TINJAUAN PUSTAKA
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan selama masa kehamilan
karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ibu guna
oleh Mitayani (2010), gizi pada saat kehamilan adalah zat makanan atau menu yang
takaran semua zat gizinya dibutuhkan oleh ibu hamil setiap hari dan mengandung zat
gizi seimbang dengan jumlah sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Kondisi
kesehatan ibu sebelum dan sesudah hamil sangat menentukan kesehatan ibu hamil.
Sehingga demi suksesnya kehamilan, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus
dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat tambahan energi, protein,
Perubahan kebutuhan gizi ibu hamil tergantung dari kondisi kesehatan si ibu.
Kusmiyati (2009) mengungkapkan dasar pengaturan gizi ibu hamil adalah adanya
obstipasi.
kehamilan.
d. Peningkatan volume dan plasma darah hingga 50%, jumlah erytrosit 20-30%
Ibu hamil harus mendapatkan gizi yang adekuat baik jumlah maupun susunan
menu serta mendapat akses pendidikan kesehatan tentang gizi. Malnutrisi kehamilan
akan menyebabkan volume darah menjadi berkurang, aliran darah ke uterus dan
plasenta berkurang dan transfer nutrien melalui plasenta berkurang sehingga janin
3. Kehamilan kembar
8. Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal (narkoba).
kehamilan. Bila ibu hamil sangat kurus makan akan melahirkan bayi dengan berat
badan rendah (BBLR) dan bayi prematur. Sebab-sebab terjadinya penurunan atau
peningkatan berat badan pada ibu hamil yaitu edema, hipertensi kehamilan, dan
a. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir
b. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan
c. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari
2.1.1. Energi
pembuluh darah, dan jaringan yang baru (Almatsier, 2009). Selain itu, tambahan
kalori dibutuhkan sebagai cadangan lemak serta untuk proses metabolisme jaringan
baru (Mitayani, 2010). Ibu hamil memerlukan sekitar 80.000 tambahan kalori pada
sebesar 300 kkal/hari untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian dalam satu
hari asupan energi ibu hamil trimester ketiga dapat mencapai 2300 kkal/hari.
Kebutuhan energi yang tinggi paling banyak diperoleh dari bahan makanan
sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Setelah
2.1.2. Protein
Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan protein yang disebabkan oleh
peningkatan volume darah dan pertumbuhan jaringan baru (Aritonang, 2010). Jumlah
protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang
tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII
ketiga atau sekitar 1,3 g/kg/hr. Dengan demikian, dalam satu hari asupan protein
komponen pertambahan pada kehamilan normal cukup bulan dapat dilihat dalam
tabel 2.1.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam hal
jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, dan kerang. Selain sumber
(Almatsier, 2009).
Bagi pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral
seperti vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, dan zink. Angka kecukupan gizi yang
dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi 2004 untuk tambahan gizi ibu hamil
pada trimester ketiga adalah vitamin A +300 RE, vitamin C +10 mg, tiamin +0,3 mg,
riboflavin +0,3 mg, niasin +4 mg, asam folat +200 g, vitamin B12 +0,2 g, kalsium
+150 mg, magnesium +40 mg, zat besi +13 mg, zink +10,2 mg,serta iodium +50 g.
janin dan plasenta serta meningkatkan jumlah sel darah merah ibu. Zat besi
untuk :
Arisman (2004) menyatakan total besi yang diperlukan selama hamil adalah
1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840
untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan
200 mg lenyap ketika melahirkan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004
Menurut Aritonang (2010), ada dua bentuk besi yang terdapat dalam pangan,
yaitu besi heme yang terdapat dalam produk-produk hewani dan besi nonheme yang
terdapat dalam produk-produk nabati. Makanan dari produk hewani seperti hati, ikan
dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh
kebanyakan masyarakat Indonesia. Selain sumber hewani, ada juga makanan nabati
yang kaya akan zat besi seperti singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau
lainnya. Namun, zat besi dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya.
Dibutuhkan porsi besar sumber nabati untuk mencukupi kebutuhan besi sehari
(Almatsier, 2009).
Kebutuhan akan zat besi yang besar terutama pada kehamilan yang menginjak
usia trimester ketiga tidak akan mungkin tercukupi hanya melalui diet. Oleh karena
itu, suplementasi zat besi sangat penting sekali, bahkan kepada ibu hamil status
beberapa asam amino, sintesis purin, dan timidilat sebagai senyawa penting dalam
sintesis asam nukleat (Aritonang, 2010). Selain itu Almatsier (2009) menyebutkan
bahwa asam folat juga dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah
putih dalam sum-sum tulang belakang dan untuk pendewasaannya. Sekitar 24-60%
wanita baik di negara berkembang maupun yang telah maju mengalami kekurangan
asam folat karena kandungan asam folat di dalam makanan mereka sehari-hari tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka disaat hamil. Kekurangan asam folat
(Aritonang, 2010).
Suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari
pertama kehamilan. Besarnya suplementasi adalah 280, 660, dan 470 g per hari,
masing-masing pada trimester I, II, dan III (Arisman, 2004). Jenis makanan yang
banyak mengandung asam folat antara lain ragi, hati, brokoli, sayuran hijau, kacang-
2.1.3.3. Kalsium
tulang dan gigi serta persendian janin. Selain itu kalsium juga digunakan untuk
ibu yang mengakibatkan tulang ibu menjadi keropos atau osteoporosis (Sophia,
2009).
Widya Karya Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan sebesar 150
mg kalsium untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian kebutuhan kalsium
yang harus dipenuhi oleh ibu hamil adalah 950 mg/hari. Makanan yang menjadi
sumber kalsium diantaranya ikan teri, udang, sayuran hijau, dan berbagai produk
olahan susu seperti keju dan yoghurt. Kekurangan kalsium selama hamil akan
Keadaan kesehatan ibu hamil tergantung dari pola makannya sehari-hari yang
dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan (Sediaoetama, 1996). Pola
makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan
atau membantu kesembuhan penyakit. Menurut Margaret Mead yang dikutip oleh
Almatsier (2009), pola makan (food patern) diartikan sebagai cara seseorang
yang dialaminya dan dikaitkan dengan kebiasaan makan. Sedangkan Husada (2009)
diet dalam ilmu gizi. Diet diartikan sebagai pengaturan jumlah dan jenis makanan
yang dimakan agar seseorang tetap sehat. Untuk mencapai pola makan sehat tersebut
tidak terlepas dari masukan gizi yang merupakan proses organisme menggunakan
menghasilkan energi.
Di dalam susunan pola makan seseorang ada satu bahan makanan yang
dianggap penting, dimana satu hidangan dianggap tidak lengkap apabila bahan
makanan tersebut tidak ada, bahan makanan tersebut adalah bahan makanan pokok.
faktor ataupun kondisi setempat yang dapat dibagi dalam dua bagian :
Dalam kelompok ini termasuk geografi, iklim, kesuburan tanah yang dapat
Menurut Den Hartog dan Hautvast (1980) dalam Almatsier (2009), fungsi
komunikasi, dan status ekonomi. Jumlah penduduk adalah kunci utama yang
Demikian juga dalam hal keluarga, jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi
(Khumaidi, 1994).
1. Jumlah makanan, yaitu banyaknya makanan yang dimakan atau diminum yang
gizi tertentu.
2. Jenis makanan, yaitu bahan makanan yang diolah, disusun, dan dihidangkan yang
makanan tertentu atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu,
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati pada tahun 2010,
terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan ibu dengan kejadian
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Hasil Riskesdas tahun 2010
minimal adalah sebesar 44,4%, sedangkan untuk persentase ibu hamil yang
Pola makan merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa kehamilan,
sebab apa yang dikonsumsi oleh ibu akan mempengaruhi janin di dalam kandungan
(Devi, 2010). Oleh karena itu ibu hamil harus memiliki pola makan yang baik
diantaranya harus memenuhi sumber karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan
(2009) juga menyatakan bahwa salah satu pedoman pola makan sehat adalah
1. Mengandung zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, roti,
dan mie yang mengandung karbohidrat serta minyak dan lemak yang
mengandung lemak.
jaringan yang rusak. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari
hewan mengandung protein hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, kerang,
udang, kepiting, susu, serta hasil olahannya. Sedangkan jenis makanan yang
kacang merah, kacang ijo, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tempe,
3. Mengandung zat pengatur yang berguna untuk mengatur semua fungsi tubuh dan
melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan sumber zat pengatur adalah
yang sehat adalah dengan memilih berbagai makanan segar secara keseluruhan,
karena makanan yang telah mengalami pemrosesan tinggi akan kehilangan banyak
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Makanan ibu selama hamil diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan zat gizi karena dengan diet yang tepat saat hamil, akan dapat
Untuk memperoleh pengaruh yang lebih baik dari pola makan ibu hamil, perlu
diperhatikan prinsip ibu hamil, yaitu jumlah lebih banyak, mutu lebih baik, selain itu
susunan menu juga harus seimbang. Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang
bervariasi setiap hari, minimal mengandung 5 porsi buah dan sayur, 5 porsi
karbohidrat kompleks, 5 porsi protein dan lemak, dan dilengkapi dengan kombinasi
Menurut Irianto (2004), ada beberapa syarat makanan sehat bagi ibu hamil
yaitu :
1. Menyediakan energi yang cukup (kalori) untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu
2. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak, vitamin,
mineral).
4. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara berat badan sehat, kadar
Sophia (2009) menyatakan, kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak
daripada kebutuhan untuk wanita yang tidak hamil, kegunaan makanan tersebut
adalah :
2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Asupan Zat Gizi Pada Ibu
Hamil
pangan, karena gizi seseorang sangat terpengaruh pada kondisi pangan yang
dan adat kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan (Baliwati dkk, 2004).
makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang
terjadi keracunan, tidak biasa, takut mandul, kebiasaan yang bersifat pribadi, khawatir
Penelitian yang dilakukan oleh Hartati Bahar pada tahun 2010, menyimpulkan
kejadian anemia pada ibu hamil. Diantara makanan yang menjadi pantangan adalah
makanan yang kaya akan zat besi baik golongan hewani, nabati, dan gabungan dari
telor bebek, dan beberapa jenis ikan. Golongan nabati meliputi daun kelor, rebung,
pantangan atau tabu tertentu bagi makanan ibu hamil, tidak terkecuali di Indonesia.
Walaupun demikian, harus diakui bahwa tidak semua tabu itu berakibat negatif
terhadap kondisi gizi dan kesehatan. Tabu yang tidak jelas pengaruhnya bagi
kesehatan dibiarkan saja, sambil terus dipelajari pengaruhnya untuk jangka panjang
(Sediaoetama, 1999).
Pendidikan kurang merupakan salah satu faktor yang mendasari penyebab gizi
penghasilan seseorang yang akan berakibat pula terhadap rendahnya seseorang dalam
2002).
Studi tentang perilaku makan telah dilakukan oleh Jerome yang dikutip oleh
Soeharjo, menemukan bahwa jumlah uang belanja untuk makan erat kaitannya
dalam perilaku konsumen, tetapi faktor-faktor gabungan antara pendapatan dan gaya
Tablet zat besi adalah zat besi-folat yang berbentuk tablet, tiap tablet berisi 60
mg besi elemental dan 500 g asam folat (Aritonang, 2010). Tablet besi diberikan
oleh pemerintah kepada ibu hamil untuk mengatasi masalah anemia gizi besi terutama
pada kehamilan yang menginjak trimester ketiga (Nasoetion dan Karyadi, 1988).
Konsumsi tablet besi diperlukan karena kebutuhan zat besi yang tinggi pada masa
kehamilan tidak akan bisa terpenuhi hanya dari asupan makanan sehari-hari.
Fatimah, dkk (2011) juga menyimpulkan bahwa kadar hemoglobin berkaitan erat
dengan konsumsi tablet besi ibu selama kehamilannya. Tanpa suplementasi cadangan
besi dalam tubuh ibu akan mengalami penurunan yang tajam dan akan habis pada
akhir kehamilan. Oleh karena itu tablet besi sebesar 30-60 mg yang dimulai pada
minggu ke-12 kehamilan yang diteruskan sampai tiga bulan pascapartum perlu
Untuk mengatasi masalah anemia gizi besi pada ibu hamil, pemerintah
melalui Depkes sejak tahun 1975 lewat Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
mulai mendistribusikan tablet besi (Depkes RI 1996). Ini merupakan cara yang
efisien untuk mencegah dan mengobati anemia gizi besi pada ibu hamil karena
kandungan besinya padat dan dilengkapi asam folat. Selain itu tablet besi diberikan
secara cuma-cuma sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat luas dan mudah
didapat.
3. Posyandu
besi dengan dosis 30 mg/hari adalah setelah 12 minggu kehamilan (awal trimester
kedua) ketika kebutuhan besi mulai meningkat. Selanjutnya pemberian dengan dosis
60-120 mg/hari dibolehkan bila terdapat bukti lain yang menunjukkan anemia dan
dosis besi bisa diturunkan kembali menjadi 30 mg/hari bila kadar Hb sudah kembali
normal. Sedangkan menurut Depkes RI (1999) tablet besi diberikan kepada ibu hamil
2. Dosis pengobatan, diberikan kepada sasaran yang anemia (Hb < 11 gr/dl),
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi tablet besi pada ibu hamil
antara lain :
jangka menengah dari pendidikan kesehatan yang selanjutnya akan berdampak pada
satu faktor penyebab tidak tercukupinya asupan zat besi, sebagai konsekuensi dari
bahwa selama kehamilan mereka memrlukan tambahan zat besi (Arisman, 2004).
Jumlah zat besi yang dibutuhkan pada waktu hamil jauh lebih besar dari pada
wanita yang tidak hamil. Pada kehamilan trimester I, kebutuhan zat besi lebih rendah
daripada sebelum hamil karena tidak menstruasi dan jumlah zat besi yang ditransfer
peningkatan sel darah merah sebanyak 450 mg. Oleh sebab itulah kebutuhan zat besi
pada trimester II dan III akan jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang terdapat di
Jika keluarga dan petugas kesehatan memberikan dukungan pada ibu hamil
untuk mengkonsumsi tablet besi, maka ibu hamil tersebut akan cenderung mengikuti
nasehat medis yang diberikan. Namun, jika motivasi dari keluarga dan petugas
kesehatan kurang atau tidak ada sama sekali, bisa mengakibatkan ibu hamil tidak
akan mengkonsumsi tablet besi tersebut. Hal ini disebabkan karena dukungan sosial
sangat besar pengaruhnya terhadap tindakan seseorang, terutama ibu hamil yang
memberikan motivasi dan membantu dalam upaya pemenuhan gizi, dintaranya adalah
Pola Makan
- Jenis makanan
- Frekuensi makanan
- Kuantitas zat gizi Kecukupan
(Energi, Protein, Zat - Energi
Besi, Asam Folat, - Protein
Kalsium) - Zat Besi
- Asam Folat
- Kalsium
Konsumsi Tablet Besi
- Jumlah Konsumsi
- Sumber Perolehan
pola makan dan konsumsi tablet besi. Pola makan meliputi jenis dan frekuensi
makanan serta kuantitas zat gizi. Sedangkan konsumsi tablet besi meliputi jumlah
konsumsi dan sumber perolehannya. Selanjutnya dihitung kecukupan zat gizi energi,
protein, zat besi, asam folat dan kalsium yang diperoleh dari pola makan dan