2.2.1. Pendahuluan
Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan
aspal terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan.
Aspal dengan daktilitas yang rendah akan mengalami retak-retak dalam
penggunaannya karena lapisan perkerasan megalami perubahan suhu
yang agak tinggi. Oleh karena itu aspal perlu memiliki daktilitas yang
cukup tinggi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang
yang dapat terbentuk dari bahan bitumen pada 2 cetakan kuningan,akibat
pemeriksaan dengan mesin uji,sebelum bahan bitumen tersebut putus.
Pemeriksaan ini dilakukan pada suhu 25 0.5oC dan dengan kecepatan
tarik mesin 50 mm per menit (dengan toleransi 5%).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah satu sifat
mekanik bahan bitumen yaitu kekenyalan yang diwujudkan dalam bentuk
kemampuannya untuk ditarik yang memenuhi syarat jarak tertentu
(dalam pemeriksaan ini adalah 100 cm) tanpa putus. Apabila bahan
bitumen tidak putus setelah jarak 100 cm, maka dianggap bahan ini
mempunyai sifat daktilitas yang tinggi.
Mesin uji biasanya mempunyai alat ukur sampai dengan 100 cm.
Hal yang sering terjadi dalam pemeriksaan daktilitas adalah bahwa jarak
penarikan sampel umumnya selalu diatas 100 cm yang menunjukkan
bahwa sampel ini mempunyai daktilitas tinggi. Permasalahan yang timbul
adalah akibat keterbatasan mesin uji dalam mengukur jarak putus
sampel, kita tidak mengetahui seberapa besar daktilitas yang dimiliki
benda uji. Oleh karena itu, masih diperlukan jenis pemeriksaan lain yang
dapat mengukur daktilitas maksimum bahan bitumen yang melewati jarak
100 cm.
2.2.5. Kesimpulan