Definisi
Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup serius, baik di
Indonesia maupun di dunia. Batu ginjal adalah suatu keadaan dimana terdapat satu
atau lebih batu di ginjal maupun di saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu saluran
kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ginjal dapat terus menetap dan perlahan-
lahan membesar di dalam ginjal sehingga menyebabkan kerusakan permanen pada
ginjal.
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan
mengalir bersama urine (Susan Martin, 2007:726). Berdasarkan definisi di atas, maka
bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu
penyakit yang terjadi pada saluran perkemihan karena terjadi pembentukan batu di
dalam ginjal, yang terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan
pada saluran dan proses perkemihan.
2. Anatomi Fisiologi
a. Ginjal
Menurut Mary Baradero (2008:2) ginjal terletak dibelakang peritoneum
parietal (retro-peri-toneal), pada dinding abdomen posterior. Ginjal juga terdapat
pada kedua sisi aorta abdominal dan vena kava inferior. Hepar menekan ginjal ke
bawah sehingga ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri. Ukuran setiap ginjal
orang dewasa adalah panjang 10 cm, 5,5 cm pada sisi lebar, dan 3 cm pada sisi sempit
dengan berat setiap ginjal berkisar 150 g (Arif Muttaqin, 2011:3). Ginjal terbungkus
oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus
berwarna ungu tua (Syaifuddin, 2006:237). Tarwoto (2009:314) menjelaskan ginjal
disokong oleh jaringan adipose dan jaringan penyokong yang disebut fasia gerota
serta di bungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk mempertahankan ginjal,
pembuluh darah, dan kelenjar adrenal terhadap adanya trauma.
Satuan unit fungsional ginjal adalah nefron. Setiap ginjal memiliki satu juta
nefron. Terdapat dua macam nefron, yaitu kortikal dan juksta medular. Delapan puluh
lima persen dari semua nefron terdiri atas nefron kortikal, sedangkan 15% terdiri
atas nefron jukstamedular. Kedua macam nefron ini diberi nama sesuai dengan letak
glomerulinya dalam renal parenkim. Nefron kortikal berperan dalam konsentarsi dan
difusi urine. Struktur urine yang berkaitan dengan proses pembentukan urine
adalah korpus, tubulus renal, tubulus koligentes. Korpus ginjal terdiri dari glomerulus
dan kapsula bowman yang membentuk ultrafiltrat dari darah. Tubulus renal terdiri
atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal.
Ketiga tubulus renal ini berfungsi dalam reabsorpsi dan sekresi dengan mengubah
volume dan komposisi ultrafiltrat sehingga terbentuk produk akhir, yaitu urine (Mary
Baradero, 2008:5). Nefron jukstamedular adalah nefron yang terletak di korteks renal
sebelah dalam dekat medulla (Arif Muttaqin, 2011:5).
2) Medula
Medulla terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang disebut pyramid
ginjal yang tersusun antara 8-18 buah.
3) Pelvis
Pelvis merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian bergabung
menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kaliks minor bergabung menjadi kaliks
mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor bergabung menjadi pelvis ginjal yang
berhubungan dengan ureter bagian proksimal.
c. Fungsi Ginjal :
Menurut Syaifuddin (2006:237) ginjal memilki beberapa fungsi, yaitu:
1) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan di
ekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar,
kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi berkurang
dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat
dipertahankan relative normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion yang
optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi pemasukan/pengeluaran
yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit perdarahan
(diare, muntah) ginjal akan meningkatkan/mengurangi ekskresi ion-ion yang penting
(misalnya Na, K, Cl, dan fosfat).
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh. Menurut Tarwoto (2009:318)
Pengendalian asam basa oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urin yang urin atau
basa, melalui pengeluaran ion hydrogen atau bikarbonat dalam urin.
4) Ekskresi sisa metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan,
hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).
5) Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin yang
berperan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldosteron),
membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses
pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsiferol(vitamin
D aktif) yang diperlukan untuk mengabsorbsi ion kalsium di usus.
d. Aliran darah di Ginjal dan Persarafan Ginjal
Menurut Arif Muttaqin (2011:6) ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah per
menit atau 21 % dari curah jantung. Aliran darah yang sangat besar ini tidak ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal dapat secara
terus-menerus menyesuaikan komposisi darah. Dengan menyesuaikan komposisi
darah, memastikan keseimbangan natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfat, dan pH
serta membuang produk-produk metabolisme urea.
Syaifuddin (2006:239) menjelaskan ginjal mendapat darah dari aorta
abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis. Arteri ini berpasangan kiri
dan kanan. Arteria renalis bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian
menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang
menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus.
Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Disini terjadi
penyaringan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman
kemudian menjadi vena renalis mauk ke vena kava inferior.
e. Persyarafan Ginjal
Menurut Syaifuddin (2006:240) ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus
renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke
dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal. Diatas ginjal ini terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan sebuah
kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormone adrenalin dan
hormon kortison.
f. Proses Pembentukan Urin
Menurut Syaifuddin (2006:239) ada 3 tahap dalam pembentukan urine, yaitu :
1) Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena aferen lebih besar dari permukaan
eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan bagian yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll, yang
diteruskan ke tubulus ginjal.
2) Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida,
fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan
obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian
bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan
diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif
dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3) Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala
ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
Untuk lebih jelasnya tentang proses pembentukan urine dapat dilihat di gambar 2.2 di
bawah ini.
g) Ureter
Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih (Arif Muttaqin,
2011:17). Panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6mm. berjalan mulai dari pelvis
renal setinggi lumbal ke 2 (Tarwoto, 2009:323).
Menurut Syaifuddin (2006:241) lapisan dinding ureter terdiri dari :
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah lapisan otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi kontraksi
otot polos yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong mengeluarkan sumbatan
tersebut dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang
secara berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter (Arif Muttaqin, 2011:17).
Menurut Arif Muttaqin (2011:17) kedua ureter merupakan kelanjutan dari
pelvis ginjal dan membawa urine ke dalam kandung kemih, khususnya ke area yang
disebut trigon. Trigon adalah area segitiga yang terdiri atas lapisan membran mukus
yang dapat berfungsi sebagai katup untuk menghindari refluks urine ke dalam ureter
ketika kandung kemih berkontraksi (Mary Baradero, 2008:5). Ureter memasuki
kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum kandung kemih.
Normalnya ureter berjalan secara obliquesepanjang beberapa sentimeter menembus
kandung kemih yang disebut dengan ureter intramural.
h) Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )
Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi/berkemih (Arif Muttaqin,
2011:18).
Menurut Tarwoto (2009:325) kapasitas maksimum kandung kemih pada oran
dewasa sekitar 300-450 ml, dan anak-anak antara 50-200 ml. Pada laki-laki kandung
kemih berada dibelakang simpisis pubis dan didepan rektum, pada wanita kandung
kemih berada dibawah uterus dan didepan vagina. Pada keadaan penuh akan
memberikan rangsangan pada saraf aferen ke pusat miksi sehingga terjadi kontraksi
otot detrusor yang mendorong terbukanya leher kandung kemih, sehingga terjadi
proses miksi. Fungsi utama dari ginjal adalah menampung urin dari ureter dan
kemudian dikeluarkan melalui uretra. Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan
jaringan, yaitu:
(1). Lapisan paling dalam adalah mukosa yang menghasilkan mukus.
(2). Lapisan submukosa adalah lapisan otot polos yang satu sama lain membentuk
sudut disebut otot detrusor.
(3). Lapisan paling luar adalah serosa.
Untuk lebih jelasnya tentang anatomi kandung kemih dapat dilihat pada gambar 2.3
di bawah ini.
i) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Uretra pada pria panjang uretra 20 cm,
sedangkan pada perempuan panjangnya 3-4 cm (Syaifuddin, 2006:246). Perbedaan
panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering
terjadi pada pria. Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada
perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada
perbatasan uretra anterior dan posterior (Arif Muttaqin, 2011:20). Adanya sfingter
uretra interna yang dikontrol secara involunter memungkinkan pengeluaran urine
dapat dikontrol. Pada pria saluran ini juga berfungsi sebagai tempat menyalurkan air
mani (Tarwoto,2009:327).
j) Proses Berkemih
Menurut Tarwoto (2009:326) urine diproduksi oleh ginjal sekitar 1 ml/menit,
tetapi dapat bervariasi antara 0,5-20 ml/menit. Aktivitas saraf parasimpatis
meningkatkan frekwensi peristaltik dan stimulasi simpatis menurunkan frekwensi.
Banyaknya aliran urine pada uretra di pengaruhi oleh adanya obstruksi Karena
konstriksi ureter dan juga kontriksi arterior afferen yang berakibat pada penurunan
produksi urine, demikian juga pada adanya obstruksi ureter karena batu.
Kandung kemih dipersarafi oleh saraf dari pelvis , baik sensorik maupun
motorik. Pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi dari otot detrusor.
Normalnya spinter interna pada leher kandung kemih berkontraksi. Sedangkan spinter
eksterna dikontrol berdasarkan kesadaran (volunter), dipersarafi oleh nervus pudendal
yang merupakan serat saraf somatik.
Menurut Syaifuddin (2006:247) kontrol volunter ini hanya mungkin bila saraf-
saraf yang menangani kandung kemih uretra, medulla spinalis dan otak, bila tidak
maka terjadi inkontinensia urine.
3. Etiologi
Menurut Kartika S. W. (2013:183) ada beberapa faktor yang menyebabkan
terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :
a. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada
usia 30-50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air
(bila jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang),
diet banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna
hijau terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan),
dan pekerjaan (kurang bergerak).
Berapa penyebab lain adalah :
a. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.
b. Stasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kencing.
c. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Patofisiologi
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti
Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika
terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah
kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu
mencakup PH urine dan status cairan pasien.
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat
terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan
sedikit gejala namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal
dannyeriluarbiasadantaknyaman.
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien
sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya
mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm
keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area
kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik
renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan
batu yaitu:
7. Komplikasi
Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi nya adalah:
a. Sumbatan: akibat pecahan batu
b. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
d. Hidronefrosis (Susan Martin, 2007:727).
8. Test Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :
a. Urin
1) PH lebih dari 7,6
2) Sediment sel darah merah lebih dari 90%
3) Biakan urin
4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Darah
1) Hb turun
2) Leukositosis
3) Urium kreatinin
4) Kalsium, fosfor, asam urat
c. Radiologi
1) Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
2) USG abdomen
3) PIV (Pielografi Intravena)
4) Sistoskpi (Mary Baradero, 2008:61)
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:
a. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat
dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi
simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum
yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5 10
mg/hr.
b. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi.
c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut).
Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian
saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika
batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan
untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki
drainase urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
2) Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
3) Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
4) Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Asmadi (2008:167) pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan
status kesehatan klien saat ini.
Menurut (http://www.dostoc.com) pengumpulan data pada klien
dengannefrolitiasis :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi, diagnose
medis, dan tanggal medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini. Menurut
(Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada
pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST.
Tabel 2.1 Pengkajian Nyeri dengan pendekatan PQRST
Pengkajian Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan implikasi Klinis
Provoking Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan nyeri,
Incident tetapi pada beberapa kasus di dapatkan bahwa pada
perubahan posisi secara tiba-tiba dari berdiri atau
berbaring berubah ke posisi duduk atau melakukan fleksi
pada badan biasanya menyebabkan keluhan nyeri.
Quality of Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik
pain ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas
peristaltik otot polos system kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari
saluran kemih. Peningkatan peristaltik tersebut
menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat
sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang
memberikan sensai nyeri. Nyeri non-kolik terjadi akibat
peregengan kapsul ginjal karena terjadi terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Bila nyeri
http://online-journal.unja.ac.id
Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Tucker, Susan Martin. 2007. Standar Perawatan Pasien Perencanaan kolaboratif &
Intervensi Keperawatan. Jakarta : EGC.