Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN KEUANGAN

Teori Kasus PT.Samudera Indonesia

KELOMPOK DISKUSI :
AHMAD SYARIF KURNIAWAN
16919033
FRIDA AINI NASTITI
16919036
DWITIYA FARAH DIBA
16919049
ANDIKAPUTRI KUSUMA W
16919058

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


YOGYAKARTA
2017
ANALISIS TEORI DARI KASUS PT. SAMUDRA INDONESIA

ANALISIS FUNDAMENTAL

Adalah suatu analisa yang mempelajari hal hal yang berhubungan dengan kondisi
keuangan suatu perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui sifat - sifat dasar dan karakteristik
operasional dari perusahaan publik.

Analisis fundamental terdiri atas beberapa analisa yang harus dilakukan sebelumnya, yaitu :

1. Analisis ekonomi
Analisis ekonomi bertujuan membuat keputusan alokasi penginvestasian dana di
beberapa Negara atau dalam Negara dalam bentuk saham, obligasi, ataupun kas. Analisis
ekonomi ini penting karena adanya kecenderungan hubungan yang kuat antara apa yang
terjadi pada lingkungan ekonomi makro dengan kinerja suatu perusahaan. Ada hubungan
yang kuat antara saham dan kinerja ekonomi makro. Sedangkan perubahan harga saham
akan menggambarkan kondisi serta kinerja perusahaan tersebut.
Beberapa Variabel makro yang akan diperhatikan oleh investor adalah sebagai berikut:
a. Produk Domestik Bruto
Meningkatnya PDB mempunyai pengaruh positif terhadap daya beli konsumen
sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan.
b. Inflasi
Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya
produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan
maka profitabilitas perusahaan akan turun.
c. Tingkat bunga
Tingkat suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga
yang disyaratkan atas investasi pada suatu saham. Tingkat suku bunga yang
meningkat bisa juga menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan
memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun deposito.
d. Kurs Rupiah
Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang asing akan menurunkan biaya impor
bahan untuk produksi, dan akan menurunkan tingkat suku bunga yang berlaku.
e. Anggaran defisit
Anggaran defisit akan mendorong konsumsi dan investasi pemerintah, sehingga dapat
meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Akan tetapi, anggaran defisit
2
di sisi lain justru akan meningkatkan jumlah uang beredar dan akibatnya akan
mendorong inflasi.
f. Investasi Swasta
Meningkatnya investasi swasta akan meningkatkan PDB sehingga dapat
meningkatkan pendapatan konsumen.
g. Neraca Perdagangan dan Pembayaran
Defisit neraca perdagangan dan pembayaran harus dibiayai dengan menarik modal
asing. Untuk melakukan hal ini, suku bunga harus dinaikkan.

2. Analisis industry
Analisis industri merupakan salah satu bagian dari analisis fundamental. Analisis
industri biasanya dilakukan setelah kita melakukan analisis ekonomi. Analisis industri
menjadi tahap penting yang harus dilakukan. Para investor dan analis dapat
mengidentifikasi peluang investasi, risiko dan return yang diharapkan ke depannya.
Analisis industri dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-
peluang investasi dalam industri yang mempunyai karakteristik risiko dan return yang
menguntungkan bagi investor.
Cara mengidentifikasi Industri yang mempunyai prospek yang menguntungkan.
a. Estimasi Tingkat Keuntungan Industry
Dalam melakukan analisis industry, investor perlu menilai suatu industry dan
menentukan return yang diharapkan dari suatu industry yang akan dianalisis. Dengan
menilai dan menentukan return yang diharapkan dari suatu industry, investor akan
dapat menentukan peluang investasi pada industry industry yang punya prospek
terbaik. Untuk menilai suatu industry, ada dua langkah yang perlu dilakukan yaitu:
1) Mengestimasi Earing Per Share (EPS)
Untuk mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan per lembar saham
dari suatu industry terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk
mengestimasi tingkat penjualan suatu industry:
Perkiraan penjualan dan daur hidup industry
Tahap perkembangan industry dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya
penjualan dari suatu Industri. Tahap perkembangan industry umumnya dapat
dibagi jadi lima yaitu, tahap permulaan, pertumbuhan yang cepat, tahap
kedewasaan (mature), stabil, dan penurunan.
Perkiraan Penjualan dan analisis input-output
Analsis input-output adalah suatu cara alternative untuk mengetahui
gambaran prospek penjualan suatu industry di masa yang akan datang,

3
dengan cara mengidentifikasi pemasok dan konsumen dari suatu industry.
Dengan melakukan analisis ini, kita dapat mengestimasi permintaan
konsumen dimasa yang akan datang, serta kemampuan pemasok untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dalam suatu industry.
Informasi tersebut nantinya dapat digunakan untukmemperkirakan tingkat
penjualan dan keuntungan suatu industry di masa depan.
Prakiraan penjualan dan hubungan industry dan ekonomi.
Teknik yang ketiga ini dilakukan dengan cara membandingkan tingkat
penjualan industry dengan kondisi perekonomian secra keseluruhan yang
berhubungan dengan barang dan jasa yang diproduksi oleh industry tersebut.
Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa kondisi perekonomian dimana suatu
industry beroperasi akan terkait dengan penjualan dan keuntungan suatu
industry.
2) Mengestimasi Price Earing Ratio (P/E)
Teknik untuk melakukan estimasi earning multiplier industry ada dua
yaitu, analisis makro dan analisis mikro. Dalam analisis makro, investor
mempelajari hubungan antara earning multiplier untuk industry dengan earning
multiplier pasar. Sedangkan dalam analisis mikro, estimasi earning multiplier
industri dilakukan dengan cara mengamati variabel-variabel yang mempengaruhi
earning multiplier industri seperti, dividen payout ratio (DPR), tingkat return yang
diisyaratkan dalam industri, dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen industri
yang diharapkan
b. Persaingan dan Return Idustri yang Diharapkan
Faktor peting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh
suatu industry adalah intensitas persaingan dalam industry tersebut. Intensitas
persaingan dalam suatu industry akan menentukan kemampuan industry untuk tetap
memperoleh tingkat return diatas rata-rata. Intensitas persaingan merupakan
gambaran dari lima faktor utama persaingan dan pengaruh masing-masing faktor
tersebut untuk masing-masing industry akan berbeda-beda. Lima kekuatan
persaingan akan menentukan profitabilitas industry karena lima faktor tersebut
mempunyai pengaruh terhadap komponen return on investment (ROI) dalam suatu
industry. Kekuatan masing-masing faktor tersebut merupakan fungsi dari struktur
industry. Investor harus menganalisis struktur industry untuk menilai kekuatan dari

4
lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan profitabilitas dari suatu
industry. Struktur industry cenderung berubah, sehingga investor perlu terus
memperbaharui analisis lingkungan industry sesuai dengan perubahan yang terjadi.
Lima faktor yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industry tersebut
yaitu:
1.) Persaingan antara perusahaan yang ada dalam industry.
Persaingan dalam suatu industry akan semakin meningkat jika terdapat banyak
perusahaan yang ukurannya relaif sama bersaing dalam industry tersebut.
Disamping itu, persaingan juga akan dipengaruhi oleh pertumbuhan industry dan
biaya tetap, serta hambatan untuk keluar dari industry tersebut. Pertumbuhan yang
lambat akan membuat perusahaan semakin ketat bersaing memperebutkan pangsa
pasar yang relative kecil. Tingginya biaya tetap juga akan mendorong peningkatan
persaingan, karena dengan tingginya biaya tetap akan mengharuskan perusahaan
untuk memproduksi dengan kapasitas penuh. Hal ini akan membuat penawaran
dipasar akan semakin meningkat yang kemudia akan menyebabkan harga barang
semakin menurun, sehingga persaingan akan semakin ketat.
2.) Ancaman Pemain Baru.
Meskipun sebuah industry mempunyai jumlah pesaing yang sedikit, investor juga
perlu menidentifikasi perusahaan-perusahaan yang potensial menjadi pemain baru
dalam industry. Besarnya ancaman pemain baru ini akan dipengaruhi oleh adanya
hambatan-hambatan masuk dalam suatu industry seperti tingginya biaya investasi,
peraturan pemerintah dan harga barang yang relatif kecil dibandingkan biaya
produksi. Jika hambatan masuk suatu industry relatif tinggi maka kemungkinan
adanya pemain baru yang akan masuk dalam industry tersebut akan semakin kecil.
3.) Ancaman Adanya Produk Subtitusi.
Produk subtitusi akan membatasi profit potensial suatu industry karena barang
subtitusi akan memunculkan alternative bagi produk perusahaan. Dalam kondisi
seperti ini, kemampuan perusahaan untuk menentukan harga produk akan semakin
berkurang, karena dibatasi adanya produk subtitusi. Artinya, jika harga produk
perusahaan terlalu tinggi, konsumen bisa saja berpindah ke produk subtitusi yang
ditawarkan di pasar.
4.) Bargaining Power Pembeli.
Daya tawar pembeli dipasar yang kuat bisa mempengaruhi profitabilitas industry.
Hal ini terjadi jika konsumen dapat menawar harga atau meminta kualitas yang

5
lebih tinggi dengan kemungkinan pilihan dari produk yang diberikan oleh pesaing
lain. Bila jumlah konsumen lebih banyak dari jumlah industrinya maka bargaining
power konsumen akan rendah. Sebaliknya jika jumlah industry lebih banyak dari
konsumen maka bargaining power konsumen akan besar.
5.) Bargaining Power Pemasok.
Pemasok dapat mempengaruhi return industry dimasa yang akan datang karena
mereka mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dam kualitas produknya.
Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah industrinya, maka
pemasok memiliki bargaining power yang besar. Begitu juga sebaliknya, jika
pemasok lebih banyak dari industrinya makan bargaining power pemasok akan
berkurang.

Analisis lima faktor yang menentukan persaingan industry dapat digunakan


untuk menilai profit potensial dari suatu industry untuk jangka panjang. Seperti
dijelaskan diatas bahwa masing-masing industry mempunyai profil struktur industry
yang berbeda, sehingga investor perlu menganalisis lima faktor yang mempengaruhi
persaingan untuk masing-masing industry. Disamping itu investor juga dapat
mengamati perubahan lingkungan yang terjadi setiap saat, karena bisa jadi struktur
industry akan berubah akibat adanya perubahan lingkungan tersebut.

3. Analisis rasio keuangan perusahaan

Analisis rasio keuangan merupakan suatu analisa yang digunakan oleh perusahaan
untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan atas data perbandingan masing masing pos
yang terdapat di laporan keuangan seperti rugi/laba, laporan posisi keuangan dan arus kas
dalam periode tertentu untuk acuan perkembangan perusahaan

Laporan ini biasanya disajikan kepada piminan puncak suatu usaha sebagai acuan dalam
mengambil suatu kebijakan perusahaan. Apakah manajemen akan melanjutkan atau tidak
bagian dari suatu usaha, apakah akan membeli atau membuat bahan baku dalam proses
produksinya, melakukan embelian atau menyewa mesin mesin produksi, dan dalam hal
meningkatkan modal kerja apakah manajemne akan melakukan penerbitan saham atau
melakukan negosiasi untuk memperoleh pinjaman bank.

6
Analisis rasio keuangan menilai suatu usaha berdasarkan :

1. Rasio profitabilitas, adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan


yang menyokong pertumbuhan jangka pendek maupun jangka panjang.
Jenis jenisn rasio profitabilitas :
a. Gross rofit margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba kotor dari penjualan.
b. Operating income ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan pajak dari penjualan.
c. Net profit margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
mendaatkan laba bersih dari penjualan.
d. Earning power of total invesment, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mengelola modal yang dimiliki yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan pemegang saham.
e. Rate of return invesment (ROI), rasio unutk mengukur kemampuan modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan pendaatan bersih
f. Return on equity (ROE), rasio untukmengukur kemamuan equity dalam
menghasilkan pendapatan bersih
2. Rasio solvabilitas, adalah kemamuan perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibannya, yang dikur dengan membandingkan seluruh kewajiban terhadap aktiva
dan membandingkan seluruh kewajiban terhada ekuitas.
Jenis rasio solvalibitas :
a. Total debt to assets ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya.
b. Total debt to equity ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan
dibiayai oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity
3. Rasio likuiditas, adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek, yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar
Jenis rasio likuiditas:
a. Current ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban finansial jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar.
b. Cash ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia dan
berikut surat berharga atau efek jangka pendek.
c. Quick ratio atau acid test ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva
lancar yang lebih likuid (Liquid Assets).

7
4. Rasio stabilitas, adalah kemampuan perusahaan dalam mempertahankan usahanya
dalam waktu jangka panjang tanpa harus menderita kerugian.

Anda mungkin juga menyukai