Sebagaimana kita ketahui, di negeri kita telah terjadi pernyataan yang menistakan Al Quran.
Bukan sembarang orang yang menyatakannya, tapi seorang pejabat negara, yakni Gubernur
DKI Jakarta. Sekali lagi, umat Islam melakukan demonstrasi hari ini di Jakarta, diikuti oleh
umat Islam dari berbagai daerah untuk menuntut kepada penegak hukum agar menghukum
pelakunya. Demonstrasi seharusnya tidak perlu terjadi, apalagi sampai terjadi di berbagai
daerah apabila ada proses hukum yang cepat sebagaimana kasus-kasus lain.
Ada banyak hikmah atas penistaan yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama atau Ahok terhadap Al Quran. Salah satunya adalah mengingatkan kita untuk
semakin memperkokoh komitmen kepada Al Quran, mulai dari bisa membaca, rajin
membaca, memahami hingga mengamalkan dan mendakwahkannya. Setiap kita harus
berusaha untuk menjalani hidup sebagaimana petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam Al-
Quran, ini berarti kita hidup di bawah naungan Al-Quran.
Sayyid Quthb, dalam tafsirnya Fi Dzilalil Quran menyebutkan bahwa hidup di bawah
naungan Al-Quran adalah nikmat, kenikmatan yang tidak bisa dirasakan kecuali oleh orang-
orang yang menghayatinya, kenikmatan yang dapat mengangkat derajat manusia, memberkati
dan membersihkan kehidupan ini dari segala bentuk kekotoran.
Ada banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari hidup di bawah naungan Al-Quran.
Sekurang-kurangnya, kita bisa menyimpulkannya menjadi tiga. Pertama, kehidupan kita
menjadi terbimbing. Hal ini karena meskipun manusia memiliki akal pikiran yang cerdas, tapi
tidak menjamin baginya memiliki kemampuan membedakan antara yang haq dengan yang
bathil atau yang benar dan yang salah, padahal kemampuan membedakan antara yang haq
dengan yang bathil merupakan sesuatu yang amat penting menuju kehidupan yang baik.
Karena itu manusia amat memerlukan bimbingan yang benar, baik dalam berpikir, bersikap
maupun bertingkah laku. Sudah begitu banyak manusia yang tidak berpikir, bersikap dan
bertingkah laku secara benar karena tidak mau mengambil bimbingan dari Al-Quran.
Karena tidak mengambil bimbingan dari Al-Quran, banyak manusia yang tersesat dalam
masalah ketuhanan sehingga menuhankan benda-benda yang memiliki sejumlah kelemahan
seperti manusia dan patung, pohon, dan jenis-jenis berhala lainya, Allah swt berfirman:
Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah)
yang serupa juga dengan kamu. Maka Serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka
memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.(QS Al Araf
[7]:194).
Dengan sebab tidak menjadikan Al-Quran sebagai pembimbing hidup, maka banyak manusia
yang dalam masalah hukum tidak mendapatkan perlakuan hukum dan tidak bisa menegakkan
hukum secara adil. Kasus-kasusnya begitu banyak mulai dari maling ayam dan maling sandal
yang dikeroyok massa lalu dianiaya dan dibakar hingga mati, sementara disisi lain, ada orang
yang bersalah dengan kesalahan yang besar tapi tidak dihukum yang sesuai dengan tingkat
kesalahannya, bahkan sampai ada yang dibebaskan begitu saja dan begitulah seterusnya,
akibatnya terjadi kekacauan dalam tatanan kehidupan masyarakat sebagaimana yang kita
rasakan sekarang ini.
Dalam masalah akhlak, akibat tidak menjadikan Al-Quran sebagai pembimbing hidup, telah
terjadi kehancuran tata nilai kehidupan sehingga begitu banyak kasus-kasus yang mengerikan
dan mengkhawatirkan bagi peradaban manusia dimasa datang mulai dari perzinaan yang
merajalela, pengguguran kandungan yang kian banyak, narkoba yang terus merusak generasi
bangsa, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, pencurian, korupsi dan sejenisnya yang
kian merusak citra masyarakat dan berbagai bentuk kerusakan akhlak lainnya yang ke semua
itu membuat masa depan masyarakat dan bangsa semakin mengkhawatirkan, hal ini karena
akibat negatif yang ditimbulkan dari kerusakan akhlak, bukan hanya menimpa mereka yang
jauh dari Al-Quran tapi juga bisa terjadi pada mereka yang hidupnya sejalan dengan nilai-
nilai Al-Quran.
Oleh karena itu, Al-Quran membawa kenikmatan dalam kehidupan manusia manakala
difungsikan sebagai petunjuk sehingga dapat membedakan antara yang haq dengan yang
bathil, Allah swt berfirman:
Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan atas petunjuk itu serta pembeda (antara yang haq dan yang bathil). (QS Al
Baqarah [2]:185).
Oleh karena itu hidup di bawah naungan Al-Quran, di samping memberikan kenikmatan lahir
dan batin, jasmani dan rohani, juga dapat meneropong kehidupan ini, mana jalan yang benar
dan mana jalan yang salah, mana bahagia dan mana sengsara, mana kemajuan dan mana
keterbelakangan, mana keadilan dan mana kezaliman dan begitulah seterusnya.
Dari sini, semakin kita sadari dan harus kita akui bahwa ajaran Islam yang indah dan nikmat
ternyata terhalang keindahan dan kenikmatannya itu oleh sikap dan perilaku umat Islam,
akibatnya tidak sedikit manusia, bahkan umat Islam sendiri yang takut terhadap penegakan
nilai-nilai dan syariat Islam. Karenanya tidak aneh kalau upaya penegakannya ditentang
sendiri oleh sebagian kaum muslimin, bahkan bukan karena mereka awam terhadap Islam
dan Al-Quran, tapi karena memang mereka tidak berada di bawah naungan Al-Quran itu
sendiri.
Demikian khutbah Jumat kita hari ini, harapan kita, semoga terjalin kehidupan yang damai
dan sejahtera. Jangan ada lagi upaya menghina dan menista agama dengan kata-kata yang
tidak pantas diucapkan. Kita tentu memaafkan pelakunya, namun proses hukum tetap harus
ditegakkan sebagaimana berlaku pada kasus yang lain. (dakwatuna.com/hdn)