Anda di halaman 1dari 77

TIM PENYUSUN

PANDUAN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MEKANIKA, KALOR
LISTRIK DAN OPTIK

DITERBITKAN OLEH:
LABORATORIUM FISIKA DASAR JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 1


Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 2
KATA PENGANTAR

Buku panduan praktikum fisika dasar disusun untuk digunakan sebagai petunjuk praktikum fisika dasar.
Meskipun kelihatannya sederhana, buku panduan ini merupakan evolusi selama beberapa tahun dengan
mempertimbangkan materi kuliah dan kemampuan praktikan sehingga pelaksanaan praktikumnya mudah dan
berkualitas.

Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa harus sudah memahami materi praktikum sehingga dapat
merencanakan data-data yang akan diambil, menggunakan kertas millimeter untuk grafik dan alat tulis atau gambar
yang lengkap.

Praktikum secara lengkap meliputi merangkai alat, melakukan pengamatan dan pengukuran. Sedangkan
laporan lengkap berisi pengolahan data dan analisis percobaan yang harus diserahkan satu minggu setelah
praktikum ke laboratorium fisika dasar.

Demikian kata pengantar dari kami. Semoga buku ini bermanfaat dan menambah pengetahuan serta
ketrampilan, terimakasih.

Semarang , Agustus 2012

Team penyusun

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 3


DAFTAR ISI
1. Halaman Judul 1
2. Kata Pengantar 3
3. Daftar Isi 4
4. Aturan Praktikum Fisika Dasar 5
5. Teori Ralat 6
6. Percobaan M-1 Pegas 11
7. Percobaan M-2 Viskosimeter Stokes 13
8. Percobaan M-3 Tegangan muka (Metode Lempeng) 14
9. Percobaan M-4 Osilasi Cairan 15
10. Percobaan M-5 Momen Kelembaman 16
11. Percobaan M-6 Pesawat Atwood 18
12. Percobaan M-7 Aliran Air Dalam Pipa Kapiler 19
13. Percobaan M-8 Tabung Resonansi 21
14. Percobaan M-9 Neraca Analitis 23
15. Percobaan M-10 Modulus Young 25
16. Percobaan M-11 Ayunan Matematis 26
17. Percobaan M-12 Modulus Puntir 28
18. Percobaan M-13 Tegangan Permukaan 29
19. Percobaan M-14 Viskositas 31
20. Percobaan M-15 Bandul Fisis 33
21. Percobaan K-1 Koefisien Muai Panjang 35
22. Percobaan K-2 Kalor Lebur 37
23. Percobaan K-3 Penentuan Koefisien Suhu Hambatan 38
24. Percobaan K-4 Pendinginan Air 39
25. Percobaan K-5 Tetapan Kalorimeter 40
26. Percobaan L-1 Potensiometer 41
27. Percobaan L-2 Hukum Joule 43
28. Percobaan L-3 Watak Lampu Pijar 45
29. Percobaan L-4 Arus dan Tegangan Pada Lampu Filamen Tungsten 47
30. Percobaan L-5 Elektrolisa Tembaga 48
31. Percobaan L-6 Poggendorf 49
32. Percobaan L-7 Osiloskop 51
33. Percobaan L-8 Jembatan Wheatstone 54
34. Percobaan O-1 Lensa Konvergen dan Divergen 56
35. Percobaan O-2 Fotometer 58
36. Percobaan O-3 Spektrometer 60
37. Percobaan O-4 Polarimeter 62
38. Percobaan O-5 Mikroskop 64
39. Percobaan O-6 Refraktometer ABBE 67
40. Buku Acuan 70
41. Format Laporan Praktikum Fisika Dasar 71

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 4


ATURAN PRAKTIKUM

Kartu Praktikum
1. Setiap praktikan akan mendapatkan kartu atau nomor regu praktikum yang ditentukan oleh laboratorium
2. Setiap praktikan diwajibkan membawa kartu pratikum pada saat melakukan kegiatan praktikum

Asistensi Pendahuluan
1. Sebelum seluruh kegiatan praktikum dimulai, diadakan asistensi pendahuluan untuk mengenal alat-alat
praktikum.
2. Semua praktikan diwajibkan mengikuti asistensi pendahuluan.
3. Ada empat hal yang harus dilaksanakan setiap percobaan: Pretest, Praktikum, Pengesahan hasil percobaan dan
laporan resmi.
4. Pretest dilaksanakan sebelum praktikum dimulai dalam bentuk lisan atau tertulis, apabila tidak lulus pretest
maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum (mengulang pretest)

Pengesahan Hasil Percobaan


1. Hasil percobaan (pengamatan) dinyatakan sah apabila terdapat tanda tangan dari asisten
2. Hasil percobaan dibuat rangkap n+1 dengan n adalah jumlah praktikan dalam satu regu
3. Hasil percobaan (pengamatan) satu lembar diserahkan ke laboratorium sebagai arsip, sedangkan lembaran yang
lain dibawa oleh praktikan untuk dilampirkan dalam laporan resmi (laporan resmi dibuat per-individu bukan
per-kelompok)

Laporan Resmi
1. Laporan resmi harus dibuat pada kertas double folio (tidak bolak-balik)
2. Grafik dibuat pada kertas millimeter blok
3. Praktikan yang tidak menyerahkan laporan resmi tepat pada waktu yang telah ditentukan maka tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum selanjutnya.

Tata Tertib
1. Selama praktikum, praktikan dilarang meninggalkan ruangan tanpa ijin dari koordinator asisten
2. Selama praktikum, praktikan harus berada di meja kerja masing-masing
3. Selama praktikum, di atas meja kerja praktikan hanya terdapat alat tulis yang diperlukan, sedang semua tas dan
lain-lain diletakkan di dalam almari yang disediakan
4. Selama kegiatan praktikum maupun mengumpulkan laporan, tidak diperkenankan mengenakan kaos oblong,
semua jenis sandal, jaket dan topi
5. Semua kegiatan yang ada hubungannya dengan praktikum fisika dasar hanya dilaksanakan di laboratorium
fisika dasar, praktikan dilarang melakukan asistensi di luar laboratorium fisika dasar.

Wajib Datang
1. Setiap praktikan diwajibkan datang pada semua asistensi dan praktikum pada jam yang telah ditentukan.
2. Praktikan yang absen tiga kali tanpa alasan yang sah akan dikenakan sanksi tidak diperkenankan melanjutkan
kegiatan praktikum

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 5


TEORI RALAT

Pendahuluan
Tujuan pengukuran adalah mengetahui nilai yang sesungguhnya dari suatu besaran yang diukur. Hal ini tidak
dapat dicapai dengan tepat. Nilai yang diperoleh selalu berbeda dengan nilai sesungguhnya atau mempunyai selisih
meskipun selisihnya mungkin sangat kecil. Sehubungan dengan itu dikatakan bahwa dalam pengukuran selalu
timbul kesalahan atau ralat (error). Jadi usaha dalam pengukuran adalah memperoleh nilai dengan kesalahan sekecil
mungkin.

Macam Ralat
Ditinjau dari penyebabnya ralat atau kesalahan dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1. Ralat Sistematik
Ralat sistematik adalah ralat yang bersifat tetap dan disebabkan oleh:
a. Alat : kalibrasi alat salah, misalkan pembagian skala keliru, kondisi alat berubah dan lain-lain
b. Pengamat : Ketidakcermatan pengamat dalam membaca, misalkan membaca skala
c. Kondisi fisis pengamat : Kondisi fisif pada saat pengamtan tidak sesuai dengan pada waktu alat ditera
d. Metode pengamatan : Ketidaktepatan pemilihan metode pengamatan akan mempengaruhi hasil pengamatan

2. Ralat Kebetulan
Dalam pengukuran berulang-ulang untuk suatau besaran fisis yang dianggap tetap ternyata memberikan
hasil yang berbeda-beda. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pengamatan ini disebut dengan ralat kebetulan.
Adapun faktor-faktor penyebabnya adalah:
a. Kesalahan menaksir : Misalkan penaksiran harga skala terkecil oleh pengamat akan berbeda dari waktu ke
waktu atau oleh satu orang dengan yang lain
b. Kondisi fisik berubah : Misalkan karena tekanan berubah maka akan mempengaruhi pengukuran suhu titik
didih air
c. Gangguan : Misalkan getaran mekanik mempengaruhi gerakan jarum miliamperemeter sehingga arus yang
terbaca berubah
d. Definisi : Misalkan pengukuran diameter pipa, karena penampang pipa tidak bulat sempurna tetapi dianggap
bulat, sehingga mempengaruhi pengukuran diameter

3. Ralat kekeliruan Tindakan


Kekeliruan tindakan dalam percobaan bagi pengamat ada dua hal
a. Salah berbuat : Misalkan salah membaca skala, salah pengaturan kondisi alat, salah perhitungan (misalkan
ayunan 10 kali dihitung 9 kali)
b. Salah dalam perhitungan terutama dalam perhitungan ralat

Perhitungan Ralat
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam pengukuran tidak dapat dihindari, yang dapat
dilakukan hanya memperkecil kesalahan tersebut hingga sekecil-kecilnya. Apabila ralat kekeliruan tindakan dan
ralat sistematik dapat dihindari maka yang tidak dapat dihindari adalah ralat kebetulan. Untuk memperkecil ralat ini
harus dilakukan pengukuran berulang-ulang, makin banyak makin baik. Tetapi tidak semua pengamatan dapat
diulang, dalam beberapa hal ini praktikan hanya dapat melakukan pengamatan sekali saja. Karena itu ralatnya
adalah setengah skala terkecil (untuk hal ini hanya dapat dilakukan apabila keadaan benar-benar terpaksa).
Dalam perhitungan ralat yang ditimbulkan oleh ralat kebetulan terdapat dua hal yang harus diperhitungkan,
yaitu ralat hasil pengamatan langsung dan ralat perhitungan (ralat rambat) sebagai berikut :

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 6


1. Ralat Pengamatan
Untuk besaran yang diperoleh secara langsung dari pengukuran (pengamatan), maka nilai terbaiknya
adalah nilai rata-rata besaran tersebut (yang diukur secara berulang). Misalkan suatu besaran x diukur sebanyak
x
k kali dengan nilai rata-rata terukur adalah x1, x2, x3, xk = xi , maka nilai terbaiknya adalah yaitu:
1 k

x x i

k i 1

(1)
x
Sedang selisih antara nilai-nilai terukur dengan dinamakan deviasi yang dapat dituliskan sebagai

xi xi x
(2)
x
Dapat dibuktikan bahwa jika yang diambil sebagai nilai terbaik adalah dari nilai-nilai terukur, maka jumlah
k

xi
i 1

dari deviasi-deviasi kuadratnya adalah minimum, yaitu adalah minimum.


Untuk menunjukkan kesalahan (ralat) kebetulan secara kuantitatif, didefinisikan beberapa pengertian:
k

xi

Sx i 1

k k 1
Deviasi standar rata-rata : (3)
A ( a / x )100%
Deviasi rata-rata fraksional atau relatif : (4)
S ( S / x )100%
Deviasi standar fraksional atau relatif : (5)
x x x
Hasil pengukuran yang dikemukakan adalah : (6)
Dengan x dapat diambil s/2, s, 2s atau sekian kali s bergantung kepada pengamat. Sedangkan ralat nisbinya
digunakan persamaan (5).
Untuk menyatakan ketidakpastian (ralat) hasil ukur dari suatu pengukuran ralat relatifnya digunakan
persamaan (4). Dalam percobaan yang dilakukan pada praktikum fisika dasar ini, untuk x diambil sama
Sx
dengan (persamaan (3)) dan x ini sering disebut sebagai ralat mutlak, sedangkan ralat nisbi atau relatifnya
tentu saja sama dengan :
x Sx
100% 100%
x x
(7)
Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 7
Jadi hasil akhir pengukuran adalah:
x x Sx
(8)
Dengan ralat relatifnya sama dengan persamaan (7) dan keseksamaannya adalah 100% dikurangi ralat relatif.

Contoh:
Suatu batang logam diukur 10 kali dengan hasil sebagai berikut:

x x
2
xi xi x
Pengukuran (i) i

Nilai terukur (cm) Deviasi ( ) (cm) Kuadrat deviasi


1 47,51 0,02 0,0004
2 47,49 0,00 0,0000
3 47,48 -0,01 0,0001
4 47,50 0,01 0,0001
5 47,47 -0,02 0,0004
6 47,49 0,00 0,0000
7 47,48 -0,01 0,0001
8 47,46 -0,03 0,0009
9 47,53 0,04 0,0016
10 47,49 0,00 0,0000

Jumlah pengukuran k =10


k k

x
2

i
474, 90 xi
0, 0036
i 1 i 1

;
1
x 474, 90 47, 49
10
Jadi niai terbaiknya cm
0, 0036
Sx 0, 007
10(10 1)
Sedangkan deviasi standar rata-rata
x x S x 47, 490 0, 007
Oleh sebab itu nilai x yang yang benar adalah dengan keseksamaan : 100%-
(0,007/47,490)100%=99,986%
Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 8
2. Ralat Perambatan
Jika suatu besaran fisis tidak terukur secara langsung tetapi dihitung dari unsur-unsurnya, misalkan
volume kubus dihitung dari sisi-sisinya yang diukur, kecepatan dihitung dari jarak yang ditempuh dibagi dengan
waktu tempuh dan lain-lain. Pada pengukuran sisi-sisi kubus atau jarak dan waktu tempuhnya jelas ada ralatnya,
maka dalam perhitungan volume dan kecepatan akan timbul kesalahan juga. Kesalahan (ralat) yang timbul dari
perhitungan ini dinamakan ralat perhitungan atau ralat perambatan.
Secara matematis, jika suatu besaran merupakan fungsi dari variabel-variebel x, y dan z, atau f = f(x,y,z),
f f ( x, y , z )
maka nilai terbaiknya adalah . Sedangkan deviasi standar rata-ratanya sebagai nilai
ketidakpastiannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1


2 2 2

S
f
x
f
y
f
z
2


x y z
(9)
Dengan x, y dan z masing-masing sebagai variabel terukur dan x, y dan z sebagai ralat pengukuran dari
variabel x, y dan z. bila pengukuran dilakukan sekali saja maka nilai x, y dan z diambil dari setengah skala
pengukuran.

Sedangkan bila pengukuran dilakukan secara berulang nilai x, y dan z diambil dari rata-rata pengukuran,
maka:

x
2

x
x i x
i
x

n n ( n 1)
; (10)

y
2

y
y i y
i
y

n n ( n 1)
; (11)

z
2

z
z i z
i
z

n n ( n 1)
; (12)
Dengan n adalah banyaknya pengukuran.

Hal-hal yang harus diperhatikan


1. Untuk pengamatan tunggal yaitu pengukuran yang dilakukan hanya satu kali (hanya dapat dilakukan jika
keadaan memaksa), maka sebagai ralat mutlaknya lazim diambil setengah skala terkecil.
2. Ralat nisbi (ralat relatif), sebaiknya ditulis dengan dua angka penting, misal hasil perhitungan ralat nisbi
1,53% maka diambil menjadi 1,5%.
3. Jika pengukuran langsungnya ada yang teliti sampai 4 angka dibelakang koma, maka sebaiknya hasil
terakhir maksimum 3 angka. Jika ternyata dalam perhitungan diperoleh 6 angka atau lebih maka harus
dibulatkan menjadi 5 angka dibelakang koma.
Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 9
4. Jumlah desimal dari ralatnya diambil sama dengan jumlah desimal harga rata-ratanya.

Grafik
1. Pendahuluan
Tiap praktikum fisika dasar diharapkan tahu bagaimana menggunakan grafik secara baik dan tepat, karena
grafik sangat membantu dalam mengevaluasi data. Kegunaannya sangat besar sekali, diantaranya:
a. Sangat menolong melalui pandangan (visual aid); maksudnya dengan mengamati bentuk grafik, si pengamat
sudah bisa mengambil banyak informasi. Dengan memasang di atas kertas grafik besaran-besaran yang
diamati selama eksperimen dapat dilihat dengan satu pandangan saja, di tempat mana atau di saat kapan
mulai ada perbedaan antara pengamatan dan hasil perhitungan.
b. Untuk membandingkan eksperimen dengan teori.
c. Untuk menunjukkan hubungan empiris antara dua besaran walaupun orang belum sempat menyelidiki
bagaimana hubungan teoritis antara dua besaran eksperimental satu sama lain

2. Membuat Grafik
Yang harus diperhatikan dalam membuat grafik pertama-tama besaran mana yang hendak diplotkan di
sumbu vertikal dan besaran mana di sumbu horizontal. Sebagai perjanjian besaran yang diplotkan pada sumbu
horizontal adalah besaran penyebab dan pada sumbu vertikal adalah besaran akibat. Kemudian harus dipilih
skala yang sesuai untuk sumbu keduanya.

Grafik berbentuk garis lurus


Banyak percobaan yang hasilnya dapat ditampilkan dalam bentuk grafik yang mengikuti persamaan garis
lurus:
y ax b
(13)
Dengan a sebagai gradient garis dan b sebagai konstanta titik potong terhadap sumbu y, nilai a dan b biasanya
digunakan untuk menentukan berbagai parameter sesuai dengan tujuan percobaan.
Jika persamaan yang berlaku dalam teori percobaan dapat dibawa ke dalam persamaan (13), maka dapat
menghubungkan besaran fisis yang akan dicari dengan slope (tangen arah) dari grafik yang diperoleh
berdasarkan data-data hasil eksperimen. Harus sudah ditentukan besaran-besaran terukur langsung yang akan
diplot pada sumbu vertikal dan horizontal.
Dengan mengetahui slope grafik (a dalam persamaan (13)) maka nilai besaran fisis yang dicari dapat
diperoleh. Untuk menentukan besar slope grafik yang terpenting adalah dalam menarik garis lurus terbaiknya.
Garis lurus yang dibuat harus sedemikian rupa sehingga banyak titik-titik data terkena garis. Penyebaran titik-
titik data harus sebanyak mungkin disekitar garis. Dari garis terbaik ini dapat dihitung slope nya yang sebanding
dengan besaran fisis yang akan dicari.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 10


JUDUL GRAFIK

Y (satuan)

Slope Maksimum

Slope Minimum
Slope Terbaik

X (satuan)

Untuk mencari ralat slope, dicari dengan titik-titik data terluarnya sehingga diperoleh nilai-nilai slope
ekstrimnya (maksimum dan minimum) dan nilai ralat slope adalah:
slope maks -slope min
slope =
2
(14)
Dengan demikian penyajian terbaik dari slope adalah:
slope = slope terbaik slope

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat grafik


a. Titik-titik hendaknya dibuat lingkaran atau lainya
b. Skala dan titik nol hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga grafiknya mudah dibaca, artinya titik nol
tidak harus dipusat salib sumbu dan harga skala ordinat tidak harus sama dengan skala absisnya.
c. Grafik hendaknya diberi keterangan selengkap-lengkapnya termasuk satuan-satuan pada skala ordinat dan
absis.
d. Kalau tidak yakin akan bentuk grafik, maka hendaknya ditarik garis lengkung (bukan garis patah-patah)
yang melalui hampir semua titik.
e. Selalu dicoba dimana perlu untuk memberi intepretasi dari grafik, misal hubungan linier, eksponensial dan
lain-lain.

Grafik bukan berupa garis lurus


Tidak semua percobaan dapat dibuat grafik garis lurus (misalnya K-2 dan L-3 dll), maka tidak perlu
memaksakan untuk membuat garis lurus. Dengan memasukkan besaran-besaran pada ordinat dan absis, bentuk
grafik hanya berupa pengamatan tidak untuk perhitungan. Jadi disini yang ditekankan arti fisis dari grafik, maka
perlu pengamatan yang cermat untuk dapat menganalisa yang teramati.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 11


PERCOBAAN M-1
PEGAS

Tujuan Percobaan
Menentukan nilai konstanta pegas

Alat-alat yang diperlukan


Dua buah pegas, Pemberat, Stopwatch

Dasar teori
Jika suatu bahan dapat meregang atau menyusut karena pengaruh gaya dari luar dan dapat kembali ke keadaan
semula jika gaya yang bekerja padanya dihilangkan, maka keadaan tersebut dikatakan mempunyai sifat elastis
(Misalnya Pegas). Selama batas elastisitasnya belum terlampaui maka perubahan panjang pegas akan sebanding
dengan gaya yang bekerja padanya, menurut hukum Hooke dinyatakan sebagai berikut:
F kx
(1)
Dengan F adalah gaya (N), k adalah konstanta pegas (N/m) dan x adalah perubahan panjang pegas (m).

k
k

Gambar M-1.1a. Pembebanan pegas


Gambar M-1.1b. Osilasi pegas

Ketika pada sebuah pegas dibebani dengan sebuah massa m, maka gaya yang menyebabkan pegas bertambah
panjang adalah gaya berat dari massa tersebut, sehingga berlaku:
mg kx
(2)
Dengan g adalah percepatan gravitasi (m/s 2).
Selain dengan cara pembebanan, konstanta pegas k dapat dicari dengan cara getaran pada pegas. Sebuah
benda bermassa m dibebankan pada pegas dan disimpangkan dari posisi setimbangnya, maka akan terjadi getaran
pegas dengan periode getaran T sebagai berikut:
m
T 2
k
(Buktikan!) (3)

Cara kerja
Metode Pembebanan
1. Tentukan massa pemberat
2. Letakkan masing-masing pegas pada statif
3. Ukur panjang pegas tanpa beban, dan setelah dibebani
4. Ulangi dengan massa beban yang berbeda.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 12


Metode Getaran
1. Tntukan massa pemberat
2. Letakkan masing-masing pegas pada statif
3. Tarik beban kemudian dilepaskan dan mencatat waktu untuk getaran pegas
4. Ulangi dengan massa beban yang berbeda.

Tugas dan diskusi


1. Bagaimana kesimpulan anda tentang nilai k untuk dua pegas secara seri dan parallel?
2. Cara manakah yang lebih baik untuk menentukan k?
3. Bila nilai percepatan gravitasi tidak diketahui, bagaimana anda mendapatkan nilai g dari percobaan di atas?

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 13


PERCOBAAN M-2
VISKOSIMETER STOKES

Tujuan percobaan
Menentukan koefisien kekentalan zat cair

Alat-alat yang diperlukan


Pipa gelas berskala, Mikrometer skrup, Bola-bola logam, Gliserin, Stopwatch.

Dasar teori
Sebuah bola bergerak dalam cairan statis, maka pada bola tersebut akan bekerja gaya hambat, menurut Stokes
besar gaya tersebut:
R 6 rv
(1)
Dengan adalah kekentalan zat cair (Pa.s), v adalah kecepatan bola (m/s), r adalah jari-jari bola (m).
Bila bola jatuh secara vertikal maka pada bola juga bekerja gaya berat sebesar:
4 3
W r g
3
(2)
Dengan adalah massa jenis bola logam (kg/m 3), g
adalah percepatan gravitasi (m/s 2)
Selain kedua gaya di atas, juga terdapat gaya
FA R apung Archimedes yang besarnya.
4 3
FA r 0 g
3
(3)
W Dengan 0 adalah massa jenis zat cair (kg/m3).
Perubahan kecepatan bola sebanding dengan gaya
hambat sehingga akan dicapai besarnya kecepatan
Gambar M-2.1. Gaya-gaya yang bekerja pada bola terminal (vT), yaitu keadaan keseimbangan antara gaya
berat, gaya apung Archimedes dengan gaya hambat
Stokes, yang dapat dituliskan sebagai:
W R FA
(4)
Dengan subtitusi persamaan (1), (2) dan (3) ke persamaan (4), maka diperoleh persamaan :
2
2 r g

0
9 vT
(5)
Dengan vT adalah kecepatan terminal bola logam (m/s). Persamaan (5) berlaku untuk vT yang tidak terlalu besar
supaya tidak terjadi arus turbulensi. Satuan kekentalan dalam cgs adalah Poise.

Cara Kerja
1. Ukur massa dan volume bola untuk memperoleh massa jenis bola
2. Ukur massa dan volume gliserin untuk memperoleh massa jenis gliserin
3. Jatuhkan bola pada permukaan gliserin dan mengukur waktu bola hingga kedalaman tertentu
Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 14
4. Ulangi percobaan dengan bola logam berbagai ukuran.

Tugas dan diskusi


1. Hitung nilai cairan berdasarkan persamaan (5) dan dengan menggunakan grafik!
2. Bandingkan kedua hasil ini apakah terdapat perbedaan? Analisalah!

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 15


PERCOBAAN M-3
TEGANGAN MUKA (METODE LEMPENG)

Tujuan Percobaan
Menentukan tegangan permukaan zat cair

Alat-alat yang diperlukan


Neraca torsi, Rangka pengapit lempeng gelas, Rangka kawat, Anak timbangan, Jarang Sorong, Mikrometer
sekrup

Dasar Teori

Tegangan permukaan zat cair didefinisikan sebagai gaya persatuan


panjang sepanjang tiap garis pada permukaan zat cair dan dinyatakan dalam
dyne/cm. Ditinjau rangka kawat segi empat dimana salah satu sisi dapat
L bergerak, dicelupkan dalam larutan sabun, maka terbentuk selaput sabun
dalam segi empat dan akan terdapat gaya disepanjang sisi kawat yang
bergerak berusaha mengurangi luas selaput.
Untuk menahan sisi kawat yang dapat bergerak supaya setimbang
digunakan gaya F. karena ada selaput pada tiap kawat, maka:
F 2 LS
(1)
Dengan L adalah panjang kawat yang dapat bergerak, s adalah tegangan permukaan. Bila kawat yang dapat bergerak
ditarik perlahan-lahan sepanjang d dan F tetap konstan selama luas selaput bertambah (2Ld=A) maka besarnya W
adalah:
W AS
(2)
Dari persamaan (2) maka tegangan permukaan dapat dipandang sebagai usaha yang dilakukan per satuan luas
untuk menambah luas selaput dan dapat dinyatakan erg/cm 2. Selain dengan mempergunakan rangka kawat
percobaan tegangan permukaan dapat dilakukan dengan:
Lempeng gelas
Bila lempeng gelas mempunyai panjang L dan tebal t, maka besar gaya penarik F akan tetap dapat
mengimbangi tegangan muka S yang bekerja pada dua panjang dan dua tebal lempeng gelas adalah:
F S 2 L 2t
(3)
Cara kerja
1. Tentukan kedudukan Nol jarum dengan cara memuat neeraca torsi setimbang.
2. Rangka kawat dicelupkan dalam bejana yang terisi air, diatur sedemikian rupa sehingga selaput air yang
terbentuk pecah. Pada saat selaput air pecah neraca torsi menunjukkan skala tertentu dan kembali ke keadaan
setimbang.
3. Tempatkan beban piring neraca sehingga jarum menunjukkan skala di atas
4. Hitung tegangan permukaan zat cair dan ulangi percobaan untuk lempeng gelas

Tugas dan diskusi


Hitung tegangan permukaan dari larutan sabun dan aquades masing-masing untuk lempeng gelas dan rangka kawat.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 16


PERCOBAAN M-4
OSILASI CAIRAN

Tujuan percobaan
Menentukan percepatan gravitasi bumi

2x x

Gambar M-4.1. Osilasi Cairan

Alat-alat yang diperlukan


Tabung U, Cairan Pengisi, Stopwatch, Penggaris, Benang

Dasar teori
Jika permukaan zat cair pada kaki kiri tabung U naik x cm dari permukaan awal, maka permukaan zat cair
pada kaki kanan akan turun x cm, sehingga terdapat perbedaan tinggi kedua permukaan sebesar 2x cm.
Perbedaan tinggi permukaan ini menyebabkan gaya sebesar 2xAg yang berlawanan dengan simpangan zat
cair.
Menurut hukum II Newton
ma F
(1)
2
d x
lA g 2
2 Ax g
dt
(2)
2
d x 2g
2
x0
dt l
(3)
2g / l
2
2 / T
Jika dimana adalah frekuensi sudut osilasi dan mengingat bahwa , maka periode osilasi
tanpa redaman adalah:

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 17


2l
T
g
(Buktikan!) (4)
Bila faktor redaman a diperhitungkan maka frekuensi osilasi adalah:
1 2
a a
2 2

4
(Buktikan!) (5)
Dengan a adalah frekuensi sudut osilasi dengan redaman, adalah frekuensi sudut osilasi tanpa redaman dan a
adalah faktor redaman.

Cara kerja
1. Isi tabung U dengan air raksa
2. Ukur panjang cairan sebelah dalam dan luar tabung
3. Miringkan posisi tabung supaya terdapat perbedaan ketinggian
4. Tutup salah satu kaki tabung dan tegakkan tabung U kembali
5. Buka tutup tabung supaya air raksa berosilasi dan catat waktu isolasi.

Tugas dan diskusi


Tentukan nilai g dan faktor redaman untuk cairan air raksa melalui grafik

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 18


PERCOBAAN M-5
MOMEN KELEMBAMAN

Tujuan percobaan
Menentukan momen kelembaman benda

Alat-alat yang digunakan


Lempeng logam lingkaran dan persegi, stopwatch, jangka sorong, micrometer sekrup

Dasar teori
Bentuk geometri
Sebuah titik massa bermassa m berada pada jarak r dari sumbu putar maka momen kelembaman (I) adalah
I mr 2

(1)
Untuk benda kontinyu, momen kelembaman terhadap suatu sumbu putar dapat diperoleh dengan membagi-
bagi benda atas elemen-elemen massa yang bermassa dm yang berada pada jarak r dari sumbu putar tersebut,
sehingga dapat dinyatakan:
I r dm
2

(2)
Untuk lempeng berbentuk segiempat persegi panjang yang bermassa m, panjang p dan lebar l, maka momen
kelembamannya terhadap sumbu putar yang melalui pusat lempeng dan tegak lurus pada bidang lempeng adalah:
1
I
m p l
2 2

12
(Buktikan!) (3)
Sedangkan lempeng lingkaran yang berjari-jari r serta bermasa m, maka momen kelembamannya terhadap
sumbu yang melalui pusat lempengan tegak lurus lempeng adalah:
1
I mr
2

2
(Buktikan!) (4)
Misalkan diambil lempeng persegi panjang, maka momen kelembamannya terhadap sumbu yang melalui
pusat lempeng dan sejajar sisi panjang lempeng p adalah:
1
I
m l t
2 2

12
(5)

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 19


t
p r

Gambar M-5.1. Lempeng persegi Gambar M-5.1. Lempeng lingkaran

Momen kelembaman dapat juga dicari dengan cara osilasi.


Lempeng digantung dengan kawat pada statif sehingga kawat
penggantung berimpit dengan sumbu yang melalui pusat
lempeng. Bila lempeng diputar sebesar sudut , maka kawat
akan mengadakan gaya pemulih sebesar , dimana adalah
p suatu konstanta torsi kawat. Maka persamaan gerak ayunan torsi
adalah:
l
d
2

2
0
dt I
Gambar M-5.3. Ayunan Torsi Lempeng segi empat (Buktikan!) (6)
Dari persamaan 6 diperoleh frekuensi dudut dan periode getaran
sebesar:

T 2
I I
dan (Buktikan!) (7)

Cara kerja
Bentuk Geometri
Ukur panjang, lebar serta diameter dan timbang masing-masing lempeng serta hitung momen kelembamannya.

Ayunan Torsi
Gantungkan lempeng pada statif, putar lempeng hingga terbentuk sudut , tidak boleh terlalu besar dan catat
waktu yang diperlukan untuk beberapa ayunan.

Tugas dan diskusi


1. Tentukan nilai momen kelembaman I untuk lempeng persegi panjang dan lingkaran terhadap posisi sumbu putar
yang arahnya berbeda dengan cara geometri dan ayunan torsi!
2. Bandingkan hasil yang anda peroleh dari kedua cara tersebut. Apakah ada perbedaannya?

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 20


PERCOBAAN M-6
PESAWAT ADWOOD

Tujuan Percobaan
Menentukan percepatan gravitasi bumi g

Alat-alat yang diperlukan


Dua massa m1 dan m2, Beban ekstra, Tali, Katrol, Meteran, Stopwatch

Dasar teori
Mesin Adwood terdiri atas dua massa m1 dan m2, yang dihubungkan dengan tali. Jika m1 > m2 maka dua massa
ini mulai bergerak dengan percepatan a :
m1 m2
a g
m1 m2
(Buktikan!) (1)
Persamaan (1) mengandaikan bahwa massa katrol nol dan tidak ada gesekan. Jika pengaruh katrol diperhitungkan
maka persamaan (1) menjadi:
m1 m2


a g
I
m1 m2 2
R
(Buktikan!) (2)
Dengan I adalah momen kelembaman katrol, R adalah jari-jari katrol.
Koreksi kedua adalah pengaruh gaya gesek, dengan
mengandaikan gaya gesek (Fges) konstan maka percepatan a
menjadi :
m1 m2 g Fges


a
I m1
m1 m2 m2 A
2
R
(Buktikan!) (3) B
Perhatikan bahwa dua koreksi tersebut membuat percepatan
a menjadi lebih kecil daripada yang diberikan dalam m1 m2
C
persamaan (1). Dalam percobaan ini diselidiki persamaan
(3) dan menentukan g.
Gambar M-6.1. Mesin Adwood
Cara kerja
1. Timbang massa m1, m2 dan beban ekstra.
2. Ukur diameter dan massa katrol
3. Ukur jarak yang akan ditempuh oleh katrol (Misal dari A dan B)
4. Catat waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut.
5. Ulangi percobaan dengan menambahkan atau mengurangi beban ekstra.

Tugas dan diskusi


1. Nyatakan percepatan melalui lintasa AB dalam jarak AB dan waktu tAB. Subtitusikan harga-harga tersebut ke
dalam persamaan (3) dan selidikilah persamaan (3) secara grafik. Dari grafik dapat ditentukan harga g dan Fges!

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 21


2. Apa yang terjadi dengan persamaan (3) jika m diambil dari titik B? Selidikilah hal ini secara grafik dan
tentukanlah Fges dari grafik!

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 22


PERCOBAAN M-7
ALIRAN AIR DALAM PIPA KAPILER

Tujuan percobaan
Menentukan waktu paroh pemerosotan eksponensial aliran air pada pipa kapiler.

Alat-alat yang diperlukan


Gelas Ukur 100 ml, Pipa Kapiler, Jangka sorong.

Dasar teori
Suatu pipa kapiler dihubungkan dengan buret berkeran, dengan sebuah mistar dan tinggi air dalam buret
diukur. Jika tinggi air dalam buret h, pengurangan tinggi air dalam buret h, maka untuk selang waktu pengaliran t
dipenuhi bahwa:
h : t
(1)
Debit air yang mengalir secara laminar lewat pipa kapiler:
V r P
4

Q
t 8 L
(2)
Dengan V adalah volume air yang mengalir melalui pipa kapiler selama waktu pengaliran t, dan t adalah selang
waktu pengaliran, r adalah jari-jari pipa kapiler, P adalah beda tekanan antara dua ujung pipa kapiler, L adalah
panjang pipa kapiler dan adalah viskositas.
Untuk aliran air dalam buret :
h
QA
t
(3)
Dengan A adalah luas penampang buret
Dengan mensubtitusi persamaan (2) dan (3) diperoleh:
r P
4

h t
8 AL
(4)
Beda tekanan antara kedua ujung pipa kapiler P :
P gh
(5)
h : P h : h
Karena , maka , dengan tanda negatif menunjukkan pengurangan ketinggian h. sehingga dari
persamaan (4) dan (5) diperoleh:
r g
4

h h t
8 AL dh hdt
atau (6)
Dengan disebut tetapan peluruhan
Penyelesaian persamaan (6) adalah

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 23


t
h h0 e
(7)
Dengan h0 adalah tinggi permukaan air dalam buret pada saat t = 0, dan t adalah waktu pengaliran.

Cara kerja
1. Isilah buret dengan air dan ukur h0 yaitu tinggi permukaan air dari ujung pipa kapiler
2. Ukurlah tinggi permukaan air setiap waktu pengaliran 10 detik
3. Lakukan hal tersebut untuk pipa kapiler berbagai ukuran panjang dengan diameter penampang sama dan juga
untuk pipa kapiler berbagai ukuran diameter penampang dengan panjang sama.
4. Semua percobaan dilakukan dengan posisi pipa kapiler vertikal dan horizontal.

Tugas dan diskusi


1. Buat grafik h vs t untuk mendapatkan
2. Apakah yang dimaksud dengan waktu paroh dan tentukan waktu paroh secara grafis.
3. Jika massa jenis air 1 g/cm 3 tentukan harga viskositas dari nilai yang diperoleh dari percobaan di atas dan
bandingkan dengan referensi.

Gambar M-7.1 . Skema alat aliran air dalam pipa kapiler

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 24


PERCOBAAN M-8
TABUNG RESONANSI

Tujuan percobaan
Menentukan kecepatan bunyi dengan menggunakan tabung resonansi

Alat-alat yang diperlukan


Termometer,

Dasar teori
Dari gambar M-8.1 ditunjukkan gelombang bunyi merambat ke bawah tabung dan dipantulkan pada batas air-
udara, dan getaran stasioner akan dihasilkan dari interferensi gelombang datang dan gelombang pantul tersebut.
Batas udara-air pada tabung adalah simpul dan ujung terbuka dari tabung adalah perut.
Dari gambar didapatkan:
L1 e / 4
(1)
L2 e 3 / 4
(2)
Dengan adalah panjang gelombang nada.

L1

L2

Gambar M-8.1. Vibrasi dari dua posisi pertama resonansi

Pengurangan persamaan (2) dan (1) didapatkan


L2 L1 / 2
(3)
Jika c adalah kecepatan bunyi dan f adalah frekuensi nada, terdapat hubungan :
cf
(4)
Subtitusi persamaan (3) dan (4) didapatkan
c 2 f L2 L1
(5)
Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 25
Cara kerja
1. Isi tabung resonansi dengan air
2. Ukur panjang tabung dari ujung terbuka sampai batas udara-air pada tabung
3. Tentukan frekuensi sumber suara (Ditentukan asisten), atur tinggi air dalam tabung sampai terjadi resonansi
(resonansi terjadi ketika suara yang terdengar paling nyaring)
4. Ukur panjang L1 tabung di atas level air
5. Lakukan percobaan untuk mendapatkan resonansi yang kedua, dan harga rata-rata panjang L2 dari kolom air.
6. Ulangi percobaan dengan frekuensi suara yang lain.
7. Ukur suhu air

Tugas dan diskusi


1. Hitung kecepatan bunyi dari percobaan dan bandingkan hasilnya dari rumus:

T
c 331 1
273
m/s (Buktikan!)
2. Tentukan frekuensi garpu tala yang diberikan dari persamaan (5) dengan menggunakan kecepatan bunyi pada
suhu percobaan.
3. Tentukan nilai koreksi e dari ujung tabung yang dihitung dari persamaan (1) dan (2)
1
e L2 3 L1
2
(Buktikan!)
4. Kecepatan bunyi di udara dan koreksi dari ujung tabung dapat ditentukan dari grafik dengan menggunakan
garpu tala yang berbeda-beda frekuensinya. Posisi resonansi pertama masing-masing garpu tala antara panjang
Le c/4f
(L) dan frekuensi (f) diberikan sebagai tentukan kecepatan bunyi dari slope = c/4 !
5. Bandingkan kecepatan bunyi lewat perhitungan dan grafik, analisalah!

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 26


PERCOBAAN M-9
NERACA ANALITIS

Tujuan percobaan
Menentukan massa benda secara teliti dengan cara menimbang

Alat-alat yang diperlukan


Neraca analitis, Anak timbangan

Dasar teori
Bagian yang penting dari neraca analitis berlengan adalah batang tegar dan ringan dimana padanya dipasang
tiga buah mata pisau yang berjarak sama satu dengan yang lain, sejajar sesamanya dan tegak lurus pada panjang
batang. Mata pisau yang ditengah-tengah terletak pada plat yang digosok halus yang ditopang oleh kotak neraca.
Piringan neraca digantung pada plat-plat serupa yang terletak pada mata pisau-mata pisau di ujung. Sebuah jarum
vertikal yang ditambat pada batang, bergerak pada suatu skala.

m1g

l L

Mg

m2g

Gambar M-6.1. Prinsip neraca analisis

Mata pisau-mata pisau berfunggsi sebagai sumbu-sumbu yang tidak mempunyai geseran. Karena piringan-
piringan dapat bergerak bebas terhadap mata pisau, maka pusat berat piringan-piringan dan benda-benda selalu tepat
terletak di bawah mata pisau. Pusat berat batang terletak tepat di bawah mata pisau tengah pada waktu batang
mengambil pada posisi mendatar. Bendan yang massanya tidak diketahui m1 diletakkan di piringan kiri dan benda
yang diketahui massanya m2 diletakkan di pirinfan kanan. Dimisalkan m1>m2, kalau batang setimbang pada
pengaruh m1g, m2g dan berat batang Mg, maka momen gaya yang searah jarum jam terhadap mata pisau tengah
sama dengan momen gaya berlawanan arah jarum jam terhadap sumbu yang sama.
Kalau panjang masing-masing lengan neraca = L, sedangkan jarak dari titik berat batang dan jarum sumbu
O = l, maka:
m2 gL cos m1 gL cos Mgl sin
(1)

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 27


m2 L m1 L
tan
Ml
(2)
Kepekaan neraca didefinisikan sebagai :
tan L
S
m2 m1 Ml
(3)
Dan merupakan ukuran bagi besarnya simpangan persatuan massa. Maka besar kepekaan neraca, maik besar
simpangan persatuan massa. Dan kepekaan akan besar jika L besar, maka M kecil, yang berarti lengannya panjang
tetapi ringan dan jarak l pendek.

Cara kerja
1. Letakkan massa benda yang dicari pada salah satu piringan (misalnya piring kiri) dan massa yang diketahui
diletakkan pada piringan yang lain, sampai jarum penunjuk menunjukkan kesetimbangan (diam). Maka massa
yang tidak diketahui sama dengan massa yang diketahui (standar).
2. Jika neraca berayun selama waktu yang lama, biasanya tidak ditunggu sampai neraca diam. Untuk penimbang
biasa, neraca dikatakan setimbang jika jarum penunjuk berayun dengan jarak yang sama pada tiap-tiap sisi titik
diam.
3. Sesudah gerakan menjadi teratur, lalu ditentukan dua titik balik yang beraturan dari jarum penunjuk pada skala
dan titik diam dianggap di tengah antara kedua titik balik ini pada waktu mencari massa sesungguhnya selalu
ditambahkan massa yang cukup agar jarum jam penunjuk berayun dengan jarak yang sama dari titik diam yang
sesungguhnya dan bukan dari garis pusat.

Untuk pekerjaan yang teliti dipakai cara sebagai berikut


Titik diam R0 dengan piringan-piringan kosong ditentukan dengan merata 23 buah titikbalik yang berurutan
pada satu sisi dengan rata-rata dua titik balik yang menengahinya pada sisi yang lain. Titik R 1 kemudian dicari
dengan cara yang sama pada proses penimbangan. R 1 diussahakan agar tidak berhimpit dengan R 0 dengan mengatur
massa, tetapi lebih ditentukan kepekaan neraca atau jumlah bagian skala bergesernya titik diam oleh penambahan 1
mg. Dimisalkan garis skala paling kanan adalah 0, yang di tengah 10, dan paling kiri 20. Maka pada penimbangan
piringan-piringan yang kososng, menentukan titik diam R0 diperoleh hasil pembacaan :

kiri kanan
1. 16,6 2. 4,6
3. 16,2 4. 4,8
5. 16,1

Rata-rata 16,3 4,7


16, 3 4, 7
R0 10, 5
2
Maka titik diam
Pada penimbangan sebuah benda, kalau diberikan anak timbsngsn 14,784 gram hasilnya kurang berat (anak
timbangan lebih ringan dari bendanya), sedangkan jika diberi ukuran 14,785 gram ternyata lebih berat bendanya.
Misalnya hasil penimbangan adalah : Dengan anak timbangan yang terlalu ringan yaitu 14,784 gram

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 28


kiri kanan
1. 14,0 2. 3,7
3. 13,5 4. 3,9
5. 13,3

Rata-rata 13,6 3,8

13, 6 4, 8
R1 8, 7
2
Maka titik diam
Dengan anak timbangan yang terlalu berat yaitu 14,785 gram.

kiri kanan
1. 15,8 2. 7,6
3. 15,6 4. 7,8

Rata-rata 15,7 7,7


15, 7 7, 7
R2 11, 7
2
Maka titik diam gram
R1 R2 11, 7 8, 7 3 skala
S 3 skala/mg
m1 m2 14, 785 14, 784 0, 001 mg
Kepekaan neraca
Oleh karena itu tiap bagian skala setara dengan 1/3 mg = 1/3000 g ,disebut harga skala H
M m1 R0 R1 H m2 R2 R0 M 14, 785 11, 7 10, 5 1 / 3000

M 14, 784 10, 5 8, 7 1 / 3000 14, 7846 gram 14, 7846 gram
Atau

PERCOBAAN M-10
MODULUS YOUNG

Tujuan percobaan
Menentukan modulus Young dari kawat

Alat-alat yang diperlukan


Skala utama dan nonius, Pemberat masing-masing 100 gram, Batang penggaris, Mikrometer sekrup

Dasar teori
Pada umumnya tiap zat yang dikenai tegangan akan mengalami perubahan bentuk. Apabila tegangan
dihilangkan zat itu kembali ke bentuk semula. Psroses ini disebut dengan elastis. Bilangan yang menyatakan banyak
sedikitnya deformasi yang terjadi disebabkan oleh tegangan tertentu disebut modulus elastisitas. Dalam percobaan
ini anda menentukan modulus Young (E) dari kawat.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 29


Sebuah kawat yang panjang L diberi pemberat Mg akan
bertambah panjang sebesar L. Modulus Young (E) didefinisikan
sebagai:
L tegangan tarik Mg / A
E
regangan tarik L / L
L (1)
mg
MgL
E
r L
2

Gambar M-10.1. Percobaan Modulus Young


(2)
Dengan A adalah luas penampang kawat dan r adalah jari-jari kawat.
Bila pembebanan masih dalam batas elastisitas sempurna, maka
grafik pertambahan panjang terhadap berat beban akan merupakan garis lurus. Nilai modulus Young dapat
ditentukan dari grafik.

Cara kerja
1. Pasang dua kawat pada gantungan
2. Pasang skala utama dan nonius pada kawat
3. Ukur panjang dan diameter kawat dan timbang massa pemberat
4. Pasangkan beban standar pada kawat yang satu
5. Atur kedudukan nol skala utama nonius
6. Pasangkan beban pada kawat yang lainnya
7. Catat pertambahan panjang kawat. Pertambahan panjang kawat diamati dengan mengembalikan kedudukan
gelembung udara pada waterpass dengan cara mengatur skala nonius.
8. Ulangi percobaan dengan memvariasi beban.

Tugas dan diskusi


Bandingkan nilai E dari grafik dan perhitungan melalui persamaan (2)

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 30


PERCOBAAN M-11
AYUNAN MATEMATIS

Tujuan percobaan
Menentukan percepatan gravitasi bumi

Alat yang diperlukan


Stopwatch, Mistar gulung

Dasar teori
Gravitasi merupakan fenomena atau gejala alamiah, yaitu peristiwa tarik menarik antara dua massa.
Sedangkan yang dimaksud dengan percepatan gravitasi g adalah gaya gravitasi per satuan massa.
Menurut Newton gaya gravitasi adalah:
mm
F G 12 2
r
(1)
Dengan G adalah konstanta gravitasi, m1 m2 adalah massa benda dan r adalah jarak antar keduan massa.
Nilai G ditentukan oleh Cavendish dengan menggunakan neraca punter, dan percobaan ini dikenal dengan
nama Menimbang Bumi, karena dengan diketahuinya G maka massa bumi dapat dihitung dengan persamaan
2
mM R
F G 2
mg 0 M g 0
R G
(2)
Dengan M adalah massa bumi, R adalah jari-jari bumi dan g0 adalah besarnya percepatan gravitasi pada permukaan
bumi.
Pada jarak r=h+R dari pusat bumi, maka berat suatu benda yang bermassa m adalah:
mM
mg G 2 gr GM
2

r
(3)
Untuk r=R (di permukaan bumi) maka g = g0, sehingga
mM
mg 0 G 2 g 0 R GM
R
(4)
Subtitusi persamaan (3) dan (4) maka akan diperoleh persamaan

g g0 1 2
h
R
(Buktikan!) (5)
Untuk mengukur g digunakan ayunan bandul m mengayun pada benang tak bermassa yang panjangnya L. bila
simpangan sudut kecil, lintasan m boleh dianggap lurus, sehingga
x
sin
l
(6)
Dengan x adalah simpangan bandul

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 31


Gaya yang mengembalikan m ke keadaan setimbang
F mg sin
(7)
2
d x x
m 2
mg
dt l
(8)
2
d x g
2
x0
dt l
(9)
Bentuk umum persamaan diferensial getaran selaras
2
d x
x 0
2

dt
2

(10)
Atau
F
g g

2

mg l l
Gambar M-11.1. Ayunan bandul matematis (11)
Atau system (benda bermassa m) berayun dengan periode:
4
2

T
2
l
g
(12)

Cara kerja
1. Ikat bandul pada ujung tali dan ukur panjang tali
2. Ayunkan bandul dengan sudut ayunan kecil
3. Catat waktu yang diperlukan untuk beberapa kali ayunan (Lebih banyak lebih baik)
4. Ulangi percobaan dengan panjang tali yang berbeda

Tugas dan diskusi


Tentukan nilai percepatan gravitas bumi dengan cara ayunan bandul matematis melalui grafik!

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 32


PERCOBAAN M-12
MODULUS PUNTIR

Tujuan percobaan
Menentukan modulus punter / geser dari batang logam

Alat-alat yang diperlukan


Beban pemberat masing-masing 500 g, Jangka sorong dan penggaris, Mikrometer sekrup

Dasar teori
Ditinjau dari batang logam B, salah satu ujungnya dijepit keras-keras di T. ujung yang lain bebas berputar dan
dipasang keras-keras pada P. bila beban m gram dipasangkan pada ujung tali yang terdapat pada pemutar P, maka
roda pemutar P akan menghasilkan momen punter atau putar dan memuntir batang B dengan sudut puntiran sebesar
dengan ditunjukkan oleh skalal S.
Kaitan antara modulus geser G dengan sudut puntiran dapat dituliskan
2ML
G
R
4

(Buktikan!) (1)
0
360 rgmL
G
R
2 4

(Buktikan!) (2)
Dengan G adalah modulus punter, M adalah momen gaya, adalah sudut puntiran (persamaan (1) dinyatakan dalam
radian, persamaan (2) dinyatakan dalam derajad), g adalah percepatan gravitasi bumi, r adalah jari-jari roda
pemutar, R adalah jari-jari batang logam, m adalah massa beban dan L adalah panjang batang logam.

Gambar M-12.1. Alat untuk modulus punter / geser (G)

Cara kerja
1. Ukur panjang dan diameter batang logam
2. Ukur diameter roda pemutar dan timbang massa beban
3. Letakkan beban dengan tali pada roda pemutar dan catat kedudukan skala
4. Ulangi percobaan dengan variasi beban pemberat

Tugas dan diskusi


Tentukan nilai modulus puntir dari batang logam yang anda selidiki melalui grafik dan rumus.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 33


PERCOBAAN M-13
TEGANGAN PERMUKAAN

Tujuan percobaan
Menentukan besarnya tegangan permukaan dari suatu cairan

Alat-alat yang dipperlukan


Gelas Piala 2 buah

Dasar teori
Timbulnya tegangan permukaan disebabkan karena adanya gaya kohesi antara satu molekul cairan terhadap
molekul lainya. Pada percobaan ini dipakai metode tekanan maksimum gelembung yang susunan alatnya seperti
pada gambar M.13.1
Harga tegangan permukaan aquadest dapat ditentukan dengan cara menyamakan tekanan-tekanan yang
bekerja pada bejana dan manometer M. dengan menurunkan air dari buret ke dalam botol Erlenmeyer E, tekanan
udara dalam pipa kapiler C menjadi besar. Jika pada ujung pipa kapiler terjadi gelembung udara dengan jari-jari R,
maka pada permukaan gelembung ini bekerja tekanan-tekanan dari atas = P dan dari bawah yang terdiri dari :
2 gh2 2S / R
tekanan hidrostatik ( ), tekanan udara (PB) dan tekanan tegangan permukaan ( ) (Buktikan!). Dalam
keadaan setimbang tekanan P adalah sama dengan tekanan di titik N dan pada manometer M, yaitu : tekanan
1 gh1
hidrostatik ( ) dan tekanan udara (PB), jadi dapat dituliskan:
2S
P 1 gh1 PB 2 gh2
R
(1)
Tekanan P akan maksimum jika R minimum, yaitu sama dengan jari-jari pipa kapiler = r. maka pada saat R=r
diperoleh persamaan
2S
Pmaks 1 gh1 2 gh2
r
(2)
1
S gr 1 h1 2 h2
2
(3)
Untuk air sabun di dapatkan persamaan
1
S gr 1 h1 2 h2
4
(Buktikan!) (4)
Dengan h2 adalah selisih tinggi permukaan zat cair dalam pipa kapiler / gelas piala B, h1 adalah selisih tinggi
permukaan zat cair dalam manometer, 1 adalah massa jenis zat cair pada manometer dan 2 adalah massa jenis
cairan dalam gelas piala.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 34


Gambar M-13.1. Skema alat untuk menentukan tegangan permukaan
dengan metode tekanan maksimum gelembung udara

Cara kerja
1. Buat permukaan cairan di dalam pipa manometer M sama tinggi
2. Pipa kapiler C dicelupkan sedalam h2 ke dalam gelas piala B
3. Teteskan air dari buret ke botol E, cairan dalam salah satu kaki manometer akan naik
4. Amati pada manometer: tekanan maksimum tercapai ditandai dengan pecahnya gelembung udara yang keluar
dari pipa kapiler dan permukaan cairan manometer turun lagi
5. Ukur selisih permukaan tertinggi dalam manometer
6. Tentukan rapat cairan dalam manometer dan dalam gelas piala
7. Ukur jari-jari pipa kapiler dan hitung tegangan permukaan untuk aquadest dan air sabun.

Tugas dan diskusi


Berdasarkan persamaan (3) dan (4) masing-masing untuk aquadest dan larutan sabun dapat dibuat suatu
persamaan yang mengandung besaran S, yang menunjukkan kaitan antara besaran terukur langsung satu dengan
yang lain. Tentukan nilai S dari grafik dan banadingkan hasil yang diperoleh dari persamaan (3) dan (4) dengan
yang diperoleh dari grafik.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 35


PERCOBAAN M-14
VISKOSITAS

Tujuan percobaan
Menentukan angka kekentalan dinamis cairan nisbi

Alat-alat yang diperlukan


Gelas ukur panjang, Gelas ukur pendek, Pipet ukur, Gelas piala dua buah, thermometer.

Dasar teori
Konstanta viskositas () suatu cairan menunjukkan seara kuantitatif kekentalan cairan tersebut. Angka kental
dinamis suatu cairan didefinisikan sebagai gaya gesekan persatuan luas antara dua lapisan zat alir yang jaraknya
satu-satuan panjang dan beda kecepatannya satu satuan kecepatan. Dan secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
G

dv
A
dy
(1)
Dengan adalah angka kekentalan dinamis, G adalah gaya gesek, A adalah luas lapisan zat alir, dv adalah
perbedaan kecepatan dua lapisan zat alir dan dy adalah jarak antara dua lapisan zat alir.
Percobaan ini berdasarkan pada hukum Poiseullie II, yang rumusnsya:
4
PR
Q
8l
(2)
Dengan Q adalah debit aliran, P adalah selisih tekanan cairan, R adalah jari-jari pipa dan l adalah panjang pipa.
Dalam percobaan ini digunakan viskosimeter Ostwald seperti ditunjukkan pada gambar M.14.1. Alat ini
terdiri dari bejana pengukur B dengan garis S 1 dan S2 dilanjutkan pipa kapiler K dan pipa penghisap P. Bejana B
berada dalam thermostat T. bila waktu yang diperlukan oleh dua zat alir sebanyak volume B dari garis S 1 ke garis S2
untuk mengalir melalui pipa K, masing-masing diketahui dari pengamatan, maka debit masing-masing zat alir
adalah: Qaq=V/taq dan untuk cairan Qx=V/tx.
Karena volum aquadest dan cairan sama, maka
Paq t aq Px t x

aq x
(3)
Dengan Paq adalah selisih tekanan aquadest, taq adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari S 1 ke S2 untuk
aquadest, Px adalah selisih tekanan cairan, tx adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari S 1 ke S2 untuk
cairan.
Mengingat bahwwa selisih tekanan P cairan sebanding dengan massa jenis cairan, maka persamaan (3) dapat pula
dituliskan:
t
x x x aq
aq t aq
(4)

Cara kerja
Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 36
1. Letakkan gelas piala B yang berisi aquadest dibawah viskosimeter sampai pipa kapiler K tercelup di dalamnya
2. Hisap P maka aquadest akan masuk ke dalam bejana B dan aquadest di atas tanda garis S 1
3. Catat waktu yang diperlukan oleh aquadest untuk mengalir melalui viskosimeter dari tanda S 1 sampai S2
4. Ulangi percobaan dengan larutan yang berbeda dan hitung massa jenis larutan

Tugas dan diskusi


1. Hitung angka kekentalan dinamis untuk tiap larutan
2. Buat grafik hubungan antara kadar dengan angka kental dinamis.

Gambar M-14.1. Viskosimeter Ostwald

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 37


PERCOBAAN M-15
BANDUL FISIS

Tujuan percobaan
Menentukan percepatan gravitasi dengan menggunakan bandul fisis

Alat-alat yang diperlukan


Batang berlubang, batang besi sebagai poros, Mistar ukur

Dasar teori
Gambar M.15.1 menunjukkan benda tegar yang tergantung pada sumbu horisontalnya melalui titik O. Benda
kemudian digerakkan dengan membentuk sudut 0 dari posisi vertikalnya. Benda akan mengalami momen gaya
pemulihnya sebesar:
pem Mgh sin
(1)
Karena kecil maka
Mgh sin Mgh
(2)
Persamaan gerak bendadapat dituliskan sebagai
d
2

Mgh I 2
dt
(Buktikan!) (3)
Dengan I adalah momen inersia benda terhadap sumbu O.
Gerak benda adalah gerak harmonis dan mempunyai periode sebesar
I
T 2
Mgh
(Buktikan!) (4)

Gambar M-15.1 Skema percobaan Bandul Fisis

Dengan menggunakan teorema sumbu sejajar, momen inersia Ig adalah momen inersia tehadap titik pusat massa,
sehingga
I I g Mh
2

(5)
Dengan

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 38


I g Mk
2

(Buktikan!) (6)
Dan k adalah jari-jari girasi.

Persamaan (4) dapat ditulis kembali


k h
2 2

T 2
gh
(7)
Periode ayunan matematis adalah:
l
T 2
g
(8)
Periode benda tegar sama dengan periode osilasi bandul matematis dengan panjang bandul fisis adalah
2
k
l h
h
(9)
Penyelesaian persamaan (9) adalah:
h hk k 0 h1 h2 l h1 h2 k
2 2

; dan (10)
Jarak k2/h diukur sepanjang sumbu dari titik O yang merupakan pusat osilasi. Periode O sama dengan
periode O sehingga pusat suspense dan osilasi dapat dipertukarkan, sehingga percepatan gravitasi dari bandul fisis
adalah:
4
2

g 2
l
T
(11)

Cara kerja
1. Ukur panjang batang dari C sampai dengan B
2. Ayunkan batang dan catat waktu untuk 20 osilasi
3. Ulangi percobaan dengan panjang batang yang berbeda-beda.

Tugas dan diskusi


1. Hitung g dari persamaan (11)
2. Bandingkan harga g dengan grafik T terhadap l (panjang batang) dan perhitungan biasa.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 39


PERCOBAAN K-1
KOEFISIEN MUAI PANJANG

Tujuan percobaan
Menentukan koefisien muai panjang logam

Alat-alat yang diperlukan


Thermometer, Jangka sorong, Mistar ukur.

Dasar teori
Pemuaian panjang dari suatu benda padat dapat dituliskan dengan persamaan:
LT L0 1 T
(1)
Dengan LT adalah panjang benda pada suhu T, L0 adalah panjang benda pada suhu 0, dan adalah koefisien muai
panjang bahan. Pada suhu T1 maka panjang suatu benda dinyatakan oleh persamaan
LT L0 1 T1
1

(2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh:
LT LT L
1


L0 T1 T L0 T
(3)
Jadi dapat dihiutng bila pertambahan panjang pada pemanasan dari suhu T menjadi T1 dan panjang L terukur.
Dalam percobaan ini, batang logam dipanaskan dari suhu kamar sampai air mendidih. Karena panjang kawat
pada suhu 0OC (L0) tidak banyak bedanya dengan panjang pada suhu kamar, maka L0 diganti dengan LT. sehingga:
LT LT L
1


LT T1 T LT T
(4)
L LT LT
1

Karena pertambahan panjang batang kecil sekali, maka pengukuran yang teliti dilakukan
dengan menggunakan alat Mussschenbroeck. Pada alat ini, ujung kiri batang B dijepit pada statif kiri D, ujung
kanan dipasang menekan roda (jari-jari r) dari jarum penunjuk skala j. Bila air di dalam bejana dipanaskan sampai
mendidih, maka uap air akan memanasi batang sehingga batang akan bertambah panjang.
Pertambahan panjang ini akan menyebabkan roda berputar dan jarum penunjuk skala akan menyimpang dan
menunjuk skala s, dan pertambahan panjang L ini sebanding dengan besarnya simpangan pada skala, yaitu:
r
L s
R
(5)
Dengan r adalah jari-jari roda, R adalah panjang jarum penunjuk dan s adalah beda skala yang ditunjuk jarum pada
suhu T1 dan T. Persamaan (5) kita subtitusikan pada persamaan (4) maka diperoleh:

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 40


rs

RLT T
(6)

Cara kerja
1. Pada suhu kamar T, ukurlah panjang batang LT. Pada suhu ini buatlah skala yang ditunjuk jarum j pada angka 0.
2. Naikkan suhu batang dengan mengalirkan uap air masuk ke dalam batang hingga suhunya T1 dan batang akan
bertambah panjang. Amati skala yang ditunjuk oleh jarum j.
3. Ukur panjang jarum j (R) dan jari-jari roda (r) menggunakan jangka sorong. Selanjutnya tentukan besarnya nilai
koefisien muai panjang batang.

Tugas dan diskusi


1. Buktikan persamaan (5)
2. Hitung koefisien muai panjang batang alogam yang disediakan
3. Mungkinkah nilai ditentukan secara grafik? Jelaskan!
4. Hitung berapa % kesalahan yang terjadi pada penggantian L0 dengan LT?

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 41


PERCOBAAN K-2
KALOR LEBUR

Tujuan percobaan
Menentukan kalor lebur es

Alat-alat yang digunakan


Kalorimeter dan Pengaduknya, Termometer.

Dasar teori
Keadaan (Fase) suatu zat terdiri atas 3 macam yaitu padat, cair dan gas. Zat-zat pada kondisi suhu dan tekanan
tertentu mengalami ketiga fase tersebut. Transisi fase dari satu fase ke fase yang lain disertai dengan pelepasan atau
penyerapan kalor tanpa perubahan temperature.
Panas yang diserap oleh satu satuan massa benda dalam bentuk padat yang melebur (mencair) tanpa disertai
perubahan temperature didefinisikan sebagai kalor lebur. Banyaknya kalor Q yang dibutuhkan untuk meleburkan
massa m pada temperature konstan dengan L menyatakan kalor lebur zat adalah:
Q mL
(1)
Untuk menentukan kalor lebur zat (es) dapat digunakan metode calorimeter, yaitu memasukkan es (massa m)
ke dalam kalorimeter berisi air (massa m e). Bila kalorimeter dilengkapi dengan pengaduk,thermometer dan
mempunyai harga air mwck (mw: massa calorimeter beserta pengaduk dan thermometer dan c k: kapasitas panas jenis
calorimeter), maka temperature air dalam calorimeter akan menurun hingga suhu tertentu (Tf) yaitu saat es telah
mencair seluruhnya.
Setelah suhu T tercapai maka perlahan-lahan temperatur air akan meningkat atau naik kembali karena
pengaruh suhu udara luar. Pada proses ini,besar panas yang diberikan air,calorimeter dan pengaduknya
Q1 = (mw+mkck) (T1-Tf) (2)

Dengan T1: suhu awal calorimeter. Sedang panas yang diserap / diterima oleh es untuk berubah wujud dari
padat menjadi air dan untuk menaikkan temperature air(yang berasal dari es) dari 0 o sampai Tfo adalah:
Q2 = mel + mecwTf
(3)
Menurut Azaz Black, Q1 = Q2 maka diperoleh:
(mw+mkck) (T1-Tf) = mel + mecwTf
(4)
Dari persamaan (4) dapat dihitung nilai kalor lebur es dan satuannya adalah kalori/gram.

Cara kerja
1. Panasi kalorimeter yang berisi air dan pengaduknya sampai beberapa derajad di atas suhu kamar T k,sehingga
dipenuhi syarat Tk-Tf = Ti-Tk.
2. Timbang kalorimeter berisi air + pengaduknya dan kalorimeter kosong untuk menentukan massa air
3. Masukkan es dalam kalorimeter yang berisi air dan pengaduk, sambil diaduk amatilah suhu pada termometer
tiap 15 detik sampai es melebur semua.
4. Bila temperatur kalorimeter sama dengan temperatur es yang telah melebur, maka akan tercapai suhu minimum
dan temperatur minimum ini adalah temperatur akhir Tf.
5. Lanjutkan pengamatan tiap 15 detik sampai beberapa menit setelah temperatur minimum tercapai.

Tugas dan diskusi


1. Hitung kalor lebur es
2. Buat grafik antara suhu dengan waktu. Analisa grafik tersebut!

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 42


PERCOBAAN K-3
PENENTUAN KOEFISIEN SUHU HAMBATAN

Tujuan percobaan
Menentukan koefifsien suhu hambatan

Alat-alat yang diperlukan


Jembatan Wheatstone, Sumber tegangan, Galvanometer, Hambatan standar, Termometer, Tabung reaksi,
Parafin, Kumparan tembaga, Bejana didih, Pembakar busen atau Kompor.

Dasar teori
Untuk meningkatkan resistansi sebuah logam murni ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:

RT R0 1 T T
2

(1)
=
Dengan dan adalah konstanta dan , RT adalah hambatan logam pada suhu T dan R0 adalah hambatan
logam pada suhu 0OC
Untuk jangkauan suhu yang tidak terlalu jauh, persamaan di atas dapat diberikan dalam bentuk
RT R0 1 T
(2)
Tetapan disebut dengan koefisien suhu dari hambatan, yang dirumuskan sebagai:
R R0
T
Ro T
(3)

Gambar K-3.1. Rangkaian percobaan


Cara kerja
1. Air dipanaskan perlahan sampai mencapai posisi setimbang pada jembatan Wheatstone.
2. Catat deret pembacaan L1 dan L2 untuk kenaikan suhu dari 5OC sampai 95OC.
3. Sewaktu pembacaan dilakukan, suhu harus terus distabilkan dengan mengatur nyala pembakar tetap rendah

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 43


PERCOBAAN K-4
PENDINGINAN AIR

Tujuan percobaan
Belajar menerapkan dan mengintepretasikan (mengartikan) grafik.

Alat-alat yang diperlukan


3 buah gelas beker (100, 250 dan 600 ml) dengan tutupnya, 3 buah termometer.

Dasar teori
Hukum Newton mengenai pendinginan menyebutkan bahwa kecepatan perpindahan panas suatu benda ke
lingkungan sebanding dengan perbedaan suhu benda dengan lingkungannya.
Bila suatu benda berupa zat cair memiliki suhu yang lebih panas daripada suhu lingkungan maka akan
mendingin karena perpindahan kalor. Suatu hipotesa menyatakan bahwa laju penurunan suhu dT/dt (turunnya suhu
tiap satuan waktu) akan sebanding dengan selisih suhu antara cairan dengan lingkungannya, sesuai dengan
persamaan :
dT
T T0
dt
(1)
Dengan adalah sebuah tetapan, T adalah suhu cairan dan T0 adalah suhu lingkungan.

Cara kerja
1. Isilah masing-masing gelas beker dengan air panas
2. Amatilah penurunan suhu air pada masing-masing gelas beker secara bersamaan untuk tiap selang waktu.

Tugas dan diskusi


1. Periksalah dengan eksperimen apakah hipotesa dalam teori benar atau tidak!
2. Menurut pendapat anda, nilai tergantung dari faktor apa saja?
3. Terangkan hasil pengamatan eksperimen anda itu!
4. Berdasarkan persamaan 1 dapat disusun suatu persamaan linier yang menyatakan hubungan antara selisih suhu
air dan lingkungan terhadap waktu. Pilih variabel-variabel yang sesuai untuk diplotkan pada grafik sumbu x y!

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 44


PERCOBAAN K-5
TETAPAN KALORIMETER

Tujuan percobaan
Mengetahui sifat-sifat dan penerapan kalorimeter

Alat yang digunakan


Kalorimeter dan pengaduknya, Termometer

Dasar teori
Alat untuk mengukur perubahan panas disebut kalorimeter. Setiap kalorimeter mempunyai sifat khas dalam
mengukur panas. Ini dapat terjadi karena kalorimeter sendiri (baik gelas, politena maupun logam) menyerap panas,
sehingga tidak semua panas terukur. Untuk itu perlu ditentukan berapa banyak panas yang diserap oleh kalorimeter
beserta termometer dan pengaduknya..

Gambar K-5.1. Kalorimeter


Cara kerja
1. Pasang alat seperti pada gambar 1
2. Masukkan 50 ml air ke dalam kalorimeter
3. Aduk dan catat suhu air dalam kalorimeter setiap 30 detik hingga 4 menit
4. Tepat menit keempat, masukkan 50 ml air panas (Suhunya diatara 35 OC-45OC)
5. Aduk dan catat suhu air dalam kaorimeter tiap 30 detik sampai menit ke delapan.
6. Buatlah hubungan antara waktu dengan suhu untuk memperoleh suhu maksimum yang tepat.

Tugas dan diskusi


Qd md ca T
1. Hitung panas yang diserap oleh air dingin !
2. Hitung panas yang dilepas oleh air panas dan diserap oleh kalorimeter
3. Hitung energi panas yang diserap kalorimeter pada kenaikan 1 OC!
4. Hitung energi panas yang diserap air untuk kenaikan 1OC!

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 45


PERCOBAAN L-1
POTENSIOMETER

Tujuan percobaan
Menentukan hambatan dalam sebuah sel, mengukur arus, kalibrasi ampermeter dan kalibrasi voltmeter

Dasar teori
1. Penentuan hambatan dalam sebuah sel
Sebuah sel Daniell memiliki e.m.f sebesar E dan hambatan dalam
sebesar r. Pada saat k2 terbuka, titik kesetimbangan pada C 1 dengan AC1
= L1 cm, sehingga:
E p.d AC L1
1

(1)
Kemudian saat k2 ditutup, titik kesetimbangan pada C 2 dengan AC2=L2
cm. kemudian beda potensial kutub-kutub tersebut adalah:
E p.d AC L2
2

(2)
Gambar L-1.1
Jika arus sirkuit tertutup adalah I Ampere, maka beda potensial antara kutub-kutub sel adalah:
E ER
IR R L2
Rr Rr
, maka (3)
Dengan mensubtitusikan persamaan (1) ke (3) diperoleh
Rr L L L2
1 rR 1
R L2 L2
, maka (4)

2. Penentuan arus dan kalibrasi amperemeter


Beda potensial antara ujung-ujung hambatan (IRs) diseimbangkan dengan panjang kawat potensiometer L1.
Rangakaian subsiden kemudian tidak disambung dan kawat potensiometer dikalibrasikan dengan penyeimbang Es
sel standar sepanjang L2 pada kawat potensiometer. Kemudian:
IRs L1 Es L1
I
Es L2 Rs L2
atau (5)
Jika suatu amperemeter A, diletakkan dalam rangkaian subsiden arus sebenarnya (yang ditentukan
sebagaimana di atas) dapat ditentukan untuk suatu pembacaan amperemeter dengan pengaturan rheostat pada
rangkaian, kesalahan pada berbagai titik pada skala amperemeter dapat ditentukan.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 46


Gambar L-1.2

3. Kalibrasi Voltmeter
Rangkaian subsiden terdiri dari sebuah bateray yang sesuai dihubungkan ke terminal suatu rheostat
berhambatan tinggi (Rh) yang berfungsi sebgai pembagi potensial. Voltmeter dihubungkan melalui terminal P dan
kotak geser Q dari pembagi tegangan dan beda tegangan yang melewati PQ diimbangi dengan panjang L1. Kawat
potensiometer kemudian dikalibrasi menggunakan suatu sel standar untuk mendapatkan keseimbangan Es terhadap
L2 dari kawat berpotensiometer, maka:
Es L1

E L2
(6)
Atau pembacaan sebenarnya adalah
L
E 1 E
L2
(7)

Gambar L-1.3
Cara kerja
Penentuan hambatan dalam sebuah sel
1. Susun rangkaian seperti pada gambar L.1.1
2. Tutup saklar k1 dan saklar k2 dibiarkan terbuka
3. Geser pena sehingga terjadi kesetimbangan, panjang AC 1 sebagai L1 dan catat L1
4. Tutup saklar k1 dan k2
5. Geser pena sehingga terjadi kesetimbangan, panjang AC 2 sebagai L2 dan catat L2
6. Ulangi dengan mengganti L1 dengan R
Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 47
Pengukuran arus dan kalibrasi Amperemeter
1. Susun rangkaian seperti pada gambar L.1.2
2. Ukur arus dan kalibrasi amperemeter sesuai dengan petunjuk dasar teori

Kalibrasi Voltmeter
1. Susun rangkaian seperti gambar L.1.3
2. Kalibrasi voltmeter sesuai dengan petunjuk dasar teori

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 48


PERCOBAAN L-2
HUKUM JOULE

Tujuan percobaan
Menentukan hubungan antara tenaga listrik dengan tenaga panas (kalor) dan menentukan tara kalor listrik

Alat-alat yang diperlukan


Kalorimeter dan pengaduk, Kawat pemanas, Termometer

Dasar teori
Energi listrik dapat berubah menjadi panad, misalnya pada kawat elemen pemanas jika dialiri arus listrik akan
timbul panas. Jika panas dari kawat tersebut dialirkan pada cairan maka akan timbul perpindahan panas dari kawat
ke cairan. Menurut asa Black jumlah kalor yang ditimbulkan oleh arus listrik sama dengan jumlah kalor yang
diserap oleh cairan beserta tempat dan perlengkapannya.
Menurut hukum Joule, jumlah kalor yang ditimbulkan oleh arus listrik adalah:
Q I Rt
2

Joule (1)
Dengan Q adalah kalor yang ditimbulkan oleh arus listrik, I adalah arus listrik, R adalah hambatan kawat pemanas
dan t adalah waktu pemanasan.
Sedangkan panas yang diserap oleh air, kalorimeter dan pengaduknya adalah
Q M H Ta Tm
kalori (2)
Dengan M adalah massa air, H adalah harga air kalorimeter, pemanas dan pengaduknya, Ta adalah suhu akhir dan Tm
adalah suhu mula-mula
Dengan menyamakan persamaan (1) dan (2) diperoleh
Q I Rt Joule M H Ta Tm Kalori
2

(3)
Atau
M H T Tm
1 Joule
a

2
kalori
I Rt
(4)
Persamaan (3) tersebut sebagai angka kesetaraan kalor mekanik listrik.

Gambar L-2.1.
Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 49
Cara kerja
1. Timbang kalorimeter kosong
2. Isi kalorimeter dengan air hingga elemen pemanas tercelup dan timbang kembali kalorimeter
3. Dinginkan air beserta kalorimeter hingga di bawah suhu kamar
4. Atur arus dengan hambatan geser sehingga arus listrik yang mengalir kira-kira 2 A
5. Mulai percobaan dengan mencatat suhu mula-mula Tm dan catatlah kenaikan suhu setiap waktu tertentu
6. Setelah sampai pada suhu akhir Ta yang dikehendaki tercapai, matikan arus listrik.

Tugas dan diskusi


1. Hitung tara kalor listrik dengan persamaan 3
2. Tentukan tara kalor listrik dengan grafik dari persamaan 3 dengan memilih besaran-besaran yang terukur
langsung sebagai variabel sumbu tegak dan mendatar dari grafik tersebut
3. Bandingkan hasil yang diperoleh dari dua metode perhitungan tara kalor listrik di atas dan analisalah.
4. Pada percobaan harus memenuhi syarat Ta-Tk=Tk-Tm, mengapa?
5. Apakah yang dimaksud dengan tara kalor listrik?

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 50


PERCOBAAN L-3
WATAK LAMPU PIJAR

Tujuan percobaan
1. Memahami hukum Ohm dalam lampu pijar dan membuat intepretasi bagan listrik
2. Membuat intepretasi grafik hubungan antar tegangan terpasang vs arus yang mengalir, tegangan terpasang vs
hambatan dalam dan tegangan terpasang vs daya yang diserap

Dasar teori
Beda potensial antara kedua ujung dari suatu penghantar sebanding dengan kuat arus yang mengalir dan besar
hambatan penghantar tersebut. Hal ini dikenal sebagai hukum Ohm dan secara matematis dituliskan
V IR
(1)
Dengan V adalah beda potensial, I adalah kuat arus dan R adalah hambatan penghantar.
Suatu kawat penghantar R yang dilalui arus listrik I maka terdapat energi listrik yang hilang (terdissipasi) pada
penghantar tersebut. Besar tenaga yang terdissipasi setiap detik disebut daya listrik, dirumuskan sebagai:
P VI I R
2

(2)
Dengan P adalah daya listrik
Untuk mengetahui watak lampu pijar dari hukum Ohm diperoleh dengan melakukan pengukuran V dan I
secara serempak. Pengukuran V dan I dengan menggunakan voltmeter dan amperemeter secara serempak dilakukan
ndengan dua kemungkinan seperti pada bagan (1) dan bagan (2).
X A X A

V V

Bagan (1) Bagan (2)

Bagan 1
Pada bagan ini terdapat kesalahan pada amperemeter karena arus listrik yang terukur adalah jumlah arus yang
melalui lampu dan voltmeter. Besarnya kesalahan dirumuskan sebagai:
RL
100%
RV
(3)
Dengan RL adalah hambatan lampu dan RV adalah hambatan voltmeter

Bagan 2
Pada bagan ini terdapat kesalahan voltmeter karena tegangan yang terukur adalah jumlah dari tegangan lampu
dan tegangan amperemeter. Besarnya kesalahan dirumuskan sebagai:
RA
100%
RL
(4)
Dengan RA adalah hambatan amperemeter
Karena dari dua kemungkinan pengukuran semua memiliki kesalahan, maka peerlu dipilih bagan yang
memiliki kesalahan terkecil.
Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 51
RL RA RL RA

RV RL RV RL
Jika maka dipilih bagan (1), tetapi jika maka dipilih bagan (2). Dengan menganggap tahanan
dalam sumber dapat diabaikan maka didapatkan rumus:
RL V I RA V "/ I "
1
RV V ' I' RL V / I V V ' / I '
atau (5)
Dengan V adalah tegangan sumber tanpa beban, V adalah tegangan pada bagan (1), V adalah tegangan pada bagan
(2), I adalah arus tanpa voltmeter, I adalah arus pada bagan (1) dan I adalah arus pada bagan (2).

Cara kerja
1. Rangkai bagan (1) dan aktifkan transfoemator setelah mendapatkan persetujuan dari asisten
2. Catat tegangan transformator, tegangan voltmeter dan arus pada amperemeter untuk setiap perubahan tegangan
3. Ulangi percobaan dengan memutar variac turun dari tegangan tinggi ke rendah.
4. Gantilah rangkaian dengan bagan (2) dan lakukan hal yang sama dengan bagan (1)
5. Ulangi percobaan di atas untuk daya lampu yang berbeda-beda.

Tugas dan diskusi


1. Pilihllah bagan yang memiliki kesalahan terkecil dengan menggunakan persamaan (5)
2. Buatlah grafik hubungan V vs I, V vs R dan V vs P dari data bagan yang mempunyai kesalahan terkecil
3. Buatlah grafik logaritma log V vs log I, log V vs log R dan log V dan log P untuk menentukan fraksi panas yang
diambil dalam lampu pijar
4. Analisa ke empat grafik di atas.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 52


PERCOBAAN L-4
ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN

Tujuan percobaan
Menyelidiki hubungan antara arus yang melewati lampu filament tungsten dan potensial yang dipakai

Dasar teori
Hubungan antara arus I yang diperoleh dan tegangan yang dipakai V diberikan dengan persamaan:
I kV
n

(1)
Dengan k adalah sebuah konstanta dan n adalah konstanta dari lampu

Gambar. L-4.1
Cara kerja
1. Susun rangkaian seperti pada gambar L.4.1
2. Geserlah tahanan sehingga didapat nilai V dan I dari voltmeter dan amperemeter yang terbaca
3. Catat kenaikan dari V dan I
4. Ulangi percobaan di atas dengan lampu filament yang berbeda.

Tugas dan diskusi


1. Hitung nilai k dan n dari grafik dan analisalah
2. Buktikan persamaan (1)
3. Dari percobaan di atas apakah terdapat pengaruh tahanan geser untuk menentukan nilai k dan n.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 53


PERCOBAAN L-5
ELEKTROLISA TEMBAGA

Tujuan percobaan
Menentukan tara kimia listrik tembaga

Alat-alat yang diperlukan


Elektroda tembaga, Sumber arus DC, Tabung elektrolisa, Amperemeter DC, Larutan CuSO 4, Hambatan geser

Dasar teori
Larutan trusi apabila dialiri arus listrik searah akan mengalami elektrolisa yang reaksinya
CuSO 4 Cu +SO 4
2+ 2-

SO 4 SO 4 +2e
2-

SO 4 +Cu CuSO 4
Pada anoda :

Cu + 2e Cu
2+

Cu + Cu tidak bereaksi
Pada katoda:
Cu anoda Cu katoda

Suatau larutan elektrolit jika dialiri listrik arus searah akan terurai menjadi ion-ion negative dan positif
(terelektrolisa). Begitu juga larutan CuSO4 dielektrolisa dengan menggunakan elektroda negative. Selain itu akan
terjadi pengurangan dan penambahan massa pada elektroda Cu tersebut. Jumlah penambahan massa elektroda Cu
tersebut dinyatakan dengan rumus:
M zit
(1)
Dengan z adalah tara kimia listrik , i adalah kuat arus dan t adalah waktu dan M adaah massa.

Cara kerja
1. Gosok kedua elektroda dengan amplas sampai bersihkemudian cuci dengan air lalu siram dengan alcohol dan
bakar sampai kering dan timbanglah masing-masing elektroda.
2. Setelah didinginkan sampai pada suhu kamar dibuat rangkaian seri yang terdiri atas sumber arus DC, tahanan
geser, amperemeter, dan elektroda Cu yang dimasukkan pada larutan CuSO4
3. Nyalakan dan aturlah besarnya arus yang mengalir setelah mendapatkan persetujuan asisten
4. Catat arus yang mengalir setiap waktu tertentu (ditentukan asisten) selama jam
5. Keringkan elektroda hasil elektrolisa dan timbang massa masing-masing

Tugas dan diskusi


1. Elektroda manakah yang bertambah dan yang berkurang? Jelaskan!
2. Hitunglah tara kimia listrik tembaga (z)!

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 54


PERCOBAAN L-6
POGGENDORF

Tujuan percobaan
Menentukan ggl (gaya gerak listrik) suatu elemen dan nilai hambatan dalamnya

Dasar teori
Pengukuran dengan metode potensiometer adalah pengukuran dengan mengimbangi tegangan yang diukur
dengan tegangan sumber dari bangku potensiometer yang besarnya dapat diatur. Hasil pengukuran kemudian
dibandingkan dengan hasil pengukuran pada tegangan standar.

Gambar L-6.1.

Jika VAB=VCD maka G menunjukkan nol. VCD diatur agar sama dengan VAB dengan menggeser kontak D.
tegangan yang akan diukur maupun tegangan standar sebagai pembanding dipasang pada AB dari potensiometer.

Percobaan I
Ex adalah elemen diukur ggl-nya dan EN adalah ggl pembanding yang nilainya telah diketahui. Pengukurannya
terdiri atas dua langkah:
Langkah I : Mengimbangi tegangan yang akan diukur
A dan B dihubungkan dengan P dan Q, misalkan galvanometer (G) menunjukkan nol bila kontak geser D
berada di titik D. sehingga VAB=VCD. Karena elemen Ex tidak ditarik arusnya (G menunjukkan nol), maka VAB
adalah ggl dari elemen tersebut. Jika arus yang melalui CD adalah I, maka VCD = IRCD atau
E x IRCD '
(1)
Langkah II : Mengimbangi tegangan standar
A dan B dihubungkan dengan R dan S. dimisalkan galvanometer (G) menunjukkan angka nol bila kontak
geser D berada di D. sehingga VAB = VCD. Karena elemen EN tidak ditarik arusnya (G menunjukkan nol), maka VAB
adalah ggl dari EN. Jika arus yang melalui CD tetap sama dengan I karena tahanan total rangkaian tetap, maka VCD
= IRCD sehingga
E N IRCD "
(2)
Selanjutnya apabila (1) disubtitusikan pada (2) dan dengan menganggap kawat CD homogeny maka sebanding
tahanannya dengan panjangnya sehingga diperoleh:
Lx
Ex EN
LN
(3)
Dengan Lx adalah panjang CD , LN adalah panjang CD , EN adalah tegangan standar Weston dan Ex adalah
tegangan yang dicari.

Percobaan II: Menentukan nilai tahanan


Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 55
Pengukuran tahanan ini dikembalikan pada pengukuran tegangan. Tegangan pada tahanan yang tidak
diketahui dibandingkan dengan tegangan pada tahanan yang diketahui. Rangkaiannya adalah pada gambar L.6.2
Rx adalah tahanan yang diukur dan RN adalah tahanan yang diketahui. Jika tegangan pada Rx adalah Vx dan tegangan
pada RN adalah VN maka
Lx
Rx RN
LN
4
Pengukuran dengan potensiometer tidak menarik arus sehingga tegangan yang diukur tidak terpengaruh oleh
alat ukurnya. Lain halnya dengan pengukuran memakai voltmeter atau amperemeter selalu memberikan hasil yang
lebih kecil dari yang sebenarnya.

Gambar L-6.2.
Cara kerja:
1. Sambungkan batu bateray yang diselidiki pada terminal Ex, elemen normal Weston pada EN dan sumber arus 5
Volt DC pada bateray dari bangku kompensasi potensiometer dan galvanometer pada terminal G.
2. Sambil menghubungkan kontak AB berwarna merah dengan terminal Ex, putarlah tombol-tombol pengatur
kontak geser D sampai galvanometer menunjukkan angka nol. Catat kedudukan tersebut.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 56


PERCOBAAN L-7
OSILOSKOP

Tujuan percobaan
1. Mampu menerangkan secara fisis prinsip kerja osiloskop dan generator isyarat
2. Mampu menggunakan osiloskop untuk mengukur tegangan AC, tegangan DC dan frekuensi gelombang listrik
3. Mampu menggunakan osiloskop untuk menganalisa berbagai bentuk sinyal listrik

Dasar teori
Osiloskop adalah sebuah alat untuk menampilkan tingkah laku dan besaran listrik yang berubah-ubah
terhadap waktu yang hendak dianalisa. Osiloskop sering disebut juga CRO (Catoda Ray Oscilloscope) karena
komponen utama di dalamnya adalah tabung sinar katoda untuk visualisasi dari gejala listrik yang diukur. Tabung
sinar katoda tersebut terdiri atas: tabung vakum, senapan elektron, lensa fokus, keeping pembelok, layar pendar.
Selain itu juga dilengkapi dengan seperangkat peralatan elektronk antara lain: penguat, tegangan, unit sumber
tegangan tinggi, switch pemutus / pengatur.
Dalam analisa terhadap perilaku suatu rangkaian, osiloskop ini dilengkapi dengan generator isyarat. Alat ini
memiliki spesifikasi yaitu: jenis tegangan AC, frekuensi dapat divariasi, variasi diatenuasi (Pelemahan) sinyal, dan
dapat menampilkan bentuk gelombang persegi, kotak, maupun gigi gergaji. Untuk mengoperasikan osiloskop harus
mengetahui panel-panel yang ada dan fungsinya. Panel-panel yang ada pada CRO antara lain:
1. Power.
Digunakan untuk menghidupkan dan mematikan osiloskop dengan memutus sumber catu daya.
2. Time/div.
Tombol ini berfungsi menentukan besarnya waktu tiap skala horizontal dari gambar yang ditampilkan layar,
sehingga jika dilakukan pengubahan skala ini, maka yang akan berubah hanya panjang gelombangnya,
sedangkan amplitudonya tetap.
3. Volt/div.
Berfungsi untuk menentukan besar tegangan setiap skala vertikal. Jika dilakukan pengubahan pada skala ini,
maka yang berubah adalah amplitude gelombang, sedangkan panjang gelombangnya tetap.
4. Mode.
Switch ini digunakan untuk memilih masukan pada osiloskop.
CH 1 : Masukan adalah Chanel 1
CH 2 : Masukan adalah chanel 2
ADD : Masukan adalah penjumlahan Chanael 1 dan Chanel 2
DUAL : Kedua masukan ditampilkan bersama-sama
5. AC-GND-DC
Switch ini digunakan untuk memilih jenis sinyal yang diukur AC atau DC. Sedangkan GND (Ground) adalah
membawa ke kondisi awal (Nol)

6. Position
Knop ini berfungsi untuk mengeser posisi gambar ke arah sumbu x
b
7. Position
Knop ini berfungsi untuk menggeser posisi gambar ke arah sumbu y
8. Inten
Knop ini berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang menumbuk layar
9. Fokus
Berfungsi untuk memfokuskan gambar
10. Cal 2VP-P

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 57


Merupakan fasilitas untuk melakukan kalibrasi. Jika input dihubungkan ke panel ini harus menghasilkan
tegangan 2 Volt dari puncak ke puncak, jika tidak sesuai harus dilakukan kalibrasi CRO sampai bisa digunakan.
11. Trace rotation
Lubang ini digunakan untuk membenarkan posisi gambar jika miring dengan menggunakan obeng.

Gambar L-7.1. Bagian dari panel osiloskop


Panel panel Generator Isyarat
Bagian-bagian dari generator isyarat antara lain:
1. Power
Skala untuk menghidupkan dan mematikan generator
2. Wave form
Berfungsi sebagai switch pemilih bentuk gelombang (Kotak, Segitiga, Sinusoidal)
3. Variator frequency
Knop yang berfungsi untuk memilih frekuensi keluaran sesuai skala yang ditunjukkan
4. Frequency range
Switch yang berfungsi sebagai pelipat frekuensi dari skala yang ditunjukkan oleh variator frequency
5. Attenuator (dB)
Knop ini berfungsi untuk memperlemah sinyal yang dikeluarkan oleh generator pada skala dB
6. Amplitude
Berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran dari generator isyarat.

Gambar L-7.2. Bagian dari panel generator sinyal

Perlu diketahui bahwa setiap instrument baik osiloskop maupun generator isyarat memiliki spesifikasi
konfigurasi panel yang berlainan untuk merek dagang yang berbeda.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 58


Cara kerja
Kalibrasi
1. Masukin kabel pada chanel input yang diinginkan
2. Pilih chanel tersebut dengan switch mode
3. Pilih switch AC-GND-DA ke pilihan AC
4. Hubungkan kabel ke Cal 2VP-P kemudian bacalah pada layar tegangan yang dihasilkan
5. Jika tegangan belum 2VP-P, CRO belum siap digunakan dan harus dilakukan kalibrasi.

Mengukur tegangan AC
1. Hidupkan trasformator
2. Hubungkan input CRO ke keluaran transformator
3. Switch AC-GND-DC ke pilihan GND dan garis yang ditampilkan digeser ke tengah sumbu dengan position Y
dan dikembalikan lagi ke AC
4. Hitung skala amplitudonya dengan Volt/div yang ditunjukkan
5. Lakukan juga pengukuran tegangan dengan voltmeter
6. Ulangi untuk keluaran transformator yang lain

Mengukur Frekuensi
Cara Langsung
Cara pengukuran frekuensi ini sama dengan mengukur tegangan AC hanya yang dicatat adalah panjang 1
gelombang dan time/div nya untuk mendapatkan nilai Tperiode.

Cara Lissajous
1. Masukkan generator isyarat pada chanel dua pada tegangan yang besarnya kira-kira sama dengan tegangan
transformator dan transformator masih tetap terhubung seperti di atas.
2. Pilih switch mode ke DUAL dan switch volt/div dari CH1 dan CH2 pada tegangan yang sama
3. Putarlah tombol time/div pada x-y
4. Carilah gambar yang sesuai dengan bentuk di bawah ini dengan mengubah-ubah frekuensi keluaran generator
isyarat dan bacalah frekuensi generator isyarat tersebut. Frekuensi generator isyarat merupakan frekuensi
standar.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 59


PERCOBAAN L-8
JEMBATAN WHEATSTONE

Tujuan percobaan
Menetukan nilai suatu tahanan yang tidak diketahui, dan menentukan koreksi ujung jembatan Wheatstone

Dasar teori
Menentukan nilai suatu tahanan yang tidak diketahui
ABCD adalah diagram rangkaian jembatan wheatstone. Pada titik kesetimbangan, G akan menunjukkan
angka nol, maka arus pada rangkaian ditunjukkan sebagai berikut.
I 1 R1 I 2 R3 I 1 R2 I 2 R4
dan (1)
Dari persamaan (1) didapatkan
R1 R3

R2 R4
(2)
R3 adalah hambatan pada kawat yang panjangnya L1 dan R4 adalah hambatan pada kawat yang panjangnya L2.
Karena besar hambatan sebanding dengan panjang kawat, maka:
R1 L
1
R2 L2
(3)

Gambar L-8.1a Gambar L-8.1b

Menentukan koreksi ujung jembatan Wheatstone

Gambar L-8.2

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 60


Kesetimbangan jembatan Wheatstone L1 dari 0 diberikan persamaan
R x L1 Sx SL1
y 100 L1
S y (100 L1 ) R R
atau (4)
R dan S kemudian ditentukan dan kesetimbangan baru L2 dari 0 ditentukan
S x L2 Rx RL2
y 100 L2
R y (100 L2 ) S S
atau (5)
Pengurang persamaan (4) terhadap persamaan (5) diperoleh

L2 L1 x
R S SL1 RL2

S R R S
(6)
Maka

x

1
R
S
L2 1
S
R
L1

RL2 SL1
S R SR

R S
(7)
Dan

SL2 RL1
x 100
SR
(8)
Berdasarkan persamaan (7) dan (8) maka nilai koreksi dari jembatan Wheatstone adalah x dan y.

Cara kerja
Menentukan nilai suatu tahanan
Geserlah pena logam sepanjang kawat sampai didapatkan titik kesetimbangan di D (G=0), ukur panjang L1
dan L2, baliklah R dan S tentukan titik kesetimbangan baru, ukur L1 dan L2, rata-rata L1 dan L2, serta L2 dan L1

Menentukan koreksi ujung jembatan Wheatstone


Geserlah pena logam pada rangkaian jembatan Wheatstone dengan kawat sepanjang 100 cm sampai
didapatkan titik kesetimbangan D (G=0). Ukur panjang L1 dan L2. Lakukan percobaan untuk 5 tahanan (R dan S).

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 61


PERCOBAAN 0-1
LENSA KONVERGEN DAN DIVERGEN

Tujuan Percobaan :
Menentukan focus dan kekuatan lensa

Dasar Teori :
Kaitan antara jarak antar benda v dan jarak bayangan b dinyatakan oleh persamaan :
1 1 1

f b v
(1)

Dengan f = jarak titik api lensa


Persamaan (1) dapat ditulis sebagai;
1 1 1 1
y x
b f v f
(2)
Dalam percobaan ini akan diteliti bahwa ada suatu daerah dari B 1 ke B 2 dimana bayangan masih tajam. Kedudukan
dari bayangan B terletak di tengah-tengah daerah ini.

Gambar O-1.1a. Kedudukan dari bayangan B.

Dengan mengamati batas-batas B 1 dan B2 dapat diperoleh kedudukan titik B. dengan mempergunakan persamaan
(2) dapat ditentukan nilai focus dan kuat lensa (P).
Disamping cara di atas fokus lensa dapat dicari melalui dua macam kedudukan lensa yang mungkin diantara
benda dan bayangan yang terbentuk

Gambar O-1.1b. Dua macam kedudukan lensa yang mungkin dalam daerah d
Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 62
Bila benda dan bayangan pada jarak yang tetap dan nilainya lebih besar dari 4 kali jarak titik api lensa maka
ada dua macam kedudukan lensa yang mungkin diantara benda dan bayangan, yaitu yang menghasilkan bayangan
diperbesar dan diperkecil.
Jika jarak antara benda sampai bayangan yang tetap dinyatakan dengan d dan jarak antara kedua lensa yaitu
jarak antara kedudukan yang pertama dan kedua adalah c, maka titik api lensa dapat dihitung berdasarkan
persamaan :
d c
2 2

f
4d
(3)
Untuk lensa negatif, maka untuk memperoleh bayangan sejati pada layar, bendanya haruslah berupa benda
maya. Benda maya ini dapat diperoleh dengan pertolongan lensa positif yaitu bayangan sejati oleh lensa positiff
akan menjadi bayangan maya untuk lensa negative.

Cara Kerja :
1. Lensa Positif
Cara Grafik
1. Atur kedudukan benda, lensa dan layar pada posisi garis lurus diatas bangku optic beskala dimana posisi
benda dan lensa tetap.
2. Geser layar sehingga diperoleh bayangan yang tajam yang berada pada kedudukan b1 dan b2.
3. Dengan mengamati bayangan yang terjadi untuk berbagai harga v akan diperoleh harga b yang bervariasi
sehingga dapat dibuat grafiknya.
Menggunakan Persamaan (3)
1. Atur jarak benda dan layar (d) dibuat lebih besar 4kali titik fokus lensa.
2. Dengan mencari dua macam kedudukan lensa yang dapat membentuk tajam diperbesar dan diperkecil maka
dapat ditentukan jarak kedua macam kedudukan lensa (cara) sehingga nilai f dan p dapat dihitung.
b. Lensa Negatif
Cara Grafik
1. Untuk memperoleh bayangan sejati dari lensa negatif diperlukan benda maya yang diperoleh dari bayangan
sejati lensa positif
2. Dengan mengetahui jarak antara lensa positif dan negatif serta bayangan sejati dan lensa positif dapat
ditentukan jarak benda maya lensa negatif.
3. Dengan menggeser layar diperoleh bayangan tajam yang merupakan bayangan sejatilensa negatif. (catatan:
lensa negatif mempunyai f dan b negatif).

Pertanyaan :
1. Dari hasil eksperimen berapa sudut kemiringan grafiknya.
2. Secara teoritis anda mengharap berapa besar kemiringan garafiknya.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 63


PERCOBAAN 0-2
FOTOMETER
Tujuan percobaan :
Menentukan kuat lampu dan efisiensinya
Dasar teori :
Kuat cahaya sumber cahaya dapat ditentukan dengan alat yang dinamakan fotometer. Prinsipnya yaitu dengan
membandingkan kuat penerangan lampu standard dan lampu yang akan dicari kuat cahayanya.
Prinsip kerja alat ini diperlihatkan di gambar dibawah ini :

VU
P1 P2

R1 R2

Gambar O-2.1. Prinsip kerja fotometer

Masing-masing sisi sensor dari sensor (VU Display) diterangi oleh sumber P 1 dan P2. Diatur kedudukan sensor (VU)
sampai terjadi kesetimbangan dari jarum penunjuk (jarum penunjuk berada tepat ditengah-tengah skala VU) dan
diukur jarak sumber 1 dan 2 sampai sensor (R1 dan R2). Karena sama terang pada kedua sisi sensor tersebut, maka :
E1 E 2
(1)
Dengan : E1= kuat cahaya sumber 1, E2 = kuat penerangan sumber 2
Akibat berlakunya persamaan (1), maka diperoleh :
2
I1 I2 I1 R1
2
2
2
R1 R2 I2 R2
atau (2)
Dengan : I1= kuat cahaya sumber 1, I2 = kuat cahaya sumber 2
Bila kuat cahaya salah satu diketahui, maka kuat sumber cahaya yang lain dapat dihitung berdasarkan persamaan
(2). Sedangkan efisiensi didefinisikan sebagai erbandingan diantara fluks cahaya (E), dengan fluks radiasi (P), yang
dapat dituliskan sebagai berikut :
Efisiensi = E/P
Satuan dari efisiensi adalah lumen/watt dan satuan dari kuat cahaya adalah lumen/steradial atau lilin. Di bawah ini
beberapa pengertian yang ada hubungannya dengan cahaya :
F
I

= Source : Kuat cahaya / Lumenous Intensity (I) lilin
F 4 I
= Space : Arus cahaya / Lumeneous Flux (F) lumen

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 64


F
E
A
= Surface : Kuat Penerangan / Illumenance (E) lux

I
B
R
2

Terang cahaya (B) Lambert

Is=I1 Ix=I2

VU R1 R2
Gambar O-2.2. Skema alat Fotometer
Cara Kerja ;
1. Atur lampu standar, lampu yang akan dicari dan fotometer segaris di atas bangku optic berskala, dengan
ketentuan kedua lampu dibuat tetap sedangkan fotometer digeser-geser.
2. Geser-geserlah fotometer sehingga diperoleh keadaan yang setimbang (jarum menunjukkan di tengah-ditengah
skala) sensor, maka dapat diperoleh jarak R1 dan R2.
3. Ulangi percobaan untuk kedudukan lampu standar pada 0, 30, 60, dan 90 dari garis vertikal, sedangkan
lampu yang tidak diketahui kuat cahayanya pada posisi vertikal (untuk kedudukan lampu yang berbeda-beda
akan diperoleh berbagai harga R1 dan R2, sehingga dapat diperoleh kuat cahaya secara grafik berdasarkan
persamaan (2)).

Tugas dan diskusi


1. Hitung kuat cahaya lampu dengan persamaan (2) dan melalui garfik !
2. Analisalah kedua hasil tersebut dan bagaimana pengaruh posisi sudut lampu standar terhadap hasil yang dipero

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 65


PERCOBAAN 0-3
SPEKTROMETER

Tujuan percobaan :
Menentukan besar sudut puncak prisma, sudut deviasi dan sudut deviasi minimum

Alat-alat yang diperlukan :


Prisma, kaca pembesar, Lampu senter.

Dasar Teori :

Prisma

Kolimator

Teropong

Sumber Cahaya
Gambar O-3.1. Susunan Spektrometer

Spektrometer terdiri atas tiga bagian utama, yaitu :


1. Kolimator
Alat ini digunakan untuk mendapatkan berkas cahaya sejajar dari sumber cahaya.
2. Prisma
Berfungsi menguraikan cahaya dan diletakkan pada meja yang dapat berputar di atas meja utama spektometer
3. Teropong
Alat ini digunakan untuk melihat sinar-sinar yang diuraikan.

Cara Kerja :
a. Penyetelan
1. Fokuskan teropong pada suatu benda yang jauh melalui jendela terbuka.
2. Aturlah okuler terhadap benang silang, sedemikian hingga tidak terdapat paralaks (bayangan dan benang
silang) tidak bergerak satu terhadap yang lainnya jika mata diubah kedudukannya.
3. Pasang teropong pada tempatnya dan putarlah teropong segaris dengan kolimator dan amatilah
4. Setelah teropong difokuskan jangan diubah lagi.
5. Aturlah tabung kolimator yang dapat ditarik keluar atau didorong, masuk sampai tampak bayangan yang
tajam dari celah.

b. Menentukan besarnya sudut puncak prisma


1. Letakkan prisma sedemikian rupa sehingga permukaan-permukaan yang membiaskan benda didekat pusat
meja dan menghadpa ke kolimator.
2. Gerakan teropong sampai bayangan celah hasil pemantulan dari slaah satu permukaan prisma tampak dan
melalui perpotongan benang silang, catat kedudukan teropong.
3. Sudut puncak prisma sama dengan setengah dari selisih dari kedudukan teropong

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 66



N1 N2

Prisma

= 2

Gambar O-3.2. Besar sudut puncak prisma

c. Menentukan sudut deviasi dan diviasi minimum


1. Letakkan prisma secara hati-hati pada meja prisma, dengan permukaan yang membiaskan yang dekat
dengan teropong tegak lurus pada garis pandangan (Gambar 0-3.3).
2. Puterlah teropong kea rah yang tepat agar bayangan celah tampak, sinar yang tampak ini merupakan sinar
yang disimpangkan dimana deviasinya tidak perlu merupakan deviasi minimum.
3. Putar meja prisma sampai bayangan celah berhenti dan kemudian bergerak kembali walaupun pemutaran
meja terus berlangsung kea rah yang sama.
4. Titik balik merupakan kedudukan untuk deviasi minimum.
5. Kemudian gerakan teropong sampai bayangan celah melalui perpotongan benang silang dan bacalah
kedudukan teropong ini.
6. Ambillah prisma dari meja prisma dan arahkan teropong ke kolimator sampai bayangan celah melalui
perpotongan benang silang dan bacalah kedudukan teropong ini.
7. Selisih antara kedudukan kedua teropong merupakan sudut deviasi minimum.

Prisma
= Sudut deviasi

Kolimator

II
Sumber Cahaya
Gambar O-3.3. Besar sudut deviasi dan deviasi minimum

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 67


PERCOBAAN O-4
POLARIMETER

Tujuan percobaan
Memahami cahaya terpolarisasi dan menetukan sudut putar jenis (0) larutan gula

Alat-alat yang diperlukan


Tabung polarimeter, Lampu senter, Gula, Gelas ukur, dan Termometer

Dasar teori
Apabila suatu berkas cahaya yang terpolarisasi linier (bidang) melalui suatu larutan gula atau larutan lain yang
mempunyai sifat optis aktif, maka bidang polarisasi dari sinar itu akan terputar melalui sudut tertentu . Besarnya
sudut tergantung pada: panjangnya cairan yang dilalui sinar, kadar larutan, panjang gelombang sinar, suhu. Untuk
mengukur sudut dipakai polarimeter Laurent atau polarimeter setengah bayangan. Pada alat-alat ini terdapat:
Polarisator, Lempeng dari Laurent, tabung tempat larutan, analisator yang dapat diputar dan teropong.

Keterangan gambar
KL = Bidang polarisasi sinar yang keluar dari polarisator
MN = Bidang polarisasi sinar yang keluar dari lempeng
AB = Sumbu optic lempeng
PQ = Kedudukan sumbu optik analisator pada kesamaan sama gelap untuk aquades.
PQ = Kedudukan sumbu optik analisator pada kesamaan sama gelap untuk larutan gula
KL dan MN adalah sama dengan KL dan MN setelah melalui larutan gula.

Zat optis aktif memutar bidang polarisasi, besar sudut putar berbanding lururs dengan kadar larutan dan
panjang jalan yang dilalui cahaya dalam larutan dan bergantung pada jenis zat yang disebut dengan sudut putar
jenis.
cL
0
100
(1)
Dengan c adalah jumlah gram zat dalam 100 cc larutan, 0 adalah sudut putar jenis, adalah sudut putar dan L
adalah panjang jalan zat dalam dm

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 68


Cara kerja
1. Buatlah larutan gula dengan kadar c1, c2, c3 dan c4 serta catat suhunya
2. Nyalakan sumber cahaya dan aturlah okuler pada analisator, supaya medan penglihatan yang berupa lingkaran
tampak jelas dan bersih.
3. Carilah kedudukan titik nol sama terang, bersihkan tabung dan isilah dengan aquades
4. Buanglah aquades dari tabung dan isilah dengan larutan gula dengan kadar c1
5. Pasanglah kembali tabung pada tempatnya, dalam polarimeter akan terlihat medan penglihatan tidak sama
gelap.
6. Putarlah analisator sampai medan penglihatan kiri kanan kembali menjadi sama gelap, lakukan 4x dan catat
kedudukan analisator
7. Ulangi percobaan 10 x masing-masing dengan c2, c3 dan c4
8. Ujilah kembali kedudukan titik nolnya.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 69


PERCOBAAN O-5
MIKROSKOP

Tujuan percobaan
Menentukan perbesaran total mikroskop dan mengatur panjang dari suatu benda kecil

Dasar teori
Mikroskop adalah alat untuk melihat benda kecil. Pada dasarnya terdiri dari lensa objektif dan okuler yang
sesungguhnya masing-masing adalah suatu susunan lensa. Benda yang dilihat diletakkan pada jarak yang sedikit
lebih jauh dari titik api lensa objektif. Bila mata tidak berakomodasi maka letak benda ini harus sedemikian
sehingga bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif jatuh tepat di titik api pertama dari lensa okuler.

y
y F2
F1 F2
F1

Obyektif Okuler

Gambar O-5.1. Jalannya sinar pada mikroskop

Perbesaran total dari mikroskop adalah:


tan '
M
tan
(1)
Dengan = Sudut yang terbentang pada mata oleh bayangan terakhir terlihat melalui mikroskop
= Sudut yang terbentang pada mata tanpa alat oleh benda titik dekat d=25 cm
Sehingga
Y Y
tan
d 25
(2)
Y'
tan '
f2
(3)
Dengan Y adalah tinggi benda, Y adalah tinggi bayangan oleh lensa objektif dan f2 adalah jarak fokus lensa okuler
Sehingga dari persamaan (2) dan (3) disubtitusikan ke persamaan (1) diperoleh:
Y' d
M m
Y f2
(4)
Dengan m adalah perbesaran lateral (linier) oleh lensa objektif, adalah perbesaran sudut lensa okuler. Dengan
persamaan untuk lensa

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 70


1 1 1

s s' f1
(5)

Dan persamaan perbesaran


Y' s'

Y s
(6)
Sehingga dari persamaan (5) dan (6) disubtitusikan ke persamaan (1) diperoleh
d
M
f1 f2
(7)
Dengan =s-f =jarak antara f1 dan f2

Percobaan I: Menentukan perbesaran total secara langsung


Perbesaran total dihitung menurut persamaan
25
M tan
Y
(8)
Panjang benda Y dapat ditentukan dengan mikrometer obyektif, serta tan dapat diukur dengan pertolongan
melihat mikrometer obyektif melalui mikroskop sekaligus melihat mistar di luar mikroskop
Y= n x 0.001 cm, x=m cm, a = jarak benda
x m
tan
a a

Dari persamaan (8) dan (9) diperoleh


m 25
M
a n 0.001

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 71


Percobaan II
Mengukur tebal rambut dengan pertolongan micrometer okuler. Lensa okuler sesungguhnya adalah suatu
susunan lensa yang terdiri dari lensa positif. Yang di depan dinamakan lensa medan dan yang dibelakang dinamakan
lensa mata. Bila mempergunakan micrometer okuler, mikrometer ini harus diletakkan di antara kedua lensa tadi
tepat di titik fokus dari lensa belakang sehingga selalu tampak jelas untuk mata tak berakomodasi.
Harga skala micrometer okuler:
jumlah bagian skala objektif
0.001cm
jumlah bagian skala okuler

Tebal benda yang diukur = Jumlah bagian yang skala yang menyilang x harga skala mikrometer okuler.

Cara kerja
Percobaan I
1. Letakkan sumber cahaya didekat mikroskop dan aturlah arah cermin di bawah mikroskop sehingga dapat masuk
ke dalam mikroskop
2. Letakkan micrometer di atas meja objek. Dengan melihat objek dari luar (tidak mikroskop) turunkan kedudukan
mikroskop sampai lensa objektif hamper menyinggung meja objek
3. Dengan melihat ke dalam mikroskop, kedudukan mikroskop dinaikan menjauhi meja objek dengan pemutar
halus sedikit demi sedikit sehingga tampak bayangan micrometer jelas dan tajam
4. Letakkan sebuah mistar di atas mejea di samping mikroskop, dengan mata kanan melihat ke dalam mikroskop
dan mata kiri melihat kistar. Geserlah letak mistar sehingga skala mistar Nampak berdampingan dengan
bayangan skala micrometer objektif
5. Hitung beberapa jumlah bagian skala mistar (m) berapa jumlah bagian skala micrometer (n) yang saling
berhimpitan. Ukurlah jarak mata sampai mistar (a)

Percobaan II
1. Seperti dalam percobaan I, lepaskan susunan lensa okuler, pasanglah micrometer okuler pada tempatnya di
antara lensa depan dan lensa belakang. Pasanglah lagi susunan lensa tadi.
2. Putar lensa okuler sehingga bayangan micrometer okuler sejajar dengan bayangan micrometer objektif.
Geserlah micrometer objektif sehingga skalanya berdampingan dengan skala micrometer okuler
3. Hitung jumlah skala okuler dan jumlah skala micrometer objektif yang saling berhimpitan
4. Gantilah micrometer objektif dengan sehelai rambut. Putarlah lensa okuler sehingga bayangan micrometer
okuler kelihatan bersilangan tegak lurus dengan bayangan rambut. Hitunglah jumlah skala micrometer okuler
yang menyilang rambut.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 72


PERCOBAAN O6
REFRAKTOMETER ABBE

Tujuan Percobaan
Menentukan indeks bias zat cair

Alat-alat yang diperlukan


Refraktometer ABBE, Pipet, Tisue.

Dasar teori
Indeks bias medium didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya diruang hampa dan
kecepatan cahaya dalam medium tersebut, secara matematis indeks bias dituliskan sebagai:
c
n
v
(1)
Dengan c adalah kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3 10 8 ms-1), v adalah kecepatan cahaya pada medium dan n
adalah indeks bias medium. Penulisan indeks bias biasanya disertai dengan panjang gelombangnya, jika tanpa
disertai penulisan panjang gelombang maka indeks bias yang dimaksud adalah indeks bias dari panjang gelombang
sinar uap natrium 5890 .
Jika cahaya datang dari medium 1 dengan indeks bias n1 dan kecepatan cahaya v1 menuju ke medium 2
dengan indeks bias n2 dan kecepatan cahaya v2 maka berlaku:
n1 c v1 v2

n2 c v2 v1

(2)
Menurut hukum snelius tentang pembiasan:
sin 1 v
1
sin 2 v2
(3)
akibatnya berlaku:
n1 sin 1 n 2 sin 2
(4)

Komponen-komponen alat optik pada refraktometer ABBE adalah:


1. Prisma Pembantu penyinaran (PP).
2. Prisma ukur (PU).
3. Cermin datar.
4. Dua buah susunan prisma akromatik.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 73


Pada percobaan zat yang diselidiki memiliki indeks bias n dipasang atau diteteskan diantara permukaan PP
dan PU. Jalannya sinar dalam refraktometer mengikuti garis ABCDEFGH. Sinar AB dari luar masuk ke dalam PU
dan dibiaskan menurut dengan garis BC. Letak PP diatur sedemikian sehingga di titik C sinarnya dibiaskan
berhimpit dengan bidang prisma yang ditetesi zat yang diselidiki.
Jika indeks bias PU adalah N, maka pada saat sinar CD sampai di titik D mencapai sudut batas (sudut kritis)
, sehingga berlaku:
n sin 90 N sin
0

(5)
Jika sudut datang sinar di titik E besarnya i dan sudut biarnya adalah r, maka:
i
(6)
Dengan adalah sudut pembias PU, akibatnya:
n N sin i
(7)
Dengan menggunakan aturan trigonometri didapatkan:
n N sin cos i cos sin i
(8)
Pada titik E berlaku hukum pembiasan:
sin r
N sin i sin r , atau sin i
N
(9)
cos i 1 sin i
2 2

Dengan menggunakan aturan trigonometri:


Diperoleh:
1
cos i N sin r
2 2

N
(10)
Dengan memasukkan nilai cosi dan sini pada persamaan 8, maka diperoleh nilai indeks bias zat:
1


n sin N
2
sin r
2
2
cos sin r
(11)
Untuk tiap refraktometer harga N dan adalah tetap, sehingga hanya akan terdapat hubungan antara n dan r. Ketika
besarnya sudur r teramati maka indeks bias zat dapat dihitung. Refraktometer ABBE 60 sudah terkalibrasi, sehingga
skala yang terbaca langsung menunjukkan harga n yang bersesuaian dengan sudut r yang bersangkutan.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 74


Cara Kerja
1. Mengarahkan alat dengan kotak tempat prisma menjauhi pengamat dan arahkan ke sumber.
2. Membuka kotak prisma dengan melepaskan pengunci pada sisi kanan kotak prisma, kemudian diberi beberapa
tetes zat yang akan diselidiki ke dalam kotak prisma.
3. Mengamati teropong T1 sambil memutar prisma akromatik dengan pemutar P1 hingga didapatkan cahaya putih
tanpa mengalami dispersi.
4. Setelah didapatkan cahaya putih dilanjutkan dengan menentukan sudut kritis zat dengan menggunakan pemutar
P2 hingga batas antara gelap dan terang berapa pada perpotongan garis silang yang terdapat pada teropong T1.
5. Mengamati besarnya indeks bias zat yang ditunjukkan oleh teropong T2.
6. Setelah selesai bersihkan permukaan prisma yang ditetesi zat dengan menggunakan kertas tisue hingga bersih,
dan ulangi percobaan dengan bahan yang berbeda.

Gambar Refraktometer ABBE 60.


Tugas
1. Buatlah grafik hubungan antara konsentrasi larutan dengan indeks bias.
2. Buatlah grafik hubungan antara suhu zat dan indeks bias.

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 75


BUKU ACUAN

1. Chander M. Denis Jr. Physics Theacher


2. Halliday & Resnick, Fisika 1, terjemahan Erlanga, Jakarta
3. Handbook of Chemistry and Physics, 60th edition 1979-1980, CRC Press.
4. Ingersol,LR.; M.J. Martin & T.A. Rouse, Experiment in Physics
5. Kryut, H.R., Inleanding Physics Chemie
6. Kryut, H.R., Physicshe Chemie
7. Margenau.H, W.R. Watsson dan C.G. Montgomery, Physics Principle and Application
8. Nelcon & J.M. Ogborn,Advanced Level Practical Physics
9. Nightingale,E,Higher Physics
10. Roger,J.S.Physics for Medical Student
11. Sears,F.W., Mechanics, Heat and Sound
12. Sears,F.W., Optics
13. Sears,F.W., Principle of Physics

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 76


FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

A. Format Laporan sementara


Laporan sementara dibuat untuk masing-masing praktikan ditambah satu lembar untuk asisten dengan format
sebagai berikut:

JUDUL PERCOBAAN
Nama / NIM : Anggota :
Jurusan : Nama / NIM :
Kelompok : Nama / NIM :
Hari / Tanggal : Waktu :

Suhu : Tekanan Udara : Kelembaban udara:

DATA
Semarang, .

Asisten Praktikan

Nama Nama
NIM NIM

B. Format Laporan Praktikum


JUDUL PERCOBAAN (KODE)
I. TUJUAN PERCOBAAN
II. TEORI (Teori singkat yang mendasari percobaan)
III. METODE PENGAMBILAN DATA
a. Alat dan Bahan
b. Cara kerja atau Diagram alir percobaan
IV. PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data yaitu perhitungan dari data yang telah diukur selama praktikum sehingga didapatkan besaran
fisis yang dicari. Analisa berisi ulasan tentang aspek-aspek yang terkait dengan percobaan yang dilakukan
sehingga terjadi sinkronisasi antara tujuan percobaan dan hasil yang telah dicapai
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran berisi apa yang dihasilkan pada percobaan yang telah dilakukan. Pada halaman itu juga
diberi tanda tangan praktikan dan asisten.

Semarang, .

Asisten Praktikan

Nama Nama
NIM NIM

Laboratorium Fisika Dasar FSM UNDIP 77

Anda mungkin juga menyukai