Bantuan Hidup Dasar Dan Lanjutan
Bantuan Hidup Dasar Dan Lanjutan
Oleh
Rhudy Marseno*
*mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Andalas
DEFENISI
RKP adalah suatu usaha untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan fungsi
sirkulasi serta mengatasi akibat berhentinya fungsi-fungsi tersebut pada orang-
orang yang tidak diharapkan mati pada saat itu.1 RKP merupakan salah satu
tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Tujuannya adalah untuk membantu atau
mengembalikan oksigenasi, ventilasi, dan sirkulasi yang efektif hingga
kembalinya sirkulasi spontan atau hingga intervensi Bantuan Hidup Lanjut
(BHJL) dapat mulai dilakukan.3 Resusitasi mencegah agar sel-sel tidak rusak
akibat kekurangan oksigen.2
Sekedar informasi, mati ada tiga macam. Yang pertama disebut dengan istilah
Mati Klinis, yaitu berhentinya nafas dan jantung. Yang kedua adalah Mati
Biologis, yaitu mati klinis yang gagal ditolong. Yang ketiga adalah Mati Sosial,
yaitu fungsi pernafasan dan jantung kembali baik tetapi fungsi otak terganggu
karena hipoksia yang lebih dari 10 menit.1
Keberhasilan RKP ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan RKP diberikan. Jika
Apneu dan Cardiac Arrest terjadi selama 4 menit, angka keberhasilan RKP lebih
dari 65 % tanpa gejala sisa (sakit kepala-pusing, amnesia retrograde, dll).1
INDIKASI RKP
Henti Napas
Henti Napas primer ( respiratory arrest ) dapat disebabkan oleh sumbatan jalan
nafas dan depresi pernapasan sentral dan perifer. Sumbatan jalan nafas seperti
benda asing, aspirasi, lidah yang jatuh ke belakang, pipa trakeal terlipat, kanula
trakeal tersumbat, kelainan akut glottis dan sekitarnya ( sembab glottis,
perdarahan).Depresi pernapasan sentral seperti karena obat-obatan, intoksikasi,
paO2 rendah, paCO2 tinggi, setelah henti jantung, tumor otak, tenggelam. Depresi
pernapasan perifer seperti karena obat pelumpuh otot, penyakit miastenia gravis,
poliomyelitis.4
Pada awal henti napas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi, pemberian O2
ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa menit. Kalau henti
napas mendapat pertolongan segera (seperti BHD-RKP.pen), maka pasien akan
terselamatkan hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat akan berakibat henti
jantung yang mungkin menjadi fatal.2
Henti Jantung
Henti jantung primer (cardiac arrest) adalah ketidaksanggupan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara
mendadak dan dapat balik normal jika dilakukan tindakan yang tepat atau akan
menyebabkan kematian dan kerusakan otak menetap jika tindakan tidak adekuat.
Sebagian besar henti jantung disebabkan oleh ventricle fibrillation atau takikardia
tanpa denyutan (80-90%) terutama kalau terjadinya di luar rumah sakit, asistol
ventricle (+/- 10%) dan electro-mechanical dissociation (+/- 5%).2
Penyebab henti jantung adalah sebagai berikut.4
1. Penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung iskemik, infark
miokardial akut, embolus paru, fibrosis pada system konduksi (penyakit
Lenegre, Sindrom Adams-Stokes, noda sinus sakit)
2. Kekurangan oksigen akut, seperti henti nafas, benda asing di jalan nafas,
sumbatan jalan nafas oleh sekresi
3. Kelebihan dosis obat, seperti digitalis, quinidin, antidepresan trisiklik,
propoksifen, adrenalin, isoprenalin.
4. Gangguan asam-basa/elektrolit, seperti kalium serum yang tinggi atau
rendah, magnesium serum rendah, kalsium serum tinggi, asidosis.
5. Kecelakaan, seperti syok listrik dan tenggelam.
6. Reflex vagal, seperti peregangan sfingter ani, penekanan/penarikan bola
mata.
7. Anesthesia dan pembedahan
8. Terapi dan tindakan diagnostic medis
9. Syok (hipovolemik, neurogenik, toksik, anafilaksis)
Henti Jantung ditandai dengan denyut nadi besar tak teraba (a.karotis, femoralis
dan radialis pada dewasa dan a.brakhialis pada bayi), disertai kebiruan (sianosis)
atau pucat sekali, pernapasan berhenti atau satu-satu ( gasping, apnu), terlihat
seperti mati ( death like appearance ), dilatasi pupil tak bereaksi dengan
rangsangan cahaya ( 45 detik setelah henti jantung ) dan pasien berada dalam
keadaan tidak sadar.2,4
Pengiriman O2 ke otak tergantung pada curah jantung, kadar hemoglobin (Hb),
saturasi Hb terhadap O2 dan fungsi pernapasan. Resusitasi Kardio Pulmonal
(RKP) diperlukan jika O2 ke Otak tidak cukup, sehingga otak tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Iskemia melebihi 3-4 menit pada suhu
normal akan menyebabkan korteks serebri rusak menetap, walaupun setelah itu
kita dapat membuat jantung berdenyut kembali. Kerusakan otak pasca resusitasi
akibat terlambat memulainya.
Kapan memulai RKP3
Siapapun yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan resusitasi dapat
melakukan RKP ketika berhadapan dengan kasus henti jantung. Namun ada hal-
hal yang perlu diperhatikan saat RKP tidak perlu dilakukan, yaitu:
Saat kejadian henti jantung yang disaksikan
Jika menyaksikan sendiri terjadinya henti jantung, sudah seharusnya segera
memulai RKP, kecuali:
1. Ada bukti permintaan keluar untuk tidak melakukannya
2. Usaha RKP akan membahayakan nyawa si penolong
3. Kemungkinan RKP untuk mengembalikan sirkulasi spontan dengan
kualitas hidup yang diterima sangat kecil
4. Henti jantung yang terjadi setelah usaha terapi yang maksimal untuk
proses penyakit terminal.
Saat kejadian henti jantung yang tidak disaksikan
Penolong tidak mengetahui berapa lama henti jantung itu sudah berlangsung.
Untuk hal seperti ini tidak perlu mulai melakukan RKP jika mendapati keadaan
sebagai berikut:
1. Ada tanda kematian yang tidak berubah seperti rigor mortis atau lebam
mayat
2. Sudah mulai ada tanda-tanda pembusukan
3. Penderita mengalami trauma yang tidak bisa diselamatkan, seperti hangus
terbakar, dekapitasi atau hemikorporektomi.
Kapan menghentikan RKP
Beberapa alasan kuat bagi penolong untuk menghentikan RKP antara lain:3,4
1. Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif
2. Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang bertanggung
jawab meneruskan resusitasi (bila tak ada dokter)
3. Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tak ada dokter
sebelumnya).
4. Korban dinyatakan mati
5. Penolong sudah memberikan secara penuh, yakni bantuan hidup dasar dan
bantuan hidup lanjut.
6. Penolong sudah mempertimbangkan apakah pada pasien terdapat
hipotermia
7. Penolong sudah mempertimbangkan apakah pasien terpapar bahan beracun
atau mengalami overdosis obat yang akan menghambat system syaraf
pusat.
8. Penolong sudah merekam melalui monitor adanya asistol yang menetap
selama 10 menit atau lebih
9. Interval waktu usaha resusitasi pada henti jantung disaksikan yang tidak
dapat mengembalikan sirkulasi spontan adalah 25 sampai 30 menit
10. Penolong sudah lelah. Ingat jangan menambah korban.
ALGORITMA RKP
Bila anda melihat seorang yang tidak sadar:
Pertama-tama anda harus berteriak untuk meminta tolong (cari saksi)
Dekati pasien tersebut dan pastikan korban benar-benar tidak sadar (check
responsiveness) dengan memanggil-manggil (rangsangan suara.pen),
menyentuh lembut atau memberikan rangsangan nyeri (rangsangan
nyeri.pen), atau dengan memberikan bau-bauan yang cukup menyengat
(rangsangan bau.pen). Perhatian, hati-hati menyentuh pasien yang terkena
sengatan listrik, jangan sampai anda menjadi korban kedua.
Bila tidak sadar, minta bantuan orang lain agar menelepon ambulans atau
rumah sakit terdekat agar segera datang dengan alat bantuan yang lebih
lengkap (call for help).
Ubah posisi korban, posisikan dengan posisi tidur terlentang di tempat
yang datar dan keras sebagai persiapan untuk melakukan RKP. Selanjutnya
lakukan RKP dengan langkah-langkah A,B,C,D,E,F,G,H,I.1,4
1. A=Airway Control. Tujuannya untuk membuka dan mengamankan jalan nafas.
Maneuver.red)
Lihat apakah ada cairan atau benda asing. Bila terdapat cairan, miringkan
kepala penderita agar cairan dapat keluar (memiringkan kepala hanya
dilakukan pada penderita yang tidak ada cedera tulang servikal) atau
dilakukan penghisapan cairan bila peralatan tersebut tersedia. Bila terdapat
benda asing maka segera keluarkan benda tersebut, salah satunya dengan
teknik hentakan abdomen (Hemlich maneuver/ abdominal thrust)
dan hentakan dada ( chest thrust ). Jika sumbatan jalan
napas masih terjadi, dapat dicoba pemasangan pipa jalan nafas (
oropharyngeal airway atau nasopharyngeal airway ). Jika usaha ini masih
belum berhasil, perlu dilakukan tracheal intubation, jika tidak bisa
dilakukan maka sebagai alternative adalah cricotirotomy atau cricotiroid
membrane punction dengan jarum berlumen besar (missal dengan kanula
intravena 14 G).4
Perhatikan apakah korban bernafas atau tidak dengan melakukan :lihat,
dengar, rasakan (look,listen, feel).
https://marsenorhudy.wordpress.com/2010/09/15/bantuan-hidup-dasar-dan-
lanjutan-resusitasi-kardio-pulmonal-rkp-cardio-pulmonary-rescucitation-cpr/