01 GDL Srinugroho 588 1 Kti - Sri H PDF
01 GDL Srinugroho 588 1 Kti - Sri H PDF
DISUSUN OLEH:
SRI NUGROHONINGSIH
NIM. P11053
i
PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP
PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. H
DENGAN POST AMPUTASI BELOW KNEE ATAS INDIKASI
MULTIPLE FRAKTUR REGION CRURIS SINISTRA
DI RUANG MAWAR 2 RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
DISUSUN OLEH:
SRI NUGROHONINGSIH
NIM. P11053
i
ii
NIM : P11053
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
SRI NUGROHONINGSIH
NIM P11053
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : P11053
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi
DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/ Tanggal :
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns. ( )
NIK. 201183063
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judull PEMBERIAN TEKHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. H
DENGAN POST AMPUTASI BELOW KNEE ATAS INDIKASI MULTIPLE
FRAKTUR REGION CRURIS SINISTRA DI RUANG MAWAR 2 RSUD Dr.
MOEWARDI SURAKARTA
v
5. Nurul Izzawati, S.Kep.,N., selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta, yang telah memberikan bimbingan dengan sabar baik berupa materi
dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
7. Ayah dan Ibu, yang selalu menjadi sumber inspirasi dan memberikan dukungan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Saudara serta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan
semangat dalam setiap proses yang dilalui penulis.
9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yangtiddak dapat disebutkan satu persatu,
yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
vii
G. Intervensi Keperawatan ........................................................................ 49
H. Implementasi Keperawatan ................................................. 51
I. Evaluasi ................................................................................ 53
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 67
B. Saran .................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6 : Jurnal
ix
BAB I
PENDAHULUAN
amputasi merupakan suatu titik awal kehidupan baru yang lebih bermutu.
kan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani dan pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan serta diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan
merupakan suatu trauma bagi penderita dan ini bisa menimbulkan berbagai
keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering dikemukakan oleh pasien
Berdasarkan penelitian saat ini, amputasi pada alat gerak, 8590% dari
seluruh amputasi dan operasi bawah lutut paling banyak dilakukannya. 90% dari
dengan atas lutut. Pada kasus amputasi atas lutut hanya 25% yang dapat
ujung saraf bebas (nosireseptor) yang berjalan dari perifer melalui spinalis yang
diperantarai oleh sistem sensorik (nosiseotik). Sistem ini, batang otak, thalamus,
non noksious atau noksious ringan sehingga akan menyebabkan nyeri (Pinzon,
2007).
1
2
the Study of pain, IASP, 1979) sebagaimana dikutip dalam Andarmoyo (2013)
yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau
tindakan penanganan fisik meliputi stimulus kulit, stimulus elektrik saraf kulit,
tegangan otot yang menunjang nyeri, ada banyak bukti yang menunjukkan
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurdin dkk
(2013) dengan judul Pengaruh Teknik Relaksasi terhadap Intensitas Nyeri pada
Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang Irina A BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
teknik relaksasi terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi
jurnal penelitian tersebut pada Tn. H dengan post amputasi below knee atas
indikasi multiple fraktur region cruris sinistra di Ruang Mawar 2 RSUD Dr.
setelah operasi dengan kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, dengan skala
nyeri 5, pada luka post amputasi ekstermitas kaki kiri dibawah lutut, nyeri hilang
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Amputasi Below Knee Atas Indikasi Multiple Fraktur Region Cruris Sinitra
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
penurunan nyeri pada Tn. H dengan post amputasi below knee atas indikasi
2. Tujuan Khusus
amputasi below knee atas indikasi multiple fraktur regio cruris sinistra
post amputasi below knee atas indikasi multiple fraktur regio cruris
sinistra
4
dengan post amputasi below knee atas indikasi multiple fraktur region
cruris sinistra
amputasi below knee atas indikasi multiple fraktur region cruris sinistra
dengan post amputasi below knee atas indikasi multiple fraktur region
cruris sinistra.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam
Keperawatan
2. Institusi
a. Rumah Sakit
b. Pendidikan
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi institusi
kasus post amputasi below knee atas indikasi fraktur multiple region
cruris sinistra
cara mengontrol nyeri akibat post amputasi below knee atas indikasi
TINJAUAN TEORI
A. Fraktur
1. Definisi
total maupun sebagian yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan
lunak akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak
fragmen tulang yang patah dengan udara luar yang disebabkan oleh cedera
2. Etiologi
a. Kekerasan langsung
6
7
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
3. Manifestasi Klinik
a. Deformitas
b. Bengkak (edema)
c. Echimosisi (memar)
e. Nyeri
g. Krepitasi
h. Pergerakan abnormal
i. Rongent abnormal
4. Patofisiologi
mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan
8
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat di serap tulang, maka
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak
sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
5. Klasifikasi Fraktur
tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
fragmen tulang denga dunia luar, diebut juga fraktur bersih karena
a) Hair Line Fraktur adalah salah atu jenis fraktur tidak lengkap
pada tulang. Hal ini disebabkan oleh stress yang tidak biasa
b) Buckle atau Torus Facture, bila terjadi lipatan dari satu korteks
trauma.
a) Fraktur Komunitif : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan
b) Fraktur Segmental : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
c) Fraktur Multiple : Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
menjauh)
tulang.
6. Komplikasi Fraktur
a. Komplikasi Awal
1) Kerusakan Arteri
2) Kompartemen Syndrom
menekan otot, tulang, saraf dan pembuluh darah. Selain itu karena
tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-
dan demam.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
5) Avaskuler Nekrosis
6) Shock
1) Delayed Union
2) Nonunion
kurang
13
3) Malunion
baik
7. Penatalaksanaan Fraktur
a. Fraktur Terbuka
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam
1) Pembersihan luka
3) Hecting situasi
4) Antibiotic
b. Seluruh Fraktur
1) Rekognisi (Pengenalan)
tindakan selanjutnya.
2) Reduksi (Reposisi)
3) Retensi (Immobilisasi)
4) Rehabilitasi
dan ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan
B. Asuhan Keperawatan
1. Fokus pengkajian
Menurut Carpenito dkk (2000) dalam Padila (2012) fokus pengkajian pasien
fraktur adalah:
trauma
2. Diagnosa keperawatan
Intervensi :
Kriteria hasil : suhu ekstermitas hangat, nadi distal dan proximal kuat
Intervensi :
2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan
luka.
mempermudah intervensi.
misalnya debridement.
terjadi infeksi.
Intervensi :
peralatan.
pasif.
pasien.
20
resiko.
Kriteria hasil : terbebas dari tanda atau gejala infeksi (tidak ada pus,
Intervensi :
1) Pantau tanda atau gejala infeksi (suhu tubuh, denyut jantung, lesi
pathogen.
21
Kriteria hasil : tidak ada bau badan, tidak bau mulut, mukosa mulut
Intervensi :
AKS
22
C. Amputasi
1. Definisi
psikologis bagi klien atau keluarga berupa pnurunan citra diri dan
penurunan produktifitas.
ketika masalah pada kaki sudah tidak mungkin dapat di perbaiki dengan
keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain,
2. Jenis amputasi
terakhir.
3) Amputasi darurat
1) Amputasi terbuka
2) Amputasi tertutup
3. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2009) berbagai kondisi kaki yang dapat
dapat diperbaiki
diabetes mellitus)
4. Patofisiologi
f,infeksi yang berat atau beresiko terjadi sepsis, adanya tumor ganas, dan
infeksi dan kerusakan kulit. Karena ada pembuluh darah besar yang di
potong, dapat terjadi perdarahan masif infeksi yang tejadi merupakan infeksi
5. Pemeriksaan diagnostik
untuk amputasi.
pembekuan hematoma.
penyebab
D. Nyeri
1. Definisi
2. Klasifikasi
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit,
enam bulan
2) Nyeri Kronik
bulan.
1) Nyeri Nosiseptif
otot, jaringan ikat, dan lain-lain. Hal ini dapat terjadi pada nyeri
2) Nyeri Neuropatik
saraf perifer. Nyeri ini lebih sulit diobati. Pasien mengalami nyeri
kronis
seperti tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi.
29
2) Viseral dalam
lambung.
bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa
selangkangan.
4) Radiasi
a. Usia
b. Perhatian
c. Ansietas
31
d. Makna nyeri
pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri
f. Pekerjaan
tangga yang paling banyak. Hal ini merupakan salah satu faktor
32
g. Pengetahuan
4. Penatalaksanaan Nyeri
sosial, dan masih banyak lagi disiplin ilmu yang dapat melakukan
manjemen nyeri.
a. Penatalaksanaan nyerifarmakologis
(NSAID)
untuk nyeri sedang sampai berat, seperti pasca operasi dan maligna.
1) Bimbingan antisipasi
d) Penyebab nyeri
klien
a) Distraksi
(Andarmoyo, 2013)
b) Relaksasi
c) Imajinasi terbimbing
Andarmoyo, 2013)
a) Hipnosis
Andarmoyo, 2013)
b) Akupuntur
kontrol volunter
a) Masase
1. Definisi
adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan
awalnya. Napas yang lambat, berirama juga dapat digunakan sebagai teknik
posisi yang nyaman dalam pelaksanaan relaksasi ini. Posisi yang tidak
nyaman akan membuat pasien tidak focus pada tindakan dan membuat
a. Duduk
b. Berbaring
1) Letakkan kaki terpisah satu sama lain dengan jari-jari kaki agak
Menurut Nurdin dkk (2013), prosedur teknik relaksasi nafas dalam adalah
usahakan pasien dalam keadaan rileks, minta pasien memejamkan mata dan
usahakan agar konsentrasi, menarik nafas dari dalam hidung secara pelahan-
lahan sambil menghitung dalam hati, hirup, dua, tiga , hembuskan udara
menarik nafas lagi dari dalam hidung dan hembuskan melalui mulut secara
4. Keefektifan jurnal
Post Operasi Fraktur di Ruang Irina A BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Kandou Manado pada tanggal 17-30 juni 2013. Polulasi atau responden
41
orang.
intensitas nyeri pada pasien pasca operasi fraktur di Irina A BLU RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, tingkat nyeri pasca operasi fraktur sebelum
dilakukan teknik relaksasi yaitu: nyeri ringan 1 orang, nyeri sedang 8 orang,
dilakukan teknik relaksasi yaitu: tidak nyeri 1 orang, nyeri ringan 9 orang
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada
Tn. S dengan nyeri post amputasi bellow knee atas indikasi multiple fraktur region
cruris sinistra, diaksanakan pada tanggal 11-12 April 2014 di ruang Mawar RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Asuhan Keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa
A. Identitas Klien
islam, bekerja sebagai buruh dan bertempat tinggal di Telogo, Wonosari, Klaten
dengan diagnosa post amputasi bellow knee atas indikasi multiple fraktur region
cruris sinistra. Pasien masuk ke rumah sakit tanggal 01 April 2014, selama
dirumah sakit yang bertanggung jawab atas Tn. H adalah Tn. A dengan usia 35
tahun, bekerja sebagai buruh. Hubungan dengan klien adalah anak Tn. H dan
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 April 2014 jam 08.00 WIB dengan
cara auto anamnesa dan alloa namnesa. Keluhan utama yang dirasakan, klien
mengeluh nyeri pada kaki kiri setelah operasi. Riwayat kesehatan sekarang
42
43
RSUD Dr. Moewardi Surakarta jam 16.00 WIB atas rujukan dari RS PKU
tertindas roda truk pada saat sedang membongkar muatan pasir dan terpeleset,
tindakan pembedahan yaitu amputasi bellow knee atau di bawah lutut pada
sakit demam, batuk, pilek. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan, tidak
pernah dirawat dirumah sakit, belum pernah operasi sebeumnya dan klien
Melitus, dan Hipertensi. Dalam silsilah keluarga Tn. H adalah anak pertama
dari 3 bersaudara, klien memiliki 1 istri dan 3 orang anak. Tn. H saat ini
Genogram :
Keterangan:
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Perkawinan
: Tinggal satu
rumah
44
mengatakan kondisi yang sehat yaitu dimana pasien dapat beraktifitas sehari-
hari secara mandiri, kesehatan itu mahal harganya, jika sakit pergi ke dokter.
Selama sakit pasien mengatakan bahwa sakit yang dideritanya ini adalah
Pola nutrisi dan metabolisme sebelum sakit klien makan 3 kali sehari,
jenis makanan nasi, lauk, sayuran, buah, air putih kurang lebih 8 gelas per
hari, 1 porsi habis, tidak ada kelihan. Selama sakit klien makan 3 kali sehari,
jenis makanan bubur, sayur, nasi, lauk, buah, air putih kurang lebih 5 gelas
Pola eliminasi buang air kecil (BAK) sebelum sakit frekuensi 5-7 kali
per hari, bau amoniak,warna kuning jernih, pancaran kuat, perasaan setelah
BAK lega. Selama sakit frekuensi 2-4 kali per hari, bau amoniak,warna
Pola eliminasi buang air besar (BAB), sebelum sakit frekuesi 1-2 kali
per hari, konsisitensi lembek, bau khas, warna kuning, tidak ada keluhan.
Selama sakit frekuensi 2 hari 1 kali, konsisitensi lembek, bau khas, warna
mobilitas di tempat tidur, berpindah, dan ambulasi atau ROM. selama sakit
aktivitas makan dan minum dengan skor 0 yaitu mandiri, toileting dan
berpindah dengan skor 3 yaitu dibantu orang lain dan alat, mobilitas di tempat
tidur, berpakaian dan ambulasi dengsn skor 2 yaitu dibantu orang lain.
Pola istirahat tidur sebelum sakit klien mengatakan tidur kurang lebih
7-8 jam sehari, dari jam 21.00-05.00 WIB dengan nyenyak. Klien terkadang
juga tidur siang kurang lebih 2 jam. Selama sakit klien mngatakan tidur
kurang lebih 6-7 jam sehari, sering terbangun, perasaan saat bangun tidak
segar.
tidak dapat berjalan dan kehilangan kaki kirinya dan tidak mampu melakukan
operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum, nyeri pada luka post operasi yaitu
kaki kiri dibawah lutut, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul. Klien tampak
Pola persepsi dan konsep diri, body image klien mengatakan senang
dengan setiap bagian tubuhnya, namun sedih haus kehilangan salah satu
kakinya. Ideal diri klien berharap menjadi kepala keluarga yang baik, ingin
mengatakan sebagai kelala keluarga, namun saat ini tidak bisa menjalankan
berkeluarga, memiliki 1 istri dan 3 orang anak. Harga diri, klien mengatakan
46
merasa berharga karena dicintai oleh istri dan anak-ankanya meski dengan
keadaannya sekarang.
hubungan yang baik dengan keluarga dan orang lain. Selama sakit klien
menerima sakitnya dengan iklas, begitu juga dengan keluarganya, jika ada
islam dan taat beibadah 5 waktu. Selama sakit klien mengatakan masih sering
beribadah sholat dan berdoa diatas tempat tidur, dan mengatakan bahwa
C. Pemeriksaan Fisik
kesadaran klien sadar penuh (compos mentis) dengan nilai Glasgow Coma
vital adalah sebagai berikut, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82 kali per
menit dengan irama teratur dan kuat, frekuensi pernafasan 20 kali per menit
hitam dan pendek. Muka, pada mata kanan kiri simetris, pupil isokor, sklera
mata,tidak ada alat bantu penglihatan, reflek terhadap cahaya positif. Hidung
bersih, tidak ada polip. Mulut, mukosa bibir kering, bentuk simetris. Gigi
terdapat karies, tidak ada gigi palsu. Telinga bentuk kanan kiri simetris dan
tidak ada gangguan pendengaran. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pemeriksaan dada, saat diinspeksi bentuk dada simetris dan tidak ada
jejas. Saat dipalpasi pengembangan paru dan vocal fremitus kanan kiri sama.
Perkusi, suara sonor, auskultasi, vesikuler di semua lapang paru, tidak ada
usus 18 kali per menit, kuadran I pekak, kuadran II III IV tympani, dan tidak
Pada genetalia terpasang DC, tampak bersih. Pada kulit, turgor kulit
baik, warna kulit sawo matang. Kekuatan otot ekstermitas atas kanan da kiri
5. Pergerakan ekstermitas atas sebelah kanan bebas, dan kiri aktif.tidak ada
bawah kanan 5 dan kiri 3. Pergerakan ekstermitas bawah kanan dan kiri
bebas, Rom kanan bawah aktif dan ROM kiri bawah pasif. Tidak ada
D. Pemeriksaan Laboratorium
trombosit 200 U/L (normal: 150-450 U/L), eritrosit 4,02 juta/mm3 (normal:
4,6 mmol/l (normal: 3,3-5,1 mmol/l), chlorida darah 103 mmol/dl (normal:
98-106 mmol/l).
E. Therapy
Program terapi yang didapatkan klien pada tanggal 11-12 April 2014,
melalui oral.
tersebut yaitu ditandai dengan data subyektif klien mengatakan nyeri setelah
operasai, nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, nyeri pada luka post operasi yaitu
kaki kiri dibawah lutut, skala 5, nyeri hilang timbul. Data objektif klien
49
tampak gelisah, ekspresi wajah meringis kesakitan, klien tampak gelisah, TD:
tidak dapat berjalan dan kehilangan kaki kirinya dan tidak mampu melakukan
aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat, kekuatan otot ekstermitas
atas kanan kiri 5, ekstermitas bawah kanan 5 kiri 3, terasang infus RL 20 tpm.
G. Intervensi Keperawatan
dapat teratasi dengan kriteria hasil: klien mampu mengontrol nyeri, klien
vital dalam batas normal (tekanan darah: 110/70-120/80 mmHg, nadi: 68-80
kali per menit, pernafasan: 16-24 kali per menit, suhu: 36-37C). Intervensi
atau rencana yang akan dilakukan penulis untuk mencapai tujuan dari
mampu meningkatkan ambang nyeri pada pusat nyeri di otak sehingga nyeri
berkurang.
ditempat tidur. Rencana atau intervensi yang akan dilakukan penulis adalah
posisi dari tidur keduduk dan turun dari tempat tidur dengan rasional
memakai tongkat dan kursi roda dengan rasional klien mampu mengenal dan
rencana ambulasi yang sesuai dengan rasional mengetahui rencana yang tepat
untuk klien.
51
H. Implementasi Keperawatan
09.00 WIB pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
keadaan umum dan TTV, dengan respon subyektif klien mengatakan tubuh
terasa lemas, dan respon obyektif keadaan umum composmentis, GCS: 15,
operasi, kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, nyeri pada luka post
operasi yaitu kaki kiri dibawah lutut, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, dan
respon obyektif klien tampak meringis kesakitan dan klien tampak gelisah.
memberikan posisi yang nyaman semi fowler dengan data subyektif klien
mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler dan respon obyektif klien
tampak rileks
Pada jam 11.10 WIB diagnosa kedua yaitu hambatan mobilitas fisik
ada, dengan respon subyektif klien mengatakan sendi-sendi terasa tidak kaku,
membantu klien mengganti posisi dari tidur keduduk dan turun dari tempat
tidur dengan respon subyektif klien mengatakan tidak nyaman karena sulit
keduduk dan turun dari tempat tidur dengan bantuan alat dan orang lain.
09.00 WIB pada diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera fisik (post amputasi) yaitu mengobservasi keadaan umum dan TTV
operasi, kualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum, nyeri pada luka post
amputasi yaitu kaki kiri dibawah lutut, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul. Jam
mampu mengontrol nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam dan respon
Pada jam 12.00 WIB diagnosa kedua yaitu hambatan mobilitas fisik
ada dengan respon subyektif klien mengatakan sendi terasa tidak kaku dan
secara maksimal.
I. Evaluasi
pada hari jumat 11 April 2014 jam 14.30 WIB, dengan menggunakan metode
berhubungan dengan agen cidera fisik (post amputasi) dengan data yaitu S :
seperti ditusuk-tusuk jarum, R : pada luka post operasi yaitu kaki kiri
intervensi : observasi keadaan umum dan TTV, kaji nyeri dan ajarkan tekhnik
Pada Jam 14.35 WIB pada diagnosa kedua didapatkan data S: klien
pasien belum mampu berbalik sendiri ditempat tidur, kekuatan otot kaki kiri
menggerakkan anggota badan yang masih ada, bantu klien mengganti posisi
Pada hari sabtu, 12 April 2014 jam 14.20 WIB, hasil evaluasai pada
nyeri setelah operasi, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, R : pada luka post
operasi yaitu kaki kiri dibawah lutut, S : skala 3, T : nyeri hilang timbul. O :
intervensi.
Pada jam 12.30 WIB pada diagnosa kedua didapatkan hasil evaluasi
pasien mampu melakukan pergerakan penuh seluruh sendi dengan baik secara
maksimal, pasien belum mampu berbalik sendiri ditempat tidur, kekuatan otot
intervensi observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, latih klien untuk
PEMBAHASAN
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada asuhan keperawatan Tn.
H dengan post amputasi bellow knee atas indikasi multiple frakture region
cruris sinistra pada tanggal 11-12 April 2014 di ruang Mawar 2 RSUD Dr.
total maupun sebagian yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan
lunak akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak
masalah organ yang terjadi pada ekstermitas sudah tidak mungkin dapat
55
56
psikologis bagi klien atau keluarga berupa pnurunan citra diri dan penurunan
produktifitas.
ekstermitas bagian kaki kiri post amputasi dibawah lutut, nyeri dirasakan
setelah post operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, skala nyeri 5, nyeri
hilang timbul.
Pada pola aktivitas dan latihan selama sakit klien mengatakan aktivitas
dan latihan dibantu dengan keluarga dan alat. Pada ekstermitas bawah, penulis
menuliskan ekstermitas kiri dibagian bawah lutut terdapat luka post amputasi
penurunan kekuatan otot dengan skor 3, ROM kiri bawah pasif. Pada
gangguan musculoskeletal akan terjadi nyeri dan gerak yang terbatas, semua
bentuk aktivitas klien dapat berkurang dan klien butuh bantuan dari orang lain
(Muttaqin, 2008)
(Muttaqin, 2012)
(Padila, 2012)
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post amputasi).
adalah kebutuhan dasar yang paling utama dalam segitiga Maslow sehingga
2012)
atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan, awitan yang tiba-
tiba atau perlahan dari intesitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
gelisah, perubahan selera makan (Nanda, 2010). Sedangkan data yang muncul
pada Tn. H adalah klien tampak gelisah, tekanan darah tinggi, dan meringis
Nyeri yang dialami Tn. H merupakan nyeri akut yang sedang karena
awitan nyeri baru dirasakan selama kurang lebih 10 hari dan skala nyeri 5.
nyeri akut timbul dengan awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau
(Nanda, 2010). Tanda yang muncul pada klien Tn. H adalah klien kesulitan
dapat teratasi dengan kriteria hasil : klien mampu mengontrol nyeri, klien
vital dalam batas normal (tekanan darah: 110/70-120/80 mmHg, nadi: 68-80
kali per menit, pernafasan: 16-24 kali per menit, suhu: 36-37C).
(Wilkinson, 2006)
60
nyeri di otak sehingga nyeri berkurang (Nanda, 2010 dan Wilkinson, 2006)
klien, latih klien untuk menggerakkan anggota badan yang masih ada dengan
kontraktur atropi, bantu klien mengganti posisi dari tidur keduduk dan turun
kemampuan untuk mobilisasi, ajarkan memakai tongkat dan kursi roda dengan
konsultasikan dengan terapi fisik tentang encana ambulasi yang sesuai dengan
61
rasional mengetahui rencana yang tepat untuk klien (Nanda, 2010 dan
Wilkinson, 2006)
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang
yang dilakukan pada tanggal 11-12 April 2014. Tindakan keperawatan yang
dengan agen cedera fisik: post amputasi yaitu mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam dilakukan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurdin dkk (2013) dengan
judul Pengaruh Teknik Relaksasi terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post
relaksasi terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi fraktur
dapat dilakukan setelah dua jam pertama sesudah operasi karena obat anastesi
62
sudah hilang. Dengan cara sebagai berikut: ciptakan lingkungan yang tenang,
jaga privasi pasien, usahakan pasien dalam keadaan rileks, minta pasien
memejamkan mata dan usahakan agar konsentrasi, menarik nafas dari dalam
hidung secara pelahan-lahan sambil menghitung dalam hati, hirup, dua, tiga
dua, tiga, menarik nafas lagi dari dalam hidung dan hembuskan melalui
Menurud Ridwan (2002) dalam Wirya & Sari (2011), setiap manusia
mengambil 20,96% oksigen dengan volume tidal 350 ml, maka dengan satu
oksigen dengan perkiraan bahwa 1,34 ml x jumlah hb/g, bila Hb 14x350 ml=
6566 oksigen perdetik yang terbawa oleh darah ke seluruh tubuh. Fungsi
melalui paru-paru, jadi nafas dalam berguna sebagai srana meditasi atau
63
injury.
tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui status kesehatan klien dan untuk
ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab terjadi nyeri, bagian tubuh yang
psikologi. Quality yaitu seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
pasien, misalnya: apakah nyeri bersifat seperti ditusuk, terbakar, nyeri daam
atau supefisial, dan nyeri seperti digencet. Region yaitu lokasi nyeri yang
yaitu awitan nyeri berlangsung, kapan, apakah ada waktu-waktu tertentu yang
yang nyaman semi fowler pada klien. Posisi semi fowler yaitu kepala dan
tubuh ditinggikan 45-60 derajat. Posisi ini diberikan kepada klien untuk
seluruh anggota badan, membantu klien mengganti posisi dari tidur keduduk
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang
tampil.
pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post amputasi); S:
klien mengatakan nyeri, nyeri dirasakan setelah operasi, nyeri seperti ditusuk-
tusuk jarum, nyeri pada luka post operasi yaitu kaki kiri dibawah lutut, skala
klien tampak gelisah, GCS : 15, tekanan darah: 130/80 mmHg, nadi: 82
sendi dengan baik secara maksimal, pasien belum mampu berbalik sendiri
ditempat tidur, kekuatan otot kaki kiri 3, klien tampak lemas, A : masalah
tanda vital, latih klien untuk menggerakkan anggota badan yang masih ada
Hasil evaluasi pada hari kedua di lakukan pada hari sabtu, 12 April
2014. Hasil evaluasai pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik (post amputasi); S: klien mengatakan nyeri, nyeri
dirasakan setelah operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, nyeri pada luka
post operasi yaitu kaki kiri dibawah lutut, skala nyeri 3, nyeri dirasakan hilang
timbul. O: klien tampak lebih rileks, GCS : 15, tekanan darah: 120/80 mmHg,
teratasi, skala nyeri pada hari pertama 5 pada hari kedua menjadi 3. P:
intervensi dipertahankan.
pada Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang Irina A BLU RSUP Prof. Dr. R.
bahwa ada pengaruh teknik relaksasi terhadap perubahan intensitas nyeri pada
pasien pasca operasi fraktur di Irina A BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
nafas dalam 2,5 jam setelah pemberian analgesik dan dalam waktu 2 hari
pasien belum mampu berbalik sendiri ditempat tidur, kekuatan otot kaki kiri
A. KESIMPULAN
sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis pada tanggal 11 April 2014
keluhan utama yang dirasakan Tn. H adalah nyeri, nyeri dirasakan setelah
post operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum, nyeri pada luka post
operasi yaitu kaki kiri dibawah lutut, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul.
keadaan umum dan tanda-tanda vital, kaji nyeri (PQRST), berikan posisi
yang nyaman semi fowler, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi
67
68
5. Evaluasi yang didapatkan selama dua hari masalah nyeri sudah teratasi
nyeri pada Tn. H dengan post amputasi bellow knee atas indikasi multiple
pasien.
B. Saran
mencapai hasil evaluasi yang maksimal tentu perlu adanya kerja sama
dengan tim kesehatan lain seperti dokter, fisioterapi, ahli gizi dan yang
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep,
Proses, Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Nurdin, dkk. 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi terhadap Intensitas Nyeri pada
Pasien Post Operasi Fraktur di Ruang Irina A BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manad. ejournal.unsrat.ac.id, Diakses tanggal 25 April 2014
71
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4. Vol 1, Jakarta: EGC
Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2, Jakarta:
EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung
Waluyo(dkk). Jakarta: EGC
Wirya, Irwan & Sari, M, D. 2013. Pengaruh Pemberian Masase Punggung dan
Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada
Pasien Post Appendiktomi di Zaal C RS HKBP Balige Tahun 2011.
www.e-jurnal.com, Diakses tanggal 14 April 2014