Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS
Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 50 tahun

Alamat : Kelayan A

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Buruh bangunan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Banjar

Status perkawinan : menikah

Kontrol Poliklinik Jiwa : 3 Januari 2017

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Autoanamnesa dilakukan tanggal 3 Januari 2017 pukul 11.00 WITA di Poli klinik

RSUD Dr. H Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

A. KELUHAN UTAMA

Susah tidur

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Menurut pengakuan os, os sulit tidur sejak kurang lebih 3 tahun yang

lalu. Yang semakin memberat sejak setengah bulan terakhir. Os sering


1
terbangun saat malam dan kesulitan untuk kembali tidur. Os sudah berusaha

untuk menenangkan diri os namun os masih kesulitan untuk kembali tidur.

Os biasanya mulai dapat tertidur pukul 00.00 dan hanya tertidur biasanya

pukul 04.00. Os merasa aktivitasnya di siang hari menjadi terganggu akibat

badan yang terasa lelah karena tidur yang dirasakan os tidak cukup.

Meskipun hanya tidur sebentar saat malam os tidak pernah begitu merasakan

ngantuk di siang hari. Os juga tidak pernah tidur saat siang. Os saat tidurpun

tidak begitu nyeyak namun tidak pernah mengalami mimpi buruk. Awalnya

os sering tidak bisa tidur karena sering memikirkan masalah pekerjaan os.

Saat ini os merasa pekerjaan os tidak lagi menjadi masalah, namun tidur os

masih sering mengganggu. Sejak 3 tahun yang lalu os selalu menggunakan

obat yang diberikan dari RSJ sambang lihum untuk membantu os tidur. Obat

yang os gunakan adalah alprazolam diminum saat malam hari. Os lupa

berapa dosis obat yang biasa os minum tersebut. Sejak setengah bulan yang

lalu os tidak lagi mengkonsumsi obat tersebut sehingga os merasa kesulitan

untuk tidur.

Os merasa saat tidak memiliki perasaan cemas, sedih, gembira

berlebihan, ataupun stress yang dipikirkan berkepanjangan. Os tidak

merasakan jantung berdebar, berkeringat, ataupun pusing. Os juga tidak

pernah merasa gelisah berlebihan atau mendengar bisikan yang mengganggu.

2
Os mengaku tidak memiliki masalah dalam ruangan tidurnya. Os

menganggap tempat tidurnya cukup nyaman. Os tidur bersama istirinya

dalam kamar yang dirasa tidak begitu sempit , keadaan rapi, dan bersih.

Os tidak mengkonsumsi kopi atau teh secara rutin, os juga tidak pernah

meminum obat-obatan yang membuat os merasa bugar atau kuat saat

beraktivitas

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Tidak ada riwayat trauma, panas tinggi atau kejang. Penderita belum pernah

mengalami gangguan seperti ini sebelumnya.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Antenatal dan Prenatal


Selama os dalam kandungan, ibu pasien tidak pernah mengalami masalah

kehamilan yang serius. Lahir cukup bulan, dilahirkan spontan, langsung

menangis, dan tidak ada cacat bawaan.


2. Riwayat usia 0-1,5 tahun

Os tidak ingat

3. Riwayat Masa Kanak-Kanak (1,5-3 tahun )


Os tidak ingat
4. Riwayat Masa Prasekolah ( 3 6 tahun )
Os tidak ingat
5. Riwayat Masa Sekolah (6 12 tahun)

os kadang membongkar sepeda atau mainan yang ia miliki. Os mengaku

tidak pernah merasa kesal karena dimarahi orang tua saat membongkar dan

3
menyusun kembali sesuatu. Os mengaku patuh dan menghormati gurunya

sama disekolah.

6. Riwayat Masa Remaja (12-20 tahun)

Os tidak pernah mencoba melakukan kegiatan negatif seperti mencuri,

berjudi, ataupun mabuk-mabukan. Os sudah berhenti sekolah dan mulai

membantu orang tuanya mencari penghasilan. Meskipun demikian os tidak

pernah merasa terlalu bersedih, putus asa ataupun merasa membebani orang

tuanya. Os juga merasa orang tuanya tidak pernah menghalanginya dalam

melakukan sesuatu. Os berkumpul dengan teman sebayanya disekitar tempat

tinggalnya.

7. Riwayat Pendidikan

Os bersekolah hingga SMP. Os tidak melanjutkan pendidikan karena masalah

ekonomi.

8. Riwayat Pekerjaan

Os bekerja sebagai buruh bangunan.

9. Riwayat Perkawinan

Os telah menikah dan mempunyai 3 orang anak.

F. RIWAYAT KELUARGA

Genogram :

4
Herediter (-)

Ket : Laki-laki Penderita

perempuan

G. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Os tinggal bersama istri dan 3 orang anaknya. Tidak ada masalah yang

serius dalam keluarga. Hubungan dengan suami dan anak-anak tidak ada

masalah. Hubungan dengan tetangga cukup baik. Sumber pendapatan dari

pekerjaan sebagai buruh bangunan.

H. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Penderita menyadari sepenuhnya bahwa dirinya sakit.

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan
5
Pada saat datang ke Poliklinik Jiwa RS Moch Ansari Saleh tanggal 3

Januari 2017

Seorang laki-laki, datang sendiri ke poliiklinik psikiatri, tampak sesuai

usia, berperawakan kurus, berambut lurus pendek. Penderita menggunakan

baju kaos lengan panjang berwarna abu-abu dengan celana jeans pendek

warna biru malam. Tampak duduk dengan tenang

2. Kesadaran

Jernih, kompos mentis

3. Perilaku dan aktifitas psikomotor

Normoaktif

4. Pembicaraan

Koheren.

5. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif

6. Kontak psikis

Kontak ada, wajar dan dapat dipertahankan.

B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF SERTA

EMPATI

1. Afek : euthym

2. Ekspresi afektif : Luas

3. Keserasian : appropriate
6
4. Empati : dapat dirasakan

C. FUNGSI KOGNITIF

1. Kesadaran : jernih

2. Orientasi

- Waktu : baik

- Orang : baik

- Tempat : baik

- Situasi : baik

3. Konsentrasi : baik

4. Daya ingat

- Segera : baik

- Jangka pendek : baik

- Jangka panjang : baik

5. Intelegensi dan pengetahuan umum : sesuai dengan taraf pendidikan dan usia.

6. Pikiran abstrak : baik

7. Kemampuan menolong diri sendiri: baik

D. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi : Tidak ada

2. Depersonalisasi/derealisasi : Tidak ada

7
E. PROSES PIKIR

1. Arus pikir

- Produktivitas : baik, pasien dapat menjawab apabila ditanya

- Kontuinitas : relevan, sesuai pertanyaan

- Hendaya berbahasa : tidak ada

2. Isi pikir

a. Preokupasi : tidak ada

b. Waham :tidak ada

Bentuk pikir

a. Autistik : tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS

Terkendali

G. DAYA NILAI

1. Daya nilai sosial : tidak terganggu

2. Uji daya nilai : tidak terganggu

3. Penilaian realitas : tidak terganggu

H. TILIKAN

Tilikan derajat 5 : menyadari bahwa dirinya sakit dan gejala-gejala yang

dideritanya atau kegagalan dirinya dalam penyesuaian sosial disebabkan oleh

perasaan irrasionalnya atau gangguan sendiri, tanpa menerapkan pengetahuan

hal ini untuk masa yang akan datang.

I. TARAF DAPAT DIPERCAYA


8
Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. STATUS INTERNUS

a. Keadaan umum : baik

b. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit

R : 20 x/menit T : 36,50C

c. Bentuk badan : Kurus

d. Kulit : sawo matang

e. Kepala

- Rambut hitam, tebal, lurus, tidak alopesia.

- Bentuk normal.

- Wajah simetris.

- Mata : palpebra tidak edema dan hiperemi, alis dan bulu mata tidak

rontok, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, produksi air

mata dalam batas normal.

- Pupil : diameter 3 mm/3 mm, isokor, refleks cahaya +/+ normal.

- Kornea : refleks kornea +/+ normal.

- Telinga : bentuk dalam batas normal, sekret tidak ada, serumen

minimal.

- Hidung : bentuk normal, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak

ada epistaksis, kotoran hidung minimal.

9
- Mulut : bentuk normal, mukosa lembab, gusi tidak berdarah dan

tidak bengkak.

- Lidah : tidak kotor, tepi hiperemi, tremor (-).

- Pharing : tidak hiperemi.

- Tonsil : warna merah muda, tidak ada pembesaran.

f. Leher : vena jugularis : pulsasi tidak terlihat, tekanan tidak meningkat,

tidak ada pembesaran KGB, tidak kaku kuduk, tidak ada massa dan

tortikolis.

g. Thoraks :

Inspeksi : bentuk simetris, tidak retraksi, tidak dispnoe, ritme

pernafasan normal, frekuensi 20x/menit

Palpasi : fremitus vokal simetris

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing

h. Jantung :

Inspeksi : tidak tampak voussure cardiac, pulsasi ataupun iktus

Palpasi : thrill tidak ada, apex teraba di ICS V LMK kiri

Perkusi : Batas kanan : ICS IV LPS kiri

Batas kiri : ICS V LMK kiri

Batas atas : ICS II LPS kanan

Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, murmur tidak ada

i. Abdomen :
10
Inspeksi : bentuk datar, simetris

Palpasi : tidak ada massa dan nyeri

Perkusi : timpani, tidak ada tanda-tanda ascites

Auskultasi : bising usus normal

j. Ekstremitas :

- Atas : tidak ada edema dan sianosis , parese (-)

- Bawah : tidak ada edema dan sianosis , parese (-)

B. STATUS NEUROLOGIS

Nervus I-XII : tidak ada kelainan

Gejala rangsang meningeal : tidak ada

Gejala TIK meningkat : tidak ada

Refleks fisiologis : normal

Refleks patologis : tidak ada

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Autoanamnesa

-Os sulit tidur sejak 3 tahun yang lalu

-Os rutin mengkonsumsi obat tidur untuk membantu tidurnya namun berhenti sejak

setengah bulan yang lalu.

-Os merasa mudah lelah karena kurang tidus sehingga mengganggu aktivitas

11
-Os tidak merasa sedih, gembira berlebih, cemas, stres serta keluhan lain yang

mungkin mengganggu tidur.

-Tidak ada riwayat herediter dalam keluarga

-Keserasian : appropriate

-Empati : dapat dirasakan

-Kesadaran : jernih

-Orientasi W/T/O : baik

-Konsentrasi : baik

-Daya ingat : baik

-Halusinasi : Tidak ada

-Waham : tidak ada

-Tilikan derajat 5 : menyadari bahwa dirinya sakit dan gejala-gejala yang

dideritanya atau kegagalan dirinya dalam penyesuaian sosial disebabkan oleh

perasaan irrasionalnya atau gangguan sendiri, tanpa menerapkan pengetahuan hal

ini untuk masa yang akan datang.

Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

a. Aksis I : Insomnia non organik

b. Aksis II : None

c. Aksis III : None

d. Aksis IV : Masalah Ekonomi


12
e. Aksis V : GAF SCALE 70-61= beberapa gejala ringan dan

menetap,disabilitas ringan dalam fungsi secara

umum masih baik

VII. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik

Status internus dan neurologis tidak didapatkan adanya kelainan.

2. Psikologik

Perilaku dan aktivitas psikomotor Normoaktif, afek euthym, ekspresi afektif

luas, empati dapat dirabarasakan, daya ingat jangka panjang tidak terganggu,

intelegensia dan pengetahuan umum sesuai dengan pendidikan dan usia,

halusinasi tidak ada, waham tidak ada , tilikan derajat lima

VIII. PROGNOSIS

a. Diagnosis penyakit : baik

b. Perjalanan penyakit : baik

c. Ciri kepribadian : baik

d. Stressor psikososial : baik

e. Riwayat herediter : baik

f. Usia saat menderita : baik

g. Pola keluarga : baik

h. Pendidikan : kurang
13
i. Aktivitas pekerjaan : kurang

j. Ekonomi : kurang

k. Lingkungan Sosial :kurang

l. Organobiologik : baik

m. Pengobatan psikiatrik : baik

n. Ketaatan berobat : baik

Kesimpulan : dubia ad bonam

IX. RENCANA TERAPI

- Psikofarmaka : alprazolam 1 mg 0-0-1

X. DISKUSI

Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal

kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang

berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau

gangguan dalam fungsi individu. The International Classification of Diseases

mendefinisikan Insomnia sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur

yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan. Menurut The

International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur

yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur

tersebut. Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan
14
berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk

melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang

memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan

pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi

dan suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup.

Klasifikasi Insomnia

Insomnia Primer

Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau susah tidur

ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita insomnia. Pola tidur,

kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi penyebab dari

jenis insomnia primer ini.

Insomnia Sekunder

Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis.

Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat menyebabkan

terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu masalah fisik seperti

penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia

sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau
15
susah tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-

obatan yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang

terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari 10

orang yang menderita insomnia.

Tanda dan Gejala Insomnia



Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari


Sering terbangun pada malam hari


Bangun tidur terlalu awal


Kelelahan atau mengantuk pada siang hari


Iritabilitas, depresi atau kecemasan


Konsentrasi dan perhatian berkurang


Peningkatan kesalahan dan kecelakaan


Ketegangan dan sakit kepala


Gejala gastrointestinal 1,3,6

Etiologi Insomnia

Stres. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga dapat

membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur. Peristiwa

kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau penyakit dari orang yang dicintai,

perceraian atau kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan insomnia.

Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia

dalam otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.

16

Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk

beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan (seperti

Ritalin) dan kortikosteroid.

Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung kafein

adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan stimulan yang dapat

menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu

seseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering

menyebabkan terbangun di tengah malam.

Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dan

sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia lebih besar

dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan

insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal

reflux disease (GERD), stroke, penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.

Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh atau

pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh,

sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur

siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.

'Belajar' insomnia. Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan tentang

tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh tertidur.

Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka berada jauh

dari lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka tidak mencoba untuk tidur,

seperti ketika mereka menonton TV atau membaca.3,8

Faktor Resiko Insomnia

17
Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi resiko

insomnia meningkat jika terjadi pada:

Wanita. Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan hormon selama

siklus menstruasi dan menopause mungkin memainkan peran. Selama menopause,

sering berkeringat pada malam hari dan hot flashes sering mengganggu tidur.

Usia lebih dari 60 tahun. Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia

meningkat sejalan dengan usia.

Memiliki gangguan kesehatan mental. Banyak gangguan, termasuk depresi,

kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress disorder, mengganggu tidur.

Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang seperti

kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan insomnia kronis.

Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan risiko terjadinya insomnia.

Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja. Bekerja di malam hari sering

meningkatkan resiko insomnia.1,4

Klasifikasi Insomnia

Berdasarkan International Classification of Sleep Disordes yang direvisi,

insomnia diklasifikasikan menjadi:


a. Acute insomnia
b. Psychophysiologic insomnia
c. Paradoxical insomnia (sleep-state misperception)
d. Idiopathic insomnia
e. Insomnia due to mental disorder
f. Inadequate sleep hygiene
g. Behavioral insomnia of childhood
h. Insomnia due to drug or substance
i. Insomnia due to medical condition
j. Insomnia not due to substance or known physiologic condition,
18
unspecified (nonorganic)
8
k. Physiologic insomnia, unspecified (organic)

Diagnosis

Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:

Pola tidur penderita.


Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
Tingkatan stres psikis.
Riwayat medis.
Aktivitas fisik
Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.

Sebagai tambahannya, dokter akan melengkapi kuisioner untuk menentukan pola

tidur dan tingkat kebutuhan tidur selama 1 hari. Jika tidak dilakukan pengisian kuisioner,

untuk mencapai tujuan yang sama Anda bisa mencatat waktu tidur Anda selama 2

minggu.

Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menemukan adanya suatu permasalahan

yang bisa menyebabkan insomnia. Ada kalanya pemeriksaan darah juga dilakukan untuk

menemukan masalah pada tyroid atau pada hal lain yang bisa menyebabkan insomnia.

Jika penyebab dari insomnia tidak ditemukan, akan dilakukan pemantauan dan

pencatatan selama tidur yang mencangkup gelombang otak, pernapasan, nadi, gerakan

mata, dan gerakan tubuh.5

Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ6

Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:

19
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau

kualitas tidur yang buruk


b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan

terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari


d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan

penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan

pekerjaan
Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan

diagnosis insomnia diabaikan.


Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan adanya

gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan yang tidak

memenuhi kriteria di atas (seperti pada transient insomnia) tidak didiagnosis di

sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0) atau gangguan

penyesuaian (F43.2)

Tatalaksana

1. Non Farmakoterapi
a. Terapi Tingkah Laku

Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan

mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku ini

umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita

insomnia.

Terapi tingkah laku meliputi

- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.


- Teknik Relaksasi.

20
Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat biofeedback, dan

latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi kecemasan saat

tidur. Strategi ini dapat membantu Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus

otot, dan mood.

- Terapi kognitif.
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran

yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau

dalam grup.
- Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudakan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk

beraktivitas.
- Restriksi Tidur.
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di tempat

tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.3,5


b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :



Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur


Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.


Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.


Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.


Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan

pernapasan atau beribadah



Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur

pada malam hari.

21

Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari

kebisingan

Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap

hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.



Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin


Menghindari makan besar sebelum tidur


Cek kesehatan secara rutin


Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik1,2,3,5

2. Farmakologi
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan yaitu

benzodiazepine dan non-benzodiazepine.


a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :


-
Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur)
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Sleep inducing anti-insomnia yaitu

golongan benzodiazepine (Short Acting)


Misalnya pada gangguan anxietas
-
Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk

kembali ke proses tidur selanjutnya)


Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Prolong latent phase Anti-Insomnia,

yaitu golongan heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik)


Misalnya pada gangguan depresi
-
Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-

pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening).

22
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Sleep Maintining Anti-Insomnia,

yaitu golongan phenobarbital atau golongan benzodiazepine (Long acting).


Misalnya pada gangguan stres psikososial.

Pengaturan Dosis
-
Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi tidur.
-
Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan

sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off (untuk mencegah

timbulnya rebound dan toleransi obat)


-
Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih

perlahan-lahan, untuk menghindari oversedation dan intoksikasi


-
Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-3 kali

seminggu (tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada usia lanjut

Lama Pemberian
-
Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak lebih

dari 2 minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2

minggu dapat menimbulkan perubahan Sleep EEG yang menetap sekitar 6

bulan lamanya.
-
Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena Psychological

Dependence (habiatuasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan tidur

dapat ditanggulangi.

Efek Samping

23
Supresi SSP (susunan saraf pusat) pada saat tidur

Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat anti-

insomnia (waktu paruh) :


-
Waktu paruh singkat, seperti Triazolam (sekitar 4 jam) gejala rebound

lebih berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik
-
Waktu paruh sedang, seperti Estazolam gejala rebound lebih ringan
-
Waktu paruh panjang, seperti Nitrazepam menimbulkan gejala hang

over pada pagi harinya dan juga intensifying daytime sleepiness

Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dapat terjadi

disinhibiting effect yang menyebabkan rage reaction

Interaksi obat
-
Obat anti-insomnia + CNS Depressants (alkohol dll) menimbulkan potensiasi

efek supresi SSP yang dapat menyebabkan oversedation and respiratory

failure
-
Obat golongan benzodiazepine tidak menginduksi hepatic microsomal

enzyme atau produce protein binding displacement sehingga jarang

menimbulkan interaksi obat atau dengan kondisi medik tertentu.


-
Overdosis jarang menimbulkan kematian, tetapi bila disertai alkohol atau

CNS Depressant lain, resiko kematian akan meningkat.

Perhatian Khusus
-
Kontraindikasi :
o Sleep apneu syndrome

24
o Congestive Heart Failure
o Chronic Respiratory Disease
-
Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko

menimbulkan teratogenic effect (e.g.cleft-palate abnormalities) khususnya

pada trimester pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan melalui ASI,

berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP)1,3,7

Komplikasi

Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur. Insomnia

dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.

Komplikasi insomnia meliputi

Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.

Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan reaksi

kecelakaan.

Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi

Kelebihan berat badan atau kegemukan

Daya tahan tubuh yang rendah

Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya tekanan

darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.

Prognosis

Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada gangguan lain

spt depresi dll

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H.I, Sadock BJ. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Ed:
Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher

2. American Academy of Sleep Medicine. ICSD2 - International Classification of


Sleep Disorders. American Academy of Sleep Medicine Diagnostic and Coding

26
Manual . Diagnostik dan Coding Manual. 2nd. 2. Westchester, Ill: American
Academy of Sleep Medicine; 2005:1-32.

3. Zeidler, M.R. 2011. Insomnia. Editor: Selim R Benbadis.


(http://www.emedicina.medscape.com/article/1187829.com Diakses tanggal 4
januari 2017)

4. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Ed 6. Jakarta: EGC

5. Insomnia.
(http://www.mayoclinic.com/health/insomnia/DS00187/DSECTION=alternative-
medicine Diakses tanggal 4 januari 2017)

6. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

7. Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

8. Gelder, Michael G, etc. 2003. New Oxford Textbook of Psychiatry. London:


Oxford University Press

27

Anda mungkin juga menyukai