Anda di halaman 1dari 7

1.

Lalat Hitam

Taksonomi

Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Subordo: Nematocera
Family: Simuliidae

Penyakit yang dapat ditularkan oleh Simuliidae banyak sekali, antara lain adalah
Onkosersiasis atau River blindness disease oleh Onchocerca volvulus pada
manusia di Afrika, Amerika latin dan Amerika tengah, Onkosersiasis pada sapi
oleh O. bovis, O. gutturosa, O. linealis, Onkosersiasis pada rusa oleh O. tarsicola,
Mansonellosis oleh Mansonella ozzardi pada manusia di Amerika latin,
Leukositozoonosis oleh Leucocytozoon simondi pada itik, L smithi pada kalkun,
Trypanosomiasis pada unggas oleh Trypanosoma confusum. Selain dapat
menularkan penyakit adalah peranan sebagai penghisap darah yang sangat
mengganggu hewan dan manusia.

1. Morfologi

Gambar. Lalat Hitam

(Sumber: web.ipb.ac.id)

Penglihatan (mata) memainkan peran penting dalam perilaku Simulium. Lalat ini
mempunyai hamper seratus mata (ommatidia). Sebagi mata majemuk, mata-
mata ini terletak pada bagian atas kepalanya. Pada yang betina setiap
ommatidia berukuran kecil (10-15 mikron) dan mata majemuk ini terpisah
dengan baik di atas antena (dikhoptik). Pada yang jantan mata majemuk lebih
besar dan bersentuhan satu sama lain (holoptik), dan ommatidia bagian bawah
menyerupai betina tetapi yang bagian atas sangat besarbesar (25-40 mikron).
Antenanya kokoh seperti tanduk, beruas-ruas, umumnya 11 ruas, baik pada
jantan maupun betina. Meskipun demikian ada juga yang memiliki 10 ruas
seperti pada jenis Austrosimulium, dan 9 ruas pada jenis Prosimulium dari
Amerika Utara. Palpinya terdiri atas 5 ruas agak lebih panjang dari pada
probosisnya yang pendek. Ruas ketiga palpi memiliki alat sensoris yang besar.
Maksila dan mandibula pada yang jantan dan beberapa jenis betina yang tidak
menghisap darah tidak bergerigi. Jantan berbeda dari yang betina oleh besarnya
punuk pada toraks, merah dan besarnya mata, langsingnya abdomen dan
adanya sepasang klasper yang terlihat pada ujung abdomen. Sayapnya pendek
(1.5-6.0 mm), lebar, tidak berwarna dan transparan, dengan lobus anal yang
besar. Venasi sangat khas dengan vena radial yang berkembang baik sepanjang
sisi anterior sayap dan vena-vena median dan kubital lemah di posterior.
Abdomennya terdiri atas 8 ruas, tiga ruas terakhir terdapat alat kelamin
(genitalia) dan tidak terlihat. Ujung abdomen jantan lebih kompak dan relatif
tidak tampak. Betina mempunya satu spermateka yang bentuknya subsperikal
( agak membulat). Lalat ini mengalami metamorfosis sempurna.

2. Siklus Hidup

Gambar. Siklus Hidup Lalat Hitam

(Sumber: insects.tamu.edu )
Lalat hitam mengalami metamorfosis sempurna. Hitam lalat berkembang biak di
air yang mengalir dari sungai dan sungai untuk saluran irigasi. Setelah kawin
deposito betina telur dibuahi di bebatuan atau substrat lainnya di dalam air
mengalir deras. Larva keluar dari telur dan mengembangkan akuatis, makan
pada alga dan bahan organik mengalir dengan dalam air yang bergerak. Larva
melewati enam tahapan sebelum mencapai tahap kepompong. Dalam 7-10 hari
mereka berkembang menjadi pupa. Dewasa muncul dari kasus kepompong
melalui celah dan float ke permukaan pada gelembung udara. Dewasa muncul
hidup dari 2-3 minggu. Mereka biasanya ditemukan dari musim semi sampai
musim gugur, dengan angka terbesar muncul pada akhir musim semi dan musim
panas. Mereka aktif pada siang hari, dengan aktivitas puncak pada pagi dan sore
hari.

3. Cara Penularan

Simulium menusuk kulit dan mengisap darah manusia maka mikrofilariaakan


terisap oleh lalat, kemudian mikrofilaria menembus lambung lalat, masuk ke
dalam otottoraks. Setelah 6 8 hari berganti kulit dua kali dan menjadi larva
infektif. Larva infektif masuk ke dalam probosis lalat dan dikeluarkan bila lalat
mengisap darah manusia. Larvamasuk lagi ke dalam jaringan ikat menjadi
dewasa dalam tubuh hospes dan mengeluarkan mikrofilaria. Mikrofilaria tersebut
menimbulkan kerusakan organ-organ tubuh manusia yang diserangnya

4. Patenogenesis

Lalat hitam yang menyebabkan penyakit ini, tidak terdeteksi


patogenesisnya.

5. Pengendalian

Tempat perindukan vektor (Simulium) terdapat di daerah pegunungan yang


mempunyai air sungai yang deras. Lalat ini suka menggigit manusia di sekitar
sungai perindukannya. Penyakit ditemukan baik pada orang dewasa maupun
pada anak. Infeksi yang menahun seringkali diakhiri dengan kebutaan.
Kebutaan terjadi pada penduduk yang berdekatan dengan sungai, makin jauh
dari sungai kebutaan makin kurang dan oleh karena itu penyakit ini dikenal
denganriver blindness. Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan lalat
Simulium atau memakai pakaian tebal yang menutupi seluruh tubuh. Sungai
yang beraliran deras menjadi habitat Simulium sp.

6. Epidemiologi

Di Indonesia saat ini telah dilaporkan hanya ada satu genus


yaitu Simulium dengan sekitar 100 spesies tersebar di seluruh tanah air. Di pulau
Jawa sendiri monograf terkhir menunjukkan bahwa ada 22 spesies, antara
lain Simulium sigiti, S. javaense, S. parahiyangum dan S. upikae (Takaoka &
Davies 1996). Nama-nama yang mengikuti spesies tersebut ada nama orang dan
nama daerah. Sistem penamaan ini mengikuti sistem tata nama yang berlaku di
dalam taksonomi hewan secara umum.

2. Lalat Tsetse

Taksonomi

Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Subfilum: Hexapoda
Kelas: Insecta
Subkelas: Pterygota
Ordo: Diptera
Subordo: Brachycera
Superfamili: Hippoboscoidea
Famili: Glossinidae

Tsetse adalah carrier (pembawa) bagi parasit Trypanosomiasis, jadi Tsetse tidak
menghasilkan racun dan tidak berbahaya sebelum ia sendiri tertular
Trypanosomiasis. Lalat ini suka menghisap darah, apabila darah korbannya telah
terinfeksi Trypanosomiasis maka Tsetse akan tertular parasit tersebut dan dapat
menyebarkan ke korban-korban berikutnya yang dihisap darahnya, karena air liur
dari lalat ini ikut masuk kedalam lubang gigitan saat ia menghisap darah. Gejala-
gejala yang ditemukan untuk penyakit ini yaitu pada tempat gigitan lalat tse tse.
Gejala lain yang ditemukan adalah demam, sakit kepala yang amat sangat,
insomnia, pembengkakan kelenjar limfe tanpa disertai rasa sakit, dan berat
badan menurun. Lalat ini merupakan hospes perantara dari Trypanosoma
gambiense. Trypanosomiasis Gambia adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Trypanosoma gambiense. Penyakit ini disebut juga West African
Trypanosomiasis atau West African Sleeping Sickness.

1. Morfologi
Gambar. Lalat Tsetse

(Sumber: http://republik-tawon.blogspot.com)

Tsetse adalah lalat berukuran cukup besar dan berasal dari Afrika yang hidup
dengan cara mengisap darah dari binatang bertulang belakang (vertebrata).
Tsetse meliputi seluruh lalat dari genus Glossina dari famili Glossinidae. Tsetse
telah lama diteliti oleh ilmuwan karena mereka merupakan parantara biologis
dari trypanosomi Afrika yang mengakibatkan penyakit yang mematikan
termasuk sleeping sickness pada manusia dan nagana pada ternak.

2. Siklus Hidup

Gambar. Siklus Hidup Lalat Tsetse

(Sumber: http://republik-tawon.blogspot.com)

Lalat tsetse menjalani metamorfosis sempurna yang terdiri dari 4 fase, yaitu fase
telur. Larva belatung (maggot), kepompong dan lalat dewasa. Induk lalat
menyimpan telurnya di dalam tubuhnya hingga menetas menjadi larva. Larva
yang baru menetas tersebut tetap berada di dalam tubuh induknya dan hidup
mengonsumsi senyawa yang mirip cairan susu yang dihasilkan oleh induknya.
Jika larvanya telah memasuki ukuran tertentu, larva ini baru akan keluar dari
tubuh induknya. Larva lalat tsetse akan segera mencari tempat yang terlindungi
untuk berubah menjadi pupa. Masa pupa atau kepompong berlangsung selama
beberapa hari, setelah itu tsetse dewasa akan keluar. Fase dewasa ini. Lalat
tsetse hanya hidup dari menghisap darah manusia dan dapat bertahan hidup
hingga usia 4 bulan.

3. Cara Penularan

Lalat tsetse menggigit manusia / hewan vertebrata biasanya pada siang hari.
Penularan terjadi melaui gigitan lalat tsetse Glossina infektif. Lalat tsetse
terinfeksi karena menghisap darah manusia atau binatang yang mengandung
trypanosoma. Parasit berkembang biak dalam tubuh lalat selama 12 30 hari,
tergantung pada suhu dan faktor-faktor lain, sampai terjadi bentuk infektif di
dalam kelenjar-kelenjar ludahnya. Sekali terinfeksi lalat tsetse akan tetap infektif
selama hidupnya (rata-rata 3 bulan, bisa sampai 10 bulan). Infeksi pada lalat
tidak diturunkan ke generasi lalat berikutnya. Penularan langsung secara
mekanis dapat terjadi melalui darah pada probosis Glossina dan serangga
penggigit lainnya, seperti lalat kuda, atau karena kecelakaan di laboratorium.

4. Patogenesis

Akibat gigitan lalat ini hanya kecil. Orang mungkin menjadi rentan
terhadap air liurnya.

5. Pengendalian

Cara pencegahan yang utama adalah tentu saja berusaha agar tidak tergigit oleh Tsetse, hindari
wilayah yang merupakan habitat Tsetse, kemudian berusaha agar tubuh senantiasa fit dan sehat,
Trypanosomiasis secara natural dapat terbasmi oleh kekebalan tubuh yang baik. Celakanya korban
gigitan baik yang selamat karena memiliki kekebalan tubuh yang baik atau yang berhasil diobatipun
telah menjadi carrier bagi Trypanosomiasis, sehingga berpotensi menularkan penyakitnya melalui
transfusi atau perantara Tsetse.

6. epidemiologi

Tsetse hidup di daerah berair seperti danau, rawa, dan juga wilayah hutan atau padang rumput yang
lembab. Masa hidupnya adalah sekitar 30 hingga 90 hari, namun dalam masa hidupnya yang pendek
itu Tsetse dapat menyebarkan petaka pada banyak korbannya. Diperkirakan hampir 300 ribu orang
meninggal setiap tahunnya akibat parasit Trypanosomiasis, akibat kurangnya obat-obatan dan
keterlambatan diagnosa.

Anda mungkin juga menyukai