Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN KUARTAL III

UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

SATELIT PROGRAM:
PENANGGULANGAN GIZI BURUK
Pemberian Makanan Tambahan
Pos Gizi Terpadu
Therapeutic Feeding Center (TFC)
Kebun Gizi
SCREENING STATUS GIZI
Pemantauan Status Gizi
PENYELENGGARAAN TERAPI DIET PASIEN RAWAT INAP

DISUSUN OLEH:
PENCERAH NUSANTARA MENTAWAI
ANGKATAN III

BEKERJA SAMA DENGAN:

PENCERAH NUSANTARA
PUSKESMAS KECAMATAN SIKAKAP
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI
SUMATERA BARAT
2014-2015
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Utama


Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan
investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu
keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan demi kesejahteraan masyarakat.
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Masalah gizi terjadi di
setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak,
dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan
masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat
permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa
selanjutnya terpenuhi.
Gambaran status gizi balita diawali dengan banyaknya bayi berat lahir
rendah (BBLR) sebagai cerminan tingginya masalah gizi. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
Indonesia menunjukkan prevalensi balita berat kurang berdasarkan indikator
berat badan menurut Umur (BB/U) berhasil diturunkan dari 18,4% tahun
2007 menjadi 17,9% tahun 2010, namun pada tahun 2013 sedikit meningkat
menjadi 19,6 %. Prevalensi balita pendek berdasarkan indikator tinggi badan
menurut umur (TB/U) turun dari 36,8% tahun 2007 menjadi 35,6% tahun
2010, namun pada tahun 2013 sedikit meningkat menjadi 37,2%. Untuk
Indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) secara nasional
prevalensi sangat kurus tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 5,3 %, terdapat
penurunan dibandingkan tahun 2010 yaitu 6,0 % dan tahun 2007 sebanyak
6,2 %. Demikian pula halnya dengan prevalensi kurus menurut BB/TB
sebesar 6,8 % juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3 % (tahun 2010)
dan 7,4 % (tahun 2007). Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan
2

sangat kurus menurun dari 13,6 % pada tahun 2007 menjadi 12,1 % pada
tahun 2013. Hasil tersebut secara nasional telah mendekati pencapaian target
prevalensi gizi kurang yang ditetapkan dalam Milleniium Development Goals
(MDGs) yaitu 15,5% pada tahun 2015. Meskipun mendekati target
pencapaian, tetapi kondisi ini tetaplah mencengangkan dan sangat
memprihatinkan.
Potret yang lebih besar tampak pada hasil Riskesdas 2013 yang
menunjukkan bahwa secara nasional Sumatera Barat berada pada urutan ke
13 dari 17 provinsi dimana prevalensi dengan jumlah gizi kurus tertinggi
diatas angka nasional. Hal ini merupakan temuan yang mengkhawatirkan.
Salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014 adalah menurunkan prevalensi balita
gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 15% dan menurunkan prevalensi
balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32%. Uutuk pencapaian RPJMN
tersebut, dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah di tetapakan
8 indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-2014,
yaitu: (1) balita gizi buruk mendapat perawatan; (2) balita ditimbang berat
badannya; (3) bayi usia 0-6 bulan mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif; (4) rumah tangga mengonsumsi garam beriodium; (5) balita 6-59
bulan mendapat kapsul vitamin A; (6) ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (7)
kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi; dan (8) penyediaan stok
cadangan (buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk
daerah bencana.
Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kecamatan Sikakap merupakan
daerah yang cocok untuk dilakukan pembinaan gizi masyarakat, karena
daerah tersebut merupakan daerah yang rawan kejadian malnutrisi. Memiliki
kondisi geografis kepulauan, akses transportasi dan komunikasi yang tersedia
sangat menyulitkan untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan menjadi
penyumbang bagi tingginya kejadian malnutrisi di Kecamatan Sikakap.
Berdasarkan Survey yang dilakukan Puskesmas Sikakap bekerja sama dengan
Pencerah Nusantara II pada tahun 2013 secara Kumulatif ditemukan 43
kejadian gizi buruk dengan sebaran 16 kasus di Desa Taikako, 15 kasus di
3

Desa Matobe, dan 12 kasus di Desa Sikakap. Namun, per januari 2014, kasus
gizi buruk yang ditemukan tersisa 3 orang dengan 1 kasus komplikasi
(cerebral palsy dd developmental delay), 1 kasus gizi buruk berulang, dan 1
kasus gizi kurang yang memburuk ke gizi buruk. Selanjutnya berdasarkan
pemantauan Puskesmas Sikakap, pada bulan September 2014 melalui data
rekapitulasi LB3 Gizi menunjukkan bahwa jumlah BGM keseluruhan 6 orang
(L: 2 orang, P: 4 orang). Jumlah akumulatif kasus gizi buruk sebenarnya
(BB/TB) per Januari 2014-September 2014 yang ditemukan melalui
penjaringan posyandu adalah 1 orang di daerah Taikako dimana anak ini
masih dalam proses perawatan.
Melihat fakta tersebut, Puskesmas Sikakap bekerja sama dengan
Pencerah Nusantara Mentawai tergugah untuk secara aktif turut
menyelesaikan persoalan malnutrisi ini, terutama yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Sikakap, karena bila dibiarkan maka potensi bahanya di
kemudian hari justru lebih besar. Untuk mengatasi masalah malnutrisi perlu
dilakukan berbagai upaya perbaikan gizi masyarakat yang dibentuk, dari, oleh
dan untuk masyarakat dengan pendekatan pelayanan bersifat kuratif, dan
preventif.
Pencerah Nusantara sebagai salah satu komponen yang berfungsi
untuk memperkuat fungsi puskesmas tergerak untuk menjalankan program
peningkatan pelayanan gizi masyarakat. Program yang dirancang merupakan
program yang ditujukan untuk menurunkan angka kejadian malnutrisi.
Program tersebut, antara lain Pemberian Makanan Tambahan (PMT),
pendirian Pos Gizi, Pengaktifan Pusat Pemulihan Gizi (PPG), dan
Pemantauan Status Gizi.
1.2 Tujuan Utama
Meningkatkan kualitas dan kuantitas anak-anak dengan status gizi baik di
wilayah Kecamatan Sikakap.
4

1.3 Metode Pelaksanaan


Pencerah Nusantara berperan sebagai penggerak puskesmas yang
menstimulasi program-program puskesmas dalam UKBM yang bertujuan
meningkatkan pelayanan primer puskesmas baik secara kuantitas maupun
kualitas pelayanan. Stimulasi dilakukan baik melalui profesionalitas atau
kinerja personal maupun dalam team work serta stimulasi dalam
meningkatkan kualitas program/kegiatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas maupun UKBM.
Intervensi Pencerah Nusantara terhadap puskesmas dilakukan dengan
sistem Top Down yaitu dengan mediasi dan advokasi ke Pemerintahan
Daerah tingkat kabupaten dan kecamatan, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra
Barat dan Dinas Kesehatan Kab. Kep. Mentawai beserta lintas sektoral
terkait, serta Bottom Up yaitu dengan pendekatan kepada ring masyarakat
untuk menentukan kebutuhan kesehatan masyarakat. Sedangkan pada tingkat
UKBM, Pencerah Nusantara menstimulasi melalui pemicuan kinerja dengan
menganalisis kebutuhan masyarakat serta melakukan pendampingan rutin
dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan di masyarakat.
5

BAB II
SATELIT PROGRAM

2.1 Penangulangan Gizi Buruk


2.1.1 Pemberian Makanan Tambahan
1. Latar Belakang
Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia
balita perlu mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang
rawan terhadap kekurangan gizi.
Salah satu sasaran dari empat sasaran pembangunan
kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN) tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah menurunkan
prevalensi gizi kurang menjadi 15% dan menurunkan prevalensi
pendek menjadi 32%.
Pendekatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran adalah
melalui upaya penaggulangan gizi kurang yaitu permantauan
pertumbuhan balita di posyandu, penyuluhan dan konseling
menyusui serta pemberian makanan pendamping ASI dan pemberian
makanan tambahan (PMT) pemulihan pada balita dengan gizi
kurang. Upaya untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada
kelompok usia balita yang paling efektif adalah dengan
diselenggarakannya Pemberian Makanan Tambahan (PMT). PMT ini
dapat dilakukan dalam bentuk apa saja. Selama ini PMT
dikategorikan dalam bentuk Pemberian makanan tambahan dari
masyarakat (Penyuluhan) dan dari Puskesmas (pemulihan).
Salah satu bentuk pelayanan penanggulangan gizi kurang
yang dilakukan Pencerah Nusantara Batch I,II, dan III bersama
Puskesmas Sikakap adalah dengan menerapkan kembali program
Pemberian Makanan Tambahan di berbagai posyandu. Program
PMT Puskesmas Sikakap dilakukan pada saat kegiatan posyandu,
dengan prioritas wilayah yang ditemukan kejadian malnutrisi.
6

Makanan tambahan yang diberikan berupa bubur kacang hijau, telur


punyu, dan beberapa jenis makanan tambahan lainnya yang berbasis
pangan lokal.
2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan status gizi anak menjadi status gizi normal.
2) Tujuan Khusus
a) Mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia
balita 6-59 bulan
b) Memantau/melihat peningkatan berat badan pada balita yang
telah diberikan makanan tambahan
3. Pihak yang Dilibatkan dan Peranannya
Penanganan masalah gizi kurang merupakan bagian dari
upaya untuk perbaikan gizi masyarakat. Untuk melaksanakan
program Pemberian Makanan Tambahan ini dibutuhkan kerjasama
dan melibatkan berbagai lintas sektor, NGO, tokoh masyarakat dan
berbagai lintas program yang ada di Puskesmas seperti:
1) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
2) Upaya Promosi Kesehatan.
3) Upaya Kesehatan Lingkungan.
4. Sasaran
Ibu hamil KEK dan balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan
termasuk balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga
miskin menjadi sasaran prioritas penerima PMT
7

5. Rincian Kegiatan
Kegiatan PMT berbasis makanan lokal bagi balita berusia 6-59 bulan
yang diterapkan oleh Pencerah Nusantara batch 3, Puskesmas
Sikakap dan Kader posyandu merupakan serangkaian kegiatan
sebagai berikut :
1) Persiapan
a) Puskesmas
Sosialisasi dari puskesmas ke kader tentang rencana
pelaksanaan PMT yang menggunakan dana penunjang
pelayanan kesehatan yang merujuk pada juknis BOK.
b) Kecamatan
Sosialisasi untuk menggerakkan PKK kecamatan, desa, dan
dusun untuk menerapkan kegiatan PMT di wilayah rawan
malnutrisi.
c) Posyandu
Merencanakan PMT (jadwal, lokasi, jenis dan bentuk
pemberian makanan tambahan) dengan menggunakan bahan
makanan yang tersedia yang didapatkan dari Puskesmas
ataupun dari dana kas yang diperoleh dari iuran uang ibu
balita yang berkunjung ke posyandu.
2) Pelaksanaan
Penyelenggaraan PMT berbasis pangan lokal di posyandu
di dukung dengan kegiatan penyuluhan akan pentingnya
pemberian makanan kepada anak yang diberikan oleh tenaga
kesehatan, kader PKK, kader posyandu dan Pencerah Nusantara
batch 3 kepada keluarga sasaran.
Sama halnya di kuartal dua, proses pelaksanaan PMT pada
kuartal tiga di wilayah kerja Puskesmas Sikakap semakin
memberikan hasil yang memuaskan. Jika di kuartal dua
keberhasilan dapat dilihat dari bagaimana Pencerah Nusantara III
Mentawai dapat menggerakkan berbagai lintas sektoral termasuk
didalamnya kader PKK desa untuk turut bergerak dalam
8

melaksanakan kegiatan PMT berbasil pangan lokal kepada anak


balita, maka pada kuartal tiga, fokus utama kegiatan adalah
penguatan kegiatan yang dilakukan pada kuartal sebelumnya
sehingga dapat berjalan secara berkelanjutan. Selain fokus pada
penguatan kegiatan, kegitan PMT di kuartal ini dikembangkan
keberbagai sasaran tambahan diantaranya adalah pemberian
PMT pada ibu hamil dan anak sekolah. Khusus untuk ibu hamil
dan anak sekolah, PMT yang diberikan oleh Puskesmas berupa
biskuit ibu hamil dan biskuit anak sekolah. Pendistribusian
biskuit tersebut dilakukan oleh petugas desa.
Makanan tambahan yang diberikan di posyandu pada
kurtal ini lebih banyak berupa bubur kacang ijo, telur punyu,
bubur ketan merah, Susu, Biskuit MP-ASI dan beberapa jenis
makanan yang berbasis pangan lokal seperti seperti kolak pisang,
kolak ubi, dan beberapa jenis modifikasi resep dari bahan pangan
lokal. Hingga sekarang kegiatan PMT sendiri di beberapa dusun
masih berjalan dengan mandiri dan berkelanjutan.
Dalam pelaksanaan PMT berbasis Pangan Lokal di
Kuartal tiga ini, ada beberapa konsep penerapan pemberian
makanan tambahan yang masih terapkan. Pada Kuartal pertama,
dari 44 posyandu yang ada di Kecamatan Sikakap, terdapat 15
posyandu yang melaksanakan secara rutin pemberian makanan
tambahan. 15 posyandu ini tersebar di beberapa dusun yaitu
Dusun Sikakap Barat, Sikakap timur, Sikakap Tengah, Berkat
Baru, Berkat lama, Seay Baru, Sebay-bay, Kaute, Muara Taikako,
Pumagirat, Bulakmonga, Ruamonga, Polaga, Mangau-ngau, dan
Pinatetek.
Memasuki kuartal kedua Penempatan Pencerah Nusantara
III Mentawai, Pemberian makanan tambahan di lakukan disemua
dusun yang ada di Kecamatan Sikakap. Pada kuartal ketiga
penempatan Pencerah Nusantara, pelaksanaan kegiatan ini,
masih berjalan secara mandiri dan berkelanjutan, semua dusun
9

yang ada dikecamatan sikakap masih menjalankan kegiatan ini


secara rutin dan terjadwal. Pelaksanaan PMT secara keseluruhan
dari kurtal satu sampai tiga dilakukan karena mendapatkan
bantuan berupa bahan makanan dari Pihak Puskesmas, PKK
Desa dan masyarakat setempat. Bahan makanan yang diberikan
dari Puskesmas berupa gula pasir dan kajang ijo sedangkan dari
masyarakat berupa bahan pangan yang terdapat di lingkungan
sekitar seperti daun singkong, talas, pisang, dan bahan lainnya
yang akan digunakan sebagai bahan untuk membuat makanan
tambahan.
Konsep penerapan pemberian makanan tambahan di
kuartal ketiga sama halnya dengan dengan konsep pemberian
makanan tambahan yang diterapkan di Kuartal pertama dan
kedua yaitu didasarkan oleh swadaya masyarakat, dan swadaya
ibu balita yang berkunjung ke posyandu. Pada Kuartal ketiga
Pencerah Nusantara terus menggerakkan kader PKK untuk tetap
melanjutkan kegiatan pelaksanakan program PMT yang pernah
dilakukan pada kurtal kedua penempatan Pencerah Nusantara
yaitu di dusun Pinatetek, Sibaibai dan Bakat Monga. Selain
bantuan bahan makanan untuk pelaksanaan PMT dari Puskesmas,
dan PKK, beberapa posyandu masih menerapkan pelaksanaan
pemberian makanan tambahan dengan konsep iuran uang
seikhlasnya. Namun, untuk daerah yang status ekonominya
rendah, konsep ini tidak berlaku. Oleh karena itu pada kuartal
ketiga dan sebelumnya, Pencerah Nusantara bekerja sama
dengan Puskesmas Sikakap masih mengembangkan konsep iuran
bahan pangan yang diterapkan di Kuartal pertama. Iuran bahan
pangan di Kuartal kedua dan ketiga tetap di replikasikan
dibeberapa program seperti kelas ibu hamil, ibu balita dan
bahkan masih direplikasikan di beberapa posyandu yang ada di
Kecamatan Sikakap dalam upaya perbaikan gizi masyarakat.
Konsep iuran bahan makanan merupakan salah konsep yang
10

ideal untuk menjalankan program pemberian makanan tambahan


di posyandu yang daerahnya merupakan daerah dengan kelas
ekonomi rendah.
Dalam pelaksanaan konsep PMT dengan iuran bahan
makanan didukung dengan kegiatan memasak bersama. Bahan
makanan yang berhasil dikumpulkan kader 2 hari sebelum hari H
diolah bersama-sama untuk menghasilkan menu yang bernilai
gizi tinggi. Salah satu menu yang dimodifikasi dalam
pelaksanaan kegiatan ini adalah Subet. Modifikasi resep yang
dilakukan pada menu subet tujuannya untuk meningkatkan
kandungan nilai gizi yang terdapat dalam menu tersebut. Subet
merupakan salah satu jenis makanan yang berasal dari bahan
makanan lokal berupa talas yang direbus dalam bambu dan
dihaluskan. Menambahkan beberapa jenis sayuran kedalam
makanan tersebut menjadi hal penting untuk meningkatkan selera
dan kandungan nilai gizi yang ada dalam makanan tersebut.
Sama halnya dengan pelaksanaan di kuartal sebelumnya,
Dalam menerapkan konsep ini, yang perlu diperhatikan adalah
bahan makanan tersebut adalah bahan makanan lokal dan mudah
diperoleh masyarakat setempat. Kecamatan Sikakap sendiri
merupakan daerah yang mempunyai kekayaan alam yang
melimpah. Berbagai jenis bahan makanan di daerah tersebut
mudah diperoleh. Salah satu jenis bahan makanan yang mudah
diperoleh masyarakat adalah bahan makanan sumber karbohidrat
yaitu pisang, talas dan singkong. Oleh karena itu, Pencerah
Nusantara batch 3 di kuartal ini tetap mencoba memanfaatkan
peluang yang ada dengan mengoptimalkan bahan makanan yang
tersedia di masyarakat sebagai bahan dasar Pembuatan Makanan
Tambahan di Posyandu.
3) Pemantauan
Sama halnya dengan pelaksanaan kegiatan di kuartal
sebelumnya, pemantauan tetap dilakukan setiap bulan selama
11

pelaksanaan kegiatan PMT. Pemantauan ini meliputi pelaksanaan


pemberian PMT, dan pemantauan berat badan setiap bulan.
4) Pencatatan dan pelaporan
Hasil kegiatan PMT yang dilaksanakan di kuartal ketiga
tetap dilaporkan dalam bentuk draf laporan Puskesmas meliputi
jumlah anak yang mendapat makanan tambahan.
6. Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan dirancang
sedemikian rupa agar kegiatan ini dapat berhasil dan terselenggara
dan terjadwal secara rutin di semua posyandu yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Sikakap. Pada Kuartal ketiga, metode pelaksanaan
kegiatan ini lebih difokuskan kepada petugas kesehatan di
puskesmas sebagai pelaksana kegiatan. Mereka digerakkan untuk
lebih giat memberikan pengertian kepada masyarakat mengenai
pentingnya program PMT berbasis pangan lokal dan didorong untuk
berupaya terus melibatkan masyarakat sejak awal pelaksanaan
program. Pencerah nusantara dalam kegiatan ini, bertugas sebagai
pendamping kegiatan. Hal ini, bertujuan agar kegitan dapat berjalan
secara mandiri dan berkelanjutan. Melihat pada Pada kurtal kedua
sebelumnya dimana Pencerah Nusantara selalu mencoba
mensinergikan semua komponen masyarakat termasuk pihak
Kecamatan, Desa, dan dusun untuk peduli dan berdaya dalam
melakukan aksi penanggulangan masalah gizi termasuk masalah gizi
buruk, maka pada kuartal ini, yang mencoba melakukan kegiatan
tersebut adalah petugas kesehatan puskesmas termasuk didalamnya
pengelola program gizi. Fokus utama yang dilakukan mereka dalam
kegiatan ini adalah menguatkan seluruh komponen masyarakat untuk
menjalankan apa yang pernah dilkukan dikurtal sebelumnya,
sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan berkelanjutan.
12

7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


Tabel 2.1 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

STRATEGI INDIKATOR PENCAPAIAN RENCANA TINDAK


PENCAPAIAN OUTCOME
PENCAPAIAN KEBERHASILAN KUARTAL III LANJUT
KUARTAL II
1. Semua posyandu Terselenggaranya 1. Mendorong petugas 1. Semua posyandu 1. Semua posyandu 1. Mengupayakan
yang ada di wilayah kegiatan Pemberian puskesmas untuk yang ada di yang ada di wilayah petugas desa untuk
kerja Puskesmas Makanan Tambahan mengaktifkan wilayah Puskesmas kerja Puskesmas mendorong kader
Sikakap menerapkan di seluruh posyandu kembali kas Sikakap Sikakap menerapkan mengaktifkan kas
kegiatan pemberian yang ada di Wilayah keuangan posyandu mempunyai dana kegiatan pemberian keuangan
makanan tambahan kerja Puskesmas di setiap posyandu tersendiri untuk makanan tambahan posyandu dan
secara terjadwal dan Sikakap berdasarkan swadaya pelaksanaan secara terjadwal dan mengupayakan
rutin setiap bulannya masyarakat, dan ibu kegiatan pemberian rutin setiap bulannya kader posyandu
2. Terdapat 3 posyandu balita makanan tambahan 2. Terdapat 3 posyandu untuk
yaitu posyandu 2. Mendorong petugas secara mandiri dan yaitu posyandu mengembangkan
Bulakmonga, puskesmas untuk berkelanjutan. Bulakmonga, pendanaan
Ruamonga, dan mengajak 2. Beberapa posyandu Ruamonga, dan kegiatan posyandu
Bukkumonga yang masyarakat yang merupakan Bukkumonga yang sehingga kegiatan
rutin setiap bulannya menerapan konsep daerah dengan rutin setiap bulannya PMT tetap berjalan
melaksanakan iuran bahan pangan status ekonomi melaksanakan secara rutin dan
pemberian makanan untuk kegiatan rendah menerapkan pemberian makanan terjadwal.
tambahan dengan pemberian makanan konsep iuran bahan tambahan dengan 2. Mengupayakan
konsep iuran bahan tambahan di pangan sebagai konsep iuran bahan kader posyandu
makanan. Selebihnya beberapa posyandu cara untuk makanan. Selebihnya untuk
menggunakan konsep yang merupakan melaksanakan menggunakan mensosialisasikan
iuran uang dari ibu daerah dengan status kegiatan pemberian konsep iuran uang kegiatan
balita yang ekomomi rendah makanan tambahan dari ibu balita yang pemberian
berkunjung. 3. Mendorong petugas 3. Terdapat satu berkunjung. makanan
3. Kader posyandu di puskesmas untuk posyandu 3. Kader posyandu di tambahan kepada
dusun Pumagirat dan memicu kader percontohon pada dusun Pumagirat dan anak gizi kurang
Mabolak terus posyandu agar setiap desa di Mabolak, dengan konsep
mengembangkan memulai Kecamatan bukkumonga terus iuran bahan
13

posyandu dengan mengembangkan Sikakap yang mengembangkan makanan kepada


pembentukan kebun posyandu untuk mulai posyandu dengan masyakat
gizi sebagai cara dapat membuat mengembangkan pembentukan kebun
untuk menerapkan kebun gizi atau kegiatan posyandu gizi sebagai cara 3. Mengupayakan
kegiatan pemberian sejenisnya sendiri dengan membuat untuk menerapkan puskesmas untuk
makanan tambahan sebagai upaya untuk kebun gizi sebagai kegiatan pemberian terus
secara rutin. menyediakan sumber tempat penyediaan makanan tambahan melaksanakan
Sedangkan Posyandu bahan makanan. sumber bahan secara rutin. program
Bukkumonga dibawah makanan. 4. Terselenggaranya pemberian
bimbingan Pencerah Pemberian Makanan makanana
Nusantara mulai Tambahan untuk ibu tambahan di
menerapkan kebun hamil KEK yang posyandu secara
gizi percontohan berlangsung secara rutin dan terjadwal
sebagai cara untuk rutin setiap bulannya melalui pendanaan
menerapkan kegiatan 5. Terselenggaranya yang bersumber
pemberian makanan Pemberian makanan dari dana BOK.
tambahan secara rutin tambahan untuk anak
sekolah di seluruh
sekolah yang ada di
Kecamatan Sikakap.
14

8. Evaluasi dan Rekomendasi


a) Evaluasi
Seiring implementasinya, Pencerah Nusantara Batch 3
melihat masyarakat menyambut baik program Pemberian
Makanan Tambahan. Di kuartal I, II, dan III penempatan
Pencerah Nusantara Batch 3 mencatat sejumlah hasil positif dari
kegiatan Pemberian makanan tambahan, antara lain status gizi
balita meningkat dari status gizi kurang menjadi status gizi
normal, serta terdapat peningkatan pengetahuan ibu balita dalam
mengelola, dan memodifikasi bahan makanan lokal menjadi
makanan yang lebih bervariasi dan memiliki nilai gizi yang
tinggi.
Selain itu juga, Pencerah Nusantara batch 3, Puskesmas
Sikakap dan Kader Posyandu melakukan upaya pemutakhiran
data malnutrisi secara rutin. Setiap pelaksanaan Bulan
Penimbangan Posyandu (BPB), anak yang terindentifikasi
mengalami malnutrisi didata, baik nama maupun alamatnya. Hal
ini sangat penting, mengingat kebanyakan orang tua yang
anaknya teridentifikasi malnutrisi enggan didata dan diketahui
dengan jelas nama dan alamat rumahnya. Data yang paling valid
akan memudahkan kami bekerja menjalankan program
penurunan malnutrisi.
Hubungan yang dijalin dengan baik antara Pencerah
Nusantara dan kader di lapangan sangat membantu
mengefektifkan program pemberian makanan tambahan yang di
jalankan sampai pada kuartal III ini. Dengan kasadaran sendiri,
para kader posyandu menjalankan kegiatan ini secara mandiri
dan berkelanjutan. Sejumlah kendala tetap ada, sebagian dari
posyandu masih belum berani menjalankan kegiatan pemberian
makanan tambahan secara terjadwal dengan alasan dana untuk
membeli bahan makanan belum tersedia di posyandu tersebut.
15

b) Rekomendasi
Terlepas dari berbagai pencapaian di Kuartal I, II dan III
Pencerah Nusantara Batch 3 Mentawai, terus berusaha untuk
mengupayakan agar pemberian makanan tambahan tetap
dilakukan untuk bayi dan balita BGM (Bawah Garis Merah)
lewat pengadaan PMT dari masyarakat, Lembaga swadaya
masyarakat, Kader PKK maupun dari Puskesmas. Selain itu,
kegiatan PMT untuk ibu hamil KEK dan anak sekolah yang
dilaksanakan oleh Puskesmas agar dilaksanakan secara rutin dan
berkelanjutan kedepannya. Agar kegiatan ini dapat berjalan
secara rutin dan terjadwal, maka diharapkan agar memperluas
jalinan kerja sama dengan beberapa NGO yang ada di
Kecamatan Sikakap yang terlibat dalam dunia kesehatan, bekerja
sama dengan masyarakat dan kader posyandu untuk
mengembangkan kembali pelaksanaan kegiatan tersebut. kami
berharap, kerja sama ini dapat mengatasi masalah gizi yang ada
didaerah ini. Mengutif apa yang dikatakan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Pemerintah tidak
akan mampu berjalan sendiri jika masyarakat tidak mempunyai
kemauan untuk berubah menjadi lebih baik.
16

9. Dokumentasi

Gambar 2.1 Pemberian Makananan tambahan yang dilakukan salah


satu Petugas Desa Puskesmas Sikakap dan kader posyandu dengan
konsep swadaya masyarakat

Gambar 2.2 Biskuit MP-ASI yang didistribusikan oleh Puskesmas


Sikakap ke anak Bawah garis merah (BGM)
17

2.1.2 Pos Gizi Terpadu (POSGIDU)


1. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan di era millennium yang telah
tercantum dalam kesepakatan MDGs adalah peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang di dukung oleh bidang kesehatan.
Dimana masalah kesehatan dewasa ini sangat kompleks terjadi di
setiap lapisan masyarakat, salah satunya merupakan masalah-
masalah gizi yang tak lepas dari masalah Gizi Buruk dan Gizi
Kurang. Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan sangat
kurus berdasarkan indikator BB/TB pada tahun 2013 adalah 12,1 %
(Riskesdas, 2013).
Mengingat kenyataan bahwa masih banyaknya jumlah balita
yang menderita gizi buruk dan gizi Kurang, tidak terkecuali di
wilayah kerja Puskesmas Sikakap juga terdapat masalah gizi buruk
dan gizi kurang. Pada awal tahun 2014 bulan januari tercatat 3 kasus
gizi buruk dengan 1 kasus komplikasi (cerebral palsy dd
developmental delay), 1 kasus gizi buruk berulang, dan 1 kasus gizi
kurang yang memburuk ke gizi buruk dan pada bulan September
2014 melalui data rekapitulasi LB3 Gizi menunjukkan bahwa jumlah
BGM keseluruhan 6 orang (L: 2 orang, P: 4 orang). Jumlah
akumulatif kasus gizi buruk sebenarnya berdasarkan indikator berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB) per januari 2014 - september
2014 yang ditemukan melalui penjaringan posyandu adalah 1 orang
di daerah Taikako dimana anak ini masih dalam proses perawatan.
Didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk
masalah-masalah masyarakat sudah ada di dalam masyarakat dan
hanya perlu diketemukan. Karena perubahan perilaku berlangsung
perlahan, sejumlah besar tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan
masyarakat setuju bahwa solusi-solusi yang diketemukan dalam
suatu masyarakat dapat lebih bertahan dibandingkan dengan solusi
dari luar yang dibawa masuk ke dalam masyarakat tersebut. Salah
satu penyebab masih tingginya kasus balita yang mengalami gizi
18

buruk dan gizi kurang karena tingkat penemuan dini (deteksi dini)
terhadap kasus tersebut yang masih rendah. Seandainya balita yang
mengalami gizi buruk dan gizi kurang telah terdeteksi dan ditangani
lebih dini maka prevalensinya akan menurun.
Salah satu upaya dan terobosan yang dilakukan oleh
Puskesmas Sikakap dan Pencerah Nusantara dalam upaya penurunan
angka prevalensi gizi buruk adalah mendirikan dan mengaktifkan
ulang ruang perawatan balita gizi buruk (Therapeutic Feeding
Centre/TFC). Berbagai permasalahan yang didapatkan terkait
perawatan balita gizi buruk di TFC, mulai dari tingkat kemauan dan
kesadaran ibu balita untuk merawat anaknya di TFC yang masih
rendah. Sebagaimana diketahui bahwa perawatan yang harus dijalani
oleh balita gizi buruk di TFC berkisar 2-3 bulan, hal ini sangat
memberatkan orang tua balita yang rata-rata mata pencahariannya
petani dan nelayan. Mereka merasa berat apabila terlalu lama
meninggalkan rumah dan anaknya yang lain, sehingga hal inilah
yang menjadi alasan mereka menolak untuk merawat anaknya di
TFC.
Menyikapi hal ini, Puskesmas Sikakap bekerja sama dengan
Pencerah Nusantara terus berupaya menemukan terobosan lain
dalam penanganan dan pemulihan balita gizi buruk khususnya balita
gizi buruk yang menolak dirawat di TFC. Terobosan lain yang mulai
diuji coba oleh Puskesmas Sikakap dan Pencerah Nusantara
angkatan kedua sebelumnya adalah Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan (PMT-P) melalui kegiatan program Pos Gizi Terpadu.
Pos Gizi Terpadu merupakan kegiatan yang dirancang oleh Dinas
Kesehatan dengan memanfaatkan kearifan lokal yang dianggap
berhasil mengobati dan mencegah kekurangan gizi dan
menyebarluaskan kearifan tersebut ke seluruh masyarakat. Kegiatan
pos gizi terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan gizi.
Pada pendekatan pos gizi yang dilakukan pencerah nusantara
angkatan kedua bersama dengan Puskesmas Sikakap mengajak para
19

kader dan ibu balita/pengasuh anak-anak kurang gizi


mempraktekkan berbagai perilaku baru dalam hal memasak,
pemberian makan, kebersihan dan pengasuhan anak yang telah
terbukti berhasil dalam merehabilitasi anak-anak kurang gizi.
Kegiatan pos gizi terdiri dari rehabilitasi dan pendiidkan gizi selama
periode 12 hari yang diikuti dengan kunjungan para kader ke rumah
setiap ibu balita/pengasuh. Melihat kegiatan Pos Gizi yang begitu
bermakna dan menghasilkan manfaat yang luar biasa, maka di
Pencerah Nusantara angkatan ketiga mencoba untuk melaksanakan
kembali kegiatan pos gizi untuk balita yang belum terjangkau pada
kegiatan sebelumnya.
2) Tujuan Umum
Meningkatkan status gizi balita secara menyeluruh di wilayah kerja
Puskesmas Sikakap.
3) Tujuan Khusus
a) Mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia
balita 6-59 bulan dengan meningkatkan konsumsi makanan
balita.
b) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu balita dan
kader posyandu.
2. Pihak yang Dilibatkan dan Peranannya
Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk melalui
program Pos Gizi Terpadu merupakan bagian dari sebuah usaha
untuk menyikapi keadaan dimana ibu balita menolak untuk diberikan
perawatan gizi buruk di TFC. Pos Gizi terpadu merupakan bagian
dari upaya untuk perbaikan gizi masyarakat. Dalam malaksanakan
kegiatan ini dibutuhkan kerjasama dan melibatkan berbagai pihak
untuk menguatkan kegiatan ini seperti keterlibatan lintas sektor,
NGO, tokoh masyarakat dan berbagai lintas program yang ada di
Puskesmas seperti :
1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
2. Upaya Promosi Kesehatan dan Upaya Kesehatan Lingkungan.
20

3. Sasaran
Balita gizi buruk dan kurus usia 6-59 bulan termasuk balita
dengan Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin dan balita
yang tidak mengalami peningkatan berat badan selama 2 kali
berturut-turut (2T) menjadi sasaran prioritas kegiatan Pos Gizi
Terpadu.
4. Rincian Kegiatan
Kegiatan Pos Gizi terpadu merupakan salah satu bentuk uji
coba untuk pelaksanaan pos gizi di Kecamatan Sikakap. Pos Gizi
terpadu sebelumnya pernah dilakukan oleh Pencerah Nusantara
angkatan pertama pada ibulan Agustus 2014 bulan September 2014
di dusun Bukkumonga. Pos Gizi Terpadu merupakan program yang
dikembangkan Pencerah Nusantara angkatan kedua bersama dengan
Puskesmas Sikakap untuk menangani masalah gizi di daerah dengan
temuan gizi buruk terbanyak. Melihat program ini merupakan sebuah
konsep yang jelas dan tepat, pada kuartal pertama penempatan
Pencerah Nusantara angkatan ketiga melakukan advokasi ke Kepala
Puskesmas dan pemegang program gizi untuk merencanakan ulang
kegiatan pos gizi dan menjadikan Pos Gizi terpadu masuk dalam
agenda rutin tahunan Puskesmas untuk mendapatkan anggaran
kegiatan yang bisa bersumber dari Biaya Operasional Kegiatan
(BOK).
Pada kuartal kedua penempatan Pencerah Nusantara mulai
menerapkan kegiatan Pos Gizi di daerah yang sama dengan
sebelumnya yaitu Bukkumonga. Pemilihan daerah tersebut,
dikarenakan di daerah ini terdapat balita gizi buruk bernama Rusti
dengan umur sekarang 34 bulan, berat badan 4,9 Kg dan tinggi
badan 64 cm. Anak ini merupakan pasien lama yang sudah ditangani
Puskesmas dan Pencerah Nusantara sebelumnya melalui program
Pos Gizi Terpadu.
Pada mulanya kegiatan Pos Gizi Terpadu yang dilaksanakan
Pencerah Nusantara angkatan kedua untuk anak Rusti selama 12 hari
21

pelaksanaan mendapatkan hasil yang cukup baik. Dalam


pelaksanaan kegiatan tersebut, terdapat perubahan status gizi yang
signifikan terhadap balita tersebut dalam bentuk peningkatan berat
badan sebanyak 200 gram dari berat badan sebelumnya. Namun,
setelah pelaksanaan kegiatan ini selesai, terjadi penurunan berat
badan kembali. Penurunan beran badan pada anak ini disebabkan
karena pola asuh ibu yang kurang. Melihat hasil yang ditunjukkan
dari kegiatan Pos Gizi memberikan dampak yang bagus untuk anak
tersebut, maka pada pelaksanaan Pos Gizi selanjutnya, Pencerah
Nusantara angkatan III lebih menekankan pada peningkatan
pengetahuan dan kesadaran ibu balita tentang pentingnya pemberian
makanan yang teratur kepada anak. Tahap awal yang dilakukan
Pencerah Nusantara angkatan ketiga dalam mendukung kegiatan ini
adalah:
1) Sosialisasi kegiatan
Pada kuartal pertama penempatan Pencerah Nusantara,
kegiatan yang dilakukan yang berhubungan dengan program Pos
Gizi Terpadu adalah sosialisasi program dari Puskesmas ke kader.
Sosialisasi program ini menjelaskan betapa pentingnya
penanganan kasus gizi buruk dengan PMT-Pemulihan melalui
kegiatan Pos Gizi Terpadu. Diutamakan PMT-Pemulihan pada
Pos gizi Terpadu akan menggunakan Bahan Makanan Lokal
yang mutunya tidak kalah dengan makanan produksi pabrikan.
Untuk Kuartal kedua penempatan Pencerah Nusantara,
kegiatan yang dilakukan adalah melanjutkan sosialisasi ke tahap
selanjutnya yaitu sosialisasi pelaksanan Pos Gizi Terpadu di
Bukkumonga ke Petugas Puskesmas (Petugas desa
Bukkumonga), kepala dusun Bukkumonga, kader Posyandu
Bukkumonga, dan ibu balita yang merupakan sasaran prioritas
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi.
Atas kesepakatan semua kader dan persetujuan semua
pihak, diadakanlah kegiatan ini pada tanggal 13-24 April tahun
22

2015. Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung selama 12 hari dan


dilaksanakan di rumah salah kader yang merupakan ketua kader
posyandu daerah Bukkumonga. Pelaksanaan kegiatan disepakati
dilakukan mulai jam 10 WIB-Selesai dengan jumlah sasaran
yang menjadi prioritas adalah 5 orang dengan permasalahan yang
berbeda-beda. Namun yang menjadi fokus utama untuk
mendapatkan perhatian lebih adalah anak gizi buruk bernama
Rusti.
Dengan terbentuknya jadwal pelaksanaan kegiatan Pos
Gizi Terpadu maka terbentuk pula Tim Pelaksana Pos Gizi
(TPPG). Anggota TPPG ini terdiri dari tenaga kesehatan yang
ada di Puskesmas Sikakap yang berkaitan dengan program gizi
meliputi pemegang program gizi, petugas desa Bukkumonga, dan
kader posyandu. Tim TPPG ini, yang akan bertugas untuk
memantau jadwal, jenis dan jumlah makanan yang dimakan
sasaran selama periode pelaksanaan Pos Gizi.
2) Melakukan Penilaian dan Analisa Data Awal Status Gizi
Penilaian data awal gizi dapat mengidentifikasi anak-anak
yang kurang gizi dan berguna sebagai alat penentuan status gizi
balita. Sangat penting dilakukan untuk menimbang seluruh anak
pada target kelompok usia. Berat badan per tinggi badan
merupakan ukuran yang disarankan untuk menilai kekurangan
gizi akut, atau kurus. Namun, karena berat badan per umur
sangat sensitive berubah, maka metode ini digunakan pada
kebanyakan program Pos Gizi untuk menilai anak yang berat
badannya kurang.
Setelah ditentukan daerah pelaksanaan Pos Gizi, maka
langkah selanjutnya yang dilakukan Pencerah Nusantara III di
kuartal II adalah mengumpulkan dan menganalisa data sasaran
yang ada di daerah tersebut. Dari 25 sasaran balita yang ada di
Bukkumonga terdapat 6 balita yang merupakan prioritas utama
untuk mengikuti pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Berikut
23

merupakan data sasaran baliata yang merupakan prioritas utama


kegiatan Pos Gizi :
Tabel 2.2 Data Sasaran Pos Gizi di Bukkumonga
N Nama Ibu Jenis Tanggal Umur Berat Tinggi KET
o kelamin Lahir (bln) Badan Badan
BB/U TB/U
1 Rusti Sonti P 11-06-2012 34 4,1 64 Gizi Kurus
buruk sekali
2 Risme Sonti P 21-08-2010 56 12,5 96 Gizi Normal
kurang
3 Asdina Erna P 04-10-2011 42 11,1 92 Gizi Kurus
kurang
4 Nestika Estina P 01-09-2013 19 8,4 73 Gizi Normal
kurang
5 Fitri Nesti P 02-04-2011 48 12 88 Gizi Normal
kurang
6 Dwiman Erna L 12-07-2012 33 9 80 Gizi Pendek
baik
(Laporan Penimbangan Bulan April 2015)
Data awal untuk menentukan status gizi balita yang
dipakai oleh Puskesmas Sikakap dan Pencerah Nusantara
disepakati menggunakan indikator berat badan menurut umur
(BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) . Melalui
hasil analisa data penimbangan posyandu yang dilaksanakan
pada bulan April 2015 menunjukkan bahwa jumlah balita yang
mempunyai masalah gizi dan harus diatasi segera sebanyak 6
orang.
3) Mengadakan Pertemuan dengan pelaksana kegiatan
Pada Kuartal pertama penempatan Pencerah Nusantara III
mentawai, Rutinitas kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
pertemuan bersama kepala Puskesmas untuk membahas rencana
pelaksanaan kegiatan Pos Gizi. Pertemuan ini dilakukan guna
memperoleh umpan balik dari pengambil kebijakan untuk
menentukan tempat, dan jadwal kegiatan tersebut. Dalam
pertemuan tersebut dibahas juga tentang pemantauan status gizi
balita yang didapatkan di Posyandu. Melalui pertimbangan
jumlah dan sebaran lokasi sasaran disepakati jadwal kegiatan Pos
24

Gizi Terpadu di Tahun 2015 pada Kuartal kedua penempatan


Pencerah Nusantara angkatan ketiga.
Setelah dilakukan sosialisasi pelaksanan kegiatan Pos Gizi
dan analisa data awal status gizi, maka pada Kuartal kedua
penempatan Pencerah Nusantara III Mentawai, dilakukan
kegiatan pertemuan dengan pemangku kebijakan di Puskesmas
Sikakap yaitu pertemuan dengan Kepala Puskesmas dan
pemegang program gizi untuk membahas rencana pelaksanaan
kegiatan Pos Gizi. Namun, pertemuan yang dibahas lebih
menekankan kepada teknis pelaksanan kegiatan tersebut. Selain
pertemuan dengan Kepala Puskesmas untuk membahas tehnis
pelaksanaan kegiatan, pencerah Nusantara juga melakukan
diskusi dengan Pemegang program Gizi di Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten mengenai masalah gizi serta solusi yang
harus dikerjakan untuk mengatasi masalah tersebut. Hasinya Pos
Gizi merupakan rekomendasi kegiatan yang harus dikerjakan
untuk mengatasi masalah gizi buruk.
4) Pendampingan Perencanakan Menu Kegiatan Pos Gizi
Terpadu
Setelah disepakati pelaksanaan kegiatan ini, dan konsep
pelaksanaan kegiatannya yang sudah jelas, maka langkah
selanjutnya yang dilakukan Pencerah Nusantara bersama dengan
Puskesmas Sikakap adalah merencenakan menu kegiatan Pos
Gizi. Kegiatan perencanaan menu untuk kegiatan Pos Gizi pada
bulan April di daerah Bukkumonga didasarkan pada bahan
pangan lokal yang mudah diperoleh di masyarakat setempat.
Dalam perencanaan menu tersebut, Pencerah Nusantara bersama
Pemegang Program Gizi menyesuaikan dengan menu yang
pernah dirancang pada kuartal I penempatan Pencerah Nusantara.
Pada Kuartal pertama dan kedua, Pencerah Nusantara
masih bertugas untuk mendampingi pemegang program untuk
menyusun siklus menu selama periode pelaksanaan kegiatan Pos
25

Gizi Terpadu. Pendampingan perencanaan menu ini dilakukan


secara berkala mulai pada bulan November-Desember 2014 dan
dikembangkan lagi pada bulan April 2015 dengan konsep
modifikasi resep. Makanan yang disusun dalam kegiatan tersebut
merupakan Makanan tambahan yang diperlukan untuk
merehabilitasi anak yang kurang gizi yang dihidangkan setiap
hari selama kegiatan 12 hari tersebut.
Dalam perencanaan menu yang dilakukan oleh Pencerah
Nusantara bersama dengan Puskesmas Sikakap untuk kegiatan
Pos Gizi di Bukkumonga mempertimbangkan faktor-faktor
diantaranya kebutuhan gizi anak balita, biaya yang tersedia, dan
ketersediaan bahan makanan lokal. Berhubung karena sasaran
yang menjadi prioritas adalah anak diatas 1 tahun, maka bentuk
makanan yang diberikan adalah makanan keluarga dengan
pemberian makanan 1 kali makanan utama dan diselingi dengan
snack 1 kali.
Menurut WHO, selama periode rehabilitasi, setiap anak
harus menerima antara 150-220 kalori per kilogram berat badan
per hari. Bila seorang anak makan kurang dari 130 kalori per
kilogram berat badan tiap hari, tidak bisa terjadi rehabilitasi.
Karena itu, program tersebut harus berusaha untuk menciptakan
menu Pos Gizi yang mengandung 600-800 kalori tiap hari
dengan 25-27 gram protein untuk setiap anak. Dengan menu ini
akan terjadi pemulihan dalam waktu singkat, para ibu
balita/pengasuh akan melihat adanya perubahan nyata dalam
waktu dua minggu. Ini akan memotivasi keluarga-keluarga lain
untuk mengadopsi perilaku baru dalam pemberian makan
tersebut.
Menyusun menu makanan tambahan juga harus
mempertimbangkan bahwa makanan yang digunakan adalah
bahan lokal yang tersedia , sesuai musim dan terjangkau. Selain
itu juga harus dipastikan bahwa semua kelompok makanan ada
26

dalam tiap hidangan makan sehingga anak-anak mendapatkan


makanan yang seimbang dan juga memperhatikan kebiasaan dan
kesukaan anak dalam konsumsi makanan.
5) Pelaksanaan Pos Gizi
Pelaksanaan pos gizi yang dilakukan Pencerah Nusantara
bersama dengan Puskesmas Sikakap pada tanggal 13 24 April
2015 di Bukkumonga bersama dengan kader dan orangtua balita
merupakan sarana pos terpusat tempat orangtua memperoleh
penyuluhan mengenai gizi anak. Dalam pelaksanaan kegiatan ini,
kami memberikan pemahaman kepada orang tua balita,
khususnya pada ibu balita yang mempunyai anak gizi buruk
bahwa makanan bergizi bukanlah sesuatu yang sulit untuk
didapat dan tidak membutuhkan banyak uang.
Kami juga menganjurkan mereka untuk memasak bersama
untuk menciptakan makanan yang bergizi tinggi dengan
menggunakan bahan makanan yang tersedia berdasarkan siklus
menu yang telah disiapkan Pencerah Nusantara. Perencanaan
menu untuk kegiatan Pos Gizi di Bukkumonga ini menggunakan
Siklus menu 6 hari selama dua kali periode. Sejumlah menu kami
tawarkan sebagai menu harian, diantaranya sayur bayam, sop
dengan lauk tempe dan tahu, perkedel kentang, dan sebagainya.
Kegiatan memasak bersama yang diterapkan dalam kegiatan Pos
Gizi ini tujuannya untuk memberikan contoh kepada mereka
tentang cara memasak yang bersih dan sehat.
Dalam pelaksanaan Pos gizi di kuartal ketiga, menu yang
diberikan adalah menu yang persiapkan oleh Pencerah Nusantara
dan Puskesmas, namun setelah di evaluasi diawal pelaksanaan
kegiatan pos gizi, terlihat bahwa dengan menu yang ditawarkan
untuk diberikan kepada sasaran menimbulkan dampak negatif
setelah kegiatan pos gizi selesai. Dampak negatif ini berupa
kemandiriaan yang tidak terbentuk di masyarakat. Hal ini juga
dilakukan untuk mengantisipasi penurunan berat badan setelah
27

kegiatan Pos Gizi selesai, seperti halnya pada pelaksanaan Pos


Gizi yang pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, untuk
membentuk kemandirian tersebut, kami menghimbau ibu balita
untuk menyiapkan bahan makanan sendiri yang tersedia di
rumah untuk diolah bersama dan dijadikan menu untuk anak
yang dirawat di Pos gizi. Mereka menyediakan bahan makanan
sendiri, setiap ibu balita sasaran diwaibkan membawa makanan
dari rumah khususnya nasi ataupun sejenisnya. Pencerah
nusantara dalam hal ini petugas ahli gizi bertugas untuk
mengajarkan ibu balita berbagai contoh menu yang dapat
dimodifikasi dari bahan makanan yang tersedia ditempat. Untuk
menu selingan setelah pemberian makanan utama, balita
diberikan biskuit MP-ASI yang tersedia dari puskesmas. Dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat maka
masyarakat khususnya ibu balita akan lebih mudah memahami
apa yang diberikan dan lebih mudah untuk mengaplikasikannya
kedalam rumah tangga. Selain kegiatan memasak bersama di Pos
tersebut, kami tetap menekankan mereka untuk membiasakan
diri agar mereka selalu memasak makanan dirumah, karena
dengan memasak, mereka tidak terlalu menguras uang.
Khusus untuk anak Gizi Buruk atas nama Rusti,
tatalaksana gizi yang diberikan disesuaikan dengan prosedur
yang telah ditetapkan dalam buku pedoman tatalaksana anak gizi
buruk. Secara teknis, anak dengan kondisi seperti ini, seharusnya
mendapatkan perawatan di Therapeutic Feeding Center (TFC).
Namun, karena kondisi orang tua yang menolak untuk
mendapatkan perawatan di Puskesmas melalui kegiatan di TFC.
Maka kegiatan yang dilakukan di Pos Gizi untuk anak ini
mengikuti penatalaksanaan diet di TFC atau berdasarkan standar
prosedur pelayanan anak gizi buruk.
Penatalaksanaan diet bagi anak gizi buruk ini dilakukan
secara bertahap yang dimulai dengan fase stabilasi yaitu
28

pemberian susu F75 selama dua hari berturut-turut dengan


frekuensi pemberian per 2 jam. Kemudian di hari ke 3 yang
merupakan fase transisi perawatan anak gizi buruk mulai
diberikan F100 dengan frekuensi pemberian per 4 jam selama 7
hari kedepannya. Perawatan anak ini berlangsung terus-menerus
secara bertahap sampai pelaksanaan Pos Gizi berakhir. Untuk
memudahkan pemantauan kegiatan Pos Gizi untuk anak gizi
buruk tersebut, Pencerah Nusantara bersama dengan pengelola
program gizi memberikan pelatihan pembuatan formula WHO
kepada petugas desa yang ada didaerah tersebut yang akan
menjadi tim pemantau anak gizi buruk tersebut. Mereka yang
akan ditugaskan untuk memantau perkembangan, dan melakukan
pemberian susu formula WHO setiap hari kepada anak tersebut.
Selain itu, kami mengajarkan juga kepada ibu balita gizi buruk
tentang jadwal pemberian susu.
Dalam pelaksanaan kegiatan Pos Gizi ini, ditambahkan
juga berbagai kegiatan yang bermanfaat untuk ibu dan anak
balita tersebut, diantaranya adalah kegiatan bermain, bernyanyi,
dan memainkan permainan edukasi balita serta praktek mencuci
tangan dan kemudian penyuluhan dan mendiskusikan topik-topik
tentang kesehatan selama 12 hari pelaksanaan seperti masalah
gizi buruk, prilaku hidup bersih dan sehat, pesan gizi seimbang,
keluarga sadar gizi, dll.
Dalam rangka menguatkan pelaksanaan kegiatan ini, maka
pemantauan kegiatan dilakukan setiap hari oleh petugas
puskesmas, petugas desa, kader kesehatan dan begitu juga
dengan Pencerah Nusantara. Selama 12 hari kegiatan, mereka
melakukan kunjungan untuk memantau pola asuh, dan pola
pemberian makanan. Kunjungan yang dilakukan setiap hari
dapat menimbulkan efek yang lebih baik untuk keberhasilan
program ini. Salah indikator keberhasilan program ini adalah
29

terjadinya kenaikan berat badan pada sasaran yang menjadi


prioritas.
6) Hasil Pelaksanaan kegiatan
Hasil pelaksanaan kegiatan dapat dilihat pada proses
kegiatan di kuartal ketiga penempatan Pencerah Nusantara, hasil
ini dilihat dari perbandingan perubahan kenaikan berat badan
anak balita selama pelaksaanaan kegiatan dan seteleh
pelaksanaan kegiatan berakhir. Laporan hasil pelaksanaan
kegiatan Terlampir.
5. Metode Pelaksanaan
Pencerah Nusantara berperan sebagai penggerak puskesmas
yang menstimulasi kegiatan pos gizi terpadu dan disesuaikan dengan
kebutuhan wilayah setempat. Stimulasi dilakukan baik melalui
profesionalitas atau kinerja personal maupun dalam team work serta
stimulasi dalam meningkatkan kualitas program/kegiatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas maupun UKBM.
Intervensi Pencerah Nusantara terhadap puskesmas dilakukan
dengan sistem Top Down yaitu dengan mediasi dan advokasi ke
Pemerintahan Daerah tingkat kabupaten dan kecamatan, Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatra Barat dan Dinas Kesehatan Kab. Kep.
Mentawai beserta lintas sektoral terkait, serta Bottom Up yaitu
dengan pendekatan kepada ring masyarakat untuk menentukan
kebutuhan kesehatan masyarakat.
Langkah pertama di kurtal I penempatan Pencerah Nusantara
adalah melakukan advokasi ke Kepala Puskesmas untuk pelaksanaan
ulang kegiatan pos gizi terpadu di daerah dengan jumlah masalah
malnutrisi tertinggi. Setelah dilakukan advokasi, selanjutnya adalah
sosialisasi bersama dengan pemegang program gizi untuk
keberlanjutan program ini. Dalam sosialisasi ini Pemegang program
menyadari betul akan pentingnya program ini dan memasukkan
kegiatan ini dalam rencana umum kerja tahun 2015. Memasuki
Kuartal II Penempatan pencerah Nusantara Mentawai, advokasi ke
30

Kepala Puskesmas tetap dilakukan. Advokasi ini dilakukan untuk


mematangkan rencana kegiatan Pos Gizi di Bukkumonga.
Pada kuartal III penempatan Pencerah Nusantara, pelaksanaan
kegiatan pos gizi di fokuskan dilaksanakan oleh petugas kesehatan di
Puskesmas termasuk didalamnya petugas desa dan pengelola
program gizi. Pencerah Nusantara dalam hal ini, bertugas sebagai
pendamping kegiatan. .
31

6. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


Tabel 2.3 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

STRATEGI INDIKATOR PENCAPAIAN RENCANA TINDAK


PENCAPAIAN OUTCOME
PENCAPAIAN KEBERHASILAN KUARTAL III LANJUT
KUARTAL II
1. Terlaksananya Meningkatkan 1. Optimalisasi 1. Dilakukannya 1. Terlaksananya 1. Memastikan
kegiatan Pos Gizi kualitas dan penanganan kasus investigasi gizi kegiatan Pos Gizi pelaksanaan kegiatan
tahap I di daerah kuantitas anak- gizi kurang dan buruk pada balita tahap I di daerah Pos Gizi tahap II,
Bukkumonga. anak,ibu hamil, buruk. dengan status gizi Bukkumonga dan III di bulan
2. Sebanyak 5 serta keluarga 2. Penerapan <-3 SD. 2. Sebanyak 6 balita berikutnya dan
balita dengan dengan program Pos Gizi 2. Perawatan pada dengan status gizi didaerah yang sama.
status gizi kurang peningkatan status Terpadu menjadi kasus gizi buruk kurang dan gizi 2. Mendorong
dan gizi buruk gizi menjadi baik di agenda kegiatan dan gizi kurang buruk ditangani pemegang program
ditangani wilayah kerja tahunan dengan Pencerah Nusantara gizi untuk
Pencerah Puskesmas puskesmas. Pemberian dan Puskesmas merencanakan
Nusantara dan Sikakap. 3. Memicu pemegang Makanan mengalami pelaksanaan pos gizi
Puskesmas program kegiatan Tambahan peningkatan berat di daerah lain yang
dengan tujuan untuk melalui kegiatan badan selama merupakan daerah
meningkatkan melaksanakan Pos Gizi Terpadu kegiatan pos gizi dengan masalah
status gizi kegiatan pos gizi 3. Puskesmas berjalan malnutrisi yang
menjadi lebih terpadu di tahun menerapkan Pos 3. Dengan metode banyak.
baik. 2015 dengan gizi terpadu pemanfaatan bahan 3. Mendorong
3. Pencerah bantuan dana yang sebagai rencana makanan yang Puskesmas agar,
Nusantara bersumber dari kegiatan tahunan tersedia di menjadikan Pos gizi
bersama dengan BOK. Puskesmas dalam lingkungan kegiatan menjadi kegiatan
pemegang upaya pos gizi, maka rutinitas setiap
program gizi pemberantasan masyarakat terutama tahunnya dan
menyepakati masalah ibu balita menjadi mendapatkan suplai
untuk malnutrisi. kreatif mengolah dana dari
32

melanjutkan 4. Puskesmas bahan makanan Puskesmas.


kegiatan ini melanjutkan tersebut menjadi
untuk kegiatan pos gizi menu harian di
dilaksanakan di terpadu tahap keluarga yang
daerah lain yaitu kedua pada tahun memiliki nilai gizi
Bulakmonga, dan 2015 dengan yang mencukupi.
Sibaibai yang bantuan dana 4. Terselenggaranya
merupakan BOK. pelatihan pembuatan
daerah yang formula WHO di
didalamnya petugas desa,
terdapat masalah sehingga petugas
gizi seperti gizi desa menjadi paham
buruk dan gizi dalam mengatasi
kurang dengan masalah gizi buruk.
pendanaan yang
bersumber dari
BOK dan
swadaya
masyarakat.
33

7. Evaluasi dan Rekomendasi


1) Evaluasi
Pos Gizi merupakan salah satu kegiatan penanggulangan
masalah gizi buruk untuk wilayah kantong gizi buruk. Secara
teknis, pelaksanan Pos Gizi seharusnya dilaksanakan di satu Pos
yang terpusat. Konsep kegiatan ini adalah dengan mendatangkan
anak-anak yang mempunyai masalah gizi khususnya masalah
gizi buruk. Namun, karena letak sasaran yang menjadi prioritas
kegiatan ini terpisah-pisah dan berada didaerah yang berbeda
serta jangkauannya jauh, maka di bentuklah beberapa Pos yang
rencananya tersebar di beberapa wilayah Kecamatan Sikakap.
Pada Kuartal pertama penempatan Pencerah Nusantara,
Pelaksanaan kegiatan Pos Gizi direncanakan dilaksanakan pada
bulan Maret. Namun, kenyataannya sedikit mengalami
kemunduran jadwal yaitu pada bulan April. Hal ini disebabkan
karena pada masa ini terjadi pergantian kepala puskesmas baru.
Sehingga pengambilan keputusan untuk melaksanakan kegiatan
sedikit terhambat dan harus mensosialisasikan lagi mengenai
rencana kegiatan yang akan dilakukan.
Pada kuartal ketiga yang merupakan waktu dimana
pelaksanaan kegiatan pos gizi tahap I berakhir. Ditemukan
beberapa kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan ini,
diantaranya pengukuran berat badan awal balita yang tidak
sesuai dengan kondisi sebenarnya. Setelah dilakukan
pengukuran ulang, terjadi kesalahan dalam melakukan
pengukuran awal berat badan balita yang menjadi sasaran. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan ini, disarankan kepada
para kader dan petugas pelaksana kegiatan untuk tetap jelih
dalam melakukan pengukuran berat badan.
2) Rekomendasi
a) Terlepas dari apa yang telah dilakukan pada kuartal kedua
dan ketiga penempatan Pencerah Nusantara, kami berharap
34

agar selanjutnya terbentuk kelompok-kelompok Pos Gizi di


masyarakat dan dapat dilaksanakan lagi pos gizi tahap II dan
tiga di daerah yang sama.
b) Perlu mengedukasi orang tua anak agar mau terlibat penuh
dalam pos gizi selanjutnya dan pemantauan status gizi anak.
c) Mengoptimalkan TFC (Therapeutic Feeding Center) di
Puskesmas Sikakap untuk menangani bayi dan balita gizi
buruk.
35

8. Lampiran 1.
JADWAL KEGIATAN HARIAN
POS GIZI
HARI CATATATAN HARIAN PENANGGUNG
TANGGAL WAKTU
NO KEGIATAN JAWAB
Hari I 13/04/2015 1 Ibu balita mengisi daftar 09.00 sd (Salh satu kader)
kehadiran dan membawa 09.15
kontribusi
2 Menimbang BB peserta dan 09.15 sd Dll
mencatat di buku 09.45
3 Pengenalan dan perbincangan 09.45 sd
tentang berbagai hal yang perlu 10.00
dalam kegiatan Pos Gizi
4 Bermain, bernyanyi, dan 10.00 sd
memainkan permainan edukasi 10.15
balita
5 Praktek mencuci tangan dan 10.15 sd
kemudian menyiapkan makanan 10.25
atau cemilan
6 Berdoa sebelum makan makanan
di bagikan ke peserta Pos Gizi
7 Penyuluhan dan mendiskusikan 10.25 sd (salah satu
topik-topik tentang kesehatan 10.45 petugas kesehatan
Puskesmas)

8 Mendiskusikan makanan yang 10.40 sd Dll


akan disiapkan besok dan 10.45
menentukan kontribusi serta siapa
yang akan memasak keesokan
harinya
9 Ibu balita membersihkan (beres- 10.45 sd Dll
beres) 11.00
36

Hari II 14/04/2015 1 Ibu balita mengisi daftar dan 09.00 sd


menyerahkan kontribusi 09.15
2 Peserta melakukan praktek Dst
Sd mencuci tangan dengan air dan
hari sabun
XI 3 Berdoa sebelum makan dan Dst
makanan dibagi
4 Penyuluhan dan mendiskusikan
topik-topik tentang kesehatan
serta melatih tumbuh kembang
anak dengan APE
5 Mendiskusikan makanan yang
akan disiapkan besok
6 Ibu balita melakukan beres
beres

Hari 24/04/2015 1 Ibu balita mengisi daftar hadir


XII dan menyerahkan kontribusi
2 Menimbang berat badan
masing-masing peserta dan
mencatatnya kedalam buku
3 Ibu balita bermain, bernyanyi
dan memainkan edukasi balita
4 Praktek mencuci tangan dan
kemudian menyiapkan makanan
atau cemilan
5 Berdoa sebelum makan
makanan dibagikan kepeserta
pos gizi
6 Penyuluhan dan mendiskusikan
topik-topik tentang kesehatan
serta evaluasi kegiatan pos gizi
pada tahap yang mencakup :
- Membahas hasil
kenaikan berat badan
37

balita selama pos gizi


- Mendiskusikan praktek
yang dapat dilakukan
dirumah dan perilaku
tertentu yang
diidentifikasi untuk
dipraktekkan dirumah
- Mendiskusikan kapan
dilakukannya
kunjungan ke rumah
untuk menerapkan
perilaku kesehatan
7 Ibu balita membersihkan (beres-
beres)
38

Lampiran 2.
HASIL PELAKSANAAN POS GIZI TAHAP I

STATUS GIZI
N NAMA NAMA TANGGAL BB TB STATUS GIZI AWAL BB TB
UMUR L/P AKHIR
O BALITA ORTU LAHIR (KG) (CM) (KG) (CM)
BB/U PB/U BB/TB BB/U PB/U BB/TB
1 Rusti Sontina 11-06-2012 34 P 4,1 64 GB SP SK 4,4 64 GB SP SK
2 Risme Sontina 21-08-2010 56 P 12,5 96 GK P N 12,7 96 GK P N
3 Asdina Erna 04-10-2011 42 P 11,1 92 GK N K 11,3 92 GK K N
4 Dwiman Erna 12-07-2012 33 L 9 80 GB SP N 9,1 80 GB SP N
5 Nestika Estina 01-09-2013 19 P 8,2 73 GK P N 8,4 73 GB P N
6 Fitri Nesti 02-04-2011 48 P 12 88 GK SP N 12,2 88 GK SP N

KET :
- GB : Gizi buruk - N : Normal
- GK : Gizi kurang - SK : Sangat kurus
- GB : Gizi Baik - K : Kurus
- SP : Sangat pendek
- P : Pendek
39

9. Lampiran 3.
Dokumentasi

Gambar 2.3 Penimbangan Berat badan awal peserta Pos Gizi dan perbincangan
berbagai hal yang perlu dalam kegiatan Pos Gizi serta penyuluhan tentang Gizi
Buruk.

Gambar 2.4 Petugas kesehatan desa dengan mandiri membuat formula


WHO untuk anak gizi buruk yang dirawat di TFC.
40

Gambar 2.5. Petugas kesehatan bersama kader kesehatan memasak bersama untuk
menyediakan menu dalam kegiatan Pos Gizi

Gambar 2.6 Praktek mencuci tangan dan Pemberian susu formula WHO kepada
anak gizi buruk yang dirawat di Pos gizi dengan metode perawatan TFC
41

Gambar 2.7 Menu yang disajikan pada kegiatan Pos Gizi dan kegiatan makan
bersama dalam kegiatan pos gizi.

Gambar 2.8 Komitmen bersama melawan gizi buruk di dusun

Bukkumonga
42

2.1.3 Kebun Gizi


1. Latar Belakang
Undang-undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,
mengamanatkan bahwa pembangunan nasional diarahkan pada
terwujudnya masyarakat Indonesia yang berdaya saing, ditunjukkan
dengan meningkatkannya kualitas sumber daya manusia.
Pembangunan nasional tersebut dilakukan melalui pembangunan
manusia seutuhnya yang meliputi manusia sebagai insan dan sumber
daya pembangunan. Selanjutnya dalam RPJMN 2010-2014
disebutkan pembangunan manusia sebagai insan mengacu pada
indikator persyaratan dasar yang mencakup kesehatan dan
pendidikan dasar.
Saat ini permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan
sumber daya manusia antara lain di bidang kesehatan, dimana status
gizi masyarakat termasuk didalamnya status gizi anak masih rendah.
Secara nasional prevalensi anak masalah malnutrisi digambarkan
pada hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh
Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan prevalensi balita
berat kurang berdasarkan indikator berat badan menurut Umur
(BB/U) berhasil diturunkan dari 18,4% tahun 2007 menjadi 17,9%
tahun 2010, namun pada tahun 2013 sedikit meningkat menjadi 19,6
%. Prevalensi balita pendek berdasarkan indikator tinggi badan
menurut umur (TB/U) turun dari 36,8% tahun 2007 menjadi 35,6%
tahun 2010, namun pada tahun 2013 sedikit meningkat menjadi
37,2%. Untuk Indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
secara nasional prevalensi sangat kurus tahun 2013 masih cukup
tinggi yaitu 5,3 %, terdapat penurunan dibandingkan tahun 2010
yaitu 6,0 % dan tahun 2007 sebanyak 6,2 %. Demikian pula halnya
dengan prevalensi kurus menurut BB/TB sebesar 6,8 % juga
menunjukkan adanya penurunan dari 7,3 % (tahun 2010) dan 7,4 %
43

(tahun 2007). Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus dan


sangat kurus menurun dari 13,6 % pada tahun 2007 menjadi 12,1 %
pada tahun 2013. Hasil tersebut secara nasional telah mendekati
pencapaian target prevalensi gizi kurang yang ditetapkan dalam
Milleniium Development Goals (MDGs) yaitu 15,5% pada tahun
2015. Meskipun mendekati target pencapaian, tetapi kondisi ini
tetaplah mencengangkan dan sangat memprihatinkan.
Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kecamatan Sikakap
merupakan salah satu daerah yang rawan akan kejadian malnutrisi.
Kecamatan Sikakap merupakan daerah dengan kondisi transfortasi
dan komunikasi yang tersedia sangat menyulitkan untuk
mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Selain itu juga, di wilayah
kecamatan Sikakap merupakan salah satu daerah relokasi masyarakat
dari bencana tsunami. Berdasarkan hasil assesment awal Pencerah
Nusantara angkatan ketiga tentang penyebab masalah malnutrisi
yang terjadi di daerah sikakap adalah karena pola asuh dan
ketersediaan bahan pangan di tingkat keluarga yang terbatas karena
rendahnya daya beli masyarakat. Relokasi masyarakat ke daerah
yang lebih jauh lagi dari pusat kota, membuat sebagian masyarakat
mengalami kesulitan mendapatkan makanan yang mengandung
cukup nutrisi. Kesulitan mendapatkan makanan bergizi akan
berpengaruh pada asupan zat gizi keluarga yang dapat berdampak
pada kemungkinan timbulnya masalah malnutrisi.
Berdasarkan Survey yang dilakukan Puskesmas Sikakap
bekerja sama dengan Pencerah Nusantara II pada tahun 2013 secara
Kumulatif ditemukan 43 kejadian gizi buruk dengan sebaran 16
kasus di Desa Taikako, 15 kasus di Desa Matobe, dan 12 kasus di
Desa Sikakap. Namun, per januari 2014, kasus gizi buruk yang
ditemukan tersisa 3 orang dengan 1 kasus komplikasi (cerebral palsy
dd developmental delay), 1 kasus gizi buruk berulang, dan 1 kasus
gizi kurang yang memburuk ke gizi buruk. Selanjutnya berdasarkan
pemantauan Puskesmas Sikakap, pada bulan Oktober 2014 melalui
44

data rekapitulasi LB3 Gizi menunjukkan bahwa jumlah BGM


keseluruhan 7 orang (L: 3 orang, P: 4 orang). Jumlah akumulatif
kasus gizi buruk sebenarnya (BB/TB) per januari 2014 - oktober
2014 yang ditemukan melalui penjaringan posyandu adalah 1 orang
di daerah Taikako dimana anak ini masih dalam proses perawatan.
Melihat kondisi ini, Pencerah Nusantara angkatan ketiga
bersama Puskesmas Sikakap tergerak melakukan sebuah terobosan
baru dalam menangani masalah malnutrisi di tingkat keluarga
dengan menerapkan pemanfaatan pekarangan yang tersedia di
masyarakat sebagai sumber pemenuhan bahan makanan bergizi.
Konsep ini dituangkan dalam sebuah program bernama kebun gizi
berbasis pangan lokal. Kebun gizi merupakan perkebunan dengan
konsep tumbuhan yang ditanam memiliki nilai gizi bagi manusia.
Program ini memanfaatkan lahan yang tersedia di masyarakat
sebagai akses pemenuhan gizi keluarga yang harapannya dengan
program ini semakin banyak masyarakat yang bisa mengkonsumsi
makanan bergizi. (minimal sayur dan buah)
2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas dan kuantitas keluarga dengan status gizi
baik di wilayah Kecamatan Sikakap.
2) Tujuan Khusus
a) Mencukupi kebutuhan asupan zat gizi keluarga melalui
penyediaan makanan sumber vitamin
b) Mencukupi kebutuhan asupan zat gizi keluarga melalui
penyediaan makanan sumber mineral.
3. Pihak yang dilibatkan Perannya
Penanganan masalah malnutrisi dalam hal keterbatasan bahan
makanan di tingkat keluarga merupakan bagian dari upaya untuk
perbaikan gizi masyarakat. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan
konsep yang jelas dan tepat sasaran. Pencerah Nusantara angkatan
ketiga menawarkan sebuah konsep yang dituangkan dalam sebuah
45

program bernama Kebun Gizi. Dalam pelaksanaan program ini


dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak yang melibatkan berbagai
lintas sektor, NGO, tokoh masyarakat dan berbagai lintas program
yang ada di Puskesmas seperti program Upaya Promosi Kesehatan
dan melibatkan juga para petugas desa yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Sikakap serta para kader posyandu dan masyarakat
setempat sebagai pelaksana kegiatan.
4. Sasaran
Tujuan dari kegiatan kebun gizi adalah untuk merubah perilaku
masyarakat untuk dapat memanfaatkan pekarangan yang tersedia
sebagai tempat penyediaan sumber bahan makanan yang bergizi
untuk keluarga. Agar tujuan ini dapat terlaksana dengan berhasil
guna dan berdaya guna (efisien dan efektif) maka tahap awal dari
kegiatan tersebut adalah menentukan siapa sasaran yang akan
dituju. Prinsip dalam menentukan sasaran penyelenggara kebun gizi
berbasis pangan lokal adalah Sasaran bukan hanya sebagai objek
saja tetapi juga sebagai subjek. Maka sasaran dari penyelenggara
kebun gizi adalah :
a) Keluarga yang mempunyai balita dengan kondisi gizi kurang
atau kurus usia 6-59 bulan termasuk balita dengan Bawah Garis
Merah (BGM) dari keluarga miskin menjadi sasaran prioritas
pembuatan kebun gizi.
b) Tiga posyandu percontohan pengembangan program kebun gizi
berbasis pangan local di tiga desa yang ada di Kecamatan
Sikakap.
c) Kader Posyandu sebagai bagian dari percontohan untuk
masyarakat.
46

5. Rincian Kegiatan
Kegiatan Kebun Gizi berbasis bahan makanan lokal yang
dikembangkan oleh Pencerah Nusantara angkatan 3 dan
Puskesmas Sikakap serta kader posyandu merupakan serangkaian
kegiatan yang meliputi :
1) Persiapan
a) Tingkat Puskesmas
Dalam kegiatan persiapan tingkat puskesmas, peran Pencerah
Nusantara angkatan ketiga adalah menyelenggarakan
pertemuan dengan masing-masing petugas desa untuk
persiapan penyelenggaraan kegiatan kebun gizi meliputi :
pendataan sasaran, dan penetapan jadwal sosialisasi kegiatan.
b) Tingkat posyandu
Sama halnya dengan kuartal pertama, pada kuartal kedua
penempatan Pencerah Nusantara, yang di lakukan adalah
sosialisasi ke kader posyandu tentang rencana pelaksanaan
kegiatan kebun gizi sebagai upaya pengembangan kegiatan
posyandu, dan upaya penanganan masalah gizi yang ada di
wilayah tersebut. Dalam sosialiasi ini, bersama kader
posyandu menetapkan jadwal rutin kegiatan penyelenggaraan
kebun gizi. Bagi kebun gizi percontohan yang diterapkan
pada kuartal pertama dilakukan exit strategi. Srategi ini
merupakan sebuah konsep yang dijalankan dengan tujuan
untuk memandirikan kader posyandu, sehingga mereka dapat
mengembangkan sendiri tanpa bergantung keberadaan
Pencerah Nusantara. Peran Pencerah Nusantara pada kuartal
kedua untuk posyandu yang pernah dibina sebelumnya
sebagai pendamping yang akan memonitoring hasil kegiatan
yang dilaksanakan oleh kader posyandu. Namun, bagi
posyandu yang belum dibina Pencerah Nusantara pada
kuartal pertama, masih dilakukan pendampingan secara rutin
dan terjadwal.
47

c) Tingkat masyarakat
Pencerah Nusantara melakukan sosialisasi ke masyarakat
tentang rencana pelaksanaan kegiatan kebun gizi sebagai
upaya pemanfaatan pekarangan dan lahan yang tersedia.
Sosialisasi ini dilakukan untuk memicu masyarakat untuk
mampu menyediakan berbagai jenis makanan sumber vitamin
dan mineral. Dalam sosialisasi ini, Pencerah Nusantara hanya
melibatkan masyarakat yang benar-benar tertarik untuk
mengolah pekarangan ataupun lahan yang tersedia untuk
dijadikan kebun gizi yang sehat. Sosialisai ke masyarakat
mengenai kegiatan ini melibatkan pemangku kebijakan di
dusun binaan seperti kepala dusun. Sosialisasi dengan
melibatkan kepala dusun merupakan salah satu cara untuk
dapat memudahkan Pencerah Nusantara untuk
mengembangkan kebun gizi di semua keluarga yang ada
didaerah tersebut. Setiap warga yang bersedia untuk
mengolah tanahnya untuk dijadikan projek program kebun
gizi didata dan dilaporkan untuk ditindaklanjuti untuk
mendapatkan bibit tanaman muda seperti bayam, kangkung,
sawi, terong, timun, kacang panjang, tomat, buncis dll.
2) Pelaksanaan
Kegiatan kebun gizi berbasis pangan lokal di masyarakat
maupun di posyandu yang dikembangkan Pencerah Nusantara
angkatan ketiga merupakan sebuah program pemanfaatan lahan
sebagai akses pemenuhan kebutuhan gizi keluarga yang
terjangkau. Kegiatan kebun gizi pertama kali dikembangkan
pada bulan November 2014 di dusun Pumagirat dan Mabolak.
Kebun Gizi yang dikembangkan oleh Pencerah Nusantara
bersama dengan Puskesmas Sikakap dan kader posyandu
merupakan upaya untuk perbaikan gizi masyarakat.
Pada kuartal pertama kegiatan kebun gizi yang
dikembangkan difokuskan pada desa Taikako dan desa Sikakap
48

yang terletak di dusun Pumagirat dan Mabolak. Letak kebun gizi


percontohan berada di sekitar pekarangan posyandu. Namun
melihat makin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pembuatan kebun gizi sebagai wadah untuk
penyediaan sumber bahan makanan yang bergizi, akhirnya pada
Kuartal kedua, program kebun gizi lebih di perluas
jangkauannya di tiga desa yaitu Taikako, Sikakap, dan Matobe.
Percontohan kebun gizi di posyandu pun mulai ditambah di
daerah Taikako dusun Bukkumonga. Sehingga yang awalnya
kegiatan kebun gizi percontohan di posyandu hanya dua tempat,
sekarang menjadi tiga tempat yang berbeda. Pengembangan
kegiatan kebun gizi di kuartal kedua dilakukan dengan
melibatkan berbagai lembaga swadaya masyarakat yang ada di
Kecamatan Sikakap seperti Cifta Fondasi Komunitas (CFK),
Surfaid Internasional, dan Center For Disaster Risk
Management & Community Development Studies (CDRM
CDS).
Percontohan kegiatan Kebun Gizi yang di lakukan di
Posyandu pada kuartal pertama memberi dampak positif
terhadap pengembangan kegiatan ini sehingga beberapa
masyarakat mulai mereplikasikan kegiatan tersebut di sekitar
rumahnya dan di lahannya. Pada kuartal kedua kegiatan ini
berjalan dengan baik. Hal ini di lihat dari semakin meningkatnya
partisipasi masyarakat yang menerapkan kegiatan ini.
Peningkatan partisipasi ini di picu oleh adanya dukungan
kerjasama Pencerah Nusantara dengan lembaga swadaya
masyarakat yaitu Cifta Fondasi Komunitas untuk melakukan
kegiatan Pelatihan Pertanian Organik Terpadu di Kecamatan
Sikakap. Pelatihan yang diberikan ini berlangsung selama 9
bulan. Tahap I dalam pelatihan ini berlansung selama 3 bulan
yang dimulai pada bulan januari-Maret 2015 dengan melibatkan
49

32 kader PKK yang ada di tiga Desa Taikako, Matobe dan


Sikakap.
Saat ini di kuartal ketiga, pelatihan kebun organik yang
dilaksanakan dengan kerjasama dengan Cifta Foundasi
Komunitas berlangsung ke tahap II. Pelatihan yang diberikan
pada tahap II sama halnya dengan pelatihan yang diberikan
sebelumnya, namun yang berbeda adalah peserta pelatihan yang
mengikuti kegiatan tersebut. Pelatihan ini tetap berlangsung
selama tiga kali dalam seminggu di tempat yang telah
disediakan. Dalam Pelatihan ini, Pencerah Nusantara berperang
sebagai fasilitator yang bertugas menggerakkan ibu-ibu PKK
untuk dapat menerapkan kebun gizi di lahannya. Atas dorongan
semua pihak baik itu dari Pencerah Nusantara, Petugas
Puskesmas, Kader Posyandu, dan LSM (Cipta Fondasi
Komunitas), maka kegiatan kebun gizi di kuartal kedua berhasil
dikembangkan dan dilaksankan di 46 KK yang tersebar di
Taikako 21 KK, Sikakap 12 KK dan Matobe 13 KK. 32 KK
diantaranya merupakan Kader PKK yang telah mendapatkan
pembinaan tentang cara pembuatan kebun gizi yang sehat.
Namun pada kuartal ketiga, kegiatan kebun gizi sedikit
terhambat perkembangannya di beberapa dusun. Hal ini
disebabkan karena kurangnya dukungan dari pihak puskesmas
untuk menjadikan kegiatan ini sebagai kegiatan prioritas utama
dalam upaya penanggulangan masalah gizi.
Meskipun pada kuartal ketiga terdapat penurunan
perkembangan pelaksanaan kegiatan kebun gizi dibeberapa
dusun, namun terdapat satu kebun gizi binaan Pencerah
Nusantara yang memberikan hasil yang positif. Kebun gizi
binaan tersebut terdapat di dusun Pumagirat, dimana kebun gizi
tersebut dapat menghasilkan berbagai jenis sayuran dan buah-
buahan yang berkualitas diantaranya ialah semangka dan timun.
Dengan adanya keberhasilan tersebut, maka dapat dijadikan
50

sebagai motivasi bagi masyarakat sekitaranya, bahawa bahwa


masyarakat di kecamatan Sikakap dapat menghasilkan sendiri
sayuran dan buah-buahan yang berkualitas dan tidak perlu
mendatangkan barang dari luar. Perkembangan pengelolaan
kebun gizi tersebut berdampak juga pada peningkatan
pendapatan keluarga yang mengelola kebun tersebut.
Pada Kuartal II Selain dari 15 KK yang berhasil dibina, di
areal pekarangan Puskesmas Sikakap pun dimanfaatkan untuk
pembuatan kebun gizi percontohan bagi masyarakat yang berada
di lingkungan tersebut, namun pada kuartal ketiga penempatan
pencerah Nusantara, kebun gizi yang diterakan diareal
Puskesmas Sikakap tidak dapat dikembangkan lebih jauh. Hal
ini disebabkan karena areal tersebut akan dijadikan sebagai
bagian dari pembangunan Puskesmas Plus.
6. Metode Pelaksanaan
Pencerah Nusantara berperan sebagai penggerak Puskesmas
dan masyarakat untuk menstimulasi program-program kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
Kegiatan kebun gizi merupakan salah satu upaya untuk perbaikan
gizi masyarakat. Untuk dapat menerapkan kegiatan kebun gizi di
berbagai tempat. Sebagai penggerak Puskesmas dan masyarakat,
Pencerah Nusantara berupaya melakukan komunikasi persuatif
melalui kepala puskesmas, pemegang program, petugas desa, kader
posyandu, dan masyarakat untuk memicu masyarakat lainnya dan
kader posyandu untuk dapat melaksanakan kegiatan kebun gizi yang
sehat.
Melihat bahwa sampai dikuartal ketiga ini, dukungan pihak
Puskesmas dalam bentuk pendanaan untuk penerapan kegiatan
kebun gizi sebagai kegiatan tambahan dalam upaya penanggulangan
masalah gizi masih belum ada, maka di kuartal selanjutnya, kegiatan
ini belum dapat dikategorikan sebagai kegatan yang mandiri dan
berkelanjutan. Sehingga kegiatan ini belum dapat dilanjutkan. .
51

7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


Tabel 2.4 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

PENCAPAIAN STRATEGI INDIKATOR PENCAPAIAN RENCANA


OUTCOME
KUARTAL II PENCAPAIAN KEBERHASILAN KUARTAL III TINDAK LANJUT
1. Terealisasi 4 Tersedia sumber 1. Memicu kader 1. Kader posyandu 1. Terealisasi kebun gizi 1. Program
kebun gizi bahan makanan posyandu untuk mengembangkan percontohan didusun kegiatan tidak
percontohan yang bergizi di tingkat menjalankan kegiatan Pumagirat dengan dilanjutkan
ada di kecamatan keluarga kegiatan percontohan tanaman yang diolah dikuartal
Sikakap. 2 percontohan kebun kebun gizi di adalah selanjutnhya
diantaranya gizi di tingkat posyandu semangka,timun dll.
merupakan kebun posyandu masing-masing
gizi percontohan 2. Kader psyandu 2. Masyarakat
yang dibina pada melaksanakan melaksanakan
kuartal pertama pemicuan ke pembuatan kebun
dan 2 lagi masyarakat untuk gizi di
merupakan binaan menerapkan pekarangan yang
baru yang terletak pembuatan kebun tersedia
di dusun gizi dengan 3. Lintas sektor,
Bukkumonga dan memanfaatkan NGO,dll mulai
di areal pekarangan yang menerapkan
pekarangan tersedia. kegiatan kebun
Puskesmas 3. Memicu lintas gizi di
Sikakap. sektor, NGO, dll masyarakat
2. Bersama dengan untuk turut
Cifta Fondasi berpartisipasi
Komunitas dalam menerapkan
berhasil kegiatan kebun gizi
merealisasikan 46 di masyarakat
KK binaan yang
52

menerapkan
kegiatan kebun
gizi. Ke 46 KK
ini tersebar di
Taikako 21 KK,
Matobe 13 KK,
Sikakap 12 KK.
53

8. Evaluasi dan Rekomendasi


1) Evaluasi
Dalam pelaksanaan kegiatan, tentu saja banyak kendala yang
dihadapi saat melaksanakan kegiatan kebun gizi, terutama
kendala teknis termasuk didalamnya mengenai keterbatasan
waktu masyarakat dalam menjalankan kegiatan ini serta
ketersediaan bibit tanaman yang relatif sedikit. Hal ini tentu saja
akan mempengaruhi pengembangan kegiatan ini. Selain itu,
sampai pada kuartal ketiga penemapatan Pencerah Nusantara,
dukungan pihak Puskesmas terhadap kegiatan ini, baik dalam
bentuk dana ataupun yang lainnya belum ada. Hal ini sangat
mempengaruhi keberlanjutan program dan kemandirian program.
2) Rekomendasi
a) Untuk dapat menerapkan atau melanjutkan kegiatan ini,
diperlukan dukungan penuh dari pihak puskesmas itu sendiri,
sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan mandiri dan
menjadi bagian dari kegiatan inovasi puskesmas yang
berjalan dengan lancar.
54

9. Dokumentasi

Gambar 2.9. Kebun Gizi Binaan Pencerah Nusantara di dusun Pumagirat


55

Screening Status Gizi

2.1.4 Pemantauan Status Gizi


1. Latar Belakang
Salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014 adalah
menurunkan prevalensi balita gizi kurang menjadi setinggi-
tingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi
setinggi-tingginya 32%. Uutuk pencapaian RPJMN tersebut, dalam
Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah di tetapakan 8
indikator kinerja kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-
2014, yaitu: (1) balita gizi buruk mendapat perawatan; (2) balita
ditimbang berat badannya; (3) bayi usia 0-6 bulan mendapat Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif; (4) rumah tangga mengonsumsi
garam beriodium; (5) balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A;
(6) ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (7) kabupaten/kota
melaksanakan surveilans gizi; dan (8) penyediaan stok cadangan
(buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk
daerah bencana.
Riskesdas yang hasilnya menjadi salah satu dasar untuk
menetapkan kebijakan berbasis bukti hanya dilakukan 3-5 tahun
sekali. Sementara itu, kebutuhan informasi situasi status gizi dan
capaian kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah khususnya di
kabupaten dan kota secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan,
sehingga perlu dilaksanakan Pemantauan Status Gizi (PSG) secara
periodik dan berkesinambungan.
Intervensi Pencerah Nusantara angkatan kedua terhadap
Puskesmas dilakukan dengan kegiaatan PSG yang merupakan
program dari Dinkes Kabupaten Kepulauan Mentawai yang
dilakukan oleh seluruh Puskesmas Sekabupaten Kepulauan
Mentawai. Sejak tahun 2013, hingga kini, PSG Puskesmas Sikakap
masih berjalan dengan mandiri dan berkelanjutan. Pada bulan
Agustus tahun 2014 kegiatan PSG kembali dilakukan sebagai
56

bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pembinaan


gizi. Data dan informasi yang dihasilkan dari kegiatan PSG di
tahun 2014 dapat dijadikan bahan pengambilan keputusan dan
penyusunan rencana kegiatan pembinaan gizi di suatu wilayah,
khususnya di Puskesmas Sikakap. Melihat begitu pentingnya hasil
dari kegiatan PSG ini, maka di Pencerah Nusantara angkatan ketiga
mencoba mengupayakan agar Puskesmas Sikakap dapat
melanjutkan program penilaian status gizi secara berkelanjutan.
2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Tersedianya data dan informasi status gizi dan capaian sasaran
dan target kegiatan pembinaan gizi secara cepat, akurat, teratur
dan berkelanjutan.
2) Tujuan Khusus
a) Untuk memperoleh informasi tentang prevalensi balita gizi
kurang (underweight) berdasarakan indikator berat badan
menurut umur (BB/U).
b) Untuk memperoleh informasi tentang prevalensi balita gizi
pendek (Stunting) berdasarakan indikator panjang badan
menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur
(TB/U).
c) Untuk memperoleh informasi tentang prevalensi balita gizi
kurus (wasting) berdasarakan indikator berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB).
d) Untuk memperoleh informasi prevalensi balita yang rutin
berkunjung ke posyandu.
3. Pihak yang Dilibatkan dan Peranannya
Pemantauan Status Gizi merupakan salah satu upaya yang
bertujuan untuk menilai status gizi/pertumbuhan bayi dan balita di
di Kecamatan Sikakap. Untuk terlaksananya program Pemantauan
Status Gizi ini dibutuhkan kerjasama lintas sektoral, yakni :
57

a) Tenaga kesehatan khususnya Pemegang Program Kesehatan


Ibu dan Anak
b) Petugas Desa
c) Kader Kesehatan
4. Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan Pemantauan Status Gizi ini adalah
balita usia 0-59 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Sikakap.
5. Rincian Kegiatan
Pemantauan Status Gizi yang dilakukan oleh Puskesmas
Sikakap direncanakan dilaksanakan 1 kali dalam satu tahun. Untuk
pelaksanaan PSG pada tahun 2014 telah dilaksanakan pada bulan
Agustus-September 2014. Pemantauan Status Gizi tahun 2014 yang
dilakukan di 30 dusun dengan jumlah sampel 300 bayi balita
ditentukan secara acak. PSG ini dilakukan dengan penimbangan
bayi balita sasaran yang dilakukan langsung oleh petugas kesehatan
pada saat hari posyandu. Data yang diperoleh akan diolah untuk
ditentukan status gizinya baik BB/U, TB/U, maupun BB/TB.
Pada Kuartal pertama penempatan Pencerah Nusantara, data
PSG sedang dalam tahap pengolahan data. Memasuki kuartal kedua
penempatan Pencerah Nusantara Mentawai, Data PSG yang diolah
bersama dengan Puskesmas Sikakap mulai pada bulan Oktober-
Desember 2014 telah diselesaikan menggunakan aplikasi PSG yang
telah disiapkan. Gambaran data PSG yang diolah menunjukkan
bahwa dari 300 sampel yang diambil, terdapat 11 balita (3,6%)
yang mengalami gizi buruk berdasarkan indikator berat badan
menurut umur (BB/U) dan 31 balita (10,6%) anak mengalami
kondisi sangat pendek berdasarkan indikator tinggi badan menurut
umur (TB/U), serta terdapat 7 balita (2,3 %) mengalami kondisi
sangat kurus berdasarkan indikator berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB). Secara detail hasil kegiatan PSG ini dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini :
58

Tabel 2.5 Hasil Pemantauan Status Gizi Di Kecamatan Sikakap

Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Umur ( BB/U)


Jumlah Gizi
No Desa Sampel Gizi buruk Gizi kurang Gizi Baik Lebih
N n % N % n % n %
1 Sikakap 138 5 3,6 22 15,9 111 80,4 0 0
2 Matobe 45 0 0 13 28,8 32 71,1 0 0
3 Taikako 117 6 5,1 30 25,6 81 69,2 0 0

Total 300 11 3,6 65 21,6 224 74,6 0 0

Berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur ( TB/U )


Jumlah Sangat
No Desa Sampel pendek Pendek Normal Tinggi
N n % N % n % n %
1 Sikakap 138 7 5 18 13 113 81,8 0 0
2 Matobe 45 7 15,5 8 17,7 30 66,6 0 0
3 Taikako 117 17 14,5 30 30,7 70 54,7 0 0

Total 300 31 10,3 56 18,6 213 71 0 0

Berdasarkan indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan ( BB/TB)


Jumlah Sangat
No Desa Sampel kurus Kurus Normal Gemuk
N n % N % n % n %
1 Sikakap 138 2 1,4 8 5,7 128 92,7 0 0
2 Matobe 45 3 6,6 4 8,8 38 84,4 0 0
3 Taikako 117 2 1,7 16 13,6 99 84,6 0 0

Total 300 7 2,3 28 9,3 265 88,3 0 0

Melihat data PSG yang telah diselesaikan, maka kegiatan


yang dilakukan Pencerah Nusantara Mentawai terhadap data
tersebut mengevaluasi dan merencanakan rencana tindak lanjut
kegiatan bersama dengan pemegang program untuk mengurangi
permasalahan diatas. Dari hasil kesepakatan dengan pemegang
program gizi dan Kepala Puskesmas, maka direncanakan sebuah
terobosan yang lebih jelas dan tepat guna. terobosan yang
dirancang dituangkan dalam kegiatan Pos Gizi. Selain
mengevaluasi dan merencanakan rencana tindak lanjut dari hasil
PSG tahun 2014, Pencerah Nusantara bersama mengadvokasi
59

Pemegang program Gizi dan Kepala Puskesmas untuk tetap


melaksanakan kegiatan PSG tahun 2015 dalam bentuk Rencana
Usulan Kerja Tahun 2015 (RUK). Advokasi kegiatan ini
diharapkan dapat menjaring semua balita di Kecamatan Sikakap
yang belum terdeteksi melalui kegiatan posyandu bulanan sehingga
dapat diberikan intervensi yang tepat untuk balita yang bermasalah.
Bentuk kegiatan lain yang diterapkan Pencerah Nusantara di
kuartal kedua ini adalah dengan menerapkan posyandu integrasi
PAUD. Integrasi PAUD ini bertujuan untuk menjaring lebih
banyak lagi balita yang kemungkinan tidak terdeteksi saat
posyandu. Sehingga kunjungan balita yang datang ke posyandu
semakin meningkat.
Pada kuartal III penempatan Pencerah Nusantara, dilakukan
kegiatan PSG di 30 dusun yang ada di Kecamatan sikakap dengan
jumlah sampel sebanyak 300 bayi balita yang ditentukan secara
acak. Kegiatan ini dilaksanakan pada awal bulan Juli 2015. Tujuan
pelaksanaan PSG tahun 2015 ini sama halnya dengan pelaksanaan
PSG pada tahun 2014 yaitu untuk menjaring dan memantau status
gizi balita secara keseluruhan. PSG yang dilakukan pada tahun
2015 merupakan rangkaian kegiatan penimbangan dan pengukuran
tinggi badan. Proses pengukuran antropometri ini dilakukan
langsung oleh petugas kesehatan pada saat hari posyandu. Data
yang diperoleh akan diolah untuk ditentukan status gizinya menurut
indikator BB/U, TB/U, maupun BB/TB. Untuk data PSG tahun
2014 yang lalu, intervensi yang dilakukan Pencerah Nusantara dan
Puskesmas Sikakap di tahun kuartal III dengan respon tindakan
cepat dengan penerapan pelaksanaan kegiatan Pos Gizi, TFC dan
pendistribusian susu dan biskuit MP-ASI sebagai penunjang
pertumbuhan bayi balita yang malnutrisi. Khusus untuk balita yang
menderita gizi pendek, intervensi yang dilakukan dengan
Puskesmas Sikakap saat ini hanya terpusat pada pemberian
penyuluhan di posyandu tentang Pentingnya Gizi Seimbang yang
60

akan menunjang pertumbuhan anak dan pembentukan posyandu


remaja dan kader di SMP 1 Pagai Utara Selatan yang akan bertugas
untuk memantau pertumbuhan anak sekolah dan mendistribusikan
tablet Fe ke remaja putri.
Untuk memperkuat kegiatan PSG tahun 2015, Puskesmas
bekerja sama dengan Pencerah Nusantara menerapkan aturan
penimbangan massal (swiping penimbangan) diseluruh dusun yang
ada di kecamatan sikakap yang dilakukan pertriwulan setiap
tahunnya. Penimbangan massal ini memiliki tujuan yang sama
dengan kegiatan PSG yaitu untuk menjaring lebih banyak lagi bayi
balita untuk dipantau status gizinya melalui penimbangan berat
badan dan tinggi badan. Proses pelaksanaan kegiatan ini diawali
pada bulan juni 2015. Berdasarkan laporan bulanan puskesmas,
cakupan D/S pada bulan Juni mengalami sedikit peningkatan
dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu sebanyak 66,66%.
6. Metode Pelaksanaan
Pencerah Nusantara berperan sebagai penggerak puskesmas
yang menstimulasi kegiatan yang bertujuan meningkatkan
pelayanan primer puskesmas baik secara kualitas dan kuantitas.
Intervensi Pencerah Nusantara terhadap puskesmas dilakukan
dengan sistem Top Down yaitu dengan mediasi dan advokasi ke
Pemerintahan Daerah tingkat kabupaten dan kecamatan, Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatra Barat dan Dinas Kesehatan Kab. Kep.
Mentawai beserta lintas sektoral terkait, serta Bottom Up yaitu
dengan pendekatan kepada ring masyarakat yakni kader kesehatan
untuk menentukan kebutuhan kader kesehatan.
61

7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


Tabel 2.6 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

PENCAPAIAN STRATEGI INDIKATOR PENCAPAIAN RENCANA TINDAK


OUTCOME
KUARTAL II PENCAPAIAN KEBERHASILAN KUARTAL III LANJUT
1. Cakupan D/S Meningkatka Optimalisasi peran 1. Mendorong 1. Terselenggaranya 1. Meningkatkan
Januari Maret 2015 n kualitas dan fungsi Posyandu puskesmas untuk kegiatan PSG kualitas pelayanan
adalah 66,1 %, 63,8 % dan kuantitas Meningkatkan tahun 2015 secara posyandu dengan
dan 58,78% anak- cakupan D/S dan mandiri dan konsep integrasi
2. Cakupan N/D januari- anak,ibu N/D bayi balita berkelanjutan dengan Paud dan
Maret 2015 adalah hamil, serta (target > 80 %) 2. Cakupan D/S Bina keluarga
62,4 %, 48,46 % dan keluarga 2. Teridentifikasinya April-Juni 2015 Balita (BKB) agar
51,3% dengan status bayi balita, ibu adalah 64,01%, partisipassi
3. Cakupan BGM/D gizi baik di hamil dengan 61,25%, 66,66% masyarakat
januari-Maret 2015 wilayah status BGM/KEK 3. Cakupan N/D meningkat.
adalah 0,35%, 0,9% kecamatan 3. Pemberian vitamin April-Juni 2015 2. Mendorong
dan 1,07% Sikakap. A pada bulan adalah 52,33%, puskesmas untuk
4. Bulan Vitamin A Bulan vitamin A 51,02%,40,41% tetap melanjutkan
Februari. Vitamin A 4. Cakupan BGM/D kegiatan
biru untuk Desa April-Juni 2015 penimbangan
Sikakap 100 %, Matobe adalah 0,97%, massal yang
100 %, Taikako 95 %. 1,42%,2,28% dilakukan per tiga
Vitamin A merah untuk bulan untuk
Desa Sikakap 86,2 %. menunjang
Matobe 100 %. Taikako kunjungan
84,5 %. kenaikan D/S di
posyandu.
62

8. Evaluasi dan Rekomendasi


1) Evaluasi
Kegiatan PSG tahun 2014 sudah dilaksanakan pada
bulan Agustus-September 2014, hasil dari kegiatan PSG tahun
2014 telah diintervensi dalam bentuk kegiatan Pos Gizi, TFC
dan pendistribusian susu dan biskuit MP-ASI. Khusus untuk
balita yang menderita gizi pendek, intervensi yang dilakukan
dengan Puskesmas Sikakap saat ini hanya terpusat pada
pemberian penyuluhan di posyandu tentang Pentingnya Gizi
Seimbang yang akan menunjang pertumbuhan anak dan
pembentukan posyandu remaja dan kader di SMP 1 Pagai Utara
Selatan yang akan bertugas untuk memantau pertumbuhan anak
sekolah dan pendistribusian tablet Fe ke remaja putri, namun
pelaksanaan kegiatan tersebut direncanakan dilaksanakan pada
kuartal selanjutnya.
2) Rekomendasi
a) Meningkatkan kualitas pelayanan posyandu agar partisipasi
masyarakat meningkat melalui integrasi PAUD dan BKB,
dan penimbangan massal (sweping penimbangan)
b) Tindak lanjut dari hasil olah data Pemantauan Status Gizi
2014 dan pemantauan pada temuan kasus kasus gizi
buruk/gizi kurang yang memerlukan perawatan secara
berkelanjutan.
c) Intervensi untuk bayi balita stunting(pendek) perlu
diperkuat kegiatannya.
d) Hasil PSG tahun 2015 masih menunggu olahan data selesai
dikerjakan. Diharapkan agar data tersebut dapat
diselesaikan dengan cepat, sehingga dapat dilihat
pencapaian intervensi Puskesmas dan Pencerah Nusantara
terhadap data PSG tahun sebelumya dan dapat juga
ditentukan intervensi apa yang akan dilakukan terhadap data
PSG tahun 2015 tersebut.
63

9. Dokumentasi

Gambar 2.10 Kegiatan Swiping Penimbanagan Balita yang tidak berkunjung ke


posyandu pada kegiatan Pemantau Status Gizi Tahun 2015

Gambar 2.11 Anak Gizi Buruk yang ditemukan dari kegiatan PSG 2014 dan saat
diberikan intervensi dengan pendistribusian susu dan biskuit MP-ASI di rumah
64

1.3. Penyelenggaraan Terapi Diet Pasien Rawat Inap Puskesmas


1. Latar Belakang
Malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien
yang membutuhkan perawatan rawat inap. Malnutrisi berdampak buruk
terhadap proses penyembuhan dan dapat menyebabkan peningkatan
morbiditas dan mortalitas. Status gizi dapat memburuk selama perawatan
rawat inap, dan pada pasien yang mengalami kehilangan berat badan (BB),
secara bermakna dapat terjadi peningkatan resiko timbulnya kekambuhan
dalam waktu yang cepat.
Pelayanan gizi yang tepat merupakan salah satu bentuk penanganan
masalah malnutrisi pada pasien rawat inap. Pelayanan gizi merupakan
hak setiap orang yang diarahkan bagi upaya untuk mencapai kesehatan
optimal, yang dicapai melalui pelayanan bermutu. Pelayanan gizi yang
bermutu, berarti sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di
bidang kesehatan, melalui berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
pelayanan.
Kegiatan pokok pelayanan gizi pasien rawat inap meliputi :
penyelenggaraan makanan, pelayanan gizi rawat inap, konsultasi dan
penyuluhan gizi. Penyelenggaraan makanan adalah suatu rangkaian
kegiatan sejak perencanaan menu, pengadaan bahan makanan, penerimaan,
penyimpanan, persiapan, pengolahan, penyajian, hingga pendistribusian
makanan kepada pasien atau klien. Status kesehatan yang optimal dapat
dicapai melalui pemberian diet yang tepat. Termasuk juga didalamnya
kegiatan pencatatan,pelaporan, dan evaluasi (Depkes RI, 2006).
Hasil assesment awal Pencerah Nusantara angkatan ketiga
tentang sistem penyelenggaraan makanan di Puskesmas Sikakap,
menunjukkan bahwa pelayanan gizi pasien rawat inap di Puskesmas
Sikakap belum dilakukan secara terpadu. Masih terdapat banyak
beberapa kegiatan pelayan gizi yang belum berjalan dengan maksimal
seperti penyelenggaraan makanan pasien.
Berdasarkan hal tersebut, untuk merealisasikan pelayanan gizi
yang berkualitas sebagai upaya mempersingkat lama rawat inap pasien di
65

Puskesmas Sikakap dan penghematan biaya pasien maka dibutuhkan


sebuah upaya yang efektif dan efisien. Maka Pencerah Nusantara angkatan
ketiga mencoba untuk meperbaiki manajemen sistem penyelenggaraan
makanan dan terapi gizi pasien rawat inap di Puskesmas Sikakap melalui
program penyelenggaraan terapi diet pasien rawat inap di Puskesmas
Sikakap.
2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Tercapainya zat gizi yang optimal bagi pasien rawat inap di Puskesmas
Sikakap.
2) Tujuan Khusus
a) Terselenggaranya pelayanan gizi di Puskesmas Sikakap berupa
penyelenggaraan makanan bagi pasien rawat inap.
b) Terselenggarannya pelayanan gizi Puskesmas Sikakap berupa
pemberian diet khusus bagi pasien rawat inap dengan penyakit tertentu.
3. Pihak yang Dilibatkan dan Peranannya
Penerapan penyelenggaraan makanan pasien rawat inap di
Puskesmas Sikakap merupakan bagian dari sebuah upaya perbaikan gizi
pada pasien rawat inap. Dalam upaya pemenuhan zat gizi yang optimal
pada pelaksanaan terapi gizi diperlukan keterlibatan dan kerjasama yang
erat antar berbagai profesi terkait. Profesi yang terlibat adalah dokter,
perawat, dietesien, dan profesi kesehatan lainnya sebagai pendukung
seperti farmakologi, rekam medic, dan juru masak sebagai penyedia
makanan.
4. Sasaran
Seluruh pasien yang membutuhkan perawatan rawat inap di
Puskesmas Sikakap menjadi sasaran penyelenggaraan terapi diet.
5. Rincian Kegiatan
Penyelenggaraan terapi diet pasien rawat inap di Puskesmas Sikakap
merupakan salah satu bentuk pelayanan gizi klinik yang merupakan bagian
dari pelayanan medis untuk penyembuhan pasien yang diselenggarakan
secara terpadu dengan pelayanan gizi promotif, preventif dan rehabilitatif.
66

Penyelenggaraan terapi diet bagi pasien rawat inap sebelumnya telah


dilaksanakan di Puskesmas, namun, dalam pelaksanaanya terlihat masih
banyak kekurangan yang membutuhkan sebuah perbaikan yang jelas.
Melihat kegiatan penyelenggaran terapi diet begitu penting bagi pasien
rawat inap di Puskesmas, maka di kuartal pertama penempatan Pencerah
Nusantara angkatan ketiga melakukan advokasi ke Kepala Puskesmas dan
pemegang program gizi untuk memperbaiki manajemen sistem
penyelenggaraan makanan pasien rawat inap.
Memasuki kuartal kedua penempatan Pencerha Nusantara, maka
kegiatan yang dilakukan pencerah Nusantara mengalami peningkatan dari
apa yang telah dilaksanakan pada kuartal I. Pada Kuartal kedua kegiatan
yang dilakukan Pencerah Nusantara angkatan ketiga tidak jauh beda
dengan apa yang dilakukan sebelumnnya yaitu :
a) Mengadakan pertemuan dengan pelaksana kegiatan
Pada kuartal pertama tugas Pencerah Nusantara bersama
dengan pemegang program gizi melakukan pertemuan dengan kepala
Puskesmas dan bendahara keuangan di Ruang kepala Puskesmas.
Pertemuan ini dilakukan guna mencari kebijakan dari pengambil
kebijakan. Dalam pertemuan tersebut, Pencerah nusantara
menjelaskan gambaran penyelenggaraan makanan yang ada di
Puskesmas Sikakap dengan tujuan dari penjelasan ini didapatkan
solusi yang terbaik untuk perbaikan Puskesmas.
Untuk kegiatan kuartal kedua penempatan Pencerah Nusantara,
pertemuan dengan pemegang program dan Kepala Puskesmas tetap
dilakukan, namun lebih ke bagaimana sistem ini lebih matang dan
kuat. Oleh karena itu, pembahasan kegiatan ini melibatkan kepala
berbagai staf termasuk pemegang IGD, pemegang program KIA
untuk memberikan saran dan masukan untuk kebeehasilan kegiatan ini.
b) Pendampingan dan pelatihan kegiatan penerapan penyelenggaran
diet pasien rawat inap.
Menindaklanjuti dari apa yang telah dilakukan pada kuartal
pertama bahwa dalam menerapkan kegiiatan peyelenggaraan makanan
67

pasien rawat inap yang benar dan tepat, Pencerah Nusantara angkatan
ketiga bertugas untuk mendampingi pemegang program dan pihak-
pihak yang terlibat dalam kegiatan ini seperti tenaga pemasak dalam
menerapkan manajemen sistem penyelenggaraan makanan pasien
rawat inap yang sesuai dengan pedoman.
Oleh karena itu, untuk menguatkan sistem ini, Pencerah
Nusantara di kuartal kedua tidak hanya melakukan pendampingan
tetapi memberikan juga pelatihan kepada pemegang program dan juru
masak tentang tata laksanan Gizi Buruk dan Terapi Diet Pasien Rawat
Inap. Pelatihan ini dilaksanakan dengan tujuan mereka dapat
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan jika terdapat kasus
rawat inap yang membutuhkan penatalaksanaan diet.
Kegiatan pendampingan dan pelatihan penyelenggaraan
makanan yang dilakukan Pencerah Nusantara angkatan ketiga
merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak perencanaan menu,
pengadaan bahan makanan, penerimaan, penyimpanan, persiapan,
pengolahan, penyajian, hingga pendistribusian makanan kepada pasien
atau klien. Saat ini, berbagai pasien rawat inap di Puskesmas Sikakap
sudah memperoleh terapi diet dari Puskesmas. Terapi diet yang
diberikan disesuaikan dengan jenis penyakit yang dideritanya. Salah
satu diantaranya adalah Penatalaksanaan Diet Pada anak Gizi Buruk di
ruang Therapeutic Feeding Center (TFC).
Pada kuartal III penempatan Pencerah Nusantara, kegiatan
penyelenggaraan makanan pada pasien gizi buruk di TFC berjalan
dengan lancar. Terapi diet yang diberikan didasarkan pada SOP yang
telah ditetapkan. Khusus Untuk pasien dengan penyakit degeneratif
yang membutuhkan terapi diet khusus belum berjalan sesuai dengan
yang diharapkan. Pada kuartal ketiga, untuk menunjang pelaksanaan
kegiatan terapi diet pada anak gizi buruk yang dirawat di TFC, maka
dilakukan pelatihan lanjutan kepada staf yang ada di puskesmas
termasuk petugas desa, juru masak, dan tenaga lainnya yang dapat
dipergunakan untuk membantu keberlangsungan kegiatan tersebut.
68

Pelatihan yang diberikan adalah cara pembuatan susu formula WHO.


Pelatihan sendiri diberikan langsung oleh pengelola program gizi yang
sebelumnya di kuartal kedua mendapatkan pelatihan yang sama dari
tim Pencerah Nusantara. Dengan adanya kegiatan tersebut, puskesmas
dengan mandirinya dapat menjalankan kegiatan perawatan anak gizi
buruk. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberhasilan puskesmas dalam
memperbaiki status gizi anak yang dulunya status gizi buruk menjadi
gizi kurang.
6. Metode Pelaksanaan
Pencerah Nusantara berperan sebagai penggerak puskesmas yang
menstimulasi kegiatan penyelenggaraan terapi diet bagi pasien rawat inap
secara terpadu dan jelas.
Langkah awal kegiatan Pencerah Nusantara adalah melakukan
advokasi ke Kepala Puskesmas untuk menerapkan pelaksanaan kegiatan
terapi diet di Puskesmas dengan benar. Setelah didilakukan advokasi,
selanjutnya adalah sosialisasi dan pendampingan ke pemegan program gizi
dan tenaga lainnya yang terlibat dalam kegiatan ini seperti tenaga pemasak
untuk segera menerapkan sistem ini. Dalam sosialisasi dan Pendampingan
ini, Pemegan program menyadari betul akan pentingnya program ini
untuk penyembuhan pasien rawat inap.
69

7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


Tabel 2.7 Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut

PENCAPAIAN STRATEGI INDIKATOR PENCAPAIAN RENCANA TINDAK


OUTCOME
KUARTAL I PENCAPAIAN KEBERHASILAN KUARTAL II LANJUT
Puskesmas mulai Terpenuhinya zat Menerapkan Puskemas menerapkan 1. Puskesmas mulai Memastikan
menerapkan terapi gizi yang optimal pelayanan gizi yang pelayanan gizi dengan menjalankan keberlanjutan pemberian
diet yang benar pada pasien rawat berkualitas dengan pemberian makanan dan kegiatan terapi diet makanan pada pasien
untuk pasien. inap di Puskesmas pemberian diet bagi pasien rawat dengan mandiri, rawat inap di Puskesmas
Terapi diet yang makanan dan diet inap di Puskesmas namun hanya pada dengan benar terutama
dilaksanakan pasien rawat inap di anak gizi buruk yang pada anak gizi buruk yang
adalah Puskesmas dirawat di TFC. akan dirawat di TFC.
penatalaksanaan
diet pada anak gizi
buruk, Maag dan
beberapa jenis
penyakit lainnya.
70

8. Evaluasi dan Rekomendasi


1) Evaluasi
Dalam penerapan penyelenggaraan makanan dan terapi diet
bagi pasien rawat inap di Puskesmas Sikakap, tentu saja banyak
kendala yang dihadapi termasuk kendala dalam tenaga pelaksana
kegiatan. Upaya pemenuhan kebutuhan gizi untuk pasien rawat inap di
Puskesmas Sikakap dilakukan melalui penyediaan makanan bagi
pasien rawat inap. Namun, bagi sejumlah pasien dengan penyakit
berat yang membutuhkan diet khusus, upaya pelayanan gizi tersebut
belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian khusus
tentang hubungan antara makanan, zat-zat gizi, kesehatan dan
penyakit. Oleh karena itu dibutuhkan seorang dietesien yang berperan
sebagai pengkaji asupan makanan dan zat gizi pasien serta
kemungkinan hubungannya dengan keadaan kesehatan dan penyakit
pasien.
Selain terhambat pada pelaksana kegiatan, keberhasilan
kegiatan ini juga dipengaruhi oleh dana yang tersedia untuk kebutuhan
makanan pasien sangat terbatas. Sampai pada kuartal ketiga ini,
dukungan dana untuk kegiatan terapi diet ada penyakit yang
membutuhkan diet khusus belum dapat terealisasi dengan baik.
Namun khusus untuk anak gizi buruk yang membutuhkan terapi diet
di perawatan TFC mendapatkan suplai dana yang cukup, sehingga
pasien dengan gizi buruk masih bisa ditangani dengan baik.
Penanganan anak gizi buruk rawatan TFC pada kuartal ketiga
ini masih berjalan dengan lancar dan memasuki fase tindak lanjut
yaitu perawatan dirumah. Pemantauan kondisi anak gizi buruk
tersebut dilakukan oleh petugas desa yang sebelumnya telah
mendapatkan pelatihan penanganan gizi buruk oleh pengelola
program dan Pencerah Nusantara.
71

2) Rekomendasi
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam menerapkan system
penyelenggaraan makanan pada pasien rawat inap di Puskesmas
Sikakap di butuhkan seorang dietisien yang bertugas untuk
menerjemahkan preskripsi diet ke dalam menu makanan yang
memenuhi syarat diet. Selain itu, Puskesmas perlu melakukan
perhitungan kebutuhan dana untuk makanan pasien selama setahun
dengan pembandingan jumlah pasien yang berkunjung di Puskesmas
tahun lalu. Sehingga tidak menimbulkan kejadian yang mengatakan
bahwa pasien yang di rawat inap tidak diberi makan.
Berhubung sampai saat ini, dukungan puskesmas untuk
kegiatan terapi diet pada pasien degeneratif yang membutuhkan diet
khusus belum dapat terealisasi, maka kemungkinan besar kegiatan ini
belum dapat berjalan dengan mandiri. Namun, untuk terapi diet pada
pasien gizi buruk yang dirawat di TFC dapat di lanjutkan dengan
mandiri karena mendapatkan dukungan penuh dari pihak puskesmas.
72

9. Dokumentasi

Gambar 2.12 Pelatihan pembuatan susu formula WHO oleh pengelola program
gizi kepada petugas desa dan juru masak yang ada di Puskesmas Sikakap.

Gambar 2.13 Kondisi terakhir Anak Gizi Buruk yang pernah mendapatkan
perawatan di TFC.

Gambar 2.14 Monitoring perkembangan Balita Gizi Buruk yang pernah dirawat di
TFC dan sekarang perawatan di rumah.
73

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Almatsier Sunita. 2005. Penuntun Diet. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. Jakarta.
Departemen Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk
Buku II. Jakarta. Departemen Kesehatan.
Sualeman, E.S. 2009. Manajemen Kesehatan: Teori dan Praktik di Puskesmas.
Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Syahrir, P.N. dan Fachrurazy. 2014. Modul Pelatihan Standarisasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama. Mentawai: Dinas Kesehatan Kabupaten
Kepulauan Mentawai dan SurfAid Internasional.

Laporan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Pencerah Nusantara Mentawai Batch 2. 2013. Laporan Kuartal IV. Sikakap:
Pencerah Nusantara Mentawai Batch 2.

Anda mungkin juga menyukai