DRYING
I. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari proses drying
2. Mengetahui hubungan antara drying time dengan moisture content, drying
time dengan drying rate, dan moisture content dengan drying rate.
3. Menentukan critical moisture content pada zat padat yang dikeringan di
dalam dryer.
3. Prinsip-prinsip Pengeringan.
Berbagai jenis bahan yang dikeringkan di dalam peralatan komersial
dan banyaknya macam peralatan yang digunakan orang, maka tidak ada satu
teori pun mengenai pengeringan yang dapat meliputi semua jenis bahan dan
peralatan yang ada.Variasi bentuk dan ukuran bahan, keseimbangan
kebasahannya (moisture), mekanisme aliran bahan pembasah tersebut, serta
metode pemberian kalor yang diperlukan dipilih sebagai variabel dalam proses
pengeringan. Prinsip prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembuatan alat
pengering antara lain :
1. Pola suhu di dalam pengering
2. Perpindahan kalor di dalam pengering
3. Perhitungan beban kalor
4. Satuan perpindahan kalor
5. Perpindahan massa di dalam pengering. (Mc. Cabe, 1993)
4. Tray Dryer
Tray dryer merupakan jenis pengering langsung, batch, dan konveksi.
Bahan diletakkan di wadah dan disangga. Metode pengeringan dengan tray
dryer merupakan metode pengeringan yang sudah lama tetapi sering
digunakan untuk pengeringan bahan padatan, butiran, serbuk atau granul yang
jumlahnya tidak terlalu besar. Umumnya alat berbentuk persegi dan
didalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan
dikeringkan.Ukuran bahan tetap selama pengeringan. Kondisi wadah adalah
diam, sedangkan cara berkontak gas adalah dengan aliran sejajar sehingga
memungkinkan masuknya aliran gas ke dalam ruangan antara padatan yang
dekat permukaan. Tray dryer memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:
Kelebihan:
1. Cocok untuk segala jenis bahan.
2. Moisture content akhir lebih rendah.
3. Cocok untuk penelitian skala laboratorium.
Kekurangan:
1. Konsumsi energi lebih tinggi.
2. Loading dan off loading dikerjakan secara manual.
t =
Dimana,
Xt = moisture content basis kering
W = berat bahan basah (kg)
Ws = berat bahan kering (kg)
2. Drying rate (N, kg/m2.s ) menunjukkan laju penguapan air untuk tiap
satuan luas dari permukaan yang kontak antara material dengan fluida
panas. Persamaan yang digunakan untuk menghitung laju pengeringan
menurut Treybal (1981) adalah:
t
R=-
Dimana,
R = laju pengeringan (kg H2O yang diuapkan / jam m2)
Ws = berat bahan kering (kg)
A = luas permukaan bahan (m2)
Xt = moisture content basis kering (kg H2O/kg bahan kering)
T = waktu (jam)
Untuk mengetahui laju pengeringan perlu mengetahui waktu yang
dibutuhkan untuk mengeringkan suatu bahan dari kadar air tertentu sampai
kadar air yang diinginkan pada kondisi tertentu , maka bisa dilakukan dengan
cara :
1. Drying test yaitu hubungan antara moisture content suatu bahan vs waktu
pengering pada temperatur, humidity, dan kecepatan pengering tetap.
Kandungan air dari suatu bahan akan menurun karena adanya
pengeringan, sedangkan kandungan air yang hilang akan semakin
meningkat seiring dengan penambahan waktu hingga pada waktu (t)
tertentu padatan mencapai keseimbangan kadar air dan proses
pengeringanpun berhenti. Untuk hubungan antara laju pengeringan
(drying rate) terhadap waktu adalah pada tahap awal, laju pengeringan
akan berjalan meningkat untuk selanjutnya menuju pada level konstan dan
menurun bahkan berhenti dikarenakan padatan telah mencapai
keseimbangan dengan air.
a b c
d
Gambar 2.3 Alat-Alat Percobaan Drying
2. Bahan
Melon
3. Skema Kerja
Melon
Pemotongan
Melon
Pemotongan