Indonesia kaya akan ragam seni budaya sudah semestinya
Indonesia berbangga, maka sudah selayaknya bagi bangsa dan
masyarakat negeri ini untuk melestarikan dan menjaga ragam seni budaya yang ada di Indonesia ini. Jadi tidak mustahil jika banyak hasil cipta rasa dan karya dalam berbagai adat dan ragam seni budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ini selalu dilirik oleh bangsa lain. Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Jakarta sebagai Ibu Kota Negara menjadi muara bertemunya pendatang baru dari seluruh penjuru Indonesia dan juga dari berbagai macam Negara didunia. Dari berbagai macam orang yang datang ke kota Jakarta mereka membawa kebiasaan dan seni budaya yang beranekaragam yang dibawa serta oleh para pendatang. Itu menjadikan kota Jakarta semakin beragam, yang memberikan nuansa keindahan Kota Jakarta. Sebagai kota yang megah Jakarta telah menarik banyak pengunjung/pendatang dari luar kota, dan kemudian bermukim sebagai penghuni tetap/menjadi warga Jakarta. Sehingga saat ini Jakarta telah menjadi kota yang sangat padat penduduk. Lenong adalah kesenian teater tradisional atau sandiwara rakyat Betawi yang dibawakan dalam dialek Betawi yang berasal dari Jakarta, Indonesia. Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong. Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah bahasa Melayu (atau kini bahasa Indonesia) dialek Betawi. Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Lenong Denes sendiri adalah perkembangan dari bermacam bentuk teater rakyat Betawi yang sudah punah, seperti wayang sumedar, wayang senggol ataupun wayang dermuluk.Lenong yang menyajikan cerita-cerita kerajaan seperti, indra Bangsawan, Danur Wulan dan sebagainya, menurut istilah setempat disebut Lenong Denes. Lenong preman sendiri adalah Lenong Preman membawakan cerita tentang kehidupan drama rumah tangga sehari-hari. Lenong Preman sering disebut juga Lenong jago, karena cerita yang dibawakan umumnya kisah para jagoan, tuan tanah, seperti: Si Pitung, Mirah dari Marunda atau Pandekar Sambuk Wasiat. Cerita tentang kepahlawanan dan kriminal pun menjadi tema utama lakon Lenong ini. Perbedaan dalam kedua jenis lenong ini terletak pada bahasa yang digunakan. Lenong denes menggunakan bahasa pengantar Melayu yang halus. Sementara, lenong preman menggunakan bahasa informal percakapan sehari-hari. Pengisahan yang dilakukan dalam lenong preman juga merupakan kisah rakyat yang tertindas, yang mengundang kehadiran tokoh pendekar taat ibadah yang melawan kesemena-menaan tuan tanah. Intinya, penyebutan Denes dan Preman adalah terletak pada bahasa yang digunakan dalam sebuah pementasan. Sederhananya, lenong denes diorientasikan pada kebudayaan kaum elit bangsa ini yang hidup dalam kemapaman. Sementara, lenong preman lebih pada aktualitas kehidupan masyarakat yang berada pada kebudayaan kalangan rakyat. Untuk menikmati seni pertunjukkan ini, di zaman yang serba modern, sangatlah sulit karena kelangkaannya. Munculnya para pendatang baru di kota Jakarta secara tidak langsung akan membawa kebudayaan-kebudayaan baru. Hal ini dapat mengakibatkan terkikisnya kebuyaan betawi oleh kebudayaan tersebut, dimana tingkat kepedulian masyarakat Betawi sendiri terhadap kebudayaannya mulai berkurang. Untuk mencegah hal itu supaya tidak lebih parah, kita harus meningkatkan kepedulian masyarakat akan arti pentingnya kebudayaan. Kita dapat memulainya dengan mengadakan ekstrakulikuler yang berhubungan dengan Kebudayaan Betawi dalam lingkungan sekolah khususnya SMA dan SMP yang adalah generasi muda penerus bangsa. Di samping itu pada saat pelaksanaan pesta seperti pernikahan ataupun sunatan sebaiknya menggunakan adat Betawi, walaupun sebenarnya mampu untuk mengadakan pesta di gedung mewah dengan tema Eropa. hal ini pasti akan dapat melestarikan kebudayaan Betawi hingga ratusan tahun bahkan ribuan tahun kedepan.