SATELIT PROGRAM:
PENANGGULANGAN GIZI BURUK
Pemberian Makanan Tambahan
Pos Gizi Terpadu
Therapeutic Feeding Center (TFC)
Kebun Gizi
SCREENING STATUS GIZI
Pemantauan Status Gizi
PENYELENGGARAAN TERAPI DIET PASIEN RAWAT INAP
DISUSUN OLEH:
PENCERAH NUSANTARA MENTAWAI
ANGKATAN III
PENCERAH NUSANTARA
PUSKESMAS KECAMATAN SIKAKAP
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
SUMATERA BARAT
2014-2015
1
BAB 1
PENDAHULUAN
sangat kurus menurun dari 13,6 % pada tahun 2007 menjadi 12,1 % pada
tahun 2013. Hasil tersebut secara nasional telah mendekati pencapaian target
prevalensi gizi kurang yang ditetapkan dalam Milleniium Development Goals
(MDGs) yaitu 15,5% pada tahun 2015. Meskipun mendekati target
pencapaian, tetapi kondisi ini tetaplah mencengangkan dan sangat
memprihatinkan.
Potret yang lebih besar tampak pada hasil Riskesdas 2013 yang
menunjukkan bahwa secara nasional Sumatera Barat berada pada urutan ke
13 dari 17 provinsi dimana prevalensi dengan jumlah gizi kurus tertinggi
diatas angka nasional. Hal ini merupakan temuan yang mengkhawatirkan.
Salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014 adalah menurunkan prevalensi balita
gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 15% dan menurunkan prevalensi
balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32%. Uutuk pencapaian RPJMN
tersebut, dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah di tetapakan
8 indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-2014,
yaitu: (1) balita gizi buruk mendapat perawatan; (2) balita ditimbang berat
badannya; (3) bayi usia 0-6 bulan mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif; (4) rumah tangga mengonsumsi garam beriodium; (5) balita 6-59
bulan mendapat kapsul vitamin A; (6) ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (7)
kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi; dan (8) penyediaan stok
cadangan (buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk
daerah bencana.
Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kecamatan Sikakap merupakan
daerah yang cocok untuk dilakukan pembinaan gizi masyarakat, karena
daerah tersebut merupakan daerah yang rawan kejadian malnutrisi. Memiliki
kondisi geografis kepulauan, akses transportasi dan komunikasi yang tersedia
sangat menyulitkan untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan menjadi
penyumbang bagi tingginya kejadian malnutrisi di Kecamatan Sikakap.
Berdasarkan Survey yang dilakukan Puskesmas Sikakap bekerja sama dengan
Pencerah Nusantara II pada tahun 2013 secara Kumulatif ditemukan 43
kejadian gizi buruk dengan sebaran 16 kasus di Desa Taikako, 15 kasus di
3
Desa Matobe, dan 12 kasus di Desa Sikakap. Namun, per januari 2014, kasus
gizi buruk yang ditemukan tersisa 3 orang dengan 1 kasus komplikasi
(cerebral palsy dd developmental delay), 1 kasus gizi buruk berulang, dan 1
kasus gizi kurang yang memburuk ke gizi buruk. Selanjutnya berdasarkan
pemantauan Puskesmas Sikakap, pada bulan September 2014 melalui data
rekapitulasi LB3 Gizi menunjukkan bahwa jumlah BGM keseluruhan 6 orang
(L: 2 orang, P: 4 orang). Jumlah akumulatif kasus gizi buruk sebenarnya
(BB/TB) per Januari 2014-September 2014 yang ditemukan melalui
penjaringan posyandu adalah 1 orang di daerah Taikako dimana anak ini
masih dalam proses perawatan.
Melihat fakta tersebut, Puskesmas Sikakap bekerja sama dengan
Pencerah Nusantara Mentawai tergugah untuk secara aktif turut
menyelesaikan persoalan malnutrisi ini, terutama yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Sikakap, karena bila dibiarkan maka potensi bahanya di
kemudian hari justru lebih besar. Untuk mengatasi masalah malnutrisi perlu
dilakukan berbagai upaya perbaikan gizi masyarakat yang dibentuk, dari, oleh
dan untuk masyarakat dengan pendekatan pelayanan bersifat kuratif, dan
preventif.
Pencerah Nusantara sebagai salah satu komponen yang berfungsi
untuk memperkuat fungsi puskesmas tergerak untuk menjalankan program
peningkatan pelayanan gizi masyarakat. Program yang dirancang merupakan
program yang ditujukan untuk menurunkan angka kejadian malnutrisi.
Program tersebut, antara lain Pemberian Makanan Tambahan (PMT),
pendirian Pos Gizi, Pengaktifan Pusat Pemulihan Gizi (PPG), dan
Pemantauan Status Gizi.
1.2 Tujuan Utama
Meningkatkan kualitas dan kuantitas anak-anak dengan status gizi baik di
wilayah Kecamatan Sikakap.
4
BAB II
SATELIT PROGRAM
5. Rincian Kegiatan
Kegiatan PMT berbasis makanan lokal bagi balita berusia 6-59 bulan
yang diterapkan oleh Pencerah Nusantara batch 3, Puskesmas
Sikakap dan Kader posyandu merupakan serangkaian kegiatan
sebagai berikut :
1) Persiapan
a) Puskesmas
Sosialisasi dari puskesmas ke kader tentang rencana
pelaksanaan PMT yang menggunakan dana penunjang
pelayanan kesehatan yang merujuk pada juknis BOK.
b) Kecamatan
Sosialisasi untuk menggerakkan PKK kecamatan, desa, dan
dusun untuk menerapkan kegiatan PMT di wilayah rawan
malnutrisi.
c) Posyandu
Merencanakan PMT (jadwal, lokasi, jenis dan bentuk
pemberian makanan tambahan) dengan menggunakan bahan
makanan yang tersedia yang didapatkan dari Puskesmas
ataupun dari dana kas yang diperoleh dari iuran uang ibu
balita yang berkunjung ke posyandu.
2) Pelaksanaan
Penyelenggaraan PMT berbasis pangan lokal di posyandu
di dukung dengan kegiatan penyuluhan akan pentingnya
pemberian makanan kepada anak yang diberikan oleh tenaga
kesehatan, kader PKK, kader posyandu dan Pencerah Nusantara
batch 3 kepada keluarga sasaran.
Sama halnya di kuartal dua, proses pelaksanaan PMT pada
kuartal tiga di wilayah kerja Puskesmas Sikakap semakin
memberikan hasil yang memuaskan. Jika di kuartal dua
keberhasilan dapat dilihat dari bagaimana Pencerah Nusantara III
Mentawai dapat menggerakkan berbagai lintas sektoral termasuk
didalamnya kader PKK desa untuk turut bergerak dalam
8
b) Rekomendasi
Terlepas dari berbagai pencapaian di Kuartal I, II dan III
Pencerah Nusantara Batch 3 Mentawai, terus berusaha untuk
mengupayakan agar pemberian makanan tambahan tetap
dilakukan untuk bayi dan balita BGM (Bawah Garis Merah)
lewat pengadaan PMT dari masyarakat, Lembaga swadaya
masyarakat, Kader PKK maupun dari Puskesmas. Selain itu,
kegiatan PMT untuk ibu hamil KEK dan anak sekolah yang
dilaksanakan oleh Puskesmas agar dilaksanakan secara rutin dan
berkelanjutan kedepannya. Agar kegiatan ini dapat berjalan
secara rutin dan terjadwal, maka diharapkan agar memperluas
jalinan kerja sama dengan beberapa NGO yang ada di
Kecamatan Sikakap yang terlibat dalam dunia kesehatan, bekerja
sama dengan masyarakat dan kader posyandu untuk
mengembangkan kembali pelaksanaan kegiatan tersebut. kami
berharap, kerja sama ini dapat mengatasi masalah gizi yang ada
didaerah ini. Mengutif apa yang dikatakan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Pemerintah tidak
akan mampu berjalan sendiri jika masyarakat tidak mempunyai
kemauan untuk berubah menjadi lebih baik.
16
9. Dokumentasi
buruk dan gizi kurang karena tingkat penemuan dini (deteksi dini)
terhadap kasus tersebut yang masih rendah. Seandainya balita yang
mengalami gizi buruk dan gizi kurang telah terdeteksi dan ditangani
lebih dini maka prevalensinya akan menurun.
Salah satu upaya dan terobosan yang dilakukan oleh
Puskesmas Sikakap dan Pencerah Nusantara dalam upaya penurunan
angka prevalensi gizi buruk adalah mendirikan dan mengaktifkan
ulang ruang perawatan balita gizi buruk (Therapeutic Feeding
Centre/TFC). Berbagai permasalahan yang didapatkan terkait
perawatan balita gizi buruk di TFC, mulai dari tingkat kemauan dan
kesadaran ibu balita untuk merawat anaknya di TFC yang masih
rendah. Sebagaimana diketahui bahwa perawatan yang harus dijalani
oleh balita gizi buruk di TFC berkisar 2-3 bulan, hal ini sangat
memberatkan orang tua balita yang rata-rata mata pencahariannya
petani dan nelayan. Mereka merasa berat apabila terlalu lama
meninggalkan rumah dan anaknya yang lain, sehingga hal inilah
yang menjadi alasan mereka menolak untuk merawat anaknya di
TFC.
Menyikapi hal ini, Puskesmas Sikakap bekerja sama dengan
Pencerah Nusantara terus berupaya menemukan terobosan lain
dalam penanganan dan pemulihan balita gizi buruk khususnya balita
gizi buruk yang menolak dirawat di TFC. Terobosan lain yang mulai
diuji coba oleh Puskesmas Sikakap dan Pencerah Nusantara
angkatan kedua sebelumnya adalah Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan (PMT-P) melalui kegiatan program Pos Gizi Terpadu.
Pos Gizi Terpadu merupakan kegiatan yang dirancang oleh Dinas
Kesehatan dengan memanfaatkan kearifan lokal yang dianggap
berhasil mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan
menyebarluaskan kearifan tersebut ke seluruh masyarakat. Kegiatan
pos gizi terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan gizi.
Pada pendekatan pos gizi yang dilakukan pencerah nusantara
angkatan kedua bersama dengan Puskesmas Sikakap mengajak para
19
3. Sasaran
Balita gizi buruk dan kurus usia 6-59 bulan termasuk balita
dengan Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin dan balita
yang tidak mengalami peningkatan berat badan selama 2 kali
berturut-turut (2T) menjadi sasaran prioritas kegiatan Pos Gizi
Terpadu.
4. Rincian Kegiatan
Kegiatan Pos Gizi terpadu merupakan salah satu bentuk uji
coba untuk pelaksanaan pos gizi di Kecamatan Sikakap. Pos Gizi
terpadu sebelumnya pernah dilakukan oleh Pencerah Nusantara
angkatan pertama pada ibulan Agustus 2014 bulan September 2014
di dusun Bukkumonga. Pos Gizi Terpadu merupakan program yang
dikembangkan Pencerah Nusantara angkatan kedua bersama dengan
Puskesmas Sikakap untuk menangani masalah gizi di daerah dengan
temuan gizi buruk terbanyak. Melihat program ini merupakan sebuah
konsep yang jelas dan tepat, pada kuartal pertama penempatan
Pencerah Nusantara angkatan ketiga melakukan advokasi ke Kepala
Puskesmas dan pemegang program gizi untuk merencanakan ulang
kegiatan pos gizi dan menjadikan Pos Gizi terpadu masuk dalam
agenda rutin tahunan Puskesmas untuk mendapatkan anggaran
kegiatan yang bisa bersumber dari Biaya Operasional Kegiatan
(BOK).
Pada kuartal kedua penempatan Pencerah Nusantara mulai
menerapkan kegiatan Pos Gizi di daerah yang sama dengan
sebelumnya yaitu Bukkumonga. Pemilihan daerah tersebut,
dikarenakan di daerah ini terdapat balita gizi buruk bernama Rusti
dengan umur sekarang 34 bulan, berat badan 4,9 Kg dan tinggi
badan 64 cm. Anak ini merupakan pasien lama yang sudah ditangani
Puskesmas dan Pencerah Nusantara sebelumnya melalui program
Pos Gizi Terpadu.
Pada mulanya kegiatan Pos Gizi Terpadu yang dilaksanakan
Pencerah Nusantara angkatan kedua untuk anak Rusti selama 12 hari
21
8. Lampiran 1.
JADWAL KEGIATAN HARIAN
POS GIZI
HARI CATATATAN HARIAN PENANGGUNG
TANGGAL WAKTU
NO KEGIATAN JAWAB
Hari I 13/04/2015 1 Ibu balita mengisi daftar 09.00 sd (Salh satu kader)
kehadiran dan membawa 09.15
kontribusi
2 Menimbang BB peserta dan 09.15 sd Dll
mencatat di buku 09.45
3 Pengenalan dan perbincangan 09.45 sd
tentang berbagai hal yang perlu 10.00
dalam kegiatan Pos Gizi
4 Bermain, bernyanyi, dan 10.00 sd
memainkan permainan edukasi 10.15
balita
5 Praktek mencuci tangan dan 10.15 sd
kemudian menyiapkan makanan 10.25
atau cemilan
6 Berdoa sebelum makan makanan
di bagikan ke peserta Pos Gizi
7 Penyuluhan dan mendiskusikan 10.25 sd (salah satu
topik-topik tentang kesehatan 10.45 petugas kesehatan
Puskesmas)
Lampiran 2.
HASIL PELAKSANAAN POS GIZI TAHAP I
STATUS GIZI
N NAMA NAMA TANGGAL BB TB STATUS GIZI AWAL BB TB
UMUR L/P AKHIR
O BALITA ORTU LAHIR (KG) (CM) (KG) (CM)
BB/U PB/U BB/TB BB/U PB/U BB/TB
1 Rusti Sontina 11-06-2012 34 P 4,1 64 GB SP SK 4,4 64 GB SP SK
2 Risme Sontina 21-08-2010 56 P 12,5 96 GK P N 12,7 96 GK P N
3 Asdina Erna 04-10-2011 42 P 11,1 92 GK N K 11,3 92 GK K N
4 Dwiman Erna 12-07-2012 33 L 9 80 GB SP N 9,1 80 GB SP N
5 Nestika Estina 01-09-2013 19 P 8,2 73 GK P N 8,4 73 GB P N
6 Fitri Nesti 02-04-2011 48 P 12 88 GK SP N 12,2 88 GK SP N
KET :
- GB : Gizi buruk - N : Normal
- GK : Gizi kurang - SK : Sangat kurus
- GB : Gizi Baik - K : Kurus
- SP : Sangat pendek
- P : Pendek
39
9. Lampiran 3.
Dokumentasi
Gambar 2.3 Penimbangan Berat badan awal peserta Pos Gizi dan perbincangan
berbagai hal yang perlu dalam kegiatan Pos Gizi serta penyuluhan tentang Gizi
Buruk.
Gambar 2.5. Petugas kesehatan bersama kader kesehatan memasak bersama untuk
menyediakan menu dalam kegiatan Pos Gizi
Gambar 2.6 Praktek mencuci tangan dan Pemberian susu formula WHO kepada
anak gizi buruk yang dirawat di Pos gizi dengan metode perawatan TFC
41
Gambar 2.7 Menu yang disajikan pada kegiatan Pos Gizi dan kegiatan makan
bersama dalam kegiatan pos gizi.
Bukkumonga
42
5. Rincian Kegiatan
Kegiatan Kebun Gizi berbasis bahan makanan lokal yang
dikembangkan oleh Pencerah Nusantara angkatan 3 dan
Puskesmas Sikakap serta kader posyandu merupakan serangkaian
kegiatan yang meliputi :
1) Persiapan
a) Tingkat Puskesmas
Dalam kegiatan persiapan tingkat puskesmas, peran Pencerah
Nusantara angkatan ketiga adalah menyelenggarakan
pertemuan dengan masing-masing petugas desa untuk
persiapan penyelenggaraan kegiatan kebun gizi meliputi :
pendataan sasaran, dan penetapan jadwal sosialisasi kegiatan.
b) Tingkat posyandu
Sama halnya dengan kuartal pertama, pada kuartal kedua
penempatan Pencerah Nusantara, yang di lakukan adalah
sosialisasi ke kader posyandu tentang rencana pelaksanaan
kegiatan kebun gizi sebagai upaya pengembangan kegiatan
posyandu, dan upaya penanganan masalah gizi yang ada di
wilayah tersebut. Dalam sosialiasi ini, bersama kader
posyandu menetapkan jadwal rutin kegiatan penyelenggaraan
kebun gizi. Bagi kebun gizi percontohan yang diterapkan
pada kuartal pertama dilakukan exit strategi. Srategi ini
merupakan sebuah konsep yang dijalankan dengan tujuan
untuk memandirikan kader posyandu, sehingga mereka dapat
mengembangkan sendiri tanpa bergantung keberadaan
Pencerah Nusantara. Peran Pencerah Nusantara pada kuartal
kedua untuk posyandu yang pernah dibina sebelumnya
sebagai pendamping yang akan memonitoring hasil kegiatan
yang dilaksanakan oleh kader posyandu. Namun, bagi
posyandu yang belum dibina Pencerah Nusantara pada
kuartal pertama, masih dilakukan pendampingan secara rutin
dan terjadwal.
47
c) Tingkat masyarakat
Pencerah Nusantara melakukan sosialisasi ke masyarakat
tentang rencana pelaksanaan kegiatan kebun gizi sebagai
upaya pemanfaatan pekarangan dan lahan yang tersedia.
Sosialisasi ini dilakukan untuk memicu masyarakat untuk
mampu menyediakan berbagai jenis makanan sumber vitamin
dan mineral. Dalam sosialisasi ini, Pencerah Nusantara hanya
melibatkan masyarakat yang benar-benar tertarik untuk
mengolah pekarangan ataupun lahan yang tersedia untuk
dijadikan kebun gizi yang sehat. Sosialisai ke masyarakat
mengenai kegiatan ini melibatkan pemangku kebijakan di
dusun binaan seperti kepala dusun. Sosialisasi dengan
melibatkan kepala dusun merupakan salah satu cara untuk
dapat memudahkan Pencerah Nusantara untuk
mengembangkan kebun gizi di semua keluarga yang ada
didaerah tersebut. Setiap warga yang bersedia untuk
mengolah tanahnya untuk dijadikan projek program kebun
gizi didata dan dilaporkan untuk ditindaklanjuti untuk
mendapatkan bibit tanaman muda seperti bayam, kangkung,
sawi, terong, timun, kacang panjang, tomat, buncis dll.
2) Pelaksanaan
Kegiatan kebun gizi berbasis pangan lokal di masyarakat
maupun di posyandu yang dikembangkan Pencerah Nusantara
angkatan ketiga merupakan sebuah program pemanfaatan lahan
sebagai akses pemenuhan kebutuhan gizi keluarga yang
terjangkau. Kegiatan kebun gizi pertama kali dikembangkan
pada bulan November 2014 di dusun Pumagirat dan Mabolak.
Kebun Gizi yang dikembangkan oleh Pencerah Nusantara
bersama dengan Puskesmas Sikakap dan kader posyandu
merupakan upaya untuk perbaikan gizi masyarakat.
Pada kuartal pertama kegiatan kebun gizi yang
dikembangkan difokuskan pada desa Taikako dan desa Sikakap
48
menerapkan
kegiatan kebun
gizi. Ke 46 KK
ini tersebar di
Taikako 21 KK,
Matobe 13 KK,
Sikakap 12 KK.
53
9. Dokumentasi
9. Dokumentasi
Gambar 2.11 Anak Gizi Buruk yang ditemukan dari kegiatan PSG 2014 dan saat
diberikan intervensi dengan pendistribusian susu dan biskuit MP-ASI di rumah
64
pasien rawat inap yang benar dan tepat, Pencerah Nusantara angkatan
ketiga bertugas untuk mendampingi pemegang program dan pihak-
pihak yang terlibat dalam kegiatan ini seperti tenaga pemasak dalam
menerapkan manajemen sistem penyelenggaraan makanan pasien
rawat inap yang sesuai dengan pedoman.
Oleh karena itu, untuk menguatkan sistem ini, Pencerah
Nusantara di kuartal kedua tidak hanya melakukan pendampingan
tetapi memberikan juga pelatihan kepada pemegang program dan juru
masak tentang tata laksanan Gizi Buruk dan Terapi Diet Pasien Rawat
Inap. Pelatihan ini dilaksanakan dengan tujuan mereka dapat
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan jika terdapat kasus
rawat inap yang membutuhkan penatalaksanaan diet.
Kegiatan pendampingan dan pelatihan penyelenggaraan
makanan yang dilakukan Pencerah Nusantara angkatan ketiga
merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak perencanaan menu,
pengadaan bahan makanan, penerimaan, penyimpanan, persiapan,
pengolahan, penyajian, hingga pendistribusian makanan kepada pasien
atau klien. Saat ini, berbagai pasien rawat inap di Puskesmas Sikakap
sudah memperoleh terapi diet dari Puskesmas. Terapi diet yang
diberikan disesuaikan dengan jenis penyakit yang dideritanya. Salah
satu diantaranya adalah Penatalaksanaan Diet Pada anak Gizi Buruk di
ruang Therapeutic Feeding Center (TFC).
Pada kuartal III penempatan Pencerah Nusantara, kegiatan
penyelenggaraan makanan pada pasien gizi buruk di TFC berjalan
dengan lancar. Terapi diet yang diberikan didasarkan pada SOP yang
telah ditetapkan. Khusus Untuk pasien dengan penyakit degeneratif
yang membutuhkan terapi diet khusus belum berjalan sesuai dengan
yang diharapkan. Pada kuartal ketiga, untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan terapi diet pada anak gizi buruk yang dirawat di TFC, maka
dilakukan pelatihan lanjutan kepada staf yang ada di puskesmas
termasuk petugas desa, juru masak, dan tenaga lainnya yang dapat
dipergunakan untuk membantu keberlangsungan kegiatan tersebut.
68
2) Rekomendasi
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam menerapkan system
penyelenggaraan makanan pada pasien rawat inap di Puskesmas
Sikakap di butuhkan seorang dietisien yang bertugas untuk
menerjemahkan preskripsi diet ke dalam menu makanan yang
memenuhi syarat diet. Selain itu, Puskesmas perlu melakukan
perhitungan kebutuhan dana untuk makanan pasien selama setahun
dengan pembandingan jumlah pasien yang berkunjung di Puskesmas
tahun lalu. Sehingga tidak menimbulkan kejadian yang mengatakan
bahwa pasien yang di rawat inap tidak diberi makan.
Berhubung sampai saat ini, dukungan puskesmas untuk
kegiatan terapi diet pada pasien degeneratif yang membutuhkan diet
khusus belum dapat terealisasi, maka kemungkinan besar kegiatan ini
belum dapat berjalan dengan mandiri. Namun, untuk terapi diet pada
pasien gizi buruk yang dirawat di TFC dapat di lanjutkan dengan
mandiri karena mendapatkan dukungan penuh dari pihak puskesmas.
72
9. Dokumentasi
Gambar 2.12 Pelatihan pembuatan susu formula WHO oleh pengelola program
gizi kepada petugas desa dan juru masak yang ada di Puskesmas Sikakap.
Gambar 2.13 Kondisi terakhir Anak Gizi Buruk yang pernah mendapatkan
perawatan di TFC.
Gambar 2.14 Monitoring perkembangan Balita Gizi Buruk yang pernah dirawat di
TFC dan sekarang perawatan di rumah.
73
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Almatsier Sunita. 2005. Penuntun Diet. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. Jakarta.
Departemen Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk
Buku II. Jakarta. Departemen Kesehatan.
Sualeman, E.S. 2009. Manajemen Kesehatan: Teori dan Praktik di Puskesmas.
Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Syahrir, P.N. dan Fachrurazy. 2014. Modul Pelatihan Standarisasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama. Mentawai: Dinas Kesehatan Kabupaten
Kepulauan Mentawai dan SurfAid Internasional.
Laporan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Pencerah Nusantara Mentawai Batch 2. 2013. Laporan Kuartal IV. Sikakap:
Pencerah Nusantara Mentawai Batch 2.