Kelompok 1
Enjang Dwi Cahyo
Fhyras Ayatullah .R
Nida Hidayati
Prasmadia Hilman .D
IKI - 6
TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI INSTRUMENTASI DAN KONTROL INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Proses manajemen energi yang efektif haruslah berdasarkan pada tujuan yang telah
ditetapkan dan harus diuraikan secara rinci tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Untuk memberi batasan suatu program manajemen energi di
industri, perlu ditentukan secara teliti jenis dan jumlah energi yang digunakan di setiap
tingkat proses manufaktur. Oleh karena itu, diperlukan suatu prosedur pencatatan penggunaan
energi secara sistimatis dan berkesinambungan. Pengumpulan data kemudian diikuti dengan
analisa dan pendefinisian kegiatan konservasi energi yang akan dilaksanakan.
Gabungan antara pengumpulan data, analisa data dan definisi kegiatan konservasi
disebut sebagai audit energi.
Jangkauan audit energi dimulai dari survei data sederhana hingga pengujian data yang
sudah ada secara rinci, digabungkan dengan uji coba pabrik secara khusus, yang dirancang
untuk menghasilkan data baru. Lamanya pelaksanaan suatu audit bergantung pada besar dan
jenis fasilitas proses pabrik dan tujuan dari audit itu sendiri.
Surveyor (atau auditor energi) mencoba untuk memahami kegiatan manajemen yang
sedang berlangsung dan kriteria putusan investasi yang mempengaruhi proyek
konservasi.
Bagian teknis dari Audit Energi Awal (AEA) secara singkat mengulas kondisi dan
operasi peralatan dari pemakaian energi yang penting (misalnya boiler dan sistem
uap) serta instrumentasi yang berkaitan dengan efisiensi energi. AEA akan dilakukan
dengan menggunakan sesedikit mungkin instrumentasi portable. Auditor energi akan
bertumpu pada pengalamannya dalam mengumpulkan data yang relevan dan
mengadakan observasi yang tepat, sehingga memberikan diagnosa situasi energi
pabrik secara cepat.
Contoh tindakan yang dapat diidentifikasi dengan mudah ialah hilang atau cacatnya
insulasi, kebocoran uap dan udara-tekan, peralatan yang tidak dapat digunakan, kurangnya
kontrol yang tepat terhadap perbandingan udara dan bahan bakar di dalam peralatan
pembakar.
Audit Energi Terinci (AET) biasanya dilakukan sesudah AEA, dan akan
membutuhkan beberapa minggu bergantung pada sifat dan kompleksitas pabrik. Selain
mengumpulan data pabrik dari catatan yang ada, instrumentasi portable digunakan untuk
mengukur parameter operasi yang penting yang dapat membantu team mengaudit energi
dalam neraca material dan panas pada peralatan proses. Uji sebenarnya yang dijalankan serta
instrumen yang diperlukan bergantung pada jenis fasilitas yang sedang dipelajari, serta
tujuan, luas dan tingkat pembiayaan program manajemen energi.
Jenis uji yang dijalankan selama audit energi terinci mencakup uji efisiensi
pembakaran, pengukuran suhu dan aliran udara pada peralatan utama yang menggunakan
bahan bakar, penentuan penurunan faktor daya yang disebabkan oleh berbagai peralatan
listrik, dan uji sistem proses untuk operasi yang masih di dalam spesifikasi.
1.2 Tujuan Audit Energi
Dari neraca energi, dapat ditentukan efisiensi peralatan dan ada tidaknya peluang
penghematan biaya energi. Setelah itu, dilakukan pengujian lebih rinci terhadap setiap
peluang, perkiraan biayanya dan manfaat dari pilihan-pilihan yang telah ditentukan.
Dalam beberapa hal, auditor energi tidak dapat memberikan rekomendasi mengenai
suatu investasi khusus, mengingat resikonya atau karena total investasinya terlalu besar.
Dalam hal ini, auditor energi akan memberikan suatu rekomendasi mengenai studi kelayakan
(misalnya penggantian boiler, perubahan tungku pembakaran, penggantian sistem uap air dan
perubahan proses).
Hasil akhir AET akan berupa laporan terinci yang memuat rekomendasi disertai
dengan manfaat dan biaya terkait serta program pelaksanaannya.
Secara umum cukup sulit untuk menyimpulkan besarnya penghematan yang dapat
diidentifikasi melalui audit energi. Namun begitu, penghematan biasanya mendekati jumlah
yang cukup berarti, sekalipun melalui audit energi yang paling sederhana.
Agar dapat terwujud secara benar dan terarah, maka perlu dilakukan pendekatan-
pendekatan yang memenuhi kapasitas dan kebutuhan dari hal hal yang menjadi output/
keluaran aktivitas. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan asesmen
energi antara lain adalah:
1.2.1 Goal Seek Method
1.2.3 Metode 5W + 1H
Untuk melihat efektifitas, dan performansi operasi peralatan yang ada. Hasil
pengukuran yang diambil berdasarkan pertimbangan peningkatan efektifitas dan
effisiensi peralatan (menghindari terjadinya penurunan performa akibat efek kegiatan
effisiensi energi).
BAB II
ISI
2.1 Prosedur
Agar interaksi berjalan dengan baik dan efektif, langkah-langkah yang perlu
dilakukan adalah:
- Inisiasi kegiatan audit;
- Penyiapan/preparasi pelaksanaan audit;
- Pelaksanaan audit;
- Evaluasi dan Pelaporan
Langkah 1:
Perencanaan keseluruhan kegiatan audit yang akan dilakukan. Tindakan ini mencakup
penentuan tujuan audit, pembagian fasilitas pabrik menjadi bagian pelaksanaan atau cost
center, pemilihan anggota team audit serta pemberian tanggung jawabnya, dan pemilihan
instrumen yang diperlukan.
Langkah 2:
Inisiasi pertemuan dan diskusi teknis dengan tim pendamping industri obyek.
Langkah 3:
Pengamatan singkat lapangan (walk through survey) yang sekaligus dapat melakukan in
house training terhadap tim pendamping industri obyek.
Langkah 4:
Pengumpulan data pemakaian energi dan data produksi yang diambilkan dari bagian atau
cost center tertentu (form data sheet, data historis, dan lain-lain). Jika diperlukan, dapat
diadakan uji coba sistem/peralatan untuk mendapatkan data tambahan mengenai unjuk kerja
dari peralatan khusus serta unit-unit atau cost center tertentu.
Langkah 5:
Pengolahan data dan evaluasi awal untuk mendapatkan neraca energi, neraca massa,
intensitas energi serta mengidentifikasi peluang penghematan energi (PPE). Hasil identifikasi
PPE selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan daftar PPE berdasarkan besaran penghematan
yang mungkin diperoleh.
Langkah 6:
Presentasi dan diskusi dengan tim pendamping industri obyek terhadap berbagai temuan dan
hasil daftar PPE awal yang diperoleh. Langkah ini dilakukan sekaligus untuk melakukan
klarifikasi berbagai data dan informasi sehingga pada saat pelaksanaan analisis rinci
dilakukan dengan basis data dan informasi yang benar dan juga dapat diterima oleh kedua
pihak.
Langkah 7:
Melakukan evaluasi dan analisis rinci terhadap PPE yang diperoleh.
Langkah 8:
Menyusun Laporan audit energi mencakup berbagai rekomendasi PPE dan manajemen energi
yang disampaikan kepada industri obyek.
2.2 Teknis Pelaksanaan Kegiatan
b. Pemberian evaluasi kepada peserta pelatihan guna menentukan SDM yang akan
turut serta mengikuti audit energi bersama dengan konsultan
b. Pengumpulan data
2.2.6 Diskusi
Penyelenggaraan diskusi dilakukan untuk memaparkan dan membahas hasil-hasil
audit energi beserta rekomendasinya dengan pihak industri dan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan kegiatan audit energi tersebut.
3000
y = a + bx
2500
2000
kWh
1500
Slope
1000
Intercept
Sehingga secara agregat garis baseline akan berubah (lebih turun dan lebih
landai), sehingga untuk mendapatkan suatu tingkat produksi energi yang dibutuhkan,
kWh lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Dengan demikian, disini akan terjadi
efisiensi energi.
2.4 Perangkat Pengukuran Energi
Clamp pada Tester Power
Penjepit pada tester daya adalah pengukur perangkat listrik untuk menentukan
Tegangan, Arus, Tegangan / arus puncak, efektif / reaktif / daya nyata (satu-fase atau
3-fase), Faktor Daya, Reaktivitas, sudut fasa, Frekuensi, deteksi Fase (3 - tahap),
Tegangan / level harmonis arus (sampai 20).
Lux meter
Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat pencahayaan / tingkat kuat
cahaya iluminasi.
Pengukuran Kelembaban
Kelembaban meter adalah jenis instrumen audit energi yang digunakan untuk
mengukur tingkat kelembaban.
Anemometer
Anemometer adalah jenis instrumen audit energi yang digunakan untuk
mengukur kecepatan aliran udara.
Power Analyzer
Secara umum, analisis daya digunakan untuk menjelaskan fluktuasi beban
kVA yang terhubung dengan beban yang sebenarnya.
Manometer
Manometer adalah alat audit energi yang digunakan untuk mengukur
perbedaan tekanan antara dua titik pengukuran. Manometer biasa digunakan dalam
pipa distribusi (udara, air dan gas), peralatan seperti kompresor dan pompa.
Sound meter
Sound meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan
dalam desibel (dB). Sound meter digunakan pada hampir semua peralatan industri,
seperti memutar mesin dan pipa distribusi. Sound meter dapat membantu memberikan
diagnosis dini kebocoran dan menentukan tingkat kesehatan kerja.
Pengukuran Putaran
Kecepatan pengukuran yang digunakan untuk mengukur kecepatan rotasi
objek dengan rotasi unit per menit (RPM).
Detektor Kebocoran
Instrumen audit energi yang digunakan untuk mendeteksi lokasi kebocoran
dari sistem distribusi gas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada setiap perusahaan memiliki konsumsi energi yang berbeda-beda, tergantung
pada besar dan jenis fasilitas proses pabrik. Untuk menekan konsumsi energi yang berlebih,
maka diperlukan perhitungan tentang energi yang dipakai. Audit energi adalah slusi untuk
menekan konsumsi yang tinggi, dengan gabungan pengumpulan, analisa data dan kegiatan
konversi energi.
Untuk melakukan audit energi perlu melalui tahapan-tahapan, seperti perencanaan
keseluruhan kegiatan audit yang akan dilakukan, pengamatan singkat lapangan, pengumpulan
data pemakaian energi dan data produksi yang diambilkan dari bagian atau cost center
tertentu, pengolahan data dan evaluasi awal untuk mendapatkan neraca energi, neraca massa,
intensitas energi serta mengidentifikasi peluang penghematan energi (PPE), presentasi dan
diskusi dengan tim pendamping industri obyek terhadap berbagai temuan dan hasil daftar
PPE awal yang diperoleh, melakukan evaluasi dan analisis rinci terhadap PPE yang
diperoleh, dan menyusun laporan audit energi mencakup berbagai rekomendasi PPE dan
manajemen energi yang disampaikan kepada industri obyek.
Selain untuk melakukan penghematan energi, audit energi bertujuan untuk
mengurangi pencemaran sehingga energi yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
BSNI. (2000). SNI 03 - 6196 - 2000 tentang Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung.
Jakarta.
PT. EMI (Persero). (2008). Prosedur dan Instruksi kerja audit energi. Jakarta.