PENDAHULUAN
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan
komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam
pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam memecahkan masalah
non teknis misalnya: bumil KEK, rujukan kasus dengan risiko. Pelaksanaan PWS KIA
baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut berupa perbaikan dalam pelaksanaan
pelayanan KIA. PWS KIA dikembangkan untuk intensifikasi manajemen program.
Walaupun demikian, hasil rekapitulasinya di tingkat puskesmas dan kabupaten dapat
dipakai untuk menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula
rekapitulasi PWS KIA di tingkat propinsi dapat dipakai untuk menentukan kabupaten
yang rawan.
1.3 Tujuan
1
4. Untuk mengetahui bagaiamana prinsip program pemantauan wilayah
setempat kesehatan ibu dan anak ?
5. Untuk mengetahui apa saja batasan dan indikator pemantauan wilayah
kesehatan ibu dan anak ?
6. Untuk mengetahui bagaimana grafik pemantauan wilayah kesehatan kesehatan
ibu dan anak?
BAB II
2
PEMBAHASAN
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah
alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir
dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan,
pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke
penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut. Definisi dan
kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens. Menurut WHO, Surveilens
adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari kegiatan
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya
dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi
suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens dalam
kesehatan ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA. Dengan PWS KIA
diharapkan cakupan pelayanan dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh
sasaran di suatu wilayah kerja. Dengan terjangkaunya seluruh sasaran maka
diharapkan seluruh kasus dengan faktor risiko atau komplikasi dapat ditemukan sedini
mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang memadai.Penyajian PWS KIA
juga dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi kepada sektor
terkait, khususnya lintas sektor setempat yang berperan dalam pendataan dan
penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA dapat digunakan untuk
3
memecahkan masalah teknis dan non teknis. Pelaksanaan PWS KIA harus
ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA,
intensifikasi manajemen program, penggerakan sasaran dan sumber daya yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil
analisis PWS KIA di tingkat puskesmas dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk
menentukan puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis
PWS KIA di tingkat propinsi dapat digunakan untuk menentukan kabupaten/kota
yang rawan.
2) Kegiatan PWS
4
Penelusuran Grafik Laporan
Grafik Pelayanan PWS
KIA Grafik Trend PWS
5
Pada program kartini, semua transaksi data pada kegiatan-kegiatan
PWS disimpan dalam database menggunakan mesin database MySQL Server 5.0
sedangkan sistem Antar muka program (interface) di desain dengan menggunakan
program Delphi 7.0 yang di buat oleh Borland Inc. Dengan demikian, kerja antar
kedua program ini (MySQL dan Delphi) dibantu oleh sebuah koneksi yakni
ODBC (Open Database Connectivity). ODBC adalah sebuah standar terbuka
untuk konektivitas antar mesin basis data. Standar ini menyediakan API yang
dapat digunakan untuk menjalankan dan mengoneksikan sebuah aplikasi dengan
sebuah sistem manajemen basis data (SMBD). Para desainer ODBC
membuatnya dengan tujuan agar ODBC terbebas dari penggunaan bahasa
pemrograman tertentu, sistem manajemen basis data tertentu, dan sistem operasi
tertentu.Dengan cara transaksi data yang bersifat stand alone (komputer mandiri)
maupun dengan sistem client-server (Jaringan), hal penting dalam proses ini
yakni, keseluruhan data tersimpan dalam harddisk pada komputer server. Jika
menggunakan sistem stand alone maka artinya komputer menjadi server sekaligus
client. Pada pengelolaan sistem informasi, perawatan data yang meliputi sistem
backup dan restore bisa didesain secara otomatis. Melalui pengaturan oleh
administrator program hal ini sangat membantu pengguna dalam mengamankan
data yang dimiliki. Dengan menggunakan program kartini, sistem pengelolaan
data dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan fungsinya yakni, backup
menggunakan progam kartini dari Modul Administrator dan DUMP SQL FILE
dari program navicate. Apabila menggunakan fitur backup dari modul
administrator maka pemahaman pemeliharaan data disini adalah untuk melakukan
pengambilan data dari database PPWSKIA dari komputer di puskesmas untuk
selanjutnya dilakukan penyatuan data di komputer Dinas Kesehatan Kabupaten
(DKK). Sedangkan fitur di program navicate adalah untuk melakukan
pengamanan database PPWSKIA yang meluputi Struktur Data dan Record Data
Perbedaan pokok pada metode pertama dan kedua adalah pada metode pertama
yang diambil pada proses ini hanyalah Record Data saja tanpa memperhatikan
Struktur Data sehingga apabila terjadi kerusakan pada komputer yang
menyebabkan harus dilakukannya install ulang pada Operating System dengan
cara Format Hard Disk maka metode ini tidak mampu melakukan penyelamatan
data.
6
Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok
sebagai berikut:
1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua
pelayanan kesehatan dengan mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh
sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di
semua pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta
menjangkau seluruh sasaran.
4. Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
5. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
6. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita
sesuai standar dan menjangkau seluruh sasaran.
7. Peningkatan pelayanan KB berkualitas.
8. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar
pada bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
9. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar.
1. Pelayanan Antenatal
7
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan
hemoglobin, protein urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan
khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku
berrisiko dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan
dan thalasemia. Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan
antenatal disebut layak apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta
memenuhi standar 7T tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi
pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan
distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
2. Pertolongan Persalinan
a. Pencegahan infeksi
8
b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah
persalinan.
4. Deteksi Dini dan penanganan risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru
lahir.
Penjaringan dini kehamilan berisiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil dengan risiko/komplikasi
kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi
tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya
deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya risiko
dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin,
merupakan kunci keberhasilan penurunan angka kematian ibu dan bayi
yang dilahirkannya. Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
9
d. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang
dari 23,5 cm, atau gizi buruk dengan Indeks massa tubuh
e. Anemia : Hemoglobin
f. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang
10
e. Kelainan letak & posisi janin: Lintang/Oblique, Sungsang pada
usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila
mendapat penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan.
Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan
dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya Deteksi faktor risiko
pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah
satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
11
b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-
eklampsi dan eklampsi)
e. Penanganan abortus.
12
d. Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir
13
Pelayanan kesehatan bayi (29 hari-11 bulan) dilaksanakan
oleh dokter spesialis anak/dokter/bidan/perawat terlatih baik di fasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Setiap bayi berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya satu kali pada triwulan I,
satu kali pada triwulan II, satu kali pada triwulan III dan satu kali pada
triwulan IV. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
8. Pelayanan kesehatan anak balita
14
c. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan
motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal
2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam
gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung.
9. Pelayanan KB Berkualitas
15
program KB perlu melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi
program KB dan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
1. Batasan
a. Pelayanan antenatal
e. K4
16
2) Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (1-7
hari)
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil disuatu wilayah
dalam kurun waktu 1 tahun.
17
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi.
2. Indikator Pemantauan
Cakupan ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi
pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan
pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga umur
kehamilan.
Kunjungan ibu hamil sesuai standar
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara
lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan),
yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di
samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA.
18
Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan neonatal pada
masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar.
Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya
3 kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai dengan 3 hari, pada minggu
kedua, pada minggu ke empat termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta
persiapan dan pemasangan KB pasca persalinan.
Jumlah seluruh ibu nifas dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,05 x
CBR x jumlah penduduk. Angka CBR dan jumlah penduduk kab/kota
didapat dari BPS masing masing kab/kota/propinsi pada kurun waktu
tertentu. 1,05 adalah konstanta untuk menghitung ibu nifas.
Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu nifas.
19
Contoh perhitungan :
20
kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk
ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
21
2.6 Grafik Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang
dipakai, yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan
dalam tiap bulan. Langkah langkah pokok dalam pembuatan
grafik PWS KIA :
1. Penyiapan data
b. Untuk grafik antar wilayah, data yang diperlukan adalah data cakupan
per desa/kelurahan dalam kurun waktu yang sama
c. Untuk grafik antar waktu, data yang perlu disiapkan adalah data
cakupan per bulan
K1 Kumulatif
22
K1 Mei 2008
Pencapaian cakupan kunjungan pertama ibu hamil per desa selama bulan
Juni 2007 X 100% .Sasaran ibu hamil per desa selama 1 tahun. Langkah
langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS KIA (dengan
menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah sebagai berikut
menentukan target rata rata per bulan untuk menggambarkan skala pada
garis vertical (sumbu Y).
Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1 tahun
ditentukan 100 % (garis a), maka sasaran pencapaian kumulatif sampai
dengan bulan Juni adalah (6 x 8,3 %) = 50,0% (garis b).
d. Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu
(Mei) untuk tiap desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing
masing.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Proses input, backup dan integrasi data pada program ini merupakan
kunci pokok dalam penggunan program ini sehingga data yang
tersimpan sesuai harapan.
2. Sistem informasi PWS KIA yang dibuat pemerintah melalui
kementerian kesehatan dalam pelaksanaannya masih banyak kendala-
kendala dan hambatan yang dihadapi, keterbatasan sistem yang
dikembangkan, kemampuan daerah, dan sumber daya manusia.
3.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
http://lindamelin.blogspot.co.id/2014/06/pemantauan-wilayah-setempat-
pws-kia.html Diakses pada Rabu, 10 Agustus 2016
https://staff.blog.ui.ac.id/r-suti/files/2010/03/buku-pws-bab-i-
pendahuluan.pdf Diakses pada Rabu, 10 Agustus 2016
25