*:-.'--
E
'*E r:
E+
$
Hai
E:E=E
f $
+$E
Eq
E
F
(,\ / .l
' ' L't
I
Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 llJ,
tentang
HAK CIPTA t..
(
Pasal 44
(l) Barangsiapa dengan sengaia dan tanpa hak mengumum- i ,- /'l: ,
Oleh :
Cetakan Pertama
PT PRADNYA PARAMITA
JAKARTA
Pcrpustakaan Nq,sional: katalog dalam terbitan 6Df) PRAI(ATA
Atridin, Hasanuddin Z.
Geodesi satelit / oleh Hasanuddin Z. GeodesiSatelit adalah sub-biciang illntt gt:o<l<'sl \r;rrrl'. rrrr rrlrl'rrrr:r
kan bantUan satelit (alam ataupun buatalr tttitttttstit) llrrlrll! rru
Abidin. -- Jakarta : Pradnya Pararnita, 2001.
nyelesaikan problem-problem geodesi, yaitll ytlll,i lt't l<;ttl tl, r1;'1,11
ix,2l9 hal. ;23 cm penentuan posisi, penentuan medan gaya berat, st:rt;t pt'ltt'ltltlitlt
Bibliografi: variasi temporal dan spasial dari posisi dan medan ga.yil lrct irl il,r,rl
rsBN 979-408-462-X ini tidak dapat dipungkiri bahwa pemanfaatan satelit <lirlirtrr l,t
1. Geodesi. I. Jr-rdul.
dang Geodesi sudah sangat berkembang, termasuk di ln<lorrr.ririr
Mengingat perkembangan yang pesat dari bidang Geodesi Srrlrlrl
526.1
serta belum adanya buku teks tentang Geodesi Satelit dalam lrir
hasa Indonesia, maka penulis mencoba menyusun buku teks ini.
Buku ini dimaksudkan untuk menjelaskan secara umum prinsip,
konsep, dan aspek-aspek dari disiplin ilmu Geodesi Satelit dengan
pendekatan penyajian yang bersifat tidak terlalu teoretis. Buku ini
,'. i '\'1 i''n;' disusun dari bahan-bahan mata kuliah Geodesi Satelit yang penu-
ili ,,1,':i -:"rir
.
1
lis berikan di Jurusan Teknik Geodesi - ITB, pada tingkat sarjana
. 1'".)n ,i ti dan tingkat magister.
.ir, ,' "-," "l' '! Penulisan buku ini dibantu secara finansial oleh Program PenLr-
i
lisan Buku Teks Tahun Anggaran 2000, yang diselenggarakan oleh
Direktorat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M), Di-
rektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Na-
t
sional. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang tulus ke-
ri 't.CZ pada semua pihak yang mengelola program tersebut, terutama Prof.
I
Dr. Jajah Koswara. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
pada Prof. Dr.-Joenil Kahar, yang telah banyak memberikan saran
untuk perbaikan naskah buku ini.
Akhirnya kami berharap buku ini dapat bermanfaat bagi seba-
nyak mungkin pihak serta dapat berkontribusi dalam memperce-
pat proses pengajaran, penelitian, pengembangan, dan aplikasi
bidang Geodesi Satelit di Indonesia. Insya Allah.
iv
DAFTAR ISI
PRAKATA
DAFTAR ISI vii
BAB 1 PENDAHULUAN .......... 1
1.1 rLMU GEODESI............ I
T.2 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEODESI
SATELIT 2
1.3 PERI(EMBANGAN GEODESI SATELIT 3
I.4 PERAN DAN FUNGSI SATELIT... 6
1.5 SISTEM PENGAMATAN GEODESI SATELIT... 8
T.6 APLIKASI GEODESI SATELIT 11
I.7 OBYEKTIF DAN STRUKTUR BUKU 12
vl1
3.4 SISTtrM WAI(TU ATOM 60 (1..) AI)I,I I(NSI SI,R I t.l
3.4.I UTC (Uniuersal Time Coordinatedl 62 6.4 SIS'TEM LLR.. I l'l
3.4.2 Hubungan Sistem Waktu Atom dengan 6.5 GEOMETRI PENGAMATAN LLR l,tl
Sistem Waktu Lainnya 63 6.6 APLIKASI LLR l4r|
3.5 PENANGGALAN JULTAN (JULTAN DATE) ....... ........ 65 BAB 7 SISTEM VLBI ...,..... 145
3.5.1 Transformasi Waktu Sipil ke Waktu Julian ... 65 7.I PRINSIP DASAR VLBI .......... i45
3.5.2 Transformasi Waktu Julian ke Sipil 66 7.2 SISTEM VLBI........... 148
BAB 4 SISTEM OR8IT........ 67
7.3 APLIKASI VLBI .......... 150
4.T PERGERAKAN SATELIT MENGELILINGI BUMI ......... 68 BAB 8 SATELIT ALTIMETRI................. 757
4.1.1 Hukum Kepler I................. 68 8.1 PRINSIP DASAR SATELIT ALTIMETRI 157
4.1.2 Hukum Kepler IL............... 70 8.2 GEOMETRI PENGAMATAN SATELIT ALTIMETRI ...... i58
4.1.3 Hukum Kepler III ............... 70 8.3 MISI-MISI SATELIT ALTIMETRI 161
4.1.4 Hukum-hukum Newton /J 8.4 APLIKASI SATELIT ALTIMETRI 164
4.2 ELEMEN KEPLERIAN DARI ORBIT SATELIT 75
4.3 SISTEM KOORDINAT ORBITAL 78 BAB 9 SISTEM SATELIT NAVIGASI.. 777
4.4 JENIS-JENIS ORBIT SATELIT 81
9.1 SEGMEN SATELIT 772
4.4.1 Orbit Prograde dan Retrograde 81
9.1.1 Satelit Blok I 173
4.4.2 Orbit Polar 81
9.1.2 Satelit Blok II dan IIA 773
4.4.3 Orbit Geostationer 9. i.3 Satelit Blok IIR 776
82
4.4.4 Orbit Sun-Synchronous 83 9.1.4 Satelit Blok IIF...... .. l7B
4.5 JEJAK SATELIT..... 9.1.5 KonfigurasiOrbit.......... 778
85 9.2 SEGMEN SISTEM KONTROL 180
4.6 PERTURBASI PERGERAKAN SATELIT....................... 87 9.3 SEGMEN PENGGUNA 183
4.6.1 Efek Ketidaksimetrisan Bumi ......... 89 9.3.1 Klasifikasi Receiver GPS ........... 183
4.6.2 Gaya Gravitasi Bulan dan Matahari.............. 90 9.3.2 Antena GPS ........... 190
4.6.3 Pasang Surut Bumi dan Laut 90 9.4 SISTEM WAKTU SATELIT DAN GPS I9I
4.6.4 Atmospheic Drag ........... 91 9.5 KEMAMPUAN GPS 792
4.6.5 Tekanan Radiasi Matahari 94 9.6 KONDISI PASAR GPS ........... 193
4.6.6 Gaya-gaya Perturbasi Lainnya 95 9.7 GLONASS, SATELIT NAVIGASI RUSIA 194
4.7 PENENTUAN ORBIT 96
DAFTAR PUSTAKA .................. 199
BAB 5 PROPAGASI SINYAL.... 99 Lampiran I TRANSFORMASI l){,Y,Zl KE (q,l",h) 2O9
5.1 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 99 I. 1 Metode Iterasi Sederhana 2lO
5.2 ATMOSFER BUMI DAN KARAKTERISTIKNYA t02 1.2 Metode Paul .,........ 2ll
5.3 PROPAGASI GELOMBANG ............... 105 I.3 Metode Bowring.....
' 5.3.1 Medium Dispersif 212
5.3.2 Kecepatan Fase dan Kecepatan Group
105 1.4 Metode O2one.............\..... .. 212
5.3.3 Interaksi Energi
106 I.5 Metode Borkowski 213
t07 1.6 Metode Lin & Wang 214
5.4 PROPAGASI SINYAL DALAM IONOSFER 109 L7 Perbandingan Antarmetode........... 2I5
5.4.1 Efek Ionosfer pada Jarak Ukuran 109
5.4.2 Variasi Efek Ionosfer ................ 11
Lampiran II TRANSFORMASI 3D ANTARSISTEM (X,Y,Z! 217
5.5 PROPAGASI SINYAL DALAM TROPOSFER ............... 16
5.6 MODEL KOREI(SI TROPOSFER................ L7
5.6.1 Model Hopfield 18
5.6.2 Model Saastamoinen .............. 19
5.6.3 Model Black......... r20
5.6.4 Fungsi-fungsi Pemetaan r2t
BAB 6 SISTEM SLR DAN LLR............ r25
6.1 PRINSIP KERJA SISTEM SLR..........., t26
6.2 SISTEM-SISTEM SLR 129
viii lx
Bab 1
PENDAHULUAN
L.2 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEODESI SATELIT Gambar 1.1 Aspek-aspek Geodesi Satelit
Sejak peluncuran satelit buatan manusia yang pertama ke luar Perlu juga dicatat bahwa berdasarkan pendekatan dalam meng-
angkasa, yaitu satelit SPUTNIK- 1 pada 4 Oktober l9S7 lSeeber, gunakan satelit dikenal kategorisasi geodesi satelit geometrikdan
1983j, geodesi satelit telah berkembang menjadi suatu sub-disiplin geodesi satelit dinamik. Pada pendekatan geodesi satelit geome-
ilmu Geodesi yang mandiri dan kuat. trik, satelit dianggap sebagai targ et, titik kontrol, atau wahana p eng -
Geodesi Sqtelit dapat didefinisikan sebagai sub-bidang ilmu ukur, danpada pendekatan geodesi satelit dinamik, satelit dianggap
geodesi yang menggunakan bantr_ran satelit (alam ataupun buatan sebagai sensor atauproberdari medan gaya berat. Pendekatan ge-
manusia) untuk menyelesaikan problem-problem geodesi. Menu- odesi satelit geometrik banyak berperan dalam penentuan posisi
rut Seeber (1983) Geodesi Satelit meliputi teknik-teknik pengamat- serta variasi spasial dan temporalnya; sedangkan pendekatan ge-
an dan perhitungan yang digunakan untuk mdmecahkan problem- odesi satelit dinarpik berperan dalam penentuan medan gaya berat
problem geodesi dengan menggunakan pengukuran-pengukuran serta variasi spasial dan temporalnya.
yang teliti ke, dari, dan antarct satelit buatan yang umumnya dekat Pada edisi kali ini, pembahasan dalam buku ini akan lebih me-
dengan permukaan bumi. Geodesi satelit memiliki banyak aspek nekankan pada pendekatan geodesi satelit geometrik.
keilmuan, yang sebagian besarnya ditunjukkan secara ilustratif
pada Gambar 1. 1 berikut. 1.3 PERKEMBANGAN GEODESI SATELIT
Secara umum permasalahan mendasar yang ingin diselesaikan Perkembangan bidang geodesi satelit dapat dikatakan mulai le-
oleh disiplin Geodesi Satelit adalah [Seeber, 1983]: bih semarak dengan diluncurkannya satelit-satelit buatan manu-
. penentuan posisi 3D yang teliti secara global, regional, maupun sia ke luar angkasa. Satelit buatan manusia yang pertama dilun-
lokal, curkan untuk mengorbit Br,rmi adalah SPUTNIK 1, yang diluncur-
. penentuan medan gaya berat bumi dan fungsi-fungsi linearnya kan pada tanggal 4 oktober 1957 oleh uni Soviet, dan bertahan
(seperti geoid yang teliti) dalam skala global, regional, maupun hidup sampai awal 1958. SPUTNIK 2, diluncurkan pada tanggal 3
lokal, dan November 1957, dan membawa mahluk hidup pertama ke iuar ang-
. pengukuran dan pemodelan dari fenomena geodinamika, kasa, yaitrt seekor anjing bernama Laika. Setelah itu pada tanggal
seperti pergerakan kutub, rotasi bumi, dan deformasi kerak 31 Januari 1958, Amerika Serikat meluncurkan satelitnya yang
bumi. pertama yaitu trXPLORER 1, yang menemukan sabuk radiasi van
Pada saat ini, sistem-sistem pengamatan yang berbasiskan sa- Rtten di sekitar Bumi fMites, 19741. Dari kacamata geodesi, kontri-
telit sudah banyak dimanfaatkan untuk menyelesaikan perma- busi yang signifikan dari sistem satelit dimulai dengan satelit vAN-
salahan geodesi tersebut, dengan kecenderungan aplikasi yang se- GUARD 1 yang diluncurkan oleh Amerika Serikat pada Maret 1958
fsmith, 19971. Perlu dicatat di sini bahwa satelit geodetik yang
makin intensif dan berkembang dari waktu ke waktu. sc-
t".r".ry. adalah satelit ANNA-18, yang diluncurkan pada tahrttr
Geodesi Satelit I \'tr r lr rl rr tlrr, ttr
1962 oleh Amerika Serikat. Satelit ini dilengkapi dengan kamera 1964 peluncuran satelit pertama yang dilengkirlri rlerrgrrrr
geodetik, pengukur jarak elektronik, serta Doppler. Proyek satelit reflektor laser, yaitu satelit BEACON-Explorer lt,
ANNA ini punya kontribusi ilmiah yang besar dalam pengembang- t964 sistem satelit navigasi TRANSIT dinyatakan
an sistem SLR (Satellite Laser Rangingl selanjutnya. operasional untuk militer,
Sampai dengan 19 Januari 2000, jumlah satelit buatan manu- 1967 sistem satelit navigasi TRANSIT dinyatakan
sia yang telah diluncurkan mengorbit Bumi adalah 5159 satelit, operasional untuk pihak sipil,
dimana 2647 rnaslh aktif pada waktu tersebut [A]VA,2000]. 1969 Misi Apollo 11 menempatkan suatu kelompok
reflektor di permukaan Bulan.
Kalau kita menyimak perkembangan geodesi satelit sampai saat
ini, secara umum perkembangannya dapat dikategorikan dalam Periode l97O - 198O: Periode ini adalah periode pelaksanaan
periode-periode berikut ini [Seeber, 1983], yaitu: dari proyek-proyek ilmiah geodesi satelit. Pada periode ini teknik-
teknik pengamatan baru dikembangkan atau dipercanggih, seperti
. Periode 1958 - L97O: Periode ini dapat dianggap sebagai periode SLR, LLR (Lunar Laser Ranging) dan Satelit Altimetri. Metode
pembangunan metode-metode dasar untuk pengamatan satelit, satelit altimetri mulai berkembang sejak diluncurkannya satelit-
dan untuk perhitungan dan analisa orbit satelit. Yang perlu satelit yang membawa radar altimeter, yaitu Skylab (1973) dan
dicatat dalam periode ini adalah pembangunan dan pemanfaatan GEOS-3 (1975). Disamping itu, periode ini juga ditandai dengan
metode fotografi satelit, penentuan koefisien harmonik utama dari maraknya penggunaan sistem satelit TRANSIT untuk survai
geopotensial, serta publikasi dari model-model bumi pertama, geodetik, serta penyempurnaan model-model Bumi.
yaitu SAO-SE (Standard Earth Models of the Smithsonian Dalam konteks geodesi satelit, beberapa kejadian yang patut
Astrophgsical Obseruatory) I sampai SAO-SE III dan GEM (God- dicatat dalam periode ini adalah lKramer, 1996; Salomonson &
dard Earth Modelsl. Walter, 1995]:
Periode ini juga ditandai dengan peluncuran satelit pertama 1970 publikasi peta gaya berat global Bumi berorder 16
yang membawa reflektor laser di tahun 1964, sehingga memulai serta hubungannya dengan tektonik lempeng,
era sistem SLR. Disamping itu sejak 1965, sistem VLBI juga mulai t972 publikasi dari GEM (GoddardEarthModeQ yang ber-
menjadi salah satu teknik standar yang digunakan untuk aplikasi ketelitian sampai derajat dan order 12,
geodetik. Sistem satelit navigasi TRANSIT (Doppler) dinyatakan 1972 peluncuran satelit inderaja yang pertama LANDSAT-1,
operasional pada tahun 1964; dan pada tahun 1969 dengan t973 peluncuran satelit altimetri Slrylab,
ditempatkannya suatu kelompok reflektor di permukaan Bulan t975 peluncuran satelit laser ranging STARLETTE,
oleh misi Apollo 11, era metode LLR juga dimulai. 1975 peluncuran satelit altimetri GEOS-3,
Beberapa kejadian penting dalam konteks perkembangan r976 penentuan geoid laut dari analisa data satelit
geodesi sdtelit pada periode ini adalah [Seeber, 1993; Salomonson altimetri,
& Walter, 1995]: t976 peluncuran satelit laser ranging LAGEOS-1,
1958 peluncurarr satelit EXPLORER-1 dan Vanguard-I, t978 peluncuran satelit navigasi GPS yang pertama.
1958 parameter penggepengan Bumi ditentukan dari
penjejakan satelit dengan metode satelit fotografi Periode 1980 - 1993: Periode ini adalah masa dari aplikasi
(penggepengan, f = l/298.3), teknik-teknik satelit dalam bidang geodesi, geodinamika, dan
1959: pembuktian bahwa Bumi berbentuk "pear-shape" dari surveying. Disamping itu metode satelit GPS untuk survai dan
pemetaan juga mulai banyak dimanfaatkan ketimbang metode-
analisa orbit satelit Vanguard yang drjejak dengan metode
metode terestris.
satelit fotografi,
Beberapa kejadianyang patut dicatat dalam periode ini adalah
1960 peluncuran satelit TRANSIT- 1E},
1960 peluncuran satelit ECHO- 1, fKramer, 1996]:
1982 : peluncuran satelit navigasi GLONASS yang pertama.
1962 peluncuran satelit ANNA- 1 B, 1986 : peluncuran satelit inderaja SPOT-1,
1962 koneksi Prancis dengan Aljazair secara geodetik, 1991 : peluncuran satelit inderaja ERS-1,
1964 koneksi antara beberapa datum geodetik yang penting 1992 : peluncuran satelit altimetri TOPEX/POSEIDON,
dengan tingkat ketelitian sekitar 50 m, 1992 : peluncuran satelit inderaja JERS- 1.
(t Geoclesi SateLit. Pettrlultttltttttt
kan. Dalam kasus ini hanya metode survai GPS yang dapat ber-
kompetisi dengan metode-metode terestris.
Sate/it SLR
E
o
E
I*
G
r30
!
}!
=
T Bintang
6 Satelit Dopplet
E
I
:20
6
6
=
s IRA'VS.T
(Doppler)
I
E
c10
6
VLB1
=o)
o
:a Astronomi
Fotografi Geodesi
saferl
I
Jarak antartitik (km)
Aplikasi dalam bidang Geodesi Global, antara lain adalah: namun secr?lra khusus buku ir-ri dapat dipandang sebagai lrtll<tt rr;irt
. penentuan parameter-parameter orientasi Bumi, bagi mahasiswa tingkat sarjana maupun paska sarjana pa<lir lrt
. penentuan model dari Bumi, termasuk dimensi dari ellipsoid rusan Teknik Geodesi.'Untuk mencapai obyektif tersebut maka btrl<tr
referensinya, ini distrukturkan sedemikian rupa, seperti yang dijelaskan pada
. penentuan model medan gaya berat Bumi, termasuk geoid Tabel1.2.
globalnya,
. studi-studi geodinamika, Tabel 1.2 Struktur Buku
. pengadaan kerangka referensi global, dan Bab dan Judul Obyektif dari Bab
. unifikasi datum-datum geodesi (termasuk datum regional, datum
nasional, dan datum lokal). Bab 1 PENDAHULUAN Menjelaskan ruang lingkup dan
perkembangan geodesi satelit secara
Aplikasi untuk Studi Geodinamika, antara lain adalah: umum
. pengadaan jaringan pemantaw (monitoring network) untuk
mempelaj ari pergerakan lempen g l,ptate / cnt stal motions) ataupun Bab 2 SISTEM KOORDINAT Menjelaskan sistem-sistem koordinat
yang umum digunakan dalam bidang
sistem sesar (fault sYstem\,
geodesi satelit.
. penentuan parameter-parameter pergerakan kutub (polar motion)
dan rotasi burni (earth rotation), dan Bab 3 SISTEM WAKTU Menjelaskan sistem-sistem waktu yang
. penentuan parameter-parameter dari pasang surut bumi (solid umum digunakan dalam bidang geodesi
earth tides). satelit, yaitu sistem-sistem bintang,
matahari, dan atom.
Aplikasi untuk keperluan Kontrol Geodetik antara lain adalah:
. pengadaan kerangka dasar titik-titik kontrol (nasional maupun Bab 4 SISTEM ORBIT Menjelaskan sistem orbit satelit serta
karakteristik pergerakan satelit dalam
lokal), orbitnya.
. pembangunan jaringan titik kontrol 3-D yang homogen,
. analisa dan peningkatan kualitas dari kerangka titik kontrol Bab 5 PROPAGASI SINYAL Menjelaskan karakteristik propagasi
terestris Yang ada, sinyal dari satelit ke Bumi serta medium
. pengkoneksian kerangka geodetik antarpulau, dan propagasinya.
. densifikasi dan ekstensifikasi dari jaringan titik kontrol. Bab 6 SLR DAN LLR Menjelaskan sistem SLR dan LLR secara
Aplikasi dalam bidang Navigasi dan Geodesi Kelqutan, antara lain umum.
adalah: Bab 7 VLBI Menjelaskan sistem VLBI secara umum.
. navigasi dan penjejakan (tracking\, balk untuk wahana darat, Bab 8 SATELIT ALTIMETR] Menjelaskan sistem Satelit Altimetri
laut, udara, maupun angkasa, secara umum.
. penentuan posisi untuk keperluan surval pemetaan laut
iniarografi, oseanografi, geologi kelautan, geofisika kelautan, Bab 9 SATELIT NAVIGASI Menjelaskan sistem satelit navigasi,
eksplorasi, eksPloitasi, dll), terutama GPS, secara umum.
. pergkoreksian antarstasiun pasut (unifikasi datum tinggi),
. penentuan SST (Sea Surface Topographyl, dan
. penentuan pola arus dan gelombang.
L.7 OBYEKTIF DAN STRUKTUR BUKU
Buku ini dimaksudkan untuk menjelaskan secara umum prin-
sip, konsep, dan aspek-aspek dari disiplin ilmu Geodesi Satelit de-
.rg"r, p.ndekatan penyajian yang bersifat tidak terlalu teoretis.
Meskipun buku ini dapat dimanfaatkan secara umum oleh mereka
yang ingin mengetahui dan mempelajari bidang geodesi satelit,
Bab 2
SISTEM KOORDINAT
l5
Stslcrtr Kootrltttttl It
16 Geodesi Satelit
900 __ -r 9oo
Barat Timur
Ellipsoid
GRS- 1 96 7
ion
Gambar 2.1 Penampang ekuatorial dari Bumi (geoid global)'
diadaptasi dari
(isao). pada ini perbedaan dengan ellipsoid
ianicek & Krakiuskg Gambar
diPerbesar sekitar 10 000 kali;
a adalah sumbu Pqnjang elliPsoid'
I soo
I Utara
Gambar 2.3 Geoid global dari EGM96 (Earth Geoid Model 1996);
courtesy of Kosasih Prijatna. O",rr1%3fi3,1an dari Bumi diperbesar sekitar
\\i Konveksi
Atmosfhr
}l\iBrf"
,l Ekua tor
o
"y
AnSm,
Gempa
t
Plume Air per-
mukaan
Bumi
Gambar 2.6 Fenomena Presesi dan Nutasi, d,ari fTorge, l98Ol.
Arus
Laut Gerakan presesi dari sumbu rotasi Bumi disebabkan oleh gaya
Gaya tarik
gravitasi benda-benda langit pada tonjolan ekuator Bumi, terutama
Matahari
& Bulan Matahari dan Bulan. Karena dalam pergerakannya mengelilingi
Matahari bidang ekuator Bumi membentuk sudut sebesar 23,50
terhadap bidang ekliptika (bidang edar Bumi mengelilingi Mata-
Gambar 2.5 Gaya-gaya yang mempengaruhi rotasi Bumi; diadaptasi dari
lDickeg, 19951.
hari), maka gerakan presesi ini mempunyai amplitudo sudut sebe-
22 Geodesi Satelit Si.slcrn Koorrlrlill :, I
sar 23,50. Presesi mempunyai periode yang relatif sangat panjang, Selama periode nodal Bulan, yaitu sekitar 18,6 tahun, nulrrnr
yaitu sekitar 25800 tahun. Akibat adanya presesi, titik semi (uer- menyebabkan pergeseran periodik dari titik semi sebesrrr
nal equinoxl yang merupakan titik potong antara bidang ekuator lMontenbntck & Gilt, 20001 :
dan bidang ekliptika bergerak sepanjang ekliptika dengan laju se-
kitar 50,4" per tahun. Ay x =l7,2OO".sin(O*) (2.21
Komponen pergerakan sumbu rotasi Bumi yang bersifat perio-
dik, yaitu nutasi, mempunyai beberapa periode, mulai dari 4 hari, serta perubahan dari kemiringan bidang ekliptika terhadap ekuator
setengah bulan, satu bulan, setengah tahun, satu tahun, sampai Bumi sebesar:
18,6 tahun [F.Gg 1998; Dickeg, 1995]. Periode utam{ dari nutasi
adalah 18,6 tahun, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6, Ae N +9,203".cos(O_) (2.3)
dengan amplitudo sudut sekitar 9,2". Fenomena Nutasi ini pertama
kali ditemukan oleh James Bradley dari data pengamatan bintang dimana O- adalah bujur' dari titik naik Bulan.
selama 2O tahun yang dilakukannya pada periode 1727 sampai
Perlu ditekankan bahwa komponen pergerakan sumbu rotasi
1747 lSmith,19971.
Bumi dalam rt.ang ini, yaitu presesi dan nutasi, dapat diformulasi-
Terjadinya nutasi dapat dijelaskan secara singkat sebagai beri- kan secara matematis. Formulasi matematis untuk presesi dan
kut. Dalam pergerakannya mengelilingi Bumi, bidang orbit Bulan nutasi bisa dilihat di Montenbruck & Gill (2000). Gambar 2.8 me-
membentuk sudut sebesar 5011' terhadap bidang ekliptika (bidang nunjukkan presesi dan nutasi hasil hitungan serta hasil pengamat-
orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari), seperti yang ditunjukkan an. Gambar ini menunjukkan bahwa gerakan nutasi yang sebe-
pada Gambar 2.7. Perpotongan antara bidang orbit Bulan dengan narnya juga mempunyai komponen-komponen periodik lainnya,
bidang ekliptika dinamakan garis nodal. Karena gaya tarik Mata- yang periode dan amplitudonya relatif lebih kecil. Menurut Dickeg
hari mempengaruhi orbit Bulan, garis nodal ini berputar dalam (1995), komponen-komponen yang lebih kecil ini merupakan efek
ruang inersia dengan periode sekitar 18,6 tahun. Adanya inklinasi dari adanya deformasi dan dinamika dari Bumi, mulai dari inti
orbit Bulan dan perputaran garis nodal ini akan menyebabkan ter- sampai dengan atmosfer Bumi.
jadinya variasi gaya tarik antara Bumi dan Bulan, dan juga dengan
Matahari, yang bersifat periodik. Variasi ini selanjutnya mempe-
ngaruhi gerakan total dari sumbu rotasi Bumi dalam ruang, dan 9.8"
menyebabkan gerakan periodik tambahan yang dinamakan nutasi.
9.4"
9.O"
8.6"
8.2"
Orbit Bulan
-1.8" -1.4" -1.O" -0.6" -O.2 0.2
seperti halnya presesi dan nutasi, parameter pergerakan kutub tidak Pengamatan pergerakan kutub sudah dimulai sejak tahur-r lttt)o,
dapat dijelaskan secara teoretis (analitis), tapi harus ditentukan -yaitu dengan pengamatan lintang secara simultan menggunakatt
melalui observasi langsung. metode astronomi geodesi di empat lokasi pengamatan di Eropa,
Pergerakan kutub, seperti yang divisualisasikan pada Gambar yaitu Potsdam, Berlin, Prague, dan Strasbourg [FGS, 1998]. Gam-
2.9, pada dasarnya mempunyai tiga komponen utama yaitu [/ERS, bar 2.10 dan 2.11 berikut menunjukkan dekomposisi dari kompo-
20001: nen koordinat kutub x dan y, sejak tahun 1890, ke dalam kompo-
. Osilasi bebas yang punya periode sekitar 435 hari (umum nen-komponen sekular, tahunan (musiman), dan Chandler.
dinamakan periode Chandler). Gaya penyebab dari osilasi ini +O.4"
belum diketahui secara jelas. Diperkirakan osilasi ini merupakan
respon dari elastisitas (non-igidity) dari Bumi terhadap dinamika
atmosfer, redistribusi air tanah, dan juga mungkin gempa-gempa
Bumi lDickey,1995l.
. Osilasi tahunan yang disebabkan terutama oleh adanya ncKutu llrerl0l
perpindahan massa air (air laut dan air tanah) dan udara yang
bersifat musiman (seasonall.
. Komponen sekular yang berupa pergeseran (dift) dari kutub
menengah ke arah meridian 800 Bujur Barat, seperti yang ", | rurllnrmuillililiililmrnu-*^,.-*rMlru
ditunjukkan pada Gambar 2.9. Variasi sekular ini mempunyai
amplitudo sekitar 0,002" - 0,003" per tahun, dan diperkirakan
penyebabnya terkait dengan pergerakan tektonik.
;f ilUumUfrl,uurrrrnl,
Pergerakan kutub juga mempunyai variasi harian (diurnal) dan l,i t fi,p6',--l^"',---^^-^
setengah-harian (semi diurnat) dengan amplitudo fraksi dari mas
(milidetik dari busur), dan variasi ini disebabkan oleh pasang su- 1900 1920 1940 1960 1980
rut laut.
Gambar 2.1O Variasi temporai komponen-x dari koordinat kutub UERS,2O00l.
Gerakan Kutub
1995 - 1998
-o.2
Maret .oo'I
1998 r.
t
+o.4 t
t
Kutub
IERS t
-o..'I
+0.2'
I
L
+O.2 t
LJ .o.2" I
F1
o +O-1'r
L
-nfL
+o.1"r 11.,,, , Residu
Pergeseran (drlfi) o
I{utub Menengah :,: r
7900 - 1994
1900 t920 t940 1960 1980 2000
yo sebagai berikut :
2"=
Xo: ?*+ b.t+ c*.cos(2nt/P*+ 0*) + c"*.cos(2nt/P*+ 0"*) (2.4\ *-*-^r'^91H1-'*J-\: 6'
o
1t)i
yo = &, + br.t + c"r.sin(2nt/P", + 0^r) + c"r.sin(2nt/P"y + 0.y) (2'51
o
dengan total 16 parameter yang harus ditentukan, yaitu a", b*, c*,
nl/xflwtly}-
P*, 0*, c*, P"*, 0"*, ar, by, c.y, Pur, 0"r, c.r, {r, dan $""' Pada persamaan
diatas, P" dan r" mewhkili peiiode tahunan dan periode Chandler,
dengan fase masing-masing diwakili oleh Q. dan Q.. Keempat
parameter ini dibedakan untuk komponen-komponen x dan y dari 1965 t970 1975 1980 1985
pergerakan kutub. Sedangkan komponen sekuler diwakili oleh suku-
suku linear b,,t dan br.t. Gambar 2.13 Fluktuasi LOD dalam periode i963-1988;
d,ari lDickeg,l995l.
Akhirnya perlu dicatat bahwa dalam konteks pendefinisian sis-
tem koordinat, posisi rata-rata dari kutub sesaat selama periode
1900 sampai 19O5 dinamakan CIO (Conuentiornl International Oi-
28 Geodesi SateLit Il
Penyebab fluktuasi kecepatan rotasi Bumi , yang selanjutnya tclah clitentukan clari data-data pengamatan bintang secal'it opl tl.
menyebabkan adanya fluktuasi pada LOD seperti yang ditunjuk- sejak tahun 1955. Sedangkan konstanta presesi ditentukan bt:t <lrr
kan pada Gambar 2.13 di atas, secara umum dapat diklasifikasi- sarkan analisa pergerakan bintang (stellar proper motionl. Sebelutrr
kan sebagai: ditemukannya jam atom modern pada tahun 1955, catatan-catat-
. Gaya luar yang bekerja pada Bumi : yaitu berupa gaya gravitasi an zamar, dahulu kala tentang waktu gerhana Bulan dan Matahari
dari Matahari dan Bulan yang bekerja pada Bumi yang relatif serta okultasi bintang-bintang oleh Bulan, dijadikan dasar untuk
bukan benda simetris homogen. mempelajari deret waktu (time senes) historis dari UT1 dan LOD.
. Adanya perubahan-perubahan momen inersia dari Bumi, yang Teknik-teknik klasik tersebut mulai tergantikan oleh teknik -
disebabkan adanya deformasi yang sifatnya peiodik (pasang teknik geodesi satelit pada era l97O-an dan 1980-an. Teknik ge-
surut, bumi maupun laut) maupun deformasi yang sifatnya non- odesi satelit ini berbasiskan pada pengukuran waktu tempuh dan
perio dik, termasuk adanya redistribu si massa. fase gelombang elektromagnetik serta turunannya. Dibandingkan
Gaya gravitasi bulan (dan juga matahari) bekerja pada tonjolan ukuran sudut yang dilakukan oleh metode-metode klasik, data-
Bumi di sekitar ekuator akan menyebabkan kecepatan rotasi Bumi data ukuran gelombang elektromagnetik ini relatif lebih teliti dan
berkurang dan akibatnya LOD memanjang. Dalam hal ini LOD lebih kurang sensitif terhadap kesalahan sistematik. Teknik-teknik
memanjang sekitar 1-3 ms per abad' Disamping itu adanya geodesi satelit yang umum digunakan untuk penentuan parameter
pengembangan orbit Bulan dengan kecepatan sekitar 3,7 cm per orientasi Bumi adalah VLBI, SLR, LLR dan GPS.
tahun juga akan mempengaruhi distribusi gaya tariknya terhadap
Bumi, dan akibatnya akan mempengaruhi kecepatan rotasi Bupi
2.4 SISTEM KOORDINAT
dan tentunya juga LOD. Dalam bidang geodesi dan geomatika, posisi suatu titik biasa-
Fluktuasi LOD karena perubahan momen inersia Bumi dapat nya dinyatakan dengan koordinat (dua dimensi atau tiga dimensi)
disebabkan adanya deformasi periodik dan nonperiodik dari Bumi. yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koor-
. Deformasi periodik adalah dalam bentuk pasang surut laut dinat itu sendiri didefinisikan dengan menspesifikasi tiga parameter
maupun Bumi (bodg tidel, yang disebabkan oleh adanya gaya berikut, yaitu:
tarik Bulan, Matahari, dan Planet-Planet. . lokasi titik asal (titik nol) dari sistem koordinat,
. Sedangkan deformasi nonperiodik umuinnya berasosiasi dengan . orientasi dari sumbu-sumbu koordinat, dan
tekanan-tekanan permukaan yang disebabkan oleh pergerakan . besaran (kartesian, curuilinear) yang digunakan untuk
fluida dalam inti bumi dan pergerakan dalam hidrosfer/atmosfer; mendefinisikan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut.
serta redistribusi massa yang disebabkan oleh gempa bumi, Setiap parameter dari sistem koordinat tersebut dapat dispesifi-
pencairan es, konveksi mantel, pergerakan lempeng, d11. kasikan lebih lanjut, dan bergantung pada spesifikasi parameter
2.3.5 Pengamatan Parameter Orientasi Bumi yang digunakan maka dikenal beberapa jenis sistem koordinat.
Secara umum, sistem-sistem koordinat dapat dikategorikan dalam
Parameter-parameter orientasi Bumi yang digunakan saat ini tiga kelompok besar, yaitu:
pada dasarnya ditentukan dengan teknik-teknik yang dapat dika- . sistem koordinat terestrial,
tegorikan sebagai lDickeg, 19951: . sistem koordinat selestial, dan
. teknik klasik (seperti astrometri optik dan okultasi Bulan), dan . sistem koordinat orbital.
. teknik-teknik geodesi satelit (seperti VLBI, SLR, dan GPS). Penjelasan yang lebih mendetail tentang sistem-sistem koordi-
Teknik astrometri optik didasarkan pada pengamatan posisi nat tersebut dapat dilihat di lKrakiutskg & Wells, 197ll. Contoh
angular dari bintang. Teknik ini, dengan menggunakan jaringan dari suatu penspesifikasian parameter sistem koordinat ditunjuk-
stasiun pengamat dengan geometri yang baik akan dapat menen- kan pada Gambar 2.14.
tukan semua komponen dari rotasi Bumi. Pergerakan kutub seca- Dalam penentuan posisi suatu titik di permukaan bumi, titik nol
ra rutin diamati dengan teknik ini sejak tahun 1900. Dari tahun dari sistem koordinat yang digunakan dapat berlokasi di titik pusat
19OO sampai 1980, ILS (International Latitude Seruice) melakukan massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu
pengamatan pergerakan kutub menggunakan jaringan lima sta- titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik). Kedua sis-
siun yang terletak pada lintang yang sama. Parameter nutasi juga tem koordinat diilustrasikan pada Gambar 2.15 dan 2.16 berikut.
30 Geodesi Satelit .Srslclrr Koorrlt,rlll ,t I
Besaran Koordinat .@
\t
. Jarak ) Kartesian (X,Y,Z|
. Sudut dan Jarak ) Geodetik ($,i",h) Koordinat Kaftesian
\ :
Timur (E)
Sistem koordinat geosentrik banyak digunakan oleh metode-
metode penentuan posisi ekstra-terestris yang menggunakan sate-
lit dan benda-benda langit lainnya, baik untuk menentukan posisi
titik-titik di permukaan Bumi maupun posisi satelit. Sedangkan
sistem koordinat toposentrik banyak digunakan oleh metode-me- Gambar 2.16 Posisi titik dalam sistem koordinat toposentrik.
tode penentuan posisi terestris.'"
Dilihat dari besaran koordinaf yang digunakan, posisi suatu ti-
ti(dalam sistem koordinat ada yang dinyatakan dengan besaran-
besaran jarak seperti sistem koordinat kartesian (lihat Gambar 2.15
dan 2.16), dan ada yang dengan besaran-besaran sudut danjarak
seperti pada sistem koordinat ellipsoid atau geodetik, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.15 sebelumnya.
Koordinat Kartesian
(xA'YA'zA)
2.5 SISTEM KOORDINAT DALAM GEODESI SATELIT
Pada dasarnya ada tiga sistem referensi koordinat yang banyak
digunakan dalam bidang Geodesi Satelit yaitu sistem-sistem
Koordinat Geodetik :
. CIS (Conuentional Inertial Sgstem),
(<Pa,Ia,ha)
. CTS (Conuentional Terrestial Sgstem), dan
. sisfem Ellipsoid.
Sistem CIS umumnya digunakan untuk mendefinisikan posisi
dan pergerakan satelit, sedangkan sistem-siitem CTS dan Ellip-
soid untuk mendefinisikan posisi dan pergerakan titik di permuka-
an Bumi.
Sistem CIS, karena sifatnya yang geosentrik dan terikat langit,
Gambar 2. 15 Posisi titik dalam sistem koordinat geosentrik (kartesian dan kadangkala dinamakan sistem E CS F (Earth- Center ed Sp ace- Fixe d) ;
geodetik).
dan sistem CTS, karena sifatnya yang geosentrik dan terikat la-
ngit, sering juga dinamakan sistem ECEF (Earth-Centered Earth-
Dilihat dari orientasi sumbunVa, ada sistem koordinat yang Fixed). Sedangkan sistem referensi Ellipsoid kadang juga dinama-
sumbu-sumbunya ikut berotasi dengan bumi (terikat bumi) dan kan sistem geodetik. Ketiga sistem ini akan dijelaskan secara sing-
ada yang tidak (terikat langit). Sistem koordinat yang terikat bumi kat berikut ini. Penjelasan yang lebih mendetail tentang sistem CIS
32 Geodesi SateLit tt
dan CTS dapat dilihat di lMoitz and Mueller, 19871, dan tentang . [Jintang-bintang, seperti yang diberikitrr olclr l<rrIrrl,,,. IrrrrIirrrt,
sistem referensi Ellipsoid di lTorge, 19801. FK5. Dalam hal ini CIS d .rat direalisrrsrl<irrr (l(.nl.,rrr
pengamatan bintang, dan CIS yarrg bersangktrtirrr rIrIrrrrrirkirrr
2.S.LSistem Koordinat Referensi CIS stellar-CIS.
. Planet maupun satelit artifisial bumi. Dalam hal ini CIS <lapirl
cIS (conuentionrtl Inertial sg stem), sistem koordinat referensi yang
teikatlangit, dalam geodesi satelit digunakan untuk pendeskripsi- direalisasikan dengan metode pengamatan astrometri, LLR,
an posisi dan pergerakan satelit. sistem koordinat ini tidak berota-
SLR, Doppler, GPS, Glonass, dan CIS yang bersangkutan
si dengan Bumi, tetapi ikut berevolusi bersama Bumi mengelilingi dinamakan dgnamical-ClS.
Matahari. Sistem referensi koordinat ini diilustrasikan pada Gam- Gambar 2.18 berikut menunjukkan beberapa mekanisme reali-
bar 2.17, d.an mempunyai karakteristik dasar sebagai berikut: sasi CIS sebagai fungsi dari target, teknik, dan stasiun bumi yang
. Titik Nol sistem koordinat adalah pusat Bumi (earth-centred) digunakan.
dan sumbu-sumbu sistem koordinatnya terikat ke langit
(space-fixed).
. Sumbu-X mengarah ke titik setc,:.i (uernal equinoxl pada epok TARGI,]T TEKNII( S'I'ASITIN BT]NII
standar J2OO0.0 dan terletak pada bidang ekuator Bumi.
. Sumbu-Z rnengarah ke CEP pada epok standar J2OOO.O. CEP
(ConuentionalEphemeis Polel adalah posisi bebas di langit dari
sumbu rotasi Bumi.
. Sumbu-Y tegak lurus sumbu-sumbu X dan Z, dar. membentuk
sistem koordinat tangan kanan (right-handed sgsteml.
Surnbu-Z
CEP J2OOO.O
Bidang Dkliptika
Sumbu-Y
saat ini adalah : WGS (World Geodetic Sgstem) 1984 dan ITItl" lhr
ternational Terrestrial Reference Frame).
Sumbu-Z
Meridian
Sumbu-Y
x
Gambar 2.19 Sistem CIS (Asensio rekta, Deklinasi)
Bidang Ekuator Bumi
tunjukkan pada Gambar 2.15 sebelumnya. Kedua koordinat ini 2.5.4 Hubungan antara CIS dan CTS
dapat.saling ditransformasikan satu dengan lainnya, dengan meng- Sistem-sistem koordinat CTS dan CIS dapat ditransformasikan
gunakan formulasi matematis berikut fSeeber, 1993]: antarsesamanya dengan menggunakan besaran-besaran presesi,
nutasi, gerakan kutub dan rotasi bumi. Hubungan antara kedua
sistem koordinat tersebut dapat diilustrasikan secara geometris
seperti pada Gambar 2.22 berikut.
z k-L
Lf
meidian
Greenwich
bidang
Rotasi Bumi
Pada rumus di atas, R* dan e adalah jari-jari kelengkungan ver- Gambar 2.22 tlubungan antara CIS dan CTS
tikal dan eksentrisitas ellipsoid referensi, yang keduanya dapat di-
hitung sebagai berikut: Seandainya koordinat suatu titik dalam kedua sistem dinyatakan
sebagai:
, a2 -b2 X",, : ()(t,Yrzt) (2.e)
,v-l (2.81
a' X"r. = (),Y.r,Zr) (2.10)
Transformasi koordinat dari sistem CIS ke CTS ini dapat diilus- Kalau koordinat suatu titik dalam sistem CTS dan sistem Ellilr
trasikan. tahapan-tahapan seperti yang ditunjukkan pada Gambar soid dinyatakan sebagai:
2.23 berikut.
X... = (4, YT' ZTI (2.12l.
4, = (X,, Yr, Zrl (2.13)
CEP pada epok sebenarnya
dan koordinat titik nol sistem Ellipsoid dalam sistem CTS, yang
merupakan kompqnen translasi antara kedua sistem, dinyatakan
2
sebagai;
W r-;\-ffi xo (2.r4l,
|
*"rgurr:h ke titik semi !-\tnot""r Bumil)+l iendian Greenwich ffi
{xo,Yo, zol
@ @
dan mendefinisikan sudut-sudut rotasi mengelilingi sumbu-
(e*, ev, e,)
sumbu (X,Y,Zl yang diperlukan untuk mengimpitkan arah-arah
sumbu X, Y, dan Z dari sistem Ellipsoid dalam ruang dengan arah
sumbu-sumbu sistem CTS, maka koordinat dari kedua sistem dapat
dihubungkan dengan menggunakan hubungan matematis berikut:
Gambar 2.23 Step Transformasi dari CIS ke CTS.
X.r. = Xo r s. R,(e*).RrGJ.Ra(e,).X",, (2.1s)
2.5.5 Hubungan antara CTS dan Sistem Ellipsoid
Hubungan antara sistem koordinat CTS dan sistem Ellipsoid dimana s adalah faktor skala, dan R adalah matriks rotasi yang
secara umum ditunjukkan pada Gambar 2.24. Dalarn hal ini titik dapat diformulasikan sebagai berikut lKrakiwskg & Wells, l97ll:
nol kedua sistem dapat berbeda, seperti halnyajuga orientasi dari
sumbu-sumbu koordinatnya. Karena dalam sistem Ellipsoid, koor-
[r o ol [co.o
0 -sin0
dinat suatu titik dipengaruhi oleh ukurari dan bentuk dari ellip- R,(0)=10 cos0 sin0 10
soid, maka perbedaan skala antara kedua sistem mungkin saja l,R,(0)=l 0
0 0l
Za
4z I "o.0 [
R.(0)=l-sin0 cos0ol
sin (2.16)
- ----(_ 0 rl
L0
I
,-
Per1ir dicatat bahwa untuk sudut-sudut rotasi (t*, er, t,) yang
kecil, maka persamaan (2.15) dapat dituliskan dalam bentuk akhir-
nya sebagai berikut:
YT
YE
':
til [i]."[,: i] til (2.17l.
langit, dan diturunkan dari sekitar 1,6 juta pengamatan dari jaring- . kelc,s lainnga (other sources) yang terdiri dari 102 kuasar -yitttg
an observatori di seluruh dunia dalam periode 1979-1995. Koordi- diidentilikasikan mempunyai variasi posisi yang relatif besar, baik
nat dari quasar ini diberikan dalam sistem ekuatorial asensiorekta sistematik maupun random. Kuasar ini dimasukkan dalam
yaitu dengan komponen koordinat asensiorekta dan deklinasi. kerangka ICRF untuk merapatkan jaringan atau mereka
berkontribusi dalam pengikatan ke kerangka optis.
Sebaran dari 608 kuasar yang membangun ICRF diiilustrasikan
utu
pada Gambar 2.28. Dari Gambar ini terlihat bahwa distribusi dan
kepadatan kuasar cukup merata untuk semua belahan langit.
-20
mas
8h
ICRS
FK5 r
20 mas
-"--E---
.o.i
oh
Gambar 2.26 Posisi relatif dari kutub sistem ICRS UER$ 20001
Gambar 2.28 Kerang_l;?::J.T.1terdiri atas 608 kuasar
Kutub IRP IERS Reference Pole) dan meridian nol IRM //ERS Akhirnya perlu ditekankan bahwa koordinat titik dalam suitltt
Reference Meridian) mempunyai tingkat konsistensi dengan kerangka IT{F tertentu juga dapat dihubungkan dengan koordinat
arah-arah BIH pada level sekitar 0,005'. dalam kerangka ITRF lainnya atau kerangka koordinat lainnya se-
Kutub CTP dari BIH didekatkan ke CIO pada tahun 1967, dan perti wGST 2- dan wGS 84. Seandainya hubungan transformasi an -
sejak itu dijaga tingkat kestabilannya secara independen iara kedua kerangka koordinat (xt,Y rzt\ dan (\,Y,Zr) diformula-
sampai 1987. sikan sebagai:
. Tingkat presisi ikatan antara IRP dan CIO adalah sekitar 0,03"
-t3 + e,l [x,
Sistem ITRS direali sasikan den gan ko or dinat dan ke cep atan dari f.4
sejumlah titik yang tersebar di seluruh permukaan Bumi, dengan +S -e, I I Y,
Bada n
menggunakan metode-metode pengamatan VLBL, LLR, GPS, SLR, ly,);;.].[:i; *tr ."]Lr, Pt,rprn5i
dan DORIS. Kerangka realisasinya dinamakan IIRF (International
Terrestial Reference Framel. Kerangka ini juga terikat dengan ke-
maka parameter-parameter transformasi antara beberapa kerangka
rangka ICRF melalui pengamatan VLBL
IIRF mempunyai nilai seperti yang diberikan pada Tabel 2'3'
Pada saat ini kerangka ITRF terdiri dari sekitar 3OO titik di per-
mukaan Bumi, yang mempunyai koordinat dengan ketelitian sbki- Tabel 2.3. Pararneter transformasi antara kerangka referensi ITRF
tar 1-3 cm serta kecepatan dengan ketelitian sekitar 2-8 mrr,lta- dan beberapa kerangka lainnya, dari lMontenbruck & Gill,2000].
hun. Titik-titik ITRF ini terdapat pada semua lempeng tektonik uta-
ma serta hampir semua lempeng-lempeng yang kecil. Lokasi dan Dari Ke xo Yo zo S tr Ez ta
distribusi dari titik-titik ITRF ini ditunjukkan pada Gambar 2.29, (cm) (cm) (cm) (10') (0,001') (o,o01") (0,001
berikut batas dari lempeng-lempeng tektonik yang utama. ITRF9O WGS72 + 6,0 -51,7 -472,3 - 231 + i8,3 - 0,3 + 547
ITRF9O WGS84 + 6,0 -5L,7 - 22,3 - 11 + 18,3 - 0,3 - 7,O
Karena penentuan posisi dengan GPS diberikan dalam datum maka nilai dari parameter-parameter trasformasinya adalah sebir
WGS 84, dan secara praktis kadang kala pengguna perlu menyata- gai berikut:
kan koordinatnya dalam datum lainnya, maka parameter transfor-
masi antara datum WGS 84 dan clatum-datumlokal umumnya akan xo = - 1,977 t 1,300 m
sangat bermanfaat. Hubungan antara datum WGS 84 dengan be- YU = -13,060 * 1,139 m
berapa datum yang pernah digunakan di Inclonesia ditunjukkan zo = -9,993 + 3,584 m
pada Tabel 2.6 berikut. ds = -1,037 0,177 ppm
+
Tabel 2.6 Parameter Transformasi dari Datum Lokal ke WGS 84 o = - 0,364" + 0,109"
IDMA, 19etl. G
v
= -0,254" \ 0,060"
= -0,689" t o,042"
Datum Ellipsoid Referensi dan
Lokal Parameter Perbedaan
Nama (ml Afx loa Akhirnya perlu dicatat bahwa secara nasional penggunaan da-
^c tum ID 74 telah resmi digantikan dengan datum yang baru, yaitu
Batavia/G.Genuk Bessel 1841 7 39,845 0, 1 0037483
(Sumatra)
Datum Geodesi Nasianal 1995 IDGN 9.5]. Karena DGN 95 adalah
datum geosentrik serta menggunakan ellipsoid referensi yang sama
Bukit Rimpah Bessel 1841 739,845 o, 1 0037483 seperti yang digunakan oleh WGS 84, maka masalah transformasi
(Bangka, Belitung) koordinat antara DGN 95 dan WGS 84 relatif tidak ada.
Gunung Segara Bessel 184l 739,845 0, I 0037483
(Kalimantan)
Datum Indonesia LiKS t 9b / aa - 0,001I4930
t974 (rD 741
Datum Parameter Transformasi
Lokal Ax (m) A)r (ml LZ lrnl
Batavia/G.Genuk - J/ / _L.) 681+3 -50+3
(Sumatra)
Bukit Rimpah 384 664 -48
(Bangka, Belitung)
Liunung segara . Z+UJ 684 4t
(Kalimantan)
Datum Indonesia -24+25 l5+25 5+25
1974 (rD 74)
J.(.;)[-: i lt]l
lll ,. lr,,l =[]: ,:
L, 1.,, L, -i, , )lr)," ,
(2.2o1
Bab 3
SISTEM WAKTU
51
5'2 Geodesi Sateur S}.slem Wr.rAltr lr.l
2. Wakdt dlnamik,yang berdasarkan pada pergerakan benda- Sudut waktu dari titik semi sejati (yang masih dipengaruhi oleh
benda langit (celestial bodies) dalam sistem matahari. presesi dan nutasi) dinarnakan waktu bintang sejati (Apparent
3- waktu atom, yang berdasarkan pada osilasi elektromagnetik Sideral ftme, AST). Bila referensinya meridian Greenwich maka dina-
yang dikontrol atau dihasilkan oleh transisi kuantum dari makan GAST (Greenwich Apparent Sideral Timel, dan bila
suatu atom. referensinya meridian lokal dinamakan LAST (Local Apparent Siileral
secara lebih spesifik, klasifikasi dari beberapa sistem waktu di Time). Sudut waktu dari titik semi menengah (masih dipengaruhi
atas diberikan pada Tabel 3.1 berikut. oleh presesi) dinamakan waktu bintang menengah (Mean Sideral
?ime, MST). Bila referensinya meridian Greenwich maka dinama-
Tabel 3.1 Klasifikasi Sistem Waktu (S.W.); kan GMST (Greenuich Mean Sideral Timel, dan bila referensinya
dari [US/VO,2OOO; Montenbruck & Gitt,2000] meridian lokal dinamakan LMST (Local Mean Sideral Timel. Perbe-
daan antara waktu bintang sejati dan waktu bintang menengah
Proses Jenis Kategori dinamakan Eqtation of Eqtinoxes (EE). Secara geometris, waktu-
Periodik waktu bintang tersebut diilustrasikan pada Gambar 3.3 berikut.
Rotasi Bumi - Universal Time (UT) - S.W. Matahari
- Greenwich Sidereal Time (GST) - S.W. Bintane
Revolusi Bumi Ephemeris Time (ET) - S.W. Dinamik
Terrestrial Dynamic Time (TDT) - S.W. Dinamik
Barycentric Dynamic Time (TDB) - S.W. Dinamik
Geocentric Coordinate Time (TCG) - S.W. Dinamik
Barycentric Coordinate Time (TCB) - S.W. Dinamik GAST GDIST
Osilasi Atom International Atomic Time (IAT) S.W. Atom
UT Coordinated (UTC) S.W. Atom Meridian Meridian
GPS Time S.W. Atom
Akhirnya perlu juga dicatat bahwa umumnya ada dua aspek
dari waktu, yaitu epok (kala) dan interval. Epok mendefinisikan Titik semi
sejati
secara presisi waktu kejadian suatu fenomena atau pengamatan,
dan interval adalah selang waktu antara dua epok. (Mean-Apparent) Sidereal Times = Equation of Equinoxes (EE)
3.1 SISTEM WAKTU BINTANG Gambar 3.3 Beberapa jenis waktu bintang
_ waktu bintang (sidereal time) adarah sistem waktu yang unit Dari Gambar 3.3 di atas, dua hubungan berikut dapat ditulis-
durasinya adalah periode rotasi Bumi terhadap suatu iitit y"rrg
(hampir) tetap terhadap bintang. Secara kuaniitatif, epok waktu kan, yaitu:
bintang adalah sudut-waktu (hour angle) dari titik semi (iernat equi-
nox/, seperti yang pada Gambar 3.2 berikut. GMST - LMST = GAST - LAST = 1" (3.1)
GMST - GAST = LMST - LAST = Av . cos(EE) (3.21
dimana l" adalah bujur dari meridian lokal dan Ary adalah nutasi
dalam komponen bujur.
Akhirnya perlu dicatat bahwa satu hari bintang adalah interval
waktu antara dua kulminasi atas yang berurutan dari titik semi
menengah di meridian tertentu. Jam nol (00:00) suatu hari bin-
Titik semi
tang adalah pada saat titik semi (mehengah) berkulminasi atas.
Gambar 3.2 Waktu Bintang Karena-titik semi menengah masih dipengaruhi oleh presesi, maka
.!ir:;lllrrWrrAlrr lrlr
54 Geodesi Satelit
satu hari bintang akan lebih pendek sekitar 0,0084 s dari periode Ililir rr:lerensinya meridian Greenwich maka dinamakan GM'l'
bumi yang sebenarnya. Perlu dicatat bahwa waktu bintang sejati juga Uniuersal Time (UTl.
(L)reentuicLL Meqn Solar Time\ yang disebut
tidak digunakan sebagai ukuran interval waktu karena kecepa- lJila referensinya meridian lokal dinamakan LMT (Local Mean Solar
tannya yang tidak uniform, yang disebabkan oleh bervariasinya Timel. Dalam kasus matahari sejati, bila referensinya meridian
kecepatan rotasi bumi dan juga arah dan orientasi dari sumbu ro- Greenwich maka waktu mataharinya dinamakan GAT (Greenwich
tasi bumi itu sendiri. Apparent Solar Time). Bila referensinya meridian lokal dinamakan
LAT (Local Apparent Solar Time). Secara geometris, waktu-waktu
3.2 SISTEM WAKTU MATAHARI matahari tersebut diilustrasikan pada Gambar 3.5 berikut.
Waktu matahari (solar or uniuersaltime) berkaitan dengan rotasi
bumi dan juga revolusi bumi sekeliling matahari. Secara kuantitatif,
epok waktu matahari adalah sudut waktu (hour angle) dari mata-
hari, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.4 berikut.
Matahari Lokat
komponen variasi sekular nampak cukup dominan dalam bebera- ttrlu dicatat bahwa UTl adalah representasi dari rotasi burni
pa abad ini. Grafik ini secara tak langsungjuga menunjukkan bahwa yal1g sebenarnya dan punya peran penting karena beberapa hal
kecepatan Bumi cenderung melambat, atau panjang hari (LOD) yaitu:
bertambah dengan waktu. Sedangkan Gambar 3.7 menunjukkan . UT1 adalah skala waktu fundamental dalam astronomi geodesi
contoh variasi periodik nilai UT1 yang relatif cepat, dengan periode dan geodesi satelit.
hanya beberapa hari. . UT1 mendefinisikan orientasi sebenarnya dari CTS dalam
ruang.
BO . UTl adalah sistem waktu dasar untuk navigasi.
60 Dalam proses penentuan nilai UT1 dan UT2, pada saat ini ada
variasi sekular sekitar So-an stasiun pengamat di dunia yang menentukan LMST
(Local Mean Sidereal Time) nya. LMST ini kemudian ditransforma-
40
variasi periodik sikan ke UTO, melalui LMT (Local Mean Solar Time) dengan hu-
n dan variasi fluktuatif bungan berikut:
=oi
O
/ LMT=(LMST-cr-) + 12h, (s.4)
Eo UTO:LMT*}", (3.5)
40
J4 20
P
o
o
tr
l4
-20
-40
Gambar 3.8 Penentuan UTO dari LMST
-60
t2 L4 t6 18 20 22 24 26
Setiap stasiun pengamat kemudian mengirimkan UTO-nya ke
Januari 1994 BIH di Paris. BIH kemudian mengaplikasikan koreksi-koreksi ge-
rakan kutub dan variasi musim ke seluruh UTO. Proses smoothing
Gambar 3.7 Contoh vanasi periodik UTI INASA, 2O0Ol kemudian diterapkan untuk menentukan harga tunggal UT1 dan
UT2 yang bersifat internasional. Dalam penentuan UT1 dan UT2
( irtrlr'st Srtlt'lrl ,'jr:;1r'rrMtAltt lr()
perlu dicatat bahwa koreksi gerakan kutub berbeda untuk setiap .lDTnrengacukepusatmassaBumi(geocenter\,TDBadalahsistettr
stasiun pengamat; sedangkan koreksi musim sama untuk setiap waktu inJrsia (berdasarkan Hukum Newton) dan umum diguna-
stasiun. Pada saat ini ketelitian tipikal dari hasil estimasi UT1 ada- kan dalam pendefinisian ephemeris dari sistem matahari serta na-
lah sekitar 0,02 ms. vigasiwahanaangkasa.TDTadalahsistemwaktukuasi-inersia
3.2.2 Hubungan Sistem Waktu Bintang dan Matahari pJngganti Ephemeris Time; dan umum digunakan dalam
p.ngl.rt.grasian persamaan diferensial dari pergerakan satelit da-
Hubungan antara kedua sistem waktu, bintang dan matahari, lam mengorbit bumi'
adalah didasarkan pada hubungan matematis berikut: Dalam kerangka teori relativitas umum (general relatiuitgl
jalJo
yang bergerak bersama Bumi akan mengalami variasi pe-riodik aki-
MST:MT+cr,tl -l2h (3.6) tat p..gt.akannya dalam medan gravitasi matahari' Dalam ke-
.r..rgiu.Ini wakt* tidak lagi menjadi kuantitas yang absolut' mela-
dimana MST adalah Mean Sidereal Time, MT adalah Mean Solar inkan kuantitas yang berubah dengan lokasi dan kecepatan' De-
Time, dan cr,, adalah asensio rekta dari matahari menengah yang ngan kata lain, setiap jam akan menunjukkan waktu sebenarnya
dapat diformulasikan sebagai [Kaplan, 1981]: nya-r"1r,g-*u'sing bergantung pada lokasi dan kece-
t[rop., time)'dan
iata.r-ryu", kesemrr.t y" terhubungkan melalui transformasi
o* = 18h41*50.54841" + 8640184.812866".7 iuang-waktu empat dimensi lMontenbruck & Gill,20O0l'
+ 0,093104".T2 - 6,2'.10 6.T3 (3.7) Untukmengakomodasiad.anyaefekrelativitasinimakapada
tahun lgg 2, tiV ltnternational A stronomical Union) mendefinisikan
sistem-sistem waktu baru, yailu Terrestriat Time ITT), Geocentnc
dimana T adalah waktu sejak epok standar J2000, 1 Januari, 12h
CoordinateTime(TCG\,d'anBarycenticCoordinateTime(TCB).TT
UT1, dihitung dalam abad Julian dimana satu tahunnya adalah dimaksudkan untuk menggantikan TDT' Secara konseptual' TT
365,25 hari. Dari formulasi di atas dapat diturunkan hubungan adalah skala waktu uniform yang akan diukur oleh suatu
jam yang
antara hari bintang dan hari matahari sebagai berikut:
idealdipermukaangeoid,|Montenbtuck&GiL\,2000].Secaraprak-
t hari bintang menengah = t hari matahari menengah tis, TT iirealisasik.i d..rg., waktu atom internasional (TAl). TT
- 3- 55,909. (3.8) dinyatakan dalam hari, dimana satu harinya sama dengan 86400
aetit< st (satuan Internasional). Sedangkan TCG adalah koordinat
3.3 SISTEM WAKTU DINAMIK waktu relativistik dari kerangka geosentrik 4-dimensi' dan TCB
Sistem waktu dinamik diturunkan berdasarkan pergerakan Bumi,
adalah koordinat waktu relativistik dari kerangka barisentrik 4-
Bulan dan planet-planet dalam sistem matahari. Sistem waktu di- dimensi.
namik ini didefinisikan pertama kali dengan sistem Ephemeis Time Hubungan antara beberapa sistem waktu dinamik tersebut telah
(ET) pada tahun 196O, karena adanya ketidakcermatan dalam skala terdefinisikan secara matematis. waktu-waktu TT, TDT dan ET ter-
waktu UT yang disebabkan oleh adanya ketidakteraturan dan vari- kait dengan waktu atom TAI sebagai berikut'
asi pada rotasi Bumi. trT adalah skala waktu astronomis yang dida- ET: TAI + 32.184" (s.e)
T'l = TDT =
sarkan pada pergerakan Bumi mengelilingi Matahari UV/ST, 2OOOI.
Secara praktis ET ditentukan dengan membandingkan posisi hasil SedangkanwaktuTCGterkaitdenganwaktuTTdenganhubungan:
pengamatan dari Matahari, planet-planet dan Bulan, dengan data
TCG : TT + L..(JD - 2443144,5) . 86400' (3' 10)
tabulasi hasil prediksi berdasarkan teori-teori analitis atau empiris
dari pergerakan benda-benda langit.
Sekitar tahun 1976, dua jenis sistem rvaktu dinamik baru dide- dimana JD adalah tanggal Julian (Julian Date) yang akan diba-
finisikan, yarlw lHoffmqnn-Wellenhof et al., 1997|. TDB (Barycentic has pad.a sub-bab 3.5 berikutnya; dan Lo adalah konstanta yang
Dgnamic Time) dan TDT (Terrestrial Dynamic Time). Sistem waktu ditentukan berdasarkan bilangan geopotensial di permukaan geoid
TDB diturunkan dari pergerakan planet-planet serta bulan yang (Wo) sebagai berikut;
mengacu ke barycenfer (pusat massa) dari sistem matahari dan Lo = Wo/c2 (3.11)
(tO ( icr;r,lc.si Srllr:lrt iir:;ltrrt Wtthltt (rl
dimana c adalah kecepatan cahaya dalam ruang hampa. Dengan: bidium dan Hydrogen Maser, juga dapat digunakan tutlrrli
rnerealisasikan sistem waktu atom.
Wo = 62636856,85 rnrls, (3.12) Waktu Atom Internasional (International Atomic Time, TAll dt-
maka: tetapkan dan dijaga oleh BIPM di Paris. Meskipun secara resmi
diberlakukan sejak Januari 1972, TAI sudah tersedia sejak Juli
Lc = 6,9692903. 10 10
(3.13) 1955 [It[Sf, 2000]. Sampai Nov. 1999 TAI ditentukan berdasarkan
data dari sekitar 50 laboratorium yang mengoperasikan sekitar 200
Waktu TCB terkait dengan waktu TCG melalui hubungan beri- jam (osilator) atom di seluruh dunia. TAI ditentukan dengan meng-
kut lMontenbruck & GiIl,20O0l: ambil nilai rata-rata (dengan pembobotan) dari pembacaan selu-
TCB : TCG + LC.(JD - 2443144,5). 86400'+ p ruh jam yang terlibat.
(3.14)
Pada prinsipnya ada beberapa jenis jam (osilator) atom, seperti
dimana: yang ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut. Contoh suatu jam atom
L.-1.4808268457. 108. Cesium yang digunakan oleh USNO (United Sfafes Naual Obserua-
(3. is) toryl, yaitw model HP5071A, ditunjukkan pada Gambar 3.9 beri-
dan P adalah komponen periodik yang dapat dirumuskan seba_ kut.
gai:
Tabel 3.2 Karakteristik dari beberapa jenis jam (osilator) atom;
P = + 0,0016568..sin(3S99g,3To.T+ 357,50)
dari lLeick. 199fl
+ 0,0000224..sin(32964,S0.T + 24601
+ 0,0000 13B..sin(71 998,70.T + 3350) Tipe Frekuensi Stabilitas Waktu untuk
+ 0,0000048".sin(3034,90.T + 250) Osilator Osilasi (Hz) per hari {dfl{ kehilangan
1 detik (tahun)
+ 0,0000047".sin(34777 ,3o.7 + 2300) (3.16) Kristal Quartz 5 000 000 (tipikal) 0.E-09 30
Rubidium 6 834 682 673 o.E-t2 30 ribu
dan Cesium 9 192 631 770 0.E- 13 300 ribu
T= (JD _2451545,01136525 (3 17) Hydrogen Maser I 420 405 75I 0.E- 15 30 juta
Sedangkan waktu TCB dan TDB terkait satu sama lainnya me-
lalui hubungan matematis berikut:
TCB = TDB + Lu.(JD - 2443144,5) . 86400' (3.18)
dimana konstanta L" mempunyai nilai:
L, : L" * Lo = 1,5505197487. lo8 (s.1e)
3.4. 1 UTC ( Uniuersal Time Coordinatedl Tabel 3.3. Leap Second seiak 1972 lMontenbruck & Gill,2000l
UTC adalah skala waktu terkoordinasi yang dijaga oleh the Bu- Sejak UTC.TAI Sejak UTC.TAI
reau International des Poids et Mesures (BIPM), dan diadopsi sejak I Jan. 1972 10 detik I Juli 1983 22 detrk
tahun 1972. UTC didasarkan pada bacaan rata-rata dari sekitar 70 I Ju.b 1972 11 detik I Juli i9B5 23 detik
jam atom Cesium dan beberapa Hidrogen Maser dari seluruh du-
1 Jan. 1973 12 detik 1 Jan. 1988 24 detik
nia. Pada skala waktu ini detik yang digunakan adalah detik SI,
yaitu detik atom yang didefinisikan oleh frekuensi resonansi dari I Jan. 1974 13 detik 1 Jan. 1990 25 detik
atom Cesium. 1 Jan. 1975 14 detik 1 Jan. 1991 26 detik
UTC punya peran yang strategis karena ia adalah basis yang I Jan. 1976 15 detik 1 Juli 1992 27 detik
digunakan untuk desiminasi tanda waktu dan frekuensi standar 1 Jan. 7977 i 6 detik 1 Juli 1993 28 detik
saat ini di dunia. Jam UTC punya kecepatan yang sama dengan 1 Jan. 1978 17 detik 1 Juli 1994 29 detik
jam atom TAI, tetapi berbeda senilai bilangan integer detlk (leap L Jan. 1979 18 detik I Jan. 1996 30 detik
seconds). Dalam hal ini 'penunjukan'waktu UTC dibuat selalu de- 1 Jan. 1980 19 detik I Juli 1997 31 detik
kat dengan penunjukan waktu astronomis UT1, yaitu dalam batas l Juli 1981 20 detik I Jan. 1999 32 detik
interval 0,9s. Seandainya perbedaan keduanya melebihi 0.9s, maka
leap second akan ditambahkan atau dikurangkan ke UTC, bergan- 1 Juli 1982 21 detik
tung pada kecepatan rotasi Bumi (sampai saat ini semua leap sec-
ond adalah bilangan positif). Sejak tahun 1972, perbedaan antara
International Atomic Time (TAI) dan UTC adalah bilangan integer 3.4.2 Hubungan Sistem Waktu Atom dengan Sistem Waktu
dari detik, dimana sejak Januari 1999 nilainya adalah 32, seperti Lainnya
ditunjukkan pada Gambar 3.10. Sebelum tahun 1972, UTC diubah Pada prinsipnya sistem waktu atom secara kuantitatif terhubung
dalam step-step yang lebih kecil, dan juga kecepatannya diubah- dengan sistem-sistem waktu lainnya. Sebagai contoh, dengan Waktu
ubah. Perlu dicatat di sini bahwa penambahan leap second tidak Dinamik, Waktu Atom terikat melalui hubungan:
dilakukan dalam periode yang teratur, seperti yang ditunjukkan (3.20)
pada Tabel 3.3. TAI = TDT - 32,184" (offset konstan)
dimana TDT adalah Terrestial Time Dgnamic.
35 Dengan Waktu Bintang ataupun Waktu Matahari, Waktu Atom
berhubungan melalui UTl, yaitu dengan formulasi berikut:
30
TAI=UTC+1.00".n (3.21)
'.= luTl-uTCl<0,90" (3.22l,
'25
g0.)
dimana UTC adalah [Jniuersal Time Coordinated, dan n adalah leap
o20
F second yang merupakan bilangan integer yang ditetapkan oleh IERS.
Sebagai contoh pada Juni 1996, n=30. Kalau lUTl - UTC | > 0,9"
il15 maka 1 detik tambahan \leap secon@ akan ditambahkan ke waktu
,' to
UTC. Perlu dicatat di sini bahwa perbedaan waktu pendekatan antara
UT1 dan UTC, yang dinyatakan dalam satuan 0,1 detik yang terdekat,
dinamakan juga DUTl.
Tahun (Januari) Dengan waktu GPS, yaitu sistem waktu yang digunakan oleh
sistem satelit navigasi GPS (G/obalPositioning Sgstem), Waktu Atom
terhubung melalui formulasi berikut:
Berdasarkan persamaan (3.21) dan (3'23) di atas, makl hubung- 3.5 PENANGGALAN JULIAN IJULIAN DATEI
an antara UTC dan waktu GPS juga dapat diformulasikan' yaitu Dalam bidang Geodesi Satelit, sistem Penang g alan Julian (Julian
sebagai berikut: Date, JD) juga banyak digunakan. Sistem waktu dengan unit hari
Waktu GPS = UTC + 1.00" . n - 19.000" (3.24l, ini, dihitung mulai 1 Januari 4713 SM. Suatu hari Julian dimulai
jam 12:00 UT (tengah hari).
Dari hubungan-hubungan juga terlihat bahwa UTC dan waktu Untuk menghemat digit dan menempatkan awal hari di tengah
GPS pada prinsipnya adalah sistem-sistem waktu atom' Hubung- malam sebagaimana sistem waktu sipil, diperkenalkan sistem
u.., sistem waktu atom dengan sistem-sistem waktu lainnya penanggalan yang merupakan modifikasi dari penanggalan Julian,
di atas ditunjukkan pada Gambar 3' 11 dan 3' 12 berikut'
^r,.t^.u.
yang dinamakan Modified JulianDate(MJD). MJD diturunkan dari
JD dengan formulasi berikut:
UTC GPS TAI TT
MJD:JD-2400000,5 (3.2s)
+ Lalu st (tetap)
I ,#l 32 s (Jan. leee) Perlu dicatat di sini bahwa salah satu keunggulan dari sistem
- -t1Er1sa4.o)
I i JD ini adalah suatu epok (tahun, bulan, tanggal, jam, menit,detik)
Laju dapat direpresentasikan hanya dengan satu bilangan. Ini sangat
i.------l efektif untuk perhitungan-perhitungan yang menggunakan prograrn
,, (lan. leee)
" komputer. Dalam hal ini sebagai contoh:
I i . 6 Januari 1980 jam 00:00 UT (epok standar GPS)
Variatif,
tapi umumnya JD -- 2444244,5
relatif lambat . ->
1 Januari 2000 jam 12:00 UT (epok standar, e.g CIS)
UT1
<- lag JD = 2451545,0
->
waktu
Gambar 3.11 Hubungan antara sistem waktu atom dengan sistem
lainnya lLangleY, L9991 3.5.1 Transformasi Waktu Sipil ke Wahtu Julian
Waktu dalam penanggalan sipil dapat ditransformasikan ke
Waktu Julian dengan menggunakan algoritma tertentu. Seandai-
nya dalam waktu Sipil, tahun dinyatakan dengan bilangan bulat y,
bulan dinyatakan dengan bilangan bulat M. hari dinyatakan de-
ngan bilangan bulat D, dan jam dinyatakan dengan bilangan pe-
cahan UT, maka waktu tersebut dalam penanggalan Julian dihi-
tung dengan menggunakan formulasi berikut, yang menurut
920 [Hoffmann-Wellenhof et al., 1992] berlaku untuk epok antara Maret
o 19OO sampai Februari 2lOO:
d10
JD = INT [365,25 y] + INT [30,6001 (m+1)] +
-10
D + UT 124 + 1720981,5 {3.26]'
-20
Pada rumus di atas:
-30 INT(.) = bilangan bulat dari bilangan pecahan (.)
y=Y- l danm:M+ 12, bilaM <2,dan (3.27l,
-40
1950 1960 lg70 1980 1990 2000 2010 2020 y=Y danm=M, bilaM>2
Tahun Dalam hal pemanfaatan sistem satelit navigasi GPS, maka minggu
waktu GPS yang umum dinyatakan dengan parameter WEEK dapat
Gambar 3.12 Hubungan antara sistem waktu atom dengan sistem
dinamik; d'ari lseidelmann & Fukushima, 19921 dihitung dari waktu Julian JD dengan formulasi berikut:
( r{r (ieodesi Sctelit
Penentuan
Posisi Absolut
67
(rti Geodesi Satelit .Si.slt',t ( )rlrrl ( r( l
seperti kuasar. Untuk itu, seperti yang sudah dijelaskan di atas. l<irrr kedua titik ini dan juga melalui pusat Bumi dinamakan line ol
diperlukan informasi tentang posisi dari obyek-obyek tersebut dari apsides.
waktu ke waktu. Dalam konteks satelit, posisinya biasanya dipre-
sentasikan dalam bentuk informasi orbit. Penentuan orbit suatu
Safe/if
satelit menuntut adanya pemahaman terhadap karakteristik per-
gerakan dari satelit yang bersangkutan. -lY------- -.\
4.L PERGERAKAN SATELIT MENGELILINGI BUMI /
line of apsides
Pergerakan satelit mengelilingi Bumi dapat dijelaskan secara Apogee Perigee
umum menggunakan hukum-hukum Kepler. Johannes Kepler (157 1
- 1630) memformulasikan tiga hukumnya tentang pergerakan pla-
net dalam mengelilingi matahari secara empiris dari data-data peng-
amatan yang dikumpulkan oleh Tycho Brahe (1546 - 1601) seorang 9Pit tutrtit
astronom Denmark. Meskipun Kepler pertama kali mengeluarkan
hukum-hukumnya untuk menjelaskan pergerakan planet-planet,
hukum-hukum tersebut berlaku umum, juga untuk menggambar- Gambar 4.2 Orbit satelit mengelilingi Bumi
kan pergerakan satelit mengelilingi bumi. Perlu ditekankan di sini Ada beberapa implikasi praktis dari Hukum Kepler I dalam ka-
bahwa dalam perspektif sejarah hukum-hukum Kepler ini meru- sus satelit buatan yang mengelilingi Bumi, yaitu:
pakan terobosan besar dalam mendukung hipotesa heliosentris dari . Lintang dari tempat peluncuran satelit sama dengan lrrklinasi
Copernicus.
(sudut antara bidang orbit dengan bidang ekuator Bumi) mi-
Pergerakan satelit dalam mengelilingi bumi secara umum meng- nimum dari bidang orbit satelit.
ikuti Hukum Keppler (pergerakan Keplerian)yat g didasarkan pada . Untuk mendapatkan satelit orbit yang inklinasinya lebih
beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut ini : ' rendah dari lintang tempat peluncuran diperlukan orbit parkir
. Pergerakan satelit hanya dipengaruhi. oleh medan gaya berat (lihat Gambar 4.3\dengan tahap peluncuran kedua dilakukan
sentral bumi. di angkasa pada saat melintasi ekuator yang notabene
. Satelit bergerak dalam bidang orbit yang tetap dalam ruang. prosesnya kompleks dan mahal.
. Massa satelit tidak berarti dibandingkan massa bumi.
. Satelit bergerak dalam ruang hampa; dengan kata lain tidak
ada efek dari atmospheic drag.
. Tidak ada matahari, bulan, ataupun benda-benda langit
lainnya yang mempengaruhi pergerakan satelit; dengan kata
lain tidak ada pengaruh gaya berat dari benda-benda langit
tersebut, dan tidak ada efek dari solar radiatioru pressure.
4.1.L Hukum Kepler I
Hukum Kepler I yang dinyatakan pada tahun 1609 berbunyi:
"Orbit 9uafit planet adalah ellips dengan matahai berada pada sa-
lah satu fokusnga." Dalam konteks pergerakan satelit mengelilingi
Bumi. maka menurut hukum Kepler I, orbit satelit yang bersang-
kutan akan berbentuk ellips dengan pusat Bumi (geocenter) meru-
pakan salah satu titik fokusnya, seperti yang diilustrasikan pada
Gambar 4.2 berikut. Pada Gambar ini juga terlihat bahwa titik ter-
dekat antara satelit dengan permukaan Bumi dinamakan titlk peri'
gee, dan yang terjauh dinamakar apogee. Garis yang menghubung- Gambar 4.3 Proses penempatan sateiit pada orbit finalnya;umum dinamakan
Hoffmann Tralsfer lWells et al , 19861
'/ ll ( )aorl<:si Satelit .St..;lclrr ( )r/rrl '/t
4.L.2 Hukum Kepler II Secara matematis, berdasarkan hukum Newton, untuk satclit
yang mengelilingi Bumi, hukum Kepler III ini dapat diformulasikan
Hukum Kepler II yang dinyatakan pada tahun 1609 berbunyi:
"Gais dari matahai ke setiap planet menAapu luas gang sama da- sebagai:
lamwakhtAang sama." Secara geometris, penjelasan Hukum Kepler
II untuk satelit yang mengelilingi Bumi, ditunjukkan pada Gambar (Periode orbit)2
4.4 berikut. = konstan
[4.1]
(Sumbu panjang orbit)3
T' 4n'
(4.21
a' GM
sro
k
d
d Gambar 4.7 Dua orbit dengan sumbu panjang yang satna
od
o
li
periode = Tz
k - Periode = Tr
-)
d
')
i 10 100 1o0o
Periode (tahun)
10.
Geosynchronous 4.1.4 Hukum-hukum Newton
G
.E
Disamping hukum-hukum Kepler, hukum-hukum Newton juga
.e sangat bermanfaat dalam memahami pergerakan satelit dalam or-
a
:r-
10'
bitnya. Hukum-hukum Newton tersebut adalah:
oq) Hukum I : Tiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam
E
.e 102
' " atau gerak lurus teratur, kecuali bild dipaksa mengubah
s
o) keadaanituo1ehgaya-gayaluaryangbekerjapadanya_>
o-
Ref. : Weils ef.a/. (1986) Hukum Inersia.
. Hukum II : Laju perubahan momentum dari suatu obyek
101
12345 adalah sebanding dengan gaya yang diberikan dan dalam arah
yang sama dengan gaya tersebut, dapat diformulasikan sebagai
Suntbu paniang (dalant iai-iari Bumi)
berikut:
ate 1it m e n gerilin gi
ar 4 6 kti' s
F=m.a
G amb Bu
"to$: LX X:Tf#".,r,1.: J'i,: tI;5 ii "" " (4.3)
dimana F adalah vektor gaya yang bekerja pada benda, a
. Dua satelit dengan sumbu-sumbu panjang orbitnya tidak sama adalah vektor percepatan yang dialami benda, dan m adalah
panjang, akan irempunyai periode orbit yang tidak sama' tidak
massa benda yang bersangkutan.
bergantung pada parameter orbit lainnya, seperti yang
diilustrasikan Pada Gambar 4.8'
'/ ,1 ( icorlr:.st Salt,lil Srsllnr ( )r/rrl t,t
. Hukum III: Untuk setiap aksi selalu ada reaksi balik yang Sebagai catatan, nilai GM di atas ditentukan dari analisa <litlit
besarnya sama. pengamatan sistem SLR [Ries et al., 19891.
. Hukum Gravitasi Newton: Setiap partikel massa di alam
semesta akan menarik partikel massa lainnya dengan gaya 4.2 ELEMEN KEPLERIAN DARI ORBIT SATELIT
yang sebanding dengan perkalian massa partikel-partikel Ukuran, bentuk, dan orientasi orbit suatu satelit yang mengeli-
tersebut (m, dan mr), dan berbanding terbalik dengan kuadrat lingi Bumi, serta lokasi dari satelit dalam orbit tersebut biasanya
jarak antara keduanya (r), seperti yang diformulasikan berikut dikarakterisasi dengan enam (6) elemen yang umum dinamakan
ini: elemen Keplerian Elemen-elemen tersebut yang secara geometris
ditunjukkan pada Gambar 4.10 adalah:
p- 6 ffir'ffi2
t'
(4.41 O = asensio rekta dari titik nodal (ascending nodel.
: sudut geosentrik pada bidang ekuator antara arah ke titik
dimana G adalah konstanta gravitasi universal yang semi dan arah ke titik nodal.
mempunyai nilai [Montenbruck & Gill, 2000]: i = inklinasi orbit
G = (6,67259 I 0,00085) . 16-tt m3kg-1s-2. = sudut antarbidang orbit satelit dan bidang ekuator
cD = orgument of peigee
= sudut geosentrik padabidang orbit antara arah ke titik
Dalam konteks pergera- nodal dan arah ke perigee.
kan satelit mengelilingi a = sumbu panjang dari orbit satelit
Bumi, maka berda- e = eksentrisitas dari orbit satelit
sarkan hukum gravitasi f : anomali sejati = sudut geosentrik pada bidang orbit anta-
Newton, akan terjadi ra arah ke perigee dan arah ke satelit.
tarik menarik tidak
hanya antara satelit
dengan Bumi seperti
yang ditunjukkan pada
Gambar 4.9, tetapi juga
''r..... ,l.
antara satelit dengan ,.I
benda-benda langit
lainnya seperti Bulan
dan Matahari, serta
-ry l, .......t
GM
4= t (4.s)
r'o Titik nodol
(ascending node)
dimana M adalah massa Bumi, r adalah vektor posisi geosentrik
satelit, dan GM adalah koefisien gravitasi yang mempunyai nilai: Sumbu - X
GM = (398600,4405 t 0,001) km3 s-2
Ganbar 4.10 Illcnren l(eplerial dari orbit satelit
Sr.sl(',lr ()r/rrl '/'/
'/6 Oeotlt:siSotelil.
Kalau kita perhatikan geometri satelit dalam ruang yang diilus- (x,y) adalah
trasikan pada-Gambar +-lO berikut, maka terlihat bahwa masing- Sistem koordinat
punya peran masing-masing' yaitu
-."itrg.Lrrr"r, Keplerian di atas orbital
sebagai berikut:
.elemenOdanimendefinisikanorientasibidangorbitda|arn
ruang,
elemen ro mendefinisikan lokasi perigee dalam bidang orbit'
.
elemen a dan e mendefinisikan ukuran dan bentuk bidang
.
orbit, dan
. elemen f mendefinisikan posisi satelit dalam bidang orbit'
Dari enam (6) elemen orbit Keplerian di atas, lima (5) elemen
yaitu f2, i, o, a dt., ., nilainya diasumsikan konstan terhadap waktu' Pusat
ilu.ny" satu elemen yaitu f yang diasumsikan berubah dengan Bumi
Perigee
wakiu. perlu juga dicatat bahwa epok saat satelit melintasi perigee
kadang digunakan sebagai pengganti elemen anomali f' Gambar 4.11 Elemen Anoma]i
oleh sebab itu parameter orbit satelit yang sebenarnya tidak ha- sumbu-sumbunya (x dan y) terletak dalam bidang orbi 1. sumbu x
nya diberikan elemen-elemen Kepleriannya, tetapi juga elemen-ele- nya mengarah ke titik perigee, dan sumbu y nya teg\k lurus de-
men perturbasinya. contohnya adalah parameter orbit satelit na- ngan sumbu x, seperti yang ditunjukkan pada Gamb1. 4.13 beri-
vigasi GPS yang diberikan pada Tabel 4.2. dan secara geometris kut.
diilustrasikan pada Garnbar 4.12
(B r o adc ast Ephemeris/ GPS
Parameter Waktu
. to" Waktu referensi parameter ephemeris (dalam det)
. t.. Waktu referensi parameter jam (dalam det)
' .'0,^,,., Koefisien polinomial untuk koreksi kesalahan jam
satelit, dalam unit det, det/det, dan det/det2.
. IOD Issue of Data
Parameter Orbit Satelit (Keplerian)
. !a Akar dari sumbu panjang ellipsoid (ml1'z)
. e Eksentrisitas
. io Inklinasi pada waktu t". (dalam setengah lingkaran)
i
vemal 1-
. do Bujur dari titik naik (cscending node) pada waktu t". I equinox
398600,5 km3s-2 . Pada Gambar 4.14 terlihat bahwa pada orbit prograde, arah per-
Kecepatan satelit akan maksimum di titik perigee dan minimum gerakan satelit adalah searah dengan arah rotasi Bumi. Arah ro-
di titik .pog.". Berdasarkan persamaan (4.10) dan (4'12), kecepat- tasi Bumi sendiri kalau dilihat dari atas Kutub Utara adalah berla-
an di titik perigee (v,,",) dan di titik apogee (v^,,.) ini dapat diformula- wanan arah jarum jam. Pada orbit retrograde, arah pergerakan
sikan sebagai berikut: satelit tampak berlawanan dengan arah rotasi Bumi. Perlu dicatat
di sini bahwa orbit yang inklinasinya 00 atau 1800dinamakan or-
per
GM
a
f;1-"
V
(4.1s) bit ekuatorial, dan yang inklinasinya i = 900 dinamakan orbit
polar.
il
_t reM 1-e (4.14) 4.4.2 Orbit Polar
apo 1; 1+e Satelit berorbit polar mempunyai inklinasi 900. Satelit berorbit
polar sangat bermanfaat untuk mengamati permukaan bumi. Ka-
Sedangkan Periode orbit, Yaitu waktu yan6 diPerlukan oleh rena satelit mengorbit dalam arah Utara-Selatan dan bumi ber-
anomali menengah untuk berubah sebesar 3600, daPat dirumus- putar dalam arah Timur-Barat, maka satelit berorbit polar akhir-
kan sebagai: nya akan dapat 'menyapu'seluruh permukaan bumi, seperti yang
a ditunjukkan pada Gambar 4.15.
a- a' (4.1s)
T=t't=27 Karena alasan tersebut maka satelit pemantau lingkungan glo-
n GM
bal seperti satelit inderaja dan scrtelit cuaca, umumnya mem-
dimana n adalah mean motion. punyai orbit polar atau mendekati orbit polar, yaitu inklinasinya
sekitar 9Oo.
.Srslc,r ()r,rt ll:l
a2 Geodesi Satelit
Karena posisinya yang relatif diam di atas suatu wilayah per-
mukaan Bumi, orbit ini banyak digunakan oleh satelit komunika-
si. Disamping itu karena orbitnya yang relatif tinggi, rnaka foot-
pint dari satelit geostationer umumnya sangat luas. Oleh sebab
itu satelit berorbit geostationer ini juga banyak digunakan untuk
mempelajari fenomena berskala luas seperti hurricanedan cyclone.
Meskipun begitu, orbit geostationer juga punya beberapa kele-
mahan. Pertama, karena satelit terletak relatifjauh di atas permu-
kaan Bumi maka resolusi pengamatannya relatif rendah. Disam-
ping itu juga satelit berorbit geostationer umumnya tidak dapat
mencakup kawasan kutub (lihat Gambar 4.17), sehingga tidak da-
pat digunakan untuk memantau fenomena atau aktivitas yang ter-
jadi di sekitar kutub.
Garnbar 4. 15 Sateiit berorbit polar
:23
periode rotasi bumi dalam ruang inersia yaitu T jam 56 menit
I
Summer 1 03o
Summer
(Belahan Bumi Utara) (Belahan Bumi Utara)
/,:\ \ IO2LJ
fi,,!,fu, x,^taw z'.'frzf '--
-- (r*-T::, SIANG KU l"rrr"r)r,
1\l--fl'. ...z" ';",';;' 101()
\]:-., KU
r\n ,/ Rotasi Bumi
- r,/ ;-
t\t -
'., a
// \r ,
ff;: -,Irl1:._ .,flsorins z 10d
\.{vl./ \J r' r4i: '\\' 'U,. .-]
/'\j
\ /-< /n ' Fafi
.ffio.0, .2( .",\-*: \,\/ t!
;' z gg()
?,,/ \\-_t ,r".:\
\ t,
//z1Alt\ \\ winter ,/..'/ ggo
unLnu lsrnNc OSCAR
/f, I-fqr:i)
\s",,
Orbit satelit 971)
Orbit satelit tidak berpresesi
berpresesi
96(J
Gambar 4. 18 Orbit satelit yang berpresesi dan tidak berpresesr 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Persamaan (4.171di atas juga dapat ditulis dalam bentuk: ALTITUDE (km)
Gambar 4. 19 Contoh orbit sun-synchronous fDauidof, l99ol
f, r3.5 ^^'l
I. --
1 l{ r I a.l-e"\"
*"""'l[tj
arccosll-i I
Akhirnya perlu disebutkan bahwa orbit sun-sgnchronous umum
-g,gs I
I
(4'i8)
digunakan oleh sistem satelit inderaja (lihat Tabel 4.3) dan satelit.
Lr "' _l
cuaca.
Untuk orbit sun-synchronous maka kecepatan presesi orbitnya
adalah:
Tabel 4.3 Beberapa orbit satelit inderaja yang sun-synchronous
o = 36Oo/tahun = 0,986o/hari (4.te)
LANDSAT 1-3 LANDSAT 4-5 IKONOS
Tinggi orbit 92O km 7O5 km 681 km
Kalau persamaan (4.L9) disubstitusikan ke persamaan (4.18), maka
Inklinasi 99,1-99,2 deg 98,2 deg. 98,1 deg.
akan diperoleh persamaan berikut untuk orbit sun-synchronous:
i
Waktu mele- 8:50-9:30 a:m 9:45 a.m 1O:30 a.m.
i = ".""o.|--o,oee10.(1 "'f(#)'''l (4.2ol, i wati ekuator
@
Gambar a.2l Jejak satelit di permukaan Bumi [Seeber, 79931
Perlu juga dicatat bahwa karena adanya rotasi Bumi, jejak sate-
lit di permukaan Bumi bergerak ke arah Barat dengan waktu, se-
perti yang ditunjukkan pada Gambar 4.22-
3. Percepatan yang disebabkan oleh pasang surut bumi dan laut 4.6.1 Efek Ketidaksimetrisan Bumi
(r". dan r". )
Ketidaksimetrisan bentuk Bumi merupakan gaya perturbasi yang
4. Percepatan yang disebabkan oleh tarikan atmosfer (atmospheric paling dominan dan paling besar efeknya terhadap pergerakan sa-
drag), r"o
5. Percepatan yang disebabkan oleh tekanan radiasi matahari (solar telit berorbit rendah yang mengelilingi Bumi. Efek yang kadang
radiation pressure), baik yang langsung maupun yang dinamakan efek Jr-term ini akan menyebabkan orbit satelit
berpresesi (berputar) terhadap sumbu rotasi bumi, dan juga terta-
dipantulkan dulu oleh Bumi (albedo), r""" dan r,,^.
rik ke arah ekuator. Kedua efek ini diilustrasikan pada Gambar
Secara matematis, kalau seandainya pergerakan Keplerian dari 4.25.
satelit dipresentasikan dengan persamaan diferensial berikut: Dari Gambar 4.25 terlihat presesi orbit akan menyebabkan per-
gerakan titik nodal ke arah Barat untuk orbit prograde atau ke
r"=-(GM/r3) r (4.2rl'
arah Timur untuk orbit retrograde. Dalam hal ini akan terjadi per-
maka pergerakan satelit yang sebenarnya adalah: ubahan nilai asensio rekta (A) dari titik nodal dengan waktu. Di-
r,'=-(GM/r3) s*p. samping itu tertariknya orbit ke arah ekuator juga akan menye-
(4.22)
babkan terotasinya titik perigee dalam orbit. Dengan kata lain nilai
dimana p" adalah vektor perturbasi yang mempengaruhi pergerakan argument of peigee (o) akan berubah dengan waktu.
satelit, yang terdiri dari gaya-gaya perturbasi yang telah disebutkan
di atas, dan dapat diformulasikan sebagai:
P. = f"" .t r"" + t"
t" .rt f"o + r", + r"a" + r"^ (4.23)
^+
Besarnya efek dari gaya-gaya perturbasi di atas pada pergerakan
satelit yang mengelilingi Bumi, akan bergantung pada beberapa fak-
tor, dimana salah satunya yang utama adalah ketinggian orbit di
atas permukaan Bumi. Gambar 4.24 berik.ut memberikan contoh
efek dari beberapa gaya perturbasi sebagai fungsi dari tinggi orbit.
bidang orbit &
nodal bergerak
10 ke Barat (untuk
orbit prcgrade)
1
a- dan ke Tinlur
noalr tine (untuk orbit
10r retrograde)
o 10-2
E
10-3 Gambar 4.25 Efek ketidaksimetrisan Bumi terhadap orbit satelit
'6
(!
-o
L 10-{ Efek ketidaksimetrisan Bumi terhadap pergerakan titik nodal
tq) I
(dO/dt) dan rotasi titik perigee (dro/dt), sebagai fungsi dari inklinasi
10-5
-t6) dan tinggi orbit, ditunjukkan pada Gambar 4.26.
{
.!
10-6
TU Dari Gambar 4.26 terlihat bahwa semakin rendah tinggi orbit,
10-7
J
maka akan sebesar nilai dQ/dt dan do/dt; atau dengan kata lain
efek ketidaksimetrisan Bumi akan semakin besar, dan sebaliknya.
10-8
I Begitu juga semakin bidang orbit mendekati bidang ekuator, atau
10-s
I dengan kata lain semakin kecil inklinasi dari orbit, maka pergeser-
5.103 104 Tinggi Orbit (r), km 10r an titik nodal dan rotasi titik perigee juga akan semakin besar.
Gambar 4.24 Efek dari beberapa gaya perturbasilLand,ou & Hagmeier, 19g6l
Gambar 4.26 ini juga menunjukkan bahwa efek ketidaksimetrisan
Bumi pada rotasi titik perigee secara umum lebih besar dibanding-
kan efek pada pergerakan titik nodal.
,Srsl('rrr ()r/rrl () I
()o Or:oclesi SateLit
clan pasang surut laut (sea tides). Pasang surut bumi dan laut irri
selanjutnya akan menyebabkan perubahan pada potensial gravi
tasi Bumi. Perubahan potensial ini selanjutnya akan mempenga-
ruhi pergerakan satelit yang mengelilingi Bumi. Efek pasang surut
t< -r t{ bumi dan laut ini pada dasarnya bisa dilihat sebagai efek tak lang-
d" CO
sung dari gaya tarik Matahari dan Bulan.
\-5
!
Dalam analisa orbit untuk satelit berorbit rendah, pemodelan
efek dari pasang surut bumi dan laut secara rinci adalah sesuatu
-f,
1J
o
'(]0 yang sifatnya esensial. Percepatan satelit yang disebabkan oleh
pasang surut Bumi, dapat diestimasi dengan formula berikut [Rrzos
-1 & Stolz, 19851:
-10
!0 20 l0 r+0 50 60 ?s 80 lgs 150
16.0 t!0 t(0 130 lz0 110 100
120
k- Gm, a5
r:-'2{r-ttd
r80 114
geometri (bentuk, besar, konfigurasi) serta massa satelit, ini diestimasi sebagai parameter bebas dalam program penentuarr
kecepatan satelit, orbit.
orientasi satelit terhadap aliran udara , serta Sedangkan untuk densitas atmosfer, nilainya tidak hanya ber-
a densitas, temperatur, dan komposisi gas di atmosfer. gantung pada ketinggian, tetapi juga lokasi geografis, musim, waktu,
aktivitas matahari dan geomagnetik. Gambar 4.29 rnengilustrasikan
variasi dari nilai densitas atmosfer ini. Karena densitas atmosfer
Atmosfer mengecil dengan meningkatnya ketinggian, maka pengaruh atmo-
spheic drag akan menurun secara drastis dengan meningkatnya
pergCiikan satelit ketinggian. Untuk satelit seperti TRANSIT yang ketinggian orbit-
dalam orbitnya nya sekitar 1O0O km, efek dari atmospheic drag cukup berarti.
Namun untuk satelit GPS yang berketinggian orbit sekitar 20.000
km, atmospheric drag relatif tidak punya efek.
1000
dimana: 400
ffi" = massa satelit,
A : luas penampang efektif dari satelit,
CD : koefisien drag, 200
p(r,t) : densitas atmosfer di sekitar satelit,
t, t' : vektor posisi dan kecepatan satelit, dan l0-3 10-2 10-r 1 10 100 1000
r' = kecepatan atmosfer di sekitar satelit. Densitas udara (ng m-3)
Akhirnya patut dicatat bahwa karena efek dari atmospheric drag Altr' = rasio luas permukaan dengan massa satelit
bergantung pada densitas atmosfer di lokasi satelit, maka pemodelan AU = Astronomical Unit (1,5.108 km)
karakteristik dan dinamika atmosfer yang relatif kompleks meru- t, t. : vektor posisi satelit dan matahari dalam space-fixed equa-
pakan salah satu tantangan dalam penentuan orbit satelit yang torial system
teliti pada saat ini. fungsi bayangan
O, satelit dalam daerah bayangan Bumi (umbra)
4.6.5 Tekanan Radiasi Matahari (Solar Radiation Pressurel 1, satelit dalam daerah pancaran radiasi matahari
Tekanan radiasi matahari (solar radiation pressurel dapat ber- O u< <1, satelit dalam daerah setengah bayangan (penumbral.
pengaruh terhadap pergerakan satelit. Tekanan radiasi matahari
Perlu dicatat di sini bahwa karena adanya eksentrisitas dari or-
ini ada yang bersifat langsung dan tak langsung, seperti yang di-
ilustrasikan pada Gambar 4.30 Dalam efek tak langsung (albedol, bit Bumi, jarak antara satelit yang mengorbit Bumi dengan Mata-
radiasi matahari terlebih dahulu dipantulkan oleh Bumi sebelum hari akan bervariasi antara l47.106 km dan 152.106 km sepanjang
mengenai satelit. Besarnya efek tekanan radiasi matahari pada tahunnya. Ini akan menimbulkanvariasi tahunan sekitar 3,3o/opada
pergerakan satelit akan bergantung pada beberapa faktor seperti tekanan radiasi matahari, karena fluks radiasi matahari (solarfluxl
tingkat aktivitas matahari, massa satelit, reflektivitas permukaan akan berkurang dengan faktor jarak kuadrat (r'?) dari matahari
satelit, geometri satelit, serta posisinya relatif terhadap matahari. fMontenbntck & Gitl, 2OOO].
Pengaruh tekanan radiasi matahari yang langsung terhadap
pergerakan satelit, umumnya paling terasa pada komponen along-
track, yaitu dalam arah pergerakan satelit. Dibandingkan dengan
efek dari radiasi matahari yang langsung, efek tak langsung (al-
bedol urnumnya lebih kecil dari 107o efek langsungnya. Untuk sa-
telit berorbit rendah, percepatan tipikal yang disebabkan oleh al-
bedo pada pergerakan satelit adalah sekitar 10 sampai 35% dari
percepatan yang disebabkan oleh radiasi matahari langsung [Knocke
Lt 19881. Untuk satelit GPS yang orbitnya relatif tinggi (sekitar
^1., km di atas permukaan Bumi], efek albedo berkisar sekitar
20.000
l-2%o dibandingkan efek langsungnya, dan umumnya diabaikan
dalam perhitungan orbit GPS. Perlu dicatat di sini bahwa karena
Gambar 4.30 Tekanal Radiasi Mata-hari distribusi yang variatif dari tanah, air, dan awan di permukaan
Bumi, efek dari albedo umumnya cukup sulit untuk dimodelkan
Secara matematis, efek dari tekanan radiasi matahari yang lang- secara baik.
sung terhadap pergerakan satelit (dalam bentuk vektor percepat-
an) dapat diformulasikan dengan rumus berikut lCapellai et al., 4.6.6 Gaya-gaya Perturbasi Lainnya
te76l:
Dalam analisa orbit berketelitian tinggi ada beberapa gaya
r'o": u.P..C..(A/m).(AU)' .lr - r"l-t. 1r - r") , (4.30) perturbasi kecil lainnya yang perlu diperhitungkan, yaitu :
dimana:
. Friksiyang disebabkan oleh partikel-partikel bermuatan di lapisan
P" = tekanan radiasi matahari atmosfer bagian atas
= solar flux/kecepatan cahaya . Radiasi termal dari satelit
tx 4,56. 10-6 Nrr'2 lMontenbntck & Gill,2OO0l. . Efek perbedaan pemanasan pada daerah batas bayangan bumi.
C., = koefisien tekanan radiasi matahari
. Interaksi elektromagnetik dalam medan geomagnetik
: 1 + reflektivitas dari permukaan satelit . Pengaruh-pengaruh dari debu antarplanel (inter-planetary dustl
. Efek relativistik
= l,2l untuk solar panel, 1,30 untuk high-gain antenna, . Pengaruh dari manuver-manuver untuk pengontrolan dan
dan 1,88 untuk alumunium
pengendalian satelit.
lMontenbntck & Gill, 2000].
(){l (ir,or,ftr-srSul.ftl :;t:ilt'nt ( )tl,tl tl'i
Kontribusi dari masing-masing gaya di atas terhadap percepat- . Peningkatan kualitas orbit (orbit improuement) dengan
an satelit umumnya jauh lebih kecil dari 10-e m/s2 . menggunakan semua datayang tersedia. Tahap ini juga kadang,
dinamakan tahap estimasi orbit (orbit estimation).
Akhirnya untuk memberikan gambaran tentang pengaruh dari
masing-masing gaya perturbasi yang telah dijelaskan pada sub- Menurut Montenbruck & Gill (2OOO), pentahapan seperti di atas
bab ini, pada Tabel 4.4 diberikan contoh efek dari gaya-gaya diperlukan karena dua hal. Pertama, formula matematis untuk
perturbasi pada orbit satelit GPS yang berketinggian sekitar 20.000 penentuan orbit relatif cukup kompleks sehingga secara umum sulit
km di atas permukaan Bumi. untuk dilakukan inversi secara langsung. Kedua, data-data yang
digunakan untuk penentuan orbit selalu dihinggapi oleh kesalah-
an dan bias, sehingga suatu proses estimasi akan selalu diperlu-
Tabel 4.4 trfek dari gaya perturbasi pada orbit satelit GPS
kan untuk memperoleh parameter-parameter orbit yang paling op-
lKing et al., 19851 timal.
Gaya Percepatan Efek pada Orbit Satelit Untuk penentuan orbit satelit ini, sebagai data masukan diper-
lukan data-data yang terkait dengan posisi dan kecepatan. Ini bisa
Perturbasi (m/s'! Orbit 3 jam Orbit 3 hari
berupa data-data ukuran sudut(pointing anglel, jarak (range), atau,
Gaya gravitasi bumi 0,56 pun laju pentbahan jarak (range rate) dari stasiun pengamat di
(central force) permukaan Bumi ke satelit yang bersangkutan, dari epok ke epok.
Gaya gravitasi bumi, Cro 5. 10-s 2klr, 14 km Penentuan koordinat satelit dari epok ke epok juga dapat dila-
Gaya gravitasi bumi, 3. 10-7 50-80m 100 - 1500 m kukan secara geometrik, yaitu dengan melakukan pengamatan ja-
harmonik tinggi rak ke satelit dari beberapa titik di permukaan bumi yang telah
Gaya gravitasi 5. 10'6 5-150m 1000 - 3000 m diketahui koordinatnya. Berdasarkan koordinat satelit yang diper-
matahari dan bulan oleh dari waktu ke waktu, maka parameter-parameter orbit juga
Pasang surut bumi I 10-e 0,5 - 1,0 m dapat kemudian diestimasi, seandainya diperlukan.
Pasang surut laut I 10'e 0,0 - 2,0 m
Solar Radiation Pressure 1 10-7 5- 1Om 100 - 800 m
Albedo 1 10-q 1.0 - 1.5 m
medan
listnk
A
I
) ,arah
r' Pergerakan
medan
magnetik
c (kec.
cahaya)
i
i 99
*
t,
I OO ( icotlt:st SutcLit l'ropotlusi Sirrtlul lOI
Gelombang elektromagnetik mempunyai spektrum radiasi yang Perlu juga dicatat bahwa spektrum gelombang dalam kategori
cukup luas, mulai dari panjang gelombang yang terpanjang (ge- pita-pita SHF dan UHF, serta sebagian dari EHF dan VHF umum_
lombang radio panjang) sekitar 1OOO km, sampai yang terpendek nya juga dinamakan sebagai gelombang mikro (microttaue). Gelom-
(radiasi kosmik) sekitar 1O 10 prm, seperti yang ditunjukkan pad.a bang mikro banyak digunakan untuk aplikasi terekomunikasl (ter-
Gambar 5.2. Dalam bidang geodesi satelit, dua domain spektrum masuk telekomunikasi dengan satelit) serta pada sistem-sistem
yang banyak digunakan adalah domain sinar tampak (uisible light) Radar (Radio Detection and Rangingl.
dan domain gelombang mikro. Spektrum gelombang mikro ini kadang juga diklasifikasikan
dalam pita-pita frekuensi (frequencg bands) tertentu. Ada beberapa
srnar tampak (vrslb/e irgrhts)
kategori pembagian spektrum frekuensi gelombang mikro yang di_
Radiasi
I
Radiasi UV infrared gelombang gelombang kenal, dan salah satunya adalah yang diberikan pada Tabel 5.2
kosmik I Rontgen mikro radio berikut.
10-16 10-14 10-12 t0-10 1O-E 10-6 104 1O-2 100 102 104 106
Tabel 5.2 Klasifikasi spektrum gelombang mikro lRueger, tgg6)
Panjang gelombang, ), (m)
Pita (band) Panjang Gelombang Frekuensi
G arn b ar' j.H:f.i o m a gn e tik V Band 5,3 mm - 6,5 mm 46 - 56 GHz
? Tr:: ?T:;T,"r r:T
Q Band 6,5 mm - 8,3 mm 36 - 46 GHz
Radiasi elektromagnetik juga kerap diklasifikasikan seperti pada K Band 8,3 mm - 27,5 mm 10,9 - 36 GHz
Tabel 5.1. Perbedaan mendasar dari gelombang-gelombang ini ter- X Band 27,5 mm - 57,7 rnm 5,2 - tO,9 GHz
letak pada panjang gelombangnya, yang terkait langsung dengan S Band 57,7 mrn - 0,194 m 1,55 - 5,2 GHz
energiyang dibawa oleh gelombang tersebut. Semakin pendek pan- L Band 0,194m-O,769m 0,39 - 1,55 GHz
jang gelombang dari suatu radiasi, maka akan semakin tinggi fre- P Band 0.769m-1.333m 0,225 - 0,39 GHz
kuensi dan energinya, dan sebaliknya.
sistem-sistem pengamatan yang digunakan dalam geodesi sate-
Table 5.1 Contoh klasifikasi radiasi elektromagnetik litumumnya tidak menggunakan sinyal dengan frekuensi yang
fSeeber, 1993 Rueger, 1996] sama. Tabel 5.3 berikut menunjukkan beberapa contoh spektrum
frekuensi yang digunakan oleh sistem geodesi satelit.
Radiasi Paniang Gelombans Frekuensi
X-rays 1,6 x 10-tr - 6,6 x 1O'8 m 4,5x101s-1,9 lOts Hz Tabel 5.3 Contoh beberapa frekuensi
Ultraviolet 1,4 x 10-8 - 3,6 x 10'7 m 8,3xlOt4-2,2 lOt6 Hz yang digunakan oleh sistem satelit
Visible light 3,6 x 10'7 - 7,8 " 1O-7 m 3,8x lOra-8,3 lOta Hz Sistem Satelit Frekuensi Sinyal
Infrared 7,8 x lO-7 - 3,4 , 10-a m 8,8x10rt-3,8 LOla Hz TRANSIT/Doppler 150 MHz
EHF 1,0 x 10'3 - 1,0 x 1O-2 m 3x1oto -3x .O1t Hz MHz
4OO L - band
SHF 1,0 x 10-2 - 1,0 x 10'' m 3x10e -3x Ol" Hz GPS t227,60 MHz L - band
UHF 0,1 -1m 3x1O8-3x oe Hz 1575,42 MHz L - band
VHF 1-10m 3x107-3x 08 Hz GLONASS r602,562s - 1615,5 MHz L - band
HF 10-10rm 3x106 -3x 07 Hz 1246,4375 - 1256,5 MHz L - band
MF 102 - 103 m 3xlos -3x 06 Hz Mark-III VLBI System 2,2 - 2,3 GHz S band
LF 103 - 10a m 3x10a-3x Os Hz
8,2 - 8,6 GHz x band
TOPEX/Poseidon 5,3 GHZ X - band
VLF 104- 10s m 3x1O3 -3x Oa Hz (Radar Altimeter) 13,6 GHz K - band
ELF lOs- 106 m 3x102-3, 03 Hz ERS-1 (Radar Altimeter) 13,8 GHz K - band
l()'2 Geodesi Satelit l'r()l)Q(lust Suu!ul IO.t
5.2 ATMOSFER BUMI DAN KARAKTERISTIKNYA Dari Gambar ini terlihat bahwa di bawah ketinggian 200 krn,
Terminologi atmosfer biasanya digunakan untuk mendes- atmosfer didominasi oleh gas-gas Oksigen (Or) dan Nitrogen (Nr);
kripsikan lapisan udara yang melingkupi Bumi lVanicek and sementara di atas 200 km yang mendominasi adalah atom-atom
Krakiutskg, 19861. Oksigen (O). Dari Gambar 5.4 juga terlihat bahwa densitas udara
mengecil dengan ketinggian, dan di atas ketinggian sekitar 1000
Atmosfer dapat diklasifikasikan menjadi beberapa lapisan. Ber- km umumnya sudah relatif sangat kecil dan dapat diabaikan. Per-
dasarkan kriteria yang digunakan dalam klasifikasi, dikenal bebe- lu dicatat di sini bahwa dengan semakin membesarnya ketinggian,
rapa nomenklatur lapisan-lapisan atmosfer, seperti yang ditunjuk- pengaruh medan magnetik Bumi terhadap partikel-partikel dalam
kan pada Gambar 5.3 berikut. atmosfer akan semakin membesar.
Ketlnggian
femperatur loniesi
Medan
Propagasi Teknikal Berdasarkan profil temperaturnya, lapisan atmosfer Bumi umum
(km) MagnetiN
dibagi atas troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer, seperti
Protonosler
yang diilustrasikan pada Gambar 5.5 berikut.
10.000
Termosfer Magnetosfer
lonosfer Atmosfer 300
Afes
1.000
lonosfet
200
100 Mesosler
Strafosfer
10 Dinamofet Atnosfer 100
Neutroster
Troposter Troposfer Bawah rsfer
,&
BO I
Gambar 5.3 Beberapa klasifikasi atmosfer Bumi ISeeber, 1993] (!
bo Mesosfer
bo
Atmosfer Bumi terdiri atas beberapa jenis gas seperti Oksigen, Ni- 60
0) I
trogen, Helium, dan Argon. Menurut Tascione (1994), secara umum M Lap.
tiga gas utama yang membentuk atmosfer adalah Nitrogen (sekitar 40
Stratosfer Ozon
78ohl, Oksigen (sekitar 2lo l, dan Argon (sekitar 1%). Sampai keting-
gian sekitar 100 km, gas-gas tersebut bercampur secara baik, sehing- Tlononnt tce I I
20
ga densitasnya relatif sama dengan di permukaan Bumi. Di atas ke-
tinggian ini setiap gas berada dalam kesetimbangan difusif dan dis-
tribusi vertikal dari setiap gas akan bergantung pada berat molekul-
nya. Komposisi tipikal gas dalam atmosferyang diturunkan dari peng-
-100 -50 50 100
ukuran pada tahun 1960-an ditunjukkan pada Gambar 5.4 berikut. Temperatur (oC)
t
I O4 ( ilorlr.sr Srrlr,/il l'ntlturlrt:;t Sirrrlttl IOlr
bergantung pada lintang dan musim. Dari ketinggian BO km,, tem- Lapisan D adalah lapisan ionosfer yang paling bawah, clan l<irrc
peratur kembali naik di dalam lapisan termosfer. Temperatur ini na jaraknya relatif yang paling jauh dari matahari, maka iotrisasi
dapat naik sampai 20000C, dan bahkan kadang mencapai ?5OO0C pada lapisan ini adalah yang terkecil dibandingkan lapisan-lapisan
pada siang hari [IIASA ESE, 2000]. lainnya. Lapisan yang menghilang pada malam hari ini, meman-
Dalam konteks propagasi sinyal dari satelit ke permukaan Bumi, tulkan gelombang VLF dan LF serta menyerap gelombang MF dan
atmosfer umumnya dibagi menjadi dua lapisan, yaitu troposfer dan HF Ilomasi, 19941. Lapisan E, yang kadang dinamakan lapisan
ionosfer. Kennelg-Heauiside, membantu propagasi gelombang permukaan MF
Ionosfer adalah bagian dari lapisan atas atmosfer yang karena dan pada siang hari memantulkan gelombang HF. Pada malam hari,
adanya radiasi Matahari mempu4yai sejumlah elektron dan ion lapisan E ini juga secara praktis hampir seluruhnya menghilang.
bebas. Lapisan ionosfer ini mempunyai batas bawah pada ketinggi- Lapisan paling atas atrnosfer, yang dinamakan lapisan F, umum-
. an sekitar 50 sampai 70 km; dengan ketinggian batas atas yang nya dibagi menjadi lapisan F, dan Fr. Lapisan F, menyerap dan
tidak terlalu jelas, meskipun untuk banyak aplikasi ketinggian 2000 memperlemah sebagian gelombang HF. Pada malam hari lapisan
km digunakan sebagai batas atas [?oscione,1994]. Jumlah (densitas) F, bergabung dengan lapisan F, membentuk hanya satu lapisan.
elektron dan ion bebas pada lapisan ionosfer ini bergantung pada Dari Gambar 5.6 di atas, yang merupakan contoh profil untuk
besarnya intensitas radiasi matahari serta densitas gas pada lapis- lintang menengah, terlihat bahwa secara umum karena terkait de-
an tersebut lDauies, 199o1. Disamping itu struktur vertikal densitas ngan intensitas radiasi matahari, maka densitas elektron dalam
eletron dalam ionosfer juga berubah secara kontinyu. Struktur ini lapisan ionosfer lebih besar pada siang hari ketimbang malam hari.
juga variatif terhadap waktu, musim, dan lintang setempat. Densitas elektron juga membesar dengan meningkatnya tingkat
Secara umum berdasarkan membesarnya ketinggian dan aktivitas matahari, yang dikarakterisasi dengan meningkatnya jum-
densitas elektron, lapisan ionosfer dapat dikategorisasikan men- lah sunspot yang teramati di permukaan matahari. Disamping itu
jadi lapisan-lapisan D, E, F1, dan F2, seperti yang diilustrasikan profil densitas elektron ini juga akan berubah untuk daerah kutub
pada Gambar 5.6 berikut. Ketinggian lapisan-lapisan ini dari dan ekuator.
pemukaan Bumi adalah berkisar sekitar lseeber, 1993] : 60 - 90 Adanya lapisan-lapisan ionosfer yang diilustrasikan pada Gam-
km untuk lapisan D, 85 - 14O km untuk lapisan E, 140 - 200 km bar 5.6 terjadi karena beberapa faktor, yaitu Ilascione, 19941:
untuk lapisan F,, dan 2OO - 1000 km untuk lapisan F,. 1. sepektrum radiasi matahari menyimpan energinya pada
beberapa ketinggian bergantung pada karakteristik penyerapan
(absorption) dari lapisan atmosfer;
Sunspof : i' 2. proses fisika dari rekombinasi ion bergantung pada densitas
maksimum _ atmosfer yang bervariasi dengan ketinggian; dan
\,
minimum
3. komposisi dari atmosfer berubah dengan ketinggian.
J( 400
Malam F
5.3 PROPAGASI GELOMBANG
F2
a Berbicara tentang propagasi gelombang elektromagnetik dalam
ho
bo atmosfer Bumi, ada beberapa konsep penting yang perlu dijelas-
.E 2oo iF, kan, yaitu terkait dengan medium dispersif dan non-dispersif, ke-
o
150 cepatan fase dan kecepatan group, serta interaksi energi antara
in/
gelombang dengan partikel-partikel yang ada dalam atmosfer: Kon-
100 sep-konsep tersebut dijelaskan secara umum berikut ini.
80
60 5.3.1 Medium Dispersif
t0 7O2 1O3 1O4 los 106 Medium dimana kecepatan propagasi dari gelombang elektro-
Konsentrasi Elektron (cm-s) magnetik bergantung pada frekuensi dinamakan medium dispersif.
Pada medium dispersif, tidak seperti halnya pada medium non-
Ci:uubar- 5.(r [,ro1]1 tiprkzrl rlensrtas elektron untuk lnrl:rn1,,
tneneng:rh padzr siang dan rnalam hari; dari [?a-sciorrr,, I()() li dispersif, indeks refraksi bergantung pada frekuensi sinyal. Oleh
A
l0(l ()t:orl<:si Satelit. I'ntpurl<tsr Srrtrytl lll'/
sebab itu gelombang yang frekuensi lebih tinggi akan direfraksikan Untuk sinyal yang merambat dalam medium non-dispersr.,fberlakrr:
dalam arah yang sedikit berbeda dengan gelombang yang
frekuensinya lebih rendah. Efek dispersi disebabkan oleh interaksi (s 8)
elektromagnetik antara medan bermuatan listrik dari medium de- Dalam kasus sinyal GPS, code bergerak dengan kecepatan group,
ngan medan eksternal dari gelombang yang memasuki medium ter- sedangkan carrier phase bergerak dengan kecepatan fase. Untuk
sebut. gelombang mikro, ionosfer adalah medium dispersif dan troposfer
Dalam medium dispersif diamati adanya kecepatan yang ber- adalah medium non-dispersif. Untuk gelombang optik, yangberlaku
beda-beda untuk gelombang dengan frekuensi yang berbeda-beda adalah kebalikannya.
dan juga group (kelompok) gelombang. Dalam hal ini dikenal kece-
patan fase dan kecepatan group. Kecepatan fase adalah kecepatan
dari suatu gelombang dengan panjang gelombang tertentu yang 5.3.3 Interaksi Energi
uniform. Kecepatan group adalah kecepatan dari suatu group ge- Dalam konteks propagasi gelombang elektromagnetik dari sate-
lombang, yang merupakan superposisi dari beberapa gelombang lit ke permukaan Bumi, ada beberapa mekanisme interaksi energi
dari beberapa frekuensi. Kecepatan group adalah kecepatan pro- yang terjadi antara gelombang dengan atmosfer. Dua mekanisme
pagasi dari energi atau informasi yang dibawa oleh gelombang ter- yang cukup penting dalam kaitannya dengan sistem-sistem peng-
sebut. amatan satelit geodesi adalah pemendaran (scatteinfl dan penye-
rapan (absorptionl.
5.3.2 Kecepatan Fase dan Kecepatan Group Pemendaran oleh atmosfer (atmosphenc scatteingl adalah difusi
Seandainya o adalah kecepatan sudut dan k adalah bilangan radiasi bersifat acak oleh partikel-partikel dalam atmosfer lLillesand
gelombang, maka kecepatanlase dapat diformulasikan sebagai: & Kiefer, 19941. Ada beberapa tipe pemendaran yaitu pendaran
Rayleigh (Ragleigh scatter), pendaran Mie (Mie scatter), pendaran
vr= f.i, = @/k dimana a = 2rf dan k :2nl)" (s.1) non-selektif (nonselectiue scattez). Pendaran Rayleigh umum ter-
Sedangkan kecepatan group dapat diformulasikan sebagai: jadi ketika radiasi gelombang berinteraksi dengan molekul-mole-
kul serta partikel atmosfer yang diameternya jauh lebih kecil dari
v* : dro/dk (s 2) panjang gelombangnya. Besarnya efek pendaran Rayleigh
Untuk medium yang bukan vakum, secara umum kecepatan berbanding terbalik dengan pangkat empat dari panjang gelom-
propagasi dikarakterisasi oleh indeks refraksi n, yaitu: bang. Oleh sebab itu radiasi dengan gelombang yang lebih pendek
akan lebih dipengaruhi oleh mekanisme pendaran Rayleigh ini di-
v=cfn (5.3) bandingkan radiasi dengan gelombang lebih panjang.
dimana c kecepatan dalam vakum. Untuk kecepatan fase dan Pendaran Mie terjadi ketika diameter dari partikel-partikel at-
kecepatan group berlaku: mosfer secara urrrum sama dengan panjang gelombang dari radiasi
c/n, elektromagnetik yang melaluinya. Uap air dan debu adalah penye-
v, = dan v:c/n (s.4)
bab utama dari pendaran Mie ini. Dibandingkan pendaran Rayleigh,
Hubungan antara kecepatan group d.an kecepatanfase adalah: pendaran Mie ini cenderung mempengaruhi radiasi yang gelom-
V* = v, - I.(dv,/dl,) bangnya relatif lebih panjang.
(5.5)
Pendaran yang lebih menyulitkan adalah pendaran non-selek-
Untuk indeks refraksi berlaku:
tif. Pendaran ini tedadi ketika partikel atmosfer yang menyebab-
fl*=Dr+f.(dn/d0 (s.6) kan pendaran mempunyai diameter yang jauh lebih besar dari pan-
jang gelombang radiasi. Butiran-butiran air adalah salah satu pe-
Dapat juga dibuktikan bahwa untuk dua kecepatan berlaku
nyebab dari pemendaran tipe ini. Dalam hal ini, dengan diameter
v*,v, = c2 (s.71 sekitar 5 sampai 100 mm, butiran air akan memendarkan secara
Pada medium dispersif, kecepatan fase dapat melebihi kecepat- hampir sama semua gelombang tampak serta gelombang inframerah
an dalam vakum, c. Sedangkan kecepatan group, sesuai dengan dekat dan menengah lLillesand & Kiefer, 19941. Dengan kata lain,
hukum relativitas, tidak dapat melebihi kecepatan dalam vakum, c. pemendaran ini bersifat non-selektif terhadap panjang gelombang.
i
I O.r.t ( it,tttlt':;t iirtlcltl l'rttltrttltt:;t iirttlrtl I Ot )
Dalam propagasinya dari satelit ke permukaan Bumi, ra(liasi 5.4 PROPAGASI SITIYAL DALAM IONOSFER
gelombang elektromagnetik juga dapat kehilangan energi, karena
adanya penyerapan oleh molekur-molekul daram atmosfer (cttrrto- Sinyal atau gelombang elektromagnetik dari suatu satelit umum-
nya hatts mela-lui lapisan ionosfer untuk sampai ke permukaan bumi.
spheic absorptionl. Persentase kehilangan energi ini akan bergan-
tung pada panjang gelombang radiasinya. Dengan kata lain, per_ Ion-ion bebas (elektron) dalam lapisan ionosfer akan mempengaruhi
propagasi sinyal tersebut. Dalam hal ini ionosfer akan mempenga-
sentase transmisi dari atmosfer Bumi bervariasi bergantung pada
panjang gelombang dari radiasi gelombang yang .rr"l.1rrirry., ru}li kecepatan, arah, polarisasi, dan kekuatan dari sinyal satelit yang
perti yang diilustrasikan pada Gambar 5.7 berikut. ""_ melaluinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.8.
-22 GHz
.2 oo 35 GHz
13
Dari contoh pada Gambar 5.7 terlihat bahwa ada beberapa pita 5.4. 1 Efek Ionosfer pada Jarak Ukuran
(band) frekuensi dimana penyerapan oleh atmosfer relatif k"Cit Besarnya bias ionofer pada data ukuran jarak dari satelit ke
1p"r-
sentase transmisinya besar) dan sebaliknya ada beberapa pita fre- pengamat di permukaan Bumi, d,o., dapat diestimasi dengan per-
kuensi yang penyerapannya sangat besar sehingga radiasi pada samaan dasar berikut:
frekuensi tersebut seolah tidak bisa melewati lapisan atmosfer. Dari
Gambar 5.7 terlihat bahwa untuk spektrum 1_10 GHz (panjang
gelombang 3 - 30 cm), persentase transmisi atmosfer mendekati dio.= I{1-n(s)}.ds (s e)
loo o/o- oleh sebab itu sinyal-sinyal dari sistem satelit geodesi ba-
nyak memanfaatkan spektrum frekuensi ini, seperti yang terlihat dimana n(s) adalah refraksi ionosfer sepanjang lintasan sinyal dalam
pada Tabel 5.3 sebelumnya. lapisan ionosfer. Pada persamaan di atas terlihat bahwa untuk
t
*
I IO (ir,tnlt.::t !ittt.lrt
i'roltutlttsrSttttytl I I I
t
I'rttltrtrltt:;t llttttytl I l.t
sirnurn. Untuk lokasi, bulan, dan tahun yang berbeda, karzrl<l cl'i s
a Bias ionosfer kecit tetapi tidak stabil
tik detail dari variasi harian VTEC ini umumnya akan juga ltt:r'
beda.
Daerah
Lintang
Menengah
Daerah Tropik
S Bias ionosfer
besar tapi stabil
A
I l4 (it:otl.esi Satelit
l'n.t1tur|osr Srrrrytl I llr
Disamping mempunyai variasi harian, nilai vrEC di suatu loka-
sijuga akan benrariasi dengan musim, seperti yang ditunjukkan 200
pada Gambar 5.12 berikut. Gambar ini menunjukkan nilai rata-
rata VTEC harian pada siang hari fiam 11:00 - 17:OO) yang diamati
di stasiun Hamilton, AS. Dari Gambar ini terlihat bahwa untuk (d 160
cU
tahun solar maksimum (dalam hal ini 1989) nilai vrEC rata-rata li
d
siang hari pada musim dingin (winter) relatif jauh lebih besar di- I
d
bandingkan nilainya pada musim panas (summer).
!
t20
a,
V)
100 b 80
Winter d
(U^ 80
L(J
^i
!H
rn 60 ') 40
ud 40
tdtr
r-(E 0
>-c 20 1frqfdh*,l,-*u,ff}-$u t700 1800 Tahun 1900 2000
Hamilton, MA, AS
0 Gambar 5. 1 3 Variasi jumlah sunspot,
JAN MAR MEI JUL SEP NOV 1989 dari tahun 1700 sarrpai 2000 UPS,2000I
Gambar 5.12 contoh variasi musi*ran dar-i nilai VTEC, ciinmati pacla l9B9
(so1ar maksimum); dari fDoherig et at..,2OOOI
250
Sepertiyang telah disebutkan sebelumnya, aktivitas ionosfer akan Jumlah bulanan (smoothedl dari Sunspot
bergantung pada aktivitas matahari, yaitu terutama aktivitas *o 200 Januari 1946 - Juli 1988
magnetiknya. Dalam hal ini, aktivitas magnetik matahari yang paling o_
a\
signifikan adalah aktivitas yang mempunyai periode 11 ta- tso
hun, yang umum dinamakan siklus matahari lsotar"ekit.. cgclel. Salah E(u
satu efek dari siklus matahari ini adarah adanya variasi dalam jum- 100
E
lah sunspof yang nampak pada permukaan matahari, seperti yang f
-50
diilustrasikan pada Gambar 5.13. sunspof sendiri adalah daerah di
permukaan matahari yang bermedan magnetik sangat kuat, dan
ukurannya bervariasi dari 25oo km sampai lebih diri 5o0oo km
dalam diameternya. sunspot biasanya nampak lebih hitam dari da- Tahun : 46 48 50 52 54 d6 58 60 62 64 66 68 70 7274 76 78 80 82 84 86 88 90
erah sekelilingnya, karena suhunya yang lebih dingin beberapa ribu
derajat dari daerah sekelilingnya. Gambar 5.1,1 Vanasi 11-tahunan rlari jumlah sunspol
semakin banyak jumlah sunspot yang ada mengindikasikan se-
makin tingginya aktivitas matahari, dan sebaliknya. Dari pengamat- Dalam kasus penentuan posisi dan survai dengan satelit,seperti
an didapatkan bahwa jumlah sunspotini mempunyai sikius sekitar contohnya dengan satelit GPS, ada beberapa cara yang dapat digu-
11 tahun, seperti yang diilustrasikan pada Gambar s.13. Dari siklus nakan untuk mereduksi efek dari bias ionosfer pada data ukuran
1l-tahunan ini, sebagai contoh jumlah sunspot adalah maksimum jarak, yaitu lAbidin, 2OOOI:
pada tahun 1980 dan minimum pada tahun 19g6. Maksimum beri- . menggunakan data pengamatan pada dua frekuensi, Ll dan
kutnya akan terjadi sekitar tahun 2001 atau 2oo2. perlu dicatat L2, untuk mengeliminasi efek ionosfer orde pertama,
dari Gambar 5.13 dan 5.14 bahwa jumlah maksimum dan minim- . melakukan pengurangan (differencingl dari data pengamatan
um dari sunspot berbeda-beda untuk setiap siklus matahari. yang diamati dari dua stasiun yang berbeda,
I I(l (icorlr,sr ^Srr1r,/rl l\oltrtrlttsi Strttlttl I l'/
o memperpendek jarak antara titik-titik pengamatan, ukuran jarak ke satelit GPS berkisar sekitar 2,3 m di arah zcnitlr
. melakukan pengamatan pada pagi atau malam hari, sampai 2O m pada 10'di atas horizon.
. menggunakan model prediksi global ionosfer (untuk data
Bias troposfer biasanya dipisahkan menjadi komponen kering (=
pengamatan satu frekuensi) seperti model Bent dan Klobuchar,
9Oo/o dari bias total) dan komponen basah. Dengan menggunakan
serta
. model troposfer (seperti model-model Hopfield, Saastamoinen, Marini
menggunakan parameter koreksi ionosferyang ditentukan oleh dll.nya) serta data ukuran meteorologi (temperatur, tekanan, dan
sistem eksternal seperti sistem Wid.e Area Differential GpS kelembaban) di permukaan bumi, magnitude komponen kering dari
(wADGPS). bias troposfer biasanya dapat diestimasi sampai ketelitian * loh.
Dalam operasionalisasinya, beberapa metode di atas dapat dite- Sedangkan magnitude dari komponen basah, yang terutama
rapkan sekaligus secara simultan. bergantung pada kandungan uap air sepanjang lintasan sinyal, bi-
asanya lebih sulit untuk diestimasi secara teliti dari data peng-
5.5 PROPAGASI SINYAL DALAM TROPOSFER amatan meteorologi di permukaan bumi. Dengan menggunakan data
Sinyal dari satelit untuk sampai ke permukaan Bumi harus meteorologi di permukaan bumi, magnitude dari komponen basah
melalui lapisan troposfir, yaitu lapisan atmosfir netral yang berba- ini biasanya hanya bisa diprediksi sampai dengan ketelitian = 3 - 4
tasan dengan permukaan bumi dimana temperatur menurun de- cm lWells et al., 19861. Untuk mendapatkan ketelitian yang lebih
ngan membesarnya ketinggian. Lapisan troposfir ini mempunyai baik dari magnitude komponen basah ini, peralatan WVR lWater
ketebalan sekitar 9 sampai'16 km, tergantung dengan tempat dan Vapour Radiomete4 yang dapat mengukur kandungan uap air se-
waktu. Ketika melalui troposfir sinyal satelit akan mengalami re- panjang lintasan sinyal, dapat digunakan. Akan tetapi instrumen
fraksi, yang menyebabkan perubahan pada kecepatan dan arah ini cukup mahal harganya, ukurannya cukup besar, danjuga cu-
dari sinyal tersebut, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5. 15. kup berat.
Efek utama dari troposfir dalam hal ini adalah terhadap kecepat- Dalam konteks penentuan posisi atau survai dengan satelit,
an, atau dengan kata lain terhadap hasil ukuran jarak. misalnya satelit GPS, ada beberapa cara yang dapat diterapkan
untuk mereduksi besarnya efek troposfer, yaitu:
. melakukan differencing hasil pengamatan yang diamati dari
dua stasiun yang berbeda,
Satelit Mempengaruhi . memperpendek jarak antara titik-titik pengamatan,
a kecepatan
. mengusahakan kedua stasiun pengamat berada pada
o arah ketinggian serta kondisi meteorologis yang relatif sama,
. menggunakan model koreksi standar troposfer seperti model
dari sinyal satelit Hopfield dan Saastamoinen,
. menggunakan model koreksi lokal troposfer,
. menggunakan pengamatan Water Vapour Radiometer (!WR)
Lapisan Troposfer untuk mengestimasi besarnya komponen basah,
. mengestimasi besarnya parameter bias troposfer, biasanya dalam
bentuk zenith scale factor untuk setiap lintasan satelit, dan
. menggunakan parameter koreksi troposfer yang ditentukan
oleh sistem eksternal seperti sistem Wide Area Differential
GPS (WADGPS).
Dalam operasionalisasinya, beberapa metode di atas dapat dite-
Gambar 5.15 Efek troposfer terhadap sinyal satelit rapkan sekaligus secara simultan.
Pada frekuensi sinyal di bawah 30 GHz, magnitude clari bias
troposfir tidak tergantung pada frekuensi, dan oreh sebnb itu be- 5.6 MODEL KOREKSI TROPOSFER
sarnya tidak dapat diestimasi dengan pengamatan pacla clr:a freku- Besarnya bias troposfer yang dialami oleh data ukuran jarak
ensi. Sebagai contoh, magnitude dari bias dari bias troposfir pada dari satelit ke pengamat di permukaan Bumi, d,,oo, dapat diesti-
masi dengan persamaan dasar berikut:
t
I I tt (ieorlt:si SateLtt
l'ro1ttulrt:,r iirrtt1rtl I Itt
5.6.3 Model Black Tabel 5.5 Nilai k* untuk beberapa region pengamatan
Pada model Black,.besl3y" bias troposfer
dihitung dengan meng_ Nilai k Berlaku untuk
gunakan rumus berikut
fBlack, t97g]: o,28 mus m panas di daerah tropik atau lintang menengah
d,.oo : m{,". doo' + mf*b. d*.t' o,20 mus m semr atau gugur di daerah lintang menengah
(5.2e)
dimana komponen kering dan basah dari bias troposfer o,12 musim dingin d daerah lintang menengah (lautan)
dalam arah
il]tld"",'dan d*.,,, dihitung seperti pada model Hopfield, dengan
menggunakan persamaan (5.19) sampai (5.24).
0,06 musim dingin di daerah lintang menengah (daratan)
o,o5 daerah kutub
Sedangkan besarnya fungsi p"-.t"r., (mapping
komponen kering (mfob) dan basah (mf*b) di function) untuk
persamaan berikut:
aias,lilrii""s dengan 5.6.4 Fungsi-fungsi Pe met aara lMapping Functionsl
Dari model-model estimasi bias troposfer di atas terlihat bahwa
fungsi pemetaan berfungsi untuk mentransformasikan bias tropos-
fer dalam arah vertikal ke bias troposfer dalam arah ke satelit. Se-
&
| 2'2 ( ir'or/c.st Srrlc/il
permukaan
Pada persamaan (5'39) di atas' p adalah tekanan (mbar)'
air di permukaan
mf(E)
1 (mbar), e adalah t"i.".r.,, parsial dari uap penu-
= (oC), adalah kecepatan
a i adaiah temperatur permukaan B
sinE+
sinE+ l 9---
(s.3s) runan temperatur a"fl* troposfer 1o'C7t<m1'
tropopause (km).
dan h' adalah tinggi
mfo(E)
0.0o143 (s.36)
sln l, +
tan E + O,O445
mfw (E)
0,ooo35 (s.37)
SIN11+
tan E + O,017
L
l'2tt ( itttlt':,t Srttt,lil
.Srslcrrr .SL/l rltur l,l.l" l'.t'i
6.I PRINSIP KERJA SISTEM SLR
At data ukuran waktu tempuh pulsa laser,
Sistem SLR berbasiskan pada pengukuran jarak dengan ad. koreksi eksentrisitas di tanah,
meng_
gunakan pulsa laser yang ditembakkan dari suatu
stas=iun Bumi Ad koreksi eksentrisitas di satelit,
ke satelit yang dilengkapi dengan sejumlah retro-reflektor. pulsa Ad, delay sinyal di sistem tanah (ground sysfem),
ini selanjutnya dipantulkan balik ke stasiun yang bersangkut3n, ad. koreksi refraksi, dan
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 6.r. Dalam
hal ini jarak n kesalahan random dan bias yang tersisa.
ke satelit (d) dapat, ditentukan dengan persamaan
berikut:
d=c.Lt/2 (6.1)
dimana At adalah waktu tempuh raser dari stasiun Bumi
ke satelit
dan kembali lagi ke stasiun Bumi, dan c adalah kecepatan
cahaya.
I J",
|
At"* 1
"pZii,:6,1*; r
l;;l-
- -l Ldtcr
.-----
/@
,/. / Satelit
li"t;;;w;;ilrl
|
| ,"^"*n! ,/ y dengan
reflektor
. /
ir_ Perlfeteksi Sinyal,
Elektronik Receiver
Penerima
tJ-
a D"tr-]
D-
(Teleskop)
SLR
I
xomputerl Untuk SLR, refraksi yang disebabkan oleh lapisan troposfer
umumnya dikoreksikan dengan menggunakan formulasi dari Marini
Gambar 6.1 Prinsip dan skema kerja sistem SLR
[Seeber, 1993]
& Murray yang juga direkomendasikan dalam Standar IERS
Pengukuran jarak ke satelit di'lakukan pada saat_saat lMcCarthg,1989]. Sedangkan efek dari refraksi ionosfer pada prin-
melintas di atas stasiun pengamat. Dengan menggunakan satelit sipnya dapat diabaikan untuk frekuensi optik dari sinar laser.
data pengukuran jarak ini serta informali orbit Jit.iil data- Koreksi refraksi untuk jarak ukuran dengan model Marini &
maka
lanjutnya koordinat dari stasiun di Bumi dapat ditentukan. se_ Murray tersebut dihitung dengan formulasi berikut lSeeber, 1993]:
Pemancar laser modern umumnya menggunakan
laser Nd:yAG A+B
(neodgmium gttrium garnet), yang alpat membangkitkan
ser hijau dengan panjang getomLang 532 nm d";g;;;lsa
sinar la_ Ad
' r1q,H; sinE + (6.3)
sangat pendek selebar 30 _ 200 ps serta frekuensi _ yang
5 lO Hz ",11,
;l|f
[Montenbruck & Giil, 2OOO].
Pada persamaan di atas:
Geometri pengamatan SLR serta persamaan matematis yang
-.-
libat ter_ A = O,002357 Po + 0,000141
tidaklah sesedel!1"" ilustras-i yang diberikan pada eo
Gambar
6.1 serta persamaan (6.1). Secara leUih rinci geom"trif"rrg"*at".,
SLR ini ditunjukkan pada Gambar6.2 berikut.
bar ini, maka persamaan pengamatan jarak (d) pada
Merrgacu p"i" c^*-
diformulasikan sebagai berikui(Aard.oom et at., tOgZl:
SLR dapat B = 1,084. 1o-8.Po.To.K + 4,734.1O'8 t
To
'3-r/K (6.41
t
I 2ll ( irtrlr,sr .Srrlr'/rl ,(r'l:;lr'ltt ,"/,,h' rlrttt l,l,lr' l:l(,
<lirnana: 'l'ingkat ketelitian yang ditunjukkan pada Gambar 6..1 <li irt;ts
tr = elevasi sebenarnya dari satelit (derajat), tidak terlalu jauh berbeda dari proyeksi kemampuan SLR yang <li
Po = tekanan udara pada stasiun pengamat (mbar), berikan oleh Cohen & Pearlman (1989) sebelumnya, yang ditunjuk
T. : temperatur udara pada stasiun pengamat (oK), kan pada Tabel 6.1 berikut.
o = tekanan uap air pada stasiun pengamat (mbar).
Sedangkan parameter. frekuensi laser f(),) adalah: Tabel 6.1 Proyeksi kemampuan SLR fCohen & Pearlman, 1989]
7988 7993 7998
f(t) = 0,9650 + 0'0164 + o'ooo22g (6 s) . single shot noise 7-3O mm 2-3 mm 7 mrn
).2 ),,4
. <7mm
normal point noise 2-4 mm 1mm
dan fungsi lokasi stasiun laser f(<p,H) adalah: ranging machine errors 5-10 mm 2-5 mm
'
f(q,H) = 1- (ke s al ahan si st ematik)
O,OO2O cos 2<p - 0,OOO31 H (6.6)
dimana
. refraksi atmosfer
adalah panjang gelombang laser (pm), serta p dan H adaiah
l"
lintang dan ketinggian (dalam km) dari stasiun pengamat. - model 5mm 4mm 3mm
Perlu juga dicatat di sini bahwa titik referensi geometris pada - multicolor 2mm 7mm
stasiun Bumi SLR umumnya tidak sama dengan titik nol peng_ . koreksi pusctt massa 3 rnm 1mm
amatan secara elektris. Bias ini umum dinamakan delay sinyal dan ' ePoch lOO ns 5O ns 1O ns
besarnya ditentukan dengan proses kalibrasi sistem. (0,5 mm) (0,3 mm) (0,1 mm)
Tingkat ketelitian data ukuran jarak dengan SLR, dari tahun ke
tahun semakin teliti, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.3
berikut. Gambar ini memperlihatkan bahwa tingkat keteritian ja- 6.2 SISTEM-SISTEM SLR
rak SLR meningkat dari level beberapa meter pada tahu n 1964 Pada dasarnya suatu sistem SLR akan terdiri dari stasiun peng-
hingga mencapai beberapa mm pada saat ini. amat (obseruatory) SLR serta satelit-satelit SLR. Bentuk suatu sta-
siun pengamatan SLR dicontohkan pada Gambar 6.4. Dari Gambar
ini terlihat-bahwa stasiun pengamatan SLR ini relatif cukup besar.
1m
tr
{J
a
.ro 10 cm
q
O
k
p.
1cm
Gambar 6.3 Ketelitian ukuran jarak SLR [/I,RS, 2000] Gambar 6.4 Contoh bentuk stasiun pengamatan SLR
I.iO (irrrr.lr:.si Salr,/rl
,Stslr'lt S/,/r' rlrtrt l,l.h' l .t I
.
VCL 1988
1988
Perlu dicatat di sini bahwa misi-misi satelit di atas pada dasar- 1986
nya bukan didedikasikan khusus untuk sLR. sebagai contoh, misi Jd
F
1986
utama dari satelit ADEos-2 adalah penginderaan jauh dan Jason 1984
1984
adalah sistem satelit altimetri.
198 1
6.3 APLIKASI SLR 198 1
A
l.l(r ( ir',t,lt ;t iltlt lrt
E
9 o.o -+-lageos I
g --o- lagos 2
3 zo
E t] elalon 'l
o -4,0 r etalon 2
x ajisai
-6,0
a starlette
-8,0
o stelle
081624324048
Hari ditahun 1989
Gambar 6.10_ trfek pasut dan tekanan 92 95
atmosfer,
ditentukan dengan SLR
[IrRg 2000] Gambar 6 12 Nilai GM yang ditentukan dengan SLR, terhadap
Disamping parameter orientasi Bumi, nilai nominal 398600 km3/sec, fSmith et al., 2OOOI
SLR juga dapat diguna-
kan untuk memperaja ri uariasi pr"i"i
irn
Gambar 6' 11 berikut menunjukian variasi
pusat Bumi (geocenter) . Karena kemampuannya untuk menentukan parameter koordinat
pusat Bumi dalam kom- secara teliti sampai ke tingkat ketelitian beberapa mm, SLR juga
ponen (X,Y), dari tahun 1987 sampai banyak dimanfaatkan untuk studi-studi geodinamika d.an
1993, yang ditentukan dari
analisa data SLR. deforrnasi. Gambar 6. 13 menunjukkan vektor pergeseran dari
beberapa stasiun SLR yang terdapat di kawasan mediterania dan
daratan Eropa.
E
E
X
o0
o
q
E
o
E
E
c
on
o
E
o
\<
-30
'1987
89
1 993
Gambar 6.11 Variasi pusat Bumi
(g eocent er), I I Ut S,,2OOO]
Gambar 6. 13 Vektor pe rgeseran titik dari SLR UVASA-GSFC, 20001
I :Jl't (it'orltsi Sutt,h.t ,'jr.slcrrt ^S/,[' tltttr l,l.L' l.l()
Beberapa aplikasi lainnya dimana sLR berkontribusi secara lang- larjutantabel 16.5
sung maupun tak langsung adalah [II,RS, 20OO]:
Periode Pencapaian
' kalibrasi altimeter radar dari sistem satelit altimetri; . Melalui korelasi yang kuat dengan pergerakan kutub
' pemantauan perubahan muka laut, dimana sLR berkontribusi dari SLR, peran angin atmosfer dan EOP (Earth Orien-
dalam penentuan orbit satelit altimetri secara teliti serta dalam tation Parameterl lebih dimengerti.
penentuan perubahan ketinggian stasiun pengamatan di
kawasan pantai; t990 - 94 . Pergerakan lempeng kontemporer diukur dengan reso-
lus;. sampai mm/tahun.
' studi variasi gaya berat akibat redistribusi massa di atmosfer, . SLR mendefinisikan skala terestrial (GM) dan titik asal
hidrosfer dan dalam Bumi; serta
. studi interaksi antara inti dan mantel Bumi. kerangka pada level beberaPa mm.
. Variasi-variasi waktu zonal berkorelasi dengan tekan-
Secara umum, hal-hal yang telah dicapai dan diselesaikan de- an atmosfer global dan redistribusi massa lautan.
ngan menggunakan teknologi SLR, diberikan pada Tabel 6.5. . TOPEX dengan penjejakan oleh SLR dan RF memberi-
kan topografi lautan dan tinggi gelombang berketelitian
Tabel 6.5 Pencapaian teknologi SLR ICDDIS, 2001] cm serta menunjukkan adanya perubahan MSL global
sebesar 3 mm/yr.
Pencapaian 1995 - . SLR mengukur pergerakan geocenter yang disebabkan
. Posisi stasiun ditentukan sampai ketelitian 2O m. sekarang oleh fenomena Pasut.
. SLR memberikan skala untuk pengukuran satelit ge_ . SLR mengamati adanya bias dalam skala waktu
paleomagnetik yang dikonfirmasi oleh para geochronolo-
gist.
1970 - 74 . Posisi stasiun ditentukan sampai . Medan gaya berat SLR mengkonstrain model-model
. Data SLR meningkatkan kualitasketelitian 5 m.
model gaya berat pasut, serta sirkulasi lautan dan atmosfer global'
berpanjang gelombang panjang. . Kombinasi data SLR/altimetri meningkatkan kualitas
., $LR dikombinasikan dengan data gaya
berat permu_ pendefinisian geoid laut.
ikaan meningkatkan kualitas moaet gaya berat . Pemetaan topografi es yang komprehensif untuk per-
' berpanjang gelombang menengah. tama kalinya dengan satelit altimeter ERS-1/2 yang
. SLR menentukan pergerakan kutub (satu komponen) dijejak dengan SLR.
sampai ketelitian sub-meter. . Pemetaan topografi daratan dengan satelit altimetri yang
t975 - 79 . Pengukuran tektonik lempeng yang pertama dengan dijejak oleh SLR sedang dikembangkan.
SLR dengan proyek SAFE.
. SLR menentukan orbit satelit altimetri GEOS_3 dan
Seasat. 6.4 SISTEM LLR
1980 - 84 . Penemuan korelasi yang kuat untuk pertama kalinya Prinsip kerja sistem LLR adalah sama dengan sistem SLR' Ha-
antara pergerakan tektonik kontemporer dengan model_ nya kalau pada SLR, retro-reflektor ditempatkan di satelit, pada
model geologi. LLR retro-reflektornya ditempatkan di permukaan Bulan. Reflektor
. SLR meningkatkan presisi GM sekitar 10 kali. LLR di Bulan ditempatkan oleh para astronot dari misi Apollo (usA)
. Respon dinamis dari konveksi internal teramati. dan Luna (Rusia). sistem LLR mulai diimplementasikan sejak ta-
. Efek dari perubahan lempengan es d,an post_glacial re_ hun 1969.
bound teramati.
. BIH bergantung pada SLR, LLR, dan VLBI untuk pe_
Distfibusi lokasi dari reflel<tor LLR yang ditempatkan di Bulan
mantauan kutub dan orientasi Bumi. ditunjukkan pada Gambar 6.14 berikut. Sebenarnya sudah ada 5
kelompok reflektor yang ditempatkan di Bulan. Namun satu ke-
. SLR/VLBI menetapkan kerangka referensi terestrial per_ lompok yang ditempatkan oleh awak Luna 17 tidak bisa diguna-
tama berketelitian cm.
. Pendeteksian sinyal pasut lautan dan Bumi.
kan, karena tertutup debu. Sejarah penempatan dari kelompok
. Pembangunan model pasut laut yang realistis. retro-reflektor tersebut diberikan pada Tabel 6.6.
,'jr:;llrrr S/,lr' rlttrt Ll,li I.l I
Pa<ln saat ini ada empat stasiun pengamatan LLIi di clunia. viril r r
*i:i': iili-l;+$;;iiffi
Gambar 6.14 Distribusi lokasi retro_reflektor
di Bulan IBKG,2OOOI
Luna 77 Reflektor Prancis; tertutup debu Gambar 6. i7 berikut. Dari (Ga mbar terlihat bah wa stasiun LLR
(tidak bisa digunakan lagi) relatif cukup besar.
Febr.1971
Juii 1971
Jan. 7973
Apollo 14
Apollo 15
Luna 21
100 buah reflektor
300 buah reflektor
Reflektor Prancis
r
::::::::::::: I,l
'.,
::4...
I
a: : '
t .. t-:11::ti*-:#"$-t:,:s
.:::: : ,.ilil\,
:1Yi1t\::::::a:::
", ,
::
it.
ii
i
ffi
Wi
ffi WWffi
ffi
ffiffiffi.'I
.
; I
w*l&.fi:i
!i.:-:-:)S,:ir:::=
*
yaitu retro-reflektorApollo 14 dan Luna
bar 6.15 berikut.
21 ditunjuf.fi"" p"O" Gam_
,* F!'{r,p E r F*: t gmmt[ '
ffi*$iltil
W
ffiml
w#:,*rtE t ,-l
ffii.Xfri#-l
IE:RBffiE
*' "1,', lr^"-]-----*n-**- rc
reE
M
hrfrre$l il I Y E
K
E
IT
Stasiun McDona-ld (USA) Stasiun Haleakal a, Hawaii (US.
SA)
A
I 4(t ( i( 1)(,/r'st ,S(rl(,/lt
Stslt:rtt Vl.l ll l,l'/
nat relatif antara kedua stasiun, akan dapat diestimasi. perlu
<.lica_
tat di sini bahwa seandainya vektor koordinat dari kuasar S
Semua variabel kesalahan dan bias di atas, kecuali efek relativitas
At..,, dalam perspektif VLBI geodetik adalah variabel pengganggu
(nuisance uaiables) terhadap delay geometrik. Meskipun nilainya
relatif kecil, variabel-variabel tersebut harus diperhitungkan dan
dieliminasi dengan beberapa cara atau metode seperti berikut ICan-
non, 1999):
1. perhitungan langsung dari parameter-parameter fisika (untuk
At."J,
2. kalibrasi langsung (untuk At,,"J,
3. estimasi dengan pemodelan, dibantu dengan parameter-
parameter lokal (untuk At..oo dan At.,""u), dan
4. reduksi dengan data pada dua frekuensi (untuk At,o.o.).
Dalam sistem koordinat referensi CTS, persamaan (7.1) dapat
dijabarkan dalam persamaan berikut [Seeber, 1993]:
B.s(t) :b, .cos 6.cos h
ssysszs
+ b.cos 6.sin h + b.sin 5 (7.31
dimana:
(bx,by,bz) = komponen vektor baseline B,
(o,",5") = spheical equatorial co ordinates (asensiorekta,
DATA .o Group delay (data utama)
phase detay deklinasi] dari sumber gelombang radio
'ENGAMATAN o Delay rate (kuasar)
dimana:
B . S'(t) = -ro.(b,.cos 5,.sin h" - b".cos 6,.cos h. )
(7.e)
Pada persamaan di atas ro adalah kecepatan rotasi Bumi.
40
)q30
6
a
20001
Szo Gambar 7.3 Distribusi stasiun-stasiun VLBI [fys'
dengan penerima (re-
setiap stasiun VLBI umumnya dilengkapi
10
perekam data (recorder)' Karena
ceiuer),jam (osilat.;i;;, seria
lemah' yaitu sekitar 1 Jansky
sinyal dari quasar;;;;;" "u'ttglt mendeteksinya diperlukan
(1 Jy = 19'u V/*';;if,-#"rt" yllt"1 yang besar' biasanya da-
1980 1985 Tahun 1990 1995
teleskop (antena) .u.alo'att'gan diameter 1988]'
Iam orde beberapa puluh tt'"t"t [Lambeck'
Gambar 7.2 Perkembangan.jumlah stasiull VLBI UyS, 20OOl
ijr:;lt'rrt Vl,lll llrl
I 5)O (irr;r.lc.si Satclil
a
d
;o
d
i4
C) -5
o
+J
q)
a
H -10
o
-15
I.-alrbanks, Alaska
Fairbanks, Alaska Kauai, Hawaii 0
-5 5 0 .-5 5 -5
Gambar 7.4 Contoh stasiun VLBI Offset Right Ascension (mas)
frekuen-
Seperti yang sudah disebutkan, sebelumnya, teknik VLBI meng- Gambar 7.5 Vartasi struktur <lari sumber radio kuasar 3C-84 terhadap
amati gelombang radio yang dipancarkan oleh kuasar. Karena le- .siemisilWalker,2OOO);tuaktupengannotan:Oktoberg5;konturmulaidenganS'
10, 14, 2O mJy/beani c)ai setanjutnyanaik denganfaktor^12'
taknya yang sangat jauh dari Bumi, perubahan posisi sudutnya
terhadap Bumi relatif sangat kecil. Saat ini ada sekitar 6O0 kuasar
yang digunakan oleh teknik VLBI. Meskipun kuasar dapat sangat Tabel 7.1 Ketelitian tipikal lAltamimi,2O00l
masif (compact), kuasar mempunyai struktur kecerahan (bightness
stntcture) yang relatif kompleks, dan struktur tersebut berubah Teknik Posisi - 3D Kecepatan
dengan waktu dan frekuensi emisinya, seperti yang diilustrasikan S/RMS (mm) WRMS (mm/tahun)
pada Gambar 7.5 berikut. VLBI 10 2
SLR t4 3
7.3 APLIKASI VLBI GPS 10 J
Sejak pengembangannya di awal l97O-an, VLBI telah banyak DORIS 34 9
berkontribusi dalam berbagai bidang aplikasi geodesi, seperti reali-
sasi kerangka referensi (selestial maupun terestrial) koordinat, pe- WRMS = uetghte.d r,ms (root mean sQuarel
nentuan parameter-parameter orientasi Bumi, serta studi geodina- Teknik vLBI juga berkontribusi besar dalam realisasi kerangka
mika. ICRF (/nfern ational cblestial Reference Frame\ serta pengikatannya
Dalam pendefinisian kerangka referensi koordinat, VLBI adalah dengan kerangka ITRF [Ma, ]9991. Dalam hal ini teknik VLBI digu-
yang
salah satu metode, disamping SLR, LLR, GPS, dan DORIS, yang nakan untuk menentukan koordinat dari sekitar 600 kuasar
digundkan dalam realisasi kerangka rrRF (International rerre stria.r mendefinisikan ICRF.
I lr..f t ir'tttlt ,:t Srttt,lrt
lir:;llrtt Vl,lll I lr.t
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, VLBI
adalah metocre
paling teliti untuk penentuan posisi retatir antartitik Pada Gambar di atas slope dari plot panjang baseline t'l-lcl'tll)it
rak sangat jauh, yaitu dalam orde beberapa ribu t<m.
y.rg u...i.- kan manifestasi dari pergerakan relatif antar lempeng Eurasia <larr
dicontohkan dari hasil pada Gambar 7.6
ftll ini dapat Amerika Utara dimana kedua stasiun berada.
berikut. pada Gambar ini
setiap solusi ditentukan dari 24jam data pengamatan Karena kemampuannya untuk menentukan koordinat relatif
lam hal ini terlihat bahwa vLBI. Da- antara dua titik yang berjauhan secara teliti tersebut, sistem VLBI
panjang baseline sekitar 4oo0
"^-p-itefin rait dari 1 cm
km ketetitian yang dicapai adalah juga sangat berguna untuk studi-studi geodinamika, yaitu studi
dan menjadi pergerakan lempeng-lempeng tektonik.
sekitar 5 cm untuk panjang baseline sekitar 10000
km.
Sebagai contoh Gambar 7.8 berikut menunjukkan vektor perge-
seran titik yang ditentukan dari data pengamatan VLBI pada sta-
siun-stasiun yang bersangkutan, yang merepresentasikan fenomena
pergerakan lempeng-lempeng benua.
e40
g
Eso
=
.9
920
$ff*-':::-:c-::'
4000 6000 Sooo 1 0000
Panjang baseline (km)
. Berkaitan
juga
dengan penentuan UTl, perlu dicatat juga
dapat mengamati variasi aari urt yang reratif bahwa VLBI 100
jam) seperti yang diilustrasikan pada cepat (orde be-
I:t"p"
Tingkat resolusi temporal yang relatif tinggi Gambar 7.9 berikut.
ini
manfaat untuk menganali"^ i..ro-".ra rotasi akan sangat ber-
200
rinci. Bumi secara rebih
300
A
rlJ ( ;r 1)r/r...it .\(rl(,/rl
I 1
Set<'lit Alluncll' I l;()
Perlu dicatat bahwa untuk mengeliminasi efek dari gelombang Orbit yang
serta gerakan muka laut berfrekuensi tinggi lainnya,;ait< sebenarnya
ukuran
adalahjarak rata-rata dalam daerah footpint.
Dari data rekaman waktu tempuh sinyal, serta ampritudo dan
bentuk muka sinyal setelah dipanlukan oreh permukaan laut,
be-
berapa karakteristik_ muka laut dapat diestimasi, yang di-
berikan pada Tabel 8.1. ".p..ii
Muka.laut
Tabel 8.1 Informasi produk satelit Altimetri; sesaat
[Seeber, 1993; SRSRA, 200 lj. Muka laul
rata-rata
Dari data waktu tempuh sinyal Dari data bentuk dan struktur
muka gelombang pantul Geoid
. Posisi uertikal permukaan . Tinggi gelombang
. Topografi muka laut (SST) laut . Panjang gelombang dominan
. Undulasi Geoid . Informasi termoklin
. Topografi es . Kemiringanlapisan es Ellipsoid
. Lokasi & kecepatan arus laut
Dari data amp[tuuo geromo;;E;;;tul Garnbar' 8.2 Geornetri Pengamatan Satelit Altimctri ISeeber, 1993]
K e cep atan ang in p e rmux"" i effi
Batas laut/es
. kesalahan dan bias yang terkait propagasi sinyal: Dari Gamb at 8.2 dan persamaan (8'2) sebelumnya terlihat lritltwrr
- refraksi ionosfer tingkat kualitas informasi muka laut yang ditentukan oleh sltitltt
- refraksi troposfer (komponen kering dan basah) sisle* satelit altimetri akan sangat bergantung pada tingkat kete-
. kesalahan dan bias yang terkait satelit: litian penentuan orbitnya terutama dalam arah radial, disamping
- kesalahan orbit juga blrgantung pada penentuan kesalahan dan bias lainnya' Oleh
- kesalahan sistem koordinat dari stasiun-stasiun kontrol sebab itu, penentuan orbit satelit altimetri secara teliti adalah suatu
. kesalahan dan bias yang terkait dinamika muka laut: faktor yan! signifikan untuk misi satelit altimetri berketelitian tinggi'
- bias elektromagnetik, yaitu perbedaan antara muka laut rata- Sebagai.ot tofr, satelitTOPEX/ Poseidon mempunyai tingkat kesa-
rata dengan muka pantulan rata-rata (mean scatteing sur- lahan orbit dalam arah radial sekitar 3,5 cm. Tingkat ketelitian
face); yang disebabkan oleh tingkat kekasaran (rough-ness) orbit yang cukup tinggi ini d.icapai dengan melakukan penjejakan
muka laut yang tidak homogen secara spasial. satelii dengan sistem-sistem SLR, DORIS, GPS, TDRSS (Tracking
- skeLuness bias, yaitu beda tinggi antara muka pantulan rata- and. Data Retay satettite sgsfems) serta memanfaatkan data
satelit
rata dengan muka pantulan median (median scattering sur- altimeter sendiri.
facel yang diukur oleh penjejak di satelit; yang disebabkan
oleh distribusi tinggi muka laut yang tidak normal (non- 8.3 MISI.MISI SATELIT ALTIMETRI
gaussian\. Sejak peluncuran Skylab pada tahun 1973, sampai saat ini su-
dah aaa bebeberapa misi satelit altimetri yang diluncurkan dengan
Pada persamaan (8.2) di atas, hasil ukuran altimeter a yang di- obyektifnya masing-masing, seperti yang ditunjukkan pada Tabel
gunakan adalah hasil ukuran yang sudah dikoreksi dengAn kesa- 8.2 berikut.
lahan-kesalahan akibat refraksi ionosfer dan troposfer, serta kesa-
lahan dan bias yang terkait dengan sensor altimeter serta dina- Tabel 8.2 Misi-misi Satelit Altimetri ISRSRA, 2001]
mika muka laut.
Misi Tahun/ Obyektif
Perlu dicatat di sini bahwa dengan perkembangan teknologi, re- lnstansi
solusi data ukuran jarak aitimeter semakin baik, dari sekitar 1 m
pada tahun 1973 sampai sekitar l-2 cm pada saat ini, seperti yang Skylab L973-74 Pembuktian untuk pertama kali konsep
diilustrasikan pada Gambar 8.3 berikut. Meskipun begitu, tingkat NASA pengukuran radar altimeter dari satelit'
ketelitian akhir dari jarak ukuran akan sangat bergantung pada GEOS-3 t975-78 Mengumprtlkan data untuk menin gkat-
tingkat kesuksesan pereduksian dan pengeliminasian dari kesa- NASA kan kualitas parameter geodetik dan geo-
fisik yang diperoleh sebelumnJa.
Iahan dan bias yang mengkontaminasi data ukuran.
Seasat r978 Didesain untuk memberikan data ukuran
NASA dari tinggi gelombang, topografi lautan g1o-
bal, dan geoid lautan.
100 Geosaf 1985-89 Satetit osEa.rografik militer didesain untuk
Pelkembangan
US Navy pemetaan presisi dan detail dari geoid di
t Resolusi Ukulan
Jarak Altimetcr (cm) wilayah lautan.
}]RS-I 1991-kini Didesain untuk analisa muka laut rata-
ESA rata dan geoid lautan.
40
TOPEX/ 1992-kint Eksperimen topografi lautan untuk meng-
Poseidon NASA ukur dan memetakan muka laut pada dua
CNES frekuensi, 5.3 dan 13.6 GHz, untuk me-
ningkatkan pengetahuan kita tentang sir-
(icosat IIRS-l T()P[X kulasi lautan berskala luas'
Sky'lab (iqrs-J IIRS-2 (icosirt Ir(J
ERS-2 1995-kini Didesain untuk analisa muka laut rata-
ESA rata dan geoid lautan.
(iatlrbar 8.3 Perkernbiutgan tesolusi ul<uratr jalah tltimt-tr,'r
I (t ) ( )r,odt:si Sat.elit Suttthl Allrrrr|ltr l(r.t
lanjutan Tabel 8.2 Satelit altimetri juga mempunyai bentuk konfigurasi tubuh yang
Misi Tahua/ Obyektif berbeda-beda. Gambar 8.4 memberikan contoh bentuk satelit
kist4trsi' altimetri ToPEX/Poseidon dan ERS-1. Dari Gambar ini terlihat
Geosat 1996-kini Untuk memperoleh pengamatan lautan bahwa, altimeter bukanlah satu-satunya sensor yang dibawa oleh
Follow- Us wavy secara kontin5ru, dan secara khusus satelit altimetri ini.
ott untuk mengukur topografi dinamik dari Sebagai contoh untuk satelit TOPEX/ Poseidon, selain dilengkapi
arus-arus batas Barat serta nnErs dan ed- dengan altimeter, satelit juga membawa sensor-sensor microwque
{ies-nya, untuk memperoleh data tinggi radiometer, antena GPS, antena DORIS, dan Laser RetroreJlectors
muka laut untuk model-model numerik, (LRR). Sedangkan untuk ERS-1, selain membawa radar altimeter,
sfrta untuk memetakan pergerakan EI satelit juga dilengkapi dengan sensor-snsor wind scatterometer
Nino di lautan Pasifik di daerah ekuator. (SCAT), sgnthetic aperture radar /SAR/, LRR, Along Track Scanning
Radiometer (ATSR) Microutaue Sounder, A?,SR Infrared Radiometer,
Setiap sistem satelit altimetri umumnya mempunyai karak- Precise Range andRange Rate Equipment !I?#'RF/. Sedangkan sate-
teristik orbit dan altimeter tersendiri. Tabel 8.3 memberikan con- lit ERS-2, disamping altimeter radar juga membawa sensor-sensor
toh karakteristik dari beberapa sistem satelit altimetri, dari gene- SAR, SCAT, ATSR, Microutaue Sounder, G[obal Ozon Monitoing Ex-
rasi awal (GEOS-3) sampai ERS-1. peiment (GOME), PRARE, dan LRR.
Tabei 8.3 Karakteristik dari beberapa sistem saterit artimerri TOPEX/Posetdol
Antena
GPSDR Afltena
high qaiil
fSeeber, 1995; Kramer, 1996; SRSRA,2OO 1l
Sotar anau
GEOS-3 SEASAT-1 GEOSAT
Masa hidup t975 - 78 1978 1985 - 89
Propulsidtt
Orbit Module
. periode 102 menit 100 menit 1OO menit
. ketinggian 840 km 760 km 780 km
Midoua0e
Radiotneter
.inklinasi 1 150 108" 1 08.
Module
Vu"g
Model geoid yang digunakan "au.daram hal ini adalah model geoid
-ro -1b -1@ -Eo -& -40 -2O O 20 @
'0
".ro."rf;0
yang digunakan untuk orbit satelit
jukkan bahwa satelit altimetri snasar. Gambar ini menun- Cizrmbar B 7 Representasi global dari SST tahunan untuk 1996 [ESOC, 2000]
;;;;;"y"i
ngat baik dalam menentukan rrariasi kemampuan yang sa_
spasiat SST jobat. Satelit altimetri juga dapat dimanfaatkan untuk mempelajari
"J;; variasi SST terhadap waktu dalam suatu skala spasial regional.
I (l(r (;.1)(,1(,s, .S(rr(,,ltl :tttt ltl t\lltnt ltt
Hal ini ditunjukkan oleh hasil pada Gambar 8.8 yang diperoleh
dari dua lewatan satelit GEOS-3 pada jejak yang sama di Lautan 20 Darisatelit GEOSAf
Atlantik sebelah Utara. Dari Gambar ini terlihat bahwa dalam se- F
+
,+ +
cm karena adanya perubahan pada gulfstream meander. Menarik -J
(/) f J+ +
'+ {f
+ + ,
juga untuk disimak bahwa pada kawasan gunung api bawah laut 0
Muir, variasi temporal SST dalam selang waktu tersebut reratif sa- U)
(U
*il
1*+
;*i +
++
ngat kecil dan dapat diabaikan. (U -10 + ++b
*
-20
100 200 300 400 500 hari
_ 23 April 1977 Gambar 8.9 Variasi temporal MSL dari satelit altimetri
---- 28 Sept. 1977 (Cheneg et al.' 1986\
perubahan 120 cm
\ :z/, __
- yang disebabkan oleh
O 100 2OO the gulfstream meander
lrl
km
t77
l'i'.) ( it.,trlr...t iirtttltt
i lt',lr'ttr iirtlr'ltl Nrtt,t,lrr',r l'i I
ri(:grne' sistem kontrol. (contror
sastem Segment) yang tercliri
stasiun-stasiun pemonitor dan pE"gorrt.of dari 9.1.1 Satelit Blok I
makai (user sesm""!!:y1..a1, latetit, dan segmen pe_
J"?ipernakai GpS termasuk alat_ Satelit GPS Blok I adalah generasi satelit percobaan (lrrilirtl t'otr
alat penerima dan p".rgotut, cept Validation Satellites) , dan pertama kali diluncurkan pada t a r ggrr
GPS ini digambarkan secara "irry.i-J"., data GpS. Ketiga segmen
r I
skematik pada Gambar 9. 1. 22Februari 1978. Sejak saat itu sampai tahun 1985, ada i I salelil
Blok I yang diluncurkan, dan bentuk fisik dari satelit ini ditunjttl<-
9.I SEGMEN SATELIT kan pada Gambar 9.2. Meskipun satelit Blok I hanya dimaksudkar-r
Satelit GpS bisa dianalogikan
sebagai stasiun radio di angkasa, sebagai satelit percobaan, tetapi sejak awal satelit-satelit Blok-l ini
yang diperlengkapi dengan sudah banyak digunakan oleh pihak militer maupun sipil dengarr
.rrt".r"-"?tena
menerima sinyat_sinyil^qet?mbanC. untuk mengirim dan hasil yang baik.
diterima oleh receiver GpS di/deka?pJr_rt6inyat_sinyaf iri
kan untuk menentuka" i"f*;;;i;;fii, r.r, bumi, ".iar;utnya
dan diguna_
Selain itu satelit Gp! j."si kecepatan, maupun waktu.
Ji;;#;;pi
mengontrol'tingkah -l aku' (.attitu dengan peratitan untuk
d e)"dari satelit, serta
sor untuk mendeteksi peledakan sensor_sen_ Satelit GPS Blok I
dan lokasinya.
";tli; "rtr:Ji'
SATELIT
.21 +3531.1;1
. pr'riode or.bit : l2 ianr
. altirurle orbit: 20200 l(ln
PENGGLTNA
. Mengarnati sinyal GpS
. IJitr-rng posisi dan kecepatan
. Dapatkan inlbrrnasi
nrengenai waktu
Gambar 9.2 Satelit GPS Blok I
SISTEM KONTROL
. Sinkronisasi r,vaktu Saat ini satelit Blok I sudah tidak operasional lagi, clan sudah
. Predil<si orbit digantikan dengan generasi operasional yang dinamakan Blok II
. Injeksi dara dan IIA. Status dan sejarah konstelasi dari satelit Blok I ini diberi-
Monitor l<csehatan satelil kan pada Tabel 9. I berikut. Dari Tabel ini dapat diturunkan bahwa
masa operasional total dari satelit Blok I ini adalah sekitar 78,29
tahun, dengan masa operasional rata-rata per satelit sekitar' 7,8
Gambar 9. 1 Sistem penintuan posisi
Global , GpS [Welts et al., 1 9861
tahun. Meskipun satelit Blok I, yang dibuat oleh Rockr'vell Interna-
Pada dasarnya satelit_satelit tional ini, mernpunyai rencana masa hidup 3 tahun, tetapi pada
GpS dapat dibagi atas beberapa
generasi yaitu
[Kaplan, 1996]: kenyataannya ada yang mencapai masa hidup lebih dari 10 tahun
. BLOK I : Iyti.ti.al Concept (lihat Tabel 9.1). Sebagai pengganti dari satelit Blok I yang sudah
Validation Sqteilites
. BLOK II : Initial produitio,n'iaiettites tidak berfungsi, diluncurkan satelit-satelit Blok II dan IIA yang le-
. BLOK IIA : (.Ipgrad,ed. proiu"ti* bih canggih dan lebih dapat diandalkan daripada satelit percobaan
. BLOK IIR : Reptenish^""t Satellites
iotl,tirt."
tipe Blok I.
. BLOK IIF :
Follou_O".SuiJoin^ent,, satellites 9.1.2 Satelit Blok II dan IIA
Pada saat ini (Agus.tLrs 2OOO), Satelit Blok II adalah satelit GPS operasional generasi pertama,
ada Z satelit Blok II, 1g satelit
Blok II A, clan 2 satgJlt etok
liR, dan mempunyai nomor SVN (Space Vehicle Numbers) dari 13 sam-
adalah satetit-satelit Blok II ".leUt-s.telit yang operasional
dJiiA*"" pai 21. Satelit Blok II ini dibangun oleh Rockwell International clan
diluncurkan mulai Februari 1989 sampai Oktober 1990.
l'i I
( tr'rtrlr ..t ,',rtlr,lrl
Sir:;l|lrr,\irr/r'ill Nrlt'trlrt,, l't",
Tabel 9.1 Status dan Sejarah Konstelasi
Satelit Blok I GpS Satelit Blok IIA, yang juga dibangun oleh Rockwell Intt:r'rrirtrorr;rl,
NAV W:rl<tu mempunyai nomor SVN dari 22 sarrtpai 40. Satelit Blol< IIA lrrrrl:r
lvtLllal Bcrhenti Lama
STAR SVN PRN Peluncurnn Oper-asional Operasionzrl Operasional dasarnya identik dengan satelit Blok II, dengan satu perkccrrirliiu)
(bu1an) yaitu seandainya stasiun pemantau satelit tidak dapat mengirirtr-
0r o4 22-Feb 78 29-Mar-78 25-Jan-8O 2I,9 kan pesan navigasi yang baru ke satelit, maka satelit akan mampll
-2 o2 07 03-Mei-78 14 .Iu1-78 30 .Iu1-80 25,5 mengirimkan pesan navigasi yang terakhir sampai selama 1BO hari.
a
o3 06 06-Okt-78 U9 Nov-78 Meskipun dari sisi pengguna informasi orbit yang dikirimkan da-
i9-Apr 92 l(r1,3
-1 o1 OB 11 Des-78 08-Jan-79 lam hal ini ketelitiannya berkurang dengan waktu, namun setidak-
27 -Ol<t-8lt c)3,6
o.5 o5 09-Ireb-80 27 Feb-80
nya sistem satelit tetap beroperasi dan dapat digunakan.
28 Nov-83 45
6 06 o9 26-Apr-8O 16 Mei B0 Secara total ada 29 satelit Blok II dan IIA yang telah diproduksi
1O-Des 90 126,8
-7 o7 1B-Des-8 I Gagal pada saat peluncuran
lParkinson, 1996), yang sebagian besar sudah berada dalam orbit-
t-B 08 nya. Pada bulan Aprll 1994, segmen angkasa GPS yang terdiri dari
11 I4-Ju1-83 10-Aug-83 04-Mei-93 I 16,8 24 satelit Blok II/IIA dinyatakan resmi sebagai segmen satelit yang
I-9 09 l3 13-Jun-8.1 19-.lul-84 28 Feb-94 115,2 operasional. Sampai saat ini (Agustus 20OO) ada 27 satelit Blok II,
r-10 10 12 08-Sep-84 o3-Okt-8.+ IIA dan IIR yang operasional, dan status konstelasinya ditunjuk-
1B-Nov-95 133,5
I - 11 l1 03 09-okt 85
30-okt-85 kan pada Tabel 9.2 berikut.
27 -Feb-94 99,9
VN = Satellite Vehicle Number, pRN pseu
= .o Random no re Number
Tabel 9.2. Status Konstelasi Satelit GPS
Berbeda dengan saterit Brok I, saterit (status Agustus,2000), dari GPS Info (2000)
Brok II clidesain sedemiki_
an rupa untuk meminimalkan interaksi Wakttr Mulai Jam Birlang
dengan NAV_
di Bumi' dan disamping itu sebagian b""-. ","*;;;;*antau STAR SVN PRN Peluncuran Operasional Orbit
aktivitas pemeliharaan
satelit clapat dilakukan ,ulp," II _ 1 t4 t4 t4 F'eb- 1989 1 5-Apr- 1989 Dihentikal:
-Jr,gg^.rggu pengiriman sinyal. pe-
ngiriman data secara periodik aarilegmen 14-Apr-20O0
juga ticlak akan mengganggu pelayanan pengontrol ke saterit -2 13 o2 10-.Iun-'l 989 1O-Aet- 1989 Cs
yang diberikan oleh satelit
tersebut' Satetit B10k II in_i mempunyai -3 16 6 18 Aet-1989 14-Okt- 1989 Cs tr-5
kapasitas penyimpanan data
(pesan navigasi) selama 14 hari,
keiimbang 3,5 hari yang dipunyai -4 19 9 2 1 -Okt- 1989 23-Nov- 1 989 Rb A-4
oleh satelit Brok I. Bentuk fisik dari -5 t7 7 1 1 Des-1989 O6-.Ian- 1990 Cs D-3
pada Gambar 9.3 berikut. ".t"t* Blok II i.ri aiiunyutut .n -6 18 8 24-Jar.-199O 1 4-Feb- 1 990 Cs ts -.1
Satelit Blok II/lIA didesain untuk memberikan perayanan se- kontak d.engan segmen pengontrol di Bumi, seperti yang ditunjuk-
larna 7.3 tahun, dan setiap satelit mempunyai a jim atom: dua kan oleh data pada Tabel9.3 berikut.
Cesium (Cs) dan dua Rubidium (Rb); serta mempunyai kemampu-
an Selective Availability (sA) dan Anti Spoofing (AS). Satelit BlokII/ Tabel 9.3 Perbandingan Satelit GPS [Kaplan, 1996]'
IIA ini diluncurkan dari cape caneveral Air Fo.c" Station dengan
Kemampuan Data Storage: Pengelolaan Periode dari URE di
menggunakan Delta II MLV (Medium LctunchVehicle). Momentum Autonomous akhir periode
Blok Autonomous Ephemeris/
Navigation Clock (hari) Operation, AO
9.1.3 Satelit Blok IIR AO (hari) (m)
Satelit Blok IIR adalah generasi satelit GpS setelah satelit Blok II Tidak 14 OCS t4 161,1
IIA yang dibangun oleh Ge'eral Electric, dan mempunyai nomor IIA Tidak 180 Onboard 180 < 1 0000
SVN dari 41 sampai 62. Bentuk fisik dari satelit etok ttpini ditun- IIR Ya 2to Onboord 180 74
jukkan pada Gambar 9.4 berikut. Saterit yang pertama rrari gene- OCS = Operational Control Segment, URE = User Range Error
rasi Blok IIR ini telah diluncurkan pada tangg.i 17 Jr.r.,ari 1997,
tetapi hancur karena kegagalan dalam proses peluncurannya. Se_
dangkan satelit Blok IIR yang kedua tel;h dilu;curkan pada tang- Perbedaan lainnya antara satelit Blok IIR dengan satelit Blok IIA
gal23 Juli 1997 dan dinyatakan operasional pada tanggal 31 Ja_ dapat diringkaskan sebagai berikut:
nuari 1998. satelit Blok IIR yang kiempat diluncurkariiada tang- . Berkaitan dengan Nauigation Pagload:
gal 11 Mei 2000 dan dinyataka' operasionar pada tanggal 1 Juri - tambahan penguatan terhadap radiasi.
2000. - kemampuan melakukan pengukuran jarak antarsesama
Karakteristik yang spesifik clari satelit Blok IIR ini adarah ke- sate'lit (cross link ranging).
mampuannya untuk melakukan navigasi yang sifatnya mandiri - mikro-prosesor yang dapat di program ulang.
(autonomous nauigation). Daram hal ini, satelit Blok IIR iapat men- - duajam atom operasional pada setiap saat (hot backup\'
ciptakan pesan navigasinya sendiri tanpa pengiriman darl stasiun . Berkaitan dengan Electricol Pouer Sysfems (EPS):
pengontrol di Bumi. Dengan kemampuan ini sistem dapat menjaga - Penggunan 3 baterai Ni CAD dan 2 baterai NiH.
ketelitiannya secara baik meskipun cukup rama tidak merakukan
|'i li t ilor/r'r:r Srrlr,/rl
sudut yang
Keenam bidang orbit satelit GPS mempunyai :P":i ditempati oleh
begitu orbit
sama antarsesam""v"' ft4"-ftipun "Ltitp seperti vang
tidak
4 satelit dengan interval antaranya yang ""T.^'
diatur sedemiki-
Jt,""i"ir.""?"a" c^*u" 9'7 ' Jarakanlarsatelit
probabilitas kenampakan setidak-
an rupa untuk *"-uk"i*alkan
dari setiap tempat di permuka-
nya 4satelit V."g U"tgtt;etri'-baik
Lamoni' 1992; Green' 1989]'
an bumi pada setiaf 3""' ta"A"y and
*tS
(s
!
(!
Bidang orbit A
5ro
-
Fl,l<uator 0u
llighl As<:anvon ol
320' Isttnding Norlc
Garrbar 9.5 Rencana I(onstelasr Satelit GPS
2800
Konstelasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang 2000
menempati 6 (enam) bidang orbit yang bentuknya sangat mend.e-
kati lingkaran, dengan eksentrisitas orbit umumnya lebih kecil dari
0,02, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 9.6. (larnbal 9 7 Distribusi satelit GPS
I FIO ( it'rttlt'::r Strltlil
.Sr:;lr,ll| Srtlr,/ll Nttttttlrt,,r I ti I
1227,60 MHz. Sinyal L1 memb u*,u sinyal L2 berfrekuensi Station (PCS), dan Master Control Station (MCS) lBagley and Lamons,
^an koie Uir". V.rS ai.._
2 buah
makan kode_p (p_cod.e, precise or iiuate"ra.j-J"" 19921. GAS berlokasi di Ascension, Diego Garcia, dan Kwajalein.
code, ClearAccess or^C.oarse Acquisation), f.rI"_"ZO (C/A- Lima stasiun MS terdiri dari stasiun GCS ditambah stasiun di Colo-
nya membawa kode-c/A. perru sedangkan sinyal L2 ha_ rado Springs dan Hawaii. Stasiun PCS berlokasi di Cape Caneveral,
dicatat bahwa pada saat ini kode-p
telah diubah menjadi kode_yyang dan stasiun ini juga berfungsi sebagai backup dari GAS. Sedang-
umum. "t.rf.trrrrya dirahasiakan untuk kan stasiun MCS berlokasi di Colorado Springs. Lokasi dari sta-
Dengan mengamati sinyal-sinyal siun-stasiun tersebut ditunjukkan pada Gambar 9.8.
dari
waktu yang cukup' seseorang kemudian saterit dalam jumrah dan
mendapatkan informasi meigenai dapat -"-.o".".rya untuk
fosisi,
ataupun parameter_parameter turunannva.kecepatan, dan waktu,
9.2 SEGMEN SISTEM KONTROL
Segmen sistem kontror berfungsi
mengontror dan memantau
operasional saterit dan memastikair
bahwa'saterit u".irrgsi seba_
gaimana mestinya. Fungsi i"i
wajiban yaitu antara lain:
_""""r.up beberaf, ;;;" dan ke-
fl Menjaga agar semua saterit rnasing-masing
orbitnya yang seharusnya berada pada posisi
dengan;
lstaiion keeping). ini dilakukan
- Mengamati semua scttelit secara terus_menerus.
tr Master Control Station+ Monitor Station Colorado Spnhgs (USA)
y:tlr*diksi ephemeris satetit serta kctrakteistik d.ai jam o Monitor Station
*rf^
aan rampilan
I I
A
i
I R.ryin,pun dutn I
PengirinanY
t "*"ll
salah satu dari
Ground Antenna Station
Gambar 9.6 Iiomponen utama dari receiver GPS [Seeber, 1993]
_4Tipe Sipit
TipeNavigasi { -\jTipe
Mititer
Penentuan Tipe Pemetaan
Posisi
Receiver
GPS
\ Ttpe Dua Frekuensi
@
'l
?
0,ul-1 ,0 Juta
tr Umumnya digunakan Receiver GPS juga bisa diklasifikasikan berdasarkan jumlah kanal
Penerbangan penentuan attitude. "r;;;;r** rm (channet) yang dipunyainya, yaitu : receiver multi-channel, receiver
(Auiation) tr Umrlmny-a dapat diintegrasikan sequential, receiver multiplexing. Penjelasan yang lebih rinci ten-
sis data Jeppson.
dengan ba_ tang jenis-jenis receiver tersebut dapat dilihat di fSeeber, 1993;
tr Receiver yang lebih canggih
Wells et al., 1986; Hofmann-Wallenhof, 19971.
sedang diba
ngun dan diuji untuk r."p., rua., Akhirnya perlu dicatat bahwa kalau kita pelajari perkembangan
(landing). f".r-alir.., dunia receiver GPS dari waktu ke waktu, ada beberapa pola kecen-
derungan dari receiver GPS yang dapat disimpulkan pada saat ini,
Umumnya digunakan untuk yaitu:
.r"rriguS-
rnengakomodasi format data E Ukuran semakin kecil,
Laut (Marine) Y-::lfl
N MEA- l 83 sehingga
dapar dii;i;;;;;;" fJ Harga semakin murah,
dengan- pera latan elektronik
dp;i h;;;;. E Kean.tralan semakin tinggi,
d.ilengkapi dengan layar tampil_
!-lberana
an yang cukup iebar untuk E Ketelitian data yang diberikan semakin baik,
menampltt a:, tr Lebih'user-oriented',
peta navigasi laut.
D Dapat diintegrasikan dengan sistem lainnya seperti SIG (Sistem
tr Digunakan Informasi Geografis), Video, Kamera Digital, dll,
""tffi
penentuan attitude_ nv a. E Jenisnya dalam bentuk GPS Cctrd semakin populer.
Luar Angkasa tr Mem911yai daya tahan terhadap
(Spaceborne) yang lebih baik dibandingkan radiasi Disamping itu juga, perangkat pengguna (user equipment) GPS
umum digunakan di permuka""
;;;i;;;""s juga mengalami evolusi teknologi yang cukup dramatis; dari pe-
U"-i rangkat berukuran besar, berat, dan memerlukan catu daya yang
I tr fl1nyu berupa electronic board
relatif besar (umumnya dalam bentuk box) menjadi perangkat yang
relatif kecil, ringan, efisien dalam konsumsi catu daya, dan secara
pada cu-1", s.rst.
GpS card I tr_ lY,:"::nnyauntuk dijntegrasikan
Dimaksudkan fungsional lebih efektif. Dengan perkembangan teknologi elektro-
dengan
instrumen lain, seperti r..*-p"t..
ic,*;;_._ nikayang cepat, akhirnya dapat diharapkan bahwa perangkat peng-
ra, video, dll.nya. guna GPS ini nantinya hanya akan berupa perangkat lunak yang
tr A.da yang dapat menerima
koreksi diferen_ dilengkapi dengan antena penerima sinyal. Evolusi teknologi ini
sial. ditunjukkan pada Gambar 9.14 berikut.
l ()O (ilorlr,..;r Srllr,lil
Srslcnr Srrlr,/rt Naurr;rrsr
l() I
Card
9.4 SISTEM WAKTU SATELIT DAN GPS
-* $ffiflf
rry $@-;+
W
Satelit GPS beroperasi dengan menggunakan sistem waktunya
sendiri, yaitu sisfem uakfit satelit. Sistem waktu ini didefinisikan
oleh jam-jam atom yang berada di setiap satelit GpS. Setiap satelit
GPS Blok II/IIA yang beroperasi saat ini membawa empat buah
jam atom, dua Cesium (Cs) dan dua Rubidum (Rb). Semua freku-
,,1;i:1ff,,ffi ensi yang dibangkitkan di satelit serta waktu pentransmisian untuk
kode-C/A, kode-P(Y), dan pesan navigasi, adalah mengacu pada,
sistem waktu ini. Meskipun begitu patut dicatat di sini bahwa data
t>@@
\t* chip
yang berada dalam pesan navigasi adalah mengacu ke sistem u-takfit
GPS lLeick, 19951.
Sistem waktu GPS adalah sistem waktu berskala kontinyu yang
didefinisikan oleh jam (atom) utama yang berada di Moster control
Garnbar 9.'l 4 Evolusi rekrr.ologi UE (Uscr Equipmerttl
GpS
Station (MCS) GPS di Colorado Springs. Sistem waktu GpS ini bere-
IGPSJPO, t9961 ferensi ke sistem waktu UTC (Uniuersal Time Coordinated) yang di-
kelola oleh USNO (United Sfates Naual Obseruatoryl, dan keduanya
9.3.2 Antena GPS mempunyai hubungan yang terdefinisi secara teliti sampai tingkat
Komponen dari alat oenerima sinyal GpS yang 1 n sec. Perlu dicatat di sini bahwa karena adanya leap second.
adalah antena. Bahkan dalam p".r.rirr.., posisi
cukup penting pada skala sistem waktu UTC, serta adanya dift pad,ajam MCS,
dengan CeS, y.rg maka sistem waktu GPS tidak identik dengan sistem waktu UTC.
ditentukan secara langsung adalah posisi dari antena
"et..,.^.nya
GPS, yaitu pusat erektronis (fase)-nya. Kedua sistem ini terhubungkan melalui sistem waktu rNl (Interna-
Antena cps uerrungsi men_
deteksi dan menerima gelombang elektromagnetik tional Atomic Clockl melalui persamaan-persamaan berikut
yang datang dari al.,
satelit GPS, serta mengubahnya menjadi arus
listrik. lHoffmann- Wellenhof et. 1997 l:
ini setelah Arus tistrik
diperkuat akan dikirimkan ke kompone, cPS + 19."000,
dari receiver untuk diproses rebih ranjut. Antena eiettronika IAT (e.1)
harus mempunyai polarisasi lingkaran untuk
crs ai=.*pi.rg
dapat mengamati si_ IAT UTC + (1. "OOO).n (e.21
nyal GpS, juga harus mempunlai sensitivit""
dapat mendeteksi sinyal GpS yang relatif tem.fr. V""g ii"lgi untuk Pada persamaan (9.2) di atas, nilai bilangan integer n secara
antena GpS harus mempunyai karakteristik 6i".iipirrg it, formal diumumkan oleh IERS (/nfernational EorthRotation seruicel.
sedemikian rupa se_
hingga rlapat meng:T3ti sinyal yang datang Sebagai contoh, pada bulan Juni 1996, nitai n adalah 3O, yang
dari semua arah dan
ketinggian dengan baik. Antena'Gps untuk
keperruan survai dan
berarti waktu GPS berbeaa'i f detik dengan waktu UTC pada saat
pemetaan sebaiknya juga-mempunyai stabilitas tersebut.
pusat fase" (phase
center) yalg tinggi serta 'daya torak, terhadap Waktu GPS dinyatakan dengan bilangan minggu serta fiumlah)
*"rtrp"ii.
Ada beberapa jenis antena^-GpS yang dikenal,
yaitu detik sejak awal minggu yang bersangkutan pada saat tersebut.
monopole ataw dipole, qtadrifilar hetix(ugadinamakan[Seeber,l993]: Minggu GPS selalu dimulai pada tengah malam (UTC) antara hari
uolute), spiral
helix, microstnp (iuga p aich1, Sabtu dan Minggu. Oleh sebab itu waktu (detik) GpS berubah dari
-dinamakan cho ke nng. Beberapa
diantaranya ditunjukkan pada Gambar 9.15. -dan O di awal minggu, sampai 604800 di akhir minggu. Bilangan Minggu
GPS dimulai pada tanggal 5 Januari 1980 jam 0:O0 UTC. Sejak
saat itu bilangan minggu GPS bertambah satu setiap minggunya,
dan dipancarkan sebagai bagian dari Pesan Navigasi GpS. Bilang-
an minggu GPS adalah modulo dari 1024. Ini berarti bah.wa pada
Monopote Helix Spiral Helix Micro.rtrip
akhirminggu ke 1O23, bilangan minggu GPS akan kembali (roilouerl
Choke Ring ke bilangan O. Ini akan terjadi pada tanggal 21 Agustus 1999 jam
Gambar 9.15 Beberapa jenis antena
GPS 0:OO UTC.
Nttt'ttlttr'l I
()'l
.St.sll'ttt .5rrlr'lll
lrl'2 ( itttt lt',;t ,\ttlt,ltt
Selair-r tttctttltt'
cm/detik dapat diperole.h 9-1"* hal ini'
Al<lrirrr.ya patut dicatat di sini bahrva pesan navigasi GPS me- tik sampai
infor*."i t"'tff;Ji"' GP:,]:;; aapat digunakan untttk
ngandung parameter-parameter koreksi untuk mengkonversikan rikan tempat ke Lmpat lain'
Ketelitian satn-
waktu i"i""tut
sistem waktu satelit ke sistem waktu GPS. Dalam hal ini untuk mentransfer aiut'iltttt oLh GPS untuk transrer
pelayanan PPS (Precise Positioning Seruice) yang berbasiskan pada oai beberaot t"t'oJJt';;;;;;
penggunaan kode-P, ketelitian waktu yang telah dikoreksi adalah waktu antar benua'
176 nsec (95"/"), dan untuk pelayanan SPS (Standard Positioning
Seruice) yang berbasiskan pada penggunaan kode-C/A, ketelitian 9.6 KONDISI PASAR GPS semakin banyak digunakan
dalam
waktu tersebut adalah 363 nsec (95%l fLeick, 19951. CpS V^tg sudah
Teknologi memiliki panssa pasar vans
berbagai bidang #il-J:;li'i"ii"r.n
hasil survai industri vang
9.5 KEMAMPUAN GPS cukup besar dt' o*:;"ffi!i;,11":lkan academy of Pubtic Admin-
telah di1ak".'^tt^" Jtlr'
NAPA \l,atro'u.,i ka-
GPS dapat memberikan informasi mengenai posisi, kecepatan,
r"*"olgt ii1*;t1rt" s"i'tx' diperoleh- suatu
yang di-
dan waktu secara cepat, teliti, dan murah dimana saja di bumi ini istration),suatu oi a""i" p"i"'tahun 1995
pada setiap waktu, siang maupun malam tanpa trergantung pada rakteristik segmen p1; ^o|!
kondisi cuaca. Sampai saat ini, GPS adalah satu-satunya sistem il"l"r.t"" Pada Gambar 9'17 '
navigasi atau sistem penentuan posisi yang mempunyai karakte-
ristik prima seperti itu. Disamping produk dasar tersebut (posisi,
kecepatan, dan waktu), sebenarnya ada beberapa parameter lain-
nya yang dapat ditentukan dengan teknologi GPS ini. Parameter-
parameter tersebut ditunjukkan pada Gambar 9.16.
1 Posisi iffi
1 Kecepatan ;%ffi* produk Dasar
j Waktu :jffit-' US$ 729 iuta
j Percepatan
Parameter q Attitude parameters
yang bia a TEC (Total Electron Content)
ditentukan
dengan GPS
1 WVC (Water Vapour Content)
1 Polar motion parameters
I Tinggi ortometrik Perlu dikombinasikan
3 Undulasi Geoid dengan informas
I DefleksiVertikal eksternal dari (()INc NAIA l r95 lxhs[Y strn ')
sistem lainnya
199s I NAPA, 1995]
Beragam Aplikasi Pasar Dunra (rl-r Pdt tahun
GPS Pada
Gambar 9 17 Kondisi
darat
bahwa segmen-perhubungan
Dari Gamb ar 9-17 terlihat yaitu.sebesar
GpS yang pJtirrg b""^r,
Gambar 9.16 Produk GPS
merupakan segmen pasar diwakili oleh
Dalam hal penentuan posisi, GPS dapat memberikan ketelitian 32oh. sedaHgkan ;ffi"i ;[J:ll,'^'i'i' ""tul"
terdapat dalam segmen
posisi yang spektrumnya cukup luas. Dari yang sangat teliti (orde segrnen maritim, :t-ig^ ""U"gi1t"V11Yn rlkreasi' Meskipun
ilmu pengetahuan itt ""iti'
serta.
milimiter, relatif) sampai yang biasa-biasa saja (orde puluhan me- "tgt""
tetapi sesmen- vang ter-
ter, absolut). Ketelitian posisi yang diperoleh secara umum akan tidak sebes^, ""**ff;t;tf*;;a1 l3ra"t' relatif cukup besar por-
kait denga,, ''"ptft-i"p!t
t"tttttu' ters^ebut
bergantung pada empat faktor, yaitu : metode penentuan posisi gmen lainnva'
yang digunakan, geometri dan distribusi dari satelit-satelit yang ffi;;;fi;;dingkan "" g*.''-'"ini juga memperkirakan bahwa volu-
diamati, ketelitian data yang digunakan, dan strategi/ metode peng- Survai ind'ustri dari NAPA mendatang'
pasar GPS axJ^;";" membesar di masa-masa
olahan data yang diterapkan. Kecepatan wahana yang bergerak juga me segmen-
CpS dunia ini berdasarkan
dapat ditentukan oleh GPS seandainya wahana tersebqt dileng- Proveksi au'ti 'or'-""p"""t
kapi dengan alat penerima sinyal GPS. Ketelitian berorde mm/de-
l<)4 (;(?)(.1.'.)^r Srrtc/il
Sislerrl Snterlil Nttttttlrt';r ( )lr
I
199
2Og Ot:odesi Satelit l\tllttr l\t:iltthtt').(ll
Black, H.D. (1978). "An Easily Impremented Algorithm for the Chao, C.C. (1974l'. "The Tropospheric Calibration Model for Mttt'ttter
Tropospheric Range Correction," Journal of Geophgsical Mars, 197 1", JPL Technical Report 32-1587, Jet Propulsiorr
Research, Vol. 38, No. 4, pp. 1g25 _ 1g2g. Laboratory, CA, March.
Borkowski, K.M. (1989). .,Accurate Algorithms to Transform Cheney,R.E., B.C.Douglas, D.T. Sandwell, J.G. Marsh, T.V. Martin,
Geocentric to Geodetic coordinate s." Builetin Geod.esique,yor. J.J. McCarthy (1984) "Application of Satellite Altimetry to
63, pp. 50-56. Oceanography and Geophysics", Marine Geophgsical
Researches, Yol. 7, pp. 17 -32.
Bowring, B. R. (1976): "Transformation from spatial to Geographic
Coordinates", Sttrueg Reuieut, Vol. XXII, No. 1g1. Cheney,R.E., B.C. Douglas, R. Green, L. Miller, D. Milbert, D. Porter
(1986) "The GEOSAT Altimeter Mission: a Milestone in Satel-
campbell, J. (2000). "From euasars to Benchmarks: vLBI Links lite Oceanography", EOS, 67, Dec.2.
Heaven and Earth." proceedings of the Internationat vLBI ser-
uice for Geodesg and Astrometry General Meeting, Kotzting,
Cohen, S.C. and M.R. Pearlman (1989). "Laser Ranging Techniques."
Germany, 2L-24 pebruary, pp. 20_34.
In:The Interdisciplinary Role of Space Geodesy, Eds. II. Mueller
and S. Zerbini, Lecture Notes in Earth Science 22, Springer
Verlag, Berlin,pp. 135- 148.
Campbell, J., A. Nothnagel, H. Schuh (tgg2),,VlBl_Messungen fur
Geodynamische Fragestellungen. ZlV, lIZ, pp. 214_222. Curlander, J.C. and R.N. McDonough (1991). Sgnthetic Aperture
Rada4 Sysfems and Signal Processirug. John Wiley, New York,
cannon, w. (1999). "oueruieut of vLBI." 1999 International VLBI ISBN : O-471-8577O-X,647 pp.
Service for Geodesy and Astrometry Annual Report. NASA/
TP-1999-2O9243, pp. 13 - 17. Davies, K. (1990). Ionospheic Radio. IEE Electromagnetic Waves
Series 31, Peter Peregrinus, London.
cappelari, J.o., c.E. yerez, A.J. Fuchs (19z6l. Mathematicatrheory
of the Goddard Trajectory Determination Sgstem. GSFC Docu_ Davis, J.L. et al. (1985). "Geodesy by Radio Interferometry: Effects
ment X-582-7 6-ZZ, Greenbelt. of Atmospheric Modeling Errors on Estimates of Baseline
Lengths", Radio Science, Vol. 20.
carter, w.E. and D.s. Robertsori (19g4). "IRIS Earth Rotation and
Polar Motion Results." proceedings of the Internationar sgmpo- DEOS (Delft Institute for Earth-Oriented Space Research) (2000).
sium of Space techniques for Geod.gnamics, Vol. l, Sopron, pp. Situs internet, alamat: http : / / www. deos. tudelft. nl / altim / at-
2t4-222. las/, Agustus.
carter, w.E' and D.s. Robertson (19g5). "A Modern Earth orienta- Dickey, J.O. (1995). "Earth Rotation", in Global Earth Phgsics, A
tion Monitoring service: Functions, Goals and Methods of ob- Handbook of Phgsical Constants, edited by T.J. Ahrens, AGU
seryation." Proceedings of the Internationar conference on Earth Reference Shelf No. 1, American Geophysical Union,
Rotation and the Terrestial Reference Frqme yol. 2, Colum_ Washington,D.C., pp. 356-368.
bus, USA, pp. 536 - 550.
DMA (Defense Mapping Agency) ( 199 1) . Department of Defense World
CDDIS (2001). situs internet dari the cntstar Dgnamics Data Infor- Geodetic Sgstem 1984, Its Definition and Relationships with Local
mation Sgstem, alamat situs: http:/ /cddisa.gsfc.nasa. gov/ Geodetic Systems. DMA Technical Report 8350.2, September.
cddis.html, Januari.
Doherty, P.H., J.A. Klobuchar, J.M. Kunches (2000). "Eye on the
chao, B.F- (1985). "Predictability of the Earth's polar Motion.,, Buile- Ionosphere: the Correlation between Solar 10.7 cm Radio Flux
tin Geodesiqte, Vol. 59, pp. g1-93. and Ionospheric Range Delay", GPS Solutions, Vol. 3, No. 4,
Spring, pp.75-79.
)O2 Ge:odesi Satelit l)ullttr I\t:;ltthtt').(l;l
ESOC (European Space Operation Center) (2000). Situs internet, IPS (2000), Situs internet dari the Ionospheric Prediction Seruices,
alamat : http: I I nng. e soc. esa. de / ers / altintro. html, Agustus. alamat: http: / /www.ips.oz.au/, Agustus.
Ferrari, A.F., W.S. Sinclair, W.L. Sjogren, J.G. Williams and C.F. IVS (2000), Situs internet dari the International VLBI Seruice
Yoder (1982l,. "Geophysical Parameters of the Earth-Moon for Geodesg and Astrometry, alamat: http:/ /ivscc.gsfc.nasa.
System." Journal of Geophgsical Research, Vol. 85, pp. 3939- gov/, Desember.
395 1. 1
ILRS (2000). Situs internet dari the International Laser Ranging Ser- Leick, A. (1995). GPS Satellite Surueging. John Wiley & Sons, Second
uice, alarnat: http: / /ilrs.gsfc.nasa. gov/ ilrs_home.html, edition, New York, ISBN 0-471-30626-6,560 pp.
Agustus.
:lO,l (;(,()(/(,.sr
"\(/l{rlrl Dullur l\tstuhu ').lllt
Lillesand, T.M. and R-w. Kiefer (lgg4). Remote sensing and" Image
Uniuersity, USA, alamat situs : http://www.geodesy.eng. ohi<.r-
Interpretation. Third Edition, Joh Wiley, New york, ISBN : O_
state. edu/, Januari.
471-57783-9, 750 pp.
Ozone, M.L (1985). "Non-Iterative Solution of the g equation."
Lin, K.c' and J. wang (1995). "Transformation from Geocentric to
Surueging and Mapping, Vol. 45, No. 2, pp. 169'171.
Geodetic coordinates Using Newton's Iteration." Builetin
Geodesiqte, Vol. 69, pp. 300 - 303.
Paul, M.K. (1973). "A Note on Computation of Geodetic Coordinates
from Geocentric (Carte sian) Coordinate s. " Bulletin Geo de sique,
Ma, Chopo (1999). "The Celestiat Refetence Freme.,, 1999 Interna-
No. 108, pp. 134-139.
tional vLBI Service for Geodesy and Astrometry Annuar Re-
port. NASA ITP-|999-2O9243, pp. tB _ 22.
Ries, J.C., R.J. Eanes, C. Huang, BrE. Schutz, C.K. Shum, B.D.
Tapley, M.M. Watkins, D.N. Yuan (1989). "Deterrnination of
Marini, J. w. (1972). "correction of Satelite Tracking Data for an the Gravitational Coefficient of the Earth from,,Near-Earth
Arbitrary Tropospheric profile,', Radio Science, yol. Z . Satellites." Geophgsical Research Letters, Vol . 16, N.o. 4,
pp.27l-274.
Mccarthy, D.D. (trd.) (1989). IERS stand.ards. IERS Technicar Note
No. 3, Paris.
Rinner, K. (L9791. Report of theIAG CommissionlX (Education).Paper
Presented at the XVII IUGG General Assembly, Canberra,
McNamara, Leo F. (1991). The lonosphere: communications, sur-
Australia.
ueilldnce, and Direction Finding. Krieger publishing co., Mara-
bar, Florida,237 pp.
Riz.os, C. and A. Stolz (1985). "Force Modelling for GPS Satellite
Orbits." Proceedings of the International Sgmposium of Precise
Miles, H. (ed.) (1974). Artificiat sateltite obseruing and its Apptica-
Positioning uithGPS, Vol. I, Rockville, pp. 87-98.
frions. Faber and Faber Ltd., London, ISBN: 0_571_0g600_X,
216 pp. Roy, A.E. (1988). Orbital Motion. Third Edition, Adam Hilger, New
York, 532 pp.
Moritz, H. and I. I. Mueller (1987). EarthRotation, Theory and. obser-
uation, Ungar, New york, 617 pp.
Rueger, J.M. (1996) . Electronic Distance Measurement. Fourth
edition, Springer Verlag, New York, 276 pp.
NASA-GSFC (NASA Goddard space Flight center) (2000). Situs
Internet, alamat http : I I www.lupus. gsfc. nasa. gov, Agustus.
Saastamoinen (1973). "Contribution to the Theory of Atmospheric
Refraction." Bulletin Geodesique, lO7 : i3 - 34.
NASA-ESE (NASA's Earth Ecience Enterprise) (2000). Educational
CD-ROM, Versi 2.
Salomonson, V.V. and L.S. Walter (1995). "The Contributions of
Spaceborne Observing Systems to the Understanding of the
Navtech (2000). Situs internet dari NauigationTechnologg Gps Inc.,
Solid Earth and Land Surface Processes." in The State of Earth
Alamat situs : www.navtechgps.com, Desember. Scieruce from Space, edited by G. Asrar and D.J. Dokken, AIP
Press, New York, pp. 3 - 18.
NIST (2000). Situs internet dari Nationar Instifitte of stand"ard.s and
Technologg in Gaithersburg, Maryland, Alamat situs : http:
II Seeber, G. (1993). Satellite Geodesg, Foundations, Methods, andAp-
www.boulder.nist.gov/, Desember. plications. Walter de Gruyter, Berlin 1993.
osu (2001). situs internet d,ari the Department of ciuit and" Seidelmann, P.K. & T. Fukushima (l992l. "Why new time scales?",
Enuironmental Engineering and" Geod.etic science, ohio state
Astronomg andAstrophysics, Vol. 265, p,.,. 833-838.
')O(, ( ir rrrlr,.sr .Salclll I \tllrtt I'rt:,ttthtt '.),ll i
Subarya, C. and R.W.M. Matindas (1996). Datum Indonesia 1995 walker, R.C. (2000). "AstronomicalvLBI: Comparison and cortstI:tst
(DI-g5) Aang Geosentrik publikasi pusat pemetaan, with Geodetic/Astrometric vLBL" Proceedings of the lriertrrr
BAKOSURTANAL. tional VLBI Service for Geodesy and Astrometry Generctl Mee:-
ting, Kotzting, Germany,2l-24 February, pp. 42 - 51 '
Smith, D.E., R. Kolenkiewicz,p.J. Dunn, and M.H. Torrence.,,Earth
scale below a part per billion from Sateflite Laser Ranging.,, Wells, D.E., N. Beck, D. Delikaraoglou, A. Kleusberg, E.J.Krakiwsky,
ln: Geodesy Begond 20OO,IAG Symposia Vol. 121, Springir G. Lachapelle, R.B. Langley, M. Nakiboglu, K.P. Schwarz, J'M'
Verlag, Berlin, pp. 3-12. Tranquilla, P. Vanicek (1986). "Guide to GPS Positioning'"
Canadian GPS Associates, Fredericton, N.B., Canada'
Smith, J.R. (1997). Introductionto Geod.esy. John Wiley & Sons, New
York, ISBN: O-471-t6660-X, 224 pp. Williams, J.G., X.X. Newhall, J.O. Dickey (1987). "GM (earth) from
Lunar Laser Ranging (LLR)." EOS, Vol. 68, No. 16, pp. 281'
Spilker, J.J. (1996). "Tropospheric Effects on GpS", in Gtobo.t
Positioning Sgstem: Theory and. Applications, Vol. I, Chapter Wubbena, G. (1991). Zur Modellierung uon GPS Beobachtungenfur
13, edited by B.W. parkinson and J.J. Spilker Jr., AIAA, die hochgenaue Positionsbestimmung. Wiss.Arb.Univ'
Washington D.C., pp. 517 - 546. Hannover, Nr. 168.
SRSRA (2001). situs Internet of sateltite Remote sensing, R,.d.ar yoder, c.F. (1995). ,,Astrometric and Geodetic Properties of Earth
Altimetrg, Aerospace Engineeing, the tJniuersitg iJ Texos, and the Solar System", in Gtobal EarlhPhysics, A handbook of
alamat situs: http:/ /www.ae.utexas.edu/coursis/as e3g9 / PhgsicalConstants, edited byT.J. Ahrens, AGU Reference Shelf
sensors/ alt/ alt. html, Januari. No. 1, American Geophysical Union, Washington,D.C., pp' 1-
31.
Tascione, T.F. (1994). Introduction to the space Enuironment, 2nd
edition, Krieger Publishing Co., Malabar, Florida, 151 pp.
Koordinat Kartesian
(xA,YA,ZA)
Koordinat Geodetik :
(9a,l"a,ha)
',20()
l,trtrtltrrrtn I ')l I
:l IO (ir1)(/.,rjr.\'(/l('/rl
tan (p =
2au Pada persamaan di atas lintang-lintang geosentrik ry (pada bi-
(r.22) dang bola berjari-jari a) ditentukan secara iteratif dengan teknik
u 1u2 - i1
Newton, berdasarkan persamaan berikut:
dimana parameter u dihitung dari persamaan:
2Mr.l r.IG
lt= - 2
(r.23) Vr+1 = V., lvJ
f (vrr) (r.33)
Pada persamaan di atas:
dimana:
G : (2M + J)'- 4(l - K) (r.24) f(V") = 2sin(ry"-O) -c.sin2ry" (I.34)
'-), 1,1 ( ir,or,lr,.sr Srrlclrf l,tttttlttrtttr l')li,
Dari hasil studi kasus perbandingan ini terlihat bahwa dari segi Lampiran II
waktu pemrosesan, metode Lin & wang adalah yang tercepat dan
metode Borkowski adalah yang terlambat. Sedangkan dari segi ke-
salahan maksimumtomponen lintang dan tinggi ellipsoid yang di-
TRANSFORMASI 3D
hitung, metode Lin & wang dan metod.e ozone adalah y"rrg palirg
teliti, dan metode Iterasi sederhana adalah yang paling kurang te-
ANTARSISTEM IX,Y,ZI
liti.
Ada beberapa model transformasi koordinat 3D yang dapat di-
aplikasikan untuk mentrAnsformasikan suatu sistem koordinat
kartesian (\, Y^, Z) ke sistem kartesian lainnya (XB,YB, Z).
Model transformasi 3D yang paling umum adalah transformasi
affine. Pada transformasi ini garis lurus tetap ditransformasikan
menjadi garis lurus, dan garis-garis sejajar tetap akan sejajar.
Umumnya ukuran, bentuk, posisi, dan orientasi dari garis-garis
dalam jaringan akan berubah. Disamping itu faktor skalanya ber-
gantung pada orientasi dari garis tetapi tidak pada posisinya di
dalam jaringan. Sehingga dalam hal ini panjang dari semua garis
dalam suatu arah tertentu akan mempunyai faktor skalayang sama.
Disamping transformasi affine, dapat juga digunakan transforlnasi
proyektif (projectiontransformalion), dimana faktor skala juga me-
rupakan fungsi dari posisi. Model transformasi berikutnya, yang
juga merupakan model transformasi yang paling banyak diguna-
kan adalah model transformasi similaritas (similaritg transforma-
tionl.
Pada model transformasi similaritas ini, faktor skala adalah sama
untuk semua arah (isotropik). Proses transformasi ini tidak akan
mengubah bentuk, sehingga sudut juga tidak akan berubah besar-
nya. Meskipun begitu, panjang garis dan posisi titik akan mungkin
berubah. Patut dicatat di sini bahwa transformasi similaritas de-
ngan faktor skala satu, biasanya dinamakan transformasi ortogonal.
Pada transformasi ini, besar sudut dan panjang garis dalam jaring-
an tidak akan berubah, tetapi posisi titik akan berubah.
Model transformasi similaritas yang menghubungkan koordinat
titik-titik antara dua sistem koordinat Kartesian 3D, katakanlah
(XB,y B,Za) dengan (Xo,Y dapat diformulasikan sebagai berikut:
^,ZAl,
'2t7
I ttrttltrt rtrt ll ') (
| I
z- = !.f,zoti) (Ir.1 r)
n'tt'r) =
[r
lO cos o ^,:,.1
sln o (r s) ll l=l
cos r^ll
berbeda, tapi matriks rotasi dan faktor'
(lI'5) disubstitusikan
ke ,J:;;;;;;*1r."inyu.
persamaan (11'3)' (ll'4)' dan skalanYa tetaPsama'
Seandainya
maka akan diPeroreh:
o;;;;;u''it'