Anda di halaman 1dari 22

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi Paru

Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi) dan


berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi). Fungsinya adalah
menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah. Paru-paru terdiri
dari organ-organ yang sangat kompleks. Bernapas terutama digerakkan oleh otot
diafragma (otot yang terletak antara dada dan perut). Saat menghirup udara, otot
diafragma akan mendatar, ruang yang menampung paru-paru akan meluas. Begitu
pula sebaliknya, saat menghembuskan udara, diafragma akan mengerut dan paru-
paru akan mengempis mengeluarkan udara. 1,2

Akibatnya, udara terhirup masuk dan terdorong keluar paru-paru melalui


trakea dan tube bronchial atau bronchi, yang bercabang-cabang dan ujungnya
merupakan alveoli, yakni kantung-kantung kecil yang dikelilingi kapiler yang
berisi darah. Di sini oksigen dari udara berdifusi ke dalam darah, dan kemudian
dibawa oleh hemoglobin.2

Selama hidup paru kanan dan kiri lunak dan berbentuk seperti spons dan
sangat elastic. Jika rongga thorax dibuka volume paru akan segera mengecil
sampai 1/3 atau kurang. Paru-paru terletak di samping kanan dan kiri
mediastinum. Paru satu dengan yang lain dipisahkan oleh jantung dan pembuluh-
pembuluh besar serta struktur lain di dalam mediastinum. Masing-masing paru
berbentuk kerucut dan diliputi oleh pleura visceralis, dan terdapat bebas di dalam
cavitas pleuralis masing-masing, hanya dilekatkan pada mediastinum oleh radix
pulmonalis. 1,2

Setiap paru-paru memiliki :

a. Apeks : tumpul, menonjol ke atas ke dalam leher sekitar 2,5cm di atas


clavicula
b. Permukaan costo-vertebral : menempel pada bagian dalam dinding dada
c. Permukaan mediastinal : menempel pada pericardium dan jantung
d. Basis pulmonis : terletak pada diafragma

13
Batas-batas paru :

a. Apeks : atas paru (atas costae) sampai dengan di atas clavicula


b. Atas : dari clavicula sampai dengan costae II depan
c. Tengah : dari costae II sampai dengan costae IV
d. Bawah : dari costae IV sampai dengan diafragma

Gambar 1. Lobus Paru Dextra dan Sinistra

14
Gambar 2. Segmen Paru Dextra dan Sinistra

Gambar 4. Batas-batas Paru

15
Gambar 6. Gambaran Radiologi Paru Normal

1.2 Bronchus

Bronchus terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-


kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus Terdiri dari :
Bronkus Principalis
Bronkus Lobaris
Bronkus Segmentalis
Bronckus kanan lebih pendek, lebih lebar dan lebih vertikal
daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus
lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang
kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum di belah menjadi
beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.3

16
Gambar 7. Pembagian Bronkus

1.3 Alveolus

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus respiratorius
yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya.
Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolus dan sakus alveolaris
terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau kadang disebut lobolus primer.
Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris.
Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori Kohn.3

Gambar 8. Struktur Alveoli

2. Fisiologi Paru

Fungsi utama pernapasan :

17
Memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh.
Mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel.

Proses pernapasan dibagi menjadi dua :


Respirasi internal :
Proses metabolik intraseluler yang terjadi di mitokondria meliputi
konsumsi O2 dan produksi CO2 selama pengambilan energi dari molekul-
molekul nutrient

Respirasi eksternal :
Proses pertukaran O2 dan CO2 antara sel-sel dalam tubuh dengan
lingkungan luar.

Proses respirasi eksternal terdiri atas :

1. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara luar ( udara dalam atmosfer ) dengan
udara dalam alveol paru. Hal ini melalui aksi mekanik pernapasan disebut
ventilasi . Kecepatan ventilasi diatur sesuai dengan kebutuhan ambilan O2
dan pembentukan CO2 dalam tubuh.
2. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara alveol dengan darah dipembuluh
kapiler paru melalui proses difusi.
3. Pengangkutan O2 dan CO2 oleh sistem peredaran darah dari paru ke
jaringan dan sebaliknya.
4. Pertukaran O2 dan CO2 dalam pembuluh darah dengan sel-sel jaringan
melalui proses difusi. 2

18

Gambar 9. Proses respirasi luar


3. Tumor Paru

3.1 Pengertian Tumor Paru


Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan
baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan
letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan
pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung Cancer) dan NSLC (Non Small
Cell Lung Cancer/Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel
besar).1 Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal
dari saluran napas.
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian
besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal
dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. Kanker paru merupakan
abnormalitas dari sel sel yang mengalami proliferasi dalam paru. 5

3.2 Etiologi

Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker


paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang
dihisap, semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya
sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada
wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat
bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter,
gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru,

19
meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan
polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. 1,2
Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di
rumah tangga. Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma
sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan
parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis.2

Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru akibat akumulasi bertahap kelainan genetik
yang menyebabkan transformasi epitel bronkus jinak menjadi jaringan
neoplastik. Rangkaian perubahan molekular tidak bersifat acak, tetapi
mengikuti suatu sekuensi yang sejajar dengan perkembangan histologik
menjadi kanker.1,2
Perubahan genetik tertentu, seperti hilangnya bahan kromosom 3p (gen
penekan tumor), dapat ditemukan, bahkan pada epitel bronkus jinak pasien
kanker paru, serta di epitel pernapasan perokok yang tidak mengidap kanker
paru, yang mengisyaratkan bahwa pajanan ke karsinogen menyebabkan
mukosa pernapasan secara luas mengalami mutagenisasi. Dalam kaitannya
dengan pengaruh karsinogenik, terdapat bukti kuat bahwa merokok dan
gangguan lain dari lingkungan, merupakan penyebab perubahan genetic yang
menyebabkan kanker paru.1,2

Gambar 10. Akumulasi


dari perubahan progresif
yang bertahap dari kanker
paru. Menunjukan adanya
konsekuensi biologis yang

3.3 Patofisiologi dihasilkan dari perubahan


Dari etiologi yang menyerang percabangan genetik
segmen/ sub bronkus
dan epigenetik.

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan


karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.

20
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam. Wheezing unilateral dapat terdengar pada
auskultasi.2
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.2
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor
lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan
resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya
zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan
sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk
memicu timbulnya penyakit tumor.2
Intiation agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis
yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari
komponen genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan
yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya
tumor, hal ini berlangsung lama mingguan sampai tahunan.2
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa). Karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar
(tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel
kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar
dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli.
Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga
mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan
adenokarsinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.2

3.4 Manifestasi Klinis

Gejala kanker paru-paru tergantung kepada jenis, lokasi dan cara


penyebarannya. Biasanya gejala utama adalah batuk yang menetap. Penderita
bronkitis kronis yang menderita kanker paru-paru seringkali menyadari bahwa

21
batuknya semakin memburuk. Dahak bisa mengandung darah. Jika kanker
tumbuh ke dalam pembuluh darah dibawahnya, bisa menyebabkan perdarahan
hebat.
Kanker bisa menyebabkan bunyi mengi karena terjadi penyempitan
saluran udara di dalam atau di sekitar tempat tumbuhnya kanker. Penyumbatan
bronkus bisa menyebabkan kolaps pada bagian paru-paru yang merupakan
percabangan dari bronkus tersebut, keadaan ini disebut atelektasis. Akibat
lainnya adalah pneumonia dengan gejala berupa batuk, demam, nyeri dada dan
sesak nafas. Jika tumor tumbuh ke dalam dinding dada, bisa menyebabkan
nyeri dada yang menetap.
Gejala yang timbul kemudian adalah hilangnya nafsu makan,
penurunan berat badan dan kelemahan. Kanker paru seringkali menyebabkan
penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura), sehingga penderita
mengalami sesak nafas. Jika kanker menyebar di dalam paru-paru, bisa terjadi
sesak nafas yang hebat, kadar oksigen darah yang rendah dan gagal jantung.
Kanker di puncak paru-paru bisa tumbuh ke dalam saraf yang menuju
ke lengan sehingga lengan terasa nyeri, mati rasa dan lemah. Kerusakan juga
bisa terjadi pada saraf pita suara sehingga suara penderita menjadi serak.
Kanker bisa tumbuh secara langsung ke dalam kerongkongan, atau tumbuh di
dekat kerongkongan dan menekannya, sehingga terjadi gangguan menelan.
Kadang terbentuk saluran abnormal (fistula) diantara kerongkongan dan
bronki, menyebabkan batuk hebat selama proses menelan berlangsung, karena
makanan dan cairan masuk ke dalam paru-paru.
Kanker paru-paru bisa tumbuh ke dalam jantung dan menyebabkan:
- irama jantung yang abnormal
- pembesaran jantung
- penimbunan cairan di kantong perikardial.
Kanker juga bisa tumbuh di sekitar vena kava superior. Penyumbatan
vena ini menyebabkan darah mengalir kembali ke atas, yaitu ke dalam vena
lainnya dari bagian tubuh sebelah atas:
- vena di dinding dada akan membesar
- wajah, leher dan dinding dada sebelah atas (termasuk payudara) akan
membengkak dan tampak berwarna keunguan.

22
Keadaan ini juga menyebabkan sesak nafas, sakit kepala, gangguan
penglihatan, pusing dan perasaan mengantuk. Gejala tersebut biasanya akan
memburuk jika penderita membungkuk ke depan atau berbaring.2,3

3.5 Pemeriksaan diagnostik


1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effusi pleural, atelektasis,
erosi tulang rusuk atau vertebra.4
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
c. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
d. PET-Scan, modalitas pencitraan untuk membedakan jaringan tumor
dengan jaringan normal berdasarkan aktivitas biologi.5

2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.5

3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.
d. Mediastinoskopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor. 5

23
3.6 Pembagian Tumor Paru
3.6.1 Tumor Jinak Paru
Tumor jinak paru jarang dijumpai, hanya sekitar 2% dari seluruh tumor
paru, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin, karena
tumor jinak jarang memberikan keluhan dan tumbuh lambat sekali. Tumor
jinak paru yang sering dijumpai adalah hamartoma. Jenis tumor jinak lain
yang lebih jarang dijumpai adalah fibroma, kondroma, lipoma, hemangioma,
tumor neurogenik, papiloma, leiomiofibroma, dan lain-lain.6

3.6.2 Tumor Ganas Paru


Semua keganasan mengenai paru, baik berasal dari paru sendiri
maupun dari tempat lain yang bermetastasis ke paru. 1,3
Gambar 11. Klasifikasi Tumor Ganas Paru Primer

Sebagian besar (45-60%) tumor ganas paru termasuk karsinoma


bronkogen adalah jenis adenokarsinoma. Agaknya insiden karsinoma paru
mempunyai kecenderungan meningkat, mungkin berhubungan dengan
meningkatnya polusi udara dan mental stress yang sering dihubung-
hubungkan. Salah satu pendekatan diagnosis dini adalah pemeriksaan
radiologik. 3
Dikatakan karsinoma epidermoid ditemukan terutama pada laki-
laki dengan rasio 10-20 banding 1 dengan golongan umur terbanyak pada
60 tahun. Karsinoma epidermoid dapat mengalami nekrosis dan

24
membentuk kavitas; tumor ini dapat menjalar melalui hematogen pada
stadium lanjut. 3
Adenokarsinoma lebih sering ditemukan pada wanita dan letaknya
sering di perifer paru, kadang-kadang di sentral, perkembangan jenis
tumor ini cepat dan cepat bermetastasis melalui hematogen atau limfogen.3
Gambar 12. Staging Kanker Paru

3.7 Gambaran radiologik

Nodul paru (Coin Lesion)

Ukuran dari nodul bila lebih dari 5 cm memilikki 95% kemungkinan


keganasan. Kalsifikasi merupakan penentu terpenting dalam membedakan
massa jinak dengan ganas, adanya kalsifikasi biasanya ditemukan dengan
CT scan. Lesi yang mengandung kalsium kemungkinan besar jinak. Batas
berupa lobulasi, shagginess, spikulasi menunjukkan adanya keganasan.

25
Perubahan ukuran dengan berjalanya waktu diperlukan pemeriksaan
sebelumnya atau pemeriksaan follow up pada nodul yang diduga akan
memberikan dasar perbandingan ukuran dari waktu ke waktu.

Pada keadaan keganasan cendrung untuk terjadinya peningkatan


ukuran dalam waktu tertentu yang dapat menunjukkan adanya
suatu inflamasi sebagai etiologi (berubah dalam minggu) atau
terlalu lama yang menujukan suatu lesi jinak (tidak berubah pada
waktu tertentu).
Adenocarcinoma tumbuh dengan lambat.
Karsinoma sel skuamosa dan small cell carcinoma cendrung untuk
tumbuh lebih cepat.
Large cell carcinoma cendrung untuk tumbuh sangat cepat.7

Lesi jinak yang dapat menyebabkan nodul paru soliter

Hamartoma adalah tumor yang terletak diperifer dari jaringan paru


yang mengalami disorganisasi yang memilikki karakteristik mengandung
lemak dan kalsifikasi pada CT scan. Kalsifikasi klasik dari hamartoma
disebut kalsifikasi popcorn. Selain itu, lesi yang tidak memproduksi nodul
paru soliter termaksuk nodul rhematoid, penyakit jamur seperti
nocardiosis, arteriovenous malformation, dan Wegeners granulomatosis.
Ateletaksis bundar dapat menyerupai nodul paru soliter.4

Gambar 13. Terdapat massa pada lobus kanan atas

26
Gambar 14. CT Scan dengan kontras menunjukan suatu lesi berlobulasi
dengan ukuran > 2 cm dan kalsifikasi popcorn eksentrik yang menunjukan
kemungkian etiologinya merupakan hamartoma paru

Sclerosing hemangioma pada radiografi dada muncul sebagai


massa berbentuk bulat atau oval dengan batas yang tegas. Pada dynamic
CT dan MRI menunjukkan adanya homogeneous enhancement.5

Gambar 15. Kiri Gambaran CT scan non kontras pada jendela


mediastinum yang didapatkan pada bronkus lobaris kiri atas
menunjukan terdapat nodul ovoid pada lobus kiri atas. Nodul
memilikki batas yang tegas dan bagian dalam yang homogen. Kanan
Gambaran CT Scan kontras menunjukkan adanya strong enhancement
pada setengah bagian kanan nodul (panah) dan less enhancement pada
setengah kiri (anak panah)

27
Positron Emission tomografi scan (PET Scan) dapat juga
membantu membedakan nodul jinak dan nodul ganas dan membantu
mendeteksi adanya penyakit metastasis. Biasanya nodul harus berukuran
> 1 cm merupakan evaluasi yang paling dipercaya.8

Pebedaan Tiga Lesi Kavitasi Pada Paru

Lesi Ketebalan dinding kavitas Batas dalam dari kavitas

Karsinoma bronkogenik Tebal Nodular

Tuberkulosis Tipis Halus

Abses paru Tebal Halus

Tumor Pancoast Kanker Paru Apikal

Bermanifestasi sebagai massa jaringan lunak pada apex paru

Paling sering dalam bentuk karsinoma sel skuamosa atau adenokarsinoma

Paling sering menimbulkan destruksi tulang iga disekitarnya

Dapat menginvasi pleksus brakial atau menyebabkan sindrom Horner pada sisi yang terkena

Pada sisi kanan, dapat menimbulkan sindrom vena kava superior

28
Gambar 20. Tomografi komputer (A) dan positron emission
tomography (B) scan pada pasien dengan tumor T1N0M0 (tanda
panah)

Gambar 21. A, CT Scan menunjukkan massa tumor primer untuk stadium


NSCLC (T3N1) (tanda panah). B, CT scan menunjukan terdapat pembesaran
nodi limfe aortopulmoner (tanda panah). C, Positron emission tomography
scan dengan uptake pada tumor primer (gambar sebelah kiri, tanda panah) dan
nodi limfe (gambar kanan, tanda panah)

3.8 PENGOBATAN3

Tumor bronkial jinak biasanya diangkat melalui pembedahan karena bisa


menyumbat bronki dan lama-lama bisa menjadi ganas. Kadang dilakukan
pembedahan pada kanker selain karsinoma sel kecil yang belum menyebar.
Sekitar 10-35% kanker bisa diangkat melalui pembedahan, tetapi pembedahan
tidak selalu membawa kesembuhan. Sebelum pembedahan, dilakukan tes fungsi
paru-paru untuk menentukan apakah paru-paru yang tersisa masih bisa
menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak. Jika hasilnya jelek, maka tidak
mungkin dilakukan pembedahan.

29
Pembedahan tidak perlu dilakukan jika:
- kanker telah menyebar keluar paru-paru
- kanker terlalu dekat dengan trakea
- penderita memiliki keadaan yang serius (misalnya penyakit jantung atau
penyakit paru-paru yang berat).

Terapi penyinaran dilakukan pada penderita yang tidak dapat menjalani


pembedahan karena mereka memiliki penyakit lain yang serius.
Tujuan dari penyinaran adalah memperlambat pertumbuhan kanker, bukan untuk
penyembuhan. Terapi penyinaran juga bisa mengurangi nyeri otot, sindroma vena
kava superior dan penekanan saraf tulang belakang. Tetapi terapi penyinaran bisa
menyebabkan peradang paru-paru (pneumonitis karena penyinaran), dengan
gejala berupa batuk, sesak nafas dan demam. Gejala ini bisa dikurangi dengan
corticosteroid (misalnya prednisone).
Pada saat terdiagnosis, karsinoma sel kecil hampir selalu telah menyebar ke
bagian tubuh lainnya, sehingga tidak mungkin dilakukan pembedahan. Kanker ini
diobati dengan kemoterapi, kadang disetai terapi penyinaran.
Penderita kanker paru-paru banyak yang mengalami penurunan fungsi paru-
paru. Untuk mengurangi gangguan pernafasan bisa diberikan terapi oksigen dan
obat yang melebarkan saluran udara (bronkodilator).

3.9 PENCEGAHAN3

Tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker paru-paru, tetapi Anda dapat
mengurangi risiko jika Anda:

1. Tidak merokok. Jika Anda belum pernah merokok, jangan mulai.


Bicaralah dengan anak-anak Anda untuk tidak merokok sehingga mereka
bisa memahami bagaimana untuk menghindari faktor risiko utama kanker
paru-paru.

2. Hindari asap rokok.

30
3. Hindari karsinogen di tempat kerja. Tindakan pencegahan untuk
melindungi diri dari paparan bahan kimia beracun di tempat kerja. Resiko
kerusakan paru-paru dari karsinogen ini meningkat jika Anda merokok.

4. Makan makanan yang mengandung buah-buahan dan sayuran. Pilih diet


sehat dengan berbagai buah-buahan dan sayuran. Makanan sumber vitamin
dan nutrisi yang terbaik. Hindari mengambil dosis besar vitamin dalam
bentuk pil, karena mungkin akan berbahaya.

5. Minum alkohol dalam jumlah sedang, jika bisa sama sekali tidak. Batasi
diri Anda untuk satu gelas sehari jika anda seorang wanita atau dua gelas
sehari jika anda seorang laki-laki. Setiap orang usia 65 atau lebih tua harus
minum alkohol tidak lebih dari satu gelas satu hari.

6. Olah raga. Capai minimal 30 menit olah raga pada setiap hari dalam
seminggu. Periksa dengan dokter Anda terlebih dahulu jika Anda belum
berolahraga secara teratur.

3.10 Prognosis3
Sekitar 25-40% penderita tumor yang terisolasi dan tumbuh secara
perlahan, memiliki harapan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya
terdiagnosis. Penderita ini harus melakukan pemeriksaan rutin karena
kanker paru-paru kambuh kembali pada 6-12% penderita yang telah
menjalani pembedah.

31
BAB IV
Analisis Masalah

Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru


yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya
didalam rongga dada. Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang
mengalami proliferasi dalam paru. Sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel
didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker.
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5%) antara lain adenoma,
hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.5
Pada kasus ini, seorang laki-laki berusia 61 tahun datang dengan keluhan

batuk darah sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku 1 tahun yang

lalu mengeluh adanya batuk-batuk yang terjadi kira-kira 10-15 menit. Batuk
disertai dahak berwarna putih, terjadi sering pada pagi hari. Nyeri dada ada,

namun tidak sering, menjalar hingga ke belakang punggung. 6 bulan yang

lalu, pasien mengeluh batuk yang terkadang disertai darah. 2 minggu

sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh batuk disertai darah semakin sering,
mimisan ada, demam pada malam hari ada, keringat malam ada, pusing pada

malam hari ada. Pasien juga mengaku BB telah turun 2 kg sejak tahun lalu.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan pasien tampak sakit sedang, dan tanda-
tanda vital masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan mata didapatkan adanya
konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan thorax bagian pulmo didapatkan adanya
stem fremitus paru kiri lebih kecil dari paru kanan. Selain itu, dijumpai bunyi
vesikuler menurun pada lapang paru kiri.
Pada pemeriksaan penunjang, hasil lab menunjukan adanya peningkatan
nilai dari LED (39 mm/jam) dan LDH (830 U/L). Kadar ureum (16 mg/dL) dan
kreatinin (0,91 mg/dL) terjadi peningkatan. Kalsium (10,0 mg/dL) mengalami
peningkatan. Pada pemeriksaan rontgen thorax, didapatkan adanya gambar yang
menunjukan tampak massa pada lapangan tengah paru kiri, pada proyeksi lateral
tampak pada bagian posterior. Pada pemeriksaan EKG dan USG abdomen tidak
menunjukan adanya kelainan.

32
Hasil yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjuang, dapat disimpulkan bahwa pasien didiagnosis dengan tumor paru kiri.
Pada anamnesis, didapatkan pasien menderita batuk yang disertai adanya nyeri
dada kiri yang menjalar hingga ke belakang punggung. Selain itu, pasien juga
mengeluh batuk disertai bercak darah yang jarang terjadi. Pasien juga mengeluh
adanya mimisan, demam, pusing, keringat malam, dan penurunan berat badan.
Hal ini sesuai dengan gejala dari tumor paru. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
stem fremitus dan bunyi vesikuler yang menurun pada salah satu lapang paru. Hal
ini sesuai dengan pemeriksaan fisik dalam penegakan diagnosis tumor paru.
Pada pemeriksaan tambahan, adanya peningkatan nilai laboratorium LED
dan LDH menunjukan adanya proses inflamasi yang telah berlangsung lama
(kronik) dan kerusakan jaringan. Pada hasil rontgen thorax, didapatkan adanya
gambaran radioopak yang memberikan kesan adanya massa pada paru kiri. Dari
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, penegakan diagnosis tumor paru
pada pasien ini dapat dilakukan.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien menderita tumor
paru kiri. Untuk mengetahui ada/tidaknya metastasis dan jenis tumor, dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lanjutan seperti, CT-Scan, pemeriksaan sitologi
sputum, dan biopsy trans-thoracal. Tatalaksana yang dilakukan adalah kemoterapi
atau radioterapi sesuai dengan tingkatan tumor paru. Selain itu, diberikan terapi
suportif untuk meringankan gejala penyerta.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Fauci, Braundwald, Kasper, Hauser, Longo, Jemeson, Loscalzo. Harrisons


Principal Of Internal Medicine. 18th ed. New York : Mc Graw Hill ; 2012
2. Mason RJ, Broaddus VC, Martin TR, King Jr TE, Schraufnagel DE, Muray JF,
Nadel JA. Murray & Nadels. Textbook Of Respiratory Medicine. 5 th ed.
Philadelphia : Saunders Elsevier ; 2010
3. Sjamsuhidajat, De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah.3rd ed. Jakarta : EGC ; 2010
4. Rasad S. Radiologi Diagnostik. 2nd ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2011
5. Danhert W. Radiology Review Manual. 7th ed. North america : LWW ; 2011
6. Provenzale JM, Nelson RC, Vinson EN. Duke Radiology Case Review. 2nd
ed. North America : LWW ; 2011
7. Mendell J. Core Radiology : A Visual approach to Diagnostic Imaging. 1st ed.
Cambridge : Cambridge University ; 2013
8. Herring W : Learning Radiology : Recognizing the Basics. 2nd Ed.
Philadelphia : Saunders Elsevier ; 2011

34

Anda mungkin juga menyukai