Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No.

2, 2014

PENGARUH CARA PENGERINGAN DENGAN OVEN, KERING ANGIN DAN


CAHAYA MATAHARI LANGSUNG TERHADAP MUTU SIMPLISIA
HERBA SAMBILOTO

Rina Wahyuni2,,Guswandi2, Harrizul Rivai1


1
Fakultas Farmasi Universitas Andalas (UNAND)
2
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang

ABSTRACT
The influence of drying method to the quality of sambilotos herbal crude had been done. The drying
methode that used are oven drying at 45o C, direct sunlight drying and wind drying. The results showed that
oven drying gave the best result with drying shrinkage value of 9.1147%, 9.3339% total ash value, acid
insoluble ash content of 0.7768%, the levels of water-soluble extract 19.3226% and levels of 17.5160% ethanol-
soluble extract.

Keywords: Sambiloto Herba, Drying Methode, Quality

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh cara pengeringan terhadap mutu simplisia herba
sambiloto. Metoda pengeringan yang digunakan adalah pengeringan dengan oven pada suhu 45 o C ,
pengeringan sinar matahari lagsung dan kering angin. Hasil menunjukkan bahwa pengeringan dengan
menggunakan oven memberikan hasil yang terbaik dengan nilai susut pengeringan 9,1147%, kadar abu total
9,3339%, kadar abu tidak larut asam 0,7768%, kadar sari larut air 19,3226% dan kadar sari larut etanol
17,5160%.
Kata Kunci: Herbal Sambiloto, Metode Kering, Kualitas

dibubuhkan ke tempat yang sakit seperti


Pendahuluan digigit ular berbisa, gatal-gatal, atau bisul
(Dalimartha,1999).
Sambiloto merupakan salah satu tumbuhan
yang banyak digunakan dalam pengobatan Dalam skala industri, bahan tumbuhan
tradisional. Tumbuhan ini mempunyai yang digunakan dalam bentuk simplisia,
potensi yang besar sebagai sumber hayati yaitu bahan yang belum mengalami
untuk keperluaan biopharmaceutical perubahan apapun kecuali bahan alam
industry, serta dapatdikembangkan sebagai yang dikeringkan.Simplisia dapat berupa
industri fitofarmaka (Manoi, 2006), seperti simplisia nabati, hewani, dan pelikan atau
pengobatan darah tinggi, demam, diare, mineral(Agoes, 2007).Simplisia nabati
radang saluran nafas, radang paru, disentri, adalah simplisia berupa tanaman utuh dan
faringitis, sakit gigi dan kencing manis bagian tanaman.Simplisia hewani yaitu
(Pratama & Ramadhan, 2013). simplisia yang dapat berupa hewan utuh,
bagian dari hewan atau zat berguna yang
Sambiloto (Andrographis paniculata dihasilkan hewan, tetapi bukan berupa zat
Nees.) mengandung andrografolid sebagai kimia murni.Simplisia pelikan atau
unsur utama yang memberi rasa pahit dari mineral yaitu simplisia yang berupa bahan
tumbuhan ini. Unsur lainnya termasuk 14- pelikan atau mineral yang belum diolah
deoksi-11, 12-didehidroandrografolid, 14- atau telah diolah secara sederhana belum
deoksiandrografolid (Anju, et al., 2012). berupa zat kimia murni(DepKes RI, 1979
Untuk pengobatan kanker, digunakan & Agoes, 2007).
dalam bentuk cairan infus, injeksi, atau
tablet. Untuk pemakaian luar, herba segar Kandungan bahan aktif yang terdapat pada
direbus lalu airnya digunakan untuk tumbuhan sangat dipengaruhi oleh proses
mencuci atau digiling halus dan pengeringan. Setiap tanaman menpunyai

126
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014

respon yang berbeda, ada beberapa 1. Pengumpulan Herba Sambiloto.


tanaman yang peka terhadap penyinaran
matahari langsung serta suhu yang terlalu Tumbuhan akan diambil secara
tinggi. Pengeringan yang tepat akan manual, diambil semua bagian dari
menghasilkan mutu simplisia yang tahan tumbuhan sambiloto (Andrographis
disimpan lama dan tidak terjadi perubahan paniculata Nees.) yang ada di atas
bahan aktif yang dikandungnya (Manoi, permukaan tanah. Tumbuhan herba
2006). Berdasarkan uraian tersebut, maka sambiloto diambil di daerah Limau Manis,
peneliti mengembangkan pengaruh cara kota Padang, Sumatera Barat.
pengeringan terhadap mutu simplisia herba
sambiloto (Andrographis paniculata 2. Sortasi Basah.
Nees.) dan melakukan karakterisasi
terhadap simplisia yang dibuat. Dilakukan untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
METODE PENELITIAN lainnya dari tumbuhan sebelum pencucian
dengan cara membuang bagian-bagian
Alat yang tidak perlu sebelum pengeringan,
sehingga didapatkan herba yang layak
Alat-alat yang digunakan adalah Alat-alat untuk digunakan. Cara ini dapat dilakukan
yang digunakan adalah leaf area meter secara manual.
(Vicon) cawan penguap, botol timbang,
krus porselen, erlenmeyer, labu ukur,oven 3. Pencucian.
(Memmer), desikator, beaker glass,
timbangan analitik (Ohaus), spatel, Dilakukan untuk menghilangkan tanah
lampu UV 254 nm. dan pengotor lainnya yang melekat pada
tumbuhan. Pencucian dilakukan dengan air
Bahan bersih, misalnya air dari mata air, air
sumur atau air PAM. Pencucian dilakukan
Bahan yang digunakan adalah herba sesingkat mungkin agar tidak
sambiloto (Andrographis paniculata menghilangkan zat berkhasiat dari
Nees.), aquadest, etanol 95%, kloroform, tumbuhan tersebut.
larutan HCl encer, metanol, NH4Cl.
4. Perajangan.
Prosedur Penelitian
Perajangan dilakukan untuk
Determinasi Herba Sambiloto
mempermudah proses pengeringan,
Herba sambiloto telah dideterminasi di pengepakan dan penggilingan. Sebelum
Herbarium Universitas Andalas (ANDA), dirajang tumbuhan dijemur dalam keadaan
jurusan Biologi FMIPA Universitas utuh selama 1 hari. Perajangan dapat
Andalas, Padang, Sumatera Barat. dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
perajang khusus sehingga diperoleh irisan
Penyiapan Simplisia tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki.
Pada umumnya pembuatan simplisia
melalui tahapan seperti berikut : 5. Pengeringan (Manoi, 2006).
Pengumpulan simplisia, sortasi basah,
pencucian, perajangan, pengeringan, Dilakukan pengeringan dengan 3 cara
sortasi kering, pengepakan dan yaitu:
penyimpanan (DepKes RI, 1985). a. Dikering anginkan
b. Terpapar cahaya matahari langsung

127
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014

c. Dengan menggunakan Oven Hasil Karakterisasi Simplisia Herba


Pengeringan ini berlangsung hingga Sambiloto
diperolehkadar air 10%.
1. Pemeriksaan Makroskopik
6. Sortasi Kering.
Dilakukan untuk memisahkan benda- Bagian yang
Panjang Lebar
benda asing seperti bagian-bagian tanaman diukur
yang tidak diinginkan dan pengotoran- 0,94
pengotoran lain yang masih ada dan Daun 5,2 0,9566
0,0894
tertinggal pada simplisia kering. Proses ini 0,160
dilakukan secara manual. Ruas batang 1,96 0,1517
0,0548
0,240
7. Pengepakan dan Penyimpanan. Biji 1,6 0,1000
0,0548

Selama penyimpanan ada


kemungkinan terjadi kerusakan pada 2. Pemeriksaan Mikroskopik
simplisia. Untuk itu dipilih wadah yang Bentuk : simplisia
bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi Bau : tidak berbau
dengan isinya sehingga tidak Warna : hijau
menyebabkan terjadinya reaksi serta Rasa : pahit
penyimpangan warna, bau, rasa dan
sebagainya pada simplisia. Untuk simplisia 3. Pola Kromatografi menggunakan KLT
yang tidak tahan panas diperlukan wadah
yang melindungi simplisia terhadap Jarak
cahaya, misalnya aluminium foil, plastik Jarak Nilai
noda
atau botol yang berwarna gelap, kaleng Perlakuan No pelarut Rf
sampel
dan sebagainya. Penyimpanan simplisia (cm) sampel
(cm)
kering biasanya dilakukan pada suhu 1 0,9 7 0,13
kamar (150 C sampai 300 C). Kering
2 3,4 7 0,49
anginkan
3 5,3 7 0,76
HASIL DAN PEMBAHASAN 9,6 21 1,38
Hasil 1 3,1 7 0,44
Matahari 2 4,5 7 0,64
Setelah herba sambiloto tersebut menjadi 3 5,8 7 0,83
simplisia maka dilakukan penelitian 13,4 21 1,91
mengenai karakterisasi non spesifik dan 1 1,7 7 0,24
spesifik, sehingga diperoleh hasil sebagai Oven 2 3,2 7 0,46
berikut : 3 5,1 7 0,73
10 21 1,43

128
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014

4. Pemeriksaan karakterisasi non spesifik dan spesifik

Pemeriksaan Kering angin Matahari Oven


9,4368% 9,2102% 9,1147%
Susut Pengeringan
0,1236% 0,1090% 0,1839%
9,9187% 9,6762% 9,3339%
Kadar abu total
0,1346% 0,1652% 0,2730%
Kadar abu tidak 1,2722% 0,9599% 0,7768%
larut asam 0,1144% 0,0342% 0,0354%
19,1639% 16,8745% 19,3226%
Kadar sari larut air
0,0850 0,3630% 0,4941%
Kadar sari larut 14,7844% 15,1286% 17,5160%
etanol 0,0099% 0,2588 0,3942%

Pembahasan 2. Pemeriksaan Mikroskopik.


Sampel yang digunakan adalah Dari hasil yang didapat yaitu epidermis
Andrographis paniculata Nees. yang atas dengan sisik kelenjar, epidermis atas,
diambil di daerah Padang, Sumatera Barat epidermis atas dengan sistolit, rambut
yang telah dilakukan uji identifikasi di penutup, berkas pengangkut dan kelopak
Herbarium Universitas Andalas (ANDA), bunga dengan tonjolan papila yang sesuai
jurusan biologi FMIPA Universitas dengan Farmakope Herbal Indonesia Edisi
Andalas Kampus Limau Manis, Padang, I.
Sumbar, Indonesia dengan hasil specimen
Andrographis paniculata Nees. (famili : 3. Pola Kromatografi.
Acanthaceae).
Setelah tumbuhan dipanen, dilakukan Menggunakan KLT dengan
sortasi basah, pencucian dengan air pengeringan yang dilakukan dengan cara
mengalir, pengeringan dengan tiga cara dikeringanginkan memiliki nilai Rf yaitu
yaitu dikering anginkan, cahaya matahari Rf 1 = 0,13, Rf 2 = 0,49, Rf 3 = 0,76,
langsung dan menggunakan oven. pengeringan dengan matahari memiliki
Kemudian dilakukan sortasi kering, nilai Rf yaitu Rf 1 = 0,44, Rf 2 = 0,64, Rf 3
pengepakan dan penyimpanan. = 0,83, pengeringan dengan oven
Setelah itu dilanjutkan dengan pengujian memilikinilai Rf yaitu Rf 1 = 0,24, Rf 2 =
simplisia yang bertujuan untuk 0,46, Rf 3 = 0,73 mendekati nilai Rf dari
mendapatkan simplisia yang bermutu baik pembanding yang terdapat dalam
dan memenuhi standarisasi Farmakope Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, noda
Herbal Indonesia Edisi I (2008): sampel untuk simplisia yang terlihat pada
plat terdapat 3 noda, hal tersebut mungkin
1. Pemeriksaan Makroskopik. dikarenakan faktor pembuatan fase gerak
atau hal lain.
Berupa campuran daun, batang dan
buah kering, warna hijau, tidak berbau dan 4. Susut pengeringan.
rasa sangat pahit.Sesuai dengan
standarisasi yang terdapat dalam Berdasarkan hasil penelitian susut
Farmakope Herba Indonesia Edisi I. pengeringan yang telah dilakukan dengan
tiga cara pengeringan yaitudikering
anginkan (9,4368%), matahari (9,2102%),
oven (9,1147%) dan berdasarkan hasil
perhitungan anova terhadap susut

129
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014

pengeringan untuk ketiga cara pengeringan pengeringan menunjukkan nilai F hitung =


menunjukkan bahwa nilai F hitung = 7,123 6,478dengan Sig.= 0,032 (< 0,05) yang
dengan Sig. =0,026 (<0,05), yang berarti berarti H0 ditolak atau rata-rata kadar abu
Ho ditolak atau rata-rata susut pengeringan total untuk ketiga simplisia itu adalah
untuk ketiga cara pengeringan itu adalah berbeda nyata. Berarti perbedaan cara
berbeda nyata. Hal ini terlihat bahwa cara pengeringan dalam pembuatan simplisia
pengeringan simplisia herba sambiloto memberikan pengaruh terhadap nilai kadar
memberikan pengaruh terhadap susut abu totalnya.
pengeringan simplisia herba sambiloto.
Berdasarkan hasil uji Duncan,
Berdasarkan hasil Uji Duncan, dapat disimpulkan bahwa hasil kadar abu
dapat disimpulkan bahwa hasil susut total pada simplisia yang dikeringkan
pengeringan pada simplisia yang dengan oven menunjukkan hasil yang
dikeringkan dengan matahari berbeda nyata dengan simplisia yang
menunjukkan hasil yang berbeda nyata dikeringanginkan, sedangkan simplisia
dengan simplisia yang dikeringkan dengan yang dikeringkan dengan matahari tidak
cara dikeringanginkan, sedangkan dengan berbeda nyata. Hasil kadar abu total juga
simplisia yang dikeringkan dengan oven tidak berbeda nyata antara simplisia yang
tidak berbeda nyata. Hasil susut dikeringkan dengan matahari dan
pengeringan juga tidak berbeda nyata dikeringanginkan. Kadar abu tertinggi
antara simplisia yang dikeringkan dengan terdapat pada perlakuan cara pengeringan
oven dan yang dikeringanginkan.Kadar air dengan dikeringanginkan. Dilihat dari
simplisia sebaiknya lebih kecil dari 10%. standar mutu semua perlakuan masih
Apabila kadar air lebih besar dari 10% memenuhi standar mutu Farmakope
akan menyebabkan terjadinya proses Herbal Indonesia edisi I yaitu di bawah
enzimatik dan kerusakan oleh mikroba 10,2%. Kadar abu terbentuk pada simplisia
(Manoi, 2006). Simplisia yang disimpan selain disebabkan oleh faktor budidaya
dalam waktu yang lama, enzim akan juga disebabkan oleh faktor pengeringan
merubah kandungan kimia yang telah dimana terjadi perubahan fisik maupun
terbentuk menjadi produk lain yang kimia simplisia.
mungkin tidak lagi memiliki efek
farmakologi seperti senyawa asalnya. Hal 6. Kadar abu tidak larut asam.
ini tidak akan terjadi jika bahan yang telah
dikeringkan mempunyai kadar air yang Berdasarkan hasil penelitian kadar
rendah. Beberapa enzim perusak abu tidak larut asamyang telah dilakukan
kandungan kimia antara lain adalah dengan tiga cara pengeringan
hidrolase, oksidase dan polymerase yaitudikering anginkan (1,2722%),
(Manoi, 2006). Dan susut pengeringan matahari (0,9599%), oven (0,7768%). Dan
pada simplisia herba sambiloto sesuai berdasarkan hasil perhitungan Anova
dengan standar Farmakope Herbal terhadap kadar abu yang tidak larut asam
Indonesia Edisi I (2008) yaitu< dari 10%. untuk ketiga cara pengeringan
menunjukkan bahwa nilai F hitung =
5. Kadar abu total. 36,430 dengan Sig. = 0,000 (< 0,05), yang
berarti Ho ditolak atau rata-rata kadar abu
Berdasarkan hasil penelitian kadar yang tidak larut asam untuk ketiga cara
abu totalyang telah dilakukan dengan tiga pengeringan itu adalah berbeda nyata.
cara pengeringan yaitudikering anginkan Berarti perbedaan cara pengeringan dalam
(9,9187%), matahari (9,6762%), oven pembuatan simplisia memberikan
(9,3339%) dan hasil perhitungan Anova pengaruh terhadap nilai kadar abu tidak
terhadap kadar abu total untuk ketiga cara larut asam.

130
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014

yang dikeringkan dengan oven dan yang


Berdasarkan hasil uji Duncan, dikeringkan dengan cara
dapat disimpulkan bahwa hasil kadar abu dikeringanginkan. Dilihat dari standar
tidak larut asam pada simplisia yang mutu semua perlakuan masih memenuhi
dikeringkan dengan oven menunjukkan standar mutu Farmakope Herbal Indonesia
hasil yang berbeda nyata dengan simplisia Edisi I (2008) yaitu tidak kurang dari
yang dikeringkan dengan matahari, 15,7%.
demikian juga dengan simplisia yang
dikeringkan dengan cara dikeringanginkan 8. Kadar senyawa larut dalam etanol.
memberikan hasil yang berbeda nyata.
Hasil kadar abu tidak tidak larut asam juga Berdasarkan hasil penelitian kadar
berbeda nyata antara simplisia yang senyawa larut dalam etanol yang telah
dikeringanginkan dengan yang dilakukandengan tiga cara pengeringan
dikeringkan dengan matahari. Dilihat dari yaitudikering anginkan (14,7844%),
standar mutu semua perlakuan masih matahari (15,1286%), oven (17,5160%),
memenuhi standar mutu Farmakope dan berdasarkan hasil perhitungan Anova
Herbal Indonesia Edisi I (2008) yaitu tidak terhadap kadar senyawa larut dalam etanol
lebih dari 1,7%. untuk ketiga cara pengeringan
menunjukkan bahwa nilai F hitung =
7. Kadar senyawa larut dalam air. 159,097 dengan Sig. = 0,000 (< 0,05),
yang berarti Ho ditolak atau rata-rata kadar
Berdasarkan hasil penelitian kadar senyawa larut dalam etanol untuk ketiga
senyawa larut dalam airyang telah cara pengeringan itu adalah berbeda nyata.
dilakukan dengan tiga cara pengeringan Berarti perbedaan cara pengeringan dalam
yaitudikering anginkan (19,1639%), pembuatan simplisia herba sambiloto
matahari (16,8745%), oven (19,3226%), memberikan pengaruh terhadap nilai
dan berdasarkan hasil perhitungan anova senyawa larut etanol.
terhadap kadar senyawa larut dalam air
untuk ketiga cara pengeringan simplisia Berdasarkan hasil uji Duncan,
menunjukkan bahwa nilai F hitung = dapat disimpulkan bahwa hasil kadar
44,080 dengan Sig. = 0,000 (< 0,05), yang senyawa larut dalam etanol pada simplisia
berarti Ho ditolak atau rata kadar senyawa yang dikeringkan dengan cara
larut dalam air untuk ketiga cara dikeringanginkan menunjukkan hasil yang
pengeringan itu adalah berbeda nyata. berbeda nyata dengan simplisia yang
Berarti perbedaan cara pengeringan pada dikeringkan dengan oven, sedangkan
pembuatan simplisia herba sambiloto dengan simplisia yang dikeringkan dengan
memberikan pengaruh terhadap kadar matahari tidak berbeda nyata. Hasil kadar
senyawa larut air. senyawa larut dalam etanol juga berbeda
nyata antara simplisia yang dikeringkan
Berdasarkan hasil uji Duncan, dengan matahari dan yang dikeringkan
dapat disimpulkan bahwa hasil kadar dengan oven. Dilihat dari standar mutu
senyawa larut air pada simplisia yang semua perlakuan masih memenuhi standar
dikeringkan dengan matahari mutu Farmakope Herbal Indonesia Edisi I
menunjukkan hasil yang berbeda nyata (2008) yaitu tidak kurang dari 9,2%.
dengan simplisia yang dikeringkan dengan
oven, begitu juga simplisia yang Faktor utama yang menentukan
dikeringkan dengan cara dikeringanginkan mutu simplisia adalah kadar sari air dan
juga memberikan hasil yang berbeda kadar sari etanol yang menunjukkan
nyata. Hasil kadar senyawa larut dalam adanya kandungan zat yang berkhasiat
airtidak berbeda nyata antara simplisia dalam simplisia. Kadar sari air dan etanol

131
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014

cukup tinggi ini menunjukkan bahan aktif DAFTAR PUSTAKA


yang terkandung dalam simplisia tidak
banyak yang hilang selama proses Agoes,G. (2007). Teknologi Bahan Alam.
pengeringan. Bandung : Penerbit ITB.

Pengeringan dengan matahari Anju, D., Jugnu, G., Kavita, S., Arun, N.,
langsung merupakan proses pengeringan &Sandeep, D. (2012). A Review
yang paling ekonomis dan paling mudah on Medicinal Prospective of
dilakukan, akan tetapi dari segi kualitas Andrographis paniculata, Nees. J
alat pengering buatan (oven) akan of Pharm and Sci Innovation. 1(1),
memberikan produk yang lebih baik. Sinar 1-4.
ultraviolet dari matahari juga
menimbulkan kerusakan pada kandungan Departemen Kesehatan Republik
kimia bahan yang dikeringkan (Winangsih, Indonesia. (1985). Cara
2013). Pengeringan dengan oven dianggap Pembuatan Simplisia. Jakarta:
lebih menguntungkan karena akan terjadi Departemen Kesehatan Republik
pengurangan kadar air dalam jumlah besar Indonesia.
dalam waktu yang singkat, akan tetapi
penggunaan suhu yang terlampau tinggi Departemen Kesehatan Republik
dapat meningkatkan biaya produksi selain Indonesia. (2008). Farmakope
itu terjadi perubahan biokimia sehingga Herbal Indonesia (Edisi I). Jakarta:
mengurangi kualitas produk yang Departemen Kesehatan Republik
dihasilkan sedangkan metode kering angin Indonesia.
dianggap lebih murah akan tetapi kurang
efisien waktu dalam pengeringan simplisia Manoi, F. (2006). Pengaruh Cara
(Winangsih, 2013). Pengeringan Terhadap Mutu
Simplisia Sambiloto. Bull.Littro.
KESIMPULAN 17 (1),1-5.
Cara pengeringan berpengaruh
Pratama, B.A. & Ramadhan, D.F. (2013).
nyata terhadap karakteristik mutu simplisia
herbasambiloto. Pengeringan dengan Khasiat Tanaman Obat Herbal.
menggunakan oven menghasilkan Jakarta : Pustaka Media.
karakteristik mutu simplisia yang lebih
baik yaitu dengan nilai susut pengeringan Winangsih dan Prihastanti, E., Parman, S.
9,1147%, kadar abu total 9,3339%, kadar (2013). Pengaruh Metode
abu tidak larut asam 0,7768%, kadar sari Pengeringan Terhadap Kualitas
larut air 19,3226% dan kadar sari larut Simplisia Lempuyang Wangi
etanol 17,5160%.Semua perlakuan cara (Zingiber aromaticum L.). Buletin
pengeringan masih memenuhi standar Anatomi dan Fisiologi. 21(1), 19-
mutu Farmakope Herbal Indonesia (Edisi
I). 25.

132
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6, No. 2, 2014

133

Anda mungkin juga menyukai