sel-sel lekosit kelainan morfologisnya dapat dijumpai pada granula, sitoplasma dan intinya.
Kelainan pada sel lekosit ini dapat dijumpai pada kelainan herediter maupun didapat.
A. Granula toksik
B. Vakuolisasi sitoplasma
Pada sediaan hapus yang langsung dibuat terlihat vacuola berukuran kecil , ini menunjukkan
adanya infeksi berat dan ketoasidosis diabetic
C. Hipersegmentasi
Netrofil yang mempunyai 5 6 lobi pada intinya, dimana inti ini dihubungkan dengan
kromatin, dijumpai pada anemia megaloblastik, pergeseran ke kanan dengan hipersegmentasi
terlihat pada anemia, paska pengobatan sitostatika (methotrexate) dan pasien yang menjalani
pengobatan hydroxiurea tampak hipersegmentasi yang menyolok
D. Dohle bodies
Sisa-sisa ribosom dan retikulosit yang rusak dalam bentuk oval atau bulat, berwarna biru abu-
abu dan biasanya ditemukan pada bagian perifer netrofil, dijumpai pada infeksi berat,
keganasan, anomaly May-Heglin, luka bakar dan setelah pengobatan dengan kemoterapi
E. Netrofil piknotik
Merupakan sebagian sel netrofil yang mati khususnya bila ada infeksi, juga dapat timbul pada
darah abnormal invitro setelah disimpan selama 11 18 jam bila disimpan pada suhu 4 0C.
Sel ini bentuk bulat, tebal dengan sedikit inti dan sitoplasma merah jambu gelap
F. Anomali Pelger
Suatu kelainan bawaan yaitu berkurangnya segmentasi pada netrofil dan kromatin inti
menjadi halus
G. Pseudo Pelger
Gambaran inti mirip dengan anomali Pelger dimana netrofil hipogranular dan intinya tidak
teratur, dapat dilihat pada sindroma myelodisplasia, leukemia myeloid akut. Leukimia
myeloid kronik
H. Sindroma Chediak-Higashi
Kelainan herediter yang jarang dijumpai. Pada netrofil dijumpai granula azurofilik yang
berukuran raksasa pada pewarnaan peroksidase
Sel fagosit dari netrofil yang mengfagosit massa inti sehingga nampak sebagai massa yang
homogen yang berwarna merah. Sel LE juga ditemukan pada arthritis rheumatoid,
hipersensitif obat-obatan dan penyakit-;enyakit kolagen termasuk lupus hepatitis.
J. Reaksi leukemoid
Merupakan leukosistosis relative ditandai pergeseran ke kiri ynag nyata, Reaksi leukemoid
dapat ditemukan pada tuberculosis dan pada Sindrom Down, infeksi bakteri yang hebat,
keganasan, hemolisis yang cepat dan luka bakar.
Basofil nampak meningkat pada kelainan mieloproliferatif dan khas pada leukemia myeloid
kronik
Jumlah monosit meningkat dijumpai pada infeksi kronik dan inflamasi lainnya seperti
tuberculosis, Chrohns disease, leukemia myeloid kronik, leukemia akut. Pada leukemia
mielomonositik kronik, maturasi monosit meningkat sampai 100 kali
Limposit atipik adalah limposit yang besar dengan diameter lebih 20 mikron, sitoplasma
lebih biru, inti besar dengan kromatin terbuka dan sitoplasma berlebihan dengan bentuk
tertur. Pada beberapa limposit atipik dapat didiagnosis sebagai mononucleosis infeksiosa,
infeksi virus, reaksi imunologis.
Trombosit raksasa dapat terlihat pada sindroma Bernard-Soulier dengan gejala gangguan
perdarahan. Pada sindroma May-Hegglin terlihat trombosit yang besar dan berwarna merah.
Trombosit besar didapatkan juga pada sindrom mielodisplasia, leukemia akut tipe AML-M7.
ELIS'SBLOGGER
Home
Tentang saya
Kategori Lain
o Renungan
o Unik-unik
o ect
Materi
o Biokimia
o Bakteriologi
o Kimia organik
o Serologi
o Hematologi
o Kesehatan Lingkungan
o Parasitologi
Fungsi eritrsit adalah mengangkut oksien dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Eritrosit mampu mengangkut oksigen ke seluruh tubuh karena memiliki hemoglobin (Hb).
Hemoglobin merupakan suatu protein khusus yang mengandung zat besi yang mampu
mengikat oksigen. Dalam setiap eritrosit terdapat sekitar 250 juta molekul Hb. Tiap molekul
Hb dapat membawa empat molekul oksigen. Pengikatan oksigen oleh Hb terjadi di dalam
paru-paru
Oksigen yang telah berikatan dengan Hb itu, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Di dalam
sel-sel tubuh, oksigen dipakai untuk reaksi respirasi guna menghasilkan energy. Eritrosit juga
berfungsi membawaa karbon dioksida, yaitu bahan buang yang dihasilkan sel, walaupun
karbon dioksida dibawa oleh plasma.
Eritrosit didalam sum-sum merah pada tulang-tulang tertentu ( tulang belakang, tlang rusuk,
tulang tengkorak dan tulang pipa). Umur eritrosit manusia kira-kira 120 hari. Dalam setiap
detik, kira-kira 2,4 juta eritrosit dirombak untuk digantikan dengan yan baru. Perombakan
eritrosit terjadi di dalam hati.
Jumlah eritrosit bervariasi, tergantung jenis kelamin, usia, dan ketinggian tempat tinggal
seseorang. Orang yang tinggal di dataran tinggi cenderung memiliki jumlah eritrosit lebih
banyak, dibandingkan orang yang tinggal di dataran rendah. Jumlah eritrosit dapat berkurang,
misalnya karena luka yang mengeluarkan banyak darah atau karena anemia.
Tubuh kita memerlukan oksigen untuk proses oksidasi makanan guna menghasilkan energy.
Oksigen akan diedarkan sampai ke jaringan tubuh melalui pengangkutan oleh darah dalam
bentuk ikatan yang mudah lepasa berupa oksihemoglobin. Dalam waktu satu menit, 5 liter
darah yang dipompa jantung dapat melepaskan lebih kurang 250 ml oksigen yang terikat
pada hemoglobin dan eritrosit. Sebagian kecil oksigen juga diangkut oleh plasma darah. Dari
jaringan tubuh, hemoglobin akan mengikat sebagian karbon dioksida dalam bentuk
karbominohemoglobin.
Banyak oksigen yang dilepaskan dari Hb seperti nilai di atas, terjadi saat seseorang dalam
keadaan istirahat. Aktivitas seseorang akan berpengaruh pada peredaran darah sehingga
oksigen yang dilepaskan akan berbeda-beda pula untuk setiap orang.
Pembentukan eritrosit
Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoiesis. Pada beberapa minggu pertama embrio
dalam kandungan, eritrosit dihasilkan dalam kantong kuning telur. Beberapa bulan kemudian,
pemebntukan eritrosit terjadi di hati, limfa, dan kelenjar limfa. Sesudah bayi lahir, eritrosit
dibentuk oleh sumsum tulang. Produk eritrosit distimulasi oleh hormon eritropoietin. Kira-
kira di usia 20 tahun, sumsum bagian proksimal tulang panjang sudah tidak menghasilkan
eritrosit lagi. Sebagian besar eritrosit akan dihasilkan dalam sumsum tulang membranosa
(tulang belakang, tulang dada, tulang rusuk, dan tulang panggul). Dengan meningkatnya usia,
sumsum tulang menjadi kurang produktif.
Sel yang dapat membentuk eritrosit adalah hemositoblas atau sel batang myeloid yang
mampu berkembang menjadi bebragai jenis sel darah (bersifat pluripoten). Sel ini terdapat di
sumsum tulang dan akan membentuk berbagai jenis leokosit, eritrosit, dan megakarosit
(Pembentuk keping darah). Eritrosit yang terbentuk akan keluar dan menembus membran
(kemampuan ini disebut dispedesis) dan memasuki kapiler darah. Selain membentuk eritrosit,
hemositoblas juga membentuk sel plasma, limfosit b, limfosit t, monosit, dan fagosit-fagosit
lain.
Dalam keadaan normal, erotrosit bertahan selama rata-rata 120 hari. Saat sel menua,
membrane sel rapuh dan pecah. Eritrosit tua dimusnahkan di organ limfa (lien) dan hati.
Hemoglobin dicerna oleh sel-sel retikuloendotelium. Zat besi dilepas kembali ke dalam darah
untuk kemudian diangkut kembali ke sumsum tulang dan hati. Hemoglobin diubah menjadi
pigmen empedu (bilirubin) dan diekresi oleh hati ke dalam empedu.
Kelainan Eritrosit
Kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi :
1) Kelainan berdasarkan ukuran eritrosit
Ukuran normal eritrosit antara 6,2 8,2 Nm (normosit)
Kelainan berdasarkan ukuran:
a) Makrosit
Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm terjadi karena pematangan inti eritrosit terganggu,
dijumpai pada defisiensi vitamin B atau asam folat.
Penyebab lainnya adalahkarena rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya
sintesa hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi darah. Sel ini
didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin macrocytes dan
pada keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia paska pendarahan.
b) Mikrosit
Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm. Terjadinya karena menurunnya sintesa
hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau kelainan
mitokondria yang mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini didapatkan
pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia defisiensi besi.
c) Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang spesifik, keadaan ini
ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan apusan
darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini didapatkan pada anemia mikrositik yang ada
bersamaan anemia makrositik seperti pada anemia gizi.
Untuk MCH dan Indeks warna gunanya untuk menetapkan apakah anemia itu : Anemia
Hyperkhrom, Anemia Normokhrom atau Anemia Hypokhrom.
1. Anemia Hyperkhrom : MCH lebih dari 32 pg
2. Anemia Normokhrom : MCH rata-rata 28 32 pg
3. Anemia Hypokhrom : MCH kurang dari 28 pg
Cara menghitung :
1) Mengisi pipet eritrosit
Darah dihisap sampai garis tanda 0,5 dan larutan pengencer sampai tanda 101
2) Mengisi kamar hitung
3) Menghitung jumlah sel dengan menggunakan mikroskop perbesaran sedang atau 40x
4) Hitunglah semua eritrosit yang terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil.
Nilai normal jumlah eritrosit :
Laki-laki : 4,6 s/d 6,2 juta/ml
Wanita : 4,2 s/d 5,4 juta/ml
Kesalahan-kesalahan pada hitung eritrosit yaitu pada menghitung jumlah eritrosit
memakai lensa objektif kecil yaitu perbesaran 10x, sehingga sangat tidak teliti hasilnya.
Akibat eritrosit yang berlebih dan kekurangan eritrosit :
a) Penurunan eritrosit
- Kehilangan darah (perdarahan)
- Anemia, infeksi kronis, leukemia, dan hidrasi berlebihan.
b) Peningkatan eritrosit
- Polisitemia vena
- Hemokonsentrasi
- Dehidrasi
- Penyakit kardio vaskuler