Anda di halaman 1dari 13

Analgetik

Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa
sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan
sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak
besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap
perangsang ini. Analgetik diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa
nyeri yang dapatditimbulkan oleh berbagai rangsang mekanis, kimia, dan fisis
yang melampaui suatunilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Obat
penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama
denganmempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan
narkotik menekanreaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit.
Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar,
yakni :
a. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk
kelompok ini
b. analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti pada fractura dan kanker (Tjay, 2007).
Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam bebrapa kelompok, yakni :
a. parasetamol
b. salisilat : asetosal, salisilamida, dan benorilat
c. penghambat prostaglandin (NSAIDs) : ibuprofen, dll
d. derivat-antranilat : mefenaminat, glafenin
e. derivat-pirazolon : propifenazon, isopropilaminofenazon, dan metamizol
f. lainnya : benzidamin (Tantum) (Tjay, 2007).
Metode Pengujian Aktivitas Analgetik
Metode-metode pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan menilai
kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan ras nyeri yang diinduksi
pada hewan percobaan (mencit, tikus, marmot), yang meliputi induksi secara
maknik, termik, elekrik, dan secara kimia. Metode pengujian dengan induksi
nyeri secara mekanik atau termik lebih sesuai untuk mengevaluasi obat-obat
analgetik kuat. Pada umumnya daya kerja analgetika dinilai pada hewan dengan
mengukut besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada
respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulasi nyeri atau
juga peranan frekuensi respon nyeri (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993).
1. Metode geliat
Obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri
yang diinduksi secara (pemberian asam asetat secara intraperitonial) pada
hewan percobaan mencit (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993). Manifestasi nyeri
akibat pemberian perangsang nyeri asam asetat intraperitonium akan
menimbulkan refleks respon geliat (writhing) yang berupa tarikan kaki ke
belakang, penarikan kembali abdomen (retraksi) dan kejang tetani dengan
membengkokkan kepala dan kaki belakang. Metode ini dikenal sebagai Writhing
Reflex Test atau Abdominal Constriction Test (Wuryaningsih,1996). Frekuensi
gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya
(Kelompok Kerja Phytomedica, 1993). Metode ini tidak hanya sederhana dan
dapat dipercaya tetapi juga memberikan evaluasi yang cepat terhadap jenis
analgesik perifer (Gupta et al., 2003).

2. Metode Listrik
Metode ini menggunakan aliran listrik sebagai penginduksi nyeri (Vohora dan
Dandiya, 1992). Sebagai respon terhadap nyeri, hewan akan menunjukkan
gerakan atau cicitan. Arus listrik dapat ditingkatkan sesuai dengan kekuatan
analgesik yang diberikan. Metode ini dapat dilakukan terhadap kera, anjing,
kucing, kelinci, tikus dan mencit (Manihuruk, 2000).

3. Metode Panas
Tiga metode yang bisa digunakan untuk memberikan rangsangan panas:
a. Pencelupan ekor hewan percobaan dalam penangas air panas yang
dipertahankan pada suhu 60 1oC.
b. Penggunaan panas radiasi terhadap ekor hewan percobaan melalui kawat Ni
panas (5,5 0,05 Amps) (Vohora dan Dandiya, 1992).
c. Metode hot plate
Metode ini cocok untuk evaluasi analgesik sentral (Gupta et al., 2003). Pada
metode ini hewan percaobaan diletakkan dalam beaker glass di atas plat panas
(56 1oC) sebagai stimulus nyeri. Hewan percobaan akan memberikan respon
terhadap nyeri dengan menggunakan atau menjilat kaki depan. Peningkatan
waktu reaksi yaitu waktu antara pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon
dapat dijadikan parameter untuk evaluasi aktivitas analgesik (Adeyemi, 2001).

4. Metode Mekanik
Metode ini menggunakan tekanan sebagai penginduksi nyeri. Tekanan diberikan
pada ekor atau kaki hewan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah
tekanan yang diperlukan untuk menimbulkan nyeri sebelum dan sesudah diberi
obat. Metode ini dapat dilakukan terhadap anjing, tikus, dan mencit (Manihuruk,
2000).

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat dan Bahan


Alat
Spuit Injeksi (0,1-1ml) : 1 buah
Jarum Sonde : 1 buah
Handscoon : secukupnya
Masker : secukupnya
Bahan
Larutan Na CMC dalam air 1% : 1ml
Steril Asam Asetat (SAA) : 2,055ml
Larutan suspensi Parasetamol dalam CMC 1% : 1,5ml
Hewan uji : 3 ekor mencit
B. Cara Kerja

Setelah 5 menit,
diinjeksikan i.p

Diinjeksikan
p.o

Diinjeksikan
p.o

Diinjeksikan
p.o

1ml Larutan
CMC 1%

Mencit
1
(kontro
l)
Mencit
3

Mencit
2

0,5ml suspensi pct dlm


CMC 1%

1ml suspensi pct dlm


CMC 1%

Larutan SAA 1% dengan dosis yang sudah dikonversikan


ke berat mencit

Dihitu
ng

Geliat yang ditimbulkan


mencit

% daya
analgetik

Dihitung setiap 5 menit selama


30 menit

IV. HASIL PERCOBAAN

Perlakuan Jumlah geliat (per menit)


Mencit % daya
i.p Kumulatif
ke- p.o 5 10 15 20 25 30 analgetik
(SAA1%)
Kontrol
1 0,735ml 3 32 43 42 32 29 181 -
(CMC1%)
2 0,5ml pct 0,57ml 1 8 24 18 12 4 67 62,98%
3 1ml pct 0,75ml 0 5 10 17 9 5 46 74,59%

Konversi dosis dan perhitungan % daya analgetik


a. Berat mencit
Berat mencit 1 : 24,5 gram = 0,0245 kg
Berat mencit 2 : 19 gram = 0,019 kg
Berat mencit 3 : 25 gram = 0,025 kg
b. Dosis parasetamol untuk manusia :
- Dosis lazim parasetamol untuk manusia : 500-1000 mg untuk 1xpakai
- Konversi dosis ke mencit (x0,0026) sehingga dosis parasetamol untuk
mencit : 1,3mg 2,6mg
- Sediaan parasetamol = 250mg/100ml
Sehingga volume parasetamol yang diberikan ke mencit :
sampai
- Dosis parasetamol yang diberikan pada mencit secara p.o :
Mencit 1 : sebagai kontrol (tidak diberikan pct), diinjeksikan CMC 1%
Mencit 2 : diinjeksikan 0,5 ml pct
Mencit 3 : diinjeksikan 1 ml pct
c. Dosis SAA yang diinjeksikan i.p pada mencit
Dosis SAA : 300mg/kgBB mencit
Sediaan SAA 1% = 1g/100ml = 10mg/ml
Sehingga dosis SAA yang diinjeksikan secara p.o pada mencit adalah :
- Mencit 1 : 300mg/kgx0,0245 kg = 7,35 mg
Volume pengambilan :
- Mencit 2 : 300mg/kgx0,019kg = 5,7 mg
Volume pengambilan :
- Mencit 3 : 300mg/kgx0,0025kg = 7,5 mg
Volume pengambilan :
d. % daya analgetik
- Mencit 1 : kontrol sehingga tidak dihitung jumlah geliat
- Mencit 2 : 0,5ml pct
% daya analgetik =
=
=
=
- Mencit 3 : 1ml pct
% daya analgetik =
=
=
=

V. PEMBAHASAN

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengenal dan mempraktikkan
pengujian daya analgesik dengan menggunakan metode rangsangan kimia.
Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf secara
selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi
kesadaran. Analgetik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa
sakit. Berdasarkan meknisme kerja analgetik dibagi menjadi dua yaitu analgetik
non narkotik dan analgetik narkotik. Analgetik non-narkotik digunakan untuk
mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat, sehingga sering disebut
analgetik ringan. Analgetik non-narkotik bekerja menghambat enzim
siklooksigenase dalam rangka menekan sintesis prostaglandin yang berperan
dalam stimulus nyeri dan demam. Sedangkan Analgetik narkotik adalah senyawa
yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif. Efek analgesik
dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel
dalam otak dan spinal cord. Rangsangan reseptor juga menimbulkan
efek euphoria dan rasa mengantuk.
Analgetik dipergunakan untuk mengurangi atau menghalau rasa sakit atau nyeri.
Nyeri yang diinduksikan kepada hewan uji dilakukan menggunakan metode
rangsang kimia. Iritan kimia yang digunakan adalah steril asam asetat yang
diberikan secara intra peritoneal terhadap hewan uji yaitu mencit (Mus
muscullus). Metode rangsang kimia digunakan berdasar atas rangsang nyeri
yang ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang digunakan untuk penetapan daya
analgetika (Katzung, 1986).
Obat analgetik yang memiliki daya analgetik dengan presentasi yang tidak
terlalu tinggi adalah Paracetamol karena Paracetamol merupakan derivat-
asetanilida adalah metabolit dari fenasetin. Paracetamol berkhasiat sebagai
analgetik dan antipiretik, Paracetamol dianggap sebagai zat antinyeri yang
paling aman, oleh karena itu obat ini lebih dipilih dalam percobaan ini. Adapun
pada Asam Mefenamat, Asetosal atau Aspirin mekanisme nyerinya sama
sebagaimana Paracetamol sebagai analgetik AINS namun afek samping berupa
iritasi lambung lebih tnggi resikonya daripada Paracetamol sehingga,
Paracetamol lebih dipilih dalam pengujian efek analgetik pada percobaan ini.
Mekanisme terjadinya nyeri yaitu adanya rangsangan-rangsangan
mekanis/kimiawi (kalor/listrik) yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan
pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator
nyeri. Pada percobaan ini rangsang nyeri diberikan berupa iritan kimia, dengan
cara menginjeksikan secara intra peritoneal zat iritan berupa steril asam asetat.
Efek nyeri akan timbul dalam waktu yang lebih cepat karena iritan diberikan
sacara intra peritoneal. Setelah rangsang nyeri menimbulkan reaksi pada
mediator nyeri akan timbul geliat pada hewan uji (Tjay, 2007).
Adapun mediator nyeri antara lain : histamin, serotonin, plasmakinin-
plasmakinin, prostaglandin-prostaglandin, ion-ion kalium. Zat-zat ini merangsang
reseptor- reseptor nyeri pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir,dan
jaringan, lalu dialirkan melalui saraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP)
melalui sumsum tulang belakang ke talamus dan ke pusat nyeri di otak besar
(rangsangan sebagai nyeri). Sehingga timbul rasa nyeri yang dapat dilihat terjadi
pada hewan uji dengan adanya geliat-geliat yang menandakan mencit
merasakan kesakitan (Ganiswara, 1995).
Selanjutnya, efek nyeri itu akan bereaksi dengan obat analgetik yang diberikan.
Dengan adanya obat analgetik maka ambang nyeri ditingkatkan sehingga
menyebabkan respon terhadap nyeri itu lebih kecil. Semua obat analgetik non
opioid, termasuk Paracetamol yang digunakan pada percobaan ini, bekerja
melalui penghambatan siklooksigenase. Paracetamol
menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi
prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara
berbeda. Paracetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada
aspirin, inilah yang menyebabkan Paracetamol menjadi obat antipiretik yang
kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Paracetamol hanya mempunyai
efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang menyebabkan Paracetamol
hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang.
Paracetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung
prostaglandin, ini menunjukkan bahwa Paracetamol menghambat sintesa
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek
zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam
yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian
pula peningkatan suhu oleh sebab lain.
Pada praktikum ini analgetik yang digunakan adalah analgetik non narkotik yaitu
Paracetamol yang disuspensikan dalam CMC 1%. Dengan kontrol menggunakan
CMC 1%. Praktikum ini menggunakan metode rangsangan kimia. Rangsangan
kimia pada praktikum ini diberikan dengan pemberian steril asam acetat 1%
(SAA). Selain itu dalam praktikum ini hewan uji yang digunakan yaitu mencit.
Mencit digunakan sebagai hewan uji karenamudah disimpan dan dipelihara serta
bisa beradaptasi baik dengan lingkungan baru. Selain itu mencit percobaan
hampir identik secara genetis.Genetik mereka, karakteristik biologi dan
perilakunya sangat mirip manusia, dan banyak gejala kondisi manusia dapat
direplikasi pada tikus.
Pada percobaan ini pemberian cairan pada mencit harus disesuaikan dosis serta
volumenya, hal ini dilakukan supaya supaya tidak terjadi overdosis dan
pemberian volume yang berlebihan kepada hewan uji. Konversi dosis pada
praktikum ini yaitu dosis manusia kepada hewan uji yaitu mencit. Konversi dosis
manusia ke mencit dikalikan 0,0026 dari dosis manusia 70kg ke mencit 20g yang
kemudian disesuaikan dengan berat badan mencit. Pada praktikum ini konversi
dosis Paracetamol dari manusia sebesar 500-1000mg diperoleh dois Paracetamol
untuk mencit sebesar 1,3mg 2,6mg. Pemberian ini tidak boleh melebihi volume
maksimal larutan yang bisa diberikan pada mencit dalam hal ini adalah per oral
dan intra peritonial yang maksimum volume pemberiannya sebesar 1,0ml.
Karena sediaan yang dimiliki sebesar 250mg/100ml sehingga pemberian
Paracetamol pada mencit sebesar 0,5ml sampai 1ml. Sedangkan dosis SAA pada
mencit sebesar 300mg/kgBB, sehingga diperoleh dosis untuk mencit 0,0245kg,
0,019kg dan 0,025kg sehingga diperoleh dosis pemberian pada mencit sebesar
7,35mg, 5,7mg dan 7,5mg. Karena sediaan yang dimiliki adalah SAA1%
(1g/100ml) sehingga volume saa yang diberikan berturut-turut sebesar 0,235ml,
0,57ml dan 0,75ml.
Langkah kerja dari percobaan ini adalah pengujian dilakukan dengan cara
menimbang berat mencit masing-masing sebanyak 3 ekor. Untuk masing-masing
mencit dilakukan konversi dosis agar pemberian dosis pada hewan uji mencit ini
tidak melebihi batas yang ditetapkan. Terdapat 3 tahap uji, tahap pertama yaitu
pada mencit pertama, yaitu sebagai kontrol disuntik secara per oral dengan
larutan CMC 1% sebanyak 1 ml kemudian mencit kedua secara per oral diberi 0,5
ml suspensi paracetamol dalam CMC 1% dan pada mencit ketiga secara per oral
diberi 1 ml susoensi parasetamol dalam CMC 1%. Setelah 5 menit pemberian
kemudian mencit kedua dan ketiga diinjeksi secara intra peritonial dengan
larutan Steril asam asetat (SAA) 1% sebanyak konversi dosis yang telah dihitung
terlebih dahulu. Kemudian dilakukan pengamatan pada ketiga mencit dilihat dari
geliatan mencit dan dicatat kumulatif geliatan mencit setiap selang waktu 5
menit selama 30 menit. Kemudian dihitung % daya analgetik dengan rumus :
% daya analgetik = 100 ( P/K x 100 )
Pada percobaan ini alat yang digunakan yaitu spuit injeksi ( 0,1 1 ml ),
sonde dan gelas beaker. Spuit injeksi dan sonde disini berfunsi untuk alat injeksi
yang digunakan untuk menginjeksi mencit yang beriisikan larutan yang akan
diinjeksikan. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu Steril asam asetat (SAA)
1% yang berfungsi sebagai pemberi rasa nyeri pada mencit atau disebut sebagai
penginduksi nyeri dan suspensi paracetamol dalam larutan CMC 1% yang
berfungsi sebagai analgetik. SAA dapat memberikan suasana asam dengan
melepas ion H+ yang berperan sebagai mediator nyeri yang mempengaruhikerja
sistem saraf, sehingga menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini dapat dilihat
melalui gejala menggeliat pada mencit. Gejala sakit pada mencit sebagai akibat
pemberian SAA secara i.p yaitu adanya kontraksi dari dinding perut, kepala, dan
kaki ditarik ke belakang sehingga abdomen menyentuh dasar dari ruang yang
ditempati yang disebut geliat. Paracetamol merupakan obat analgetik lemah
yang bekerja mempengaruhi proses sintesis dari prostaglandin yang berperan
dalam mekanisme nyeri, reaksi radang dan demam.
Hasil pengamatan menunjukkan mencit yang diberi Paracetamol dengan volume
lebih banyak memiliki aktivitas geliat lebih sedikit, karena diberikan Paracetamol
dengan volume lebih banyak sehingga kemampuan analgetik akan lebih besar.
Berbeda dengan mencit yang diberikan CMC sebagai konrol memilki geliat yang
lebih banyak. Jumlah geliat mencit dihitung setiap 5 menit selama 30 menit.
Pada 5 menit pertama memilki geliat sedikit lama-lama geliat bertambah dan
geliat menurun pada pada menit-menit akhir. Selanjutnya dihitung % daya
analgetik dengan rumus:
Pada mencit II memiliki % daya analgetik 62,98% dan pada mencit III memilki
daya analgetik 74,59%. Hal ini menunjukkan pada mencit III memiliki
kemampuan analgetik lebih besar sehingga memiliki geliat lebih sedikit.
Analgetika adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi atau
menghalau rasa sakit atau nyeri. Nyeri yang diinduksikan kepada hewan uji
dilakukan menggunakan metode rangsang kimia. Iritan kimia yang digunakan
adalah steril asam asetat yang diberikan secara intra peritoneal terhadap hewan
uji yaitu mencit (Mus muscullus). Metode rangsang kimia digunakan berdasar
atas rangsang nyeri yang ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang digunakan untuk
penetapan daya analgetika (Katzung, 1986).
Obat analgetik yang memiliki daya analgetik dengan presentasi yang tidak
terlalu tinggi adalah parasetamol karena Parasetamol merupakan derivat-
asetanilida adalah metabolit dari fenasetin. Parasetamol berkhasiat sebagai
analgetik dan antipiretik, Parasetamol dianggap sebagai zat antinyeri yang
paling aman, oleh karena itu obat ini lebih dipilih dalam percobaan ini. Adapun
pada asam mefenamat, asetosal atau aspirin mekanisme nyerinya sama
sebagaimana parasetamol sebagai analgetik AINS namun afek samping berupa
iritasi lambung lebih tnggi resikonya daripada parasetamol sehingga,
parasetamol lebih dipilah dalam pengujian efek analgetik pada percobaan ini.
Mekanisme terjadinya nyeri yaitu adanya rangsangan-rangsangan
mekanis/kimiawi (kalor/listrik ) yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan
pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator
nyeri. Pada percobaan ini rangsang nyeri diberikan berupa iritan kimia, dengan
cara menginjeksikan secara intra peritoneal zat iritan berupa steril asam asetat.
Efek nyeri akan timbul dalam waktu yang lebih cepat karena iritan diberikan
sacara intra peritoneal. Setelah rangsang nyeri menimbulkan reaksi pada
mediator nyeri akan timbul geliat pada hewan uji (Tjay, 2007).
Adapun mediator nyeri antara lain : histamin, serotonin, plasmakinin-
plasmakinin, prostaglandin-prostaglandin, ion-ion kalium. Zat-zat ini merangsang
reseptor- reseptor nyeri pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir,dan
jaringan, lalu dialirkan melalui saraf sensoris ke susunan syaraf pusat ( SSP )
melalui sumsum tulang belakang ke talamus dan ke pusat nyeri di otak besar
( rangsangan sebagai nyeri ). Sehingga timbul rasa nyeri yang dapat dilihat
terjadi pada hewan uji dengan adanya geliat-geliat yang menandakan mencit
merasakan kesakitan (Ganiswara, 1995)
Selanjutnya, efek nyeri itu akan bereaksi dengan obat analgetik yang diberikan.
Dengan adanya obat analgetik maka ambang nyeri ditingkatkan sehingga
menyebabkan respon terhadap nyeri itu lebih kecil. Semua obat analgetik non
opioid, termasuk parasetamol yang digunakan pada percobaan ini, bekerja
melalui penghambatan siklooksigenase. Parasetamol menghambat
siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin
terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda.
Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin,
inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat
melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek
ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang menyebabkan Parasetamol
hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang.
Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung
prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek
zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam
yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian
pula peningkatan suhu oleh sebab lain.

VI. JAWABAN PERTANYAAN

1. Bagaimana pengaruh dosis analgetik terhadap mencit?


2. Bagaimana mekanisme terjadinya rasa nyeri dari tempat stimulus
rangsang sampai saraf pusat? Bagaimana kerja dari analgesik?

Jawaban:
1. Pengaruh obat analgetik terhadap mencit adalah semakin besar dosis yang
diberikan maka geliat pada mencit semakin sedikit. Hal ini dikarenakan kerja dari
analgetik semakin maksimal. Analgetik (dalam praktek ini adalah parasetamol)
menaikkan ambang nyeri dari mencit.
2. Mekanisme rasa nyeri dari tempat stimulus rangsang sampai saraf pusat
adalah nyeri nosiseptif terjadi ketika ada stimulus memicu reseptor nyeri,
stimulus tersebut akan diubah menjadi impuls saraf pada saraf aferen primer
dan ditransmisikan sepanjang saraf aferen menuju spinal cord dan akhirnya
sampai pada pusat nyeri di dalam otak yang akan menimbulkan persepsi nyeri.
Mekanisme kerja analgesik berhubungan dengan penghambatan biosintesis
prostaglandin (PG). Biosintesis prostaglandin diperantarai oleh enzim
COX(Siklooksigenase). Luka pada jaringan akan merusak membran sel lalu
fosfolipid keluar melepaskan asam arakidonat dimana pada sisi aktif COX asam
arakidonat akan diubah menjadi PGG2, selanjutnya pada sisi aktif perioksidase,
PGG2 tersebut akan dikonversi menjadi PGH2, lalu PGH2 oleh berbagai enzim
akan diubah menjadi berbagai tipe pprostaglandin. Analgetik secara umum
bekerja dengan menaikkan ambang nyeri.

VII. KESIMPULAN

1. Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf secara
selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi
kesadaran. Analgetik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa
sakit.
2. Analgetik yang digunakan adalah analgetik non narkotik yaitu Paracetamol
yang disuspensikan dalam CMC 1%. Dengan kontrol menggunakan CMC 1% yang
keduanya telah disesuaikan dosisnya.
3. Praktikum ini menggunakan metode rangsangan kimia,yaitu diberikan
dengan pemberian steril asam acetat 1% (SAA) dengan hewan uji mencit, karena
mudah disimpan dan dipelihara serta bisa beradaptasi baik dengan lingkungan
baru. Selain itu mencit percobaan hampir identik secara genetis dengan
manusia.
4. Pemberian di lakukan secara oral dan intra peritonial. Pemberian tidak
boleh melebihi volume maksimal larutan yang bisa diberikan pada mencit dalam
hal ini adalah per oral dan intra peritonial yang maksimum volume
pemberiannya sebesar 1,0ml.
5. Volume pengambilan di tentukan dari perhitungan berat mencit yang di uji.
6. Hasil pengamatan menunjukkan mencit yang diberi Paracetamol dengan
volume lebih banyak memiliki aktivitas geliat lebih sedikit, karena diberikan
Paracetamol dengan volume lebih banyak sehingga kemampuan analgetik akan
lebih besar.
7. Pada mencit II memiliki % daya analgetik 62,98% dan pada mencit III
memilki daya analgetik 74,59%

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Adeyemi. 2001. Analgesic and Anti-inflammatory Effects of The Aqueous Extract


of Leaves of Persea americana Mill. (Lauraceae). Italy: J. Fitoterapia, 73, Elsevier,
Indena, p. 375-377.
Anief Moh. 2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Press.
Anonim. 2008. Konsep Dasar Nyeri. http://qittun.blogspot.com/2008/10/konsep-
dasar-nyeri.html (diakses tanggal 16 April 2013).
Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai Penerbit
Falkultas Indonesia Press.
Gupta, M., U.K. Mazumder, R.S. Kumar dan T.S. Kumar. 2003. Studies on Anti-
inflammatory, Analgesic and Antipyretic Properties of Methanol Extract of
Caesalpinia bonducella leaves in Experimental Animal Models, Iranian J.
Pharmacology & Therapeutics. Calcutta, India: Razi Institute for Drug Research.
Katzung, Bertram G., 1986, Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.
Kelompok Kerja Phyto Medica. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia
dan Pengujian Klinis. Jakarta: Yayasan Phytomedica. hal. 3-6.
Manihuruk, E. Skripsi: Aktivitas Analgesik Daun Dewa (Gynura procumbens
(Lour.) Merr. dan Gynura pseudochina (L.) DC.) pada Mencit Dengan Metode
Geliat. Jatinangor: Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Padjadjaran. hal. 18.
Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Pentatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC. Hal 1-63
Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Vohora, S.B. and P.C. Dandiya. 1992. Herbal Analgesic Drugs. Italy: J. Fitoterapia,
LXIII (3), Elsevier, Indena. p. 202
Wuryaningsih, L.E., M.A. Rarome, T. Windono. 1996. Uji Analgesik Ekstrak Etanol
Kering Rimpang Kencur Asal Purwodadi pada Mencit Dengan Metode Geliat
(Writhing Reflex Test), 3. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. hal. 24-25.

Anda mungkin juga menyukai

  • EKSTRAK KADAR
    EKSTRAK KADAR
    Dokumen12 halaman
    EKSTRAK KADAR
    Hilda Fitria Kamal
    33% (3)
  • Kesadaran: Compos Mentis (CM)
    Kesadaran: Compos Mentis (CM)
    Dokumen7 halaman
    Kesadaran: Compos Mentis (CM)
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Formulir Pemantauan Terapi Obat
    Formulir Pemantauan Terapi Obat
    Dokumen8 halaman
    Formulir Pemantauan Terapi Obat
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Visi
    Visi
    Dokumen5 halaman
    Visi
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • 2B Fitokimia
    2B Fitokimia
    Dokumen5 halaman
    2B Fitokimia
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • 2 Kata Pengantar Solid
    2 Kata Pengantar Solid
    Dokumen1 halaman
    2 Kata Pengantar Solid
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Akar Manis
    Akar Manis
    Dokumen7 halaman
    Akar Manis
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Bab X
    Bab X
    Dokumen1 halaman
    Bab X
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Ekstraksi Jahe
    Ekstraksi Jahe
    Dokumen6 halaman
    Ekstraksi Jahe
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Buku di Apotek
    Buku di Apotek
    Dokumen5 halaman
    Buku di Apotek
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Momerendum of Understanding
    Momerendum of Understanding
    Dokumen2 halaman
    Momerendum of Understanding
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Susut
    Susut
    Dokumen8 halaman
    Susut
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • 7 Daftar Pustaka Solid
    7 Daftar Pustaka Solid
    Dokumen1 halaman
    7 Daftar Pustaka Solid
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Kfa Campuran
    Kfa Campuran
    Dokumen2 halaman
    Kfa Campuran
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Gsms
    Gsms
    Dokumen6 halaman
    Gsms
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Kanker
    Kanker
    Dokumen15 halaman
    Kanker
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Teknologi Dna Rekombinan
    Teknologi Dna Rekombinan
    Dokumen28 halaman
    Teknologi Dna Rekombinan
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Kfa Campuran
    Kfa Campuran
    Dokumen2 halaman
    Kfa Campuran
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Amodiakuin
    Amodiakuin
    Dokumen2 halaman
    Amodiakuin
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Urinal Is Is
    Urinal Is Is
    Dokumen16 halaman
    Urinal Is Is
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Amodiakuin
    Amodiakuin
    Dokumen2 halaman
    Amodiakuin
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Dokumen15 halaman
    Kelompok 1
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Farmasi Komunitas
    Farmasi Komunitas
    Dokumen20 halaman
    Farmasi Komunitas
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Alkes IGD-1
    Alkes IGD-1
    Dokumen19 halaman
    Alkes IGD-1
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Alat Kesehatan
    Alat Kesehatan
    Dokumen14 halaman
    Alat Kesehatan
    Muhammad Rafsanjani
    Belum ada peringkat
  • Susut
    Susut
    Dokumen8 halaman
    Susut
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • AKIDAH Edit
    AKIDAH Edit
    Dokumen31 halaman
    AKIDAH Edit
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat
  • Defekta Digunakan Untuk Mencatat Barang Yang Kosong Biasanya Obat
    Defekta Digunakan Untuk Mencatat Barang Yang Kosong Biasanya Obat
    Dokumen1 halaman
    Defekta Digunakan Untuk Mencatat Barang Yang Kosong Biasanya Obat
    Hilda Fitria Kamal
    Belum ada peringkat