Anda di halaman 1dari 115

' i ( I l' / /

,)' . 1i',.',.",ii LIIIrIllll\'I

*:-.'--
E
'*E r:
E+
$
Hai
E:E=E
f $
+$E
Eq
E

F
(,\ / .l
' ' L't
I
Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 llJ,
tentang
HAK CIPTA t..
(
Pasal 44
(l) Barangsiapa dengan sengaia dan tanpa hak mengumum- i ,- /'l: ,

kan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin


untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
banyak
GEODESI SATELIT
mengedarkan, atau menlual kepada urnum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimak-
sud dalam ayat ( I ), clipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 50.000.000,00 (lima puluh.juta rupiah).

Oleh :

Dr. Hasanuddin Z. Abidin


Departemen Teknik Geodesi
Institut Teknologi Bandung

Cetakan Pertama

PT PRADNYA PARAMITA
JAKARTA
Pcrpustakaan Nq,sional: katalog dalam terbitan 6Df) PRAI(ATA
Atridin, Hasanuddin Z.
Geodesi satelit / oleh Hasanuddin Z. GeodesiSatelit adalah sub-biciang illntt gt:o<l<'sl \r;rrrl'. rrrr rrlrl'rrrr:r
kan bantUan satelit (alam ataupun buatalr tttitttttstit) llrrlrll! rru
Abidin. -- Jakarta : Pradnya Pararnita, 2001.
nyelesaikan problem-problem geodesi, yaitll ytlll,i lt't l<;ttl tl, r1;'1,11
ix,2l9 hal. ;23 cm penentuan posisi, penentuan medan gaya berat, st:rt;t pt'ltt'ltltlitlt
Bibliografi: variasi temporal dan spasial dari posisi dan medan ga.yil lrct irl il,r,rl
rsBN 979-408-462-X ini tidak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan satelit <lirlirtrr l,t
1. Geodesi. I. Jr-rdul.
dang Geodesi sudah sangat berkembang, termasuk di ln<lorrr.ririr
Mengingat perkembangan yang pesat dari bidang Geodesi Srrlrlrl
526.1
serta belum adanya buku teks tentang Geodesi Satelit dalam lrir
hasa Indonesia, maka penulis mencoba menyusun buku teks ini.
Buku ini dimaksudkan untuk menjelaskan secara umum prinsip,
konsep, dan aspek-aspek dari disiplin ilmu Geodesi Satelit dengan
pendekatan penyajian yang bersifat tidak terlalu teoretis. Buku ini
,'. i '\'1 i''n;' disusun dari bahan-bahan mata kuliah Geodesi Satelit yang penu-
ili ,,1,':i -:"rir
.
1
lis berikan di Jurusan Teknik Geodesi - ITB, pada tingkat sarjana
. 1'".)n ,i ti dan tingkat magister.
.ir, ,' "-," "l' '! Penulisan buku ini dibantu secara finansial oleh Program PenLr-
i
lisan Buku Teks Tahun Anggaran 2000, yang diselenggarakan oleh
Direktorat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M), Di-
rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Na-
t
sional. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang tulus ke-
ri 't.CZ pada semua pihak yang mengelola program tersebut, terutama Prof.
I
Dr. Jajah Koswara. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
pada Prof. Dr.-Joenil Kahar, yang telah banyak memberikan saran
untuk perbaikan naskah buku ini.
Akhirnya kami berharap buku ini dapat bermanfaat bagi seba-
nyak mungkin pihak serta dapat berkontribusi dalam memperce-
pat proses pengajaran, penelitian, pengembangan, dan aplikasi
bidang Geodesi Satelit di Indonesia. Insya Allah.

GEOt)t,tst sA't't,t Lt't H.Z.A.


Oleh I)r. I Iasanuddin Z. Abiclin Bukit Ligar, Bandung Utara
@ rlak ('iplrr rliIrrrrlrrrrr'.i olelt rtrrditnu-undang Januari 2OO1
Diterbitkirrr olt'lr I'l l'}radrrya Paramita
.lrrLrrrllunsa8-8A
l;rl.rrrllr l-l l,l0
Cetakan Pertittrit ,{){)l

Setting/l.ayoLrt l.,,rrvrr ( ir:rlis I)igitrrl (KAI(lS l A). l,rl':rt lrr


Dicetak Oleh l''l r\ttt'tn Kosottl-l Attr:rtl

iv
DAFTAR ISI

PRAKATA
DAFTAR ISI vii
BAB 1 PENDAHULUAN .......... 1
1.1 rLMU GEODESI............ I
T.2 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEODESI
SATELIT 2
1.3 PERI(EMBANGAN GEODESI SATELIT 3
I.4 PERAN DAN FUNGSI SATELIT... 6
1.5 SISTEM PENGAMATAN GEODESI SATELIT... 8
T.6 APLIKASI GEODESI SATELIT 11
I.7 OBYEKTIF DAN STRUKTUR BUKU 12

BAB 2 SISTEM KOORDINAT............... 15


2.I SISTEM DAN KERANGKA REFERENSI
KOORDINAT 15
2.2 BENTUK DAN UKURAN BUMI 16
2.3 DINAMIKA BUMI ......... 19
2.3.). Parameter Orientasi Bumi ......... 20
2.3.2 Presesi dan Nutasi .. 2l
2.3.3 Pergerakan Kutub .. 23
2.3.4 Perubahan Panjang Hari (LOD) 27
2.3.5 Pengamatan Parameter Orientasi Bumi........ 28
2.4 SISTEM KOORDINAT 29
2.5 SISTEM KOORDINAT DALAM GEODESI SATELIT.... 31
2.5.I Sistem Koordinat Referensi CIS.................... 32
2.5.2 Sistem Koordinat Referensi CTS ................... 34
2.5.3 Sistem Koordinat Referensi Ellipsoid 35
2.5.4 Hubungan antara CIS dan CTS.................... 37
2.5.5 Hubungan antara CTS dan Sistem Ellipsoid 38
2.6 SISTEM KOORDINAT REFERENSI ICRS DAN ITRS .. 4I
2.6.1 Sistem KoordinatReferensi ICRS.................. 4l
2.6.2 Sistem Koordinat Referensi ITRS .................. 43
2.7 WORLD GEODETTC SYSTEM 1984 (WGS 84)........... 45
BAB 3 SISTEM WAKTU 51
3.1 SISTEM WAKTU BINTANG .. 52
3.2 SISTEM WAKTU MATAHARI 54
3.2.7 Universal Time (UT) 55
3.2.2 Hubungan Sistem Waktu Bintang dan
Matahari 58
3.3 SISTEM WAKTU DINAMIK .. 58

vl1
3.4 SISTtrM WAI(TU ATOM 60 (1..) AI)I,I I(NSI SI,R I t.l
3.4.I UTC (Uniuersal Time Coordinatedl 62 6.4 SIS'TEM LLR.. I l'l
3.4.2 Hubungan Sistem Waktu Atom dengan 6.5 GEOMETRI PENGAMATAN LLR l,tl
Sistem Waktu Lainnya 63 6.6 APLIKASI LLR l4r|
3.5 PENANGGALAN JULTAN (JULTAN DATE) ....... ........ 65 BAB 7 SISTEM VLBI ...,..... 145
3.5.1 Transformasi Waktu Sipil ke Waktu Julian ... 65 7.I PRINSIP DASAR VLBI .......... i45
3.5.2 Transformasi Waktu Julian ke Sipil 66 7.2 SISTEM VLBI........... 148
BAB 4 SISTEM OR8IT........ 67
7.3 APLIKASI VLBI .......... 150
4.T PERGERAKAN SATELIT MENGELILINGI BUMI ......... 68 BAB 8 SATELIT ALTIMETRI................. 757
4.1.1 Hukum Kepler I................. 68 8.1 PRINSIP DASAR SATELIT ALTIMETRI 157
4.1.2 Hukum Kepler IL............... 70 8.2 GEOMETRI PENGAMATAN SATELIT ALTIMETRI ...... i58
4.1.3 Hukum Kepler III ............... 70 8.3 MISI-MISI SATELIT ALTIMETRI 161
4.1.4 Hukum-hukum Newton /J 8.4 APLIKASI SATELIT ALTIMETRI 164
4.2 ELEMEN KEPLERIAN DARI ORBIT SATELIT 75
4.3 SISTEM KOORDINAT ORBITAL 78 BAB 9 SISTEM SATELIT NAVIGASI.. 777
4.4 JENIS-JENIS ORBIT SATELIT 81
9.1 SEGMEN SATELIT 772
4.4.1 Orbit Prograde dan Retrograde 81
9.1.1 Satelit Blok I 173
4.4.2 Orbit Polar 81
9.1.2 Satelit Blok II dan IIA 773
4.4.3 Orbit Geostationer 9. i.3 Satelit Blok IIR 776
82
4.4.4 Orbit Sun-Synchronous 83 9.1.4 Satelit Blok IIF...... .. l7B
4.5 JEJAK SATELIT..... 9.1.5 KonfigurasiOrbit.......... 778
85 9.2 SEGMEN SISTEM KONTROL 180
4.6 PERTURBASI PERGERAKAN SATELIT....................... 87 9.3 SEGMEN PENGGUNA 183
4.6.1 Efek Ketidaksimetrisan Bumi ......... 89 9.3.1 Klasifikasi Receiver GPS ........... 183
4.6.2 Gaya Gravitasi Bulan dan Matahari.............. 90 9.3.2 Antena GPS ........... 190
4.6.3 Pasang Surut Bumi dan Laut 90 9.4 SISTEM WAKTU SATELIT DAN GPS I9I
4.6.4 Atmospheic Drag ........... 91 9.5 KEMAMPUAN GPS 792
4.6.5 Tekanan Radiasi Matahari 94 9.6 KONDISI PASAR GPS ........... 193
4.6.6 Gaya-gaya Perturbasi Lainnya 95 9.7 GLONASS, SATELIT NAVIGASI RUSIA 194
4.7 PENENTUAN ORBIT 96
DAFTAR PUSTAKA .................. 199
BAB 5 PROPAGASI SINYAL.... 99 Lampiran I TRANSFORMASI l){,Y,Zl KE (q,l",h) 2O9
5.1 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 99 I. 1 Metode Iterasi Sederhana 2lO
5.2 ATMOSFER BUMI DAN KARAKTERISTIKNYA t02 1.2 Metode Paul .,........ 2ll
5.3 PROPAGASI GELOMBANG ............... 105 I.3 Metode Bowring.....
' 5.3.1 Medium Dispersif 212
5.3.2 Kecepatan Fase dan Kecepatan Group
105 1.4 Metode O2one.............\..... .. 212
5.3.3 Interaksi Energi
106 I.5 Metode Borkowski 213
t07 1.6 Metode Lin & Wang 214
5.4 PROPAGASI SINYAL DALAM IONOSFER 109 L7 Perbandingan Antarmetode........... 2I5
5.4.1 Efek Ionosfer pada Jarak Ukuran 109
5.4.2 Variasi Efek Ionosfer ................ 11
Lampiran II TRANSFORMASI 3D ANTARSISTEM (X,Y,Z! 217
5.5 PROPAGASI SINYAL DALAM TROPOSFER ............... 16
5.6 MODEL KOREI(SI TROPOSFER................ L7
5.6.1 Model Hopfield 18
5.6.2 Model Saastamoinen .............. 19
5.6.3 Model Black......... r20
5.6.4 Fungsi-fungsi Pemetaan r2t
BAB 6 SISTEM SLR DAN LLR............ r25
6.1 PRINSIP KERJA SISTEM SLR..........., t26
6.2 SISTEM-SISTEM SLR 129
viii lx
Bab 1
PENDAHULUAN

1.1 ILMU GEODESI


Berdasarkan deJl.nisi klasik dari Helmert (1880), Geodesi ada-
lah ilmu tentang pengukuran dan pemetaan permukaan Bumi. Me-
nurut Torge (1980), definisi ini juga mencakup permukaan dasar
laut. Meskipun definisi klasik tersebut sampai batas tertentu ma-
sih berlaku, tetapi ia tidak dapat menampung perkembangan ilmu
Geodesi yang terus berkembang dari waktu ke waktu . Definisi mod-
ern untuk ilmu Geodesi adalah seperti yang dijabarkan oleh IAG
(International Association of Geodesg/ yaitu fRinner, l979lz
Geodesi adalah disiplin ilmu A ang mempelajai tentang pengukuran
dan perepresentasian dai Bumi dan benda-benda langit lainnga,
termasuk medan gaga beratnga masing-masing, dalam ntang tiga
dimensi gang berubah dengan utakfit.
Definisi Geodesi lainnya yang bersifat modern diberikan oleh IOSU,
20011 sebagai berikut:
Geodesi qdalah bidang ilmu inter-disiplin Aang menggunakqn
p engukuran-p engukuran p ada p ennukaan Bumi s erta dai ta ahana
pesawat dan wahana angkasa unfitk mempelajari bentuk dan
ukuran Bumi, planet-planet dan satelitnga, serta pentbahan-
perubahannAa; menenfitkan secara teliti posisi serta kecepatan
dai titik-titik ataupun obgek-obgek pada permukaan Bumi atau
gang mengorbit Bumi daru planet-planet dalam suatu sistem
referensi tertentu; serta mengaplikasikan pengetahuan tersebut
untuk berbagai aplikasi ilmiah dan rekaAasa dengan
menggunakan matematika, fisika, astronomi, dqn ilmu komputer.
Berdasarkan definisi modern Geodesi dari IAG, Vanicek and
Krakiutsky (1986), mengklasifikasikan tiga bidang kajian utama dari
ilmu Geodesi, yaitu:
. penentuan posisi,
. penentuan medan gaya berat, dan
. variasi temporal dari posisi dan medan gaya berat;
dimana domain spasialnya adalah Bumi beserta benda-benda langit
lainnya. Setiap bidang kajian di atas mempunyai spektrum yang
sangat luas, dari teoretis sampai praktis, dari Bumi sampai benda-
benda langit lainnya, dan juga mencakup matra darat, laut, udara,
dan juga luar angkasa.
') ()ttttlt:sr Srr/t,1rl
l\'rtrlrtltrtlrt,t'

Disamping itu dalam konteks aktivitas, ruang lingkup aktivitas


pekerjaan-pekerjaan ilmu geodesi umumnya akan mencakup ta- Sinyal & Propagasi
hapan-tahapan:
o pengumpulan data,
. pengolahan dan manipulasi data,
. perepresentasian informasi, serta
. analisa dan utilisasi informasi.
Mengingat luasnya bidang kajian ilmu Geodesi, beberapa sub-bidang
ilmu Geodesi juga bermunculan. Beberapa contoh di antaranya
adalah sub-sub bidang Geodesi Geometrik, Geodesi Fisik, Geodesi
Matematik, dan Geodesi Dinamik. Selanjutnya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang-bidang
aplikasi baru, dikenal sub-sub bidang baru seperti Geodesi Satelit,
Geodesi Kelautan, Geodesi Geofisik, dan lain-lainnya.

L.2 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEODESI SATELIT Gambar 1.1 Aspek-aspek Geodesi Satelit

Sejak peluncuran satelit buatan manusia yang pertama ke luar Perlu juga dicatat bahwa berdasarkan pendekatan dalam meng-
angkasa, yaitu satelit SPUTNIK- 1 pada 4 Oktober l9S7 lSeeber, gunakan satelit dikenal kategorisasi geodesi satelit geometrikdan
1983j, geodesi satelit telah berkembang menjadi suatu sub-disiplin geodesi satelit dinamik. Pada pendekatan geodesi satelit geome-
ilmu Geodesi yang mandiri dan kuat. trik, satelit dianggap sebagai targ et, titik kontrol, atau wahana p eng -
Geodesi Sqtelit dapat didefinisikan sebagai sub-bidang ilmu ukur, danpada pendekatan geodesi satelit dinamik, satelit dianggap
geodesi yang menggunakan bantr_ran satelit (alam ataupun buatan sebagai sensor atauproberdari medan gaya berat. Pendekatan ge-
manusia) untuk menyelesaikan problem-problem geodesi. Menu- odesi satelit geometrik banyak berperan dalam penentuan posisi
rut Seeber (1983) Geodesi Satelit meliputi teknik-teknik pengamat- serta variasi spasial dan temporalnya; sedangkan pendekatan ge-
an dan perhitungan yang digunakan untuk mdmecahkan problem- odesi satelit dinarpik berperan dalam penentuan medan gaya berat
problem geodesi dengan menggunakan pengukuran-pengukuran serta variasi spasial dan temporalnya.
yang teliti ke, dari, dan antarct satelit buatan yang umumnya dekat Pada edisi kali ini, pembahasan dalam buku ini akan lebih me-
dengan permukaan bumi. Geodesi satelit memiliki banyak aspek nekankan pada pendekatan geodesi satelit geometrik.
keilmuan, yang sebagian besarnya ditunjukkan secara ilustratif
pada Gambar 1. 1 berikut. 1.3 PERKEMBANGAN GEODESI SATELIT
Secara umum permasalahan mendasar yang ingin diselesaikan Perkembangan bidang geodesi satelit dapat dikatakan mulai le-
oleh disiplin Geodesi Satelit adalah [Seeber, 1983]: bih semarak dengan diluncurkannya satelit-satelit buatan manu-
. penentuan posisi 3D yang teliti secara global, regional, maupun sia ke luar angkasa. Satelit buatan manusia yang pertama dilun-
lokal, curkan untuk mengorbit Br,rmi adalah SPUTNIK 1, yang diluncur-
. penentuan medan gaya berat bumi dan fungsi-fungsi linearnya kan pada tanggal 4 oktober 1957 oleh uni Soviet, dan bertahan
(seperti geoid yang teliti) dalam skala global, regional, maupun hidup sampai awal 1958. SPUTNIK 2, diluncurkan pada tanggal 3
lokal, dan November 1957, dan membawa mahluk hidup pertama ke iuar ang-
. pengukuran dan pemodelan dari fenomena geodinamika, kasa, yaitrt seekor anjing bernama Laika. Setelah itu pada tanggal
seperti pergerakan kutub, rotasi bumi, dan deformasi kerak 31 Januari 1958, Amerika Serikat meluncurkan satelitnya yang
bumi. pertama yaitu trXPLORER 1, yang menemukan sabuk radiasi van
Pada saat ini, sistem-sistem pengamatan yang berbasiskan sa- Rtten di sekitar Bumi fMites, 19741. Dari kacamata geodesi, kontri-
telit sudah banyak dimanfaatkan untuk menyelesaikan perma- busi yang signifikan dari sistem satelit dimulai dengan satelit vAN-
salahan geodesi tersebut, dengan kecenderungan aplikasi yang se- GUARD 1 yang diluncurkan oleh Amerika Serikat pada Maret 1958
fsmith, 19971. Perlu dicatat di sini bahwa satelit geodetik yang
makin intensif dan berkembang dari waktu ke waktu. sc-
t".r".ry. adalah satelit ANNA-18, yang diluncurkan pada tahrttr
Geodesi Satelit I \'tr r lr rl rr tlrr, ttr

1962 oleh Amerika Serikat. Satelit ini dilengkapi dengan kamera 1964 peluncuran satelit pertama yang dilengkirlri rlerrgrrrr
geodetik, pengukur jarak elektronik, serta Doppler. Proyek satelit reflektor laser, yaitu satelit BEACON-Explorer lt,
ANNA ini punya kontribusi ilmiah yang besar dalam pengembang- t964 sistem satelit navigasi TRANSIT dinyatakan
an sistem SLR (Satellite Laser Rangingl selanjutnya. operasional untuk militer,
Sampai dengan 19 Januari 2000, jumlah satelit buatan manu- 1967 sistem satelit navigasi TRANSIT dinyatakan
sia yang telah diluncurkan mengorbit Bumi adalah 5159 satelit, operasional untuk pihak sipil,
dimana 2647 rnaslh aktif pada waktu tersebut [A]VA,2000]. 1969 Misi Apollo 11 menempatkan suatu kelompok
reflektor di permukaan Bulan.
Kalau kita menyimak perkembangan geodesi satelit sampai saat
ini, secara umum perkembangannya dapat dikategorikan dalam Periode l97O - 198O: Periode ini adalah periode pelaksanaan
periode-periode berikut ini [Seeber, 1983], yaitu: dari proyek-proyek ilmiah geodesi satelit. Pada periode ini teknik-
teknik pengamatan baru dikembangkan atau dipercanggih, seperti
. Periode 1958 - L97O: Periode ini dapat dianggap sebagai periode SLR, LLR (Lunar Laser Ranging) dan Satelit Altimetri. Metode
pembangunan metode-metode dasar untuk pengamatan satelit, satelit altimetri mulai berkembang sejak diluncurkannya satelit-
dan untuk perhitungan dan analisa orbit satelit. Yang perlu satelit yang membawa radar altimeter, yaitu Skylab (1973) dan
dicatat dalam periode ini adalah pembangunan dan pemanfaatan GEOS-3 (1975). Disamping itu, periode ini juga ditandai dengan
metode fotografi satelit, penentuan koefisien harmonik utama dari maraknya penggunaan sistem satelit TRANSIT untuk survai
geopotensial, serta publikasi dari model-model bumi pertama, geodetik, serta penyempurnaan model-model Bumi.
yaitu SAO-SE (Standard Earth Models of the Smithsonian Dalam konteks geodesi satelit, beberapa kejadian yang patut
Astrophgsical Obseruatory) I sampai SAO-SE III dan GEM (God- dicatat dalam periode ini adalah lKramer, 1996; Salomonson &
dard Earth Modelsl. Walter, 1995]:
Periode ini juga ditandai dengan peluncuran satelit pertama 1970 publikasi peta gaya berat global Bumi berorder 16
yang membawa reflektor laser di tahun 1964, sehingga memulai serta hubungannya dengan tektonik lempeng,
era sistem SLR. Disamping itu sejak 1965, sistem VLBI juga mulai t972 publikasi dari GEM (GoddardEarthModeQ yang ber-
menjadi salah satu teknik standar yang digunakan untuk aplikasi ketelitian sampai derajat dan order 12,
geodetik. Sistem satelit navigasi TRANSIT (Doppler) dinyatakan 1972 peluncuran satelit inderaja yang pertama LANDSAT-1,
operasional pada tahun 1964; dan pada tahun 1969 dengan t973 peluncuran satelit altimetri Slrylab,
ditempatkannya suatu kelompok reflektor di permukaan Bulan t975 peluncuran satelit laser ranging STARLETTE,
oleh misi Apollo 11, era metode LLR juga dimulai. 1975 peluncuran satelit altimetri GEOS-3,
Beberapa kejadian penting dalam konteks perkembangan r976 penentuan geoid laut dari analisa data satelit
geodesi sdtelit pada periode ini adalah [Seeber, 1993; Salomonson altimetri,
& Walter, 1995]: t976 peluncuran satelit laser ranging LAGEOS-1,
1958 peluncurarr satelit EXPLORER-1 dan Vanguard-I, t978 peluncuran satelit navigasi GPS yang pertama.
1958 parameter penggepengan Bumi ditentukan dari
penjejakan satelit dengan metode satelit fotografi Periode 1980 - 1993: Periode ini adalah masa dari aplikasi
(penggepengan, f = l/298.3), teknik-teknik satelit dalam bidang geodesi, geodinamika, dan
1959: pembuktian bahwa Bumi berbentuk "pear-shape" dari surveying. Disamping itu metode satelit GPS untuk survai dan
pemetaan juga mulai banyak dimanfaatkan ketimbang metode-
analisa orbit satelit Vanguard yang drjejak dengan metode
metode terestris.
satelit fotografi,
Beberapa kejadianyang patut dicatat dalam periode ini adalah
1960 peluncuran satelit TRANSIT- 1E},
1960 peluncuran satelit ECHO- 1, fKramer, 1996]:
1982 : peluncuran satelit navigasi GLONASS yang pertama.
1962 peluncuran satelit ANNA- 1 B, 1986 : peluncuran satelit inderaja SPOT-1,
1962 koneksi Prancis dengan Aljazair secara geodetik, 1991 : peluncuran satelit inderaja ERS-1,
1964 koneksi antara beberapa datum geodetik yang penting 1992 : peluncuran satelit altimetri TOPEX/POSEIDON,
dengan tingkat ketelitian sekitar 50 m, 1992 : peluncuran satelit inderaja JERS- 1.
(t Geoclesi SateLit. Pettrlultttltttttt

. 1993 - 2OOO : Pemanfaatan yang meluas dan intensif dari sistem-


sistem satelit navigasi, altimetri, dan inderaj a (remote sensing)
seperti GPS, Topex/Poseidon, IKONOS, dan Sgnthetic Aperfire
Radar (SAR).
Beberapa kejadian yang patut dicatat dalam periode ini adalah
lKramer,1996l:
1995 : peluncuran satelit inderaja RADARSAT-1,
1996 : peluncuran satelit inderaja ADEOS- 1,
L999 : peluncuran satelit inderaja teliti IKONOS.
L.4 PERAN DAN FUNGSI SATELIT
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam bidang ge-
odesi satelit, ada dua peran dan fungsi utama dari satelit, yaitu
satelit sebagai target, titik kontrol, atau ruahqna pengukur, dan sate- Gambar 1.3 Penentuan posisi dengan satelit yang relatif
tidak terhambat oleh bentang-bentang alam di antara titik.
lit sebagai sensor atau probe.
Peran satelit sebagai target, titik kontrol, ataupun wahana peng- Dalam konteks geodesi satelit dinamik yang memanfaatkan sa-
ukur umumnya digunakan pada metode geodesi satelit geometrik, telit sebagai sensor atau prober dari medan gaya berat bumi, de-
yaitu dalam penentuan posisi titik-titik di permukaan Bumi. Kare- ngan mudah dapat disadari bahwa karena satelit mengorbit Bumi
na orbit satelit yang relatif cukup tinggi di atas permukaan Bumi, secara kontinyu dan juga Bumi berotasi, maka satelit akan sangat
maka penggunaan satelit dalam moda ini akan dapat mencakup efektif digunakan untuk mempelajari medan gaya berat Bumi se-
daerah yang relatif luas. Dalam konteks penentuan posisi, disam- cara global.
ping dapat menghubungkan titik-titik yang relatif berjarak jauh Kalau dibandingkan dengan metode-metode terestris, dimana
(skala regional dan global), penentuan posisi antar titik juga relatif sistem peralatan untuk pengukuran atau akuisasi data berada pada
tidak terhambat oleh bentang-bentang alarn yang terletak di anta- atau dekat permukaan Bumi, maka penggunaan satelit dalam bi-
ra titik-titik yang bersangkutan, seperti yang diilustrasikan oleh dang geodesi relatif lebih atraktif dilihat dari hal-hal berikut yaitu :
sistem satelit navigasi GPS (Global Positioning Systeml pada Gam- . wilayah cakupannya relatif lebih luas,
bar 1 .2. dan 1.3 berikut. . dapat mengamati dan mengukur parameter yang lebih banyak
dan lebih beragam,
. dapat mengamati lebih baik dinamika suatu fenomena, baik
secara spasial maupun temporal,
. operasionalisasinya bersifat lebih kontinyu,
. memberikan nilai dan ketelitian parameter dalam sistem yang
umumnya terdefinisi secara baik dan jelas (sistem koordinat glo-
bal, tiga-dimensi, dan homogen), dan
. relatif lebih tidak dipengaruhi oleh cuaca, kondisi topografis,
ataupun batas-batas politis maupun administratif.
Disamping itu dalam konteks penentuan posisi relatif antartitik
misalnya, sistem-sistem satelit seperti TRANSIT, GPS, SLR, dan
VLBI, mempunyai tingkat dan rentang ketelitian yang relatif lebih
baik dibandingkan metode-metode nonsatelit (terestris), terutama
untuk jarak beberapa km sampai ribuan km. Hal ini diilustrasikan
pada Gambar 1.4 berikut. Meskipun begitu untuk jarak antartitik
Gambar 1.2 Cakupan satelit yang relatif luas yang relatif sangat dekat, yaitu sekitar 1 km atau lebih dekat, me-
tode-metode terestris umumnya akan lebih efektif untuk diguna-
tJ Geodesi Satelit

kan. Dalam kasus ini hanya metode survai GPS yang dapat ber-
kompetisi dengan metode-metode terestris.

Sate/it SLR
E
o
E

I*
G
r30
!
}!
=
T Bintang
6 Satelit Dopplet
E

I
:20
6
6
=
s IRA'VS.T
(Doppler)
I
E
c10
6
VLB1

=o)
o
:a Astronomi
Fotografi Geodesi
saferl
I
Jarak antartitik (km)

4 Tingkat dan rentang ketelitian posisi relatif


M [Seeber,19931.
Fade n
i,' , 'l nSi Jawa Timur Gambar 1.5 Beberapa metode penentuan posisi ekstra-terestris menggunakan
sistem satelit dan benda langit IWells et.al., 19861.
1.5 SISTEM PENGAMATAN GEODESI SATELIT
Sampai saat ini ada beberapa metode atau sistem pengamatan Sistem geodesi satelit yang paling tua adalah sistem astronomi ge-
geodesi satelit yang dikenal, yaitu antara lain: astronomi geodesi, odesi yang berbasiskan pada pengamatan bintang, dan sampai saat
fotografi satelit, SLR (Safellite Laser Rangingl, LLR (Lunar Laser ini masih cligunakan meskipun terbatas pada aplikasi-aplikasi ter-
Rangingl,YLBl (Very Long Baseline Interferometry), Satelit Altimetri tentu sa.1'a. :Sebagai contoh, metode ini telah digunakan sejak 1884
seperti TOPEX Poseidon, dan Satelit Navigasi seperti Transit (Dop- untuk peir,entuan lintang secara teliti di Potsdam. Disamping itu me-
pler), GPS dan GLONASS. Secara umum, menurut Seeber (1993)' todc as.h-onomi geoder:i inijuga sudah berkontribusi dalam pengamatan
sistem-sistem pengamatan geodesi satelit tersebut dapat dikatego- perger:rkru:. kutub (polar motion\ sejak tahun 1890 (FGg 1998).
rikan menjadi tiga kelomPok Yaitu : Teknik fbtografi satelit yang merupakan teknik geodesi satelit
. Sistem bunri ke angkasa, seperti sistem fotografi satelit (satel- tertua dalam pemanfaatan satelit buatan manusia, saat ini sudah
lite photography), SLR (Satellite Laser Ranging), LLR (Lunar Laser tidak digunakan lagi. Metode fotografi satelit ini berbasiskan pada
Rangingl, dan satelit navigasi (seperti Doppler, GPS, dan pengukuran arah ke satelit, yaitu dengan pemotretan satelit berlatar
GLONASS), helakang bintang-bintang yang telah diketahui koordinatnYa-. De-
. Sistem angkasa lre Duml, seperti sistem satelit altimetri, ngan menggunakan jaringan kamera Baker-Nunn, metode ini telah
spaceborne laser, YLBI, dan satelit gradiometri; dimanfaatkan untuk menjejak satelit-satelit buatan generasi awal
. Sistem angkasa ke angkasa, seperti sistem satellite-to-satellite seperti Sputnik-1 dan 2, Vanguard-l, dan GEOS-1 pada era 1957
tracking (SST). sampai awal 1960-an; dan telah berhasil mengestimasi
Beberapa sistem geodesi satelit yang tersebut di atas, secara penggepengan serta bentuk "pear-shape" Bumi. Dengan
ilustratif ditunjukkan pada Gambar 1.5. diluncurkannya satelit BEACON-Explorer B yang membawa reflek-
Geodesi Satelit
l \'trr lt tl tt tlt urn tt
1O
Perlu ditekankan di sini bahwa sistem-sistem gcoclt:si s;rlrltl rlr
torlaserpadalg64,teknikfotografiSatelitinisecarapraktismulai
jarak atas juga bisa dikelompokkan berdasarkan parameter utam:r yrrrr1,.
digantikan oleh teknik SLR yang berbasis pada pengukuran diberikan, yaitu yang terkait dengan posisi dan medan gaya lrt'r'irl
sampai
aJngan laser ke satelit. Meide SLR ini masih digunakan serta variasi spasial dan temporalnya, seperti yang ditunjukkirrr
saat ini. pada Tabel 1.1 berikut.
Metode LLR yang berbasis pada pengukuran
jarak ke Bulan de-
tahun
ngan menggunakai sinar laser, mulai berkembang sejak Tabel Kategorisasi sistem pengamatan geodesi satelit
1. 1
laser di
t5Og, yaitu sejak ditempatkannya sekelompok reflektor berdasarkan parameter yang diberikannya.
sama
p".*rrf,u".., Buian oleh misi Apollo 1 1' Metode yang prinsipnya
i".rg., metode SLR ini, masih digunakan sampai saat ini' No. Parameter utama yang Sistem
ge-
Sedangkan metode VLBI yang berbasis pada pengamatan diberikan
pada dua lokasi peng-
lombang iadio yang dipancarkan oleh kuasar I Posisi (absolut dan relatif) Satelit Fotografi, SLR, LLR,
amatariyang b"r.iarak jauh, mulai umum digunakan sejak tahun serta variasi spasial dan VLBI, Spaceborne laser,
lg65dansampaisaatinimasihdimanfaatkanuntukaplikasi-apli- temporalnya Satelit Navigasi
kasi geodetik berketelitian tinggi' 2 Gaya berat serta vanasr Satelit Gradiometri, SST
jarak
Sistem satelit altimetri yang berbasis pada pengukuran spasial dan temporalnya.
mu-
muka laut dari satelit dengan menggunakan gelombang radar J Karakteristik muka laut Satelit Altimetri
laiberkembangpadatahunlg73,dengandiluncurkannyasatelit serta variasi spasial dan
Skylab yang merupakan satelit pertama yang membawa s-ensor
ra-
altimetri ini terus dimanfaatkan sam- temporalnya
dai altimeter. Sistem satelit
pai saat ini dengan menggunakan misi-misi satelit terbaru seperti
iopex/Poseidon dan Jason, terutama untuk mempelajari karakte- Perlu dicatat di sini bahwa meskipun secara fungsional sistem
risiit< dan dinamika lautan dan interaksinya dengan fenomena-fe- satelit inderaja (remote sensing) sebenarnya dapat dikategorikan
sebagai salah satu sistem geodesi satelit, tetapi secara ilmiah umum-
nomena atmosfer.
nya sistem satelit ini tidak dimasukkan dalam domain geodesi sa-
Dalamkontekssistemsatelitnavigasi,'sistemTRANSIT(Dop- telit. Sejalan dengan perkembangan teknologi INSAR (Interferomet-
pler) adalah sistem satelit navigasi yang pertama dibangun' Sistem ic Sgnthetic Aperture Radar) dengan satelit untuk studi deformasi
ini aiaesain pada tahun 1958, dan dinyatakan operasional pada permukaan Bumi, maka nampaknya sistem satelit inderaja ini pun
tahun 1964 luntuk pihak militer) d'an 1967 (untuk pihak sipil)' secara ilmiah akan dapat diklasifikasikan sebagai salah satu sis-
pada saat ini sistem satelit ini praktis sudah tidak digunakan lagi, tem geodesi satelit.
tergantikan oleh sistem-sistem GPS dan GLONASS' Kalau diring- Berkaitan dengan penentuan posisi, perlu dicatat di sini bahwa
kaskan maka sistem-sistem yang masih banyak dimanfaatkan da- sistem yang paling populer dan paling banyak diaplikasikan ada-
lam bidang geodesi satelit saat ini adalah sistem-sistem SLR, LLR, lah GPS. Sistem fotografi satelit pada saat ini sudah tidak diguna-
VLBI, satetiialtimetri dan satelit navigasi GPS dan GLONASS' se- kan lagi, dan juga sistem satelit Doppler dan astronomi geodesi
perti yang diindikasikan pada Gambar 1'6' sudah mulai jarang digunakan orang untuk keperluan penentuan
posisi. Sedangkan sistem-sistem SLR, LLR, dan VLBI umumnya
<- 1834 + 2001 digunakan untuk melayani aplikasi-aplikasi ilmiah yang menun-
Astronomi Geodesi ffi tut ketelitian posisi yang sangat tinggi.
Satelit Fotograh l 1.6 APLIKASI GEODESI SATELIT
SLR 1e64
Aplikasi sistem-sistem pengamatan geodesi satelit pada saat ini
LLR 1969
sudah sangat luas spektrumnya. Spektrum aplikasinya mencakup
VLBI 1e6s
skala lokal sampai global, dari masalah-masalah teoretis sampai
Satelit Altimetri 1973
aplikatif, dan juga mencakup matra darat, laut, udara, dan luar
Satelit Navisasi 1964
angkasa. Berikut ini diberikan contoh beberapa aplikasi geodesi
satelit dalam beberapa bidang aplikasi.
Gambar 1.6 Periode Implementasi dari sistem geodesi satelit
Solelit l\'tttlttltttltrrut I I
l'2 ( i<,:odesi

Aplikasi dalam bidang Geodesi Global, antara lain adalah: namun secr?lra khusus buku ir-ri dapat dipandang sebagai lrtll<tt rr;irt
. penentuan parameter-parameter orientasi Bumi, bagi mahasiswa tingkat sarjana maupun paska sarjana pa<lir lrt
. penentuan model dari Bumi, termasuk dimensi dari ellipsoid rusan Teknik Geodesi.'Untuk mencapai obyektif tersebut maka btrl<tr
referensinya, ini distrukturkan sedemikian rupa, seperti yang dijelaskan pada
. penentuan model medan gaya berat Bumi, termasuk geoid Tabel1.2.
globalnya,
. studi-studi geodinamika, Tabel 1.2 Struktur Buku
. pengadaan kerangka referensi global, dan Bab dan Judul Obyektif dari Bab
. unifikasi datum-datum geodesi (termasuk datum regional, datum
nasional, dan datum lokal). Bab 1 PENDAHULUAN Menjelaskan ruang lingkup dan
perkembangan geodesi satelit secara
Aplikasi untuk Studi Geodinamika, antara lain adalah: umum
. pengadaan jaringan pemantaw (monitoring network) untuk
mempelaj ari pergerakan lempen g l,ptate / cnt stal motions) ataupun Bab 2 SISTEM KOORDINAT Menjelaskan sistem-sistem koordinat
yang umum digunakan dalam bidang
sistem sesar (fault sYstem\,
geodesi satelit.
. penentuan parameter-parameter pergerakan kutub (polar motion)
dan rotasi burni (earth rotation), dan Bab 3 SISTEM WAKTU Menjelaskan sistem-sistem waktu yang
. penentuan parameter-parameter dari pasang surut bumi (solid umum digunakan dalam bidang geodesi
earth tides). satelit, yaitu sistem-sistem bintang,
matahari, dan atom.
Aplikasi untuk keperluan Kontrol Geodetik antara lain adalah:
. pengadaan kerangka dasar titik-titik kontrol (nasional maupun Bab 4 SISTEM ORBIT Menjelaskan sistem orbit satelit serta
karakteristik pergerakan satelit dalam
lokal), orbitnya.
. pembangunan jaringan titik kontrol 3-D yang homogen,
. analisa dan peningkatan kualitas dari kerangka titik kontrol Bab 5 PROPAGASI SINYAL Menjelaskan karakteristik propagasi
terestris Yang ada, sinyal dari satelit ke Bumi serta medium
. pengkoneksian kerangka geodetik antarpulau, dan propagasinya.
. densifikasi dan ekstensifikasi dari jaringan titik kontrol. Bab 6 SLR DAN LLR Menjelaskan sistem SLR dan LLR secara
Aplikasi dalam bidang Navigasi dan Geodesi Kelqutan, antara lain umum.
adalah: Bab 7 VLBI Menjelaskan sistem VLBI secara umum.
. navigasi dan penjejakan (tracking\, balk untuk wahana darat, Bab 8 SATELIT ALTIMETR] Menjelaskan sistem Satelit Altimetri
laut, udara, maupun angkasa, secara umum.
. penentuan posisi untuk keperluan surval pemetaan laut
iniarografi, oseanografi, geologi kelautan, geofisika kelautan, Bab 9 SATELIT NAVIGASI Menjelaskan sistem satelit navigasi,
eksplorasi, eksPloitasi, dll), terutama GPS, secara umum.
. pergkoreksian antarstasiun pasut (unifikasi datum tinggi),
. penentuan SST (Sea Surface Topographyl, dan
. penentuan pola arus dan gelombang.
L.7 OBYEKTIF DAN STRUKTUR BUKU
Buku ini dimaksudkan untuk menjelaskan secara umum prin-
sip, konsep, dan aspek-aspek dari disiplin ilmu Geodesi Satelit de-
.rg"r, p.ndekatan penyajian yang bersifat tidak terlalu teoretis.
Meskipun buku ini dapat dimanfaatkan secara umum oleh mereka
yang ingin mengetahui dan mempelajari bidang geodesi satelit,
Bab 2
SISTEM KOORDINAT

Posisi suatu titik dapat dinyatakan secara kuantitatif maupun


kualitatif. Secara kuantitatif posisi suatu titik dinyatakan dengan
koordinat, baik dalam ruang satu, dua, tiga, maupun empat di-
mensi (1D, 2D, 3D, maupun 4D). Perlu dicatat di sini bahwa koor-
dinat tidak hanya memberikan deskripsi kuantitatif tentang po-
sisi, tetapi juga pergerakan (trayektori) suatu titik seandainya titik
yang bersangkutan bergerak. Untuk menjamin adanya konsistensi
dan standarisasi, perlu ada suatu sistem dalam menyatakan koor-
dinat. Sistem ini disebut sistem referensi koordinat, atau secara
singkat sistem koordinat, dan realisasinya umum dinamakan ke-
r ang ka r efer ensi ko or dinat.

2.L SISTEM DAN KERANGI(A REFERENSI KOORDINAT


Sisfem referensi koordinat adalah sistem (termasuk teori, kon-
sep, deskripsi fisis dan geometris, serta standar dan parameter)
yang digunakan dalam pendefinisian koordinat dari suatu atau
beberapa titik dalam ruang. Sedangkan kerangka referensi koordi-
naf dimaksudkan sebagai realisasi praktis dai sistem referensi,
sehingga sistem tersebut dapat digunakan untuk pendeskripsian
secara kuantitatif posisi dan pergerakan titik-titik, baik di permu-
kaan bumi (kerangka terestris) ataupun di luar bumi (kerangka
selestia atau ekstra-terestris). Kerangka referensi biasanya
direalisasikan dengan melakukan pengamatan-pengamatan geo-
detik, dan umumnya direpresentasikan dengan menggunakan suatu
set koordinat dari sekumpulan titik maupun obyek (seperti bin-
tang dan quasar). Sistem referensi koordinat dapat dikatakan se-
bagai suatu idealisasi dari sistem koordinat, dan kerangka refe-
rensi koordinat adalah realisasi dari sistem koordinat.
Dalam bidang geodesi satelit, untuk pendefinisian sistem refe-
rensi koordinat dan perealisasian kerangka referensi koordinat yang
optimal bagi titik-titik di permukaan Bumi maupun di luar Bumi
(seperti satelit), pemahaman tentang bentuk dan dinamika Bumi
sangatlah diperlukan. Oleh sebab itu berikut ini beberapa karak-
teristik dari bentuk dan dinamika Bumi yang terkait akan dijelas-
kan.

l5
Stslcrtr Kootrltttttl It
16 Geodesi Satelit

Secara tiga-dimensi bentuk Bumi yang pada dasarnya ti<lirl< lrrr


2.2 BENTUK DAN UKURAN BUMI
aturan, ditunjukkan pada Gambar 2.3 berikut. Dari Gambar 2.I
SecaraumumbentukBumimendekatiboladenganjari-jarise. dan 2.2 di atas terlihat bahwa bentuk Bumi secara matematis men-
kitar63T8km.KalaudilihatSecaralebihdetail,bentukBumipada dekati ellipsoid biaksial dimana penampang ekuatorialnya beru-
menun-
frinsipnya agak tidak teratur. Gambar 2.1 dan2.2berikut
ekuator dan
pa lingkaran dan penampang meridiannya berupa ellips. Pada Gam-
iukkan penampang bentuk Bumi pada bidang-bidang bar di atas, Bumi diwakili dengan geoid global, dimana geoid sen-
tia..rg freridian nol (meridian Greenwich)' diri adalah bidang ekuipotensial gaya berat Bumi yang mendekati
muka laut rata-rata secara global.
,1800
Kutub /v] JLIFi
Utara -_- Eedan Fer pusra
kaan
Propiosi Jawa
Timur

900 __ -r 9oo
Barat Timur

Ellipsoid
GRS- 1 96 7

ion
Gambar 2.1 Penampang ekuatorial dari Bumi (geoid global)'
diadaptasi dari
(isao). pada ini perbedaan dengan ellipsoid
ianicek & Krakiuskg Gambar
diPerbesar sekitar 10 000 kali;
a adalah sumbu Pqnjang elliPsoid'

I soo
I Utara
Gambar 2.3 Geoid global dari EGM96 (Earth Geoid Model 1996);
courtesy of Kosasih Prijatna. O",rr1%3fi3,1an dari Bumi diperbesar sekitar

Berkaitan dengan ukuran ellipsoid yang digunakan untuk


00
merepresentasikan Bumi, sesuai dengan perkembangan ilmu pe-
ngetahuan dan teknologi dari pengamatan Bumi, telah dikenal be-
berapa ellipsoid referensi, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1
berikut. Pada Tabel ini a dan b adalah panjang dari sumbu pan-
Ellipsoid jang dan sumbu pendek ellipsoid, dan f adalah penggepengan dari
GRS- 1 96 7 ellipsoid, yang dihitung dari a dan b sebagai berikut:
| 900 f = (a-b) (2.r)
/a
'l s"ht"rt
Gambar2.2PenarnpangmeridiannoldariBumi(geoidglobal)'diadaPtasidari Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa secara umum untuk ellipsoid referen-
Vanicek & Krakituskg (f SAO). Pada Gambar ini perbedaan dengan
ellipsoid si yang merepresentasikan Bumi, a = 6378 km, b = 6357 km, dan f
diPerbesar sekitar 10'000 kali; = t 12e8.
b adalah sumbu Pendek elliPsoid'
18 Geodesi Satelit
Stsfu,rtt Kortrtlrrtrtl l ,l
Tabel 2.1 Beberapa Ellipsoid Referensi
2.3 DINAMIKA BUMI
fSmith, 1997; Morienbruck & Gilt,2oool.
Pendefinisian serta perealisasian sistem-sistem koordinat reli..
Tahun Nama a (m) b (m) Ut rensi yang digunakan dalam bidang Geodesi Satelit umumnya me-
1830 Airy 6 377 563 6 356 257 299,325 nuntut pemahaman yang baik tentang dinamika dari sistem Bumi
1830 Everest 6 s77 276 6 356 075 300,802 kita, baik secara internalmaupun eksternald.alam sistem luar ang-
1841 Bessel 6 377 397 6 356 079 299,r53 kasa.
1858 Clarke 6 378 294 6 356 618 294,26L
1866 Clarke 6 378 206 6 356 584 294,978 , Dinamika pergerakan Bumi mempunyai spektrum yang sangat
luas, dari skala galaksi sampai skara pe.g.."k.., tot<aipaia kerak
1880 Clarke 6 378 249 6 356 515 293,466 burni, yaitu:
1907. Helmert 6 378 200 6 356 818 298,300 ' Bumi bergerak bersama galaksi kita relatif terhadap galaksi-
1909 Hayford 6 378 388 6 356 9t2 297,OOO galaksi yang lain,
L927 NAD-27 6 378 206.4 6 356 9t2 294,9786982 . Bumi berputar bersama sistem matahari kita di dalam galaksi
L948 Krassovslgr 6 378 245 6 356 863 298,300 kita,
1960 Hough 6 378 270 6 356 794 297 Bumi mengorbit mengelilingi matahari bersama planet-planet
1960 Fischer 6 378 15s 6 356 773 294,3
'
lainnya,
L966 wGS-66 6 378 t45 6 s56 760 298,25 . Bumi berputar terhadap sumbu rotasinya, dan
1967 IUGG 6 378 160 6 356 775 298,247
1969 S.American 6 378 160 6 356 774 298,25
' kerak-kerak bumi juga bergerak (relatif sangat lambat) relatif satu
terhadap lainnya.
t972 WGS.72 6 378 135 6 356 751 298,26
Tiga jenis pergerakan bumi yang terakhir tersebut di atas, ber-
r973 Smithsonian 6 378 L40 6 356 755 298,256 pengaruh dalam pendefinisian sistem koordinat yang digunakan
1980 International 6 378 t37 6 356 752 298,257
dalam geodesi satelit.
1980 GRS-80 6 378 r37.O 6 356 752 298,257222tO1
1981 GEM-1OB 6 378 138 6 356 753 298,257 - Bumi mengelilingi Matahari dalam suatu orbit yang berbentuk
ellips, dengan sumbu panjang sekitar r4g,6juta km dln eksentri-
1984 wGS-84 6 378 t37 6 356 V52 298,257223563
1990 w-90 6 378 136 6 356 751 298,257839303 sitas orbit sekitar o,0167, sepertiyang diilustrasikan pada Gambar
t992 GEM-T3 6 378 r37 6 356 752 298,257 2.4 berikut ini. Periode orbitnya adalah sekitar 36s,24 hari dengan
kecepatan Bumi dalam orbit tersebut adalah sekitar 29,g km/d;tik
Secara umum deviasi permukaan ellipsoid (geosentrik) dengan per- fYoder, 19951.
mukaan geoid (MSL = Mean Sea Leue[) lebih kecil dari 100 m; dan
deviasi permukaan geoid sendiri dengan permukaan Bumi lebih kecil
dari 10 km, seperti yang ditunjukkan pada Tabel2.2.

Tabel 2.2 Deviasi antar beberapa bidang perepsentasi Bumr


[Vanicek & Krakiwskg, 1986]. 3 Juli 3 Januari
Aphelion
Deviasi Rasio terhadap sumbu panjang Pe rihelion
maksimum(m) Bumi (a = 6378 km)
Permukaan Bumi - 10000 1.6 . 10-'J
Geoid (MSL)
Geoid - Ellipsoid 100 1.6 . 10-s
(geosentrik) y (Vernal Equinox)
Ellipsoid - Bola 10000 1.6 . 10-3
(geosentrik) Gambar 2.4 Pergerakan Bumi mengelilingi Matahari;
diadaptasi d,ari lVanicek & Krakiu.tskg, t986l.
SLsletr Koortltrtttl ') I
20 Geodesi Satelit

juga ber- 2.3.2 Presesi dan Nutasi


Pada saat Bumi bergerak mengelilingi Matahari, Bumi
putar terhadap sumbu iotasinya. perputaran Bumi terhadap sumbu Kalau dilihat dalam sualtr ruang inersia, sumbu rotasi butrrr
iotasinya ini mempunyai spektrum dinamikayang relatif luas, dan dan bidang ekuator bumi tidaklah tetap, melainkan bergerak yang
dijelaskan secara umum pada sub-sub bab berikut ini' sifatnya rotasional. Pergerakan sumbu rotasi bumi dalam ruang
ini merupakan respon dari ketidak simetrian dan non-rigiditas dari
2.9.1 Parameter Orientasi Bumi bumi terhadap gaya tarik bulan, matahari, dan planet-planet; dan
Dalam pendefinisian dan realisasi sistem koordinat ada bebera- juga dari moda rotasi bumi yang bebas itu sendiri. Pergerakan to-
p" p"."r.r"ter orientasi Bumi yang perlu diperhatikan, yaitu: tal dari surnbu rotasi bumi dalam ruang ini mempunyai dua kom-
. p.rg.r"kan sumbu rotasi bumi dalam ruang inersia (Presesi dan ponen utama, yaitu:
Nutasi), . komponen sekular (dinamakan Presesi), dan
p.rg".^k^r, sumbu rotasi bumi relatif terhadap kerak bumi . komponen periodik (dinamakan lVutasi).
(pergerakan kutub), dan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6 berikut.
iiukluasi dalam kecepatan rotasi bumi [perubahan panjang hari
(LOD, length of dagll. - * Presesr
"""'...
-Gaya-gaya yang mempengaruhi rotasi bumi pada dasarnya da- orY.'
-
^'r-\$]...""""""
co
,59"oY
/ -ir -^ ---Yl
pat dikelomPokkan atas:
'o gaya gravitasional dari benda-benda langit lainnya,
gala tekan (loadingl atmosfer dan air laut, serta presesr
. f,.igerakt., *"""" baik di dalam bumi, daratan, lautan' dan dan nutasi
atmosfer, maupun pergerakan dari lempeng-lempeng Bumi' /'\
Gambar 2.5 berikut mengilustrasikan gaya-gaya yang dapat :---
ta,6 Sumbu
mempengaruhi gerakan rotasi Bumi' thn
Rotasi
- l.t Bumi
Tekanan Pencairan Es
Air Laut \ Tekanan

\\i Konveksi
Atmosfhr

}l\iBrf"

,l Ekua tor
o
"y
AnSm,

Gempa
t
Plume Air per-
mukaan

Bumi
Gambar 2.6 Fenomena Presesi dan Nutasi, d,ari fTorge, l98Ol.

Arus
Laut Gerakan presesi dari sumbu rotasi Bumi disebabkan oleh gaya
Gaya tarik
gravitasi benda-benda langit pada tonjolan ekuator Bumi, terutama
Matahari
& Bulan Matahari dan Bulan. Karena dalam pergerakannya mengelilingi
Matahari bidang ekuator Bumi membentuk sudut sebesar 23,50
terhadap bidang ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Mata-
Gambar 2.5 Gaya-gaya yang mempengaruhi rotasi Bumi; diadaptasi dari
lDickeg, 19951.
hari), maka gerakan presesi ini mempunyai amplitudo sudut sebe-
22 Geodesi Satelit Si.slcrn Koorrlrlill :, I

sar 23,50. Presesi mempunyai periode yang relatif sangat panjang, Selama periode nodal Bulan, yaitu sekitar 18,6 tahun, nulrrnr
yaitu sekitar 25800 tahun. Akibat adanya presesi, titik semi (uer- menyebabkan pergeseran periodik dari titik semi sebesrrr
nal equinoxl yang merupakan titik potong antara bidang ekuator lMontenbntck & Gilt, 20001 :
dan bidang ekliptika bergerak sepanjang ekliptika dengan laju se-
kitar 50,4" per tahun. Ay x =l7,2OO".sin(O*) (2.21
Komponen pergerakan sumbu rotasi Bumi yang bersifat perio-
dik, yaitu nutasi, mempunyai beberapa periode, mulai dari 4 hari, serta perubahan dari kemiringan bidang ekliptika terhadap ekuator
setengah bulan, satu bulan, setengah tahun, satu tahun, sampai Bumi sebesar:
18,6 tahun [F.Gg 1998; Dickeg, 1995]. Periode utam{ dari nutasi
adalah 18,6 tahun, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6, Ae N +9,203".cos(O_) (2.3)
dengan amplitudo sudut sekitar 9,2". Fenomena Nutasi ini pertama
kali ditemukan oleh James Bradley dari data pengamatan bintang dimana O- adalah bujur' dari titik naik Bulan.
selama 2O tahun yang dilakukannya pada periode 1727 sampai
Perlu ditekankan bahwa komponen pergerakan sumbu rotasi
1747 lSmith,19971.
Bumi dalam rt.ang ini, yaitu presesi dan nutasi, dapat diformulasi-
Terjadinya nutasi dapat dijelaskan secara singkat sebagai beri- kan secara matematis. Formulasi matematis untuk presesi dan
kut. Dalam pergerakannya mengelilingi Bumi, bidang orbit Bulan nutasi bisa dilihat di Montenbruck & Gill (2000). Gambar 2.8 me-
membentuk sudut sebesar 5011' terhadap bidang ekliptika (bidang nunjukkan presesi dan nutasi hasil hitungan serta hasil pengamat-
orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari), seperti yang ditunjukkan an. Gambar ini menunjukkan bahwa gerakan nutasi yang sebe-
pada Gambar 2.7. Perpotongan antara bidang orbit Bulan dengan narnya juga mempunyai komponen-komponen periodik lainnya,
bidang ekliptika dinamakan garis nodal. Karena gaya tarik Mata- yang periode dan amplitudonya relatif lebih kecil. Menurut Dickeg
hari mempengaruhi orbit Bulan, garis nodal ini berputar dalam (1995), komponen-komponen yang lebih kecil ini merupakan efek
ruang inersia dengan periode sekitar 18,6 tahun. Adanya inklinasi dari adanya deformasi dan dinamika dari Bumi, mulai dari inti
orbit Bulan dan perputaran garis nodal ini akan menyebabkan ter- sampai dengan atmosfer Bumi.
jadinya variasi gaya tarik antara Bumi dan Bulan, dan juga dengan
Matahari, yang bersifat periodik. Variasi ini selanjutnya mempe-
ngaruhi gerakan total dari sumbu rotasi Bumi dalam ruang, dan 9.8"
menyebabkan gerakan periodik tambahan yang dinamakan nutasi.
9.4"

9.O"

8.6"

8.2"
Orbit Bulan
-1.8" -1.4" -1.O" -0.6" -O.2 0.2

Gerakan ld.eal Gerakan Sebenanr;ga


501 1'
Ekliptika Gambar 2.8 Karakteristik Gerakan Presesi dan Nutasi,
diadapsi dari lVonicek & Krokiutsky, 1986l.
Titik
Naik 2.3.3 Pergerakan Kutub
Pergerakan kutub Qtolar motionl adalah pergerakan sumbu ro-
Gambar 2.7 Orbit Bulal tasi bumi relatif terhadap badan atau kerak bumi sendiri. Tidak
'24 Gt:orlesi Satelit lit:;lt, ttt Koot tI t ttt tl ')!'

seperti halnya presesi dan nutasi, parameter pergerakan kutub tidak Pengamatan pergerakan kutub sudah dimulai sejak tahur-r lttt)o,
dapat dijelaskan secara teoretis (analitis), tapi harus ditentukan -yaitu dengan pengamatan lintang secara simultan menggunakatt
melalui observasi langsung. metode astronomi geodesi di empat lokasi pengamatan di Eropa,
Pergerakan kutub, seperti yang divisualisasikan pada Gambar yaitu Potsdam, Berlin, Prague, dan Strasbourg [FGS, 1998]. Gam-
2.9, pada dasarnya mempunyai tiga komponen utama yaitu [/ERS, bar 2.10 dan 2.11 berikut menunjukkan dekomposisi dari kompo-
20001: nen koordinat kutub x dan y, sejak tahun 1890, ke dalam kompo-
. Osilasi bebas yang punya periode sekitar 435 hari (umum nen-komponen sekular, tahunan (musiman), dan Chandler.
dinamakan periode Chandler). Gaya penyebab dari osilasi ini +O.4"
belum diketahui secara jelas. Diperkirakan osilasi ini merupakan
respon dari elastisitas (non-igidity) dari Bumi terhadap dinamika
atmosfer, redistribusi air tanah, dan juga mungkin gempa-gempa
Bumi lDickey,1995l.
. Osilasi tahunan yang disebabkan terutama oleh adanya ncKutu llrerl0l
perpindahan massa air (air laut dan air tanah) dan udara yang
bersifat musiman (seasonall.
. Komponen sekular yang berupa pergeseran (dift) dari kutub
menengah ke arah meridian 800 Bujur Barat, seperti yang ", | rurllnrmuillililiililmrnu-*^,.-*rMlru
ditunjukkan pada Gambar 2.9. Variasi sekular ini mempunyai
amplitudo sekitar 0,002" - 0,003" per tahun, dan diperkirakan
penyebabnya terkait dengan pergerakan tektonik.
;f ilUumUfrl,uurrrrnl,

Pergerakan kutub juga mempunyai variasi harian (diurnal) dan l,i t fi,p6',--l^"',---^^-^
setengah-harian (semi diurnat) dengan amplitudo fraksi dari mas
(milidetik dari busur), dan variasi ini disebabkan oleh pasang su- 1900 1920 1940 1960 1980

rut laut.
Gambar 2.1O Variasi temporai komponen-x dari koordinat kutub UERS,2O00l.
Gerakan Kutub
1995 - 1998
-o.2
Maret .oo'I
1998 r.
t
+o.4 t
t
Kutub
IERS t
-o..'I
+0.2'
I
L
+O.2 t
LJ .o.2" I
F1
o +O-1'r
L
-nfL
+o.1"r 11.,,, , Residu
Pergeseran (drlfi) o
I{utub Menengah :,: r
7900 - 1994
1900 t920 t940 1960 1980 2000

Gambar 2.9 Pergerakan kutub (1995.1998) dan


pergeserannya ( 1 900 - 1 998), diadapsi dari IIERS, 2000] Gambar 2.11 Variasi temporal komponen-y dari koordinat kutub UER.S,2000l
lit:;tt,tn Kt.xntlntrtl '.r.
I
26 GeodesiSateht
gin) dan umum digunakan untuk pendefinisian arah sumbu-Z tlrrr r

Dari Gambar 2.lo


dan 2.11 di atas terlihat bahwa amplitudo sistem koordinat geodetik.
komponen chandler relatif lebih besar dibandingkan komponen
tahunan, baik untuk komponen koordinat x maupun y' Ini juga 2.3.4 Perubahan Panjang Hari (LOD)
diperlihatkan oleh spektrum frekuensi pergerakan kutub pada Gam- Kecepatan rotasi bumi tidak konstan, sehingga menyebabkan
bir 2.12 yangditurunkan dari data pengamatan pergerakan kutub adanya perubahan pada panjang hari (Lengthof Dag, LOD). Variasi
dalam periode 1958 samPai 1998. LOD akan mencakup:
. Variasi yang dapat diprediksi yang besarnya sampai 2ms (karena
1.0 pengaruh fenomena pasang surut).
Tahunan ll Chandter . Variasi yang sifatnya tidak teratur, yang dapat dibagi menjadi
(d 0.8 komponen-komponen'decadal, interannual, seasonal, and
C)
il intr as e a s o nal co mp o nent s.
0.6
o
io Secara matematis perubahan panjang hari, d(LOD) ditentukan
o.4 dari hubungan berikut:
p.
.*o d(LoD) = -d(uT1-TAr)/dt (2.61
o.2
yp
0.0 dimana UT1 adalah Universal Time dan TAI adalah Atomic Time.
300 400 500 600 Dalam hal ini UT1 bervariasi karena proses-proses geofisik, sedang-
Periode (hari) kan TAI tidak. Contoh variasi dari LOD ditunjukkan pada Gambar
2.13 berikut.
Gambar 2.12 Spektrum frekuensi pergerakan kutub;
diadaptasi dan lMontenbruck & Gill, 2OOO)

Meskipun pergerakan kutub pada prinsipnya tidak dapat difor-


mulasikan secara analitis, tetapi dengan menggunakan data peng-
amatan dalam rentangwaktu yang panjangyang sudah ada, suatu
formulasi empirik dapat diturunkan. Salah satunya adalah formu-
lasi bergantung waktu yang diajukan oleh Chao (1985), yang meru-
muskan dua komponen data pengamatan pergerakan kutub xo dan
ffni'Yry$Wrfr,*,n
'r---* - -t--l'Utl'l
decadat
3[p
U)

yo sebagai berikut :
2"=
Xo: ?*+ b.t+ c*.cos(2nt/P*+ 0*) + c"*.cos(2nt/P*+ 0"*) (2.4\ *-*-^r'^91H1-'*J-\: 6'
o
1t)i
yo = &, + br.t + c"r.sin(2nt/P", + 0^r) + c"r.sin(2nt/P"y + 0.y) (2'51
o
dengan total 16 parameter yang harus ditentukan, yaitu a", b*, c*,
nl/xflwtly}-
P*, 0*, c*, P"*, 0"*, ar, by, c.y, Pur, 0"r, c.r, {r, dan $""' Pada persamaan
diatas, P" dan r" mewhkili peiiode tahunan dan periode Chandler,
dengan fase masing-masing diwakili oleh Q. dan Q.. Keempat
parameter ini dibedakan untuk komponen-komponen x dan y dari 1965 t970 1975 1980 1985
pergerakan kutub. Sedangkan komponen sekuler diwakili oleh suku-
suku linear b,,t dan br.t. Gambar 2.13 Fluktuasi LOD dalam periode i963-1988;
d,ari lDickeg,l995l.
Akhirnya perlu dicatat bahwa dalam konteks pendefinisian sis-
tem koordinat, posisi rata-rata dari kutub sesaat selama periode
1900 sampai 19O5 dinamakan CIO (Conuentiornl International Oi-
28 Geodesi SateLit Il

Penyebab fluktuasi kecepatan rotasi Bumi , yang selanjutnya tclah clitentukan clari data-data pengamatan bintang secal'it opl tl.
menyebabkan adanya fluktuasi pada LOD seperti yang ditunjuk- sejak tahun 1955. Sedangkan konstanta presesi ditentukan bt:t <lrr
kan pada Gambar 2.13 di atas, secara umum dapat diklasifikasi- sarkan analisa pergerakan bintang (stellar proper motionl. Sebelutrr
kan sebagai: ditemukannya jam atom modern pada tahun 1955, catatan-catat-
. Gaya luar yang bekerja pada Bumi : yaitu berupa gaya gravitasi an zamar, dahulu kala tentang waktu gerhana Bulan dan Matahari
dari Matahari dan Bulan yang bekerja pada Bumi yang relatif serta okultasi bintang-bintang oleh Bulan, dijadikan dasar untuk
bukan benda simetris homogen. mempelajari deret waktu (time senes) historis dari UT1 dan LOD.
. Adanya perubahan-perubahan momen inersia dari Bumi, yang Teknik-teknik klasik tersebut mulai tergantikan oleh teknik -
disebabkan adanya deformasi yang sifatnya peiodik (pasang teknik geodesi satelit pada era l97O-an dan 1980-an. Teknik ge-
surut, bumi maupun laut) maupun deformasi yang sifatnya non- odesi satelit ini berbasiskan pada pengukuran waktu tempuh dan
perio dik, termasuk adanya redistribu si massa. fase gelombang elektromagnetik serta turunannya. Dibandingkan
Gaya gravitasi bulan (dan juga matahari) bekerja pada tonjolan ukuran sudut yang dilakukan oleh metode-metode klasik, data-
Bumi di sekitar ekuator akan menyebabkan kecepatan rotasi Bumi data ukuran gelombang elektromagnetik ini relatif lebih teliti dan
berkurang dan akibatnya LOD memanjang. Dalam hal ini LOD lebih kurang sensitif terhadap kesalahan sistematik. Teknik-teknik
memanjang sekitar 1-3 ms per abad' Disamping itu adanya geodesi satelit yang umum digunakan untuk penentuan parameter
pengembangan orbit Bulan dengan kecepatan sekitar 3,7 cm per orientasi Bumi adalah VLBI, SLR, LLR dan GPS.
tahun juga akan mempengaruhi distribusi gaya tariknya terhadap
Bumi, dan akibatnya akan mempengaruhi kecepatan rotasi Bupi
2.4 SISTEM KOORDINAT
dan tentunya juga LOD. Dalam bidang geodesi dan geomatika, posisi suatu titik biasa-
Fluktuasi LOD karena perubahan momen inersia Bumi dapat nya dinyatakan dengan koordinat (dua dimensi atau tiga dimensi)
disebabkan adanya deformasi periodik dan nonperiodik dari Bumi. yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koor-
. Deformasi periodik adalah dalam bentuk pasang surut laut dinat itu sendiri didefinisikan dengan menspesifikasi tiga parameter
maupun Bumi (bodg tidel, yang disebabkan oleh adanya gaya berikut, yaitu:
tarik Bulan, Matahari, dan Planet-Planet. . lokasi titik asal (titik nol) dari sistem koordinat,
. Sedangkan deformasi nonperiodik umuinnya berasosiasi dengan . orientasi dari sumbu-sumbu koordinat, dan
tekanan-tekanan permukaan yang disebabkan oleh pergerakan . besaran (kartesian, curuilinear) yang digunakan untuk
fluida dalam inti bumi dan pergerakan dalam hidrosfer/atmosfer; mendefinisikan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut.
serta redistribusi massa yang disebabkan oleh gempa bumi, Setiap parameter dari sistem koordinat tersebut dapat dispesifi-
pencairan es, konveksi mantel, pergerakan lempeng, d11. kasikan lebih lanjut, dan bergantung pada spesifikasi parameter
2.3.5 Pengamatan Parameter Orientasi Bumi yang digunakan maka dikenal beberapa jenis sistem koordinat.
Secara umum, sistem-sistem koordinat dapat dikategorikan dalam
Parameter-parameter orientasi Bumi yang digunakan saat ini tiga kelompok besar, yaitu:
pada dasarnya ditentukan dengan teknik-teknik yang dapat dika- . sistem koordinat terestrial,
tegorikan sebagai lDickeg, 19951: . sistem koordinat selestial, dan
. teknik klasik (seperti astrometri optik dan okultasi Bulan), dan . sistem koordinat orbital.
. teknik-teknik geodesi satelit (seperti VLBI, SLR, dan GPS). Penjelasan yang lebih mendetail tentang sistem-sistem koordi-
Teknik astrometri optik didasarkan pada pengamatan posisi nat tersebut dapat dilihat di lKrakiutskg & Wells, 197ll. Contoh
angular dari bintang. Teknik ini, dengan menggunakan jaringan dari suatu penspesifikasian parameter sistem koordinat ditunjuk-
stasiun pengamat dengan geometri yang baik akan dapat menen- kan pada Gambar 2.14.
tukan semua komponen dari rotasi Bumi. Pergerakan kutub seca- Dalam penentuan posisi suatu titik di permukaan bumi, titik nol
ra rutin diamati dengan teknik ini sejak tahun 1900. Dari tahun dari sistem koordinat yang digunakan dapat berlokasi di titik pusat
19OO sampai 1980, ILS (International Latitude Seruice) melakukan massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu
pengamatan pergerakan kutub menggunakan jaringan lima sta- titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik). Kedua sis-
siun yang terletak pada lintang yang sama. Parameter nutasi juga tem koordinat diilustrasikan pada Gambar 2.15 dan 2.16 berikut.
30 Geodesi Satelit .Srslclrr Koorrlt,rlll ,t I

umumnya digunakan untuk menyatakan posisi titik-titik yang [-rt't'


Lokasi Titik Nol
A . Geosentrik (di pusat Bumi)
. Toposentrik (di permukaan Bumi)
ada di Bumi, dan sistem yang terikat langit umumnya digunaktrn
untuk menyatakan posisi titik dan obyek di angkasa, seperti satelit
\ . Heliosentrik (di pusat Matahari) dan benda-benda langit.
M . Terikat Bumi (Earth-Fixe$
Orientasi Sumbu
\"I\ . Terikat Langit (Space-Fixedl Sistem Koordinat
Toposentrik

Besaran Koordinat .@
\t
. Jarak ) Kartesian (X,Y,Z|
. Sudut dan Jarak ) Geodetik ($,i",h) Koordinat Kaftesian
\ :

(NA, EA, UA)


Gambar 2.14 Contoh klasifikasi sistem koordinat
berdasarkan parameternya.

Timur (E)
Sistem koordinat geosentrik banyak digunakan oleh metode-
metode penentuan posisi ekstra-terestris yang menggunakan sate-
lit dan benda-benda langit lainnya, baik untuk menentukan posisi
titik-titik di permukaan Bumi maupun posisi satelit. Sedangkan
sistem koordinat toposentrik banyak digunakan oleh metode-me- Gambar 2.16 Posisi titik dalam sistem koordinat toposentrik.
tode penentuan posisi terestris.'"
Dilihat dari besaran koordinaf yang digunakan, posisi suatu ti-
ti(dalam sistem koordinat ada yang dinyatakan dengan besaran-
besaran jarak seperti sistem koordinat kartesian (lihat Gambar 2.15
dan 2.16), dan ada yang dengan besaran-besaran sudut danjarak
seperti pada sistem koordinat ellipsoid atau geodetik, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.15 sebelumnya.
Koordinat Kartesian

(xA'YA'zA)
2.5 SISTEM KOORDINAT DALAM GEODESI SATELIT
Pada dasarnya ada tiga sistem referensi koordinat yang banyak
digunakan dalam bidang Geodesi Satelit yaitu sistem-sistem
Koordinat Geodetik :
. CIS (Conuentional Inertial Sgstem),
(<Pa,Ia,ha)
. CTS (Conuentional Terrestial Sgstem), dan
. sisfem Ellipsoid.
Sistem CIS umumnya digunakan untuk mendefinisikan posisi
dan pergerakan satelit, sedangkan sistem-siitem CTS dan Ellip-
soid untuk mendefinisikan posisi dan pergerakan titik di permuka-
an Bumi.
Sistem CIS, karena sifatnya yang geosentrik dan terikat langit,
Gambar 2. 15 Posisi titik dalam sistem koordinat geosentrik (kartesian dan kadangkala dinamakan sistem E CS F (Earth- Center ed Sp ace- Fixe d) ;
geodetik).
dan sistem CTS, karena sifatnya yang geosentrik dan terikat la-
ngit, sering juga dinamakan sistem ECEF (Earth-Centered Earth-
Dilihat dari orientasi sumbunVa, ada sistem koordinat yang Fixed). Sedangkan sistem referensi Ellipsoid kadang juga dinama-
sumbu-sumbunya ikut berotasi dengan bumi (terikat bumi) dan kan sistem geodetik. Ketiga sistem ini akan dijelaskan secara sing-
ada yang tidak (terikat langit). Sistem koordinat yang terikat bumi kat berikut ini. Penjelasan yang lebih mendetail tentang sistem CIS
32 Geodesi SateLit tt

dan CTS dapat dilihat di lMoitz and Mueller, 19871, dan tentang . [Jintang-bintang, seperti yang diberikitrr olclr l<rrIrrl,,,. IrrrrIirrrt,
sistem referensi Ellipsoid di lTorge, 19801. FK5. Dalam hal ini CIS d .rat direalisrrsrl<irrr (l(.nl.,rrr
pengamatan bintang, dan CIS yarrg bersangktrtirrr rIrIrrrrrirkirrr
2.S.LSistem Koordinat Referensi CIS stellar-CIS.
. Planet maupun satelit artifisial bumi. Dalam hal ini CIS <lapirl
cIS (conuentionrtl Inertial sg stem), sistem koordinat referensi yang
teikatlangit, dalam geodesi satelit digunakan untuk pendeskripsi- direalisasikan dengan metode pengamatan astrometri, LLR,
an posisi dan pergerakan satelit. sistem koordinat ini tidak berota-
SLR, Doppler, GPS, Glonass, dan CIS yang bersangkutan
si dengan Bumi, tetapi ikut berevolusi bersama Bumi mengelilingi dinamakan dgnamical-ClS.
Matahari. Sistem referensi koordinat ini diilustrasikan pada Gam- Gambar 2.18 berikut menunjukkan beberapa mekanisme reali-
bar 2.17, d.an mempunyai karakteristik dasar sebagai berikut: sasi CIS sebagai fungsi dari target, teknik, dan stasiun bumi yang
. Titik Nol sistem koordinat adalah pusat Bumi (earth-centred) digunakan.
dan sumbu-sumbu sistem koordinatnya terikat ke langit
(space-fixed).
. Sumbu-X mengarah ke titik setc,:.i (uernal equinoxl pada epok TARGI,]T TEKNII( S'I'ASITIN BT]NII
standar J2OO0.0 dan terletak pada bidang ekuator Bumi.
. Sumbu-Z rnengarah ke CEP pada epok standar J2OOO.O. CEP
(ConuentionalEphemeis Polel adalah posisi bebas di langit dari
sumbu rotasi Bumi.
. Sumbu-Y tegak lurus sumbu-sumbu X dan Z, dar. membentuk
sistem koordinat tangan kanan (right-handed sgsteml.

Surnbu-Z

CEP J2OOO.O

Bidang Dkliptika

Sumbu-Y

Gambar 2.18 Hubungan antara beberapa realisasi CIS


Bidang lDickeg, r9a9l.
Ekuator
Titik Semi (Vernal Equinox) Pada sistem CIS ini koordinat bisa dinyatakan dengan besaran-
Sumbu-X besaran j ar ak (X,Y,Z), atau pun besaran-be saran sudut (cr,6), dimana
Gambar 2.17 Sistem Koordinat Referensi CIS a adalah sudut asensio rekta dan d adalah sudut deklinasi, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.19. Sistem kartesian (X,Y,Zl bia-
sanya digunakan untuk mendeskripsikan posisi satelit yang relatif
Pengikatan sumbu-sumbu sistem koordinat CIS ke langit dapat dekat dengan permukaan Bumi, dan sistem asensiorekta (cr,6) umum
dilakukan terhadap beberapa benda langit, antara lain: digunakan untuk mendeskripsikan posisi obyek yang relatif jauh
. Sumber gelombang radio ekstra-galaktik seperti kuarsar. dari permukaan Bumi seperti bintang dan kuasar.
Dalam hal ini CIS dapat direalisasikan dengan metode VLBI,
dan CIS yang bersangkutan dinamakan radio-ClS.
34 Geodesi Satelit Stslettt Kottrt tI
I tt t t .t.

saat ini adalah : WGS (World Geodetic Sgstem) 1984 dan ITItl" lhr
ternational Terrestrial Reference Frame).

Sumbu-Z

CTP (Conuentional Terre strial Pole )

Meridian

Sumbu-Y

x
Gambar 2.19 Sistem CIS (Asensio rekta, Deklinasi)
Bidang Ekuator Bumi

2.5.2 Sistem Koordinat Referensi CTS Sumbu-X


CTS, sistem koordinat referensi yangteikat bumi, dalam geodesi Gambar 2.20 Sistem Koordinat Referensi CTS
satelit digunakan untuk pendeskripsian posisi dan pergerakan ti-
tik-titik di permukaan bumi. Sistem koordinat ini berotasi dengan
Bumi, dan juga berevolusi bersama Bumi mengelilingi Matahari. 2.5.3 Sistem Koordinat Referensi Ellipsoid
sistem referensi koordinat cTS diilustrasikan pada Gambat 2.2o, Sepertiyang dijelaskan pada sub-bab2.2, permukaan Bumi dapat
dan mempunyai karakteristik sebagai berikut: didekati secara baik dengan suatu ellipsoid putaran, yaitu ellips
. Titik Nol sistem koordinat adalah pusat buLrrri (earth-centred) meridian yang diputar mengelilingi sumbu pendeknya. Oleh sebab
dan sumbu-sumbu sistem koordinatnya terikat ke bumi (earth- itu secara geometrik, koordinat titik-titik di permukaan Bumi juga
fixedl. dapat dinyatakan koordinatnya dalam sistem referensi ellipsoid.
. Sumbu-X berada dalam bidang meridian Greenwich (meridian Seperti halnya sistem CTS, sistem referensi ellipsoid ini berotasi
nol) dan terletak pada bidang ekuator bumi. dengan Bumi dan juga berevolusi bersama Bumi mengelilingi
. Sumbu-Z mengarah ke CTP (ConuentionalTerrestialPolel' CTP Matahari.
adalah kutub menengah bola langit pengganti CIO Sistem referensi koordinat ellipsoid diilustrasikan pada Gambar
(conuentional International oiginl. clo adalah posisi rata-rata 2.21, dan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
sumbu rotasi bumi dari tahun 1900 sampai 1905). . Titik nol sistem koordinat adalah pusat ellipsoid.
. Sumbu-Y tegak lurus sumbu-sumbu X dan Z, danmembentuk . Sumbu-X berada dalam bidang meridian nol dan terletak pada
sistem koordinat tangan-kan an (ight-lnnded sg steml. bidang ekuator ellipsoid.
Pengikatan sumbu-sumbu sistem koordinat CTS ke bumi dila- . Sumbu-Zberimpit dengan sumbu pendek ellipsoid.
kukan dengan menggunakan sekumpulan titik-titik di permukaan . Sumbu-Y tegak lurus sumbu-sumbu X dan Z, dan membentuk
bumi (kerangka dasar)yang koordinatnya ditentukan dengan peng- sistem koordinat tangan-kan an (ight-handed sg stem).
amatan benda-benda langit dan satelit artifisial bumi. Berdasar- Dalam sistem referensi ellipsoid, seperti yang ditunjukkan pada
kan pada metode pengamatan yang digunakan maka dikenal bebe- Gambar 2.2l,koordinat suatu titik umumnya dinyatakan sebagai
rapa CTS seperti CTS VLBI, CTS LLR, CTS SLR, dan CTS GPS. (q,I,h), dimana g adalah lintang geodetik, l, adalah bujur geodetik,
Beberapa kerangka realisasi CTS yang cukup banyak digunakan dan h adalah tinggi ellipsoid. Dalam hal ini koordinat juga dapat
dinyatakan dengan besaran-besaran jarak (X,Y,Zl seperti yang di-
Si:;lt,tttKtxtrtltrtttl .l'/
36 Geodesi Satelit

tunjukkan pada Gambar 2.15 sebelumnya. Kedua koordinat ini 2.5.4 Hubungan antara CIS dan CTS
dapat.saling ditransformasikan satu dengan lainnya, dengan meng- Sistem-sistem koordinat CTS dan CIS dapat ditransformasikan
gunakan formulasi matematis berikut fSeeber, 1993]: antarsesamanya dengan menggunakan besaran-besaran presesi,
nutasi, gerakan kutub dan rotasi bumi. Hubungan antara kedua
sistem koordinat tersebut dapat diilustrasikan secara geometris
seperti pada Gambar 2.22 berikut.

z k-L
Lf

Presesi & Nutasi


CEP J2OOO.O
pu sat Sumbu-Y Gerakan Kutub
ellipsoid

meidian
Greenwich
bidang

Rotasi Bumi

Gambar 2.21 Sistem Koordinat Referensi Ellipsoid


(x) ( (R* * h). cos<p.cosl" ) titik semi
(vemal
I
"
l= I (R* + h). cos.p.sinr' I
(2.7) GAST = Greenwich Apparent -tx,
lr) [{{, - "')** + h). sin<pJ XI Sidereal Time

Pada rumus di atas, R* dan e adalah jari-jari kelengkungan ver- Gambar 2.22 tlubungan antara CIS dan CTS
tikal dan eksentrisitas ellipsoid referensi, yang keduanya dapat di-
hitung sebagai berikut: Seandainya koordinat suatu titik dalam kedua sistem dinyatakan
sebagai:
, a2 -b2 X",, : ()(t,Yrzt) (2.e)
,v-l (2.81
a' X"r. = (),Y.r,Zr) (2.10)

maka transformasi antara keduanya dirumuskan sbb.:


dimana a dan b adalah setengah sumbu panjang dan setengah
sumbu pendek dari ellipsoid referensi yang digunakan. X"r. = M.S.N.P. Xcrs (2.11)
Dari rumus (2.7) terlihat bahwa transformasi dari (X,Y,Zl ke (9,1",h) dimana:
tidak dapat dilakukan secara langsung seperti halnya dari (9,),,h) M = matriks rotasi untuk gerakan kutub (polar motionl
ke (X,Y,Z), karena persamaannya tidak linear. Teknik dan algorit- S = matriks rotasi untuk rotasi blumi (earth rotation)
ma yang dapat digunakan untuk menyelesaikan proses transfor- N = matriks rotasi untuk nutasi (nutation)
masi yang tidak linear tersebut telah banyak diajukan, dan bebe- P = matriks rotasi untuk presesi Qtrecessionl
rapa diantaranya diberikan pada Lampiran I.
Struktur dari matriks M, S, N, dan P dapat dilihat dilMontenbruck
& GiU,2OO0]. Elemen-elemen dari keempat matriks ini umumnya
merupakan besaran-besaran yang nilainya berubah dengan waktu.
.Sr.sk,rrKoorrlttrrr, .lal
38 Geodesi Satelit

Transformasi koordinat dari sistem CIS ke CTS ini dapat diilus- Kalau koordinat suatu titik dalam sistem CTS dan sistem Ellilr
trasikan. tahapan-tahapan seperti yang ditunjukkan pada Gambar soid dinyatakan sebagai:
2.23 berikut.
X... = (4, YT' ZTI (2.12l.
4, = (X,, Yr, Zrl (2.13)
CEP pada epok sebenarnya
dan koordinat titik nol sistem Ellipsoid dalam sistem CTS, yang
merupakan kompqnen translasi antara kedua sistem, dinyatakan
2
sebagai;
W r-;\-ffi xo (2.r4l,
|
*"rgurr:h ke titik semi !-\tnot""r Bumil)+l iendian Greenwich ffi
{xo,Yo, zol
@ @
dan mendefinisikan sudut-sudut rotasi mengelilingi sumbu-
(e*, ev, e,)
sumbu (X,Y,Zl yang diperlukan untuk mengimpitkan arah-arah
sumbu X, Y, dan Z dari sistem Ellipsoid dalam ruang dengan arah
sumbu-sumbu sistem CTS, maka koordinat dari kedua sistem dapat
dihubungkan dengan menggunakan hubungan matematis berikut:
Gambar 2.23 Step Transformasi dari CIS ke CTS.
X.r. = Xo r s. R,(e*).RrGJ.Ra(e,).X",, (2.1s)
2.5.5 Hubungan antara CTS dan Sistem Ellipsoid
Hubungan antara sistem koordinat CTS dan sistem Ellipsoid dimana s adalah faktor skala, dan R adalah matriks rotasi yang
secara umum ditunjukkan pada Gambar 2.24. Dalarn hal ini titik dapat diformulasikan sebagai berikut lKrakiwskg & Wells, l97ll:
nol kedua sistem dapat berbeda, seperti halnyajuga orientasi dari
sumbu-sumbu koordinatnya. Karena dalam sistem Ellipsoid, koor-
[r o ol [co.o
0 -sin0
dinat suatu titik dipengaruhi oleh ukurari dan bentuk dari ellip- R,(0)=10 cos0 sin0 10
soid, maka perbedaan skala antara kedua sistem mungkin saja l,R,(0)=l 0

tedadi. [o -sin o "o"o ] [.ino 0 cos0

0 0l
Za
4z I "o.0 [
R.(0)=l-sin0 cos0ol
sin (2.16)

- ----(_ 0 rl
L0
I

,-

Per1ir dicatat bahwa untuk sudut-sudut rotasi (t*, er, t,) yang
kecil, maka persamaan (2.15) dapat dituliskan dalam bentuk akhir-
nya sebagai berikut:
YT

YE
':
til [i]."[,: i] til (2.17l.

Perlu ditekankan di sini bahwa hubungan antara CTS dan sis-


tem Ellipsoid pada dasarnya mendefinisikan suatu datum geode-
Gambar 2.24 Ilubungan antara sistem CTS dan sistem Ellipsoid.
40 Geodcsi SuteLtt .\tslr'rrr Krtrrrrlurrrl .il
tik. Datum geodetik adalah sejumlah parameter yang digunakan . tiga parameter rotasi, yang dalam hal ini diwakili oleh koorclinal
untuk mendefinisikan bentuk dan ukuran ellipsoid referensiyang geodetik di titik datum (9o,l.o) dan asimut geodetik dari titik datum
digunakan untuk pendefinisian koordinat geodetik, serta keduduk- ke suatu titik awal oo.
an dan orientasinga dalam ruang terhadap tubuh Bumi yang da- Perlu dicatat dalam ha1 ini bahwa cukup umum dalam pendefi-
lam hal ini direpresentasikan oleh sistem CTS. nisian datum secara toposentrik, ellipsoid referensi yang diguna-
Dari Gambar 2.24 terlihat bahwa akan ada 8 parameter dari kan diimpitkan dan dibuat sejajar dengan geoid di titik datum, yaitu
suatu datum geodetik, yaitu : dengan mengadopsi hubungan berikut:
. dua parameteryang mendefinisikan bentuk dan ukuran ellipsoid
referensi, yaitu a dan f, No= (o= tto: O (2.18)
. tiga parameter translasi, yaitu (X",Y o,Zol yang mendefinisikan
koordinat titik pusat ellipsoid terhadap pusat Bumi, dan
. tiga parameter rotasi, yaitu (e*,e",e,) mendefinisikan arah-arah 2.6 SISTEM KOORDINAT REFERENSI ICRS DAN ITRS
sumbu X, Y, dan Z ellipsoid dalam ruang terhadap sumbu-sumbu ICRS (.International Celestial Reference Sgstem) dan ITRS (Inter-
Bumi yang diwakili oleh sumbu-sumbu X,Y dar, Z dari sistem national Terrestial Reference System) adalah sistem-sistem refe-
CTS. rensi koordinat yang pada prinsipnya analog dengan CIS dan CTS,
Disamping pendefinisian terhadap suatu sistem yang geosen- yaitu ICRS adalah sistem terikat langit dan ITRS adalah sistem
trik, datum geodetik juga dapat dinyatakan terhadap suatu sistem terikat Bumi.
yang sifatnya toposentrilc, seperti yang diilustrasikan pada Gam-
bar 2.25.
ZE 2.6.L Sistem Koordinat Referensi ICRS
(o,no)
Sejak 1 Januari 1998, IAU (International Astronomical Union)
menetapkan ICRS sebagai sistem referensi selestial yang standar,
No sebagai pengganti sistem referensi FK5. Karakteristik dari sistem
referensi ICRS adalah UERS, 2000]:
. Titik Nol sistem koordinat adalah pusat massa (barycenter)
dari sistem Matahari dalam kerangka relativitas.
YE . Sumbu-X mengarah ke titik semi (uernal eqtinoxl dari IERS.
Dalam hal ini nilai nol dari asensiorekta ditetapkan dari nilai
asensiorekta kuasar 3C 2738.
. Sumbu-Zrnengarah ke CEP dari IERS yang didefinisikan oleh
model konvensi dari IAU.
P= Titik . Sumbu-Y tegak lurus sumbu-sumbu X dan Z, dan membentuk
Datum sistem koordinat tangan- kan an (ig ht-hande d sg stem) ; dimana
sumbu-sumbu X dan Y terletak pada bidang ekuator menengah
(mean eqtatofl Bumi pada epok J2OOO.O.
Gambar 2.25 Contoh parameter datum geodetik
(pendekatan toposentrik) Lokasi kutub CEP dari sistem ICRS relatif terhadap kutub FK 5
dan J20O0.O ditunjukkan pada Gambar 2.26. Sedangkan lokasi
Pada pendefinisian datum dengan pendekatan toposentrik ini, 8 titik nol asensiorekta dari ketiga sistem ditunjukkan pada Gambar
parameter datum geodetik adalah: 2.27 . Dalam hal ini kutub ICRS mempunyai tingkat presisi sekitar,
. dua parameteryang mendefinisikan bentuk dan ukuran ellipsoid O, 1 mas, dan titik seminya sekitar 10 mas.
referensi, yaitu a dan f, Sistem ICRS direalisasikan dengan suatu set kuasar yang
. tiga parameter translasi, yang dalam hal ini diwakili oleh dua koordinatnya ditentukan dengan metode VBBI. Kerangka
parameter defleksi vertikal ((o,qo) dan undulasi geoid (No) di titik koordirratnya dinamakan ICRF (International Celestial Reference
datum, dan Framel dan terdiri dari 608 kuasar yang tersebar secara merata di
.Sl.slr:rr Krlorrlurrrt ,l .l
42 Geodesi Satelit

langit, dan diturunkan dari sekitar 1,6 juta pengamatan dari jaring- . kelc,s lainnga (other sources) yang terdiri dari 102 kuasar -yitttg
an observatori di seluruh dunia dalam periode 1979-1995. Koordi- diidentilikasikan mempunyai variasi posisi yang relatif besar, baik
nat dari quasar ini diberikan dalam sistem ekuatorial asensiorekta sistematik maupun random. Kuasar ini dimasukkan dalam
yaitu dengan komponen koordinat asensiorekta dan deklinasi. kerangka ICRF untuk merapatkan jaringan atau mereka
berkontribusi dalam pengikatan ke kerangka optis.
Sebaran dari 608 kuasar yang membangun ICRF diiilustrasikan
utu
pada Gambar 2.28. Dari Gambar ini terlihat bahwa distribusi dan
kepadatan kuasar cukup merata untuk semua belahan langit.
-20
mas
8h
ICRS
FK5 r
20 mas

-"--E---
.o.i

oh
Gambar 2.26 Posisi relatif dari kutub sistem ICRS UER$ 20001
Gambar 2.28 Kerang_l;?::J.T.1terdiri atas 608 kuasar

Elanator 2.6.2 Sistem Koordinat Referensi ITRS


or.rs FKs J2000.o ITRS pada prinsipnya adalah sistem CTS yang didefinisikan,
l--.H direalisasikan dan dipantau oleh IERS (International Earth oienta-
[00 mas tion systeml. secara umum karakteristik dari sistem koordinat ITRS
adalah sebagai berikut (IER$ 2000):
ICRS Asensiorekta . Sistem geosentrik, dimana pusat massanya didefinisikan untuk
seluruh Bumi, termasuk lautan dan atmosfer.
Gambar 2.27 Posisi relatif dari titik nol asensiorekta sistem ICRS IIERS, 2000] . Unit panjang yang digunakan adalah meter.
. Sumbu-Zmengarah ke kutub CTPyang dinamakan IRP (IERS
Kuasar yang membangun kerangka referensi ICRF mempunyai Reference Polel.
kualitas koordinat yang variatif, karena adanya perbedaan dalam . Sumbu-X berada dalam bidang meridian Greenwich yang
sejarah dan strategi pengamatannya, maka kuasar dari ICRF dika- dinamakan IRM (/ERS Reference Meridianl dan terletak pada
tegorikan dalam 3 kelas yaitu [/ERS, 2000]: bidang ekuator Bumi.
. kelqs penentu yang terdiri dari 212 kuasar berkualitas tinggi . Sumbu-Y tegak lurus dengan sumbu-sumbu X dan Z dan
yang digunakan untuk mendefinisikan sumbu-sumbu ICRF. membentuk sistem koordinat tangan kanan.
Tingkat presisi (median) dari posisi kuasar dalam kelas ini adalah . Evolusi waktu dari orientasi sistem koordinat dipastikan
sekitar 0,4 mas. dengan menerapkan kondisi no-net'rotatlon dalam konteks
. kelas kandidat (candidate) yang terdiri'dai 294 kuasar, dimana pergerakan tektonik (horisontal) untuk seluruh permukaan
sebagiannya mempunyai jumlah atau durasi pengamatan yang Bumi.
kurang memadai, dan sebagiannya mempunyai tingkat presisi
yang relatif lebih rendah. Kuasar pada kelas ini mungkin naik ke Dibandingkan dengan orientasi yang didefinisikan oleh BIH pada
1984.0, perlu dicatat beberapa hal sebagai berikut [IERS,2OOO] :
kelas penentu di kemudian hari.
Cieod.esi. Satelit Stsl('il| Koordln(tl

Kutub IRP IERS Reference Pole) dan meridian nol IRM //ERS Akhirnya perlu ditekankan bahwa koordinat titik dalam suitltt
Reference Meridian) mempunyai tingkat konsistensi dengan kerangka IT{F tertentu juga dapat dihubungkan dengan koordinat
arah-arah BIH pada level sekitar 0,005'. dalam kerangka ITRF lainnya atau kerangka koordinat lainnya se-
Kutub CTP dari BIH didekatkan ke CIO pada tahun 1967, dan perti wGST 2- dan wGS 84. Seandainya hubungan transformasi an -
sejak itu dijaga tingkat kestabilannya secara independen iara kedua kerangka koordinat (xt,Y rzt\ dan (\,Y,Zr) diformula-
sampai 1987. sikan sebagai:
. Tingkat presisi ikatan antara IRP dan CIO adalah sekitar 0,03"
-t3 + e,l [x,
Sistem ITRS direali sasikan den gan ko or dinat dan ke cep atan dari f.4
sejumlah titik yang tersebar di seluruh permukaan Bumi, dengan +S -e, I I Y,
Bada n
menggunakan metode-metode pengamatan VLBL, LLR, GPS, SLR, ly,);;.].[:i; *tr ."]Lr, Pt,rprn5i
dan DORIS. Kerangka realisasinya dinamakan IIRF (International
Terrestial Reference Framel. Kerangka ini juga terikat dengan ke-
maka parameter-parameter transformasi antara beberapa kerangka
rangka ICRF melalui pengamatan VLBL
IIRF mempunyai nilai seperti yang diberikan pada Tabel 2'3'
Pada saat ini kerangka ITRF terdiri dari sekitar 3OO titik di per-
mukaan Bumi, yang mempunyai koordinat dengan ketelitian sbki- Tabel 2.3. Pararneter transformasi antara kerangka referensi ITRF
tar 1-3 cm serta kecepatan dengan ketelitian sekitar 2-8 mrr,lta- dan beberapa kerangka lainnya, dari lMontenbruck & Gill,2000].
hun. Titik-titik ITRF ini terdapat pada semua lempeng tektonik uta-
ma serta hampir semua lempeng-lempeng yang kecil. Lokasi dan Dari Ke xo Yo zo S tr Ez ta
distribusi dari titik-titik ITRF ini ditunjukkan pada Gambar 2.29, (cm) (cm) (cm) (10') (0,001') (o,o01") (0,001
berikut batas dari lempeng-lempeng tektonik yang utama. ITRF9O WGS72 + 6,0 -51,7 -472,3 - 231 + i8,3 - 0,3 + 547
ITRF9O WGS84 + 6,0 -5L,7 - 22,3 - 11 + 18,3 - 0,3 - 7,O

ITRFgO ITRF88 + 0,0 -t,2 - 6,2 +6 + 0,1 o,0 o,o


ITRFg4 ITRF88 + 1,8 + 0,0 _oo + 7,4 + 0, 1 0,0 0,o
ITRF94 ITRF9O + 1,8 + 1,2 - 3,0 + O,9 + 0,0 o,o o,o
ITRFg4 ITRF92 + O,8 + o,2 - 0,8 - 0,8 + 0,0 o,o 0,0
ITRFg4 wGS84* _o +2 -1 + o,2 + 1,9 - 2,5 + 2,s

ITRF94 wcs84" +1 -1 -c + O,3 + 0,6 + 1,2 + O,7


WGS84. = WGS84 (G730), WGS84" = WGS84 (G873)

2.7 WORLD GEODETTC SYSTEM 1984 IWGS 84)


WGS 84 pada prinsipnya adalah sistem koordinat CTS yang di-
definisikan, direalisasikan dan dipantau oleh.NIMA (National Imag-
Gamtrar 2.29 Distribusi titik-titik ITRF (1ERS,20001 ery and Mapping)Amerika Serikat' WGS 84 adalah sistem yang
i.ri digunakan oleh sistem satelit navigasi GPS (Global Posr-
""-.t
tioning sgstem). secara umum karakteristik dari wGS 84 adalah
Pada saat ini, jaring kerangka ITRF dipublikasikan setiap ta-
hunnya oleh IERS, dan umumnya diberi nar[a ITRF-yy, dimana yy
ClS, dengan beberapa karakteristik spesifik lainnya seba-
"ep"ril
gai berikut' (NIMA, 2000):
menunjukkan tahun terakhir dari data yang digunakan untuk . Sistem geosenEik, dimana pusatmassanya didefinisikan untuk
menentukan kerangka tersebut. Sdbagai contoh, ITRF94 adalah
kerangka koordinat dan kecepatan yang dihitung pada tahun 1995 selurtrh Bumi, termasuk lautan dan atmosfer'
dengan menggunakan semua data IERS sampai akhir 1994.
. skalanya adalah kerangka loka1'Bumi, dalam konteks teori
relativitas gravitasi.
46 Geodesi Satelit
Stslt:tttKtxtnlrrrrtl,l'/
. Orientasi sumbu-sumbu X, y, dan Z nyaadalah
seperti yang l<irnuntuk menentukan posisi dari 12 stasiun penjejak GPS milik
ditunjukkan pada Gambar 2.30.
I)oD. Keduabelas stasiun ini selanjutnya digunakan untuk menjejak
' Evolusi waktu dari orientasi sistem koordinat tidak satelit GPS dalam rangka menentukan parameter orbit (brodcast
menyebabkan adanya residual dari rotasi global t"rrr"i"p kerak ephemeis\ dari satelit GPS.
E Uml.
secara skematis, sistem koordinat wGS g4 ini ditunjukkan Dalam rangka menyelaraskan sistem koordinat WGS 84 dengan
Gambar 2.30. Arah-_ke kutub IRp pada prinsipnya pada sistem ITRF yang lebih teliti serta banyak digunakan untuk aplika-
sama dengan si-aplikasi geodetik pada saat ini, DoD telah menentukan kembali
arah ke crp dari BIH (epok 1gg4.o), dengin tingk"t
tar O,OO5"; dan IRM berimpit dengan
k"t"riti.n seki- koordinat dari L2 stasiun penjejak tersebut pada epok 1994.0. Pe-
-".idi.., ,rJt gtH 1.pof. f SS+.Oy nentuan kembali koordinat ini dilakukan dengan menggunakan data
dengan tingkat ketelitian sekitar 0,005,,.
GPS yang diamati di sepuluh stasiun tersebut serta di beberapa
stasiun penjejak IGS (/nfernation GPS Seruice for Geodgnamics), yang
IRP dalam perhitungan ini koordinatnya dalam sistem ITRF 91 dianggap
Pusat massa bumi tetap. Kerangka koordinat WGS 84 yang telah ditingkatkan
kualitasnya ini telah dinamakan sebagai WGS 84 (G730). Huruf G
menyatakan bahwa sistem ini diturunkan menggunakan data GPS
dan angka 730 menunjukkan nomor minggu GPS (hari pertama-
nya adalah 2 Januari 1994). Menurut Sutift (19941 dan Malgs and
Slater (19941, tingkat kedekatan antara ITRF (91 & 92) dengan WGS
84 (G730) ini adalah sekitar 1O cm.
Y wcs sc
Pada tahun 7996, koordinat dari titik-titik kerangka WGS 84
(G730) ini ditingkatkan lagi, dan kerangka referensi yang baru di-
Xwcs s+ namakan WGS 84 (G873). Menurut NIMA (2OOO), tingkat ketelitian
dari setiap komponen koordinat dari WGS 84(G873) adalah sekitar
5 cm. Akhirnya, kalau diringkaskan maka proses realisasi kerangka
IRP = IERSRe.ference pole, IRM = /ERS Reference WGS 84 adalah seperti pada Tabel 2.4.
Meidian
Gambar 2.30 Sistem l(oordinat WGS g4, d,ari Tabel 2.4 Realisasi kerangka WGS 84
INIMA,2OOOI
Kerangka Periode berlaku
Kerangka referensi wGS 84 direarisasikan pertama
1987 dengan sekumpulai
kalinya pada WGS 84 1 Jan 1987 - I Jan 1994
yang koordinatnya diamaii dengan
llik
sistem satelit navigasi rRANSITiDoipler). pada waktu itu kerangka wGS 84 (G730) 2 Jan 1994 - 28 Sept 1996
direalisasikan dengan memodifiku"i k..rr.gka wGS 84 (G873) seiak 29 Sept 1996
referensi yang digu-
nakan oleh sistem satelit Doppler (NSWC 9Z_2), yaitu'p^.._"t".
pusat (titik nol) sistem koordinat dan stcatrry", Pada sistem koordinat WGS 1984, yang merupakan sistem ko-
merotasikannya sehingga serta ordinat kartesian tangan kanan, ellipsoid referensi yang diguna-
meridian referensinya b;;i"rptt dengan kan adalah ellipsoid geosentrik WGS 84 yang didefinisikan oleh
meridian- nol yang didefinisikan oleh BIH (Bureau
International d.e empat parameter utama yang diberikan pada Tabel 2.5.
l'Heure) | DMA, 1991]. Daram hal ini n,ai parameter
dari datum NSWC 9_Z-2 ke WGS g4, adalah translasitransformasi Tabel 2.5 Empat parameter Litama ellipsoid WGS 84 INIMA,2000]
sumbu Z sebesar LZ = 4,5 m, rotasi dalam bujur dalam arah
Ai = O,Sl+,,, dan Parameter Notasi Nilai
perubahan faktor skala AS = _0,6 x 1O-6.
Sumbu oanrans a b5/6r3/.U m
Sejak Januari lg87,
leknse
serikat muiai menggunat<an
Mapping Agencg (DMA) Amerika Penggepengan rlf 298,257223563
wcs g+dala*m i""giit""e t.ti, ,"ti,i Kecepatan sudut Bumr 0) 72921 15,0 , 10-rr rad s-l
Qtrecise ephemeis) untuk satelit TRANSIT (DoppLr). o.iit
selanjutnya bersama-sama dengan pengamatan t.titi i.ri Konstanta Gravitasi Bumi GM 3986004,41$ x lQa ,n:*-z
Doppler diguna_ (termasuk massa atmosfer)
4lt (iruorJa5l 5o1t711 Stslcnt Koortltrrttl ,l
'
)

Karena penentuan posisi dengan GPS diberikan dalam datum maka nilai dari parameter-parameter trasformasinya adalah sebir
WGS 84, dan secara praktis kadang kala pengguna perlu menyata- gai berikut:
kan koordinatnya dalam datum lainnya, maka parameter transfor-
masi antara datum WGS 84 dan clatum-datumlokal umumnya akan xo = - 1,977 t 1,300 m
sangat bermanfaat. Hubungan antara datum WGS 84 dengan be- YU = -13,060 * 1,139 m
berapa datum yang pernah digunakan di Inclonesia ditunjukkan zo = -9,993 + 3,584 m
pada Tabel 2.6 berikut. ds = -1,037 0,177 ppm
+
Tabel 2.6 Parameter Transformasi dari Datum Lokal ke WGS 84 o = - 0,364" + 0,109"
IDMA, 19etl. G
v
= -0,254" \ 0,060"
= -0,689" t o,042"
Datum Ellipsoid Referensi dan
Lokal Parameter Perbedaan
Nama (ml Afx loa Akhirnya perlu dicatat bahwa secara nasional penggunaan da-
^c tum ID 74 telah resmi digantikan dengan datum yang baru, yaitu
Batavia/G.Genuk Bessel 1841 7 39,845 0, 1 0037483
(Sumatra)
Datum Geodesi Nasianal 1995 IDGN 9.5]. Karena DGN 95 adalah
datum geosentrik serta menggunakan ellipsoid referensi yang sama
Bukit Rimpah Bessel 1841 739,845 o, 1 0037483 seperti yang digunakan oleh WGS 84, maka masalah transformasi
(Bangka, Belitung) koordinat antara DGN 95 dan WGS 84 relatif tidak ada.
Gunung Segara Bessel 184l 739,845 0, I 0037483
(Kalimantan)
Datum Indonesia LiKS t 9b / aa - 0,001I4930
t974 (rD 741
Datum Parameter Transformasi
Lokal Ax (m) A)r (ml LZ lrnl
Batavia/G.Genuk - J/ / _L.) 681+3 -50+3
(Sumatra)
Bukit Rimpah 384 664 -48
(Bangka, Belitung)
Liunung segara . Z+UJ 684 4t
(Kalimantan)
Datum Indonesia -24+25 l5+25 5+25
1974 (rD 74)

Berkaitan dengan parameler transformasi dari datum IDT4 ke


WGS 84, lsubarya & Matind.c-s, Lgg6) memberikan parameter yang
lebih detail dan teliti, yang ditentukan dengan mertggunakan 38
buah titik sekutu. Dalam hal ini, seandainya rumusliansformasi
berikut digunakan:

J.(.;)[-: i lt]l
lll ,. lr,,l =[]: ,:
L, 1.,, L, -i, , )lr)," ,
(2.2o1
Bab 3
SISTEM WAKTU

Dalam Geodesi Satelit, sistem waktu berperan dalam pende-


finisian sistem referensi koordinat, baik itu sistem CIS, CTS, Ellip-
soid, ICRS, maupun ITRS, seperti yang sudah terindikasi pada pem-
bahasan di bab sebelumnya. Sistem waktu diperlukan untuk tneng-
hubungkan'ukuran waktu yang biasa kita gunakan (tahun, bu-
lan, hari, jam, menit, detik) dengan fenomena fisik maupun geo-
metrik yang diukur/diamati. Disamping itu sistem waktu juga di-
perlukan dalam penentuan jarak ke satelit, penentuan orbit sate-
lit, serta studi rotasi bumi dan parameter-parameter orientasi Bumi
lainnya (lihat Gambar 3.1).

Ciambar 3.1 Peran sistem r,r'aktu dalam Geodesi Satelit.

Pada dasarnya ada 3 sistem waktu yang umum digunakan da-


lam Geodesi Satelit, yaitu [Moritz and Mueller, 1987]:
!. Waktu bintang (sidereal time) dan utaktu mataharl
(uniuersal/ solar timel yang berdasarkan rotasi harian Bumi.

51
5'2 Geodesi Sateur S}.slem Wr.rAltr lr.l

2. Wakdt dlnamik,yang berdasarkan pada pergerakan benda- Sudut waktu dari titik semi sejati (yang masih dipengaruhi oleh
benda langit (celestial bodies) dalam sistem matahari. presesi dan nutasi) dinarnakan waktu bintang sejati (Apparent
3- waktu atom, yang berdasarkan pada osilasi elektromagnetik Sideral ftme, AST). Bila referensinya meridian Greenwich maka dina-
yang dikontrol atau dihasilkan oleh transisi kuantum dari makan GAST (Greenwich Apparent Sideral Timel, dan bila
suatu atom. referensinya meridian lokal dinamakan LAST (Local Apparent Siileral
secara lebih spesifik, klasifikasi dari beberapa sistem waktu di Time). Sudut waktu dari titik semi menengah (masih dipengaruhi
atas diberikan pada Tabel 3.1 berikut. oleh presesi) dinamakan waktu bintang menengah (Mean Sideral
?ime, MST). Bila referensinya meridian Greenwich maka dinama-
Tabel 3.1 Klasifikasi Sistem Waktu (S.W.); kan GMST (Greenuich Mean Sideral Timel, dan bila referensinya
dari [US/VO,2OOO; Montenbruck & Gitt,2000] meridian lokal dinamakan LMST (Local Mean Sideral Timel. Perbe-
daan antara waktu bintang sejati dan waktu bintang menengah
Proses Jenis Kategori dinamakan Eqtation of Eqtinoxes (EE). Secara geometris, waktu-
Periodik waktu bintang tersebut diilustrasikan pada Gambar 3.3 berikut.
Rotasi Bumi - Universal Time (UT) - S.W. Matahari
- Greenwich Sidereal Time (GST) - S.W. Bintane
Revolusi Bumi Ephemeris Time (ET) - S.W. Dinamik
Terrestrial Dynamic Time (TDT) - S.W. Dinamik
Barycentric Dynamic Time (TDB) - S.W. Dinamik
Geocentric Coordinate Time (TCG) - S.W. Dinamik
Barycentric Coordinate Time (TCB) - S.W. Dinamik GAST GDIST
Osilasi Atom International Atomic Time (IAT) S.W. Atom
UT Coordinated (UTC) S.W. Atom Meridian Meridian
GPS Time S.W. Atom
Akhirnya perlu juga dicatat bahwa umumnya ada dua aspek
dari waktu, yaitu epok (kala) dan interval. Epok mendefinisikan Titik semi
sejati
secara presisi waktu kejadian suatu fenomena atau pengamatan,
dan interval adalah selang waktu antara dua epok. (Mean-Apparent) Sidereal Times = Equation of Equinoxes (EE)

3.1 SISTEM WAKTU BINTANG Gambar 3.3 Beberapa jenis waktu bintang

_ waktu bintang (sidereal time) adarah sistem waktu yang unit Dari Gambar 3.3 di atas, dua hubungan berikut dapat ditulis-
durasinya adalah periode rotasi Bumi terhadap suatu iitit y"rrg
(hampir) tetap terhadap bintang. Secara kuaniitatif, epok waktu kan, yaitu:
bintang adalah sudut-waktu (hour angle) dari titik semi (iernat equi-
nox/, seperti yang pada Gambar 3.2 berikut. GMST - LMST = GAST - LAST = 1" (3.1)
GMST - GAST = LMST - LAST = Av . cos(EE) (3.21

dimana l" adalah bujur dari meridian lokal dan Ary adalah nutasi
dalam komponen bujur.
Akhirnya perlu dicatat bahwa satu hari bintang adalah interval
waktu antara dua kulminasi atas yang berurutan dari titik semi
menengah di meridian tertentu. Jam nol (00:00) suatu hari bin-
Titik semi
tang adalah pada saat titik semi (mehengah) berkulminasi atas.
Gambar 3.2 Waktu Bintang Karena-titik semi menengah masih dipengaruhi oleh presesi, maka
.!ir:;lllrrWrrAlrr lrlr
54 Geodesi Satelit

satu hari bintang akan lebih pendek sekitar 0,0084 s dari periode Ililir rr:lerensinya meridian Greenwich maka dinamakan GM'l'
bumi yang sebenarnya. Perlu dicatat bahwa waktu bintang sejati juga Uniuersal Time (UTl.
(L)reentuicLL Meqn Solar Time\ yang disebut
tidak digunakan sebagai ukuran interval waktu karena kecepa- lJila referensinya meridian lokal dinamakan LMT (Local Mean Solar
tannya yang tidak uniform, yang disebabkan oleh bervariasinya Timel. Dalam kasus matahari sejati, bila referensinya meridian
kecepatan rotasi bumi dan juga arah dan orientasi dari sumbu ro- Greenwich maka waktu mataharinya dinamakan GAT (Greenwich
tasi bumi itu sendiri. Apparent Solar Time). Bila referensinya meridian lokal dinamakan
LAT (Local Apparent Solar Time). Secara geometris, waktu-waktu
3.2 SISTEM WAKTU MATAHARI matahari tersebut diilustrasikan pada Gambar 3.5 berikut.
Waktu matahari (solar or uniuersaltime) berkaitan dengan rotasi
bumi dan juga revolusi bumi sekeliling matahari. Secara kuantitatif,
epok waktu matahari adalah sudut waktu (hour angle) dari mata-
hari, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.4 berikut.

Matahari Lokat

Gambar 3.5 Beberapa jenis waktu matahari

3.2.1 Universal Time (UT)


Gambar 3.4 Waktu Matahari. Uniuersal Time (U"l) adalah waktu matahari menengah yang be-
referensi ke meridian Greenwich (Greenuich Mean Solar Time, GMT).
Karena pergerakan matahari sejati (apparent sun) sepanjang UT akan dipengaruhi oleh adanya ketidak-teraturan pada rotasi
ekliptika tidak uniform, maka matahari sejati kurang ideal untuk bumi seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Variasi
pendefinisian sistem waktu. Yang sebaiknya digunakan adalah ini dapat berupa variasi musim dan variasi-variasi periodik lainnya
matahari khayal (fictious sun) atau matahari menengah {mean (variasi harian), perlambatan ataupun percepatan yang berjangka
sun) yang dikarakterisasi dengan pergerakannya yang uniform se- waktu lama (sekular), serta fluktuasi-fluktuasi yang tidak teratur
panjang ekliptika. sifatnya. Karena adanya variasi-variasi ini, maka UT dikategorikan
atas beberapa jenis yaitu UTO, UT1, dan UT2, dimana:
Dalam sistem waktu matahari, jam nol (00:00) suatu hari mata-
hari adalah pada saat matahari menengah berkulminasi bawah. . UTO = UT dari hasil pengamatan,
Satu hari matahari didefinisikan sebagai interval waktu antara dua . UTl : UTO + koreksi gerakan kutub, dan
kulminasi bawah yang berurutan dari matahari menengah di me- . UT2 = UT1 + koreksi variasi musim.
ridian tertentu. Oleh sebab itu, sistem waktu matahari menengah Dari hubungan di atas nampak bahwa UT2 masih dipengaruhi
(mean solartime, MT) dapat dirumuskan sebagai: oleh variasi sekular dan fluktuasi yang tidak teratur. Sedangkan
untuk UT1, variasi musim juga masih terkandung. Contoh variasi
MT = Sudut waktu matahari menengah + 12 jam (3.3) dari nilai UT1 selama sekitar dua abad ditunjukkan pada Gambar
3.6 berikut" Dari Gambar ini terlihat bahwa dalam variasi UT1 ini,
lr(l (,'rrrrlr,srSrtlr,/tl St:;ltttt Wtthltt it /

komponen variasi sekular nampak cukup dominan dalam bebera- ttrlu dicatat bahwa UTl adalah representasi dari rotasi burni
pa abad ini. Grafik ini secara tak langsungjuga menunjukkan bahwa yal1g sebenarnya dan punya peran penting karena beberapa hal
kecepatan Bumi cenderung melambat, atau panjang hari (LOD) yaitu:
bertambah dengan waktu. Sedangkan Gambar 3.7 menunjukkan . UT1 adalah skala waktu fundamental dalam astronomi geodesi
contoh variasi periodik nilai UT1 yang relatif cepat, dengan periode dan geodesi satelit.
hanya beberapa hari. . UT1 mendefinisikan orientasi sebenarnya dari CTS dalam
ruang.
BO . UTl adalah sistem waktu dasar untuk navigasi.
60 Dalam proses penentuan nilai UT1 dan UT2, pada saat ini ada
variasi sekular sekitar So-an stasiun pengamat di dunia yang menentukan LMST
(Local Mean Sidereal Time) nya. LMST ini kemudian ditransforma-
40
variasi periodik sikan ke UTO, melalui LMT (Local Mean Solar Time) dengan hu-
n dan variasi fluktuatif bungan berikut:
=oi
O
/ LMT=(LMST-cr-) + 12h, (s.4)
Eo UTO:LMT*}", (3.5)

dimana cr., adalah


adalah asensiorekta dari matahari menengah dan L
-20
bujur dari stasiun pengamat; seperti yang diilustrasikan pada
-40
Gambar 3.8 berikut.
Tahun
-60
1600 1700 1800 1900 2000
Gambar 3.6 Conton varlasr U'l I se.1ak l600-an lLangleg, 19991

Variasi cepat dari UT1 (dari VLBI)


60

40

J4 20
P
o
o
tr
l4
-20

-40
Gambar 3.8 Penentuan UTO dari LMST
-60
t2 L4 t6 18 20 22 24 26
Setiap stasiun pengamat kemudian mengirimkan UTO-nya ke
Januari 1994 BIH di Paris. BIH kemudian mengaplikasikan koreksi-koreksi ge-
rakan kutub dan variasi musim ke seluruh UTO. Proses smoothing
Gambar 3.7 Contoh vanasi periodik UTI INASA, 2O0Ol kemudian diterapkan untuk menentukan harga tunggal UT1 dan
UT2 yang bersifat internasional. Dalam penentuan UT1 dan UT2
( irtrlr'st Srtlt'lrl ,'jr:;1r'rrMtAltt lr()

perlu dicatat bahwa koreksi gerakan kutub berbeda untuk setiap .lDTnrengacukepusatmassaBumi(geocenter\,TDBadalahsistettr
stasiun pengamat; sedangkan koreksi musim sama untuk setiap waktu inJrsia (berdasarkan Hukum Newton) dan umum diguna-
stasiun. Pada saat ini ketelitian tipikal dari hasil estimasi UT1 ada- kan dalam pendefinisian ephemeris dari sistem matahari serta na-
lah sekitar 0,02 ms. vigasiwahanaangkasa.TDTadalahsistemwaktukuasi-inersia
3.2.2 Hubungan Sistem Waktu Bintang dan Matahari pJngganti Ephemeris Time; dan umum digunakan dalam
p.ngl.rt.grasian persamaan diferensial dari pergerakan satelit da-
Hubungan antara kedua sistem waktu, bintang dan matahari, lam mengorbit bumi'
adalah didasarkan pada hubungan matematis berikut: Dalam kerangka teori relativitas umum (general relatiuitgl
jalJo
yang bergerak bersama Bumi akan mengalami variasi pe-riodik aki-
MST:MT+cr,tl -l2h (3.6) tat p..gt.akannya dalam medan gravitasi matahari' Dalam ke-
.r..rgiu.Ini wakt* tidak lagi menjadi kuantitas yang absolut' mela-
dimana MST adalah Mean Sidereal Time, MT adalah Mean Solar inkan kuantitas yang berubah dengan lokasi dan kecepatan' De-
Time, dan cr,, adalah asensio rekta dari matahari menengah yang ngan kata lain, setiap jam akan menunjukkan waktu sebenarnya
dapat diformulasikan sebagai [Kaplan, 1981]: nya-r"1r,g-*u'sing bergantung pada lokasi dan kece-
t[rop., time)'dan
iata.r-ryu", kesemrr.t y" terhubungkan melalui transformasi
o* = 18h41*50.54841" + 8640184.812866".7 iuang-waktu empat dimensi lMontenbruck & Gill,20O0l'
+ 0,093104".T2 - 6,2'.10 6.T3 (3.7) Untukmengakomodasiad.anyaefekrelativitasinimakapada
tahun lgg 2, tiV ltnternational A stronomical Union) mendefinisikan
sistem-sistem waktu baru, yailu Terrestriat Time ITT), Geocentnc
dimana T adalah waktu sejak epok standar J2000, 1 Januari, 12h
CoordinateTime(TCG\,d'anBarycenticCoordinateTime(TCB).TT
UT1, dihitung dalam abad Julian dimana satu tahunnya adalah dimaksudkan untuk menggantikan TDT' Secara konseptual' TT
365,25 hari. Dari formulasi di atas dapat diturunkan hubungan adalah skala waktu uniform yang akan diukur oleh suatu
jam yang
antara hari bintang dan hari matahari sebagai berikut:
idealdipermukaangeoid,|Montenbtuck&GiL\,2000].Secaraprak-
t hari bintang menengah = t hari matahari menengah tis, TT iirealisasik.i d..rg., waktu atom internasional (TAl). TT
- 3- 55,909. (3.8) dinyatakan dalam hari, dimana satu harinya sama dengan 86400
aetit< st (satuan Internasional). Sedangkan TCG adalah koordinat
3.3 SISTEM WAKTU DINAMIK waktu relativistik dari kerangka geosentrik 4-dimensi' dan TCB
Sistem waktu dinamik diturunkan berdasarkan pergerakan Bumi,
adalah koordinat waktu relativistik dari kerangka barisentrik 4-
Bulan dan planet-planet dalam sistem matahari. Sistem waktu di- dimensi.
namik ini didefinisikan pertama kali dengan sistem Ephemeis Time Hubungan antara beberapa sistem waktu dinamik tersebut telah
(ET) pada tahun 196O, karena adanya ketidakcermatan dalam skala terdefinisikan secara matematis. waktu-waktu TT, TDT dan ET ter-
waktu UT yang disebabkan oleh adanya ketidakteraturan dan vari- kait dengan waktu atom TAI sebagai berikut'
asi pada rotasi Bumi. trT adalah skala waktu astronomis yang dida- ET: TAI + 32.184" (s.e)
T'l = TDT =
sarkan pada pergerakan Bumi mengelilingi Matahari UV/ST, 2OOOI.
Secara praktis ET ditentukan dengan membandingkan posisi hasil SedangkanwaktuTCGterkaitdenganwaktuTTdenganhubungan:
pengamatan dari Matahari, planet-planet dan Bulan, dengan data
TCG : TT + L..(JD - 2443144,5) . 86400' (3' 10)
tabulasi hasil prediksi berdasarkan teori-teori analitis atau empiris
dari pergerakan benda-benda langit.
Sekitar tahun 1976, dua jenis sistem rvaktu dinamik baru dide- dimana JD adalah tanggal Julian (Julian Date) yang akan diba-
finisikan, yarlw lHoffmqnn-Wellenhof et al., 1997|. TDB (Barycentic has pad.a sub-bab 3.5 berikutnya; dan Lo adalah konstanta yang
Dgnamic Time) dan TDT (Terrestrial Dynamic Time). Sistem waktu ditentukan berdasarkan bilangan geopotensial di permukaan geoid
TDB diturunkan dari pergerakan planet-planet serta bulan yang (Wo) sebagai berikut;
mengacu ke barycenfer (pusat massa) dari sistem matahari dan Lo = Wo/c2 (3.11)
(tO ( icr;r,lc.si Srllr:lrt iir:;ltrrt Wtthltt (rl

dimana c adalah kecepatan cahaya dalam ruang hampa. Dengan: bidium dan Hydrogen Maser, juga dapat digunakan tutlrrli
rnerealisasikan sistem waktu atom.
Wo = 62636856,85 rnrls, (3.12) Waktu Atom Internasional (International Atomic Time, TAll dt-
maka: tetapkan dan dijaga oleh BIPM di Paris. Meskipun secara resmi
diberlakukan sejak Januari 1972, TAI sudah tersedia sejak Juli
Lc = 6,9692903. 10 10
(3.13) 1955 [It[Sf, 2000]. Sampai Nov. 1999 TAI ditentukan berdasarkan
data dari sekitar 50 laboratorium yang mengoperasikan sekitar 200
Waktu TCB terkait dengan waktu TCG melalui hubungan beri- jam (osilator) atom di seluruh dunia. TAI ditentukan dengan meng-
kut lMontenbruck & GiIl,20O0l: ambil nilai rata-rata (dengan pembobotan) dari pembacaan selu-
TCB : TCG + LC.(JD - 2443144,5). 86400'+ p ruh jam yang terlibat.
(3.14)
Pada prinsipnya ada beberapa jenis jam (osilator) atom, seperti
dimana: yang ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut. Contoh suatu jam atom
L.-1.4808268457. 108. Cesium yang digunakan oleh USNO (United Sfafes Naual Obserua-
(3. is) toryl, yaitw model HP5071A, ditunjukkan pada Gambar 3.9 beri-
dan P adalah komponen periodik yang dapat dirumuskan seba_ kut.
gai:
Tabel 3.2 Karakteristik dari beberapa jenis jam (osilator) atom;
P = + 0,0016568..sin(3S99g,3To.T+ 357,50)
dari lLeick. 199fl
+ 0,0000224..sin(32964,S0.T + 24601
+ 0,0000 13B..sin(71 998,70.T + 3350) Tipe Frekuensi Stabilitas Waktu untuk
+ 0,0000048".sin(3034,90.T + 250) Osilator Osilasi (Hz) per hari {dfl{ kehilangan
1 detik (tahun)
+ 0,0000047".sin(34777 ,3o.7 + 2300) (3.16) Kristal Quartz 5 000 000 (tipikal) 0.E-09 30
Rubidium 6 834 682 673 o.E-t2 30 ribu
dan Cesium 9 192 631 770 0.E- 13 300 ribu
T= (JD _2451545,01136525 (3 17) Hydrogen Maser I 420 405 75I 0.E- 15 30 juta
Sedangkan waktu TCB dan TDB terkait satu sama lainnya me-
lalui hubungan matematis berikut:
TCB = TDB + Lu.(JD - 2443144,5) . 86400' (3.18)
dimana konstanta L" mempunyai nilai:
L, : L" * Lo = 1,5505197487. lo8 (s.1e)

3.4 SISTEM WAKTU ATOM


waktu Atom (Atomic Tirne, AT) didasarkan pada osilasi elektro-
magnetik yang dihasilkan oleh transisi kuantum suatu atom. unit
waktu secara internasional pada sistem waktu atom adalah detik
yang didefinisikan sebagai berikut : "The second- is the cluration of
9192631770 periods of the radiation correspond.ing to the trqnsition
between the tuo hgperftne leuels of the ground. state of tlrc cesiurn-
133 atomIICWM, 19671,. Atom lainnya selain Cesium, seperti Ru- Gambar 3.9 Contoh suatu jam (osilator) atom [UCD, 2000]
62 (ir:r.rr.lesrSnlelrl Sisltrrt Wtthltt (r.l

3.4. 1 UTC ( Uniuersal Time Coordinatedl Tabel 3.3. Leap Second seiak 1972 lMontenbruck & Gill,2000l
UTC adalah skala waktu terkoordinasi yang dijaga oleh the Bu- Sejak UTC.TAI Sejak UTC.TAI
reau International des Poids et Mesures (BIPM), dan diadopsi sejak I Jan. 1972 10 detik I Juli 1983 22 detrk
tahun 1972. UTC didasarkan pada bacaan rata-rata dari sekitar 70 I Ju.b 1972 11 detik I Juli i9B5 23 detik
jam atom Cesium dan beberapa Hidrogen Maser dari seluruh du-
1 Jan. 1973 12 detik 1 Jan. 1988 24 detik
nia. Pada skala waktu ini detik yang digunakan adalah detik SI,
yaitu detik atom yang didefinisikan oleh frekuensi resonansi dari I Jan. 1974 13 detik 1 Jan. 1990 25 detik
atom Cesium. 1 Jan. 1975 14 detik 1 Jan. 1991 26 detik
UTC punya peran yang strategis karena ia adalah basis yang I Jan. 1976 15 detik 1 Juli 1992 27 detik
digunakan untuk desiminasi tanda waktu dan frekuensi standar 1 Jan. 7977 i 6 detik 1 Juli 1993 28 detik
saat ini di dunia. Jam UTC punya kecepatan yang sama dengan 1 Jan. 1978 17 detik 1 Juli 1994 29 detik
jam atom TAI, tetapi berbeda senilai bilangan integer detlk (leap L Jan. 1979 18 detik I Jan. 1996 30 detik
seconds). Dalam hal ini 'penunjukan'waktu UTC dibuat selalu de- 1 Jan. 1980 19 detik I Juli 1997 31 detik
kat dengan penunjukan waktu astronomis UT1, yaitu dalam batas l Juli 1981 20 detik I Jan. 1999 32 detik
interval 0,9s. Seandainya perbedaan keduanya melebihi 0.9s, maka
leap second akan ditambahkan atau dikurangkan ke UTC, bergan- 1 Juli 1982 21 detik
tung pada kecepatan rotasi Bumi (sampai saat ini semua leap sec-
ond adalah bilangan positif). Sejak tahun 1972, perbedaan antara
International Atomic Time (TAI) dan UTC adalah bilangan integer 3.4.2 Hubungan Sistem Waktu Atom dengan Sistem Waktu
dari detik, dimana sejak Januari 1999 nilainya adalah 32, seperti Lainnya
ditunjukkan pada Gambar 3.10. Sebelum tahun 1972, UTC diubah Pada prinsipnya sistem waktu atom secara kuantitatif terhubung
dalam step-step yang lebih kecil, dan juga kecepatannya diubah- dengan sistem-sistem waktu lainnya. Sebagai contoh, dengan Waktu
ubah. Perlu dicatat di sini bahwa penambahan leap second tidak Dinamik, Waktu Atom terikat melalui hubungan:
dilakukan dalam periode yang teratur, seperti yang ditunjukkan (3.20)
pada Tabel 3.3. TAI = TDT - 32,184" (offset konstan)
dimana TDT adalah Terrestial Time Dgnamic.
35 Dengan Waktu Bintang ataupun Waktu Matahari, Waktu Atom
berhubungan melalui UTl, yaitu dengan formulasi berikut:
30
TAI=UTC+1.00".n (3.21)
'.= luTl-uTCl<0,90" (3.22l,
'25
g0.)
dimana UTC adalah [Jniuersal Time Coordinated, dan n adalah leap
o20
F second yang merupakan bilangan integer yang ditetapkan oleh IERS.
Sebagai contoh pada Juni 1996, n=30. Kalau lUTl - UTC | > 0,9"
il15 maka 1 detik tambahan \leap secon@ akan ditambahkan ke waktu
,' to
UTC. Perlu dicatat di sini bahwa perbedaan waktu pendekatan antara
UT1 dan UTC, yang dinyatakan dalam satuan 0,1 detik yang terdekat,
dinamakan juga DUTl.
Tahun (Januari) Dengan waktu GPS, yaitu sistem waktu yang digunakan oleh
sistem satelit navigasi GPS (G/obalPositioning Sgstem), Waktu Atom
terhubung melalui formulasi berikut:

Gambar 3.10 Perbedaan UTC terhadap TAI lLongley, L9991


TAI = Waktu GPS + 19.000" (offset konstan) (3.23)
64 Geodesi SateLit Si.sfern WrrA:lrr (llr

Berdasarkan persamaan (3.21) dan (3'23) di atas, makl hubung- 3.5 PENANGGALAN JULIAN IJULIAN DATEI
an antara UTC dan waktu GPS juga dapat diformulasikan' yaitu Dalam bidang Geodesi Satelit, sistem Penang g alan Julian (Julian
sebagai berikut: Date, JD) juga banyak digunakan. Sistem waktu dengan unit hari
Waktu GPS = UTC + 1.00" . n - 19.000" (3.24l, ini, dihitung mulai 1 Januari 4713 SM. Suatu hari Julian dimulai
jam 12:00 UT (tengah hari).
Dari hubungan-hubungan juga terlihat bahwa UTC dan waktu Untuk menghemat digit dan menempatkan awal hari di tengah
GPS pada prinsipnya adalah sistem-sistem waktu atom' Hubung- malam sebagaimana sistem waktu sipil, diperkenalkan sistem
u.., sistem waktu atom dengan sistem-sistem waktu lainnya penanggalan yang merupakan modifikasi dari penanggalan Julian,
di atas ditunjukkan pada Gambar 3' 11 dan 3' 12 berikut'
^r,.t^.u.
yang dinamakan Modified JulianDate(MJD). MJD diturunkan dari
JD dengan formulasi berikut:
UTC GPS TAI TT
MJD:JD-2400000,5 (3.2s)
+ Lalu st (tetap)
I ,#l 32 s (Jan. leee) Perlu dicatat di sini bahwa salah satu keunggulan dari sistem
- -t1Er1sa4.o)
I i JD ini adalah suatu epok (tahun, bulan, tanggal, jam, menit,detik)
Laju dapat direpresentasikan hanya dengan satu bilangan. Ini sangat
i.------l efektif untuk perhitungan-perhitungan yang menggunakan prograrn
,, (lan. leee)
" komputer. Dalam hal ini sebagai contoh:
I i . 6 Januari 1980 jam 00:00 UT (epok standar GPS)
Variatif,
tapi umumnya JD -- 2444244,5
relatif lambat . ->
1 Januari 2000 jam 12:00 UT (epok standar, e.g CIS)
UT1
<- lag JD = 2451545,0
->
waktu
Gambar 3.11 Hubungan antara sistem waktu atom dengan sistem
lainnya lLangleY, L9991 3.5.1 Transformasi Waktu Sipil ke Wahtu Julian
Waktu dalam penanggalan sipil dapat ditransformasikan ke
Waktu Julian dengan menggunakan algoritma tertentu. Seandai-
nya dalam waktu Sipil, tahun dinyatakan dengan bilangan bulat y,
bulan dinyatakan dengan bilangan bulat M. hari dinyatakan de-
ngan bilangan bulat D, dan jam dinyatakan dengan bilangan pe-
cahan UT, maka waktu tersebut dalam penanggalan Julian dihi-
tung dengan menggunakan formulasi berikut, yang menurut
920 [Hoffmann-Wellenhof et al., 1992] berlaku untuk epok antara Maret
o 19OO sampai Februari 2lOO:
d10
JD = INT [365,25 y] + INT [30,6001 (m+1)] +

-10
D + UT 124 + 1720981,5 {3.26]'
-20
Pada rumus di atas:
-30 INT(.) = bilangan bulat dari bilangan pecahan (.)
y=Y- l danm:M+ 12, bilaM <2,dan (3.27l,
-40
1950 1960 lg70 1980 1990 2000 2010 2020 y=Y danm=M, bilaM>2
Tahun Dalam hal pemanfaatan sistem satelit navigasi GPS, maka minggu
waktu GPS yang umum dinyatakan dengan parameter WEEK dapat
Gambar 3.12 Hubungan antara sistem waktu atom dengan sistem
dinamik; d'ari lseidelmann & Fukushima, 19921 dihitung dari waktu Julian JD dengan formulasi berikut:
( r{r (ieodesi Sctelit

WEEK = INT [(JD - 2444244,5)17l (3.28)


Bab 4
3.5.2 Transformasi Waktu Julian ke Sipil SISTEM ORBIT
Waktu Julian juga dapat ditransformasikan ke waktu dalam
penanggalan sipil. Seandainya waktu Julian JD diketahui, maka
parameter-parameter waktu dalam penanggalan Sipil, yaitu bilangan
bulat tahun (Y), bilangan bulat bulan (M), dan bilangan pecahan Dalam bidang geodesi satelit, informasi tentang orbit satelit akan
hari (D), dapat dihitung dengan algoritma berikut ini lHoffmann- berguna untuk beberapa hal seperti:
Wellenhof et al., 19921:
. Untuk menghitung koordinat satelit yang nantinya diperlu-
D : b - d - INT[30,6001.e] + FRACUD+O,SI kan sebagai koordinat titik tetap dalam perhitungan koordi-
M: e - 1 - 12.INT[elA] (s.2el nat titik-titik lainnya di atau dekat permukaan bumi beserta
Y : c - 47tS - INT[(7 + M)/10] parameter-parameter turunannya, seperti kecepatan dan
Pada rumus-rumus di atas: percepatan.
. Untuk merencanakan pengamatan satelit, yaitu perencanaan
a=INTUD+0,51 waktu dan lama pengamatan yang optimal.
b=a+ 1537 . Untuk membantu mempercepat alat pengamat (receiuer) sinyal
c = INT[(b - 122,1) I 365,25) (3.30) satelit dalam "menemukan" satelit yang bersangkutan.
d=INT[365,25.c) . Untuk memilih, kalau diperlukan, satelit-satelit yang secara
e = INT[(b-d)/30,6001], dan geometrik "lebih baik" untuk digunakan.
FRACI.] = nilai pecahan dari bilangan pecahan (.) Pada penentuan posisi dengan satelit, efek dari kesalahan orbit
satelit akan mempengaruhi tidak hanya penentuan posisi absolut,
Perlu juga dicatat di sini bahwa nama hari dalam suatu minggu tetapi juga penentuan posisi relatif, seperti yang diilustrasikan pada
dapat ditentukan dari waktu Julian (JD)-nya, melalui parameter N Gambar 4.1 berikut.
yang dihitung dengan rumus berikut:
N = modulo I INT[JD + O,5l . 7 (3.31) orbit yang
i
sebenamya
Dalam hal ini, menunjukkan hari Senin, N : t hari Selasa, N
N: O
= 2}:ariRabu, N = 3 hari Kamis, N = 4 hari Jum'at, N = 5 hari Sabtu,
danN=6hariMinggu.
orbit yang\
dilaporkan \
I

Penentuan
Posisi Absolut

Gambar 4.1 Efek kesalahan orbit pada penentuan posisi


Metode-metode pengamatan geodesi satelit pada prinsipnya
melakukan pengamatan dan pengukuran ke dan dari satelit-satelit
yang mengelilingi Bumi atau benda langit lainnya, baik itu satelit
buatan, satelit alam seperti Bulan, maupun benda langit lainnya

67
(rti Geodesi Satelit .Si.slt',t ( )rlrrl ( r( l

seperti kuasar. Untuk itu, seperti yang sudah dijelaskan di atas. l<irrr kedua titik ini dan juga melalui pusat Bumi dinamakan line ol
diperlukan informasi tentang posisi dari obyek-obyek tersebut dari apsides.
waktu ke waktu. Dalam konteks satelit, posisinya biasanya dipre-
sentasikan dalam bentuk informasi orbit. Penentuan orbit suatu
Safe/if
satelit menuntut adanya pemahaman terhadap karakteristik per-
gerakan dari satelit yang bersangkutan. -lY------- -.\
4.L PERGERAKAN SATELIT MENGELILINGI BUMI /
line of apsides
Pergerakan satelit mengelilingi Bumi dapat dijelaskan secara Apogee Perigee
umum menggunakan hukum-hukum Kepler. Johannes Kepler (157 1
- 1630) memformulasikan tiga hukumnya tentang pergerakan pla-
net dalam mengelilingi matahari secara empiris dari data-data peng-
amatan yang dikumpulkan oleh Tycho Brahe (1546 - 1601) seorang 9Pit tutrtit
astronom Denmark. Meskipun Kepler pertama kali mengeluarkan
hukum-hukumnya untuk menjelaskan pergerakan planet-planet,
hukum-hukum tersebut berlaku umum, juga untuk menggambar- Gambar 4.2 Orbit satelit mengelilingi Bumi
kan pergerakan satelit mengelilingi bumi. Perlu ditekankan di sini Ada beberapa implikasi praktis dari Hukum Kepler I dalam ka-
bahwa dalam perspektif sejarah hukum-hukum Kepler ini meru- sus satelit buatan yang mengelilingi Bumi, yaitu:
pakan terobosan besar dalam mendukung hipotesa heliosentris dari . Lintang dari tempat peluncuran satelit sama dengan lrrklinasi
Copernicus.
(sudut antara bidang orbit dengan bidang ekuator Bumi) mi-
Pergerakan satelit dalam mengelilingi bumi secara umum meng- nimum dari bidang orbit satelit.
ikuti Hukum Keppler (pergerakan Keplerian)yat g didasarkan pada . Untuk mendapatkan satelit orbit yang inklinasinya lebih
beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut ini : ' rendah dari lintang tempat peluncuran diperlukan orbit parkir
. Pergerakan satelit hanya dipengaruhi. oleh medan gaya berat (lihat Gambar 4.3\dengan tahap peluncuran kedua dilakukan
sentral bumi. di angkasa pada saat melintasi ekuator yang notabene
. Satelit bergerak dalam bidang orbit yang tetap dalam ruang. prosesnya kompleks dan mahal.
. Massa satelit tidak berarti dibandingkan massa bumi.
. Satelit bergerak dalam ruang hampa; dengan kata lain tidak
ada efek dari atmospheic drag.
. Tidak ada matahari, bulan, ataupun benda-benda langit
lainnya yang mempengaruhi pergerakan satelit; dengan kata
lain tidak ada pengaruh gaya berat dari benda-benda langit
tersebut, dan tidak ada efek dari solar radiatioru pressure.
4.1.L Hukum Kepler I
Hukum Kepler I yang dinyatakan pada tahun 1609 berbunyi:
"Orbit 9uafit planet adalah ellips dengan matahai berada pada sa-
lah satu fokusnga." Dalam konteks pergerakan satelit mengelilingi
Bumi. maka menurut hukum Kepler I, orbit satelit yang bersang-
kutan akan berbentuk ellips dengan pusat Bumi (geocenter) meru-
pakan salah satu titik fokusnya, seperti yang diilustrasikan pada
Gambar 4.2 berikut. Pada Gambar ini juga terlihat bahwa titik ter-
dekat antara satelit dengan permukaan Bumi dinamakan titlk peri'
gee, dan yang terjauh dinamakar apogee. Garis yang menghubung- Gambar 4.3 Proses penempatan sateiit pada orbit finalnya;umum dinamakan
Hoffmann Tralsfer lWells et al , 19861
'/ ll ( )aorl<:si Satelit .St..;lclrr ( )r/rrl '/t
4.L.2 Hukum Kepler II Secara matematis, berdasarkan hukum Newton, untuk satclit
yang mengelilingi Bumi, hukum Kepler III ini dapat diformulasikan
Hukum Kepler II yang dinyatakan pada tahun 1609 berbunyi:
"Gais dari matahai ke setiap planet menAapu luas gang sama da- sebagai:
lamwakhtAang sama." Secara geometris, penjelasan Hukum Kepler
II untuk satelit yang mengelilingi Bumi, ditunjukkan pada Gambar (Periode orbit)2
4.4 berikut. = konstan
[4.1]
(Sumbu panjang orbit)3

Secara matematis, berdasarkan hukum Newton, untuk satelit


yang mengelilingi Bumi, hukum Kepler III ini dapat diformulasikan
sebagai:

T' 4n'
(4.21
a' GM

dimana : T: periode orbit satelit,


a = sumbu panjang orbit,
G: konstanta gravitasi universal, dan
Gambar 4.4 Ilustrasi Geometris Hukum Kepler II M= massa bumi.
Validitas Hukum Kepler III untuk kasus planet mengelilingi
Ada beberapa implikasi praktis dari Hukum Kepler II dalam ka-
matahari serta satelit mengelilingi Bumi, masing-masing ditunjuk-
sus satelit buatan yang mengelilingi Bumi, yattu lWells et al., 19861:
kan pada Tabel 4.1, Gambar 4.5 dan 4.6 berikut.
' Kecepatan satelit dalam orbitnya tidak konstan, dimana
kecepatan minimumnya adalah di apogee dan maksimumnya
di perigee. Tabel 4.1 Bukti validitas Hukum Kepler III
. Karena kecepatan di perigee adalah maksimum dan juga untuk kasus planet mengelilingi matahari
densitas atmosfernya relatif yang terbesar, karena terdekat
dengan permukaan bumi, maka tinggi awal perigee akan Planet T a T2 a3 T'la'
menentukan umur satelit; dan dalam hal ini semakin tinggi Merkurius o,24 0,39 o,o6 0,06 o,97
perigee, secara teoretis akan semakin panjang umur satelit, Venus o,62 o,72 0,39 o,37 1,03
dan sebaliknya. Bumi 1,00
. 1,OO 1,OO 1,00 1,00
Karena kecepatan di perigee adalah maksimum, maka
Mars 1,88 1,52 3,53 3,51 1,01
rencanakan orbit satelit pemantau (penyelidik) dengan perigee
di atas daerah target. Jupiter 11,9 5,20 142 141 1,01
. Karena kecepatan di apogee adalah minimum,. maka Saturnus 29,5 9.54 870 868 1,00
rencanakan orbit satelit telekomunikasi dengan apogee di atas Sumbu panjang orbit a dinyatakan dalam AU
daerah target. (Astronomical Unit = sumbu panjang orbit Bumi) dan
,4.1.3 Hukum Kepler III periode orbit T dinyatakan dalam tahun.
Hukum Kepler III yang dinyatakan pada tahun 1619 berbunyi: Ada beberapa implikasi praktis dari Hukum Kepler III dalam
"Unfitk setiap plane| pangkat tiga dari sumbu panjang orbitnya ada- kasus satelit buatan yang mengelilingi Bumi, yaitu:
lah proporsional dengan kuadrat dai periode reuolusingc." Dengan . Dua satelit dengan sumbu-sumbu panjang orbitnya sama
kata lain untuk setiap planet yang mengelilingi matahari, atau sa-
panjang, akan mempunyai periode orbit yang sama, tidak
telit yang mengelilingi Bumi akan berlaku hubungan berikut:
.7,) (ieorlesi Satelit Sislt'trt ()tlttl

bergantung pada eksentritas orbitnya, seperti yang


diilustrasikan Pada Gambar 4'7 '
100

sro
k
d
d Gambar 4.7 Dua orbit dengan sumbu panjang yang satna
od

o
li
periode = Tz
k - Periode = Tr
-)
d
')

i 10 100 1o0o
Periode (tahun)

Gambar 4.5 Bukti validitas Hukum Kepler III untuk


kasus planet mengelilingi
matahari; clari Skinner et al' ll999l
Gambar 4.8 Dua orbit dengan sumbu panJang yang tidak sama

10.
Geosynchronous 4.1.4 Hukum-hukum Newton
G
.E
Disamping hukum-hukum Kepler, hukum-hukum Newton juga
.e sangat bermanfaat dalam memahami pergerakan satelit dalam or-
a
:r-
10'
bitnya. Hukum-hukum Newton tersebut adalah:

oq) Hukum I : Tiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam
E
.e 102
' " atau gerak lurus teratur, kecuali bild dipaksa mengubah
s
o) keadaanituo1ehgaya-gayaluaryangbekerjapadanya_>
o-
Ref. : Weils ef.a/. (1986) Hukum Inersia.
. Hukum II : Laju perubahan momentum dari suatu obyek
101
12345 adalah sebanding dengan gaya yang diberikan dan dalam arah
yang sama dengan gaya tersebut, dapat diformulasikan sebagai
Suntbu paniang (dalant iai-iari Bumi)
berikut:
ate 1it m e n gerilin gi
ar 4 6 kti' s
F=m.a
G amb Bu
"to$: LX X:Tf#".,r,1.: J'i,: tI;5 ii "" " (4.3)
dimana F adalah vektor gaya yang bekerja pada benda, a
. Dua satelit dengan sumbu-sumbu panjang orbitnya tidak sama adalah vektor percepatan yang dialami benda, dan m adalah
panjang, akan irempunyai periode orbit yang tidak sama' tidak
massa benda yang bersangkutan.
bergantung pada parameter orbit lainnya, seperti yang
diilustrasikan Pada Gambar 4.8'
'/ ,1 ( icorlr:.st Salt,lil Srsllnr ( )r/rrl t,t

. Hukum III: Untuk setiap aksi selalu ada reaksi balik yang Sebagai catatan, nilai GM di atas ditentukan dari analisa <litlit
besarnya sama. pengamatan sistem SLR [Ries et al., 19891.
. Hukum Gravitasi Newton: Setiap partikel massa di alam
semesta akan menarik partikel massa lainnya dengan gaya 4.2 ELEMEN KEPLERIAN DARI ORBIT SATELIT
yang sebanding dengan perkalian massa partikel-partikel Ukuran, bentuk, dan orientasi orbit suatu satelit yang mengeli-
tersebut (m, dan mr), dan berbanding terbalik dengan kuadrat lingi Bumi, serta lokasi dari satelit dalam orbit tersebut biasanya
jarak antara keduanya (r), seperti yang diformulasikan berikut dikarakterisasi dengan enam (6) elemen yang umum dinamakan
ini: elemen Keplerian Elemen-elemen tersebut yang secara geometris
ditunjukkan pada Gambar 4.10 adalah:
p- 6 ffir'ffi2
t'
(4.41 O = asensio rekta dari titik nodal (ascending nodel.
: sudut geosentrik pada bidang ekuator antara arah ke titik
dimana G adalah konstanta gravitasi universal yang semi dan arah ke titik nodal.
mempunyai nilai [Montenbruck & Gill, 2000]: i = inklinasi orbit
G = (6,67259 I 0,00085) . 16-tt m3kg-1s-2. = sudut antarbidang orbit satelit dan bidang ekuator
cD = orgument of peigee
= sudut geosentrik padabidang orbit antara arah ke titik
Dalam konteks pergera- nodal dan arah ke perigee.
kan satelit mengelilingi a = sumbu panjang dari orbit satelit
Bumi, maka berda- e = eksentrisitas dari orbit satelit
sarkan hukum gravitasi f : anomali sejati = sudut geosentrik pada bidang orbit anta-
Newton, akan terjadi ra arah ke perigee dan arah ke satelit.
tarik menarik tidak
hanya antara satelit
dengan Bumi seperti
yang ditunjukkan pada
Gambar 4.9, tetapi juga
''r..... ,l.
antara satelit dengan ,.I
benda-benda langit
lainnya seperti Bulan
dan Matahari, serta
-ry l, .......t

planet-planet lain. Gambar 4.9 Tarik menarik antara Butni clan


Satelit

Dalam konteks tarik menarik antara Bumi dan satelit, ber-


dasarkan persamaan (4.3), dan (4.41 di atas, maka vektor perce-
patan satelit (a) akibat adanya gaya tarik Bumi dapat dirumuskan Pusot bumi
sebagai berikut:

GM
4= t (4.s)
r'o Titik nodol
(ascending node)
dimana M adalah massa Bumi, r adalah vektor posisi geosentrik
satelit, dan GM adalah koefisien gravitasi yang mempunyai nilai: Sumbu - X
GM = (398600,4405 t 0,001) km3 s-2
Ganbar 4.10 Illcnren l(eplerial dari orbit satelit
Sr.sl(',lr ()r/rrl '/'/
'/6 Oeotlt:siSotelil.

Kalau kita perhatikan geometri satelit dalam ruang yang diilus- (x,y) adalah
trasikan pada-Gambar +-lO berikut, maka terlihat bahwa masing- Sistem koordinat
punya peran masing-masing' yaitu
-."itrg.Lrrr"r, Keplerian di atas orbital
sebagai berikut:
.elemenOdanimendefinisikanorientasibidangorbitda|arn
ruang,
elemen ro mendefinisikan lokasi perigee dalam bidang orbit'
.
elemen a dan e mendefinisikan ukuran dan bentuk bidang
.
orbit, dan
. elemen f mendefinisikan posisi satelit dalam bidang orbit'
Dari enam (6) elemen orbit Keplerian di atas, lima (5) elemen
yaitu f2, i, o, a dt., ., nilainya diasumsikan konstan terhadap waktu' Pusat
ilu.ny" satu elemen yaitu f yang diasumsikan berubah dengan Bumi
Perigee
wakiu. perlu juga dicatat bahwa epok saat satelit melintasi perigee
kadang digunakan sebagai pengganti elemen anomali f' Gambar 4.11 Elemen Anoma]i

Perlu dicatat di sini bahwa anomali menengah M adalah anomali


Z peigee yang didefinisikan secara matematis, yaitu M = 0'di perigee dan
riescend.irtg t satelit (r,fl kemudian membesar secara uniform dengan kecepatan 360" per
node -f-r' periode.
,") Ketiga anomali di atas, pada suatu epok tertentu t, secara mate-
biclan.g
ekuator matis terhubung dengan rumus berikut [Bate et al., l97 ll:
M(t) =n.(t-to)
E(t) = M(t) + e.sin E(t) (4.6)
ascending f(t1 = 2."r",""1J[1t+ey1t-.; . tan [E(t)/2] ]
--r-.. rrorJe
dimana n adalah mean motion dan tP adalah waktu satelit melintasi
titik perigee.
Anomali sejati dan anomali eksentrik dapat dinyatakan sebagai
fungsi dari anomali menengah sebagai berikut:
f =M + 2e.sin M + (5/4).e2.sin 2M +
(l ll2).e3.{13.sin 3M - 3.sin M) + ...... (4.71
(uernal
equinox) E= M + e.sin M + (l l2). e2.sin 2M +
(1/8).e3.(3.sin 3M - sin M) + .. (4.8)
daJi lseeber' 19931
Gambar 4.11 Geometri orbit satelit clalam ruang; diadaptasi
Dengan menggunakan kedua persamaan di atas dan persamaan
Berkaitan dengan elemen anomali, ada tiga (3) jenis anomali 4.6 sebelumnya, f dan E dapat dihitung dari M secara iteratif.
dalam konteks orbit Keplerian seperti yang ditunjukkan pada Gam- Akhirnya perlu ditekankan di sini bahwa pergerakan satelit yang
bar 4.11, yaitu: anomali sejati(f), anomalimenengah(M), dan anomali sebenarnya dalam orbitnyayang mengelilingi Bumi umumnya tidak
eksentik (D). akan mengikuti sepenuhnya pergerakan Keplerian. Satelit umum-
nya akan mengalami perturbasi (gangguan-gangguan) dari kondisi
idealnya yang direpresentasikan dengan elemen orbit Keplerian.
"/8 (ieor.lc.stSnlr:ltl Srslan ()rl;rl -/tl

oleh sebab itu parameter orbit satelit yang sebenarnya tidak ha- sumbu-sumbunya (x dan y) terletak dalam bidang orbi 1. sumbu x
nya diberikan elemen-elemen Kepleriannya, tetapi juga elemen-ele- nya mengarah ke titik perigee, dan sumbu y nya teg\k lurus de-
men perturbasinya. contohnya adalah parameter orbit satelit na- ngan sumbu x, seperti yang ditunjukkan pada Gamb1. 4.13 beri-
vigasi GPS yang diberikan pada Tabel 4.2. dan secara geometris kut.
diilustrasikan pada Garnbar 4.12
(B r o adc ast Ephemeris/ GPS

Parameter Waktu
. to" Waktu referensi parameter ephemeris (dalam det)
. t.. Waktu referensi parameter jam (dalam det)
' .'0,^,,., Koefisien polinomial untuk koreksi kesalahan jam
satelit, dalam unit det, det/det, dan det/det2.
. IOD Issue of Data
Parameter Orbit Satelit (Keplerian)
. !a Akar dari sumbu panjang ellipsoid (ml1'z)
. e Eksentrisitas
. io Inklinasi pada waktu t". (dalam setengah lingkaran)
i

vemal 1-
. do Bujur dari titik naik (cscending node) pada waktu t". I equinox

(dalam setengah lingkaran)


. 0) Argumen perigee (dalam setengah lingkaran)
. M" Anomali menengah pada waktu t"" (dalam setengah
lingkaran)
Gambar 4.12 Visualisasi geometrik dari parameter \rbit GpS
Parameter Perturbasi Orbit
. A. Perbedaan nllai mean motion dari nilai hitungannya
(dalam setengah lingkaran)
. f) Kecepatan perubahan dari asensio rekta (dalam se-
tengah lingkaran Per detik)
. idot Kecepatan perubahan dari inklinasi (dalam setengah
lingkaran per detik)
C us dan Amplitudo dari suku-suku koreksi harmonik sinus
C uc dan cosinus untuk argumen lintang (dalam rad)
C.ls dan Amplitudo dari suku-suku koreksi harmonik sinus
C lc dan cosinus untuk sudut inklinasi (dalam rad)
C rs dan Amplitudo dari suku-suku koreksi harmonik sinus
Pusat
C rc
dan cosinus untuk radius orbit (dalam m) Bumi
Perigee

Gambar 4. 13 Sistem Koordinat Orbita-l


4.3 SISTEM KOORDINAT ORBITAL Dalam sistem koordinat orbital, dengan mengacu p\da Gambar
Posisi satelit dalam orbitnya kerap dinyatakan dalam sis- 4.13 terlihat bahwa vektor posisi geosentrik satelit r (x,y) dapat
tem koordinat orbital. sistem koordinat ini adalah sistem koordi- dirumuskan sebagai berikut:
nat kartesian dua dimensi, yang titik nolnya berada di pusat bumi,
(icor.le.siSrrtelil Sistt:rrr ()rltil 8
IJO I

x = r.cosf = a.(cosE-e) 4.4 JENIS-JENIS ORBIT SATELIT


y = r.sinf = b.sinE $.9) Berdasarkan pada karakteristik geometri orbit serta pergerakan
= a.(1-e2)1/2'sin E satelit di dalamnya, dikenal beberapa jenis orbit. Berikut ini hanya
akan dibahas jenis-jenis orbit satelit yang relevan dengan bidang
dimana panjang vektor r dapat diformulasikan sebagai:
Geodesi Satelit.
r : a.(1 - e.cos E) (4.10)
4.4.L Orbit Prograde dan Retrograde
Koordinat satelit dalam sistem orbital ini r(x,y,o) selanjutnya Orbit prograde adalah orbit yang inklinasi orbitnya (i) le-
dapat ditransformasikan ke sistem koordinat CIS : X(X,,Y,Zrl de- bih kecil dari 900, yaitu: 00 < i . 90,, dan orbit retrograde adalah
ngan menggunakan hubungan berikut: orbit yang inklinasinya memenuhi hubungan : 900 < i < 1800. Se-
cara geometris kedua jenis orbit ini ditunjukkan pada'Gambar 4.14
berikut.
x = R3(-o) .R,(-r) .R.(-ro) .r (4.11)

d.imana R, dan R. adalah matriks rotasi mengelilingi sumbu X dan


sumbu Z y ang teiah diformulasikan pada persamaan 2' 16'
Akhirnya perlu juga dicatat di sini bahwa laju satelit dalam or- /
bitnya (v), se-ara nominal dapat dihitung dengan formulasi berikut i

lBate et al., l97ll:


v2 = GM i Qlrl - (1/a) l (4.r2)
I

dimana r adalah jarak satelit dari pusat Bumi seperti yang


dirumuskan pada pers. (4.9), a adalah sumbu panjang orbit, dan Gambar 4.14 Orbit prograde dan retrograde
GM adalah koeii"ie., gravitasi geosentrik lang nilainya sekitar I

398600,5 km3s-2 . Pada Gambar 4.14 terlihat bahwa pada orbit prograde, arah per-
Kecepatan satelit akan maksimum di titik perigee dan minimum gerakan satelit adalah searah dengan arah rotasi Bumi. Arah ro-
di titik .pog.". Berdasarkan persamaan (4.10) dan (4'12), kecepat- tasi Bumi sendiri kalau dilihat dari atas Kutub Utara adalah berla-
an di titik perigee (v,,",) dan di titik apogee (v^,,.) ini dapat diformula- wanan arah jarum jam. Pada orbit retrograde, arah pergerakan
sikan sebagai berikut: satelit tampak berlawanan dengan arah rotasi Bumi. Perlu dicatat
di sini bahwa orbit yang inklinasinya 00 atau 1800dinamakan or-
per
GM
a
f;1-"
V
(4.1s) bit ekuatorial, dan yang inklinasinya i = 900 dinamakan orbit
polar.
il
_t reM 1-e (4.14) 4.4.2 Orbit Polar
apo 1; 1+e Satelit berorbit polar mempunyai inklinasi 900. Satelit berorbit
polar sangat bermanfaat untuk mengamati permukaan bumi. Ka-
Sedangkan Periode orbit, Yaitu waktu yan6 diPerlukan oleh rena satelit mengorbit dalam arah Utara-Selatan dan bumi ber-
anomali menengah untuk berubah sebesar 3600, daPat dirumus- putar dalam arah Timur-Barat, maka satelit berorbit polar akhir-
kan sebagai: nya akan dapat 'menyapu'seluruh permukaan bumi, seperti yang
a ditunjukkan pada Gambar 4.15.
a- a' (4.1s)
T=t't=27 Karena alasan tersebut maka satelit pemantau lingkungan glo-
n GM
bal seperti satelit inderaja dan scrtelit cuaca, umumnya mem-
dimana n adalah mean motion. punyai orbit polar atau mendekati orbit polar, yaitu inklinasinya
sekitar 9Oo.
.Srslc,r ()r,rt ll:l
a2 Geodesi Satelit
Karena posisinya yang relatif diam di atas suatu wilayah per-
mukaan Bumi, orbit ini banyak digunakan oleh satelit komunika-
si. Disamping itu karena orbitnya yang relatif tinggi, rnaka foot-
pint dari satelit geostationer umumnya sangat luas. Oleh sebab
itu satelit berorbit geostationer ini juga banyak digunakan untuk
mempelajari fenomena berskala luas seperti hurricanedan cyclone.
Meskipun begitu, orbit geostationer juga punya beberapa kele-
mahan. Pertama, karena satelit terletak relatifjauh di atas permu-
kaan Bumi maka resolusi pengamatannya relatif rendah. Disam-
ping itu juga satelit berorbit geostationer umumnya tidak dapat
mencakup kawasan kutub (lihat Gambar 4.17), sehingga tidak da-
pat digunakan untuk memantau fenomena atau aktivitas yang ter-
jadi di sekitar kutub.
Garnbar 4. 15 Sateiit berorbit polar

4.4.3 Orbit Geostationer


Satelit berorbit geostationer adalah satelit yang mengelilingi Bumi
dengan kecepatan dan arah yang sama dengan kecepatan dan arah
rotasiBumi'UntukituperiodeorbitsatOlitharusSamadengan
1

:23
periode rotasi bumi dalam ruang inersia yaitu T jam 56 menit
I

ian 4,09 detik. Berdasarkan Hukum Kepler III, denganmengguna-


kan rumus (4.2) sebelumnya, maka orbit yang bersangkutan akan
mempunyai sumbu Panjang (a): Gambar 4.17 Contoh kelemahan orbit geostationer

/ GM ^r)r/3 =42165km (4.16) 4.4.4 Orbit Sun-Synchronous


"=lRr') Orbit sun-sgnchronous adalah orbit satelit yang mensinkronkan
pergerakan satelit dalam orbit, presesi bidang orbit, dan pergerak-
Dengan jari-jari Bumi sekitar 6378 km, maka orbit geostationer an Qumi mengelilingi matahari, sedemikian rupa sehingga satelit
tert<"eUn!gr"., 1fr1 sekitar 35787 km di atas permukaan Bumi' seperti tersebut akan melewati lokasi tertentu di permukaan Bumi selalu
yang diilustrasikan pada Gambar 4.16' pada waktu lokal yang sama setiap kalinya. Gambar 4.18
mengilustrasikan situasi orbit satelityang berpresesi dan yang tidak
Perlu dicatat di sini bahwa ha- berpresesi.
.' -----*r . t.
nya orbit ekuatorial (i : 0o) Yang
safefft'"F'
-(,=*)' Urituk orbit sun-synchronous, karena bumi berevolusi mengeli-
bisa menjadi orbit geostationer. ,,\,r'
/\ lingi matahari dalam waktu setahun, maka orbit satelit juga harus
Disam-ping itu untuk mendaPat- r Bumi \ berpresesi terhadap sumbu rotasi bumi, sebesar 360o/tahun. Se-
kan kecepatan satelit Yang sera- Bidang
cara matematis presesi orbit satelit terhadap sumbu rotasi Bumi
gam, orbit harus berbentuk ling- ekuator dapat diformulasikan sebagai [Dauidof, 1 990] :
karan (e = 0). Karena kecePatan
dan arah pergerakannya sama o = - e.es. [:r)' '. (t-.2)'
cos(i)
(4.17l,
dengan kecePatan dan arah rotasi
Bumi, maka satelit geostationer
[.J
seolah 'nampak'diam bila dilihat
e adalah eksentrisitas orbit, a.
dimana i adalah inklinasi orbit,
adalah sumbu panjang Bumi (sekitar 6378 km), dan r adalah jarak
dari suatu titik di Permukaan Gambar 4.16 Orlrtt satelit dari pusat Bumi.
Bumi. geostati oller
ittttlesi Satelit Srslt,rtt ()rltrl
ft4 (

Summer 1 03o
Summer
(Belahan Bumi Utara) (Belahan Bumi Utara)
/,:\ \ IO2LJ
fi,,!,fu, x,^taw z'.'frzf '--
-- (r*-T::, SIANG KU l"rrr"r)r,
1\l--fl'. ...z" ';",';;' 101()
\]:-., KU
r\n ,/ Rotasi Bumi
- r,/ ;-
t\t -
'., a
// \r ,
ff;: -,Irl1:._ .,flsorins z 10d
\.{vl./ \J r' r4i: '\\' 'U,. .-]
/'\j
\ /-< /n ' Fafi
.ffio.0, .2( .",\-*: \,\/ t!
;' z gg()
?,,/ \\-_t ,r".:\
\ t,
//z1Alt\ \\ winter ,/..'/ ggo
unLnu lsrnNc OSCAR
/f, I-fqr:i)
\s",,
Orbit satelit 971)
Orbit satelit tidak berpresesi
berpresesi
96(J
Gambar 4. 18 Orbit satelit yang berpresesi dan tidak berpresesr 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Persamaan (4.171di atas juga dapat ditulis dalam bentuk: ALTITUDE (km)
Gambar 4. 19 Contoh orbit sun-synchronous fDauidof, l99ol
f, r3.5 ^^'l
I. --
1 l{ r I a.l-e"\"
*"""'l[tj
arccosll-i I
Akhirnya perlu disebutkan bahwa orbit sun-sgnchronous umum
-g,gs I
I
(4'i8)
digunakan oleh sistem satelit inderaja (lihat Tabel 4.3) dan satelit.
Lr "' _l
cuaca.
Untuk orbit sun-synchronous maka kecepatan presesi orbitnya
adalah:
Tabel 4.3 Beberapa orbit satelit inderaja yang sun-synchronous
o = 36Oo/tahun = 0,986o/hari (4.te)
LANDSAT 1-3 LANDSAT 4-5 IKONOS
Tinggi orbit 92O km 7O5 km 681 km
Kalau persamaan (4.L9) disubstitusikan ke persamaan (4.18), maka
Inklinasi 99,1-99,2 deg 98,2 deg. 98,1 deg.
akan diperoleh persamaan berikut untuk orbit sun-synchronous:
i
Waktu mele- 8:50-9:30 a:m 9:45 a.m 1O:30 a.m.
i = ".""o.|--o,oee10.(1 "'f(#)'''l (4.2ol, i wati ekuator

4.5 JEJAK SATELIT


Dari persamaan di atas terlihat bahwa suatu orbit dapat dibuat Jejak (trackl satelit di permukaan Bumi adalah garis yang meng-
sun-synchronous, dengan memilih inklinasi dan eksentrisitas or- hubungkan titik-titik sub-satelit, yaitu titik-titik potong garis
bit yang tepat, yang disesuaikan dengan ketinggian orbitnya di atas hubung satelit dan pusat Bumi dengan permukaan Bumi, seperti
permukaan Bumi. Persamaan di atas menunjukkan bahwa param- yang diilustrasikan pada gambar 4.2O.
eter orbit sun-synchronous bukanlah suatu yang unik (tunggal).
Tapi perlu dicatat dari persamaan (4.17) dan (4.201di atas bahwa Plot dari jejak suatu satelit bermanfaat untuk beberapa hal.
orbit sun-synchronous tidak mungkin berinklinasi tepat 900. Gam- Dengan plot ini lokasi satelit dari waktu ke waktu di atas permuka-
bar 4.19 berikut memberikan contoh nilai inklinasi dan altitude an Bumi dapat diketahui dan diperkirakan. Disamping itu wilayah
yang'menghasilkan' orbit sun-synchronous berbentuk lingkaran permukaan Bumi yang tercakup oleh satelit juga dapat terlihat.
(e:o). Disamping itu dari plot jejak satelit kita juga dapat mengetahui
beberapa parameter dari orbit satelit seperti inklinasi dan periode
orbit. Dalam hal ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.21,
inklinasi dari orbit satelit adalah sama dengan lintang maksimum
ti(r ()t:<xlesiSutelit.
,St.slc,r ()r'lrrl tl'/
dari jejak satelit yang langsung dapat diestimasi dari plot jejak sa-
telit yang bersangkutan.
Untuk satelit geostationary, karena inklinasinya nol dan l)o
riode orbitnya sama dengan periode rotasi Bumi, maka jejaknya
akan merupakan titik yang tetap di permukaan Bumi.

4.6 PERTURBASI PERGERAKAN SATELIT


Pergerakan satelit mengelilingi Bumi secara umum dapat dije-
laskan dengan Hukum-hukum Kep1er. Namun karena pergerakan
satelit Keplerian mengasumsikan bahwa satelit bergerak dalam ru-
ang hampa dan hanya dipengaruhi oleh medan gaya berat sentral
Titik-titik
bumi, yang notabene tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, maka
Sub-saterit untuk memahami pergerakan satelit secara lebih detail, gaya-gaya
lainnya yang umum dinamakan gaya-gaya perturbasi, perlu juga
diperhitungkan. I

Gambar 4.2O Titlk sub-satelit di permukaan Bumi [NASA, 1999]


Ada beberapa gaya perturbasi (lihat Gambar 4.221yang mempe-
ngaruhi pergerakan satelit mengelilingi Bumi, yaitu:
Sate/it

@
Gambar a.2l Jejak satelit di permukaan Bumi [Seeber, 79931

Perlu juga dicatat bahwa karena adanya rotasi Bumi, jejak sate-
lit di permukaan Bumi bergerak ke arah Barat dengan waktu, se-
perti yang ditunjukkan pada Gambar 4.22-

Gambar 4.23 Gaya-gaya perturbasi yang mempengaruhi pergerakan satelit;


dari ISeeber, 1993]

1. Percepatan yang disebabkan oleh ketidaksimetrisan bentuk bumi


dan ketidakhomogenan massa di dalam Bumi (r"")
2. Percepatan yang disebabkan oleh tarikan benda-benda langit
lainnya (bulan, matahari, dan planet-planet); terutama pengaruh
Gambar 4.2'2 Pergerakan jejak satelit
bulan dan matahari ( r"" dan r"- )
,!tlt ( ir,orlr'.si Srrlr:Iil
Stslr:,t ( )r /rrl lJ( )

3. Percepatan yang disebabkan oleh pasang surut bumi dan laut 4.6.1 Efek Ketidaksimetrisan Bumi
(r". dan r". )
Ketidaksimetrisan bentuk Bumi merupakan gaya perturbasi yang
4. Percepatan yang disebabkan oleh tarikan atmosfer (atmospheric paling dominan dan paling besar efeknya terhadap pergerakan sa-
drag), r"o
5. Percepatan yang disebabkan oleh tekanan radiasi matahari (solar telit berorbit rendah yang mengelilingi Bumi. Efek yang kadang
radiation pressure), baik yang langsung maupun yang dinamakan efek Jr-term ini akan menyebabkan orbit satelit
berpresesi (berputar) terhadap sumbu rotasi bumi, dan juga terta-
dipantulkan dulu oleh Bumi (albedo), r""" dan r,,^.
rik ke arah ekuator. Kedua efek ini diilustrasikan pada Gambar
Secara matematis, kalau seandainya pergerakan Keplerian dari 4.25.
satelit dipresentasikan dengan persamaan diferensial berikut: Dari Gambar 4.25 terlihat presesi orbit akan menyebabkan per-
gerakan titik nodal ke arah Barat untuk orbit prograde atau ke
r"=-(GM/r3) r (4.2rl'
arah Timur untuk orbit retrograde. Dalam hal ini akan terjadi per-
maka pergerakan satelit yang sebenarnya adalah: ubahan nilai asensio rekta (A) dari titik nodal dengan waktu. Di-
r,'=-(GM/r3) s*p. samping itu tertariknya orbit ke arah ekuator juga akan menye-
(4.22)
babkan terotasinya titik perigee dalam orbit. Dengan kata lain nilai
dimana p" adalah vektor perturbasi yang mempengaruhi pergerakan argument of peigee (o) akan berubah dengan waktu.
satelit, yang terdiri dari gaya-gaya perturbasi yang telah disebutkan
di atas, dan dapat diformulasikan sebagai:
P. = f"" .t r"" + t"
t" .rt f"o + r", + r"a" + r"^ (4.23)
^+
Besarnya efek dari gaya-gaya perturbasi di atas pada pergerakan
satelit yang mengelilingi Bumi, akan bergantung pada beberapa fak-
tor, dimana salah satunya yang utama adalah ketinggian orbit di
atas permukaan Bumi. Gambar 4.24 berik.ut memberikan contoh
efek dari beberapa gaya perturbasi sebagai fungsi dari tinggi orbit.
bidang orbit &
nodal bergerak
10 ke Barat (untuk
orbit prcgrade)
1
a- dan ke Tinlur
noalr tine (untuk orbit
10r retrograde)

o 10-2
E
10-3 Gambar 4.25 Efek ketidaksimetrisan Bumi terhadap orbit satelit
'6
(!
-o
L 10-{ Efek ketidaksimetrisan Bumi terhadap pergerakan titik nodal
tq) I
(dO/dt) dan rotasi titik perigee (dro/dt), sebagai fungsi dari inklinasi
10-5
-t6) dan tinggi orbit, ditunjukkan pada Gambar 4.26.
{
.!
10-6
TU Dari Gambar 4.26 terlihat bahwa semakin rendah tinggi orbit,
10-7
J
maka akan sebesar nilai dQ/dt dan do/dt; atau dengan kata lain
efek ketidaksimetrisan Bumi akan semakin besar, dan sebaliknya.
10-8
I Begitu juga semakin bidang orbit mendekati bidang ekuator, atau
10-s
I dengan kata lain semakin kecil inklinasi dari orbit, maka pergeser-
5.103 104 Tinggi Orbit (r), km 10r an titik nodal dan rotasi titik perigee juga akan semakin besar.
Gambar 4.24 Efek dari beberapa gaya perturbasilLand,ou & Hagmeier, 19g6l
Gambar 4.26 ini juga menunjukkan bahwa efek ketidaksimetrisan
Bumi pada rotasi titik perigee secara umum lebih besar dibanding-
kan efek pada pergerakan titik nodal.
,Srsl('rrr ()r/rrl () I
()o Or:oclesi SateLit
clan pasang surut laut (sea tides). Pasang surut bumi dan laut irri
selanjutnya akan menyebabkan perubahan pada potensial gravi
tasi Bumi. Perubahan potensial ini selanjutnya akan mempenga-
ruhi pergerakan satelit yang mengelilingi Bumi. Efek pasang surut
t< -r t{ bumi dan laut ini pada dasarnya bisa dilihat sebagai efek tak lang-
d" CO
sung dari gaya tarik Matahari dan Bulan.
\-5
!
Dalam analisa orbit untuk satelit berorbit rendah, pemodelan
efek dari pasang surut bumi dan laut secara rinci adalah sesuatu
-f,
1J
o
'(]0 yang sifatnya esensial. Percepatan satelit yang disebabkan oleh
pasang surut Bumi, dapat diestimasi dengan formula berikut [Rrzos
-1 & Stolz, 19851:
-10
!0 20 l0 r+0 50 60 ?s 80 lgs 150
16.0 t!0 t(0 130 lz0 110 100
120
k- Gm, a5
r:-'2{r-ttd
r80 114

Inklinasi Orbit lnKllnc*sl Orbfi


=++ ? tr-iscos2e;I+6.coset (4.26l'
Hubungan antara inklinasi, tinggi Hubungan antara inklinasi,
orbit, dan pergerakan titik nodal tinggi orbit, dan rotasi titrk perigee
dimana:
Gambar 4.26 Efek ketidaksrmetrisan Bumi tcr'hadap lokasi titik nodal dan titik oo = massa benda penyebab pasang surut (bulan, m a t a -
perigee lSeeber,7993) hari),
ra = vektor posisi geosentrik penyebab pasang surut
4.6.2 Gaya Gravitasi Bulan dan Matahari (bulan, matahari),
Disamping gaya gravitasi Bumi yang terutama mempengaruhi e : sudut antara vektor geosentris satelit r dan r,,,
pergerakan satelit, gaya gravitasi dari benda-benda langit lainnya, k, = Loue number, parameter elastisitas dari badan Bumi.
terutama Bulan dan Matahari, juga akan mempengaruhi pergerak-
an satelit. Dalam hal ini efek gaya grav,itasi Bulan terhadap perge- Efek dari pasang surut laut terhadap pergerakan satelit relatif
rakan satelit relatif lebih besar dibandingkan gaya gravitasi Mata- sulit untuk dimodelkan karena bentuk garis pantai yang relatif tidak
hari. Meskipun Matahari massanya jauh lebih masif dari Bulan teratur.
(sekitar 27 juta kalinya), tetapi jaraknya dari satelit juga relatif
lebih jauh (sekitar 390 kalinya). 4.6.4 Atmospheric Drag
Efek dari gravitasi Matahari dan Bulan terhadap pergerakan Dalam pergerakannya mengetilingi Bumi, satelit akan berinte-
satelit (dalam bentuk vektor percepatan r"" dan r"-), dapat difor- raksi dengan partikel-partikel (molekul, atom, ion) dalam atmosfer.
mulasikan sbb.: Akibat interaksi ini akan timbul gaya-gaya yang mempengaruhi
pergerakan satelit. Dalam hal ini gaya yang paling dominan adalah
r"- = G.m-. { (r_-r) 3.(r*-r) - r--3. r-} (4.24l, gaya tarikan dari atmosfer (atmospheic dragl yang arahnya berla-
wanan dengan arah gerak satelit (lihat Gambar 4.27 berikut). Ka-
r"" = G.m". ((r"-r)-3.(r"-r) - r"-3. r"l (4.2sl' t rena densitas atmosfer yang relatif mengecil dengan ketinggian,
dimana: fI = vektor posisi geosentrik matahari,
i
i
maka efek dari atmospheic drag ini umumnya cukup signifikan
fm = vektor posisi geosentrik bulan,
i
1
untuk sateiit-satelit berorbit rendah. Sedangkan untuk satelit
I berorbit tinggi efeknya relatif kecil. Bahkan bisa dikatakan, atmo-
f = vektor posisi geosentrik satelit, I,
m.m = massa bulan dan massa matahari, dan spheic drag ini adalah gaya perturbasi non-gravitasional paling
s t besar yang mempengaruhi satelit berorbit rendah.
G = konstanta gravitasi.
Besar dan karakteristik gaya aerodinamik yang bekerja pada
4.6.3 Pasang Surut Bumi dan Laut permukaan tubuh satelit ini, akan bergantung pada beberapa fak-
Gaya gravitasi Bulan dan Matahariyang bekerja pada Bumi akan tor antara lain:
menyebabkan fenomena pasang surut Bumi (solidearth/bodg tidesl
( ilor,/r'.sr .Salr'/ll ().1
,St.slr:lrt ( )rlrrl

geometri (bentuk, besar, konfigurasi) serta massa satelit, ini diestimasi sebagai parameter bebas dalam program penentuarr
kecepatan satelit, orbit.
orientasi satelit terhadap aliran udara , serta Sedangkan untuk densitas atmosfer, nilainya tidak hanya ber-
a densitas, temperatur, dan komposisi gas di atmosfer. gantung pada ketinggian, tetapi juga lokasi geografis, musim, waktu,
aktivitas matahari dan geomagnetik. Gambar 4.29 rnengilustrasikan
variasi dari nilai densitas atmosfer ini. Karena densitas atmosfer
Atmosfer mengecil dengan meningkatnya ketinggian, maka pengaruh atmo-
spheic drag akan menurun secara drastis dengan meningkatnya
pergCiikan satelit ketinggian. Untuk satelit seperti TRANSIT yang ketinggian orbit-
dalam orbitnya nya sekitar 1O0O km, efek dari atmospheic drag cukup berarti.
Namun untuk satelit GPS yang berketinggian orbit sekitar 20.000
km, atmospheric drag relatif tidak punya efek.

1000

Gambar 4.28 Atmospheric Drag

Secara matematis efek dari atmospheric drog terhadap perge- 800


rakan satelit (dalam bentuk vektor percepatan) dapat diformulasi-
kan dengan rumus empirik berikut [Roy, 1988; Seeber, 1993] : tr
]{
! 600
r"o= -(ll2). Co. p(r,t). (A/m"). lr'- r'"1 . (r'- r'") (4.27) u0
o

dimana: 400
ffi" = massa satelit,
A : luas penampang efektif dari satelit,
CD : koefisien drag, 200
p(r,t) : densitas atmosfer di sekitar satelit,
t, t' : vektor posisi dan kecepatan satelit, dan l0-3 10-2 10-r 1 10 100 1000
r' = kecepatan atmosfer di sekitar satelit. Densitas udara (ng m-3)

Gambar 4.29 Densitas Atmosfer; dari Rog (1988)


Seandainya kecepatan relatif satelit terhadap atmosfer dinyata-
kan dengan v. dan vektor satuan arahnya adalah eu, maka persa- Seperti ditunjukkan oleh persamaan (4.23l,di atas, besarnya efek
maan (4.22l'di atas dapat dituliskan sebagai: atmospheic drag juga akan bergantung pada kecepatan satelit re-
latif terhadap atmosfer. Semakin tinggi kecepatan satelit maka akan
r"o: -(ll2l. Co. p(r,t). (A/m"). r.'. , (4.28l' semakin besar efek dari atmospheric dragpada satelit. Kalau sean-
dainya diasumsikan bahwa atmosfer berotasi bersama Bumi, maka
Pada persamaan di atas, nilai koefisien drag Co akan bergan-
kecepatan relatif satelit terhadap atmosfer dapat dihitung berda-
tung pada mekanisme interkasi antara partikel-partikel atmosfer
sarkan hubungan lMontenbruck & Gill,200O]:
dengan permukaan satelit. Untuk satelit berbentuk bola, nilai C,
adalah 1. Semakin rumit bentuk permukaan dari satelit, koefisien v.=v-oxt $.291
Co akan semakin besar. Menurut Montenbruck & Gill (200O), nilai
tipikal dari C, adalah antara 1,5 dan 3,0, dan umumnya koefisien dimana v adalah vektor kecepatan (inersia) satelit, r adalah vektor
posisi satelit, dan ru adalah vektor kecepatan sudut Bumi.
.Si.slcrrr ( )rlrrl ()l;
<)4 (icodesi Satelil

Akhirnya patut dicatat bahwa karena efek dari atmospheric drag Altr' = rasio luas permukaan dengan massa satelit
bergantung pada densitas atmosfer di lokasi satelit, maka pemodelan AU = Astronomical Unit (1,5.108 km)
karakteristik dan dinamika atmosfer yang relatif kompleks meru- t, t. : vektor posisi satelit dan matahari dalam space-fixed equa-
pakan salah satu tantangan dalam penentuan orbit satelit yang torial system
teliti pada saat ini. fungsi bayangan
O, satelit dalam daerah bayangan Bumi (umbra)
4.6.5 Tekanan Radiasi Matahari (Solar Radiation Pressurel 1, satelit dalam daerah pancaran radiasi matahari
Tekanan radiasi matahari (solar radiation pressurel dapat ber- O u< <1, satelit dalam daerah setengah bayangan (penumbral.
pengaruh terhadap pergerakan satelit. Tekanan radiasi matahari
Perlu dicatat di sini bahwa karena adanya eksentrisitas dari or-
ini ada yang bersifat langsung dan tak langsung, seperti yang di-
ilustrasikan pada Gambar 4.30 Dalam efek tak langsung (albedol, bit Bumi, jarak antara satelit yang mengorbit Bumi dengan Mata-
radiasi matahari terlebih dahulu dipantulkan oleh Bumi sebelum hari akan bervariasi antara l47.106 km dan 152.106 km sepanjang
mengenai satelit. Besarnya efek tekanan radiasi matahari pada tahunnya. Ini akan menimbulkanvariasi tahunan sekitar 3,3o/opada
pergerakan satelit akan bergantung pada beberapa faktor seperti tekanan radiasi matahari, karena fluks radiasi matahari (solarfluxl
tingkat aktivitas matahari, massa satelit, reflektivitas permukaan akan berkurang dengan faktor jarak kuadrat (r'?) dari matahari
satelit, geometri satelit, serta posisinya relatif terhadap matahari. fMontenbntck & Gitl, 2OOO].
Pengaruh tekanan radiasi matahari yang langsung terhadap
pergerakan satelit, umumnya paling terasa pada komponen along-
track, yaitu dalam arah pergerakan satelit. Dibandingkan dengan
efek dari radiasi matahari yang langsung, efek tak langsung (al-
bedol urnumnya lebih kecil dari 107o efek langsungnya. Untuk sa-
telit berorbit rendah, percepatan tipikal yang disebabkan oleh al-
bedo pada pergerakan satelit adalah sekitar 10 sampai 35% dari
percepatan yang disebabkan oleh radiasi matahari langsung [Knocke
Lt 19881. Untuk satelit GPS yang orbitnya relatif tinggi (sekitar
^1., km di atas permukaan Bumi], efek albedo berkisar sekitar
20.000
l-2%o dibandingkan efek langsungnya, dan umumnya diabaikan
dalam perhitungan orbit GPS. Perlu dicatat di sini bahwa karena
Gambar 4.30 Tekanal Radiasi Mata-hari distribusi yang variatif dari tanah, air, dan awan di permukaan
Bumi, efek dari albedo umumnya cukup sulit untuk dimodelkan
Secara matematis, efek dari tekanan radiasi matahari yang lang- secara baik.
sung terhadap pergerakan satelit (dalam bentuk vektor percepat-
an) dapat diformulasikan dengan rumus berikut lCapellai et al., 4.6.6 Gaya-gaya Perturbasi Lainnya
te76l:
Dalam analisa orbit berketelitian tinggi ada beberapa gaya
r'o": u.P..C..(A/m).(AU)' .lr - r"l-t. 1r - r") , (4.30) perturbasi kecil lainnya yang perlu diperhitungkan, yaitu :
dimana:
. Friksiyang disebabkan oleh partikel-partikel bermuatan di lapisan
P" = tekanan radiasi matahari atmosfer bagian atas
= solar flux/kecepatan cahaya . Radiasi termal dari satelit
tx 4,56. 10-6 Nrr'2 lMontenbntck & Gill,2OO0l. . Efek perbedaan pemanasan pada daerah batas bayangan bumi.
C., = koefisien tekanan radiasi matahari
. Interaksi elektromagnetik dalam medan geomagnetik
: 1 + reflektivitas dari permukaan satelit . Pengaruh-pengaruh dari debu antarplanel (inter-planetary dustl
. Efek relativistik
= l,2l untuk solar panel, 1,30 untuk high-gain antenna, . Pengaruh dari manuver-manuver untuk pengontrolan dan
dan 1,88 untuk alumunium
pengendalian satelit.
lMontenbntck & Gill, 2000].
(){l (ir,or,ftr-srSul.ftl :;t:ilt'nt ( )tl,tl tl'i

Kontribusi dari masing-masing gaya di atas terhadap percepat- . Peningkatan kualitas orbit (orbit improuement) dengan
an satelit umumnya jauh lebih kecil dari 10-e m/s2 . menggunakan semua datayang tersedia. Tahap ini juga kadang,
dinamakan tahap estimasi orbit (orbit estimation).
Akhirnya untuk memberikan gambaran tentang pengaruh dari
masing-masing gaya perturbasi yang telah dijelaskan pada sub- Menurut Montenbruck & Gill (2OOO), pentahapan seperti di atas
bab ini, pada Tabel 4.4 diberikan contoh efek dari gaya-gaya diperlukan karena dua hal. Pertama, formula matematis untuk
perturbasi pada orbit satelit GPS yang berketinggian sekitar 20.000 penentuan orbit relatif cukup kompleks sehingga secara umum sulit
km di atas permukaan Bumi. untuk dilakukan inversi secara langsung. Kedua, data-data yang
digunakan untuk penentuan orbit selalu dihinggapi oleh kesalah-
an dan bias, sehingga suatu proses estimasi akan selalu diperlu-
Tabel 4.4 trfek dari gaya perturbasi pada orbit satelit GPS
kan untuk memperoleh parameter-parameter orbit yang paling op-
lKing et al., 19851 timal.
Gaya Percepatan Efek pada Orbit Satelit Untuk penentuan orbit satelit ini, sebagai data masukan diper-
lukan data-data yang terkait dengan posisi dan kecepatan. Ini bisa
Perturbasi (m/s'! Orbit 3 jam Orbit 3 hari
berupa data-data ukuran sudut(pointing anglel, jarak (range), atau,
Gaya gravitasi bumi 0,56 pun laju pentbahan jarak (range rate) dari stasiun pengamat di
(central force) permukaan Bumi ke satelit yang bersangkutan, dari epok ke epok.
Gaya gravitasi bumi, Cro 5. 10-s 2klr, 14 km Penentuan koordinat satelit dari epok ke epok juga dapat dila-
Gaya gravitasi bumi, 3. 10-7 50-80m 100 - 1500 m kukan secara geometrik, yaitu dengan melakukan pengamatan ja-
harmonik tinggi rak ke satelit dari beberapa titik di permukaan bumi yang telah
Gaya gravitasi 5. 10'6 5-150m 1000 - 3000 m diketahui koordinatnya. Berdasarkan koordinat satelit yang diper-
matahari dan bulan oleh dari waktu ke waktu, maka parameter-parameter orbit juga
Pasang surut bumi I 10-e 0,5 - 1,0 m dapat kemudian diestimasi, seandainya diperlukan.
Pasang surut laut I 10'e 0,0 - 2,0 m
Solar Radiation Pressure 1 10-7 5- 1Om 100 - 800 m
Albedo 1 10-q 1.0 - 1.5 m

4.7 PENENTUAN ORBIT


Pada pripsipnya, penentuan orbit satelit dapat dilakukan de-
ngan mengintegrasikan persamaan diferensial berikut:
r"=-(GM/r3) 1*p, (4.31)
yang tidak hanya mengakomodasi gaya sentral Bumi, e.g. (GM/r3)
r, tetapi juga gaya-gaya perturbasi lainnya (p.) . Penyelesaian
persamaan di atas dapat dilakukan secara analitik maupun numerik.
Penentuan Orbit (orbit determinationl pada prinsipnya bertuju-
an menentukan elemen-elemen untuk mendeskripsikan orbit, baik
dari data pengamatan maupun informasi apriori yang sudah dike-
tahui. Berdasarkan pada aplikasi, penentuan orbit dapat dikatego-
rikan menjadi dua tahap yaitu:
. Penentuan orbit awal (initiol orbit determincttion), yaitu
penentuan parameter orbit tanpa menggunakan ukuran lebih
maupun informasi apriori tentang orbit yang bersangkutan,
dan kemudian
Bab 5
PROPAGASI SINYAL

Dalam perjalanannya dari satelit ke Bumi atau sebaliknya, si-


nyal dari atau ke satelit, yang pada dasarnya adalah sinyal elek-
tromagnetik, harus melalui bagian atmosfer Bumi. Karena atmo-
sfer mempunyai karakteristik yang sangat variatif, maka efek yang
dialami oleh sinyal juga akan sangat variatif, baik secara spasial
maupun temporal. Ada beberapa parameter dari sinyal satelit yang
dapat dipengaruhi oleh lapisan atmosfer Bumi, yaitu kecepatan
dan arah propagasi, serta kekuatan dan polarisasi sinyal. Untuk
memahami efik-efek tersebut secara lebih baik, dalam bab ini akan
dijelaskan secara umum karakteristik dari gelombang elektromag-
netik, medium propagasinya ya.ng dalam hal ini adalah atmosfer
Bumi, serta interaksi antara keduanya.
5. 1 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang berpropagasi
mandiri (s etf-p rop ag atingl yang mempunyai komponen- komponen
magnetik dan elektrik yang dibangkitkan oleh osilasi cepat dari
partikel bermuatan. Gelombang ini merambat dengan kecepatan
cahaya dalam bentuk yang harmonik dan sinusoidal, seperti ditun-
jukkan pada Gambar 5.1 berikut.

medan
listnk
A
I

) ,arah
r' Pergerakan
medan
magnetik

c (kec.
cahaya)

;; Gambar Gelombang elektromagnetik


!t 5. 1
;l
i

i
i 99
*

t,
I OO ( icotlt:st SutcLit l'ropotlusi Sirrtlul lOI

Gelombang elektromagnetik mempunyai spektrum radiasi yang Perlu juga dicatat bahwa spektrum gelombang dalam kategori
cukup luas, mulai dari panjang gelombang yang terpanjang (ge- pita-pita SHF dan UHF, serta sebagian dari EHF dan VHF umum_
lombang radio panjang) sekitar 1OOO km, sampai yang terpendek nya juga dinamakan sebagai gelombang mikro (microttaue). Gelom-
(radiasi kosmik) sekitar 1O 10 prm, seperti yang ditunjukkan pad.a bang mikro banyak digunakan untuk aplikasi terekomunikasl (ter-
Gambar 5.2. Dalam bidang geodesi satelit, dua domain spektrum masuk telekomunikasi dengan satelit) serta pada sistem-sistem
yang banyak digunakan adalah domain sinar tampak (uisible light) Radar (Radio Detection and Rangingl.
dan domain gelombang mikro. Spektrum gelombang mikro ini kadang juga diklasifikasikan
dalam pita-pita frekuensi (frequencg bands) tertentu. Ada beberapa
srnar tampak (vrslb/e irgrhts)
kategori pembagian spektrum frekuensi gelombang mikro yang di_
Radiasi
I
Radiasi UV infrared gelombang gelombang kenal, dan salah satunya adalah yang diberikan pada Tabel 5.2
kosmik I Rontgen mikro radio berikut.
10-16 10-14 10-12 t0-10 1O-E 10-6 104 1O-2 100 102 104 106
Tabel 5.2 Klasifikasi spektrum gelombang mikro lRueger, tgg6)
Panjang gelombang, ), (m)
Pita (band) Panjang Gelombang Frekuensi
G arn b ar' j.H:f.i o m a gn e tik V Band 5,3 mm - 6,5 mm 46 - 56 GHz
? Tr:: ?T:;T,"r r:T
Q Band 6,5 mm - 8,3 mm 36 - 46 GHz
Radiasi elektromagnetik juga kerap diklasifikasikan seperti pada K Band 8,3 mm - 27,5 mm 10,9 - 36 GHz
Tabel 5.1. Perbedaan mendasar dari gelombang-gelombang ini ter- X Band 27,5 mm - 57,7 rnm 5,2 - tO,9 GHz
letak pada panjang gelombangnya, yang terkait langsung dengan S Band 57,7 mrn - 0,194 m 1,55 - 5,2 GHz
energiyang dibawa oleh gelombang tersebut. Semakin pendek pan- L Band 0,194m-O,769m 0,39 - 1,55 GHz
jang gelombang dari suatu radiasi, maka akan semakin tinggi fre- P Band 0.769m-1.333m 0,225 - 0,39 GHz
kuensi dan energinya, dan sebaliknya.
sistem-sistem pengamatan yang digunakan dalam geodesi sate-
Table 5.1 Contoh klasifikasi radiasi elektromagnetik litumumnya tidak menggunakan sinyal dengan frekuensi yang
fSeeber, 1993 Rueger, 1996] sama. Tabel 5.3 berikut menunjukkan beberapa contoh spektrum
frekuensi yang digunakan oleh sistem geodesi satelit.
Radiasi Paniang Gelombans Frekuensi
X-rays 1,6 x 10-tr - 6,6 x 1O'8 m 4,5x101s-1,9 lOts Hz Tabel 5.3 Contoh beberapa frekuensi
Ultraviolet 1,4 x 10-8 - 3,6 x 10'7 m 8,3xlOt4-2,2 lOt6 Hz yang digunakan oleh sistem satelit
Visible light 3,6 x 10'7 - 7,8 " 1O-7 m 3,8x lOra-8,3 lOta Hz Sistem Satelit Frekuensi Sinyal
Infrared 7,8 x lO-7 - 3,4 , 10-a m 8,8x10rt-3,8 LOla Hz TRANSIT/Doppler 150 MHz
EHF 1,0 x 10'3 - 1,0 x 1O-2 m 3x1oto -3x .O1t Hz MHz
4OO L - band
SHF 1,0 x 10-2 - 1,0 x 10'' m 3x10e -3x Ol" Hz GPS t227,60 MHz L - band
UHF 0,1 -1m 3x1O8-3x oe Hz 1575,42 MHz L - band
VHF 1-10m 3x107-3x 08 Hz GLONASS r602,562s - 1615,5 MHz L - band
HF 10-10rm 3x106 -3x 07 Hz 1246,4375 - 1256,5 MHz L - band
MF 102 - 103 m 3xlos -3x 06 Hz Mark-III VLBI System 2,2 - 2,3 GHz S band
LF 103 - 10a m 3x10a-3x Os Hz
8,2 - 8,6 GHz x band
TOPEX/Poseidon 5,3 GHZ X - band
VLF 104- 10s m 3x1O3 -3x Oa Hz (Radar Altimeter) 13,6 GHz K - band
ELF lOs- 106 m 3x102-3, 03 Hz ERS-1 (Radar Altimeter) 13,8 GHz K - band
l()'2 Geodesi Satelit l'r()l)Q(lust Suu!ul IO.t

5.2 ATMOSFER BUMI DAN KARAKTERISTIKNYA Dari Gambar ini terlihat bahwa di bawah ketinggian 200 krn,
Terminologi atmosfer biasanya digunakan untuk mendes- atmosfer didominasi oleh gas-gas Oksigen (Or) dan Nitrogen (Nr);
kripsikan lapisan udara yang melingkupi Bumi lVanicek and sementara di atas 200 km yang mendominasi adalah atom-atom
Krakiutskg, 19861. Oksigen (O). Dari Gambar 5.4 juga terlihat bahwa densitas udara
mengecil dengan ketinggian, dan di atas ketinggian sekitar 1000
Atmosfer dapat diklasifikasikan menjadi beberapa lapisan. Ber- km umumnya sudah relatif sangat kecil dan dapat diabaikan. Per-
dasarkan kriteria yang digunakan dalam klasifikasi, dikenal bebe- lu dicatat di sini bahwa dengan semakin membesarnya ketinggian,
rapa nomenklatur lapisan-lapisan atmosfer, seperti yang ditunjuk- pengaruh medan magnetik Bumi terhadap partikel-partikel dalam
kan pada Gambar 5.3 berikut. atmosfer akan semakin membesar.
Ketlnggian
femperatur loniesi
Medan
Propagasi Teknikal Berdasarkan profil temperaturnya, lapisan atmosfer Bumi umum
(km) MagnetiN
dibagi atas troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer, seperti
Protonosler
yang diilustrasikan pada Gambar 5.5 berikut.
10.000
Termosfer Magnetosfer
lonosfer Atmosfer 300
Afes
1.000
lonosfet
200
100 Mesosler
Strafosfer
10 Dinamofet Atnosfer 100
Neutroster
Troposter Troposfer Bawah rsfer
,&
BO I
Gambar 5.3 Beberapa klasifikasi atmosfer Bumi ISeeber, 1993] (!
bo Mesosfer
bo
Atmosfer Bumi terdiri atas beberapa jenis gas seperti Oksigen, Ni- 60
0) I
trogen, Helium, dan Argon. Menurut Tascione (1994), secara umum M Lap.
tiga gas utama yang membentuk atmosfer adalah Nitrogen (sekitar 40
Stratosfer Ozon
78ohl, Oksigen (sekitar 2lo l, dan Argon (sekitar 1%). Sampai keting-
gian sekitar 100 km, gas-gas tersebut bercampur secara baik, sehing- Tlononnt tce I I
20
ga densitasnya relatif sama dengan di permukaan Bumi. Di atas ke-
tinggian ini setiap gas berada dalam kesetimbangan difusif dan dis-
tribusi vertikal dari setiap gas akan bergantung pada berat molekul-
nya. Komposisi tipikal gas dalam atmosferyang diturunkan dari peng-
-100 -50 50 100

ukuran pada tahun 1960-an ditunjukkan pada Gambar 5.4 berikut. Temperatur (oC)

500 Ciambar 5.5 Profi1 temperatur terhadap ketinggian di


Komposisi Gas lapisan bawah atmosfer Bumi; dari Ir\IASA BSE, 2000].
400 Atmosfer Bumi
Da-lam hal irri troposfer adalah lapisan paling bawah dari atrno-
5 .oo sfer Bumi yang mempunyai ketinggian sekitar 8 sampai 15 km di
.!
bo
zso
atas permukaan Bumi, bergantung pada lintang. Seperti yang di-
ff zoo tunjukkan oleh Gambar 5.5, temperatur dalam lapisan troposfer
vo rso .... N"
turun dengan semakin besarnya ketinggian. Di atas troposfer, ter-
.i.. dapat lapisan stratosfer yang ketinggiannya mencapai sekitar 5O
- km. Dalam lapisan stratosfer, temperatur kembali naik dengan
100
los 106 lO7 108 loe l0r0 IOI lor2
membesarnya ketinggian. Temperatur kembali turun di dalam la-
Jumlah partikel (cm-3) pisan mesosfer, yang berketinggian 50 sampai 80 km di atas per-
Ganrbar 5.4 l{omposisi gzrs atmosfer Bumi; dari UOL (2O0O) mukaan Bumi. Penurunan ini dapat mencapai -500C sampai -1400C,

t
I O4 ( ilorlr.sr Srrlr,/il l'ntlturlrt:;t Sirrrlttl IOlr

bergantung pada lintang dan musim. Dari ketinggian BO km,, tem- Lapisan D adalah lapisan ionosfer yang paling bawah, clan l<irrc
peratur kembali naik di dalam lapisan termosfer. Temperatur ini na jaraknya relatif yang paling jauh dari matahari, maka iotrisasi
dapat naik sampai 20000C, dan bahkan kadang mencapai ?5OO0C pada lapisan ini adalah yang terkecil dibandingkan lapisan-lapisan
pada siang hari [IIASA ESE, 2000]. lainnya. Lapisan yang menghilang pada malam hari ini, meman-
Dalam konteks propagasi sinyal dari satelit ke permukaan Bumi, tulkan gelombang VLF dan LF serta menyerap gelombang MF dan
atmosfer umumnya dibagi menjadi dua lapisan, yaitu troposfer dan HF Ilomasi, 19941. Lapisan E, yang kadang dinamakan lapisan
ionosfer. Kennelg-Heauiside, membantu propagasi gelombang permukaan MF
Ionosfer adalah bagian dari lapisan atas atmosfer yang karena dan pada siang hari memantulkan gelombang HF. Pada malam hari,
adanya radiasi Matahari mempu4yai sejumlah elektron dan ion lapisan E ini juga secara praktis hampir seluruhnya menghilang.
bebas. Lapisan ionosfer ini mempunyai batas bawah pada ketinggi- Lapisan paling atas atrnosfer, yang dinamakan lapisan F, umum-
. an sekitar 50 sampai 70 km; dengan ketinggian batas atas yang nya dibagi menjadi lapisan F, dan Fr. Lapisan F, menyerap dan
tidak terlalu jelas, meskipun untuk banyak aplikasi ketinggian 2000 memperlemah sebagian gelombang HF. Pada malam hari lapisan
km digunakan sebagai batas atas [?oscione,1994]. Jumlah (densitas) F, bergabung dengan lapisan F, membentuk hanya satu lapisan.
elektron dan ion bebas pada lapisan ionosfer ini bergantung pada Dari Gambar 5.6 di atas, yang merupakan contoh profil untuk
besarnya intensitas radiasi matahari serta densitas gas pada lapis- lintang menengah, terlihat bahwa secara umum karena terkait de-
an tersebut lDauies, 199o1. Disamping itu struktur vertikal densitas ngan intensitas radiasi matahari, maka densitas elektron dalam
eletron dalam ionosfer juga berubah secara kontinyu. Struktur ini lapisan ionosfer lebih besar pada siang hari ketimbang malam hari.
juga variatif terhadap waktu, musim, dan lintang setempat. Densitas elektron juga membesar dengan meningkatnya tingkat
Secara umum berdasarkan membesarnya ketinggian dan aktivitas matahari, yang dikarakterisasi dengan meningkatnya jum-
densitas elektron, lapisan ionosfer dapat dikategorisasikan men- lah sunspot yang teramati di permukaan matahari. Disamping itu
jadi lapisan-lapisan D, E, F1, dan F2, seperti yang diilustrasikan profil densitas elektron ini juga akan berubah untuk daerah kutub
pada Gambar 5.6 berikut. Ketinggian lapisan-lapisan ini dari dan ekuator.
pemukaan Bumi adalah berkisar sekitar lseeber, 1993] : 60 - 90 Adanya lapisan-lapisan ionosfer yang diilustrasikan pada Gam-
km untuk lapisan D, 85 - 14O km untuk lapisan E, 140 - 200 km bar 5.6 terjadi karena beberapa faktor, yaitu Ilascione, 19941:
untuk lapisan F,, dan 2OO - 1000 km untuk lapisan F,. 1. sepektrum radiasi matahari menyimpan energinya pada
beberapa ketinggian bergantung pada karakteristik penyerapan
(absorption) dari lapisan atmosfer;
Sunspof : i' 2. proses fisika dari rekombinasi ion bergantung pada densitas
maksimum _ atmosfer yang bervariasi dengan ketinggian; dan
\,
minimum
3. komposisi dari atmosfer berubah dengan ketinggian.
J( 400
Malam F
5.3 PROPAGASI GELOMBANG
F2
a Berbicara tentang propagasi gelombang elektromagnetik dalam
ho
bo atmosfer Bumi, ada beberapa konsep penting yang perlu dijelas-
.E 2oo iF, kan, yaitu terkait dengan medium dispersif dan non-dispersif, ke-
o
150 cepatan fase dan kecepatan group, serta interaksi energi antara
in/
gelombang dengan partikel-partikel yang ada dalam atmosfer: Kon-
100 sep-konsep tersebut dijelaskan secara umum berikut ini.
80
60 5.3.1 Medium Dispersif
t0 7O2 1O3 1O4 los 106 Medium dimana kecepatan propagasi dari gelombang elektro-
Konsentrasi Elektron (cm-s) magnetik bergantung pada frekuensi dinamakan medium dispersif.
Pada medium dispersif, tidak seperti halnya pada medium non-
Ci:uubar- 5.(r [,ro1]1 tiprkzrl rlensrtas elektron untuk lnrl:rn1,,
tneneng:rh padzr siang dan rnalam hari; dari [?a-sciorrr,, I()() li dispersif, indeks refraksi bergantung pada frekuensi sinyal. Oleh

A
l0(l ()t:orl<:si Satelit. I'ntpurl<tsr Srrtrytl lll'/

sebab itu gelombang yang frekuensi lebih tinggi akan direfraksikan Untuk sinyal yang merambat dalam medium non-dispersr.,fberlakrr:
dalam arah yang sedikit berbeda dengan gelombang yang
frekuensinya lebih rendah. Efek dispersi disebabkan oleh interaksi (s 8)
elektromagnetik antara medan bermuatan listrik dari medium de- Dalam kasus sinyal GPS, code bergerak dengan kecepatan group,
ngan medan eksternal dari gelombang yang memasuki medium ter- sedangkan carrier phase bergerak dengan kecepatan fase. Untuk
sebut. gelombang mikro, ionosfer adalah medium dispersif dan troposfer
Dalam medium dispersif diamati adanya kecepatan yang ber- adalah medium non-dispersif. Untuk gelombang optik, yangberlaku
beda-beda untuk gelombang dengan frekuensi yang berbeda-beda adalah kebalikannya.
dan juga group (kelompok) gelombang. Dalam hal ini dikenal kece-
patan fase dan kecepatan group. Kecepatan fase adalah kecepatan
dari suatu gelombang dengan panjang gelombang tertentu yang 5.3.3 Interaksi Energi
uniform. Kecepatan group adalah kecepatan dari suatu group ge- Dalam konteks propagasi gelombang elektromagnetik dari sate-
lombang, yang merupakan superposisi dari beberapa gelombang lit ke permukaan Bumi, ada beberapa mekanisme interaksi energi
dari beberapa frekuensi. Kecepatan group adalah kecepatan pro- yang terjadi antara gelombang dengan atmosfer. Dua mekanisme
pagasi dari energi atau informasi yang dibawa oleh gelombang ter- yang cukup penting dalam kaitannya dengan sistem-sistem peng-
sebut. amatan satelit geodesi adalah pemendaran (scatteinfl dan penye-
rapan (absorptionl.
5.3.2 Kecepatan Fase dan Kecepatan Group Pemendaran oleh atmosfer (atmosphenc scatteingl adalah difusi
Seandainya o adalah kecepatan sudut dan k adalah bilangan radiasi bersifat acak oleh partikel-partikel dalam atmosfer lLillesand
gelombang, maka kecepatanlase dapat diformulasikan sebagai: & Kiefer, 19941. Ada beberapa tipe pemendaran yaitu pendaran
Rayleigh (Ragleigh scatter), pendaran Mie (Mie scatter), pendaran
vr= f.i, = @/k dimana a = 2rf dan k :2nl)" (s.1) non-selektif (nonselectiue scattez). Pendaran Rayleigh umum ter-
Sedangkan kecepatan group dapat diformulasikan sebagai: jadi ketika radiasi gelombang berinteraksi dengan molekul-mole-
kul serta partikel atmosfer yang diameternya jauh lebih kecil dari
v* : dro/dk (s 2) panjang gelombangnya. Besarnya efek pendaran Rayleigh
Untuk medium yang bukan vakum, secara umum kecepatan berbanding terbalik dengan pangkat empat dari panjang gelom-
propagasi dikarakterisasi oleh indeks refraksi n, yaitu: bang. Oleh sebab itu radiasi dengan gelombang yang lebih pendek
akan lebih dipengaruhi oleh mekanisme pendaran Rayleigh ini di-
v=cfn (5.3) bandingkan radiasi dengan gelombang lebih panjang.
dimana c kecepatan dalam vakum. Untuk kecepatan fase dan Pendaran Mie terjadi ketika diameter dari partikel-partikel at-
kecepatan group berlaku: mosfer secara urrrum sama dengan panjang gelombang dari radiasi
c/n, elektromagnetik yang melaluinya. Uap air dan debu adalah penye-
v, = dan v:c/n (s.4)
bab utama dari pendaran Mie ini. Dibandingkan pendaran Rayleigh,
Hubungan antara kecepatan group d.an kecepatanfase adalah: pendaran Mie ini cenderung mempengaruhi radiasi yang gelom-
V* = v, - I.(dv,/dl,) bangnya relatif lebih panjang.
(5.5)
Pendaran yang lebih menyulitkan adalah pendaran non-selek-
Untuk indeks refraksi berlaku:
tif. Pendaran ini tedadi ketika partikel atmosfer yang menyebab-
fl*=Dr+f.(dn/d0 (s.6) kan pendaran mempunyai diameter yang jauh lebih besar dari pan-
jang gelombang radiasi. Butiran-butiran air adalah salah satu pe-
Dapat juga dibuktikan bahwa untuk dua kecepatan berlaku
nyebab dari pemendaran tipe ini. Dalam hal ini, dengan diameter
v*,v, = c2 (s.71 sekitar 5 sampai 100 mm, butiran air akan memendarkan secara
Pada medium dispersif, kecepatan fase dapat melebihi kecepat- hampir sama semua gelombang tampak serta gelombang inframerah
an dalam vakum, c. Sedangkan kecepatan group, sesuai dengan dekat dan menengah lLillesand & Kiefer, 19941. Dengan kata lain,
hukum relativitas, tidak dapat melebihi kecepatan dalam vakum, c. pemendaran ini bersifat non-selektif terhadap panjang gelombang.

i
I O.r.t ( it,tttlt':;t iirtlcltl l'rttltrttltt:;t iirttlrtl I Ot )

Dalam propagasinya dari satelit ke permukaan Bumi, ra(liasi 5.4 PROPAGASI SITIYAL DALAM IONOSFER
gelombang elektromagnetik juga dapat kehilangan energi, karena
adanya penyerapan oleh molekur-molekul daram atmosfer (cttrrto- Sinyal atau gelombang elektromagnetik dari suatu satelit umum-
nya hatts mela-lui lapisan ionosfer untuk sampai ke permukaan bumi.
spheic absorptionl. Persentase kehilangan energi ini akan bergan-
tung pada panjang gelombang radiasinya. Dengan kata lain, per_ Ion-ion bebas (elektron) dalam lapisan ionosfer akan mempengaruhi
propagasi sinyal tersebut. Dalam hal ini ionosfer akan mempenga-
sentase transmisi dari atmosfer Bumi bervariasi bergantung pada
panjang gelombang dari radiasi gelombang yang .rr"l.1rrirry., ru}li kecepatan, arah, polarisasi, dan kekuatan dari sinyal satelit yang
perti yang diilustrasikan pada Gambar 5.7 berikut. ""_ melaluinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.8.

Ultra uiolet Satelit


Infrared jauh
+- infrared. ---)
100
o\ 80
o 60
Mempengaruhi
o 40 I kecepatan
(U 20 o arah
r
F l polarisasi
o,5 1,0 7,5 2p 3,0 5,O o kekuatan
10 t5 20
Panjang gelom bang {prm) dari sinyal satelit
iared jauh q- ---l Gelomban
loo
9O GHz
480 ,aa orr;f
I

-22 GHz
.2 oo 35 GHz
13

Pita penyerapan (! Gambar 5.8 Efek ionosi-er terhadap sinyal sateltt


a40 p
u ap air (22 G Hz)
6O GHz ,t
F
Izo Dalam hal ini efek dari ionosfer yang terbesar umumnya adalah
o pada kecepatan sinyal, dimana ini akan langsung mempengaruhi
300 500 1000 0.5 1.O s,o 10 60 80 nilai ukuran jarak dari pengamat ke satelit. Besarnya bias jarak
karena efek ionosfer ini akan bergantung pada konsentrasi elek-
Panjang tron sepanjang lintasan sinyal serta frekuensi dari sinyal yang ber-
gelombang (pm) Panjang gelombang (cm) sangkutan. Sedangkan konsentrasi elektron sendiri akan bergan-
tung pada beberapa faktor, terutama aktivitas matahari dan me-
dan magnetik bumi, dimana keduanya juga akan bergantung pada
Gambar 5.7 Persentase transmisi atmosfer untuk spektrum radiasi
elelitromagnetik tertentu lCurland-er & McDonough, 199 1l Iokasi geografis, musim, dan waktu.

Dari contoh pada Gambar 5.7 terlihat bahwa ada beberapa pita 5.4. 1 Efek Ionosfer pada Jarak Ukuran
(band) frekuensi dimana penyerapan oleh atmosfer relatif k"Cit Besarnya bias ionofer pada data ukuran jarak dari satelit ke
1p"r-
sentase transmisinya besar) dan sebaliknya ada beberapa pita fre- pengamat di permukaan Bumi, d,o., dapat diestimasi dengan per-
kuensi yang penyerapannya sangat besar sehingga radiasi pada samaan dasar berikut:
frekuensi tersebut seolah tidak bisa melewati lapisan atmosfer. Dari
Gambar 5.7 terlihat bahwa untuk spektrum 1_10 GHz (panjang
gelombang 3 - 30 cm), persentase transmisi atmosfer mendekati dio.= I{1-n(s)}.ds (s e)
loo o/o- oleh sebab itu sinyal-sinyal dari sistem satelit geodesi ba-
nyak memanfaatkan spektrum frekuensi ini, seperti yang terlihat dimana n(s) adalah refraksi ionosfer sepanjang lintasan sinyal dalam
pada Tabel 5.3 sebelumnya. lapisan ionosfer. Pada persamaan di atas terlihat bahwa untuk

t
*
I IO (ir,tnlt.::t !ittt.lrt
i'roltutlttsrSttttytl I I I

rr)cnentukan besarnya efek ionosfer tersebut, indeks refraksi


ionosl-er Berdasarkan persamaan (5.9) di atas, maka efek ionosfer orrk.
harus dispesifikasikan terlebih dahulu.
Indeks refraksi ionosfer (n) telah diturunkan oleh Appleton pertama pada data ukuran jarak adalah:
dan
Hartree, dan dapat diformulasikan sebagai iggOl,
[Klobuchor,
_ 40,3. STEC
dio. = r*.o"
ff f2
(s.14)
n2 =7
dimana STEC (Slant Total Electron Content) adalah jumlah elektron
Y.: I vo 1't' sepanjang lintasan sinyal dalam lapisan ionosfer, di dalam suatu
'-"-r(r-*-rrttl^u_i_;),*,:l (s.10)
silinder yang luas penampangnya 1 m2. Pada persamaan di atas,
STEC dinyatakan dalam unit elektronf rn2, frekuensi dalam unit
Hertz, dan do. dalam unit m. Kadangkala STEC juga dinyatakan
dimana: X: Ne2/ (eomro2) : f^2 /P dalam unit TECU (TEC Unit), dimana 1 TECU = 1016 elektron/m2.
Y,. = eBr/(mto) = {,, cosO/f Patut dicatat di sini bahwa pada frekuensi sekitar 1,2 GHz (con-
Yr= eBr/(mro) = f, sinO/f (s.1i) toh untuk sinyal satelit GPS), bias ionosfer pada jarak ukuran bisa
Z= f,f a lebih dari 150 m sampai kurang dari 5 m. Besarnya bias ionosfer
tersebut didominasi oleh orde pertama bias ionosfer. Sedangkan
o 2rf orde kedua (fungsi dari i / 13) dan orde ketiga (fungsi dari 1 / Ia) seca-
Pada persamaan (5.11) di atas, ra total hanya akan mencapai level maksimum sebesar beberapa
N = konsentrasi elektron, desimeter fWubbena, 199 1].
e - muatan elektron = _I,602. 10_re Coulomb, 5.4.2 Variasi Efek lonosfer
Eo = permitivitas ruang hampa = g,BS4 . 1O_r2
Farad/m, Secara umum konsentrasi elektron dalam ionosfer akan berva-
m : massadiam elektron = 9,107. 10_31 kg,
riasi secara harian (diurnal), musim, lokasi, aktivitas matahari, serta
0 = sudut arah rambat gelombang ketinggian dalam lapisan tersebut fMcNamara,1991]. Dengan kata
terhadap med3n magnetik Bumi, lain efek ionosfer akan mempunyai variasi spasial dan juga tempo-
l = frekuensi tumbukan netral elektron, sekitar roa Hz, ral. gaiiasi spasial dari efek ionosfer umumnya berfrekuensi ren-
{, = frekuensi giro elektron = 1,5 MHz (tipikal), dah dan terutama terkait dengan regionisasi dari aktivitas ionosfer
f. = frekuensi plasma, jarang melebihi 20 MHz, (daerah ekuator, lintang menengah, dan daerah auroral), seperti
f = frekuensi gelombang elektromagnetik, dan yang ditunjuk\an pada Gambar 5.9. Pada daerah ekuator, bias ion-
Brdan B, adalah komponen dari medan magnetik Bumi. osfer umumnya mempunyai nilai yang besar tetapi relatif stabil
(fluktuasi nilai biasnya secara temporal relatif tidak terlalu besar).
Pada daerah auroral, meskipun nilai dari bias ionosfer relatif kecil
Dengan akurasi tebih baik d.ari ro/o, persamaan (s.10) tetapi relatif cukup fluktuatif. Sedangkan pada daerah lintang me-
dapat diaproksimasi dengan p.r"arnra, berikut, yang
di atas
mengako_ nengah, nilai dari bias ionosfer dan fluktuasinya umumnya berada
m_odasi suku pertama dan mengabaikan u_"it u tinggi pada level menegah (sedang).
fKlobucha6 1996) "ut
Sedangkan variasi temporal dari efek ionosfer bisa berfreku-
n= t-(Xl2) =Ne2/(2eomo2) ensi tinggi (scintillatton), menengah (variasi harian dan musiman),
(S.12) maupun rendah (variasi 11 tahunan). Scintillationadalah variasi
Dengan memasukkan nilai-nilai e, eo dan m ke persamaan di atas temporal berfrekuensi tinggi pada amplitudo dan fase dari sinyal,
akan diperoleh persamaan: yang disebabkan adanya ketidakteraturan (irregalaities) pada la-
n: 1-40,3N/f, pisan ionosfer.
(s.13)

t
I'rttltrtrltt:;t llttttytl I l.t

sirnurn. Untuk lokasi, bulan, dan tahun yang berbeda, karzrl<l cl'i s
a Bias ionosfer kecit tetapi tidak stabil
tik detail dari variasi harian VTEC ini umumnya akan juga ltt:r'
beda.
Daerah
Lintang
Menengah

Daerah Tropik
S Bias ionosfer
besar tapi stabil

Daerah Lintang Menengah


O Bias ionosier sedang
dan kestabilan sedang
5:00_6:0o I4:UU '.2',2'.U0-2J:uu
22:OO-23:OO
Daerah Auioral
Gambar 5.10 Idealisasi variasi harian dari VTEC
Gambar 5.9 Regionisasi clari aktivrtas ionosfer

Fenomena scintillationini umumnya terjadi pada daerah sepan-


jang garis ekuator geomagnetik bumi, yaitu meliputi witayah 30 Februari 1989
derajat pada kedua sisi dari garis ekuator tersebut . scintinationjuga Juni 1989
umum terjadi di daerah auroral sekitar kutub. patut dicatat bahwa
scintillation di daerah ekuator umumnya mempunyai efek yang 560
maksimum dalam selang waktu kila-kira satu jam setelah mata-
360
E] rn
hari terbenam sampai tengah maram fKrobuchir, 1991]. oreh se- 3 3
bab itu untuk pengamatan yang sangat teliti di daerail ekuator, 840 ?40
r
F. F
selang waktu di atas sebaiknya tidak digunakan. Dari pengaraman
didapatkan bahwa efek sclnfiilation biasanya kurang berarti dari 20 20
bulan April sampai Agustus pada daerah bujur Amlrika, Afrika,
dan India; tetapi maksimum di daerah pasifik- Dari buran septem-
ber sampai Maret, situasinya adalah terbalik o 3 6 9 L2 1.5182124 o 3 6 9 1215782t24
[Seeber,1993].
Aktivitas ionosfer juga mempunyai variasi temporal yang bersi- waktu Lokal waktu Lokal
fat harian. Dalam hal ini, secara empirik didapatkan bahwa sesuai Gambar 5.11 Contoh nilai VTEC harian dalam waktu sebulan
dengan aktivitas matahari yang relatif tinggi, .rit^i tBc yang terbe- yang diamati di stasiun Hamilton, MA, AS;
sar biasanya terjadi pada tengah hari (jarn 2 siang *.t to lokal), d,arifKlobuchar & Kunches, 2000]
seperti yang ditunjukkan idealisasinya pada Gambar 5.10.
Dari hasil pengamatan sebenarnya, yang contohnya diberikan Dari Gambar 5.11juga terlihat bahwa pada malam hari, seiring
pada Gambar 5.11 terlihat bahwa variasi harian vr"EC di suatu d.engan melemahnya radiasi matahari terhadap lapisan ionosfer,
tempat akan bervariasi dari hari ke hari dan dari bulan ke bulan. maka nilai VTEC secara umum akan mengecil dibandingkan pada
contoh ini adalah hasil pengamatan di stasiun Hamilton, AS (da- siang hari. Perlu ditekankan di sini bahwa pada penentuan posisi
erah lintang menengah) pada buran Februari dan Juni tahun 1989 atau survai dengan satelit, jadwal pengamatan satelit sebaiknya
yang secara siklus aktivitas matahari merupakan tahun solar disesuaikan dengan variasi harian dari aktivitas ionosfer tersebut,
mak- kecuali kalau receiver satelit dua frekuensi digunakan.

A
I l4 (it:otl.esi Satelit
l'n.t1tur|osr Srrrrytl I llr
Disamping mempunyai variasi harian, nilai vrEC di suatu loka-
sijuga akan benrariasi dengan musim, seperti yang ditunjukkan 200
pada Gambar 5.12 berikut. Gambar ini menunjukkan nilai rata-
rata VTEC harian pada siang hari fiam 11:00 - 17:OO) yang diamati
di stasiun Hamilton, AS. Dari Gambar ini terlihat bahwa untuk (d 160
cU

tahun solar maksimum (dalam hal ini 1989) nilai vrEC rata-rata li
d
siang hari pada musim dingin (winter) relatif jauh lebih besar di- I
d
bandingkan nilainya pada musim panas (summer).
!
t20
a,
V)

100 b 80
Winter d
(U^ 80
L(J
^i
!H
rn 60 ') 40

ud 40
tdtr
r-(E 0
>-c 20 1frqfdh*,l,-*u,ff}-$u t700 1800 Tahun 1900 2000
Hamilton, MA, AS
0 Gambar 5. 1 3 Variasi jumlah sunspot,
JAN MAR MEI JUL SEP NOV 1989 dari tahun 1700 sarrpai 2000 UPS,2000I
Gambar 5.12 contoh variasi musi*ran dar-i nilai VTEC, ciinmati pacla l9B9
(so1ar maksimum); dari fDoherig et at..,2OOOI
250
Sepertiyang telah disebutkan sebelumnya, aktivitas ionosfer akan Jumlah bulanan (smoothedl dari Sunspot
bergantung pada aktivitas matahari, yaitu terutama aktivitas *o 200 Januari 1946 - Juli 1988
magnetiknya. Dalam hal ini, aktivitas magnetik matahari yang paling o_

a\
signifikan adalah aktivitas yang mempunyai periode 11 ta- tso
hun, yang umum dinamakan siklus matahari lsotar"ekit.. cgclel. Salah E(u
satu efek dari siklus matahari ini adarah adanya variasi dalam jum- 100
E
lah sunspof yang nampak pada permukaan matahari, seperti yang f
-50
diilustrasikan pada Gambar 5.13. sunspof sendiri adalah daerah di
permukaan matahari yang bermedan magnetik sangat kuat, dan
ukurannya bervariasi dari 25oo km sampai lebih diri 5o0oo km
dalam diameternya. sunspot biasanya nampak lebih hitam dari da- Tahun : 46 48 50 52 54 d6 58 60 62 64 66 68 70 7274 76 78 80 82 84 86 88 90
erah sekelilingnya, karena suhunya yang lebih dingin beberapa ribu
derajat dari daerah sekelilingnya. Gambar 5.1,1 Vanasi 11-tahunan rlari jumlah sunspol
semakin banyak jumlah sunspot yang ada mengindikasikan se-
makin tingginya aktivitas matahari, dan sebaliknya. Dari pengamat- Dalam kasus penentuan posisi dan survai dengan satelit,seperti
an didapatkan bahwa jumlah sunspotini mempunyai sikius sekitar contohnya dengan satelit GPS, ada beberapa cara yang dapat digu-
11 tahun, seperti yang diilustrasikan pada Gambar s.13. Dari siklus nakan untuk mereduksi efek dari bias ionosfer pada data ukuran
1l-tahunan ini, sebagai contoh jumlah sunspot adalah maksimum jarak, yaitu lAbidin, 2OOOI:
pada tahun 1980 dan minimum pada tahun 19g6. Maksimum beri- . menggunakan data pengamatan pada dua frekuensi, Ll dan
kutnya akan terjadi sekitar tahun 2001 atau 2oo2. perlu dicatat L2, untuk mengeliminasi efek ionosfer orde pertama,
dari Gambar 5.13 dan 5.14 bahwa jumlah maksimum dan minim- . melakukan pengurangan (differencingl dari data pengamatan
um dari sunspot berbeda-beda untuk setiap siklus matahari. yang diamati dari dua stasiun yang berbeda,
I I(l (icorlr,sr ^Srr1r,/rl l\oltrtrlttsi Strttlttl I l'/
o memperpendek jarak antara titik-titik pengamatan, ukuran jarak ke satelit GPS berkisar sekitar 2,3 m di arah zcnitlr
. melakukan pengamatan pada pagi atau malam hari, sampai 2O m pada 10'di atas horizon.
. menggunakan model prediksi global ionosfer (untuk data
Bias troposfer biasanya dipisahkan menjadi komponen kering (=
pengamatan satu frekuensi) seperti model Bent dan Klobuchar,
9Oo/o dari bias total) dan komponen basah. Dengan menggunakan
serta
. model troposfer (seperti model-model Hopfield, Saastamoinen, Marini
menggunakan parameter koreksi ionosferyang ditentukan oleh dll.nya) serta data ukuran meteorologi (temperatur, tekanan, dan
sistem eksternal seperti sistem Wid.e Area Differential GpS kelembaban) di permukaan bumi, magnitude komponen kering dari
(wADGPS). bias troposfer biasanya dapat diestimasi sampai ketelitian * loh.
Dalam operasionalisasinya, beberapa metode di atas dapat dite- Sedangkan magnitude dari komponen basah, yang terutama
rapkan sekaligus secara simultan. bergantung pada kandungan uap air sepanjang lintasan sinyal, bi-
asanya lebih sulit untuk diestimasi secara teliti dari data peng-
5.5 PROPAGASI SINYAL DALAM TROPOSFER amatan meteorologi di permukaan bumi. Dengan menggunakan data
Sinyal dari satelit untuk sampai ke permukaan Bumi harus meteorologi di permukaan bumi, magnitude dari komponen basah
melalui lapisan troposfir, yaitu lapisan atmosfir netral yang berba- ini biasanya hanya bisa diprediksi sampai dengan ketelitian = 3 - 4
tasan dengan permukaan bumi dimana temperatur menurun de- cm lWells et al., 19861. Untuk mendapatkan ketelitian yang lebih
ngan membesarnya ketinggian. Lapisan troposfir ini mempunyai baik dari magnitude komponen basah ini, peralatan WVR lWater
ketebalan sekitar 9 sampai'16 km, tergantung dengan tempat dan Vapour Radiomete4 yang dapat mengukur kandungan uap air se-
waktu. Ketika melalui troposfir sinyal satelit akan mengalami re- panjang lintasan sinyal, dapat digunakan. Akan tetapi instrumen
fraksi, yang menyebabkan perubahan pada kecepatan dan arah ini cukup mahal harganya, ukurannya cukup besar, danjuga cu-
dari sinyal tersebut, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5. 15. kup berat.
Efek utama dari troposfir dalam hal ini adalah terhadap kecepat- Dalam konteks penentuan posisi atau survai dengan satelit,
an, atau dengan kata lain terhadap hasil ukuran jarak. misalnya satelit GPS, ada beberapa cara yang dapat diterapkan
untuk mereduksi besarnya efek troposfer, yaitu:
. melakukan differencing hasil pengamatan yang diamati dari
dua stasiun yang berbeda,
Satelit Mempengaruhi . memperpendek jarak antara titik-titik pengamatan,
a kecepatan
. mengusahakan kedua stasiun pengamat berada pada
o arah ketinggian serta kondisi meteorologis yang relatif sama,
. menggunakan model koreksi standar troposfer seperti model
dari sinyal satelit Hopfield dan Saastamoinen,
. menggunakan model koreksi lokal troposfer,
. menggunakan pengamatan Water Vapour Radiometer (!WR)
Lapisan Troposfer untuk mengestimasi besarnya komponen basah,
. mengestimasi besarnya parameter bias troposfer, biasanya dalam
bentuk zenith scale factor untuk setiap lintasan satelit, dan
. menggunakan parameter koreksi troposfer yang ditentukan
oleh sistem eksternal seperti sistem Wide Area Differential
GPS (WADGPS).
Dalam operasionalisasinya, beberapa metode di atas dapat dite-
Gambar 5.15 Efek troposfer terhadap sinyal satelit rapkan sekaligus secara simultan.
Pada frekuensi sinyal di bawah 30 GHz, magnitude clari bias
troposfir tidak tergantung pada frekuensi, dan oreh sebnb itu be- 5.6 MODEL KOREKSI TROPOSFER
sarnya tidak dapat diestimasi dengan pengamatan pacla clr:a freku- Besarnya bias troposfer yang dialami oleh data ukuran jarak
ensi. Sebagai contoh, magnitude dari bias dari bias troposfir pada dari satelit ke pengamat di permukaan Bumi, d,,oo, dapat diesti-
masi dengan persamaan dasar berikut:

t
I I tt (ieorlt:si SateLtt
l'ro1ttulrt:,r iirrtt1rtl I Itt

A -A N,r,,.,, : (77,64) (p/T) (1r.2 l)


dt = j {n(s}-tl.ds = l0-b.
-RR,
op I N(s).ds.
[s.1s)
N,u,,,,, = - (12,96)(elT) + (3,718.10s)(e/T'?) (s.2'21
dimana n(s) dan N(s) adalah indeks refraksi dan refraktivitas dimana p adalah tekanan atmosfer (mbar), e adalah tekanan par-
sepanjang jalur sinyal satelit dalam lapisan troposfer, dari titik sial dari uap air (mbar), dan T adalah temperatur ('K), kesemlranya
pengamat R sampai titik di lapisan atas troposfer A.
di permukaan Bumi.
Untuk dapat mengestimasi besarnya bias troposfer pada persa- Pada persamaan (5" 19) dan (5.20), h. dan h.,masing-masing ada-
maan (5.15) di atas, maka nilai indeks refraksi, atau denga, kata lah ketinggian lapisan kering dan basah yang cliformulasikan seba-
lain nilai temperatur, tekanan, dan kelembaban di titik-titit se- gai:
panjang lintasan sinyal harus diketahui. Karena secara praktis hal
ini sulit untuk direalisasi, maka umumnya bias troposrei ini diesti- h,, = 40136 + 148,72(T - 273,16lr (s.23)
masi dengan menggunakan data temperatur, tekanan, dan kelem_
baban udara yang diukur di permukaan bumi. h = 11000 m (s.241
Dalam pengestimasian besarnya bias troposfer ini, dikenal be- Besarnya fungsi pemetaan dari arah zenith ke arah satelit pada
berapa model standar troposfer, yaitu antara lain model-model persamaan (5.17) dan (5.18) diformulasikan sebagai berikut:
Hopfield, Saastamoinen, Black, Marini, dll. Dari beberapa model
tersebut yang cukup banyak digunakan dalam pengolairan data m{, 1 / [ sin (E'?+ 6,25)os] (s.2s)
satelit seperti GPS adalah model Hopfield dan Saastamoinen.
mf 1/ [sin(E2+2,25)os] (s.26)
5.6.1 Model Hopfield dimana E adalah sudut elevasi satelit dalam derajat.
Pada model Hopfield, besarnya bias troposfer diestimasi sebagai
penjumlahan dari komponen basah dan komponen kering sebagai 5.6.2 Model Saastamoinen
berikut: Pada model Saastamoinen, besarnya bias troposfer dihitung de-
ngan menggunakan rumus berikut lSaastamoinen, 1973]
d,.oo=doo*d-.t (s.16)
dimana komponen kering (du*) dari komponen basah (d*",) tersebut 0,002277
.l 12y*
)p o,os'l.e _ r"n, , I
diestimasi dengan formula Giit<ut [Hopfietd., 1969| dtrop= cosz I \ t ) I (s.27)
dimana p adalah tekanan atmosfer (mbar), e adalah tekanan par-
o d.
d.ory mf.. dry ' (s.17) sial dari uap air (mbar), T adalah temperatur ("K), dan z adalakt
d*., sudut zenit}r ke satelit yang diamati.
=
mf.. d*",, (s.18) Rumus di atas selanjutnya diperbaharui dengan menambahkan
Pada persamaan di atas, mfn dan m{ adalah fungsi pemetaan dua faktor koreksi, dimana faktor pertama bergantung pada ke-
(mapping functionl untuk komponen t<eiing dan baihi dan d.,o, tinggian dari lokasi pengamat, dan faktor kedua bergantung pada
9"1 d*",' adalah komponen kering dan basah dari bias troposijr ketinggian serta sudut zenith dari satelit. Model Saastamoinen yang
dalam arah zenith yang dapat diformulasikan sebagai: telah diperbaharui ini mempunyai formulasi sebagai berikut
lBauersima, 19831:
d."
dry (10'6/5). Noo,o. ho (s.1e)
0.002277 {
dz- (106/5).,
Nwet.o . hw (s.20) dtrop= cos, 1t.(ff+o,os)e*B.tan2,|.0* [s.28)
Nur,"-d3l N*.,,,o P?dd persamaan di atas masing-masing adalah
r-efrakti'itas kering dan trasah di permukaan birmi, yaig dapat Pada rumus di atas, nilai faktor koreksi B dapat diinterpolasi dari
dinyatakan sebagai berikut: nilai-nilai yang diberikan pada Gambar 5. 16, dan nilai faktor koreksi
6R dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel 5.4 lHoffirunn-
Wellenhof et al., 19971.
l').O ( ittttlr':;t SutIltt

Ketinggian (km) '1,5


B (mbar)
Nilai B (mbar)
0,0 1,156 1,25 COS_I'
0,5 1,079 - b(E)
1,0 1,006 nu
1

l,'*L r) )' (s.so)


1,5 0,938
2,0 0,874 0,75 (
2,5 0,813
3,0 0,757 0,5
4,0 0,654 .o"2E
5,0 0,563 0,25 MI^l) - b(E)
( t.t', \2 (s.3 r )
l1+ ' w
Gambar 5. 16 Nilai faktor koreksi B pada model Sastamoinen
/ I r) I

dimana r adalah jarak geosentrik dari stasiun pengamat, h. dan h."


Tabel 5.4 Nilai faktor koreksi 5R pada model adalah seperti diformulasikan pada persamaan (5.23)dan (5.24) dan
Saastamoinen
l. adalah seperti yang diformulasikan pada persamaan berikut:
I(etinggian stasiun di atas p..rr,uk"ro-rrt 1ffi
l" = 0,167 - tp,076 + 0,0001S.(T-273)l e-o.3E (s.32)
60.00, 0,003 0,003 0,002 0,002 0,002 dimana T adalah temperatur ('K) dan E adalah sudut elevasi dari
o,oo2 0,001 0,001
66" 00, 0,006 0,006 0,005 0,005 satelit (dalam derajat). Sedangkan koreksi akibat adanya peleng-
0,004 0,003 0,003 o,oo2
70.00, o,o12 0,01 I 0,o 10 0,009 0,008 kungan (bending) sinyal, b(E), pada persamaan (5.30) dan (5.31)
0,006 0,00s 0,004
73.00, o,o20 0,018 o,o17 0,01s 0,013 diformulasikan sebagai berikut:
0,011 0,009 0,007
75. 00, 0,03 0,028 0,o25
76" OO'
1 o,o23 0,021 o,or7 0,014 0,0r 1 b(tr) = 1,92/(82 +0,6) (s.33)
0,039 0,035 o,o32 o,o29 o,026 o,o2L o,017 0,014
77" oo, 0,050 0,045 0,04 0,037 0,033
Perlu dicatat bahwa untuk elevasi satelit (E) di atas 3Oo, Black
1 o,o27 o,o22 0,018
78.00, 0,065 0,059 0,054 o,o49
(1978) mengajukan formulasi sederhana berikut untuk mengesti-
o,o44 0,036 0,030 o,024
78.30, 0,075 0,068 o,062 0,056
masi bias troposfer:
0,051 o,o42 0,034 0,028
79" OO' 0,087 o,o79 o,o72
79" 30,
0,065 0,059 o,o49 0,040 0,033 d,.on = 2,31. p.
* k". cosec E
cosec E (s.34)
o,102 0,093 0,o85 o,o77 0,070 0,o58 o,o47 0,039
79" 45' 0,1 11 o,101 o,o92 0,083 o,076 o,063
dimana p adalah tekanan udara (dalam atm), dan k* adalah
0,052 0,043
80.00, o,121 0,1 10 0,100 0,091
konstanta empirik regional yang nilainya diberikan pada tabel 5.5
0,083 0,068 0,056 o,o47 berikut.

5.6.3 Model Black Tabel 5.5 Nilai k* untuk beberapa region pengamatan
Pada model Black,.besl3y" bias troposfer
dihitung dengan meng_ Nilai k Berlaku untuk
gunakan rumus berikut
fBlack, t97g]: o,28 mus m panas di daerah tropik atau lintang menengah
d,.oo : m{,". doo' + mf*b. d*.t' o,20 mus m semr atau gugur di daerah lintang menengah
(5.2e)
dimana komponen kering dan basah dari bias troposfer o,12 musim dingin d daerah lintang menengah (lautan)
dalam arah
il]tld"",'dan d*.,,, dihitung seperti pada model Hopfield, dengan
menggunakan persamaan (5.19) sampai (5.24).
0,06 musim dingin di daerah lintang menengah (daratan)
o,o5 daerah kutub
Sedangkan besarnya fungsi p"-.t"r., (mapping
komponen kering (mfob) dan basah (mf*b) di function) untuk
persamaan berikut:
aias,lilrii""s dengan 5.6.4 Fungsi-fungsi Pe met aara lMapping Functionsl
Dari model-model estimasi bias troposfer di atas terlihat bahwa
fungsi pemetaan berfungsi untuk mentransformasikan bias tropos-
fer dalam arah vertikal ke bias troposfer dalam arah ke satelit. Se-

&
| 2'2 ( ir'or/c.st Srrlc/il

cara teoretis, fungsi pemetaan akan bergantung pada sudut elevasi


satelit serta kondisi meteorologis, dan ketelitian nilai fungsi ini akan
menentukan ketelitian koreksi troposfer untuk data ukuran jarak mf(E)
yang bersangkutan. a
sinE+ 1-
U
(s.38)
Untuk sudut elevasi mendekati 900, fungsi pemetaan yang se- tauE+
derhana biasanya sudah memadai. Tapi untuk sudut elevasi yang
tanE+c
relatif rendah, fungsi pemetaan yang lebih canggih dan realistis di atas dihitung dari
dengan karakteristik atmosfer Bumi akan diperlukan. dimana koefisien a, b, dan c pada persamaan
persamaan berikut:
Selain fungsi-fungsi pemetaan yang telah ditunjukkan pada
a = O,OO1185.[1 + 0,6071'1Ou'(p - 1000)
- O'1471'10-3'e
model Hopfield, Saastamoinen, dan Black di atas, ada beberapa
fungsi pemetaan yang relatif lebih canggih, yaitu antara lain fungsi- + o,3o72.10,.(T _ 2Ol + 0,1965.10_1.([} + 6,5)
fungsi Marini, Davis, Chao, dan Lanyi. Fungsi-fungsi pemetaan ini - 0,5645.1O-')'(hr - 11,231)) '
(5'39)
dapat digunakan dengan model-model bias troposfer lainnya. For- b = 0,O01 144.|l + O,1164.10'o.(p - 1000) - O'2795'lO'3'e
mulasi dari beberapa fungsi pemetaan tersebut akan diberikan se- + 0,3109,10_,.(T - 2Ol + 0,3038.10
1.(p + 6,5)
cara singkat berikut ini.
- o,1217'lo''.(hr - 11,23r)) '
Ittngsi pemetaan Marini diformulasikan dalam bentuk fraksi
berkelanjutan seperti berikut [Marini, 1972, Spilker, 1996]: c = -0,0090 .

permukaan
Pada persamaan (5'39) di atas' p adalah tekanan (mbar)'
air di permukaan
mf(E)
1 (mbar), e adalah t"i.".r.,, parsial dari uap penu-
= (oC), adalah kecepatan
a i adaiah temperatur permukaan B
sinE+
sinE+ l 9---
(s.3s) runan temperatur a"fl* troposfer 1o'C7t<m1'
tropopause (km).
dan h' adalah tinggi

sinE+ ini telah


sin E + ........ Menurut Spitker(1996), model fungsi pemetaan Davisdiperoleh
dimana a, b, c, .... adalah konstanta-konstanta. dibandingkan d.ngan hasil rag-tracing, dan hasil.yang.
menunjukkanbah"wamodelinimempunyaiketelitianlebihbaik
Dengan menggunakan bentuk umum yang diajukan Marini di Ja.i 2,6 cm meskipun pada elevasi serendah 50'
atas, Chao menyusun suatu fungsi pemetaan untuk komponen
kering dan basah sebagai berikut lChao, 1974; Spilker, 19961:

mfo(E)
0.0o143 (s.36)
sln l, +
tan E + O,O445

mfw (E)
0,ooo35 (s.37)
SIN11+
tan E + O,017

Davis juga telah memformulasikan suatu fungsi pemetaan tro-


posfer untuk komponen kering (hidrostatik) yang cukup canggih,
seperti berikut lDauis et al., 1985; Spilker, 19961:
Bab 6
SISTEM SLR DAN LLR

Sistem SLR (Safellite Laser Ranging), yang mulai dikembangkan


oleh NASA pada tahun t964 dengan peluncuran satelit Beacon-
Explorer B, adalah salah satu sistem penentuan posisi absolut yang
paling teliti saat ini. Sistem ini berbasiskan pada pengukuran ja-
rak dengan laser ke satelit yang dilengkapi dengan retro-reflektor
laser. Pada saat ini sistem SLR telah banyak diaplikasikan untuk
berbagai aplikasi geodesi, yaitu antara lain:
. penentuan posisi absolut titik secara teliti, baik untuk
keperluan realisasi sistem referensi koordinat maupun untuk
studi geodinamika dan deformasi,
. penentuan orbit satelit yang dilengkapi reflektor laser,
. penentuan parameter orientasi bumi, yaitu presesi, nutasi,
pergerakan kutub, dan rotasi bumi,
. studi medan gaya berat bumi.
. studi reFpon kerak bumi terhadap fenomena pasut lautan dan
atmosfer,
. studi variasi pusat bumi (geocenter), dan
. penentuan nilai koefisien gravitasi GM.
Sistem LLR (Lunar Laser Ranging), yang mulai dikembangkan
pada tahun 1969 dengan ditempatkannya sekelompok reflektor la-
ser di permukaan Bulan oleh misi Apollo 1 1, pada dasarnya punya
prinsip kerja yang sama dengan SLR. Hanya untuk LLR, pengukuran
jarak dengan laser dilakukan ke Bulan dan bukan ke satelit. Peng-
ukuran jarak ke Bulan dilakukan dengan memanfaatkan retro-re-
flektor yang ditempatkan pada permukaan Bulan oleh para astronot
dari Amerika Serikat dan Rusia yang ikut dengan misi Apollo dan
Luna ke Bulan. Sampai saat ini LLR telah diaplikasikan dalam ber-
bagai bidang aplikasi geodesi, yaitu antara lain :
. penentuan posisi absolut titik secara teliti, baik untuk realisasi
kerangka referensi koordinat maupun studi geodinamika.
. penentuan parameter orientasi Bumi,
. penentuan konstanta gravitasi (GM) Bumi dan Bulan.
. penentuan orbit Bulan serta variasi rotasinya,
. studi medan gaya berat Bulan,
. studi interaksi dinamika Bumi dan Bulan, dan
. Penentuan parameter relativitas.
t25

L
l'2tt ( itttlt':,t Srttt,lil
.Srslcrrr .SL/l rltur l,l.l" l'.t'i
6.I PRINSIP KERJA SISTEM SLR
At data ukuran waktu tempuh pulsa laser,
Sistem SLR berbasiskan pada pengukuran jarak dengan ad. koreksi eksentrisitas di tanah,
meng_
gunakan pulsa laser yang ditembakkan dari suatu
stas=iun Bumi Ad koreksi eksentrisitas di satelit,
ke satelit yang dilengkapi dengan sejumlah retro-reflektor. pulsa Ad, delay sinyal di sistem tanah (ground sysfem),
ini selanjutnya dipantulkan balik ke stasiun yang bersangkut3n, ad. koreksi refraksi, dan
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 6.r. Dalam
hal ini jarak n kesalahan random dan bias yang tersisa.
ke satelit (d) dapat, ditentukan dengan persamaan
berikut:
d=c.Lt/2 (6.1)
dimana At adalah waktu tempuh raser dari stasiun Bumi
ke satelit
dan kembali lagi ke stasiun Bumi, dan c adalah kecepatan
cahaya.

I J",
|
At"* 1
"pZii,:6,1*; r
l;;l-
- -l Ldtcr
.-----
/@
,/. / Satelit
li"t;;;w;;ilrl
|
| ,"^"*n! ,/ y dengan
reflektor
. /
ir_ Perlfeteksi Sinyal,
Elektronik Receiver
Penerima

tJ-
a D"tr-]
D-
(Teleskop)

Gambar 6.2 Geometri pengamatan


Ref. Seeber(1993)

SLR

I
xomputerl Untuk SLR, refraksi yang disebabkan oleh lapisan troposfer
umumnya dikoreksikan dengan menggunakan formulasi dari Marini
Gambar 6.1 Prinsip dan skema kerja sistem SLR
[Seeber, 1993]
& Murray yang juga direkomendasikan dalam Standar IERS
Pengukuran jarak ke satelit di'lakukan pada saat_saat lMcCarthg,1989]. Sedangkan efek dari refraksi ionosfer pada prin-
melintas di atas stasiun pengamat. Dengan menggunakan satelit sipnya dapat diabaikan untuk frekuensi optik dari sinar laser.
data pengukuran jarak ini serta informali orbit Jit.iil data- Koreksi refraksi untuk jarak ukuran dengan model Marini &
maka
lanjutnya koordinat dari stasiun di Bumi dapat ditentukan. se_ Murray tersebut dihitung dengan formulasi berikut lSeeber, 1993]:
Pemancar laser modern umumnya menggunakan
laser Nd:yAG A+B
(neodgmium gttrium garnet), yang alpat membangkitkan
ser hijau dengan panjang getomLang 532 nm d";g;;;lsa
sinar la_ Ad
' r1q,H; sinE + (6.3)
sangat pendek selebar 30 _ 200 ps serta frekuensi _ yang
5 lO Hz ",11,
;l|f
[Montenbruck & Giil, 2OOO].
Pada persamaan di atas:
Geometri pengamatan SLR serta persamaan matematis yang
-.-
libat ter_ A = O,002357 Po + 0,000141
tidaklah sesedel!1"" ilustras-i yang diberikan pada eo
Gambar
6.1 serta persamaan (6.1). Secara leUih rinci geom"trif"rrg"*at".,
SLR ini ditunjukkan pada Gambar6.2 berikut.
bar ini, maka persamaan pengamatan jarak (d) pada
Merrgacu p"i" c^*-
diformulasikan sebagai berikui(Aard.oom et at., tOgZl:
SLR dapat B = 1,084. 1o-8.Po.To.K + 4,734.1O'8 t
To
'3-r/K (6.41

d = c.Lt/2 + Ado + Ad" + Adb + Ad. + r.;


(6.2)
dimana:
K = 1,163 - 0,00968.cos 2rp - 0,00104.T0 + O,0OOO1435.Po

t
I 2ll ( irtrlr,sr .Srrlr'/rl ,(r'l:;lr'ltt ,"/,,h' rlrttt l,l,lr' l:l(,

<lirnana: 'l'ingkat ketelitian yang ditunjukkan pada Gambar 6..1 <li irt;ts
tr = elevasi sebenarnya dari satelit (derajat), tidak terlalu jauh berbeda dari proyeksi kemampuan SLR yang <li
Po = tekanan udara pada stasiun pengamat (mbar), berikan oleh Cohen & Pearlman (1989) sebelumnya, yang ditunjuk
T. : temperatur udara pada stasiun pengamat (oK), kan pada Tabel 6.1 berikut.
o = tekanan uap air pada stasiun pengamat (mbar).
Sedangkan parameter. frekuensi laser f(),) adalah: Tabel 6.1 Proyeksi kemampuan SLR fCohen & Pearlman, 1989]
7988 7993 7998
f(t) = 0,9650 + 0'0164 + o'ooo22g (6 s) . single shot noise 7-3O mm 2-3 mm 7 mrn
).2 ),,4
. <7mm
normal point noise 2-4 mm 1mm
dan fungsi lokasi stasiun laser f(<p,H) adalah: ranging machine errors 5-10 mm 2-5 mm
'
f(q,H) = 1- (ke s al ahan si st ematik)
O,OO2O cos 2<p - 0,OOO31 H (6.6)
dimana
. refraksi atmosfer
adalah panjang gelombang laser (pm), serta p dan H adaiah
l"
lintang dan ketinggian (dalam km) dari stasiun pengamat. - model 5mm 4mm 3mm
Perlu juga dicatat di sini bahwa titik referensi geometris pada - multicolor 2mm 7mm
stasiun Bumi SLR umumnya tidak sama dengan titik nol peng_ . koreksi pusctt massa 3 rnm 1mm
amatan secara elektris. Bias ini umum dinamakan delay sinyal dan ' ePoch lOO ns 5O ns 1O ns
besarnya ditentukan dengan proses kalibrasi sistem. (0,5 mm) (0,3 mm) (0,1 mm)
Tingkat ketelitian data ukuran jarak dengan SLR, dari tahun ke
tahun semakin teliti, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.3
berikut. Gambar ini memperlihatkan bahwa tingkat keteritian ja- 6.2 SISTEM-SISTEM SLR
rak SLR meningkat dari level beberapa meter pada tahu n 1964 Pada dasarnya suatu sistem SLR akan terdiri dari stasiun peng-
hingga mencapai beberapa mm pada saat ini. amat (obseruatory) SLR serta satelit-satelit SLR. Bentuk suatu sta-
siun pengamatan SLR dicontohkan pada Gambar 6.4. Dari Gambar
ini terlihat-bahwa stasiun pengamatan SLR ini relatif cukup besar.

1m
tr
{J
a
.ro 10 cm
q
O
k
p.

1cm

1970 101F 1 980 1e85 / lsso '1995

Gambar 6.3 Ketelitian ukuran jarak SLR [/I,RS, 2000] Gambar 6.4 Contoh bentuk stasiun pengamatan SLR
I.iO (irrrr.lr:.si Salr,/rl
,Stslr'lt S/,/r' rlrtrt l,l.h' l .t I

Pada saat ini terdapat sekitar 4O-an stasiun pengamat SLR.yang


tersebar di seluruh dunia, seperti yang ditunjrt t .-r, pada Gambar mendukung misi-misi yang aktif (seperti satelit altimetri), pro.yr:k
6'5' Dari Gambar ini terrihat bahwa stasiun p..rg.*.i sLR banyak spesial (seperti IGEX 98) atau post-launchintensiue tracking pha'
terdapat di Eropa dan Amerika Utara. SCS.
3. Modifikasi kecil dalam urutan prioritas dapat diubah sesuai
dengan tuntutan yang bertambah dari komunitas pengolah data
SLR.

Tabel 6.2 Satelit Dengan Reflektor Laser lSeeber, 1993].


1 2 3 4 5 6
BEACON-B 964 USA 1,09 0,89 79,7
BtrACON.C 965 USA r,32 o,94 41,2
GEOS.l 965 USA 2,27 I,r2 59,4
DIADEMB-1 967 France 1,35 0,53 40,o
DIADEME.2 967 France 1,85 0,58 39,4
GEOS-2 968 USA 1,61 1,08 105,8
PEOPLE 970 France o,75 o,52 15,0
NTS.1 974 USA t3,77 13,4 5 r25,1
STARLETTE 97s France 1,11 o,81 49,4
GEOS-3 975 USA 0,84 o,83 1 15,0
CASTOR Ds.B 9'.75 France t,2a o,27 ,qq
LAGEOS-I 976 USA 5,94 5,84 109,8
NTS.2 977 USA 20,24 20,t2 64,O
INTERCOSMOS-17 977 USSR 0,51 o,46 82,9
SEASAT-1 978 USA o,77 o\76 108,0
TANSEI-4 980 Japan o,60 o,52 38,7
Gambar 6.5 Distribusi stasiun pengamat SLR IIISB 2000j
INTERCOSMOS_22 981 USSR 0,89 o,79 81,2
AJISAI 986 Japan 1,50 1,44 50,0
Rerkaitan dengan satelit SLR, sampai saat ini sudah
banyak MBTEOSAT.P2 988 ESA 39,79 35,78 0,1
satelit yang memang khusus didedikasikrn untuk misi sLR
juga banyak sistem saterit lainnya, seperti saterit dan ETALON.l 989 USSR 19,15 10,10 64,9
navigasi dan sa- ETALON-2 989 USSR 19,15 19,10 65,4
telit altimetri, yang diiengkapi dengan retro-reflektor untuk peng-
ukuran jarak dengan laser. ERS.l 991 ESA o,7a o,77 98,5
TOPEX 992 USA 1,33 63,O
Tabel 6.2 menunjukkan beberapa satelit yang pernah atau ma_
LAGEOS.2 992 USA 5,90 52,6
sih dilengkapi dengan retro-reflektor. Tetapi pe-rtu aicatat di sini STELLA 993 Fralce 0,80 98,0
bahwa ILRS (rnfernationar Laser Ranging seiuiie) punya skara
prio- Penielasan Kolom
ritas dalam penjejakan satelit-satelia SLR.
7. Nama Satelit 4.Tinggi apoogee (satuan 1000 km)
- Prioritaspada
dasarkan
yang digunakan oleh ILRS untuk penjejakan satelit di-
parameter orbit satelit serta t<epeituan dari misi
2. Tahun Peluncuran 5.Tinggi perigee (satuan 1000 km)
satelit yang bersangkutan, yaitu sebagai berikui[IlRg 2000]: Negara pemilik 6. Inklinasi orbit (derajat)
1' Prioritas akan berkurang dengan semakin tingginya orbit dan Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, sebagai contoh pada De-
pada tinggi tertentu dengan semakin besarnyaliklinasi
sember 1999, ILRS Gouerning Board menetapkan skala prioritas
2' Prioritas dari beberapa sateiit dapat diiingkatkan orbit. untuk penjejakan satelit SLR yang ditunjukkan pada Tabel6.3 berikut.
l.t.l t irrrrlr.:ir Srrlr'/rl
.Srsllttr .S/,/r' tlttrr l,l,l" l.r.r
S:rlah satu satelit SLR yang terkenal yang banyak
(lalam bidang Geodesi aclalah LAGEos diaplikasikan Tabel 6.4 Karakteristik LAGEOS UIRS, 20001
(Laier cloayna,ilics safer_
/i/e)' Bentuk geometris dari saterit ini ditunjukt<aniada LAGEOS-1 LAGEOS-2
Gambar
6'6, dan karakteristiknya yang lebih rinci darisaterit
diberikan pada Sponsor United States United States & Italy
Tabel6.4.
Ekspektasi hidup beberapa dekade beberapa dekade
Perlu juga dicatat di sini bahwa disamping
stasiun pengamatan Aplikasi utama Geodesi Geodesi
(ob se.ruatory) yang statik untuk pengamatan
satelit-sateiit sLR; paaa 760390r 9207002
saat ini juga sudah banVlk stasiuripengamatan COSP,C.R ID
yang mobil, dapat
dipindahkan dari satu lokasi ke tokasi be.ga.rtuig SIC Code 1 155 5986
k;p;;i;".. aa20 22195
NORAD SSC Code
Tabte 6.3. Prioritas penjejakan satelit oleh Peluncuran May 4, 7976 October 22, 1992
ILRS per Des. Iggg.
RRA Diameter 60 cm 60 cm
Prioritas Misi Sponsor Ketinggian Inklinasi RRA Shape sphere sphere
(kinl (derajat)
Reflectors 426 corner cubes 426 corner cubes
CHAMP GFZ 429-474 87,27 Orbit Lingkaran Lingkaran
2 GFOl US Navy 790
a
108,0 Inklinasi lO9,a4 degrees 52,64 degrees
J ERS2 ESA 800 98,6 Eksentrisitas orbit 0,0045 0,0135
4 TOPEX/ NASA/CNES 1.350 66,O Tinggi Perigee 5.860 km 5.620 km
Poseidon
5 Sunsat Periode 225 rner,it 223 menit
Stellenbosch 650
University Berat 411kg a05 kg
6 Starlette CNES 815-1 100 49,8
7 WESTPAC WPLTN 835 98
B Stella retro reflector
CNES 815 98,6 47,62mm
9 BeaconC NASA 950- 1 300 41
10 Ajisai NASDA 1.485 50
11 LAGEOS2 ASI/NASA 562s 52,6
t2 LAGEOSI NASA 5850 109,8
13 GLONASS8O Russian 19100 65
Federation
14 GLONASST8 Russian 19100 65
Federation
t5 GLONASSTg Russian 19100 'e_J/_C Cm
65 -
16 GPS35 US DoD 20100 54,2
17 GPS36 US DoD 20i00 55,0
18 Etalon I Russian 19100 65,3
Federation
t9 Etalon2 Russian 19100 6s.2
Federation
Gambar 6.6 Geometri satelit LAGEOS
[Seeber, 1993; Kramer, 1996]; tubuh sa-
telit ditempeli dengan 426 buah
retroreflektor
I .]4 ()cotlt:si Sctt.elit.
Si.stcrn .SL/l rlon LLll I :lll
Menurut [ILRS, 2000] ada beberapa misi satelit di masa menda-
tang yang dilengkapi dengan retro-reflektor laser, yaitu
Perlu dicatat di sini bahwa informasi tentang orientasi dan lokasi
:
dari sumbu rotasi Bumi ini akan sangat bermanfaat dalam mem-
. ADEOS-2 pelajari perubahan yang terjadi dalam distribusi massa Bumi serta
. ALOS pertukaran momentum antar sub-sub sistem dalam sistem Bumi.
. ENVISAT
. ETS-VIII
. GFO-2
. Grace 1994
1994
. Gravity Probe B t992
. TCESAT (GLAS) 7992
. IRS-P5 1990
.
Jason (TOPEX/poseidon follow-on)
1990

.
VCL 1988
1988

Perlu dicatat di sini bahwa misi-misi satelit di atas pada dasar- 1986
nya bukan didedikasikan khusus untuk sLR. sebagai contoh, misi Jd
F
1986
utama dari satelit ADEos-2 adalah penginderaan jauh dan Jason 1984
1984
adalah sistem satelit altimetri.
198 1
6.3 APLIKASI SLR 198 1

sistem sLR terutama diaprikasikan untuk penentuan posisi ab-


200
solut titik secara teliti, baik untuk keperluan realisasi sistem refe- o
rensi koordinat maupun untuk studi geodinamika dan deformasi. z, (O,OO1") yp (0,001")
Disamping itu sLR dimanfaatkan untuk penentuan parameter-pa-
rameter orientasi bumi serta medan gaya berat bumi. sLR juga Gambar 6.8 Pergerakan kutub dari SLR ULRS, 2O0Ol
digunakan dalam penentuan orbit satelit yang dilengkapi dengan
reflektor laser. Bidang aplikasi dari SLR Sistem SLR juga dimanfaatkan untuk memantau aariasi sekular
".*.ki., r.r.tr." dengan darl pergerakan kutubyang disebabkan oleh post'glacial rebourud
semakin meningkatnya tingkat presisi ukuran jarak yang
Hal ini diilustrasikan pada Gambar 6.7 berikut ini. - :
dicapai.
dan perubahan sekular dalam keseimbangan massa lempengan es.
Contoh variasi sekular posisi kutub dari tahun 1906 sampai de-
-Tektonik Lempeng ngan 1991 ditunjukkan pada Gambar 6.9. Dalam Gambar ini data
-Deformasi kerak Bumi SLR dimanfaatkan sejak tahun 1972.
Medan Gaya berat _pasang surut -I ntra Pl ate Deform ati on -0,05
-Rotasi Bumi -Orientasi Bumi resolusi tinggi
ILS: 1906- 1972
3m 1m 30cm 10cm 3cm 1cm (1-3mm) c) SIR: -1972 - 1991
o)
o o
1906
lr L966
1986
1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995
d
o. 0,05 1991 1963
X
Gambar 6.7 Aplikasi SLR sebagai fungsi dari t952
tingkat presisi ukural jarak; d,ari fseeber, 19931
0.1
SLR dapat digunakan untuk menentukan parameter_parameter
0,35 o,3 0,25 o,2 0,15 0,1 0,05 -0,05
orientasi Bumi. Sebagai contoh Gambar 6.g menunjukkan posfsi Y, (arc sec)
kutub serta orientasr sumbu rotasi Bumi, dari tahun 19g 1 sam-
pai 1994, yang ditentukan dari data pengamatan SLR Gambar 6.9 Va;iasi sekular posisi kutub;
[ItRg 2000]. ' kontribusi SLR sejak 1972 IILRS, 2O001

A
l.l(r ( ir',t,lt ;t iltlt lrt

"!irs/r,rrr S/,/i tlttrt l,l.li l.l'i


rlu juga dicatat di sini bahwa dengan
I']e
memperajari variasi tem_
dart tiiik, 'rro;;"
poral dari komponen koordinat vertikit SLR juga dimanfaatkan'untuk menentukan nilo;i koefisten GM,
memberikan gambaran tentang respon dapat
kerak Bumi terfaaap ye- yaitu perkalian konstanta gravitasi dengan massa Bumi. (iarnlrrrr
rtomenq' pasq'ng surut lqutq.n d,an 6.12 menunjukkan variasi nilai tahunan GM (terhadap nirai rr,nrr
atmosfer. Hal ini ditunjukkan
pada Gambar 6.10 berikut. nal 398600 km3/sec2) yang ditentukan dari data beberapa sartr.lrr
sLR. Gambar ini juga mengindikasikan tidak adanya variasi se l<rrLrr
pada nilai GM.
4.0
E

E
9 o.o -+-lageos I
g --o- lagos 2
3 zo
E t] elalon 'l
o -4,0 r etalon 2
x ajisai
-6,0
a starlette
-8,0
o stelle
081624324048
Hari ditahun 1989
Gambar 6.10_ trfek pasut dan tekanan 92 95
atmosfer,
ditentukan dengan SLR
[IrRg 2000] Gambar 6 12 Nilai GM yang ditentukan dengan SLR, terhadap
Disamping parameter orientasi Bumi, nilai nominal 398600 km3/sec, fSmith et al., 2OOOI
SLR juga dapat diguna-
kan untuk memperaja ri uariasi pr"i"i
irn
Gambar 6' 11 berikut menunjukian variasi
pusat Bumi (geocenter) . Karena kemampuannya untuk menentukan parameter koordinat
pusat Bumi dalam kom- secara teliti sampai ke tingkat ketelitian beberapa mm, SLR juga
ponen (X,Y), dari tahun 1987 sampai banyak dimanfaatkan untuk studi-studi geodinamika d.an
1993, yang ditentukan dari
analisa data SLR. deforrnasi. Gambar 6. 13 menunjukkan vektor pergeseran dari
beberapa stasiun SLR yang terdapat di kawasan mediterania dan
daratan Eropa.
E
E
X
o0
o
q
E
o

E
E

c
on
o
E
o
\<

-30
'1987
89
1 993
Gambar 6.11 Variasi pusat Bumi
(g eocent er), I I Ut S,,2OOO]
Gambar 6. 13 Vektor pe rgeseran titik dari SLR UVASA-GSFC, 20001
I :Jl't (it'orltsi Sutt,h.t ,'jr.slcrrt ^S/,[' tltttr l,l.L' l.l()

Beberapa aplikasi lainnya dimana sLR berkontribusi secara lang- larjutantabel 16.5
sung maupun tak langsung adalah [II,RS, 20OO]:
Periode Pencapaian
' kalibrasi altimeter radar dari sistem satelit altimetri; . Melalui korelasi yang kuat dengan pergerakan kutub
' pemantauan perubahan muka laut, dimana sLR berkontribusi dari SLR, peran angin atmosfer dan EOP (Earth Orien-
dalam penentuan orbit satelit altimetri secara teliti serta dalam tation Parameterl lebih dimengerti.
penentuan perubahan ketinggian stasiun pengamatan di
kawasan pantai; t990 - 94 . Pergerakan lempeng kontemporer diukur dengan reso-
lus;. sampai mm/tahun.
' studi variasi gaya berat akibat redistribusi massa di atmosfer, . SLR mendefinisikan skala terestrial (GM) dan titik asal
hidrosfer dan dalam Bumi; serta
. studi interaksi antara inti dan mantel Bumi. kerangka pada level beberaPa mm.
. Variasi-variasi waktu zonal berkorelasi dengan tekan-
Secara umum, hal-hal yang telah dicapai dan diselesaikan de- an atmosfer global dan redistribusi massa lautan.
ngan menggunakan teknologi SLR, diberikan pada Tabel 6.5. . TOPEX dengan penjejakan oleh SLR dan RF memberi-
kan topografi lautan dan tinggi gelombang berketelitian
Tabel 6.5 Pencapaian teknologi SLR ICDDIS, 2001] cm serta menunjukkan adanya perubahan MSL global
sebesar 3 mm/yr.
Pencapaian 1995 - . SLR mengukur pergerakan geocenter yang disebabkan
. Posisi stasiun ditentukan sampai ketelitian 2O m. sekarang oleh fenomena Pasut.
. SLR memberikan skala untuk pengukuran satelit ge_ . SLR mengamati adanya bias dalam skala waktu
paleomagnetik yang dikonfirmasi oleh para geochronolo-
gist.
1970 - 74 . Posisi stasiun ditentukan sampai . Medan gaya berat SLR mengkonstrain model-model
. Data SLR meningkatkan kualitasketelitian 5 m.
model gaya berat pasut, serta sirkulasi lautan dan atmosfer global'
berpanjang gelombang panjang. . Kombinasi data SLR/altimetri meningkatkan kualitas
., $LR dikombinasikan dengan data gaya
berat permu_ pendefinisian geoid laut.
ikaan meningkatkan kualitas moaet gaya berat . Pemetaan topografi es yang komprehensif untuk per-
' berpanjang gelombang menengah. tama kalinya dengan satelit altimeter ERS-1/2 yang
. SLR menentukan pergerakan kutub (satu komponen) dijejak dengan SLR.
sampai ketelitian sub-meter. . Pemetaan topografi daratan dengan satelit altimetri yang
t975 - 79 . Pengukuran tektonik lempeng yang pertama dengan dijejak oleh SLR sedang dikembangkan.
SLR dengan proyek SAFE.
. SLR menentukan orbit satelit altimetri GEOS_3 dan
Seasat. 6.4 SISTEM LLR
1980 - 84 . Penemuan korelasi yang kuat untuk pertama kalinya Prinsip kerja sistem LLR adalah sama dengan sistem SLR' Ha-
antara pergerakan tektonik kontemporer dengan model_ nya kalau pada SLR, retro-reflektor ditempatkan di satelit, pada
model geologi. LLR retro-reflektornya ditempatkan di permukaan Bulan. Reflektor
. SLR meningkatkan presisi GM sekitar 10 kali. LLR di Bulan ditempatkan oleh para astronot dari misi Apollo (usA)
. Respon dinamis dari konveksi internal teramati. dan Luna (Rusia). sistem LLR mulai diimplementasikan sejak ta-
. Efek dari perubahan lempengan es d,an post_glacial re_ hun 1969.
bound teramati.
. BIH bergantung pada SLR, LLR, dan VLBI untuk pe_
Distfibusi lokasi dari reflel<tor LLR yang ditempatkan di Bulan
mantauan kutub dan orientasi Bumi. ditunjukkan pada Gambar 6.14 berikut. Sebenarnya sudah ada 5
kelompok reflektor yang ditempatkan di Bulan. Namun satu ke-
. SLR/VLBI menetapkan kerangka referensi terestrial per_ lompok yang ditempatkan oleh awak Luna 17 tidak bisa diguna-
tama berketelitian cm.
. Pendeteksian sinyal pasut lautan dan Bumi.
kan, karena tertutup debu. Sejarah penempatan dari kelompok
. Pembangunan model pasut laut yang realistis. retro-reflektor tersebut diberikan pada Tabel 6.6.
,'jr:;llrrr S/,lr' rlttrt Ll,li I.l I

Pa<ln saat ini ada empat stasiun pengamatan LLIi di clunia. viril r r

McDonald Obs.,Western Texas (USA), Haleakala, Hawaii (USA),


Grasse (Prancis) dan Wettzell (Jerman) . Distribusi keempat stasiun
ini ditunr'ukkan pada Gambar 6.16. Perlu dicatat di sini bahwa satu-
satunya stasiun yang melaksanakan pengamatan LLR secara kon-
tinyu sejak tahun 1969 adalah McDonald Observatory.

*i:i': iili-l;+$;;iiffi
Gambar 6.14 Distribusi lokasi retro_reflektor
di Bulan IBKG,2OOOI

Tabel 6.6 Sejarah penempatan retro-reflektor di Bulan


[Seeber, 1993; BKG,2OOO]

Gambar 6.16 Distribusi stasiun pengarnatan LLR [BKG, 2000]

Juli 1969 Apollo


Bentuk fisik dari stasiun trpe ngamatan LLR, da lam hal ini Sta-
11 100 buah reflektor
Nov.197O
sion McDonald dan Haleakala di Amerika Serikat, d itunjukkan pada r

Luna 77 Reflektor Prancis; tertutup debu Gambar 6. i7 berikut. Dari (Ga mbar terlihat bah wa stasiun LLR
(tidak bisa digunakan lagi) relatif cukup besar.
Febr.1971
Juii 1971
Jan. 7973
Apollo 14
Apollo 15
Luna 21
100 buah reflektor
300 buah reflektor
Reflektor Prancis
r
::::::::::::: I,l
'.,
::4...
I
a: : '
t .. t-:11::ti*-:#"$-t:,:s
.:::: : ,.ilil\,
:1Yi1t\::::::a:::
", ,
::
it.
ii
i
ffi
Wi
ffi WWffi

contoh konfigurasi dari dua sistem reflektor


yang a.a di Bulan,
',1 I :_-
\ WiWWffi{8{n-"t

ffi
ffiffiffi.'I
.
; I
w*l&.fi:i
!i.:-:-:)S,:ir:::=

*
yaitu retro-reflektorApollo 14 dan Luna
bar 6.15 berikut.
21 ditunjuf.fi"" p"O" Gam_
,* F!'{r,p E r F*: t gmmt[ '
ffi*$iltil

W
ffiml
w#:,*rtE t ,-l
ffii.Xfri#-l
IE:RBffiE
*' "1,', lr^"-]-----*n-**- rc
reE
M
hrfrre$l il I Y E
K
E
IT
Stasiun McDona-ld (USA) Stasiun Haleakal a, Hawaii (US.
SA)

Gambar 6.17 Contoh stasiun penga-matan LLR [BKG, 2000] -

6.5 GEOMETRI PENGAMATAN LLR


Geometri pengamatan LLR dapat diilustrasikan pada Gambar
6.18 berikut. Dari Gambar ini terlihat bahwa persamaan dasar be-
relro-refleklor (Apollo I 4) retro-reflektor (Luna 2 1)
rikut bisa dituliskan, yaitu:
Gambar 6. l5 Contoh retro_reflektor di Bulan
IBKG, 2OOOI ro-mR=p (6.71
l4'2 Or,orlc.sr.Sr.rleli! .Srsllnt ,S/,/r' rlttrr l,l,l" l,l.t
dimana: yang lebih baik dari lo-to (0,1 ppb). Ini adalah tingkat kelt:litiirrr
ro = koordinat teleskop dalam sistem barisentris, relatif yang sangat tinggi.
D" = koordinat reflektor dalam sistem barisentris,
I p | = jarak antara teleskop dengan reflektor. 6.6 APLIKASI LLR
Pada prinsipnya stasiun-stasiun pengamat LLR menetapkan ke-
Perlu dicatat di sini'(lihat Gambar 6.18) bahwa koord.inat rangka referensi di Bumi, dan retro-reflektor laser menetapkan
teleskop LLR dalarn sistem crs (rr) berbeda dengan sistem kerangka referensi di Bulan. Dengan menganalisa data ukuran ja-
barisentris (ro), karena adanya rotasi bumi, p".g"r.f^, kutub, rak dari Bumi ke Bulan, maka akan dapat ditentukan parameter-
presesi dan nutasi. Disamping itu koordinat reflektor di Bulan parameter rotasi Bumi, dinamika sistem Bumi-Bulan, serta para-
dalam sistem barisentris (m*) harus dikoreksi dengan mem- meter relativitas. Perlu dicatat di sini bahwa menurut lCarter &
perhitungkan pergerakan Bulan, seperti librasi. Roberison, 1985], karena koordinat kutub mempunyai korelasi yang
sedangkan ukuran jarak dari Bumi ke Bulan akan dipengaruhi kuat dengan kesalahan pada ephemeris Bulan dan juga variasi dari
oleh fenomena: UTl, data LLR kurang sesuai untuk penentuan pergerakan kutub
. pasang surut, Qtolar motionl dibandingkan data ukuran jarak ke satelit.
Secara umum tingkat ketelitian dari beberapa parameter yang
' aberasi (posisi relatif teleskop & reflektor berubah serama dapat ditentukan dengan metode LLR ditunjukkan pada Tabel 6.7
sinyal bergerak),
. efek-efek relativitas, serta berikut.
. pergerakan lempeng.
Tabel 6.7 Tingkat ketelitian dari beberapa parameter yang
Kesemua fenomena tersebut harus diperhitungkan daram ditentukan oleh LLR [FGg 1998]
pengkoreksian data ukuran jarak sistem LLR.
No. Parameter Ketelitian
1. Koordinat stasiun pengamat 3-5cm
Kecepatan stasiun pengamat O,4 - 1,2 cmf tahwn
2. Rotasi Bumi 0,05 - 1 ms
Orientasi Sumbu Rotasi 0,5 - 10 mas
Presesi 0,3 mas/tahun
Nutasi 0,9 - 3 mas
J. Koord nat reflektor 0,5-10m
4. Posisi Bulan 1O-5Ocm
Kecepatan Bulan 0,5 cm/s
GM, Bumi maupun Bulan 0,004 km3/s2
5. Rotasi Bulan 5"
6. Medan gaya berat Bulan 10-8 - 10 6

7 Parameter elastisitas 0,004


Gambar 6.18 Geometri pengamatan LLR [Seeber, 1993]
Parameter disipasi (dissip ationl 10s
Perlu dicatat di sini bahwa ketelitian data ukuran jarak LLR B Percepatan sekular Bulan 0,08"/abad2
meningkat dari tahun ke tahun, yaitu sekitar 2,s m di tairun rgro, karena friksi pasut dari Bumi
meningkat ke sekitar lo-2o cm sejak rgz2,10 cm atau lebih baik
sejak 1975, dan sekitar 3 cm di tahun L993
fLambeck, rggg; seeber, Dari beberapa hasil yang telah dicapai, perlu dicatat bahwa dari
1993]. Kalau kita meli{rat japak Bumi ke Bulanyang sekitar 3g0.ooo
km, maka ketelitian jarak 3 cm ini setara dengan ketelitian relatif analisa sekitar 15 tahun data LLR telah ditentukan nilai koefisien
gravitasi geosentrik GM, yaitu sebesar (Williams et al., 1987):
l,7rl (irrrr,lr,.sr Saft,/rl

GM = (398600,443 t 0,006) km3/sec2 (6 8)


Bab 7
Disamping itu dari sekitar 12 tahun data LLR juga telah ditentu-
kan nilai koefisien gravitasi untuk Bulan GM-, yaitu sebesar
fFerrai
SISTEM VLBI
et al., 19821:

GM_ = (4902,7993 t 0,0029) km3/sec2 (6.e)


Menarik juga dicatat bahwa fenomena pasut laut di Bumi mem_ Teknik YLBI (Very Long Baseline Interferometryl pertama kali
pengaruhi secara langsung orbit Bulan. Dari analisa data LLR di-
dikembangkan dalam bidang astronomi radio dengan obyektif untuk
tunjukkan bahwa Bulan menjauh dari Bumi d.engan kecepatan se- mempelajari secara rinci struktur sumber-sumber gelombang ra-
kitar 3,8 cm/tahun. dio di luar angkasa (kuasar) dengan resolusi ketelitian angular yang
Secara umum beberapa pencapaian yang penting dalam aplika- tinggi.
si teknologi LLR diberikan pada Tabel 6.8 berikut.
Dalam bidang geodesi satelit, teknik VLBI dapat dipandang se-
bagai teknik penentuan posisi relatif dengan menggunakan data
Tabel6.8 Pencapaian teknologi LLR [CDDIS, 2OO1] fa'se dari gelombang radio yang dipancarkan oleh kuasar, yaitu
benda langit pemancar gelombang radio alamiah. Dalam geodesi
satelit, VLBI adalah teknik penentuan posisi relatif yang paling
t970 - 7974 LLR adalah kontributor dominan untuk UT1. teliti untuk baseline fiarak antar titik)yang relatif panjang (sampai
Sistem referensi Seleocentic ditentukan. beberapa ribu kilometer).
Orbit Bulan ditentukan sampai ketelitian 1 m.
Da1am bidang geodesi, sistem VLBI terutama dimanfaatkan
t975 - t979 . LLR meningkatkan kualitas GM Bumi. untuk aplikasi geodetik berskala global dan menuntut ketelitian
. LLR menguji prinsip Strong Equiualence dari teori yang relatif tinggi, seperti:
relativitas.
. Pengukuran pertama dari percepatan (tidal) Bulan. . Realisasi kerangka referensi koordinat,
. Penemuan disipasi dan librasi bebas dari Bulan. . Penentuan parameter-parameter orientasi Bumi, dan
. Studi Geodinamika.
1980 - 1984 . BIH bergantung pada SLR, LLR, dan VLBI untuk pe-
mantauan kutub dan orientasi Bumi.
. Momentum sudut atmosfer global dikorelasikan de-
7.I PRINSIP DASAR VLBI
ngan LOD yang ditentukan oleh LLR. Prinsip dasar dari sistem VLBI dapat diilustrasikan pada Gam-
. Penentuan ephemeris Bulan berketelitian l0 cm. bar 7.1. Dalam hal ini dua sistem VLBI yang terpisah dengan jarak
. Dinamika titik semi dan kemiringan (obliquitgl tertentu (biasanya beberapa ribu km) mengamati suatu kuasaryang
ekliptika ditentukan dengan lebih baik. sama. Data-data yang diamati oleh kedua sistem ini selanjutnya
. Elastisitas Bulan dideteksi. dikorelasikan. Dari proses korelasi ini selanjutnya akan diperoleh
1985 - 1989 . Presesi geodetik sesuai dengan relativitas pada ting- data pengamatan berupa perbedaan waktu tempuh sinyal'dari
kat 2o/" kuasar ke kedua stasiun (group delagl, perbedaan fase dari kedua
sinyal Qthase delagl, serta laju dari kedua delag tersebut (delag
. Koreksi untuk presesi dan nutasi ditentukan oleh LLR. rate).
. Percepatan (tidal) Bulan ditentukan sampai keteliti-
an 0,5 arcsec/abad. Untuk pengukuran parameter-parameter yang terkait dengan
. Penentuan ephemeris Bulan berketelitian 3 cm. waktu dan frekuensi tersebut, stasiun pengamatan VLBI umum-
. Orientasi ephemeris ditentukan sampai milliarcsec. nya menggunakan osilator fiaml hg drogen maser yang mempunyai
. stabilitas pada level 1O-1a, dan data-data mentah umumnya dire-
LLR menentukan konstrain untuk laju perubahan
dari konstanta gravitasi G.
kam secara digital dengan laju sampai 1 Gbit/det lMa, 1999).
. Karakteristik bagian dalam Bulan diinvestigasi de- Dari data-data di atas, dengan mengetahui vektor koordinat dari
ngan LLR. kuasar S, maka vektor baseline B, yang merupakan vektor koordi-
145

A
I 4(t ( i( 1)(,/r'st ,S(rl(,/lt
Stslt:rtt Vl.l ll l,l'/
nat relatif antara kedua stasiun, akan dapat diestimasi. perlu
<.lica_
tat di sini bahwa seandainya vektor koordinat dari kuasar S
Semua variabel kesalahan dan bias di atas, kecuali efek relativitas
At..,, dalam perspektif VLBI geodetik adalah variabel pengganggu
(nuisance uaiables) terhadap delay geometrik. Meskipun nilainya
relatif kecil, variabel-variabel tersebut harus diperhitungkan dan
dieliminasi dengan beberapa cara atau metode seperti berikut ICan-
non, 1999):
1. perhitungan langsung dari parameter-parameter fisika (untuk
At."J,
2. kalibrasi langsung (untuk At,,"J,
3. estimasi dengan pemodelan, dibantu dengan parameter-
parameter lokal (untuk At..oo dan At.,""u), dan
4. reduksi dengan data pada dua frekuensi (untuk At,o.o.).
Dalam sistem koordinat referensi CTS, persamaan (7.1) dapat
dijabarkan dalam persamaan berikut [Seeber, 1993]:
B.s(t) :b, .cos 6.cos h
ssysszs
+ b.cos 6.sin h + b.sin 5 (7.31

dimana:
(bx,by,bz) = komponen vektor baseline B,
(o,",5") = spheical equatorial co ordinates (asensiorekta,
DATA .o Group delay (data utama)
phase detay deklinasi] dari sumber gelombang radio
'ENGAMATAN o Delay rate (kuasar)

Gambar 7.1 Prinsip dasar dari VLBI


h :GST-o : sudut waktu (terhadap Greenwich) dari sum-
ber gelombang radio (kuasar).

tidak diketahui, maka ia dapat drestimasi bersama-sama dengan


vektor baseline B. Seandainya digunakan data pengamatan Dari persam aan (7 . 1 ) dan (7. 3) akan diperoleh p ersamaan peng-
waktu
tunda (group delag) maka p.r"arrru.a., berikut alpal digunakan: dmcttan berikut untuk data group delag, yaitu:
c.At(t) b.cosS.cosh
= + b.cosS.sinh + b.sin6 (7.41
c.Atu(t)
B .-s(t) : (7.r)
c. , x s s y s s z s

Pada persamaan pengamatan di atas, menurut Seeber (1993)


Data delay geometrik.(At*) dapat ditentukan dari group
- delay
hasil. pengamatan (At.o") denfia.r r.r".r"..pkan beberapa"koreksi
parameter yang umum diestimasi adalah (bx,by,bz) dan (cr",6,).
se- Perlu dicatat di sini bahwa pada persamaan (7.41 di atas, phase
bagai berikut [Cannoi,- I999j:
delag juga dapat digunakan ketimbang group delag. Hanya dalam
Atot.: At* * At",o"u * At,.., * At,.o, * At,o.o" * At.., * .... (7.2)
hal ini parameter yang diestimasi harus ditambah dengan para-
dimana i Aton" = delay hasil pengamatan meter ambiguitas fase dari sinyal. Dalam hal ini seandainya freku-
ensi sinyal yang diterima adalah fo, maka hubungan antara kedua
At* = delay geometrik data pengamatan delay dapat dituliskan secara umum sebagai:
=
At"ro"r. bias delay karena tidak sinkronnya jam
At,.", = bias delay dalam instrumen A0.0.+Nr=2n.L.At.o" (7.s)
At,.oo = bias delay karena refraksi troposfer dimana A$"0" adalah data pengamatan phase delay dan N, adalah
At,o.o" = bias delay karena refraksi ionosfer ambiguitas fase. Seandainya A$ adalah data phase delay yang telah
At."r = bias delay efek relativitas dikoreksikan sesuai dengan persamaan 17.2) di atas, makaperso;ztrrant
pengamatanundtk phase delag bisa dituliskan sebagai berikut:
.Sr.sl3rrr V/./l/ l,ltl
l rlu (ir,orlr'st Srtlr:/tl
tersebut d'i seluruh duniit
6" '(7'6) Distribusi dari stasiun-stasiun VLBI
c.( A$ + N")/2n.{ = b*.cos 6".cos h. * br."o" 6".sin h" + b,.sin Dari Gambar ini terlihat
ditunjukkan pad'a C"*t"t 7'3 berikut' berlokasi di USA dan Eropa'
Seperti sudah disebutkan di atas, selain group delay dan phase VLBI
bahwa umumnya "tl"l"rr*t"siun
Cina'
delay, data pengamatan lainnya dari VLBI adalah delay rate atau ai""*pi"g 3uga Jepang, Australia' dan
fringe frequencA. Delay rate (f(t)) ini bisa dihitung dari group delay Secara fisik, yang p'fittg menonjol
terlihat pada suatu stasiun
(At) maupun phase delay (A$), seperti yang ditunjukkan oleh persa- yang relatif besar' Antena yang re-
VLBI adalah ukurariantenanya
maan berikut: mendeteksi sinyal yang da-
latif besar ini diperlukan untuk dapat dari Bumi' Gambar 7 '4
f(t) = f.. d(At)/dt
= [d(A$)/dtl I 2n 17.71 tang dari kuasar v#s;;J"ya \situ laurr VLBI yang saat ini berope-
menunjukkan contoli beberapa stasiun
Secara umum untuk delag rate, persamaan (7.1) dapat dituliskan rasi.
sebagai:
f(t) = (-{/c).8.s'(t) (7.8)

dimana:
B . S'(t) = -ro.(b,.cos 5,.sin h" - b".cos 6,.cos h. )
(7.e)
Pada persamaan di atas ro adalah kecepatan rotasi Bumi.

7.2 SISTEM VLBI


Pada saat ini ada sekitar 4O stasiun VLBI yang beroperasi di
seluruh dunia. Sekitar 5 stasiun dioperasikan oleh NASA dan sele-
bihnya diopere'-sikan oleh organisasi lainnya, bekeda sama dengan
NASA [/yS, 2000]. Perlu ditekankan di sini bahwa dalam
pengembangan sistem VLBI, NASA memang punya peran yang sa-
ngat besar sejak sistem ini dikembangkan di awal 1970-an. Per-
kembangan jumlah stasiun VLBI di dunia sejak 197o-an diberikan
pada Gambar 7 .2 berikut:

40

)q30
6
a
20001
Szo Gambar 7.3 Distribusi stasiun-stasiun VLBI [fys'
dengan penerima (re-
setiap stasiun VLBI umumnya dilengkapi
10
perekam data (recorder)' Karena
ceiuer),jam (osilat.;i;;, seria
lemah' yaitu sekitar 1 Jansky
sinyal dari quasar;;;;;" "u'ttglt mendeteksinya diperlukan
(1 Jy = 19'u V/*';;if,-#"rt" yllt"1 yang besar' biasanya da-
1980 1985 Tahun 1990 1995
teleskop (antena) .u.alo'att'gan diameter 1988]'
Iam orde beberapa puluh tt'"t"t [Lambeck'
Gambar 7.2 Perkembangan.jumlah stasiull VLBI UyS, 20OOl
ijr:;lt'rrt Vl,lll llrl
I 5)O (irr;r.lc.si Satclil

Reference Framel. Metode VLBI telah berkontribusi sejak awal


irl<li
Sistem VLBI umumnya beroperasi pada dua pita (bandl freku-
ensi, yaitu X-bond (panjang gelombang sekitar 4 crn, frekuensi se- vitas ITRF pada tahun 1988lAltamimi,2OOOI'
kitar 8 GHz) dan S-band (panjang gelombang sekitar 15 cm, freku- Dalam pendefinisian kerangka referensi ITRF ini ketelitian tipikal
ensi sekitar 2 GHz). darikoordinatsertakecepatanstasiunyangdiamatidenganVLBI
diberikan pada Tabel 7.1, berikut kinerja dari metode-metode lain-
nya, SLR, GPS, dan DORIS.
22,2 GHz 15,3 GHz 8,4 GHz 5,0 GHZ

a
d
;o
d

i4
C) -5
o
+J
q)
a
H -10
o
-15

I.-alrbanks, Alaska
Fairbanks, Alaska Kauai, Hawaii 0
-5 5 0 .-5 5 -5
Gambar 7.4 Contoh stasiun VLBI Offset Right Ascension (mas)
frekuen-
Seperti yang sudah disebutkan, sebelumnya, teknik VLBI meng- Gambar 7.5 Vartasi struktur <lari sumber radio kuasar 3C-84 terhadap
amati gelombang radio yang dipancarkan oleh kuasar. Karena le- .siemisilWalker,2OOO);tuaktupengannotan:Oktoberg5;konturmulaidenganS'
10, 14, 2O mJy/beani c)ai setanjutnyanaik denganfaktor^12'
taknya yang sangat jauh dari Bumi, perubahan posisi sudutnya
terhadap Bumi relatif sangat kecil. Saat ini ada sekitar 6O0 kuasar
yang digunakan oleh teknik VLBI. Meskipun kuasar dapat sangat Tabel 7.1 Ketelitian tipikal lAltamimi,2O00l
masif (compact), kuasar mempunyai struktur kecerahan (bightness
stntcture) yang relatif kompleks, dan struktur tersebut berubah Teknik Posisi - 3D Kecepatan
dengan waktu dan frekuensi emisinya, seperti yang diilustrasikan S/RMS (mm) WRMS (mm/tahun)
pada Gambar 7.5 berikut. VLBI 10 2
SLR t4 3
7.3 APLIKASI VLBI GPS 10 J
Sejak pengembangannya di awal l97O-an, VLBI telah banyak DORIS 34 9
berkontribusi dalam berbagai bidang aplikasi geodesi, seperti reali-
sasi kerangka referensi (selestial maupun terestrial) koordinat, pe- WRMS = uetghte.d r,ms (root mean sQuarel
nentuan parameter-parameter orientasi Bumi, serta studi geodina- Teknik vLBI juga berkontribusi besar dalam realisasi kerangka
mika. ICRF (/nfern ational cblestial Reference Frame\ serta pengikatannya
Dalam pendefinisian kerangka referensi koordinat, VLBI adalah dengan kerangka ITRF [Ma, ]9991. Dalam hal ini teknik VLBI digu-
yang
salah satu metode, disamping SLR, LLR, GPS, dan DORIS, yang nakan untuk menentukan koordinat dari sekitar 600 kuasar
digundkan dalam realisasi kerangka rrRF (International rerre stria.r mendefinisikan ICRF.
I lr..f t ir'tttlt ,:t Srttt,lrt
lir:;llrtt Vl,lll I lr.t
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, VLBI
adalah metocre
paling teliti untuk penentuan posisi retatir antartitik Pada Gambar di atas slope dari plot panjang baseline t'l-lcl'tll)it
rak sangat jauh, yaitu dalam orde beberapa ribu t<m.
y.rg u...i.- kan manifestasi dari pergerakan relatif antar lempeng Eurasia <larr
dicontohkan dari hasil pada Gambar 7.6
ftll ini dapat Amerika Utara dimana kedua stasiun berada.
berikut. pada Gambar ini
setiap solusi ditentukan dari 24jam data pengamatan Karena kemampuannya untuk menentukan koordinat relatif
lam hal ini terlihat bahwa vLBI. Da- antara dua titik yang berjauhan secara teliti tersebut, sistem VLBI
panjang baseline sekitar 4oo0
"^-p-itefin rait dari 1 cm
km ketetitian yang dicapai adalah juga sangat berguna untuk studi-studi geodinamika, yaitu studi
dan menjadi pergerakan lempeng-lempeng tektonik.
sekitar 5 cm untuk panjang baseline sekitar 10000
km.
Sebagai contoh Gambar 7.8 berikut menunjukkan vektor perge-
seran titik yang ditentukan dari data pengamatan VLBI pada sta-
siun-stasiun yang bersangkutan, yang merepresentasikan fenomena
pergerakan lempeng-lempeng benua.
e40
g
Eso
=
.9
920

$ff*-':::-:c-::'
4000 6000 Sooo 1 0000
Panjang baseline (km)

Gamb ar' u a tan


""l?i:1il;?'YT;'1x;rerlsam
'LBI
Perlu juga dicatat di sini bahwa ketelitian
penentuan panjang
baseline dengan vLBI cenderung semakin teriti
hun, seperti yang ditunjukkan o-reh Gambar 2.7dari tahun ke ta_
ini menunjukkan hasil estimasi panjang baseline berikut Gambar
stasiun VLBI Wettzell (Jermanl a"" W""tford
antara stasiun-
(USA) y.rg f..J...L
sekitar 6OO0 km.

NU,/EL iA-NNR relerence ftme,

Gambar 7.8 Pergerakan lempeng dari VLBI UVASA-GSFC, 20001

Sistem VLBI juga punya kontribusi yang besar dalam penentu-


an parameter orientasi Bumi selama ini. Pada tahun 1992, pa-
rameter pergerakan kutub (xp,yp) serta UT1 yang ditentukan de-
ngan VLBI mempunyai standar deviasi (Campbel| 1992)lebihbaik
Slope : (18.3 i O.1) mm/rahun dai I mas untuk (xp,yp), dan lebih baik dari 0,1 ms untuk UT1.
WRMS :8.5 mm
Sedangkan tingkat ketelitian tipikal dari VLBI pada saat ini da-
lam penentuan parameter-parameter orientasi Bumi ditunjukkan
pada Tabel 7.2 berlkut.
, 9""rb:,1. 7 7 Evolrrsr panjzrng baseline Wettzell Westlbr.rl
(seKrtzu ()0O0 kll), sl<aja rrertikal dalarn tnrr (Cantpbeil, 2O00)
I l r.l ( ilorlr'sr .Sutr,/il

'l'irlrt:l 7'2 'r'irgl<at keteritia, siia1. ini clari vLBI frlernrtg,2ooo]


-300 X
o
"o
Pergerakan kutub
0, 1 mas 0,4 mas
Laju pergerakan kutub -200
O, 15 mas/hari
0,01-0,03 ms
- 100
Nutasi 0,15 mas 0,2 mas,
periode < 10 hari o

. Berkaitan
juga
dengan penentuan UTl, perlu dicatat juga
dapat mengamati variasi aari urt yang reratif bahwa VLBI 100
jam) seperti yang diilustrasikan pada cepat (orde be-
I:t"p"
Tingkat resolusi temporal yang relatif tinggi Gambar 7.9 berikut.
ini
manfaat untuk menganali"^ i..ro-".ra rotasi akan sangat ber-
200
rinci. Bumi secara rebih
300

500 400 100


Gambar 7.10 f'er-geralizrn kutub clali VLBI
l)arlt'r & l?ol;r:r'1.son, .L841

(iarnbar 7.9 V:rriasi UT1


clriri VLBI
79 81 83 8s 87 89 91 93 95
[.VA.5-A_(]S1ICI 20001
Tahun
Seperti disinggung di atas, VLBI juga
dapat digunakan untuk G:rmbar 7.11 Nutasi dari VLBI [1/ASA-G'SI"C],20001
mengestimasi parameter pergerakan-kutub
dan nutasi. Sarah satu
contoh pergerakan kutub yang ditentukan
dengan vieiJio..iL".,
pada Gambar 7.10, dan clnto-n parameter
Gambar 7.1 1.
nutasi diberikan pada
Bab 8
SATELIT ALTIMETRI

Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975, saat


diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum
sistem satelit altimetri mempunyai tiga obyektif ilmiah jangka pan-
jang, yaitu:
. Mengamati sirkulasi lautan global,
. Memantau volume dari lempengan es kutub, dan
. Mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global.
Obyek-obyektif di atas dimaksudkan untuk memahami secara
lebih mendalam sistem iklim global serta peran yang dimainkan
oleh lautan di dalamnya.
Dalam konteks geodesi, obyektif terakhir dari misi satelit altimetri
tersebut adalah yang paling menjadi perhatian. Dengan kemampu-
annya untuk mengamati topografi dan dinamika dari permukaan
laut secara kontinyu, maka satelit altimetri tidak hanya bermanfa-
at untuk pemantauan perubahan MSL global, tetapi juga akan trer-
manfaat untuk beberapa aplikasi geodetik dan oseanografi lainnya
seperti [SRSRA, 2OOl; Seeber, 1993]:
. penentuan topografi permukaan laut (SST),
. penentuan topografi permukaan es,
. penentuan geoid di wilayah lautan,
. penentuan karakteristik arus dan eddies,
. penentuan tinggi (signifikan) dan panjang (dominan)
gelombang,
. studi pasang surut di lepas pantai,
. penentuan kecepatan angin di atas permukaan laut,
. penentuan batas wilayah laut dan es,
. studi fenomena El Nino, dan
. unifikasi datum tinggi antar pulau.
8.1 PRINSIP DASAR SATELIT ALTIMETRI
Satelit altimetri diperlengkapi dengan pemancar pulsa radar
(transmiter\, penerima pulsa radar yang sensitif (receiuer), serta jam
berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh
satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (ra-
dar) ke permukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik
oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit, seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 8.1.
157

A
rlJ ( ;r 1)r/r...it .\(rl(,/rl
I 1
Set<'lit Alluncll' I l;()

lnformasi utama yang dimana :


ingin ditentukan dengan sa-
telit altimetri adalah topografi
h = tinggi eiiipsoid dari satelit altimeter (dihitung dari
informasi orbit),
dari muka laut. Hal ini dila-
kukan dengan mengukur ke-
N = undulasi geoid,
tinggian satelit di atas permu-
H = sea surface topographg (SST),
kaan laut (a) dengan meng-
AH : efek pasut instantaneous,
a = hasil ukuran altimeter, dan
gunakan waktu tempuh (Dt)
d = kesalahan orbit.
dari pulsa radar yang dikirim-
kan ke permukaan laut dan Perlu dicatat bahwa persamaan (8.2) di atas belum mengakomo-
dipan-tulkan balik ke satelit dasi semua kesalahan dan bias Yang mempengaruhi data peng-
(lihat Gambar 8.1), sebagai amatan satelit.
berikut:
permukaan laut
a= c . Atl2 (8.1) Orbit yang
Gaurbar 8. 1. prinsip Satelit Altimetri
dilaporkan

Perlu dicatat bahwa untuk mengeliminasi efek dari gelombang Orbit yang
serta gerakan muka laut berfrekuensi tinggi lainnya,;ait< sebenarnya
ukuran
adalahjarak rata-rata dalam daerah footpint.
Dari data rekaman waktu tempuh sinyal, serta ampritudo dan
bentuk muka sinyal setelah dipanlukan oreh permukaan laut,
be-
berapa karakteristik_ muka laut dapat diestimasi, yang di-
berikan pada Tabel 8.1. ".p..ii
Muka.laut
Tabel 8.1 Informasi produk satelit Altimetri; sesaat
[Seeber, 1993; SRSRA, 200 lj. Muka laul
rata-rata
Dari data waktu tempuh sinyal Dari data bentuk dan struktur
muka gelombang pantul Geoid
. Posisi uertikal permukaan . Tinggi gelombang
. Topografi muka laut (SST) laut . Panjang gelombang dominan
. Undulasi Geoid . Informasi termoklin
. Topografi es . Kemiringanlapisan es Ellipsoid
. Lokasi & kecepatan arus laut
Dari data amp[tuuo geromo;;E;;;tul Garnbar' 8.2 Geornetri Pengamatan Satelit Altimctri ISeeber, 1993]
K e cep atan ang in p e rmux"" i effi
Batas laut/es

Secara umum kesalahan dan bias yang mempengaruhi data peng-


4.2 GEOMETRI PENGAMATAN SATELIT ALTIMETRI amatan satelit altimetri adalah:
. kesalahan dan bias yang terkait sensor:
.barGeometri pengamatan saterit artimetri di,ustrasikan pada
8.2, dan direpresentasikan
Gam-
- kesalahan waktu altimeter
secara matematis sebagai berikut:
- kesalahan kalibrasi altimeter
h=N+H+aH+a+d @.2) - kesalahan pengarahan (pointingl altimeter
- noise dari altimeter
I( lO ( ir,rttlt,:;t iittl<'ltl Srilr,lil Allrtr''l'r l{r I

. kesalahan dan bias yang terkait propagasi sinyal: Dari Gamb at 8.2 dan persamaan (8'2) sebelumnya terlihat lritltwrr
- refraksi ionosfer tingkat kualitas informasi muka laut yang ditentukan oleh sltitltt
- refraksi troposfer (komponen kering dan basah) sisle* satelit altimetri akan sangat bergantung pada tingkat kete-
. kesalahan dan bias yang terkait satelit: litian penentuan orbitnya terutama dalam arah radial, disamping
- kesalahan orbit juga blrgantung pada penentuan kesalahan dan bias lainnya' Oleh
- kesalahan sistem koordinat dari stasiun-stasiun kontrol sebab itu, penentuan orbit satelit altimetri secara teliti adalah suatu
. kesalahan dan bias yang terkait dinamika muka laut: faktor yan! signifikan untuk misi satelit altimetri berketelitian tinggi'
- bias elektromagnetik, yaitu perbedaan antara muka laut rata- Sebagai.ot tofr, satelitTOPEX/ Poseidon mempunyai tingkat kesa-
rata dengan muka pantulan rata-rata (mean scatteing sur- lahan orbit dalam arah radial sekitar 3,5 cm. Tingkat ketelitian
face); yang disebabkan oleh tingkat kekasaran (rough-ness) orbit yang cukup tinggi ini d.icapai dengan melakukan penjejakan
muka laut yang tidak homogen secara spasial. satelii dengan sistem-sistem SLR, DORIS, GPS, TDRSS (Tracking
- skeLuness bias, yaitu beda tinggi antara muka pantulan rata- and. Data Retay satettite sgsfems) serta memanfaatkan data
satelit
rata dengan muka pantulan median (median scattering sur- altimeter sendiri.
facel yang diukur oleh penjejak di satelit; yang disebabkan
oleh distribusi tinggi muka laut yang tidak normal (non- 8.3 MISI.MISI SATELIT ALTIMETRI
gaussian\. Sejak peluncuran Skylab pada tahun 1973, sampai saat ini su-
dah aaa bebeberapa misi satelit altimetri yang diluncurkan dengan
Pada persamaan (8.2) di atas, hasil ukuran altimeter a yang di- obyektifnya masing-masing, seperti yang ditunjukkan pada Tabel
gunakan adalah hasil ukuran yang sudah dikoreksi dengAn kesa- 8.2 berikut.
lahan-kesalahan akibat refraksi ionosfer dan troposfer, serta kesa-
lahan dan bias yang terkait dengan sensor altimeter serta dina- Tabel 8.2 Misi-misi Satelit Altimetri ISRSRA, 2001]
mika muka laut.
Misi Tahun/ Obyektif
Perlu dicatat di sini bahwa dengan perkembangan teknologi, re- lnstansi
solusi data ukuran jarak aitimeter semakin baik, dari sekitar 1 m
pada tahun 1973 sampai sekitar l-2 cm pada saat ini, seperti yang Skylab L973-74 Pembuktian untuk pertama kali konsep
diilustrasikan pada Gambar 8.3 berikut. Meskipun begitu, tingkat NASA pengukuran radar altimeter dari satelit'
ketelitian akhir dari jarak ukuran akan sangat bergantung pada GEOS-3 t975-78 Mengumprtlkan data untuk menin gkat-
tingkat kesuksesan pereduksian dan pengeliminasian dari kesa- NASA kan kualitas parameter geodetik dan geo-
fisik yang diperoleh sebelumnJa.
Iahan dan bias yang mengkontaminasi data ukuran.
Seasat r978 Didesain untuk memberikan data ukuran
NASA dari tinggi gelombang, topografi lautan g1o-
bal, dan geoid lautan.
100 Geosaf 1985-89 Satetit osEa.rografik militer didesain untuk
Pelkembangan
US Navy pemetaan presisi dan detail dari geoid di
t Resolusi Ukulan
Jarak Altimetcr (cm) wilayah lautan.
}]RS-I 1991-kini Didesain untuk analisa muka laut rata-
ESA rata dan geoid lautan.
40
TOPEX/ 1992-kint Eksperimen topografi lautan untuk meng-
Poseidon NASA ukur dan memetakan muka laut pada dua
CNES frekuensi, 5.3 dan 13.6 GHz, untuk me-
ningkatkan pengetahuan kita tentang sir-
(icosat IIRS-l T()P[X kulasi lautan berskala luas'
Sky'lab (iqrs-J IIRS-2 (icosirt Ir(J
ERS-2 1995-kini Didesain untuk analisa muka laut rata-
ESA rata dan geoid lautan.
(iatlrbar 8.3 Perkernbiutgan tesolusi ul<uratr jalah tltimt-tr,'r
I (t ) ( )r,odt:si Sat.elit Suttthl Allrrrr|ltr l(r.t

lanjutan Tabel 8.2 Satelit altimetri juga mempunyai bentuk konfigurasi tubuh yang
Misi Tahua/ Obyektif berbeda-beda. Gambar 8.4 memberikan contoh bentuk satelit
kist4trsi' altimetri ToPEX/Poseidon dan ERS-1. Dari Gambar ini terlihat
Geosat 1996-kini Untuk memperoleh pengamatan lautan bahwa, altimeter bukanlah satu-satunya sensor yang dibawa oleh
Follow- Us wavy secara kontin5ru, dan secara khusus satelit altimetri ini.
ott untuk mengukur topografi dinamik dari Sebagai contoh untuk satelit TOPEX/ Poseidon, selain dilengkapi
arus-arus batas Barat serta nnErs dan ed- dengan altimeter, satelit juga membawa sensor-sensor microwque
{ies-nya, untuk memperoleh data tinggi radiometer, antena GPS, antena DORIS, dan Laser RetroreJlectors
muka laut untuk model-model numerik, (LRR). Sedangkan untuk ERS-1, selain membawa radar altimeter,
sfrta untuk memetakan pergerakan EI satelit juga dilengkapi dengan sensor-snsor wind scatterometer
Nino di lautan Pasifik di daerah ekuator. (SCAT), sgnthetic aperture radar /SAR/, LRR, Along Track Scanning
Radiometer (ATSR) Microutaue Sounder, A?,SR Infrared Radiometer,
Setiap sistem satelit altimetri umumnya mempunyai karak- Precise Range andRange Rate Equipment !I?#'RF/. Sedangkan sate-
teristik orbit dan altimeter tersendiri. Tabel 8.3 memberikan con- lit ERS-2, disamping altimeter radar juga membawa sensor-sensor
toh karakteristik dari beberapa sistem satelit altimetri, dari gene- SAR, SCAT, ATSR, Microutaue Sounder, G[obal Ozon Monitoing Ex-
rasi awal (GEOS-3) sampai ERS-1. peiment (GOME), PRARE, dan LRR.
Tabei 8.3 Karakteristik dari beberapa sistem saterit artimerri TOPEX/Posetdol
Antena
GPSDR Afltena
high qaiil
fSeeber, 1995; Kramer, 1996; SRSRA,2OO 1l
Sotar anau
GEOS-3 SEASAT-1 GEOSAT
Masa hidup t975 - 78 1978 1985 - 89
Propulsidtt
Orbit Module
. periode 102 menit 100 menit 1OO menit
. ketinggian 840 km 760 km 780 km
Midoua0e
Radiotneter
.inklinasi 1 150 108" 1 08.
Module

. revolusi/hari t4,t 74,3 74,3 Loser


Antena
DORIS
Retrorellector
Altimeter Affilt
. frekuensi 73,9 GHz r3,9 GHz 13,5 GHz
. beamuidth 2,6" 1,5" 2,O.
.
footprint 3,6 - r4,2 km 1,6 - 12,0 km 9,6 km ERS.I
. ketelitian t60cm +10cm + 3,5 cm
ERS-1 TOPEX ERS-2 Antena Mrrd
kattef ometef
Masa hidup 1991 - kini 1992 - kini 1995 - kini
Orbit A T SR - Micr ou d ue So und er
. periode 100 menit 120 menit 100 menit Altihcter AT Sl? - Iftfr ar ed R ddi omet e t
. ketinggian 77O km 1334 km Radr
780 km
. inklinasi 98,5. 66" 98,5. Laser fttroreledot
. revolusi/hari 14.3 t2,o PRARE-
74,3
Altimeter
. frekuensi 13,8 GHz 5,3, 13,6 GHz 13,5 GHz
. beamtuid.th 2"6" S)Iar arrag
.
footpint 1-2 km
. ketelitian <10cm t 3,0 cm + 1,0 cm
Gambar 8.4 Contoh bentuk satelit altimetri
l(),,| (;r1)./(,sr,\ilI(,1t1
iltlt'ltl Alltrrrt'lrr I (rlr
4.4 APLIKASI SATELIT ALTIMETRI
seperti sudah disebutkan seberumnya, +75
dalam bidang geodesi antara lain telkait aplikasi satelit artimetri 5
grafi permukaan laut (SST), p".r..tr"r, dengan penentuan topo- (U
topografi lapisan es, pe_ .s
nentuan karakteristik u..r", pasut, dan gelombang, pe_ J
9T.po1"
nentuan kecepatan angin aiLtas p".*rf.u"r,
di wilayah lautan, penentuan batas laut laut, penentuan geoid
dengan lapisan es, serta
unifikasi datum tinggi di wilayah k.pulauar.
Dalam hal ini perlu dicatat bahwa
( s e a Su rfa c e r o p
vang dimaksud dengan SST
o s r a p hs) ad at ah d ; ri
an geoid, yaitu perbedaan dalam tinggi
J ;;;',:;:*J,t rm u k a _
ellipsoid
laut dengan permukaan geoid, "rt.;;;;ukaan
yang iliilu"t*I*r, 90 180 27O Bujur
Gambar 8.5. SST sendiri a.pui dtdiatas ""p??i p.a"
komponen statik (qtasi-statiz""rg) Ji., dua komponen, yaitu Gambar 8.6 Representasi global dari SST lCheneg et al., 19841

mik terutama disebabkan oleh f#o_"rr" ai.r"-ik. Komponen dina-


Satu contoh lainnya dari SST (statik), yang kadang dinamakan
rut' dan variasi tekanan udara. Sedangkangelombang, pasang su_ juga DOT (Dynamic Oceqn Topographg), global yang diestimasi de-
terutama disebabkan oleh arus laut, komponen sST statik
efek meieoroifiI", ngan satelit altimetri diberikan pada Gambar 8.7. Variasi spasial
inhomogenitas pada distribusi ""rt" SST ini dihitung menggunakan satu tahun data (1996) dari satelit
dan temperatur air laut.
""ri"it"" ERS-1 dan ERS-2. SST ini merupakan nilai rata-rata dari 12 nilai
SST bulanan. Model Geoid yang digunakan dalam hal ini adalah
ERS-I Preliminary Maine Geoid. Kalau dibandingkan dengan SST
global yang ditunjukkan pada Gambar 8.6, terlihat bahwa variasi
Permukaan
amplitudonya relatif sama yaitu sekitar -1,5 m sampai 1,0 m. Da-
lam hal ini hanya variasi maksima dan minima yang relatif tidak
sama.
eso/esoc ERS Meon Dynomic Oceon Topoqrophy - 1996

Gambar 8.5 Sea Surface Topographg


(SST)
Pada pengamatan dengan satelit
altimetri yang teramati pada
saat pengukuran adalah^sST sesaat,
sedangkair i&;
hui umumnya adalah SST statik.?"..rU., g.6 -J; diketa-
menunjukkan SST
(statikf globar vansld.igltlmasi oari
bah seluruh data SEASAT Li'- tahun data GEos-3 ditam- o 50 r 00 I 50 200 250 300 350

Vu"g
Model geoid yang digunakan "au.daram hal ini adalah model geoid
-ro -1b -1@ -Eo -& -40 -2O O 20 @
'0
".ro."rf;0
yang digunakan untuk orbit satelit
jukkan bahwa satelit altimetri snasar. Gambar ini menun- Cizrmbar B 7 Representasi global dari SST tahunan untuk 1996 [ESOC, 2000]
;;;;;"y"i
ngat baik dalam menentukan rrariasi kemampuan yang sa_
spasiat SST jobat. Satelit altimetri juga dapat dimanfaatkan untuk mempelajari
"J;; variasi SST terhadap waktu dalam suatu skala spasial regional.
I (l(r (;.1)(,1(,s, .S(rr(,,ltl :tttt ltl t\lltnt ltt

Hal ini ditunjukkan oleh hasil pada Gambar 8.8 yang diperoleh
dari dua lewatan satelit GEOS-3 pada jejak yang sama di Lautan 20 Darisatelit GEOSAf
Atlantik sebelah Utara. Dari Gambar ini terlihat bahwa dalam se- F

lang waktu sekitar 5 bulan, perubahan SST dapat mencapai 120 o 10 i +

+
,+ +
cm karena adanya perubahan pada gulfstream meander. Menarik -J
(/) f J+ +
'+ {f
+ + ,
juga untuk disimak bahwa pada kawasan gunung api bawah laut 0
Muir, variasi temporal SST dalam selang waktu tersebut reratif sa- U)
(U
*il
1*+
;*i +
++
ngat kecil dan dapat diabaikan. (U -10 + ++b
*
-20
100 200 300 400 500 hari
_ 23 April 1977 Gambar 8.9 Variasi temporal MSL dari satelit altimetri
---- 28 Sept. 1977 (Cheneg et al.' 1986\

perubahan 120 cm
\ :z/, __
- yang disebabkan oleh
O 100 2OO the gulfstream meander
lrl

km

31,0oU 33 35 Lintang 37 39 41,0oU


64,5o8 56,4"8

Gambar 8.8 Variasi temporal clari SST lCheneg et al., I9g4l


satelit altimetri juga dapat digunakan untuk mempelajari vari-
asi dari I!//,SL (Mean Sea Leuet) terhadap waktu. Gambar g.9 beri-
kut menunjukkan contoh variasi MSL yang diestimasi dari 14 bu-
lan data GE O SAT yan g j ej ak (g round. tr ack) - ny a berulang setiap tiga
hari. Gambar ini memperlihatkan bahwa resolusi variasi MSLyang
diperoleh adalah lebih baik dari 1O cm.
Satelit altimetri juga dapat digunakan untuk menentukan vari-
asi spasial dari anomali gaya berat (grauitg anomalgl di wilayah
lautan. ,Gambar 8.10 berikut memperlihatkan contoh peta anomali Gambar B.1O Variasi spasial anoma-li gaya berat dari
gaya beratyang disusun dari hasil pengolahan data satelit altimetri Satelit Altimetri [DEO-S, 2000]
GEosAT, ERS-1 and roPEX-Poseiilon. Dari Gambar ini memperli-
Seperti sudah disebutkan sebelumnya kecepatan dan pola arus
hatkan bahwa variasi spasial regional dengan resolusi sekitar 10
laut juga dapat diestimasi dari clata satelit altimetri. Gambar 8.11
mgal dapat diperoleh secara relatif mudah dengan satelit altimetri. clan pola arus (gulfstream) di pantai Ti-
Perlu ditekankan di sini bahwa variasi temporal anomaly gaya be- -.rlrr.lrt kan kecepatan
mur Amerika Serikat pacla 7 Agustus 2000, yang diestimasi mcng-
rat ini juga tentunya akan dapat ditentukan dari satelit altimetri. gunakan data satelit trRS-2.
.;,'rtilrw
w4iir'rn$$itltwwiff+
Wind spr*ed {lrr rrnJ:;i

0.f 0..+ D.R 0.8 1


GambarB.l3KecepatanangindariSatelitAltimetri[Ayrsq2000]
serta
; Gambar 8.12 menunjukkan tinggi gelombang signifikan
Gambar 8.11 Kecepatan dan pola arus dari Satelit Altirnetri IDEO$ 2000] global pada bulan Juli 1998' dan Gambar
variasi spasialnya
""..r.
8.13 menunjukkan kecep-atat' angin serta variasi spasialnya
pada
Tinggi gelombang signifikan (significant uaue heightl dan kecepatan Datayang digunakan adalah-data satelit
periode waktu yu-ng
angin juga dapat diestimasi clari data satelit altimetri, seperti yang
iOefXTeoseidtn' kedua
".-.. Gambar ini menunjukkan hubungan an-
ditunjukkan pada Gambar 8.12 dan 8.13 berikut.
tara kecepatan angin dan tinggi gelombang signifikan' Terlihat tinggi
bahwa semakin cepat kecepatan angln maka akan semakin
gelombang signifikan, dan sebaliknya'

\iiiiii,r Hr+ i1'1irl finl


Gambar 8.12 Tinggi gelombang dari Satelit Altimetri IAVISO, 2OOO)
Bab 9
SISTEM SATELIT
NAVIGASI
Sampai saat ini pada prinsipnya sudah ada empat sistem satelit
navigasi yang pernah dikembangkan dan dimanfaatkan, yaitu sis-
tem TRANSIT (Doppler) dan GPS milik Amerika Serikat, dan
TSIKADA dan GLONASS milik Rusia lSeeber, 1993; Forssell, 199 1 ).
Sistem TRANSIT didesain pada tahun 1958, dan dinyatakan opera-
sional pada tahun 1964 (untuk pihak militer) dan 1967 (untuk pi-
hak sipil). Sistem TSIKADA adalah sistem Rusia yang mirip dengan
TRANSIT yang juga operasional sekitar pertengahan 1960-an. Pada
saat ini kedua sistem satelit ini praktis sudah tidak banyak digu-
nakan lagi, tergantikan oleh sistem-sistem GPS dan GLONASS.
Saat ini sistem TRANSIT dan TSIKADA sudah tidak operasional
lagi, digantikan oleh GPS dan GLONASS. Dari kedua sistem yang
operasional tersebut, GPS adalah sistem yang paling populer dan
paling banyak digunakan saat ini. Oleh sebab itu pada Bab ini pen-
jelasan tentang sistem satelit navigasi akan dikonsentrasikan pada
sistem GPS. Sistem GLONASS akan hanya disinggung sekilas di
akhir Bab. Penjelasan yang lebih rinci dan komprehensif tentang
sistem GPS diberikan di Abidin (200Q).
GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi meng-
gunakan satelit. Nama formalnya adalah NAVSTAR GPS, kepen-
dekan dari NAVigcttion Satellite Timing and Ranging Global Position-
ing Sgstem. Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang seka-
Iigus dalam segala cuaca ini, didesain untuk memberikan posisi
dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan juga informasi menge-
nai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia [Abidin,200O]. Arsi-
tektur dari sistem GPS disetujui oleh Departemen Pertahanan
Amerika Serikat pada tahun 1973. Satelit yang pertama diluncur-
kan pada tahun 7978, dan secara resmi sistem GPS dinyatakan
operasional pada tahun 7994. Biaya pembangunan sistem GPS yang
pernah dilaporkan adalah sekitar 10 milyar US dollar, sementara
biaya operasi dan pemeliharaannya per tahun berkisar dari 250
sampai 5OO juta USD [Enge and Misra,1999]. Sejarah pembangun-
an serta karakteristik sistem GPS secara komprehensif dapat diba.
ca di lParkinson et. al., 1996).
Pada dasarnya GPS terdiri atas tiga segmen utama, yaitu seg-
men angkasa (space segment) yang terdiri dari satelit-satelit GPS,

t77
l'i'.) ( it.,trlr...t iirtttltt
i lt',lr'ttr iirtlr'ltl Nrtt,t,lrr',r l'i I
ri(:grne' sistem kontrol. (contror
sastem Segment) yang tercliri
stasiun-stasiun pemonitor dan pE"gorrt.of dari 9.1.1 Satelit Blok I
makai (user sesm""!!:y1..a1, latetit, dan segmen pe_
J"?ipernakai GpS termasuk alat_ Satelit GPS Blok I adalah generasi satelit percobaan (lrrilirtl t'otr
alat penerima dan p".rgotut, cept Validation Satellites) , dan pertama kali diluncurkan pada t a r ggrr
GPS ini digambarkan secara "irry.i-J"., data GpS. Ketiga segmen
r I

skematik pada Gambar 9. 1. 22Februari 1978. Sejak saat itu sampai tahun 1985, ada i I salelil
Blok I yang diluncurkan, dan bentuk fisik dari satelit ini ditunjttl<-
9.I SEGMEN SATELIT kan pada Gambar 9.2. Meskipun satelit Blok I hanya dimaksudkar-r
Satelit GpS bisa dianalogikan
sebagai stasiun radio di angkasa, sebagai satelit percobaan, tetapi sejak awal satelit-satelit Blok-l ini
yang diperlengkapi dengan sudah banyak digunakan oleh pihak militer maupun sipil dengarr
.rrt".r"-"?tena
menerima sinyat_sinyil^qet?mbanC. untuk mengirim dan hasil yang baik.
diterima oleh receiver GpS di/deka?pJr_rt6inyat_sinyaf iri
kan untuk menentuka" i"f*;;;i;;fii, r.r, bumi, ".iar;utnya
dan diguna_
Selain itu satelit Gp! j."si kecepatan, maupun waktu.
Ji;;#;;pi
mengontrol'tingkah -l aku' (.attitu dengan peratitan untuk
d e)"dari satelit, serta
sor untuk mendeteksi peledakan sensor_sen_ Satelit GPS Blok I
dan lokasinya.
";tli; "rtr:Ji'
SATELIT
.21 +3531.1;1
. pr'riode or.bit : l2 ianr
. altirurle orbit: 20200 l(ln

PENGGLTNA
. Mengarnati sinyal GpS
. IJitr-rng posisi dan kecepatan
. Dapatkan inlbrrnasi
nrengenai waktu
Gambar 9.2 Satelit GPS Blok I
SISTEM KONTROL
. Sinkronisasi r,vaktu Saat ini satelit Blok I sudah tidak operasional lagi, clan sudah
. Predil<si orbit digantikan dengan generasi operasional yang dinamakan Blok II
. Injeksi dara dan IIA. Status dan sejarah konstelasi dari satelit Blok I ini diberi-
Monitor l<csehatan satelil kan pada Tabel 9. I berikut. Dari Tabel ini dapat diturunkan bahwa
masa operasional total dari satelit Blok I ini adalah sekitar 78,29
tahun, dengan masa operasional rata-rata per satelit sekitar' 7,8
Gambar 9. 1 Sistem penintuan posisi
Global , GpS [Welts et al., 1 9861
tahun. Meskipun satelit Blok I, yang dibuat oleh Rockr'vell Interna-
Pada dasarnya satelit_satelit tional ini, mernpunyai rencana masa hidup 3 tahun, tetapi pada
GpS dapat dibagi atas beberapa
generasi yaitu
[Kaplan, 1996]: kenyataannya ada yang mencapai masa hidup lebih dari 10 tahun
. BLOK I : Iyti.ti.al Concept (lihat Tabel 9.1). Sebagai pengganti dari satelit Blok I yang sudah
Validation Sqteilites
. BLOK II : Initial produitio,n'iaiettites tidak berfungsi, diluncurkan satelit-satelit Blok II dan IIA yang le-
. BLOK IIA : (.Ipgrad,ed. proiu"ti* bih canggih dan lebih dapat diandalkan daripada satelit percobaan
. BLOK IIR : Reptenish^""t Satellites
iotl,tirt."
tipe Blok I.
. BLOK IIF :
Follou_O".SuiJoin^ent,, satellites 9.1.2 Satelit Blok II dan IIA
Pada saat ini (Agus.tLrs 2OOO), Satelit Blok II adalah satelit GPS operasional generasi pertama,
ada Z satelit Blok II, 1g satelit
Blok II A, clan 2 satgJlt etok
liR, dan mempunyai nomor SVN (Space Vehicle Numbers) dari 13 sam-
adalah satetit-satelit Blok II ".leUt-s.telit yang operasional
dJiiA*"" pai 21. Satelit Blok II ini dibangun oleh Rockwell International clan
diluncurkan mulai Februari 1989 sampai Oktober 1990.
l'i I
( tr'rtrlr ..t ,',rtlr,lrl
Sir:;l|lrr,\irr/r'ill Nrlt'trlrt,, l't",
Tabel 9.1 Status dan Sejarah Konstelasi
Satelit Blok I GpS Satelit Blok IIA, yang juga dibangun oleh Rockwell Intt:r'rrirtrorr;rl,
NAV W:rl<tu mempunyai nomor SVN dari 22 sarrtpai 40. Satelit Blol< IIA lrrrrl:r
lvtLllal Bcrhenti Lama
STAR SVN PRN Peluncurnn Oper-asional Operasionzrl Operasional dasarnya identik dengan satelit Blok II, dengan satu perkccrrirliiu)
(bu1an) yaitu seandainya stasiun pemantau satelit tidak dapat mengirirtr-
0r o4 22-Feb 78 29-Mar-78 25-Jan-8O 2I,9 kan pesan navigasi yang baru ke satelit, maka satelit akan mampll
-2 o2 07 03-Mei-78 14 .Iu1-78 30 .Iu1-80 25,5 mengirimkan pesan navigasi yang terakhir sampai selama 1BO hari.
a
o3 06 06-Okt-78 U9 Nov-78 Meskipun dari sisi pengguna informasi orbit yang dikirimkan da-
i9-Apr 92 l(r1,3
-1 o1 OB 11 Des-78 08-Jan-79 lam hal ini ketelitiannya berkurang dengan waktu, namun setidak-
27 -Ol<t-8lt c)3,6
o.5 o5 09-Ireb-80 27 Feb-80
nya sistem satelit tetap beroperasi dan dapat digunakan.
28 Nov-83 45
6 06 o9 26-Apr-8O 16 Mei B0 Secara total ada 29 satelit Blok II dan IIA yang telah diproduksi
1O-Des 90 126,8
-7 o7 1B-Des-8 I Gagal pada saat peluncuran
lParkinson, 1996), yang sebagian besar sudah berada dalam orbit-
t-B 08 nya. Pada bulan Aprll 1994, segmen angkasa GPS yang terdiri dari
11 I4-Ju1-83 10-Aug-83 04-Mei-93 I 16,8 24 satelit Blok II/IIA dinyatakan resmi sebagai segmen satelit yang
I-9 09 l3 13-Jun-8.1 19-.lul-84 28 Feb-94 115,2 operasional. Sampai saat ini (Agustus 20OO) ada 27 satelit Blok II,
r-10 10 12 08-Sep-84 o3-Okt-8.+ IIA dan IIR yang operasional, dan status konstelasinya ditunjuk-
1B-Nov-95 133,5
I - 11 l1 03 09-okt 85
30-okt-85 kan pada Tabel 9.2 berikut.
27 -Feb-94 99,9
VN = Satellite Vehicle Number, pRN pseu
= .o Random no re Number
Tabel 9.2. Status Konstelasi Satelit GPS
Berbeda dengan saterit Brok I, saterit (status Agustus,2000), dari GPS Info (2000)
Brok II clidesain sedemiki_
an rupa untuk meminimalkan interaksi Wakttr Mulai Jam Birlang
dengan NAV_
di Bumi' dan disamping itu sebagian b""-. ","*;;;;*antau STAR SVN PRN Peluncuran Operasional Orbit
aktivitas pemeliharaan
satelit clapat dilakukan ,ulp," II _ 1 t4 t4 t4 F'eb- 1989 1 5-Apr- 1989 Dihentikal:
-Jr,gg^.rggu pengiriman sinyal. pe-
ngiriman data secara periodik aarilegmen 14-Apr-20O0
juga ticlak akan mengganggu pelayanan pengontrol ke saterit -2 13 o2 10-.Iun-'l 989 1O-Aet- 1989 Cs
yang diberikan oleh satelit
tersebut' Satetit B10k II in_i mempunyai -3 16 6 18 Aet-1989 14-Okt- 1989 Cs tr-5
kapasitas penyimpanan data
(pesan navigasi) selama 14 hari,
keiimbang 3,5 hari yang dipunyai -4 19 9 2 1 -Okt- 1989 23-Nov- 1 989 Rb A-4
oleh satelit Brok I. Bentuk fisik dari -5 t7 7 1 1 Des-1989 O6-.Ian- 1990 Cs D-3
pada Gambar 9.3 berikut. ".t"t* Blok II i.ri aiiunyutut .n -6 18 8 24-Jar.-199O 1 4-Feb- 1 990 Cs ts -.1

II-7 20 '20 26-Mar- 1990 1 8-Apr- 1 990 Dihentikan:


10-Mei-96
II-8 2t 21 02-Ast- 990 22-Aet-799O Cs E-2
II-9 1.5 l5 ol okr 990 1 5-Okt- 1 990 Cs D-2
IA - IO '23 26 Nov 990 I 0-Des- I 990 Cs E-4
IA- 11 24 '24 04-.1u1- 991 30-Agt- 1 99 1 Rb D-1
TA- 12 25 25 23-Feb- 99'2 24-Mar-1992 Cs A-2
IIA - 13 2a 2B t0 Apr-1992 25-Apr-I992 Dihentikan:
15-Agt-97
A- 74 26 26 07-Ju1- 992 23-Jul- 992 Rb F-2
A- 15 )7 27 09-Sep- 992 30-Sep- 992 Cs A-rl
A- 16 1a oi 22-Nov- 992 11-Des- 992 Cs I.- I

A. T7 29 29 [8-Des 992 O5-Jan- 993 Rh Ii ,l


A- 18 22 22 O3-Feb- 993 04-Apr 993 Rb Ir I

A- 19 J1 30-Mar 993 13-Apr- 993 Cs (' .t


Gambar 9.3 Bentuk tipikai Satelit GpS
Blok IIllIA A-20 37 tt / 13-Mei 993 12-Jun 993 Cs (' I
l'/lt ( irr)(/('.sr ^Srrl(,/rl Sistarrt Salr:Iit Nttrtitlttsr l'/'/

lctrtlutan Tabel 9.2

NAV- Waktu Mulai Jam Bidang


STAR SVN PRN Peluncuran Operasional Orbit
TTA . 21 39 09 26-Jun- 1 993 20-Ju1- 1993 Cs A-1
IIA. 22 35 05 30-Agt- 1993 28-Sep- 1 993 US B-4
IIA 23 34 o4 26-Okt- 1 99s 22-Nov- 1 993 Rb D-4
iiA -24 36 o6 l0-Mar- 1994 28-Mar-7994 Cs c-1
IIA -25 )a
28-Mar- 1996 09-Apr- 1 996 Cs c:2
TIA - 26 40 10 16-Jul- 1 996 t s-Agt- 1 996 Cs E-3
TIA - 27 30 30 r2-Sep- 1996 01-okt- 1996 Cs B-2
IIA - 28 38 OB 06-Nov- 1 997 i 8-Des- 1 997 Rb A-5
IIR.1 42 17-Jan-7997 Peluncuran gagal (neledak)
IIR-2 43 1J 23-Jul- 1997 -Jan- 1998 Satelit GPS Blok IIR
3 1 Rb F-5
IIR-3 46 1I 07 -okt-1999 Rb D-2
IIR.4 5l 20 I1-Mei-2O00 01-Jul-2000 Rb E-l
Gambar-9.4 Bentuk tipikal Satelit GPS Blok-IIR
Cs = Cesium, Rb = Rubidium.

Satelit Blok II/lIA didesain untuk memberikan perayanan se- kontak d.engan segmen pengontrol di Bumi, seperti yang ditunjuk-
larna 7.3 tahun, dan setiap satelit mempunyai a jim atom: dua kan oleh data pada Tabel9.3 berikut.
Cesium (Cs) dan dua Rubidium (Rb); serta mempunyai kemampu-
an Selective Availability (sA) dan Anti Spoofing (AS). Satelit BlokII/ Tabel 9.3 Perbandingan Satelit GPS [Kaplan, 1996]'
IIA ini diluncurkan dari cape caneveral Air Fo.c" Station dengan
Kemampuan Data Storage: Pengelolaan Periode dari URE di
menggunakan Delta II MLV (Medium LctunchVehicle). Momentum Autonomous akhir periode
Blok Autonomous Ephemeris/
Navigation Clock (hari) Operation, AO
9.1.3 Satelit Blok IIR AO (hari) (m)

Satelit Blok IIR adalah generasi satelit GpS setelah satelit Blok II Tidak 14 OCS t4 161,1
IIA yang dibangun oleh Ge'eral Electric, dan mempunyai nomor IIA Tidak 180 Onboard 180 < 1 0000
SVN dari 41 sampai 62. Bentuk fisik dari satelit etok ttpini ditun- IIR Ya 2to Onboord 180 74
jukkan pada Gambar 9.4 berikut. Saterit yang pertama rrari gene- OCS = Operational Control Segment, URE = User Range Error
rasi Blok IIR ini telah diluncurkan pada tangg.i 17 Jr.r.,ari 1997,
tetapi hancur karena kegagalan dalam proses peluncurannya. Se_
dangkan satelit Blok IIR yang kedua tel;h dilu;curkan pada tang- Perbedaan lainnya antara satelit Blok IIR dengan satelit Blok IIA
gal23 Juli 1997 dan dinyatakan operasional pada tanggal 31 Ja_ dapat diringkaskan sebagai berikut:
nuari 1998. satelit Blok IIR yang kiempat diluncurkariiada tang- . Berkaitan dengan Nauigation Pagload:
gal 11 Mei 2000 dan dinyataka' operasionar pada tanggal 1 Juri - tambahan penguatan terhadap radiasi.
2000. - kemampuan melakukan pengukuran jarak antarsesama
Karakteristik yang spesifik clari satelit Blok IIR ini adarah ke- sate'lit (cross link ranging).
mampuannya untuk melakukan navigasi yang sifatnya mandiri - mikro-prosesor yang dapat di program ulang.
(autonomous nauigation). Daram hal ini, satelit Blok IIR iapat men- - duajam atom operasional pada setiap saat (hot backup\'
ciptakan pesan navigasinya sendiri tanpa pengiriman darl stasiun . Berkaitan dengan Electricol Pouer Sysfems (EPS):
pengontrol di Bumi. Dengan kemampuan ini sistem dapat menjaga - Penggunan 3 baterai Ni CAD dan 2 baterai NiH.
ketelitiannya secara baik meskipun cukup rama tidak merakukan
|'i li t ilor/r'r:r Srrlr,/rl

. Ilcrkaitan dengan Attihtde And Velocity Control Sgrstems (AVCS):


- Mekanisme akuisisi/pengarahan dari manual sampai
otomatis.
. Berkaitan dengan Sgstem Design'.
- Kapasitas bahan bakar yang lebih besar
- Adanya sistem pengelolaan tambahan pada prosesor satelit.
Satelit Blok IIR didesain untuk memberikan pelayanan selama
7,8 tahun, dan setiap satelit mempunyai 3 jam atom: satu Cesium
(Cs) dan dua Rubidium (Rb); serta mempunyai kemampuan Selec-
tiue Auqilabillly (SA) dan Anti Spoofing (ASI.

9.L.4 Satelit Blok IIF


Satelit Blok IIF adalah generasi satelit GPS yang direncanakan
akan menggantikan generasi satelit Blok IIR. Dalam hal ini Ang-
katan Udara AS merencanakan membeli sebanyak 33 buah satelit
Blok IIF. Rencananya satelit Blok IIF mulai akan diluncurkan mu-
lai tahun 2OOl, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 9.5. Ciambar 9'6 l(onfigurasi Orbit Satclit-satelit GPS

sudut yang
Keenam bidang orbit satelit GPS mempunyai :P":i ditempati oleh
begitu orbit
sama antarsesam""v"' ft4"-ftipun "Ltitp seperti vang
tidak
4 satelit dengan interval antaranya yang ""T.^'
diatur sedemiki-
Jt,""i"ir.""?"a" c^*u" 9'7 ' Jarakanlarsatelit
probabilitas kenampakan setidak-
an rupa untuk *"-uk"i*alkan
dari setiap tempat di permuka-
nya 4satelit V."g U"tgtt;etri'-baik
Lamoni' 1992; Green' 1989]'
an bumi pada setiaf 3""' ta"A"y and
*tS
(s

!
(!
Bidang orbit A
5ro
-

Fl,l<uator 0u
llighl As<:anvon ol
320' Isttnding Norlc
Garrbar 9.5 Rencana I(onstelasr Satelit GPS
2800

9.1.5 Konfigurasi Orbit 2400

Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang 2000
menempati 6 (enam) bidang orbit yang bentuknya sangat mend.e-
kati lingkaran, dengan eksentrisitas orbit umumnya lebih kecil dari
0,02, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 9.6. (larnbal 9 7 Distribusi satelit GPS
I FIO ( it'rttlt'::r Strltlil
.Sr:;lr,ll| Srtlr,/ll Nttttttlrt,,r I ti I

orbit saterit Gps berinklinasi 55 derajat


clengan ketinggian rata-rata dari plrmukaan terhadap bidang ekuator pulau Ascension (Samudera Atlantik bagian selatan), Diego (iirrt'i:r
km' Saterit GpS bergerak aahm o?bitnya bumi sekitar 20.2oo (Samudera Hindia), Kwajalein (Samudera Pasifik bagian r,rtar':r),
kira 3'87 km/detik a"n dengan kecepatan kira- Hawaii, dan Colorado Springs. Disamping memonitor dan mengon-
(sekitar 12 jam)'. -"-p""v"r periode 11 jam dan 58 menit
trol kesehatan seluruh satelit beserta seluruh komponennya, seg-
sebut' 4 sampai!1nsan "a"iyi ii satelit vang mengangkasa ter- men kontrol ini juga berfungsi menentukan orbit dari seluruh sa-
10 satelit cps dapat -iamati pada
"r.", seraru
setiap waktu dari manapun di permukaan
bumi.
telit GPS yang merupakan informasi vital untuk penentuan posisi
Setiap satelit Gps secara kontinyu dengan satelit.
gelombang pada.2 frekuensi memancarkan sinyar-sinyal
L-b;;d yang dinamakan Ll and L2. Secara spesifik, segmen sistem kontrol terdiri dari Ground An-
sinyal L1 berfrekuensi tszs,+i iuz tenna Sfatlons GAS), Monito r Stations (M S ), Prelaunch Comp atibilitg
(

1227,60 MHz. Sinyal L1 memb u*,u sinyal L2 berfrekuensi Station (PCS), dan Master Control Station (MCS) lBagley and Lamons,
^an koie Uir". V.rS ai.._
2 buah
makan kode_p (p_cod.e, precise or iiuate"ra.j-J"" 19921. GAS berlokasi di Ascension, Diego Garcia, dan Kwajalein.
code, ClearAccess or^C.oarse Acquisation), f.rI"_"ZO (C/A- Lima stasiun MS terdiri dari stasiun GCS ditambah stasiun di Colo-
nya membawa kode-c/A. perru sedangkan sinyal L2 ha_ rado Springs dan Hawaii. Stasiun PCS berlokasi di Cape Caneveral,
dicatat bahwa pada saat ini kode-p
telah diubah menjadi kode_yyang dan stasiun ini juga berfungsi sebagai backup dari GAS. Sedang-
umum. "t.rf.trrrrya dirahasiakan untuk kan stasiun MCS berlokasi di Colorado Springs. Lokasi dari sta-
Dengan mengamati sinyal-sinyal siun-stasiun tersebut ditunjukkan pada Gambar 9.8.
dari
waktu yang cukup' seseorang kemudian saterit dalam jumrah dan
mendapatkan informasi meigenai dapat -"-.o".".rya untuk
fosisi,
ataupun parameter_parameter turunannva.kecepatan, dan waktu,
9.2 SEGMEN SISTEM KONTROL
Segmen sistem kontror berfungsi
mengontror dan memantau
operasional saterit dan memastikair
bahwa'saterit u".irrgsi seba_
gaimana mestinya. Fungsi i"i
wajiban yaitu antara lain:
_""""r.up beberaf, ;;;" dan ke-
fl Menjaga agar semua saterit rnasing-masing
orbitnya yang seharusnya berada pada posisi
dengan;
lstaiion keeping). ini dilakukan
- Mengamati semua scttelit secara terus_menerus.
tr Master Control Station+ Monitor Station Colorado Spnhgs (USA)
y:tlr*diksi ephemeris satetit serta kctrakteistik d.ai jam o Monitor Station

- secara peiod-ik memperbaharui


nauigation mess..ge untuk
& Ground Antenna Station

setiap saterit (normativa sekati


lebih sering). ".,nii,'ioiou'ffiI)run u* Gambar 9.8 Lokasi stasiun-stasiun sistem kontrol GPS
status dan kesehatan dari semua
" $:li:,au sub_sistem (bagian) Dalam segmen sistem kontrol GPS ini, MS bertugas mengamati
E Memantau panel matahari satelit, secara kontinyu seluruh satelit GPS yang terlihat (mencapai 11 sa-
propellant level yang level daya baterai, dan telit pada kedua frekuensi L1 dan L2). Pada prinsipnya stasiun MS
digunakan untuk manuver satelit. tidak melakukan pengolahan data, tetapi hanya mengirimkan data
El Menentukan dan menjaga waktu
sistem GpS. pseudorange serta pesan navigasi yang dikumpulkan ke MCS untuk
Kelaik-gunaan saterit-saterit GpS diproses secara real-time. Setiap stasiun MS ini beroperasi secara
tersebut dimonitor dan dikon-
trol oleh segmen sistem kontrol otomatis, tidak dijaga oleh orang (unmanned), dan dioperasikan de-
pemonitor dan pengontrol yang v""g i.rairi dari beberapa stasiun ngan pengontrolan jarakjauh dari MCS. Contoh foto dari suatu sta-
i..".-U". di seluruh arrrll]vrit, ai
siun MS yang ada di Diego Garcia, ditunjukkan pada Gambar 9.9.
.Sr.str:rrr .Slalclrl Nttrtttltt:;r I lt:l

Secara umum sistem keqa segmen pengontrol yang dijelaskarl


di atas dapat diilustrasikan secara skematis pada Gambar 9.10.
9.3 SEGMEN PENGGUNA
Segmen pengguna terdiri dari para pengguna satelit GPS, baik
di darat, laut, udara, maupun di angkasa. Dalam hal ini alat pene-
rima sinyal GPS (GPS receiuer) diperlukan untuk menerima dan
memroses sinyal-sinyal dari satelit GPS untuk digunakan dalam
penentuan posisi, kecepatan, maupun waktu.
Gambar 9.9 Foto stasiun MS yang juga GAS di Diego Garcia Komponen utama dari suatu receiver GPS secara umum adalah
[Kaplan, 19961
lSeeber,1993]: antena dengan pre-amplifier; bagian RF (Radio Fre-
.kanSeruruh
ke MCS
data yang dikumpulkan oleh MS ini
kemudian dikirim- quencg) dengan pengidentifikasi sinyal dan pemroses sinyal; pe-
untuk diproses gr.,u _"_peroleh parameter_param_
eter dari orbit satelit mroses mikro untuk pengontrolan receiver, data sampling, dan pe-
!,an y3f<tu, serta parameter_parameter penting
lainnya. MCS sendjrrjrerlokasi mroses data (solusi navigasi); osilator presisi; catu daya; unit pe-
tepatn]ra di ConsZhdated. ipace Op_ rintah dan tampilan; dan memori serta perekam data. Komponen-
erations center (csoc), pangkalan Angkatan
rado Springs. pusat pengolah data dari jaringan
uJ"." pJJ;n, coro_ komponen tersebut digambarkan secara skematis pada Gambar 9.8.
sgstem (ocs) ini beroperasi secara kontinyu operationar contror Patut dicatat di sini bahwa berdasarkan pada tingkat kecang-
(24 jamper hari, z hari gihan komponen-komponen tersebut di atas, receiver GPS yang ber-
per minggu) dan dioperasikan oreh personil-personil
Force space command.,Amerika se.i't terlatih dari Air edar di pasaran cukup bervariasi baik dari segi jenis, merek, harga,
at" nisamping tugas pengolahan
data tersebut, MCS juga bertanggungjawab ketelitian yang diberikan, berat, ukuran, maupun bentuknya.
dalam pengontrolan per_
gerakan satelit dalam orbitnyalertJ
kesehatannya.
perhitungan tersebut kemudian "tatu"
^ .I""-11 dikirimkan
GAS, dimana untuk seranjutnya informasi-informasike sajah satu
serta data-data rainnya dikirimkan tersebut be_
ke satelit-satelit cpa;;rg,-r.,,_
pak oleh stasiun GAS. Seperti halnya
stasiun MS, setiap stasiun
GAS ini juga beroperasi secara otoriratis,
tidak drjaga oreh orang,
dan dioperasikan dengan pengontrolan jarak jauh
clari MCS.
t-u-,t--*'r*I

*rf^
aan rampilan
I I

A
i
I R.ryin,pun dutn I
PengirinanY
t "*"ll
salah satu dari
Ground Antenna Station
Gambar 9.6 Iiomponen utama dari receiver GPS [Seeber, 1993]

Master Control Station


a Pemrcsesan data
9.3.1 Klasifikasi Receiver GPS
a Pengontrolan Satelit Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengklasifika-
a Pengoperasian sistem
sikan receiver GPS [Seeber, 1993), yaitu antara lain berdasarkan
(iambar 9.'l0 Skem:r keria fungsinya, data yang direkamnya, jumlah kanalnya, ataupun peng-
sistem kontrol GpS
gunanya.
(ir1,(l...il 5at('ltl ^\'irjl{'rir'\j{ll{'lll N r t t'tr 1r t't I li:'
Itl.l
GPS tipe navigasi tlirtt
Dilihat dari fungsinya, secara umum receiver GpS dapat diklasi- Tabei 9.4 Beberapa merek receiver
fikasikan secara skematik seperti pada Gambar 9.7 berikut: harganYa (Nauteck' 20001
Berdasarkan jenis data yang direkam atau diberikan, receiver Harga (US$l
GPS juga dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu:
149.00
. receiver kode-C/A (contohnya receiver tipe navigasi dan tipe Garmin 38
199.99
pemetaan), tragle ExPlorer
. 199.99
receiver kode-C/A + fase-L1 (contohnya receiver tipe geodetik satu- Lowrance Globalnav 200
frekuensi), 244.99
Magellan GPS Tracker
. receiver kode-C/A + fase-L1 + fase-L2 (contohnya receiver tipe Magellan 4OOOXL
249.95
geodetik dua frekuensi yang menggunakan teknik signal squarhtg), 279.99
Garmin l2CX
dan 279.99
. Magellan Trailblazer XL
receiver kode-C/A + kode-P + fase-L1,L2 (contohnya receiver tipe
geodetik dua frekuensi kode-P)

_4Tipe Sipit
TipeNavigasi { -\jTipe
Mititer
Penentuan Tipe Pemetaan
Posisi

Receiver
GPS
\ Ttpe Dua Frekuensi

Gambar' 9.7 I(lasifikasi receiver GpS


Tipe Militer
Receiver GPS untuk penentuan posisi, seperti yang ditunjukkan Tipe SiPil
pada Gambar 9.7, pada dasarnya dapat dibagi atas receiver tipe
navigasi, tipe pemetaan, dan tipe geodetik. Receiver tipe navigasi Garnbar 9'8 Contoh Receiver GPS Tipe Navrgasr
(nauigationtgpel yang kadang disebut tipe genggarn (hand.helcl re- receiver GPS tipe pemeta'
ceiuer) umumnya digunakan untuk penentuan posisi absolut seca- Seperti halnya receiver tipe navigasi' (kode-C/A)' Hanya beda-
ra instan yang tidak menuntut ketelitian terlalu tinggi. Receiver an juga memberikan data pseuclorange
nya, pada receiver tiit ftrnti"T'
d:t3 tersebut direkam dan dapat
navigasi tipe sipil dapat memberikan ketelitian posisi sekitar 50 - ke komputer untuk diproses
kemudian dipindahriai lao"ntoad)
100 m, dan tipe militer sekitar 10 - 20 m. Harga dari receiver tipe seperti halnya receiver tipe navi-
navigasi ini umumnya juga relatif murah. Sebagai contoh pada saat lebih lanjut. Oleh sebab it' tldttt
digunakan untuk penentuan
ini (April 1999), receiver navigasi tipe sipil umumnya berkisar dari gasi, receiver tipe pt*"tu"" ini dapal
trat ini ketelitian yang dapat
150 sampai 300 US dollar per unit. pada saat ini terdapat cukup posisi secara aii"t"'"hf, datt atlam aplikasi yang dapat
Contoh
banyak receiver GPS tipe navigasi dari berbagai merek yang ber- rliperoleh adalah sekitar 1 - 5 meter' antara lain adalah survai
dilayani oleh rece"ie;;;t pemetaan
ini
edar di pasaran. contoh dari dua jenis receiver Gps tipe navigasi peremajaan peta' serta
ini ditunjukkan pada Gambar 9.8. dan pemetu.r., g"otogi ian pertambangan'
pembangu.r., a.,"ittt-i:"u" basis data SIG' Beberapa merek
yang dapat diklasifikasikan da-
receiver yang beredar di pasaran
I lltr t itttr!1,';1 !f111,,1,1
St.slt'rrr.'iltr'/rl Nttt'ttltt:,t ll|i
lirrrr lipe ini antara lain
adalah: Trimble pro_XRrM,
X'M, dan Ashtech Magellan proMARK Untuk lebih memberikan gambaran, Gambar 9.11 mentrn.itrl<
Reliance.il-
ini ditunjukkan pada Gambar Co^ni; dari
g.d'tf.in",. receiver tipe pemetaan kan perbandingan secara skematis, dalam hal harga dan ketelitiirn
D-_ari ketiga tipe receiver posisi yang dapat diberikan, antara receiver-receiver GPS tipe na-
- GpS untuk Denenfrr.h nn^.i^.i r. vigasi, pemetaan dan geodetik.
detik adalah tioe r
;;il j;; ffi:Ti:T **;X?,f;;t#3t#Hfl
"; tipe geodetik.u.mumny"
receiver +l:;Tfr
yang menuntut ketelitian yang arg"?rlr."n untuk aprikasi-aplikasi
dm), seperti untuk pengadaai
r.tltriii.rg,gi laaii .,f,. i"* 3-10 m 5-'10 m
titik_ti;ik kontrol geodesi, peman_
tauan deformasi, dan studi g.oair"mit ".rrrp^i
". Geodetik(Dua-Frekue ns )
60-80 Jut
slIW Geodetik (Satu-Frekue ns I
30-35
).r
li
0 10-15
11
LL

@
'l

?
0,ul-1 ,0 Juta

--+ Ketelitian Postsr


Gambar
9.9 Contoh Receiver GpS Tipe pemetaan
Pada saat ini cukup banyak
receiver.GpS tipe geodetik yang
edar di pasaran, seperti yang ber_ Gambar 9.11 I{arakteristik receiver GPS untuk penentuan posisr
sahaan Trimble (seperti 4ooo
a*etu"rty oleh perusr#"r_p".r_ (Harga pacia saat lUSD = Rp 2500)
ssB a"" 4000 ssi),
z-72)' Leica (seperti system
,*L a""'^rren osborneAshtech (seperti
(seperti rurbo
Berbeda dengan receiver untuk penentuan posisi, receiver GPS
[:ffi]. ..".i,*"tlp"*l"ol.tL i, i i, t, untuk penentuan waktu (timing receiuer) didesain hanya untuk
B:tr"*,ff.1i "I,Ii,., o,o. memberikan informasi tentang waktu ataupun frekuensi yang teli-
ti. Receiver ini umumnya dilengkapi dengan keluaran 1 pps (pulse-
per-secondl. Beberapa receiver tipe ini juga dilengkapi dengan re-
ceiver Loran-C, dalam rangka untuk meningkatkan keandalannya.
Beberapa yang lain juga dilengkapi dengan jarn atom Rubidium
atau Cesium, dalam rangka untuk meningkatkan stabilitas jangka
pendek (short terml rnawpun jangka panjangnya (long term).
Disamping untuk penentuan waktu dan frekuensi secara teliti,
receiver tipe ini juga dapat digunakan untuk aplikasi-aplikasi se-
perti transfer waktu antar benua, sinkronisasi jaringan telekomu-
nikasi digital, maupun sinkronisasi jaringan pembangkit tenaga
listrik. Beberapa receiver penentuan waktu yang beredar di pasar-
an saat ini antara lain adalah GNSS-3OOT dari 35 Navigation; TTR-
6, T"[R-6A, dan TTR-4P dari Allen Osborne Associates; dan GPSync-
ISA dari Odetics Telecom. Contoh dari suatu receiver GPS untuk
Gambar 9. 10 Contoh Receiver
GpS Tipe Geocletrk penentuan waktu ini ditunjukkan pada Gambar 9.12.
I litt ( itttlr,.;t !ittlr,ht
Srslr'rrr Srrlr'/rl Nttt'tr1rr',r I tl()

Gambar 9.12 Contoh Receiver


GpS untuk penentuan Waktu.
Berdasarkan tui
y ilil +ir;il, ::ff :,l:iliH,L_n r::effiffiffi
Beberapa contoh daram J?1,?, Tl?;
;:.;::i_:iS. hat ini diberikan pada rabel

Tabel 9.5 Beberapa tipe receiver GpS yang lebih spesifik.

Karakteristik Spesifik Gambar.9"13 Contoh suatu GPS Card

tr Umumnya digunakan Receiver GPS juga bisa diklasifikasikan berdasarkan jumlah kanal
Penerbangan penentuan attitude. "r;;;;r** rm (channet) yang dipunyainya, yaitu : receiver multi-channel, receiver
(Auiation) tr Umrlmny-a dapat diintegrasikan sequential, receiver multiplexing. Penjelasan yang lebih rinci ten-
sis data Jeppson.
dengan ba_ tang jenis-jenis receiver tersebut dapat dilihat di fSeeber, 1993;
tr Receiver yang lebih canggih
Wells et al., 1986; Hofmann-Wallenhof, 19971.
sedang diba
ngun dan diuji untuk r."p., rua., Akhirnya perlu dicatat bahwa kalau kita pelajari perkembangan
(landing). f".r-alir.., dunia receiver GPS dari waktu ke waktu, ada beberapa pola kecen-
derungan dari receiver GPS yang dapat disimpulkan pada saat ini,
Umumnya digunakan untuk yaitu:
.r"rriguS-
rnengakomodasi format data E Ukuran semakin kecil,
Laut (Marine) Y-::lfl
N MEA- l 83 sehingga
dapar dii;i;;;;;;" fJ Harga semakin murah,
dengan- pera latan elektronik
dp;i h;;;;. E Kean.tralan semakin tinggi,
d.ilengkapi dengan layar tampil_
!-lberana
an yang cukup iebar untuk E Ketelitian data yang diberikan semakin baik,
menampltt a:, tr Lebih'user-oriented',
peta navigasi laut.
D Dapat diintegrasikan dengan sistem lainnya seperti SIG (Sistem
tr Digunakan Informasi Geografis), Video, Kamera Digital, dll,
""tffi
penentuan attitude_ nv a. E Jenisnya dalam bentuk GPS Cctrd semakin populer.
Luar Angkasa tr Mem911yai daya tahan terhadap
(Spaceborne) yang lebih baik dibandingkan radiasi Disamping itu juga, perangkat pengguna (user equipment) GPS
umum digunakan di permuka""
;;;i;;;""s juga mengalami evolusi teknologi yang cukup dramatis; dari pe-
U"-i rangkat berukuran besar, berat, dan memerlukan catu daya yang
I tr fl1nyu berupa electronic board
relatif besar (umumnya dalam bentuk box) menjadi perangkat yang
relatif kecil, ringan, efisien dalam konsumsi catu daya, dan secara
pada cu-1", s.rst.
GpS card I tr_ lY,:"::nnyauntuk dijntegrasikan
Dimaksudkan fungsional lebih efektif. Dengan perkembangan teknologi elektro-
dengan
instrumen lain, seperti r..*-p"t..
ic,*;;_._ nikayang cepat, akhirnya dapat diharapkan bahwa perangkat peng-
ra, video, dll.nya. guna GPS ini nantinya hanya akan berupa perangkat lunak yang
tr A.da yang dapat menerima
koreksi diferen_ dilengkapi dengan antena penerima sinyal. Evolusi teknologi ini
sial. ditunjukkan pada Gambar 9.14 berikut.
l ()O (ilorlr,..;r Srllr,lil
Srslcnr Srrlr,/rt Naurr;rrsr
l() I

Card
9.4 SISTEM WAKTU SATELIT DAN GPS

-* $ffiflf
rry $@-;+
W
Satelit GPS beroperasi dengan menggunakan sistem waktunya
sendiri, yaitu sisfem uakfit satelit. Sistem waktu ini didefinisikan
oleh jam-jam atom yang berada di setiap satelit GpS. Setiap satelit
GPS Blok II/IIA yang beroperasi saat ini membawa empat buah
jam atom, dua Cesium (Cs) dan dua Rubidum (Rb). Semua freku-
,,1;i:1ff,,ffi ensi yang dibangkitkan di satelit serta waktu pentransmisian untuk
kode-C/A, kode-P(Y), dan pesan navigasi, adalah mengacu pada,
sistem waktu ini. Meskipun begitu patut dicatat di sini bahwa data

t>@@
\t* chip
yang berada dalam pesan navigasi adalah mengacu ke sistem u-takfit
GPS lLeick, 19951.
Sistem waktu GPS adalah sistem waktu berskala kontinyu yang
didefinisikan oleh jam (atom) utama yang berada di Moster control
Garnbar 9.'l 4 Evolusi rekrr.ologi UE (Uscr Equipmerttl
GpS
Station (MCS) GPS di Colorado Springs. Sistem waktu GpS ini bere-
IGPSJPO, t9961 ferensi ke sistem waktu UTC (Uniuersal Time Coordinated) yang di-
kelola oleh USNO (United Sfates Naual Obseruatoryl, dan keduanya
9.3.2 Antena GPS mempunyai hubungan yang terdefinisi secara teliti sampai tingkat
Komponen dari alat oenerima sinyal GpS yang 1 n sec. Perlu dicatat di sini bahwa karena adanya leap second.
adalah antena. Bahkan dalam p".r.rirr.., posisi
cukup penting pada skala sistem waktu UTC, serta adanya dift pad,ajam MCS,
dengan CeS, y.rg maka sistem waktu GPS tidak identik dengan sistem waktu UTC.
ditentukan secara langsung adalah posisi dari antena
"et..,.^.nya
GPS, yaitu pusat erektronis (fase)-nya. Kedua sistem ini terhubungkan melalui sistem waktu rNl (Interna-
Antena cps uerrungsi men_
deteksi dan menerima gelombang elektromagnetik tional Atomic Clockl melalui persamaan-persamaan berikut
yang datang dari al.,
satelit GPS, serta mengubahnya menjadi arus
listrik. lHoffmann- Wellenhof et. 1997 l:
ini setelah Arus tistrik
diperkuat akan dikirimkan ke kompone, cPS + 19."000,
dari receiver untuk diproses rebih ranjut. Antena eiettronika IAT (e.1)
harus mempunyai polarisasi lingkaran untuk
crs ai=.*pi.rg
dapat mengamati si_ IAT UTC + (1. "OOO).n (e.21
nyal GpS, juga harus mempunlai sensitivit""
dapat mendeteksi sinyal GpS yang relatif tem.fr. V""g ii"lgi untuk Pada persamaan (9.2) di atas, nilai bilangan integer n secara
antena GpS harus mempunyai karakteristik 6i".iipirrg it, formal diumumkan oleh IERS (/nfernational EorthRotation seruicel.
sedemikian rupa se_
hingga rlapat meng:T3ti sinyal yang datang Sebagai contoh, pada bulan Juni 1996, nitai n adalah 3O, yang
dari semua arah dan
ketinggian dengan baik. Antena'Gps untuk
keperruan survai dan
berarti waktu GPS berbeaa'i f detik dengan waktu UTC pada saat
pemetaan sebaiknya juga-mempunyai stabilitas tersebut.
pusat fase" (phase
center) yalg tinggi serta 'daya torak, terhadap Waktu GPS dinyatakan dengan bilangan minggu serta fiumlah)
*"rtrp"ii.
Ada beberapa jenis antena^-GpS yang dikenal,
yaitu detik sejak awal minggu yang bersangkutan pada saat tersebut.
monopole ataw dipole, qtadrifilar hetix(ugadinamakan[Seeber,l993]: Minggu GPS selalu dimulai pada tengah malam (UTC) antara hari
uolute), spiral
helix, microstnp (iuga p aich1, Sabtu dan Minggu. Oleh sebab itu waktu (detik) GpS berubah dari
-dinamakan cho ke nng. Beberapa
diantaranya ditunjukkan pada Gambar 9.15. -dan O di awal minggu, sampai 604800 di akhir minggu. Bilangan Minggu
GPS dimulai pada tanggal 5 Januari 1980 jam 0:O0 UTC. Sejak
saat itu bilangan minggu GPS bertambah satu setiap minggunya,
dan dipancarkan sebagai bagian dari Pesan Navigasi GpS. Bilang-
an minggu GPS adalah modulo dari 1024. Ini berarti bah.wa pada
Monopote Helix Spiral Helix Micro.rtrip
akhirminggu ke 1O23, bilangan minggu GPS akan kembali (roilouerl
Choke Ring ke bilangan O. Ini akan terjadi pada tanggal 21 Agustus 1999 jam
Gambar 9.15 Beberapa jenis antena
GPS 0:OO UTC.
Nttt'ttlttr'l I
()'l
.St.sll'ttt .5rrlr'lll
lrl'2 ( itttt lt',;t ,\ttlt,ltt
Selair-r tttctttltt'
cm/detik dapat diperole.h 9-1"* hal ini'
Al<lrirrr.ya patut dicatat di sini bahrva pesan navigasi GPS me- tik sampai
infor*."i t"'tff;Ji"' GP:,]:;; aapat digunakan untttk
ngandung parameter-parameter koreksi untuk mengkonversikan rikan tempat ke Lmpat lain'
Ketelitian satn-
waktu i"i""tut
sistem waktu satelit ke sistem waktu GPS. Dalam hal ini untuk mentransfer aiut'iltttt oLh GPS untuk transrer
pelayanan PPS (Precise Positioning Seruice) yang berbasiskan pada oai beberaot t"t'oJJt';;;;;;
penggunaan kode-P, ketelitian waktu yang telah dikoreksi adalah waktu antar benua'
176 nsec (95"/"), dan untuk pelayanan SPS (Standard Positioning
Seruice) yang berbasiskan pada penggunaan kode-C/A, ketelitian 9.6 KONDISI PASAR GPS semakin banyak digunakan
dalam
waktu tersebut adalah 363 nsec (95%l fLeick, 19951. CpS V^tg sudah
Teknologi memiliki panssa pasar vans
berbagai bidang #il-J:;li'i"ii"r.n
hasil survai industri vang
9.5 KEMAMPUAN GPS cukup besar dt' o*:;"ffi!i;,11":lkan academy of Pubtic Admin-
telah di1ak".'^tt^" Jtlr'
NAPA \l,atro'u.,i ka-
GPS dapat memberikan informasi mengenai posisi, kecepatan,
r"*"olgt ii1*;t1rt" s"i'tx' diperoleh- suatu
yang di-
dan waktu secara cepat, teliti, dan murah dimana saja di bumi ini istration),suatu oi a""i" p"i"'tahun 1995
pada setiap waktu, siang maupun malam tanpa trergantung pada rakteristik segmen p1; ^o|!
kondisi cuaca. Sampai saat ini, GPS adalah satu-satunya sistem il"l"r.t"" Pada Gambar 9'17 '
navigasi atau sistem penentuan posisi yang mempunyai karakte-
ristik prima seperti itu. Disamping produk dasar tersebut (posisi,
kecepatan, dan waktu), sebenarnya ada beberapa parameter lain-
nya yang dapat ditentukan dengan teknologi GPS ini. Parameter-
parameter tersebut ditunjukkan pada Gambar 9.16.

1 Posisi iffi
1 Kecepatan ;%ffi* produk Dasar
j Waktu :jffit-' US$ 729 iuta
j Percepatan
Parameter q Attitude parameters
yang bia a TEC (Total Electron Content)
ditentukan
dengan GPS
1 WVC (Water Vapour Content)
1 Polar motion parameters
I Tinggi ortometrik Perlu dikombinasikan
3 Undulasi Geoid dengan informas
I DefleksiVertikal eksternal dari (()INc NAIA l r95 lxhs[Y strn ')

sistem lainnya
199s I NAPA, 1995]
Beragam Aplikasi Pasar Dunra (rl-r Pdt tahun
GPS Pada
Gambar 9 17 Kondisi
darat
bahwa segmen-perhubungan
Dari Gamb ar 9-17 terlihat yaitu.sebesar
GpS yang pJtirrg b""^r,
Gambar 9.16 Produk GPS
merupakan segmen pasar diwakili oleh
Dalam hal penentuan posisi, GPS dapat memberikan ketelitian 32oh. sedaHgkan ;ffi"i ;[J:ll,'^'i'i' ""tul"
terdapat dalam segmen
posisi yang spektrumnya cukup luas. Dari yang sangat teliti (orde segrnen maritim, :t-ig^ ""U"gi1t"V11Yn rlkreasi' Meskipun
ilmu pengetahuan itt ""iti'
serta.
milimiter, relatif) sampai yang biasa-biasa saja (orde puluhan me- "tgt""
tetapi sesmen- vang ter-
ter, absolut). Ketelitian posisi yang diperoleh secara umum akan tidak sebes^, ""**ff;t;tf*;;a1 l3ra"t' relatif cukup besar por-
kait denga,, ''"ptft-i"p!t
t"tttttu' ters^ebut
bergantung pada empat faktor, yaitu : metode penentuan posisi gmen lainnva'
yang digunakan, geometri dan distribusi dari satelit-satelit yang ffi;;;fi;;dingkan "" g*.''-'"ini juga memperkirakan bahwa volu-
diamati, ketelitian data yang digunakan, dan strategi/ metode peng- Survai ind'ustri dari NAPA mendatang'
pasar GPS axJ^;";" membesar di masa-masa
olahan data yang diterapkan. Kecepatan wahana yang bergerak juga me segmen-
CpS dunia ini berdasarkan
dapat ditentukan oleh GPS seandainya wahana tersebqt dileng- Proveksi au'ti 'or'-""p"""t
kapi dengan alat penerima sinyal GPS. Ketelitian berorde mm/de-
l<)4 (;(?)(.1.'.)^r Srrtc/il
Sislerrl Snterlil Nttttttlrt';r ( )lr
I

segmennya diberikan pada Gambar 9.1g. Menurut


studi NApA ini, Seperti halnya GPS, GLONASS pun didesain untuk dapat merrr
pasar GPS yang bernilai tJS$ 2,222 milyar di tahun
1995, akan berikan posisi, kecepatan, dan waktu, dimana saja permukaan bumi
membesar dan bernilai US$ 11,633 milyar di tahun
nilai US$ 31,036 milyar di tahun 2005.
2O0O dan ber_ ini pada setiap saat dan waktu tanpa bergantung cuaca. Prinsip
penentuan posisi menggunakan sistem-sistem ini juga pada dasar-
nya sama, yaitu dengan mengukur jarak ke beberapa satelit seka-
ligus. Karena adanya kemiripan dalam fungsi dan tujuannya, maka
tidaklah mengherankan bahwa karakteristik orbit dan sinyal dari
L10
6 kedua sistem juga mempunyai kemiripan-kemiripan, seperti yang
.> dapat dilihat pada Tabel 9.6.
Ea
Oa
l ; Tabel9.6 Perbandingan antara GPS dan GLONASS
i
4 ?
GPS GLONASS
Paramete, Nominal dari Orbit Satelit
Ririan.a Orbit 6 buah. densan spasi 6O0 3 buah. densan spasi 120o
Jumlah satelil 4 buah, dengan spasi 8 buah, dengan spasi sama
per orbit tidak sama
Gambar 9.18 Proyeksi pasar GpS sampai tahun 2005 Inklinasi Orbit 550 64,80
[ NAPA, 199S] 25510 km
Radius Orbit 26 560 km
I l2 h.ari bintang 8l17 hasi bintang
9.7 GLONASS, SATELIT NAVIGASI RUSIA Peiode Orbit
= 11 iam 58 menit e 11 iam 16 menit
Pada saat ini kalau kita berbicara tentang sistem (lingkaran) 0 (lingkaran)
satelit naviga- Eksentrisitas O
fitioning orang akan langsung teringat pada GpS (G/obcl posr, Orbit
"T"T"Va
system), satelit navigasi *ilik Arrr"rika serikat. Gps Parameter Nominal dari Sinyal Satelit
me-
mang harus diakui merupakan sistem satelit navigasi yang Gelombang Lt = 1575,42 M}z Ll = (1602 +9kl16lMt]z
paling L2 = (t246 + 7kl16) M]:,z
bajk dan paling banyak digunakan orang saat ini. Meskipun pembanua L2 = 1227,60 MHz
begitu k = nomor kanal (channel)
sebenarnya ada satu sistem satelit navigasi lainnya
kup menjanjikan V"rig::rg. Berbeda untuk setiaP satelit Sama untuk seluruh satelit
"r_
digunakan, yaitu sistem mitit n"ust" y.rg Kode-C/A pada L1 Kode-C/A pada L1
bernama GL.NASS. ""11k
(Grobat Nauigatiin sateritesysfem). Bentuk
Kode
Kode-P pada Ll dar: L2
fi- (code) Kode-P pada Ll danL2
sik dari satelit ini ditunjukkan pada Gambar g. r-g uerit<ut. Kode-C/A = 1,023 MHz Kode-C/A = 0,511MH2
Frelanensi
k.ode Kode-P : 10,23 MHz Kode-P = 5,11 MHz
Data jam Clock Offset, Fre qu encg Clock dan Frequencg Offset
(clock) Offset, dan Frequencg Rate
Data OrbitaL Elemen-elemen orbital Koordinat, kecepatan, dan
Keplerian setiap satu jam percepatan satelit setiap se-
tengah jam.
Sistem dan Kerangka Referensi
Sistem Earth-Centered Earth-Fixed Earth- Centered Earth-Fixed
Koordinat (ECEF) (ECEF}
Datum World Geodetic System 1984 Earth Parameter System
Geodetik (wGS - 84) r99o (Pz-gol
Referenst UTC (USNO) UTC (SU)
Waktu

Gambar 9.19 Bentuk tipikal satelit GLONASS


fSeeber, 1993]
Sl.sl('r,l S(1,('lrl Nrlt't!/rl't l()'i
I
()( I ( ir.orlr,sr Srllr,/rl
percepatan' maupurr
Sistem GLONASS ini mulai dibangun sejak tahun 1970-an, mes- yang diestimasi (baik itu posisi' kecepatan'
kata lain' navigasi dan
kipun secara resmi baru diumumkan oleh Uni Soviet pada Februa- waktu) akan menjadi lebiir baik' Dengan akan men-
;;;;i""" posisi yang t'ersifat.global' andal' dan akurat
ri 1982. Satelit GLONASS yang pertama diluncurkan pada 12 Ok- jadi lebih mudah untuk direalisasi'
tober 1982, dan sampai dengan Agustus 2000, ada 9 satelit koordinat yang di-
GLONASS yang operasional secara penuh dan 4 satelit dinyatakan Akhirnya perlu dicatat di sini trahwa karena datum
mempunyai
tidak sehat, seperti yang diberikan pada Tabel 9.7 berikut. Seperti berikan oleh sistem-"l"tt"' GPS dan GLONASS koordinat anta-
halnya GPS, sistem GLONASS ini didesain untuk operasional de- g."i"iif. v"ng berbeda, maka rumus transformasimenghubungk-an kedu-
ngan 24 satelit. ra kedua sistem mutlai diperlukan untuk
transformasi berikut digu-
anya. Dalam hal ini, seandainya rumus
Tabel 9.7 Status Satelit GLONASS yang Operasional (status nakan:
Agustus 2000), dari GPS Info (2OOOI
No. Nomor Nomor Nomor Tanggal txl {-axl 11 RZ - RvlIxl
Bltlang Status
GLONASS
Orbit
Kanal
lChannetl
Peluncuran
I r l =l rt l
+s +dgl-RZ 1 RX
l1
v1 (e.3)
,.1.".u, ) L RY -
RX 1 llZ),,n0
I 66 775 2 22 I -Ast-94
1 OK I loz
2 67 770 o 9 11-Ast-94 UNH
3 69 764 13 20-Nov-94 UNH
et al., 19991
4 71 765 I 7-Mar-95 UNH maka parameter transformasinya menurut lBazlou
5 72 766 3 10 7-Mar-95 UNH adalah sebagai berikut:
6 75 781 2 9 24-Jul-95 OK
7 76 785 2 4 24-Jul-95 OK dX = - 1,08 xo,2l m
8 77 776 2 6 14-Des-95 OK dY = - O,27 + O,2l m
9 78 774 2 11 14-Des-95 OK dZ = _ o,go t 0,33 m
10 79 742 a 6 l4-Des-95 OK ds - - 0,12 r 0,06 ppm
l1 80 786 1 7 30-Des-98 OK RX =o
t2 8l 744 I 8 30-Des-98
OK RY =0
13 a2 779 1 2 3O-Des-98
OK RZ = - 0,16" + 0,0 1"
* Nomor yang diberikan oleh Russian Space Forces,
OI{ = Operasional Penuh, UNH = Satelit saat ini dinyatakan tidak sehat,
Res = Satelit tidak dioperasikan tetapi tetap dijaga sebagai cadangan.

Pada saat ini ada kecenderungan dari pihak pengguna, seperti


halnya dunia penerbangan sipil, untuk menggunakan kedua sis-
tem, GPS dan GLONASS, secara bersama-sama. Alat penerima (re-
ceiver) yang bisa mengamati sinyal-sinyal GPS dan GLONASS seka-
ligus juga sudah ada di pasaran. Contohnya adalah receiver GNSS-
300 dari 35 Navigation dan GG24 dari Ashtech, meskipun sayang-
nya pada saat ini keduarrya belum masuk ke pasaran Indonesia.
Pada saat konstelasi satelit GLONASS lengkap, maka kita akan
mempunyai 48 satelit navigasi di angkasa kita (24 satelit GPS dan
24 satelit GLONASS). Dengan 48 satelit ini, jumlah satelit yang
dapat teramati akan menjadi lebih banyak, geometri satelit akan
menjadi lebih baik dan lebih kuat, dan ketelitian dari parameter
DAFTAR PUSTAI(A

Aaardoom, L., B.H.W. Van Gelder, E. Vermaat (1982). "Aspects of


the Analgsis and Utilization of Satellite Laser Ranging at the
Koottuijk Obseruatory." In: Feestbunded ter gelegenheid van
de 65ste verjaardag van prof. Baarda, Yol. 2, pp. 276-317,
delft.

Abidin, H.Z. (2OOO). Penentuan PosisiDengan GPS dan Aptikasinga.


PT Pradnya Paramita, Jakarta. Second edition. ISBN 979-408-
377-1.268 pp.

Abidin, H.2., A. Jones, J. Kahar (1995). Suruai Dengan GPS. PT


Pradnya Paramita, Jakarta. ISBN 979-408-380-1. 153 pp.

Altamimi, Z. "ITRF Status and Plans for ITRF2000."


(2OOO).
Proceedings of the International WBI Seruice
for Geodesg and
Astrometrg General Meeting, Kotzting, Germany, 2l-24
February, pp. 57-61.

ANA (2000), Alamat situs internet: http://louis.lmsal.com/PR/


answerbook/, October.

AVISO (2OOO). Situs internet, alamat: http://sirius-ci.cst.cnes.fr


: 8O9O I HTML/ information/ frames/ applications/ science,
August.

Bate, R.B., D.D. Mueller, and J.E. White (i971). Fundamentals of


Astrodgnamics. Dover Publications, New York, 455 pp.

Bauersima (1983). "NAVSTAR/Global Positioning System (GPS) II,


Radio Interferometrische Satellitenbeobachtungen".
Mitteilungen der Satelliten-Beobachtungsstation Zimmentald,
Bern, vol. 10.

BKG (Bundesamt ftir Kartographie und GeodEisie) (2000).


Homepage:http: / /fwserverl.ifag.de/ geodaesie/earth-rotation
/three.htm. Agustus.

199
2Og Ot:odesi Satelit l\tllttr l\t:iltthtt').(ll

Black, H.D. (1978). "An Easily Impremented Algorithm for the Chao, C.C. (1974l'. "The Tropospheric Calibration Model for Mttt'ttter
Tropospheric Range Correction," Journal of Geophgsical Mars, 197 1", JPL Technical Report 32-1587, Jet Propulsiorr
Research, Vol. 38, No. 4, pp. 1g25 _ 1g2g. Laboratory, CA, March.

Borkowski, K.M. (1989). .,Accurate Algorithms to Transform Cheney,R.E., B.C.Douglas, D.T. Sandwell, J.G. Marsh, T.V. Martin,
Geocentric to Geodetic coordinate s." Builetin Geod.esique,yor. J.J. McCarthy (1984) "Application of Satellite Altimetry to
63, pp. 50-56. Oceanography and Geophysics", Marine Geophgsical
Researches, Yol. 7, pp. 17 -32.
Bowring, B. R. (1976): "Transformation from spatial to Geographic
Coordinates", Sttrueg Reuieut, Vol. XXII, No. 1g1. Cheney,R.E., B.C. Douglas, R. Green, L. Miller, D. Milbert, D. Porter
(1986) "The GEOSAT Altimeter Mission: a Milestone in Satel-
campbell, J. (2000). "From euasars to Benchmarks: vLBI Links lite Oceanography", EOS, 67, Dec.2.
Heaven and Earth." proceedings of the Internationat vLBI ser-
uice for Geodesg and Astrometry General Meeting, Kotzting,
Cohen, S.C. and M.R. Pearlman (1989). "Laser Ranging Techniques."
Germany, 2L-24 pebruary, pp. 20_34.
In:The Interdisciplinary Role of Space Geodesy, Eds. II. Mueller
and S. Zerbini, Lecture Notes in Earth Science 22, Springer
Verlag, Berlin,pp. 135- 148.
Campbell, J., A. Nothnagel, H. Schuh (tgg2),,VlBl_Messungen fur
Geodynamische Fragestellungen. ZlV, lIZ, pp. 214_222. Curlander, J.C. and R.N. McDonough (1991). Sgnthetic Aperture
Rada4 Sysfems and Signal Processirug. John Wiley, New York,
cannon, w. (1999). "oueruieut of vLBI." 1999 International VLBI ISBN : O-471-8577O-X,647 pp.
Service for Geodesy and Astrometry Annual Report. NASA/
TP-1999-2O9243, pp. 13 - 17. Davies, K. (1990). Ionospheic Radio. IEE Electromagnetic Waves
Series 31, Peter Peregrinus, London.
cappelari, J.o., c.E. yerez, A.J. Fuchs (19z6l. Mathematicatrheory
of the Goddard Trajectory Determination Sgstem. GSFC Docu_ Davis, J.L. et al. (1985). "Geodesy by Radio Interferometry: Effects
ment X-582-7 6-ZZ, Greenbelt. of Atmospheric Modeling Errors on Estimates of Baseline
Lengths", Radio Science, Vol. 20.
carter, w.E. and D.s. Robertsori (19g4). "IRIS Earth Rotation and
Polar Motion Results." proceedings of the Internationar sgmpo- DEOS (Delft Institute for Earth-Oriented Space Research) (2000).
sium of Space techniques for Geod.gnamics, Vol. l, Sopron, pp. Situs internet, alamat: http : / / www. deos. tudelft. nl / altim / at-
2t4-222. las/, Agustus.
carter, w.E' and D.s. Robertson (19g5). "A Modern Earth orienta- Dickey, J.O. (1995). "Earth Rotation", in Global Earth Phgsics, A
tion Monitoring service: Functions, Goals and Methods of ob- Handbook of Phgsical Constants, edited by T.J. Ahrens, AGU
seryation." Proceedings of the Internationar conference on Earth Reference Shelf No. 1, American Geophysical Union,
Rotation and the Terrestial Reference Frqme yol. 2, Colum_ Washington,D.C., pp. 356-368.
bus, USA, pp. 536 - 550.
DMA (Defense Mapping Agency) ( 199 1) . Department of Defense World
CDDIS (2001). situs internet dari the cntstar Dgnamics Data Infor- Geodetic Sgstem 1984, Its Definition and Relationships with Local
mation Sgstem, alamat situs: http:/ /cddisa.gsfc.nasa. gov/ Geodetic Systems. DMA Technical Report 8350.2, September.
cddis.html, Januari.
Doherty, P.H., J.A. Klobuchar, J.M. Kunches (2000). "Eye on the
chao, B.F- (1985). "Predictability of the Earth's polar Motion.,, Buile- Ionosphere: the Correlation between Solar 10.7 cm Radio Flux
tin Geodesiqte, Vol. 59, pp. g1-93. and Ionospheric Range Delay", GPS Solutions, Vol. 3, No. 4,
Spring, pp.75-79.
)O2 Ge:odesi Satelit l)ullttr I\t:;ltthtt').(l;l

ESOC (European Space Operation Center) (2000). Situs internet, IPS (2000), Situs internet dari the Ionospheric Prediction Seruices,
alamat : http: I I nng. e soc. esa. de / ers / altintro. html, Agustus. alamat: http: / /www.ips.oz.au/, Agustus.

Ferrari, A.F., W.S. Sinclair, W.L. Sjogren, J.G. Williams and C.F. IVS (2000), Situs internet dari the International VLBI Seruice
Yoder (1982l,. "Geophysical Parameters of the Earth-Moon for Geodesg and Astrometry, alamat: http:/ /ivscc.gsfc.nasa.
System." Journal of Geophgsical Research, Vol. 85, pp. 3939- gov/, Desember.
395 1. 1

Kaplan, G. H. (ed. ) ( i 98 1 ). The IAU Resolutions on Astronomical Cons-


Forssell, B. ( 1 99 tl. Radionauigation Sg stem. Prentice Hall, New York, tant, Time Scales, andthe Fundamental Reference Frame,Uni-
ISBN : O-13-751058-6, 392 pp. ted States Naval Observatory Circular, No. 163, Washington,
D.C.
FGS (Research Group for Space Geodesy) (1998). Earth Rotation,
Bundesamt fur Kartographie und Geodasie, Munich, August. King,R.W., E.G. Masters, C. Rizos, A. Stolz (1985). Surueging uith
GPS. University of New South Wales, Australia.
Gerdan, G.P. and R.E. Deakin (1999). "Transforming Cartesian
Coordinates X,Y,Z to Geographical Coordinates ,q, )u, h." The Knocke, P.C., J.C. Ries, B.D. Tapley (1988). "Earth Radiation Pres-
Australian Suruegor,Yol. 44, No.1, June, pp. 55-63. sure Effects on Satellites." Proceedings of the .'\IAA/AAS
Astro dg namics Conference, 88 - 429 2 - CP, pp. 57 7 - 5 87 .
GPS Info (2000). GPS Info Sources on the Internet. Situs internet,
alamat: gopher: I lunbmvs 1.csd.unb.ca: 1570, November. Klobuchar, J.A. (1996). "lonospheric Effects on GPS", in Global
Positioning Sgstem: Theory and Applications, Vol. I, Clrapter
Helmert, F.R. (1880). Die Mathematischen und Phgsikalischen 12, edited by B.W. Parkinson and J.J. Spilker Jr., AIAA,
Theoien der Hoheren Geodasie. Teubner, Leipzig, Reprint Washington D.C., pp. 485 - 515.
Minerva GmbH, Frankfurt, 1961.
Klobuchar, J.A. and J.M. Kunches (2000). "Eye on the Ionosphere:
Herring, T.A. (2000). "Geophysical Applications of Earth Rotation Correcting for Ionospheric Range Delay on GPS - Temporal
Measuremertts." Proceedings of the International WBI Seruice Decorrelation", GPS Solutions, Vol. 4, No. 2, Fall, pp. 78-82.
for Geodesg and Astrorrietrg General Meeting, Kotzting,
Germany, 2l-24 February, pp. 62-68. Kramer, H.J. (1996) . Obseruation of the Earth and its Enuironment.
Third enlarged edition, Springer Verlag, Berlin, ISBN: 3-540-
Hofmann-Wellenhof, 8., H. Lichtenegger, and J. Collins (Igg7l. GPS, 60933-4,960 pp.
Theory and Practice. Springer-Verlag, Fourth, revised edition,
Wien, ISBN 3-2L1-82839-7, 389 pp. Lambeck, K. (1988). Geophgsical Geodesy, The Slou Deforrnation of
the Earth. ISBN: O- 1 9-854438-3, Clarendon Press, Oxford, 7 1 B
Hopfield, H. S. ( 1 969). "Two-quartic Tropospheric Refractivity Profile pp.
for Correcting Satellite Data." Joumal of Geophgsical Research,
Yol.74 No. 18, pp. 4487-4499. Landau, H. and D. Hagmeier (1986). "Analgsis of the Required Force
Modelling for NAVSTAR/ GPS Satellites". Schriftenreihe
IERS (2000). Situs internet dari the International EarthRotation Ser- Studiengang Vermessung-swesen UBW Munchen, H 19, pp.
uces, alamat: http:/ /hpiers.obspm.fr/, Agustus. 193-208.

ILRS (2000). Situs internet dari the International Laser Ranging Ser- Leick, A. (1995). GPS Satellite Surueging. John Wiley & Sons, Second
uice, alarnat: http: / /ilrs.gsfc.nasa. gov/ ilrs_home.html, edition, New York, ISBN 0-471-30626-6,560 pp.
Agustus.
:lO,l (;(,()(/(,.sr
"\(/l{rlrl Dullur l\tstuhu ').lllt

Lillesand, T.M. and R-w. Kiefer (lgg4). Remote sensing and" Image
Uniuersity, USA, alamat situs : http://www.geodesy.eng. ohi<.r-
Interpretation. Third Edition, Joh Wiley, New york, ISBN : O_
state. edu/, Januari.
471-57783-9, 750 pp.
Ozone, M.L (1985). "Non-Iterative Solution of the g equation."
Lin, K.c' and J. wang (1995). "Transformation from Geocentric to
Surueging and Mapping, Vol. 45, No. 2, pp. 169'171.
Geodetic coordinates Using Newton's Iteration." Builetin
Geodesiqte, Vol. 69, pp. 300 - 303.
Paul, M.K. (1973). "A Note on Computation of Geodetic Coordinates
from Geocentric (Carte sian) Coordinate s. " Bulletin Geo de sique,
Ma, Chopo (1999). "The Celestiat Refetence Freme.,, 1999 Interna-
No. 108, pp. 134-139.
tional vLBI Service for Geodesy and Astrometry Annuar Re-
port. NASA ITP-|999-2O9243, pp. tB _ 22.
Ries, J.C., R.J. Eanes, C. Huang, BrE. Schutz, C.K. Shum, B.D.
Tapley, M.M. Watkins, D.N. Yuan (1989). "Deterrnination of
Marini, J. w. (1972). "correction of Satelite Tracking Data for an the Gravitational Coefficient of the Earth from,,Near-Earth
Arbitrary Tropospheric profile,', Radio Science, yol. Z . Satellites." Geophgsical Research Letters, Vol . 16, N.o. 4,
pp.27l-274.
Mccarthy, D.D. (trd.) (1989). IERS stand.ards. IERS Technicar Note
No. 3, Paris.
Rinner, K. (L9791. Report of theIAG CommissionlX (Education).Paper
Presented at the XVII IUGG General Assembly, Canberra,
McNamara, Leo F. (1991). The lonosphere: communications, sur-
Australia.
ueilldnce, and Direction Finding. Krieger publishing co., Mara-
bar, Florida,237 pp.
Riz.os, C. and A. Stolz (1985). "Force Modelling for GPS Satellite
Orbits." Proceedings of the International Sgmposium of Precise
Miles, H. (ed.) (1974). Artificiat sateltite obseruing and its Apptica-
Positioning uithGPS, Vol. I, Rockville, pp. 87-98.
frions. Faber and Faber Ltd., London, ISBN: 0_571_0g600_X,
216 pp. Roy, A.E. (1988). Orbital Motion. Third Edition, Adam Hilger, New
York, 532 pp.
Moritz, H. and I. I. Mueller (1987). EarthRotation, Theory and. obser-
uation, Ungar, New york, 617 pp.
Rueger, J.M. (1996) . Electronic Distance Measurement. Fourth
edition, Springer Verlag, New York, 276 pp.
NASA-GSFC (NASA Goddard space Flight center) (2000). Situs
Internet, alamat http : I I www.lupus. gsfc. nasa. gov, Agustus.
Saastamoinen (1973). "Contribution to the Theory of Atmospheric
Refraction." Bulletin Geodesique, lO7 : i3 - 34.
NASA-ESE (NASA's Earth Ecience Enterprise) (2000). Educational
CD-ROM, Versi 2.
Salomonson, V.V. and L.S. Walter (1995). "The Contributions of
Spaceborne Observing Systems to the Understanding of the
Navtech (2000). Situs internet dari NauigationTechnologg Gps Inc.,
Solid Earth and Land Surface Processes." in The State of Earth
Alamat situs : www.navtechgps.com, Desember. Scieruce from Space, edited by G. Asrar and D.J. Dokken, AIP
Press, New York, pp. 3 - 18.
NIST (2000). Situs internet dari Nationar Instifitte of stand"ard.s and
Technologg in Gaithersburg, Maryland, Alamat situs : http:
II Seeber, G. (1993). Satellite Geodesg, Foundations, Methods, andAp-
www.boulder.nist.gov/, Desember. plications. Walter de Gruyter, Berlin 1993.
osu (2001). situs internet d,ari the Department of ciuit and" Seidelmann, P.K. & T. Fukushima (l992l. "Why new time scales?",
Enuironmental Engineering and" Geod.etic science, ohio state
Astronomg andAstrophysics, Vol. 265, p,.,. 833-838.
')O(, ( ir rrrlr,.sr .Salclll I \tllrtt I'rt:,ttthtt '.),ll i

Subarya, C. and R.W.M. Matindas (1996). Datum Indonesia 1995 walker, R.C. (2000). "AstronomicalvLBI: Comparison and cortstI:tst
(DI-g5) Aang Geosentrik publikasi pusat pemetaan, with Geodetic/Astrometric vLBL" Proceedings of the lriertrrr
BAKOSURTANAL. tional VLBI Service for Geodesy and Astrometry Generctl Mee:-
ting, Kotzting, Germany,2l-24 February, pp. 42 - 51 '
Smith, D.E., R. Kolenkiewicz,p.J. Dunn, and M.H. Torrence.,,Earth
scale below a part per billion from Sateflite Laser Ranging.,, Wells, D.E., N. Beck, D. Delikaraoglou, A. Kleusberg, E.J.Krakiwsky,
ln: Geodesy Begond 20OO,IAG Symposia Vol. 121, Springir G. Lachapelle, R.B. Langley, M. Nakiboglu, K.P. Schwarz, J'M'
Verlag, Berlin, pp. 3-12. Tranquilla, P. Vanicek (1986). "Guide to GPS Positioning'"
Canadian GPS Associates, Fredericton, N.B., Canada'
Smith, J.R. (1997). Introductionto Geod.esy. John Wiley & Sons, New
York, ISBN: O-471-t6660-X, 224 pp. Williams, J.G., X.X. Newhall, J.O. Dickey (1987). "GM (earth) from
Lunar Laser Ranging (LLR)." EOS, Vol. 68, No. 16, pp. 281'
Spilker, J.J. (1996). "Tropospheric Effects on GpS", in Gtobo.t
Positioning Sgstem: Theory and. Applications, Vol. I, Chapter Wubbena, G. (1991). Zur Modellierung uon GPS Beobachtungenfur
13, edited by B.W. parkinson and J.J. Spilker Jr., AIAA, die hochgenaue Positionsbestimmung. Wiss.Arb.Univ'
Washington D.C., pp. 517 - 546. Hannover, Nr. 168.

SRSRA (2001). situs Internet of sateltite Remote sensing, R,.d.ar yoder, c.F. (1995). ,,Astrometric and Geodetic Properties of Earth
Altimetrg, Aerospace Engineeing, the tJniuersitg iJ Texos, and the Solar System", in Gtobal EarlhPhysics, A handbook of
alamat situs: http:/ /www.ae.utexas.edu/coursis/as e3g9 / PhgsicalConstants, edited byT.J. Ahrens, AGU Reference Shelf
sensors/ alt/ alt. html, Januari. No. 1, American Geophysical Union, Washington,D.C., pp' 1-
31.
Tascione, T.F. (1994). Introduction to the space Enuironment, 2nd
edition, Krieger Publishing Co., Malabar, Florida, 151 pp.

Torge, W. (1980). Geodesg. Walter de Gruyter, Berlin, 254 pp.

Tomasi, Wayne (Igg4). Electronic Communicq.tions Systems,


Fundqmentals through Adu ance d. second Edition. prentice Hall,
New Jersey, ISBN : O-13-22OO2|-X, g59 pp.

TSE (The satellite Encyclopedia) (2ooo). Alamat situs internet:http:/


/www.tbs-satellite.com I tse /, Desember.
UoL (university of Leicester) (2000). Situs internet: Ionospheic
Phgsics, alamat situs: http:/ /ion.le.ac.uk/ionosphere/
ionosphere.html.

usNo (united States Naval observatory) (2ooo). Situs internet,


alamat situs: http: / /tycho.usno.navy.mil/systime.html,
Desemher

Vanicek, P. and E.J. Krakiwsky (1986). Geod.esg,theConcepfs. North_


Holland, Amsltjrrdam, 697 pp.
Lampiran I
TRANSFORMASI
(XrYrzl KE (<p,I,hl
Secara geometris, hubungan antara koordinat kartesian (X,Y,Z)
dengan koordinat geodetik (q,I,h)yang kadang juga dinamakan ko-
ordinat ellipsoid, diilustrasikan pada Gambar I.1 berikut.

Koordinat Kartesian

(xA,YA,ZA)

Koordinat Geodetik :

(9a,l"a,ha)

Gar-nbar 1. Sistcm koordinat geosentril< (kartesian d.rn geodetik)

Secara matematis, untuk setiap titik hubungan antara kedua


koordinat ini dapat dituliskan sebagai berikut:
X= (R* + h).cos t2.cos )" (r.1)
Y= (R* + h).cos tp.sin L (r 2l
Z= ((l-e2).R,, + h).sin i" (r.3)
dimana R* dan e adalah jari-jari kelengkungan vertikal dan
eksentrisitas ellipsoid referensi, yang keduanya dapat dihitung
sebagai berikut:
.)
c a'-b' -.)
Rtrl = ,v-)
a---
a' (t.4)
1 - e2. sin2g

',20()
l,trtrtltrrrtn I ')l I
:l IO (ir1)(/.,rjr.\'(/l('/rl

rlimana a dan b adalah setengah sumbu panjang dan setengah


sumbu pendek dari ellipsoid referensi yang digunakan. Z+ R
*.e2.
sin <0n
- t (r e)
Dari rumus-rumus di atas terlihat bahwa seandainya (I.2)diba-
rarl(9n=T
gi dengan (I.1) akan diperoleh:
Untukprosesiterasinilaipendekatanawaluntuklintang,<po,dapat
tanl = Y/X (I.5) ditentukan dengan ,,r*r" berikut lGeardan & Deakin' 1999]:
Selanjutnya kalau kuadrat dari (I.1) ditambahkan dengan kua- Z(1+ .e'2)
drat dari (I.2), maka akan didapat: tanO^=-
,U (r.10)
P
h = (p/cos 9) - R, (r 6) yang
dimana eradalah eksentrisitas kedua dari ellipsoid referensi
dimana: dapat dihitung dari persamaan berikut:
(r. 1 i)
p = (x, +Y2\)/2 (r.7) e'2 = ezl$-e?l
proses iterasi dihentikan jika perbedaan nilai lintang yang diperoleh
Kalau pers. (1.6) disubstitusikan ke persamaan (I.3) akan diperoleh yang
persamaan berikut: dari dua tahap iterasi telah lebih kecil dari kriteria minimum
telah ditentukan:
(r.12)
Z+ R*.e2.sir, g I
,0,. -.rr,
- rl . kriterid minimum
t2l1 (p = (r.8)
p
1.2 Mdtode Paul
Dari persamaan (I.5) terlihat bahwa bujur l" dapat langsung di- Metode Paul lPaul, 1973] adalah met-ode transformasi langsung
hitung dari komponen koordinat X dan Y. Komponen lintang p, (non-iteratif), dimana komponen lintang geodetik ditentukan de-
sebagaimana terlihat dari persamaan (I.8) tidak dapat langsung di- ngan rumus berikut:
hitung dari koordinat (X,Y,Z). Sedangkan untuk menentukan tinggi
ellipsoid, komponen lintang harus ditentukan terlebih dahulu. tanQ = \+Zl2 (r. i3)
p
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa transformasi dari (X,Y,Z)
ke (g,l",h) tidak dapat dilakukan secara langsung seperti halnya dimana:
dari (q,l.,h) ke (X,Y,Z). Telah banyak metode yang diajukan untuk (r.14)
menyelesaikan proses transformasi tersebut. Pada semua metode (. = J1+
tersebut, penentuan komponen bujur dan komponen tinggi semua-
nya adalah sama, yaitu menggunakan persamaan (1.5) dan (1.6). Parameter-parameter cr, p, dan t pada persamaan (I' 14)
di atas'
Perbedaan dari semua metode tersebut terletak dalam penentuan ditentukan dengan persamaan-persamaan berikut:
komponen lintangnya.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat algoritma matematis o2 + a2.e4 (r.1s)
Cf = :-------^
dari metode-metode transformasi tersebut. l-e'

I. I Metode Iterasi Sederhana


Metode transformasi koordinat ini banyak dijelaskan dalam buku-
t,=o'-*''o
l- e'
(r.16)

buku ajar geodesi dan banyak diimplementasikan karena


algoritmanya yang relatif sederhana. (u*r'\ z2 B
Pada metode ini komponen lintang geodetik ditentukan secara t = l' l.p+-- (r.17)
[6 ) t2 6
iteratif dengan menggunakan persapnaan dasar berikut:
'.,. I '-'. r i, ttlr",r ,'ltlt ltl ltttrtltrrrttr I 'll.l

I 'i r rl;r pcrsamaan (I.17) di atas, parameter p dihitung dari: dimana:

.I= 2l + 4M2 (r.2s)


, =; (r.18)
1[r.,G,-)'/'*[o*!E'-)-'l'f K _ 2.(N-M.r) (1.26]'
dimana: J

Pada persamaan (I.25) dan (I.26) di atas, parameter M, N, dan I


Q - 1r 27.22.(..2-]t\ (r.1e) dihitung berdasarkan persamaan-persamaan berikut:
2.($+Z'l'
Perlu dicatat di sini bahwa pada metode Paul ini semua akar , = a'P-(a2-b2) (t.27)
pada persamaan (1.14) di atas mempunyai tanda yang sama de- 2.b.2
ngan nilai Z lGerdan & Deakin, 19991.
* _ a.p+(a2-b2) (r.28)
2.b.2
I.3 Metode Bowring
Metode Bowring pada prinsipnya adalah juga metode iteratif.
Namun karena karakteristik persamaan yang digunakan dapat di-
anggap sebagai metode langsung, karena untuk semua kasus prak-
.i]"'- (t.2el
tis, iterasi kedua atau ketiga tidak diperlukan lBouing, 1976). [
Pada metode ini komponen lintang dari koordinat geodetik ditentu- dimana:
kan dengan persamaan berikut: V=4.N.M+1 (r.30)

z +.'2b.sin3e W= 2.(N'?- M'z) (r.31)


e = arc tan
p
(r.2ol
Pedu dicatat di sini, bahwa setelah komponen lintang geodetik
- "2.o"3e
dihitung berdasarkan persamaan (1.22), tandanya ditentukan ber-
dengan
dasarkan tanda dari komponen koordinat Z.
( za\
0 = arc,"" (r.2r) I.5 Metode Borkowski
[;;J Metode Borkowski lBorkou.tski, 1989] adalah metode transfor-
masi iteratif, dimana komponen lintang geodetik <p ditentukan ber-
1.4 Metode Ozone dasarkan rumus berikut:
Metode Ozone [Ozone, 1985] adalah metode transformasi non-
iteratif, dimana komponen lintang geodetik ditentukan dengan ru-
mus berikut:
tan<p = f,.tunv (r.32)

tan (p =
2au Pada persamaan di atas lintang-lintang geosentrik ry (pada bi-
(r.22) dang bola berjari-jari a) ditentukan secara iteratif dengan teknik
u 1u2 - i1
Newton, berdasarkan persamaan berikut:
dimana parameter u dihitung dari persamaan:
2Mr.l r.IG
lt= - 2
(r.23) Vr+1 = V., lvJ
f (vrr) (r.33)
Pada persamaan di atas:
dimana:
G : (2M + J)'- 4(l - K) (r.24) f(V") = 2sin(ry"-O) -c.sin2ry" (I.34)
'-), 1,1 ( ir,or,lr,.sr Srrlclrf l,tttttlttrtttr l')li,

f'(V") = 2cos(ry"-Q) -2c.cos2V, (r.3s) dimana:


Pada persamaan (I.34) dan (I.35) di atas, parameter Q dan c dihrtung
p2
- z', _,
dari persamaan-persamaan berikut: f(m,,) =
--r,"f-a--;f-'
la+ nl lu+ (t.44l'
o = atan[!Z] (r.36) I a] I, b)'tl
[
".p.J

(r.37) f1m,,; -4o2


=--rj----- -422
/ 2m\" ( 2m\"
a.[a + .",J b.[b+ (r.4s)
b".,J
Pada penentuan y secara iteratif dengan persamaan (I.33) s/d
(I.35), nilai awal Vo yang digunakan dapat ditentukan dari persa- Nilai awal mo untuk proses iterasi di atas dapat dihitung dari
maan berikut: rumus berikut:
( a.z\
a.b.{a2.22 +b2 .p
2f t2 - u2.b2.1u2.2' *b'.p'\
'o r atan r-l
\U
[up] (r.38)
2. ("
4.22 +b4.p z) (1.461
)
I.6 Metode Lin & Wang
Metode Lin & Wang lLin & Wang, 1995] adalah metode transfor- 1.7 PerbandinganAntarmetode
masi iteratif, dimana komponen lintang geodetik <p dan tinggi ellip- Gerdan & Deakin (1999) telah membandingkan kinerja dari ke-
soid h ditentukan berdasarkan rumus berikut: enam metode transformasi di atas dalam mentransformasikan ko-
ordinat kartesian geosentrik (X,Y,Z) ke koordinat geodetik geosen-
^22
a .Ln trik (9,)",h).
, o2.pe
(r.3e) Dalam perbandingan tersebut digunakan 225450 titik perhitung-
an berinterval O,10 yang terletak antara lintang 5oS sampai 5005
serta bujur 1100T sampai 1600T (daerah benua Australia dan seki-
(R-Ru)2 +(z-zr)2 (r.40) tarnya) pada ellipsoid referensi GRS 1980. Setiap titik diberi ke-
tinggian ellipsoid yang sama yaitu h = 10000 m. Algoritma kompu-
dimana h negatif kalau b *lZl ) t"tif, kecil dari {V, *lZ"l1.
ter ditulis dengan Borland C++ versi 5.0A, dan pengolahan data
Pada persamaan (I.38) dan (I.39) di atas, parameter-parameter dilakukan menggunakan komputer PC Pentium 133 MHz. Hasil
p, dan Z" dihiturig berdasarkan persamaan: perbandingan ditunjukkan pada Tabel I.1 berikut.
D=
,E
l+:-- (r.41) Tabel I.1 Hasil perbandingan enam metode transformasi
koordinat; dari lGe4dan & Deakin, 19991
^2
Kesalahan maksimum Waktu
7_p
-u-,*'* Metode Pemrosesan
(r.42) Transformasi q (secl h (ml relatif
b2 Lin & Wang 6,87e- 1 1 2,53e-O9 42
Nilai parameter m pada persamaan di atas ditentukan secara Bowring 2,88e-OB 1,01e-06 50
iteratif dengan teknik Newton berdasarkan persamaan berikut: Paul 3,9Oe-O7 1.14e-06 52
f(m )
Ozone 6,87e-ll 2,42e-O9 56
mm
n+l = n- (r.4s) Iterasi Sederhana 1,35e-05 6,1 2e-05 62
f'(mn)
Borkowski 2,88e-08 1,01e-06 63
'216 (ieodesi Satelit

Dari hasil studi kasus perbandingan ini terlihat bahwa dari segi Lampiran II
waktu pemrosesan, metode Lin & wang adalah yang tercepat dan
metode Borkowski adalah yang terlambat. Sedangkan dari segi ke-
salahan maksimumtomponen lintang dan tinggi ellipsoid yang di-
TRANSFORMASI 3D
hitung, metode Lin & wang dan metod.e ozone adalah y"rrg palirg
teliti, dan metode Iterasi sederhana adalah yang paling kurang te-
ANTARSISTEM IX,Y,ZI
liti.
Ada beberapa model transformasi koordinat 3D yang dapat di-
aplikasikan untuk mentrAnsformasikan suatu sistem koordinat
kartesian (\, Y^, Z) ke sistem kartesian lainnya (XB,YB, Z).
Model transformasi 3D yang paling umum adalah transformasi
affine. Pada transformasi ini garis lurus tetap ditransformasikan
menjadi garis lurus, dan garis-garis sejajar tetap akan sejajar.
Umumnya ukuran, bentuk, posisi, dan orientasi dari garis-garis
dalam jaringan akan berubah. Disamping itu faktor skalanya ber-
gantung pada orientasi dari garis tetapi tidak pada posisinya di
dalam jaringan. Sehingga dalam hal ini panjang dari semua garis
dalam suatu arah tertentu akan mempunyai faktor skalayang sama.
Disamping transformasi affine, dapat juga digunakan transforlnasi
proyektif (projectiontransformalion), dimana faktor skala juga me-
rupakan fungsi dari posisi. Model transformasi berikutnya, yang
juga merupakan model transformasi yang paling banyak diguna-
kan adalah model transformasi similaritas (similaritg transforma-
tionl.
Pada model transformasi similaritas ini, faktor skala adalah sama
untuk semua arah (isotropik). Proses transformasi ini tidak akan
mengubah bentuk, sehingga sudut juga tidak akan berubah besar-
nya. Meskipun begitu, panjang garis dan posisi titik akan mungkin
berubah. Patut dicatat di sini bahwa transformasi similaritas de-
ngan faktor skala satu, biasanya dinamakan transformasi ortogonal.
Pada transformasi ini, besar sudut dan panjang garis dalam jaring-
an tidak akan berubah, tetapi posisi titik akan berubah.
Model transformasi similaritas yang menghubungkan koordinat
titik-titik antara dua sistem koordinat Kartesian 3D, katakanlah
(XB,y B,Za) dengan (Xo,Y dapat diformulasikan sebagai berikut:
^,ZAl,

['"1 [xol [r,l


lY*l= s.R l*lr,
I vn I
(rr.1)
lr"l lr^l Lr.l
dimana s adalah faktor skala, R adalah matriks rotasi ortogonal 3 x
3, dan (T*,T,,T,) adalah vektor translasi antara kedua sistem
koordinat.

'2t7
I ttrttltrt rtrt ll ') (
| I

sir$ sis'r + sim com cos. sir. coscr + sim. sin,, I


2 ti ( itnrlesr Sateltt f cos. co$
cosi .
sirx . sir . coso * cos. . sim
t . sinl + cos< cogD (ll.tr)
R=l-sim.co$ - sirr. sirO.. cose sim
]
geodesi dinamakan co$.cou
yanq 9d."T, konteks I
]
Model transformasi, ;&"^tT"t*".?;t:'ilt?:i sire

moderBursa-worr;T;r'";;it::l'ffi yang'relatif kecil ( ' 10")' maka for-


H; '"il;i "\:111iilu;:i:.ufffi#ar Untuk sud'ut-sud'ut rotasi
tr t diaproksimasi dengan formulasi berikut:
seperti Yang ditunl
mulasi di atas dapat
t1 x -e'l
*=l-* I tl
le -., "l
(rr.7)
L'

yang menyelabkan transformasi similaritas


Ada beberapa faktor lain:
iti';;;;;t PoPuler' Yaitu antara relatif sedikit' yaitu tujuh (7)'
. Jumlah parameter transformasinya
dalam bentuk perangkat lunak'
. Mudah diimplementasikan dua jaringan yang diperlukan relatif
: ,;;irTttit ""r.rtu antara
(minimal 3 titik sekutu)' dan
tidak terlalu banyak dua jaringan yang homogen
.' Cukup teliti untuk menghubungkan
lokal pada skala atau orientasi).
ilr,"urr..a" distorsi di sini bahwa model Bursa'Wolf yang
Akhirnya perlu ditekankan persamaan (II'1) punya sedikit kele-
pada
diformulasikan seperti ini digunakan pada jaringan yang relatif
7 parameter' ; ii"n"*-r"ia" 3ita'modet rotasi akan mempunyai korelasi
Gambar Il' 1 Model
transformasi similaritas I kecil, maka parameter-parameter translasi' Untuk menghindari
i di atas maka matriks tinggi dengan p''tametet-parameter
Padarumus (lI'1)'
berdasarkaigl**II' I oroblem korelasr rni'
maki salah satu alternatifnya adalah dengan
rumus berikut: van g dapat d iformula-
rotasi R dapat dihitu;;;iJ''"u'tt' [I'2) #;il;;r;an model Molodenskv-Badekas
berikut:
R = R,(r) . Rr(o) 'R,(ro) "ii."i1"ttgai
(e), *,t5] qi',ii"9'#lt'i:;Jiff:rlT'?:11il? *"-1 [*.] [*o -
**-1 [:ll
dimana *^ (tu), R,"sumbu X'
il"J"g *"sing
Y' d'arr r"
f
= .l;:-)':l.[t] (il.8)
sebagai berikut: li:l l;:l-=
Icosx sin< 0l koordinat dari titik pusat jaringan' dimana:
*;" uL3) dimana (X*J*,Z-) adalah
Rz(K) =
["T" :]
x,^ = !..*,xoti) ut.e)
ll 1:l
lcos0 O -sin0l
n,1e1
J'
o
=l o 0t cos0] I
(II.4)
y* = r.I Ynti) 0L 10)
II 1=l
[sino

z- = !.f,zoti) (Ir.1 r)

n'tt'r) =
[r
lO cos o ^,:,.1
sln o (r s) ll l=l

ini' meskipun parameter-pa-


pada model Molodensky-Badekas
Lo - sin or
1

cos r^ll
berbeda, tapi matriks rotasi dan faktor'
(lI'5) disubstitusikan
ke ,J:;;;;;;*1r."inyu.
persamaan (11'3)' (ll'4)' dan skalanYa tetaPsama'
Seandainya
maka akan diPeroreh:
o;;;;;u''it'

Anda mungkin juga menyukai