Anda di halaman 1dari 3

kisah sukses

Jumat, 04 Januari 2013

Pendiri Supermarket

Saat remaja, Sam Walton hidup di masa Depresi Besar. Ia harus mencari uang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolahnya. Sejak SMA ia menjadi loper koran. Selain itu, Sam
Walton bekerja juga menjadi penjaga pantai. Namun bukan berarti ia tidak punya waktu bermain.
Ia sangat menyukai bermain bola basket dan American Football.

Saat kuliah ia juga aktif di organisasi. Ia pernah menjadi presiden badan eksekutif mahasiswa di
kampusnya. Kegiatan organisasi ini ia jalani sambil meneruskan usaha loper korannya. Ia juga
tidak melalaikan kuliah. Sam Walton mengakui ia memang sangat sibuk saat kuliah, namun dari
sanalah ia memahami arti uang dan kerja keras. Kelak setelah menjadi miliarder, ia tetap
menjalani hidup yang sederhana.

Setelah lulus sebenarnya ia ingin melanjutkan S2, mengambil Finance di Wharton. Namun ia
menyadari bahwa kalau ingin melanjutkan kuliah ia harus bekerja sambilan lagi, seperti saat ia
kuliah S1. Sam merasa kehidupan seperti itu terlalu sibuk, ia merasa lelah.

Oleh karena itu, Sam Walton memutuskan untuk melamar pekerjaan. Ia pun diterima di
perusahaan retail J.C. Penney sebagai sales. Saat itu belum terpikir dalam benak Sam bahwa dia
ingin menjadi pengusaha retail. Sam menyukai pekerjaannya dan hasil kerjanya juga
memuaskan. Apalagi ia merasa senang memiliki atasan yang sangat peduli terhadap
perkembangan bawahannya. Namun setelah dipanggil wajib militer, ia harus mengundurkan diri
untuk menjadi tentara. Saat itu ia telah menikah dengan Helen, istri yang sangat mendukung
bisnisnya kelak.

Saat itulah ia merasa passionnya adalah berbisnis di bidang retail. Di waktu senggang ia biasanya
pergi ke perpustakaan, mencari buku-buku tentang bisnis retail. Ia juga mempelajari departemen
store yang ada di tempatnya bertugas. Satu-satunya pengalaman saya adalah saat bekerja di
Penney, tapi saya memiliki kepercayaan diri bahwa saya bisa sukses.

Istrinya meminta Sam untuk tidak memulai usaha di kota besar, Helen ingin tinggal di kota kecil
saja. Oleh karena itu, mereka pindah ke Newport, Arkansas, lalu membeli lisensi franchise
supermarket Benjamin Franklin. Saat itu kebanyakan pemilik supermarket tidak mau membuka
cabang di kota berpenduduk kurang dari 10 ribu orang, namun Sam dapat sukses menjalankan
supermarket di kota dengan penduduk 5 ribu orang dengan konsep diskonnya.

Konsepnya adalah jika ia membeli baju seharga 0,8 dollar per potong. Umumnya supermarket
lain akan menjualnya kembali seharga 1,2 dollar namun Sam menjualnya seharga 1 dollar. Ia
mengamati walau marginnya dipotong separuhnya, barang terjual 3 kali lebih banyak dan
keuntungan pun menjadi lebih besar.* Pada zamannya tidak ada orang yang menggunakan ilmu
itu. Saat ia mempresentasikan konsepnya ke kantor pusat Benjamin Franklin, mereka tidak
tertarik untuk bekerja sama. Penolakan itulah yang membuat Sam mendirikan Walmart yang
pertama, 20 tahun setelah pertama kali membeli franchise Benjamin Franklin yang pertama.

Setelah mendirikan perusahaannya, Sam Walton tidak berhenti belajar. Ia sering mewawancarai
manajer-manajer hingga kasir dan pramuniaga supermarket lain, menanyakan berbagai hal teknis
yang dapat ia gunakan di Walmart. Poin-poin penting ia catat dalam buku catatan yang selalu ia
bawa (setelah mengenal recorder, ia mulai meninggalkan buku catatannya dan merekam seluruh
wawancara yang ia lakukan).

Sam Walton mulai bekerja sangat pagi. Seringkali ia bekerja mulai dari jam 4.30. Menurutnya
jam-jam tenang ini sangat berharga untuk berpikir, membuat rencana, dan mengatur pekerjaan-
pekerjaannya. Biasanya ia mulai dengan menulis artikel untuk buletin perusahaan dilanjutkan
dengan mengunjungi supermarket-supermarketnya di berbagai daerah. Ia melakukan kerja ekstra
ini karena ia menyukai hal-hal yang ia lakukan.

Walmart dikenal sebagai perusahaan yang memiliki karyawan Walmart menyebutnya associate
yang loyal, padahal mulanya Sam sangat pelit dalam memberikan kompensasi kepada
karyawannya. Namun ia belajar bahwa dengan memberikan profit sharing, karyawan menjadi
bekerja dengan baik dan tidak berbuat curang. Sam menjanjikan kepada sopir truk gudangnya,
Jika kamu mau bekerja dengan saya selama 20 tahun, kamu akan mendapatkan $ 100.000 dari
profit sharing. Ternyata sopir tersebut mendapat lebih dari tujuh kalinya. Selain dengan profit
sharing, Sam juga selalu ingin mendengar keluhan langsung dari karyawannya. Dalam
kunjungan dadakan ke supermarket-supermarketnya, ia bertanya bagaimana Walmart bisa
meningkatkan kinerja, memuji prestasi karyawan yang baik dan menegur yang tidak berhasil.

Sam Walton berupaya mengelilingi dirinya dengan orang-orang yang lebih baik daripada dia
sendiri. Ia merekrut wakil yang lebih baik dalam bidang supply chain, lain waktu ia merekrut
wakil yang lebih baik dalam membangun sistem, lain waktu lagi dalam menerapkan teknologi.
Bidang-bidang yang kurang ia kuasai. Oleh karena itu, Walmart tidak ketinggalan zaman saat
komputer ada. Malah termasuk supermarket yang awal dalam menggunakan komputer.

Kesuksesan Walmart tidak terlepas dari partisipasi keluarga Sam. Istri dan anak-anaknya sangat
mendukung dalam mengembangkan perusahaan. Sejak kecil, anak-anaknya sudah bekerja di
supermarket: menyapu lantai, mengangkat kardus, menjaga stand es krim. Start from the very
bottom, untuk menanamkan kerja keras sejak kecil. Saat makan bersama pun, seringkali
membahas perkembangan supermarket. Sebagai gantinya, Sam suportif terhadap kegiatan anak-
anaknya. Ia hadir di pertandingan olahraga sekolah, mengantar anaknya berkuda, dan
memberikan liburan bersama keluarga yang tidak diganggu pekerjaan.

Banyak yang mengira bahwa Sam Walton dapat menjadi sangat sukses dalam waktu yang
singkat. Menanggapi hal tersebut, Sam Walton menjawab, seperti kisah sukses dalam satu
malam lainnya, dibutuhkan waktu sekitar 20 tahun untuk mencapainya. Namun ia tidak
keberatan menghabiskan 20 tahun membesarkan Walmart, toh dalam prosesnya ia menyukai hal-
hal yang ia lakukan dan mendapat banyak pembelajaran. Bukan kesuksesan yang instan, namun
berarti.

Anda mungkin juga menyukai