Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN AKHIR

MAHASISWA KKN TEMATIK AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2017

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

UNIVERSITAS HASANUDDIN

UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT)

KULIAH KERJA NYATA (KKN)

2017

1
LAPORAN AKHIR
MAHASISWA KKN TEMATIK AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

TAHUN 2017

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

Makassar, 7 April 2017

Mengetahui,

Sekretaris Badan BPKA Kota Makassar Koordinator,

H. Abd Rasyid, S.Sos, MM Satria Fadli


NIP 196111011987091001 NIM A31115746

Supervisor,

Dr. Hj. Andi Kusumawati, S.E., M.Si., Ak., CA


NIP 196604051992032003

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................... 3
DAFTAR TABEL ................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR............................................................................... 6
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... 7
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 8
1.1. Latar Belakang ................................................................... 8
1.2. Tujuan KKN ...................................................................... 10
1.3. Manfaat KKN .................................................................... 11
1.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKN ............................... 14
1.5. Langkah Langkah dan Metode Kegiatan ........................ 14
BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAN ASET PEMERINTAH KOTA
MAKASSAR ............................................................................ 16
2.1. Struktur Organisasi ............................................................ 16
2.2. Visi ..................................................................................... 17
2.3. Misi .................................................................................... 17
2.4. Tugas Pokok ...................................................................... 18
2.5. Fungsi ................................................................................ 18
BAB III PELAKSANAAN PROGRAM KERJA BIDANG
ANGGARAN ........................................................................... 20
3.1. Identifikasi Masalah .......................................................... 20
3.2. Pembahasan untuk Menyelesaikan Masalah ..................... 23
3.3. Rekomendasi Penyelesaian Masalah ................................. 25
BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM KERJA BIDANG
AKUNTANSI ........................................................................... 27
4.1. Identifikasi Masalah .......................................................... 27
4.2. Pembahasan untuk Menyelesaikan Masalah ..................... 30
4.3. Rekomendasi Penyelesaian Masalah ................................. 34
BAB V PELAKSANAAN PROGRAM KERJA BIDANG ASET ....... 35
5.1. Identifikasi Masalah .......................................................... 35
5.2. Pembahasan untuk Menyelesaikan Masalah ..................... 36
5.3. Rekomendasi Penyelesaian Masalah ................................. 50
BAB VI EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KERJA KKN

3
DI BPKA KOTA MAKASSAR .............................................. 52
BAB VII HAMBATAN DAN MASALAH YANG DIHADAPI .......... 53
BAB VIII PENUTUP ............................................................................ 54
8.1. Kesimpulan ........................................................................ 54
8.2. Saran .................................................................................. 54
LAMPIRAN ............................................................................................ 55

4
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Identifikasi Permasalahan Program Sistem Drainase dan
Penanganan Banjir pada Dinas Pekerjaan Umum ........... 22
3.2 Hasil Reviu Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran pada
Dinas Pekerjaan Umum .................. 23
3.3 Indikator Program Sistem Drainase dan Penanganan
Banjir ................................................................................. 25
4.1 Rekapitulasi Aset Lainnya per 31 Desember 2016 ........... 31
4.2 Laporan Realisasi Anggaran Dinas Pekerjaan Umum Tahun
2016 ....................................................................... 35
5.1 Skor 2016 .............................................................................. 48

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
5.1 Bagan alur perencanaan pembangunan daerah .................. 40

6
DAFTAR LAMPIRAN

Lampira Halaman
n
1 Nama Nama Mahasiswa Peserta KKN di BPKA Kota
Makassar .......................................................................... 41
2 Struktur Organisasi BPKA Kota 42
Makassar ........................
3 Program Kerja KKN di BPKA Kota 43
Makassar ..................
4 Hasil Program Kerja KKN di BPKA Kota Makassar ........ 47
5 Foto Foto Kegiatan KKN DI BPKA Kota Makassar ...... 50

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tridarma Perguruan Tinggi yang diemban selama ini adalah pendidikan,

Penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, maka

Universitas Hasanuddin selaku perguruan tinggi bersama beberapa perguruan tinggi

lainnya menjadi pelopor membentuk Tridarma Perguruan Tinggi tersebut menjadi

dalam satu kegiatan yang bernama Kuliah Kerja Nyata (KKN).

KKN merupakan suatu bentuk kegiatan yang memadukan darma pendidikan

dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat sekaligus dalam satu

kegiatan. Pada pendidikan dan pengajaran, KKN merupakan bagian internal dari

kurikulum pendidikan tinggi strata satu (S1), tidak berdiri sendiri dan tidak

terpisahkan dari tujuan dan isi pendidikan tinggi, pengikat dan perangkum semua isi

kurikulum bahkan sebagai penambah ataupun pelengkap isi kurikulum yang telah

ada, pengalaman belajar yang menghubungkan konsep-konsep akademis dengan

realita kehidupan masyarakat, pengetahuan teori dapat diperkaya dengan pengalaman

di lapangan, dan mematangkan kepribadian mahasiswa dan menumbuhkan rasa

percaya diri dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Penelitian dalam ber-KKN, mahasiswa mengamati, menelaah/menganalisis,

menarik kesimpulan, merumuskan masalah yang dihadapi, lalu mengambil keputusan

8
untuk pemecahan masalah dari berbagai alternatif yang ada dari data kondisi dan

situasi wilayah kerja dan kemampuannya.

Pengabdian kepada masyarakat, mahasiswa dapat mengamalkan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang dikuasainya secara ilmiah,

melembaga, dan langsung kepada masyarakat yang akan menikmati manfaat IPTEKS

tersebut.

Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara

memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah

masyarakat di luar kampus, dan dengan ilmu yang dimiliki, mahasiswa diharapkan

dapat membantu masyarakat untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Masyarakat yang cenderung menerapkan pola sederhana dalam setiap kehidupannya,

dengan kehadiran mahasiswa di tengah-tengah mereka dapat memberikan masukan

tentang metode yang modern dan kompleks. Dengan metode yang lebih modern

diharapkan pemberdayaan potensi dapat memunculkan kemandirian lokal untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

KKN merupakan pengalaman ilmu yang menuntun mahasiswa kepada pola

pikir interdisiplin dan komprehensif. Pola pikir yang dikembangkan melalui KKN

dilandasi oleh kenyataan, bahwa hampir setiap masalah kehidupan dalam masyarakat

selalu mempunyai kaitan satu dengan yang lain. Dengan demikian pendekatan

monodisiplin menjadi kurang efektif, sehingga usaha pemecahan masalah nyata yang

timbul dalam pembangunan masyarakat dengan pendekatan interdisipliner maupun

9
pengalaman belajar baru. Hal ini menunjukkan KKN bertolak dari permasalahan yang

didekati dengan menggunakan segala ilmu pengetahuan, teknologi yang sudah,

sedang atau akan dipelajarinya.

KKN haruslah dirasakan sebagai pengalama belajar baru, yang tidak akan

pernah diperoleh di dalam kampus. Dengan selesainya ber-KKN, mahasiswa harus

merasakan memiliki pengetahuan baru, kemampuan baru, dan kesadaran baru yaitu

tentang masyarakat, bangsa, dan tanah airnya, serta tentang dirinya sendiri yang akan

sangat berguna sebagai bekal sebelum menjadi sarjana.

Universitas Hasanuddin sebagai institusi keilmuan telah menetapkan

mahasiswa untuk melaksanakan kuliah kerja nyata di kantor pemerintah daerah,

dengan harapan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah

sebagai wujud kepedulian dan partisipasi Universitas Hasanuddin dalam peningkatan

akuntabilitas keuangan daerah. Dan untuk saat ini, KKN TEMATIK

AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA Periode Februari - Maret Tahun 2017

program kerja sama STAR BPKP Batch II berlokasi di Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Kota Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan.

1.2. Tujuan KKN

KKN adalah program intrakurikuler dengan tujuan utama untuk memberikan

pendidikan kepada mahasiswa. Namun demikian, karena pelaksanaannya mengambil

lokasi di masyarakat dan memerlukan keterlibatan masyarakat, maka realisasinya

10
harus sekaligus bisa memberikan manfaat bagi masyarakat. Karenanya KKN

memiliki arah yang ganda, yaitu: memberikan pendidikan tidak hanya dalam kelas

tetapi juga pendidikan pelengkap kepada mahasiswa untuk pengembangan diri

dengan melakukan interaksi sosial kemayarakatan di luar kelas, dan membantu

masyarakat serta pemerintah melancarkan kegiatan sosial kemasyarakatan dan

kegiatan pembangunan di lokasi KKN.

Dengan demikian, melalui KKN akan terlihat bahwa Perguruan Tinggi bukan

merupakan suatu kelembagaan yang terpisah dari masyarakat. Akan tetapi terjadi

keterkaitan dan saling ketergantungan baik secara fisik maupun emosional antara

Perguruan Tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

dengan masyarakat sebagai pihak yang menerapkan hasil pengembangan tersebut.

Definisi masyarakat dalam KKN Tematik adalah kantor pemerintahan, khususnya

Bappeda, BPKAD, dan Inspektorat Kota Makassar.

1.3. Manfaat KKN

Pada dasarnya KKN (Kuliah Kerja Nyata) mempunyai tiga kelompok sasaran,

yaitu mahasiswa, masyarakat bersama Pemerintah Daerah, dan Perguruan Tinggi.

Masing-masing akan memperoleh manfaat dari pelaksanaan KKN, sebagai berikut:

1. Mahasiswa
a. Memperdalam pengertian mahasiswa tentang cara berpikir dan bekerja secara

interdisipliner, sehingga dapat menghayati adanya ketergantungan kaitan dan

kerjasama antar sektor.

11
b. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang pemanfaatan

ilmu, teknologi, dan seni yang dipelajarinya bagi pelaksanaan pembangunan.


c. Memperdalam penghayatan dan pengertian mahasiswa terhadap kesulitan yang

dihadapi oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan.


d. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa terhadap seluk beluk

keseluruhan dari masalah pembangunan dan perkembangan masyarakat.


e. Mendewasakan cara berpikir serta mengingatkan daya penalaran mahasiswa

dalam melakukan penelaahan, perumusan, dan pemecahan masalah secara

pragmatis ilmiah.
f. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa untuk melaksanakan

pembangunan dan pengembangan masyarakat berdasarkan IPTEKS secara

interdisipliner atau antar sektor.


g. Melatih mahasiswa sebagai dinamisator dan problem solver.
h. Memberikan pengalaman belajar dan bekerja sebagai kader pembangunan

sehingga terbentuk sikap dan rasa cinta terhadap kemajuan masyarakat.


i. Melalui pengalaman bekerja dalam melakukan penelaahan, merumuskan, dan

memecahkan masalah secara langsung akan menumbuhkan sifat

profesionalisme dan kepedulian sosial dalam diri mahasiswa dalam arti

peningkatan keahlian, tanggung jawab, maupun rasa kesejawatan.


2. Pemerintah Daerah/Institusi
a. Memperoleh cara-cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan,

merumuskan, dan melaksanakan pembangunan.


b. Memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga, secara IPTEKS dalam

merencanakan dan melaksanakan pembangunan.


c. Memperoleh pengalaman dalam menggali serta menumbuhkan potensi pegawai

pemerintah daerah sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan.

12
d. Memperoleh manfaat dan bantuan tenaga mahasiswa dalam melaksanakan

program-program pembangunan yang berada di bawah tanggung jawabnya.


3. Perguruan Tinggi
a. Memperoleh umpan balik sebagai hasil perintegrasian mahasiswa dengan

proses pembangunan di tengah-tengah lingkungan pekerjaan, sehingga

kurikulum, materi perkuliahan, dan pengembangan ilmu perguruan tinggi dapat

lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata pembangunan.


b. Memperoleh berbagai kasus yang berharga yang dapat digunakan sebagai

contoh dalam memberikan materi perkuliahan dan menemukan berbagai

masalah untuk pengembangan penelitian.


c. Melalui kegiatan mahasiswa, dapat menelaah dan merumuskan keadaan/kondisi

nyata berguna bagi pengembangan IPTEKS, serta dapat mendiagnosa secara

tepat kebutuhan pemerintah daerah, sehingga IPTEKS yang diamalkan dapat

sesuai dengan tuntutan nyata.


d. Meningkatkan, memperluas, dan mempererat kerjasama dengan instansi lain

melalui rintisan kerjasama dari mahasiswa yang melaksanakan KKN.

1.4. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKN

Waktu pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas

Hasanuddin yaitu selama 60 hari terhitung sejak 01 Februari sampai dengan

31 Maret 2017 bertempat di Bappeda, BPKAD, dan Inspektorat Kota Makassar.

13
1.5. Langkah-langkah dan Metode Kegiatan

Kegiatan tersebut mencakup tiga hal pokok yaitu pengabdian masyarakat,

pemerintahan dan pengajaran, adapun langkah-langkah yang kami lakukan dalam

program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tersebut adalah dengan membuat rencana

kegiatan yang akan dilaksanakan selama Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan

menggunakan metode sebagai berikut:

1. Pendekatan Persuatif

Pendekatan ini menitikberatkan kepada ide, sikap, dan usaha-usaha masyarakat

atas dasar perubah kontak terarah dan selektif yang datangnya dari pihak luar

sehingga menimbulkan motivasi, kreasi dan inovasi bagi masyarakat untuk

mampu berpikir dan berbuat sesuai dengan kebenaran.

2. Pendekatan Empirik, Normatik dan Edukatif

Yaitu kepedulian terhadap norma-norma yang berlaku baik norma tersirat

maupun norma yang tersurat di masyarakat.

3. Pendekatan Andragogi

Yaitu sistem pembelajaran dengan prinsif partisipasi dan seni untuk membantu

masyarakat setempat dalam belajar dan membelajarkan.

4. Pendekatan Kelembagaan

14
Pendekatan yang memperhitungkan keterkaitan dan kesepadanan dengan dinas

instansi pemerintah maupun swasta dan organisasi sosial dalam mempercepat

proses pembangunan dan daya pikir modern, kreatif dan inovatif.

15
BAB II

GAMBARAN UMUM BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN


DAN ASET PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

1 Struktur Organisasi

Keterangan :

1. Kepala Badan;

2. Sekretariat, terdiri atas :

a. Subbagian Umum dan Kepegawaian;

b. Subbagian Perlengkapan;

c. Subbagian Keuangan.

3. Bidang Anggaran, terdiri atas :

a. Subbidang Perencanaan dan Penyusunan Anggaran;

b. Subbidang Pengendalian Anggaran.

4. Bidang Perbendaharaan, terdiri atas :

16
a. Subbidang Pengelolaan Kas Daerah;

b. Subbidang Perbendaharaan dan Gaji.

5. Bidang Akuntansi, terdiri atas :

a. Subbidang Pembukuan;

b. Subbidang Pelaporan.

6. Bidang Aset, terdiri atas :

a. Subbidang Mutasi dan Inventarisasi Aset;

b. Subbidang Pengadaan dan Pemanfaatan Aset

2 Visi

Mewujudkan APBD yang berkualitas menuju opini Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP) 2019.

3 Misi

1. Menciptakan kesesuaian APBD dengan dokumen perencanaan dan tepat

waktu;

2. Meningkatkan Akurasi Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);

3. Meningkatkan sistem pengelolaan keuangan daerah menuju opini BPK

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP);

4. Meningkatkan pengelolaan barang milik daerah yang profesional dan

modern;

5. Meningkatkan sarana, prasarana dan SDM dalam pengelolaan keuangan

yang transparan dan akuntabel

4 Tugas Pokok

17
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset mempuyai tugas pokok menyusun dan

melaksanakan kebijakan daerah dalam penyusunan pedoman dan petunjuk teknis

pembinaan, pengendalian dan pengkoordinasian pengelolaan keuangan dan aset.

5 Fungsi

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam melaksanakan tugas pokok

menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan keuangan dan aset;

2. Penyusunan rencana dan program pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

evaluasi pelaksanaan APBD;

3. Penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah, rancangan

perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah serta penyusunan laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah;

4. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, pengelolaan dan pengendalian serta evaluasi

administrasi keuangan daerah;

5. Penyusunan rencana dan program pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan

atas nama pemerintah daerah serta pengelolaan utang dan piutang daerah;

6. Penyusunan rencana dan program pelaksanaan sistem akuntansi dan pelaporan

keuangan daerah;

7. Penyusunan rencana inventarisasi barang daerah dan mutasi aset;

8. Penyusunan rencana dan program pengelolaan aset/barang milik daerah serta

pelaksanaan persertifikatan tanah Pemerintah Kota Makassar;

9. Penyusunan rencana dan program bimbingan dan petunjuk teknis pengelolaan

aset/barang milik daerah;

10. Penyusunan rumusan kebijakan teknis pedoman pengelolaan dan penghapusan

aset/barang milik daerah serta pembinaan Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa;

18
11. Melaksanakan pengawasan atas penyelenggaraan pengelolaan barang/aset milik

daerah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Walikota;

12. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan

keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya;

13. Pengelolaan administrasi urusan tertentu;

14. Pembinaan tenaga fungsional.

19
BAB III

PELAKSANAAN PROGRAM KERJA BIDANG ANGGARAN

3.1. Identifikasi Masalah


Menurut Rakyatku.com, 7 Agustus 2016, sistem pengelolaan keuangan daerah

yang baik membawa dampak positif dalam sistem pemerintahan. Secara signifikan,

uang yang dikelola dengan baik akan membawa perubahan yang fundamental dalam

berbagai aspek pengelolaan daerah.

Menurut Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKA) Kota

Makassar Erwin Halya bahwa perubahan yang ada mampu mewujudkan pelaksanaan

keuangan yang lebih baik, sesuai dinamika dan tuntutan masyarakat sesuai dengan

Permendagri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Program Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2017. Walikota Makassar tekankan seluruh

SKPD wajib paham pedoman penyusunan anggaran Makassar. Walikota Makassar,

Moh Ramdhan Pomanto, menekankan kepada seluruh SKPD agar dalam penyusunan

APBD memperhatikan outcome sehingga bisa

bermanfaat seluas-luasnya,

Selain memperhatikan dari segi hukum, dalam penyusunan APBD

memperhatian prinsip-prinsip penyusunan APBD. Prinsip penyusunan APBD harus

sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah daerah

berdasarkan urusan dan kewenangannya, tepat waktu, transparansi,

parsipatif, keadilan dan kepatuhan, dan tidak bertentangan dengan

kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah

lainnya, dan hal ini sejalan dengan program delapan jalan menuju masa

depan.

20
Salah satu SKPD yang telah memperhatikan outcome dalam penyusunan

anggarannya adalah Dinas Pekerjaan Umum (PU). Sesuai dengan Peraturan Daerah

Nomor 7 tahun 2013, tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kota Makassar

Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat

Daerah Kota Makassar, tugas pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota

Makassar yaitu merumuskan, membina dan mengendalikan kebijakan di bidang

pekerjaan umum, pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan, sarana dan

prasarana lingkungan, termasuk trotoar, drainase dan sungai di Kota Makassar.

Sedangkan fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar yaitu :

1. Penyusunan rencana rumusan kebijakan teknis operasional di bidang

pembangunan dan pemeliharaan jalan dan jembatan termasuk trotoar, drainase dan

ketenagalistrikan;

2. Melaksanakan evaluasi pengawasan dan penyusunan laporan penyajian data dan

informasi terhadap hasil pelaksanaan kegiatan pembangunan/ pemeliharaan sarana

dan prasarana lingkungan;

3. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional pengelolaan

keuangan, kepegawaian dan pengurusan barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya;

4. Pelaksanaan kesekretariatan dinas;

5. Pembinaan unit pelaksana teknis.

Kinerja pelayanan SKPD Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar Berdasarkan

permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang perencanaan penganggaran Dinas

Pekerjaan Umum hanya berada pada urusan wajib yaitu melaksanakan pelayanan

yang berkaitan dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar yang meliputi kegiatan

infrastruktur kota diantaranya pembangunan jalan dan jembatan,

21
pemeliharaan/rehabilitasi jalan dan jembatan, pembangunan drainase,

pemeliharaan/rehabilitasi drainase, pembangunan jalan lingkungan,

pemeliharaan/rehabilitasi jalan lingkungan, inspeksi jalan dan drainase,pembangunan

rumah pompa, pengendalian banjir, pengadaan lampu jalan, operasional dan

rehabilitasi lampu jalan dan taman, serta pemeliharaan sarana penyedotan tinja.

Berdasarkan rencana strategis (renstra) Dinas PU tahun 2014 2019 dijelaskan

beberapa permasalahan yang ada pada Dinas PU berkaitan dengan aspek kajian

jaringan drainase dan penanganan banjir adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Identifikasi Permasalahan Program Sistem Drainase dan Penanganan


Banjir pada Dinas Pekerjaan Umum
Standar Eksternal (Di
Capaian / Internal
yang Luar
No Aspek Kajian Kondisi (Kewenang
Digunak Kewenangan
Saat Ini an SKPD)
an SKPD)
1. Tersedianya Sistem Masih Permen SDM, Kesadaran
Jaringan Drainase Skala dalam PU No. Sarana dan masyarakat
Kawasan dan Skala proses 14 Prasarana dalam
Kota Sehingga Tidak pengemban /PRT/M/ pemanfaatan
Terjadi Genangan (lebih gan sarana 2010 infrastruktur
dari 30 cm, selama 2 & prasarana
jam)
2 Terjadinya Pencegahan Kondisi iklim
Genangan Agar Tidak dan cuaca yang
Lebih dari 2 (dua) Kali tidak mudah
dalam Setahun. diprediksi.

3.2. Pembahasan untuk Menyelesaikan Masalah


Berdasarkan reviu anggaran khususnya mengenai sinkronisasi perencanaan dan

penganggaran pada Dinas PU, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2 Hasil Reviu Sinkronisasi Perencanaan dan Penganggaran pada Dinas
Pekerjaan Umum
YA /
NO. KOMPONEN / SUB KOMPONEN TIDA
K
I PERENCANAAN STRATEGIS

22
A PEMENUHAN RPJMD / RENSTRA
1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) telah Ya
disusun
2 Renstra SKPD telah disusun Ya
3 RPJMD/Renstra telah memuat tujuan Ya
4 Tujuan yang ditetapkan telah dilengkapi dengan ukuran keberhasilan Ya
(indikator)
5 Tujuan telah disertai target keberhasilannya Ya
6 Dokumen RPJMD/Renstra telah memuat sasaran Ya
7 Dokumen RPJMD/Renstra telah memuat indikator kinerja sasaran Ya
8 Dokumen RPJMD/Renstra telah memuat target tahunan Ya
9 RPJMD/Renstra telah memuat IKU Ya
10 RPJMD/Renstra telah dipublikasikan Tidak

B KUALITAS RPJMD / RENSTRA


11 Tujuan telah berorientasi hasil Ya
12 Ukuran keberhasilan (indikator) tujuan (outcome) telah memenuhi Ya
kriteria ukuran keberhasilan yang baik
13 Sasaran telah berorientasi hasil Ya
14 Indikator kinerja sasaran (outcome dan output) telah memenuhi kriteria Ya
indikator kinerja yang baik
15 Target kinerja ditetapkan dengan baik Ya
16 Program / kegiatan merupakan cara untuk mencapai tujuan / sasaran / Ya
hasil program / hasil kegiatan
17 Dokumen RPJMD/Renstra telah selaras dengan dokumen RPJMN Ya

C IMPLEMENTASI RPJMD / RENSTRA


18 Dokumen RPJMD/Renstra digunakan sebagai acuan penyusunan Ya
Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran
19 Target jangka menengah dalam RPJMD/Renstra telah dimonitor Ya
pencapaiannya sampai dengan tahun berjalan
20 Dokumen RPJMD/Renstra telah direviu secara berkala Ya

II PENGANGGARAN
A SINKRONISASI ANGGARAN DENGAN PERENCANAAN
1 RPJMD/Renstra/RKP menjadi dasar dalam penyusunan KUA dan Ya
PPAS
2 KUA dan PPAS menjadi dasar dalam penyusunan RKA SKPD Ya

B SINKRONISASI ANGGARAN SAMPAI DENGAN PENETAPAN


ANGGARAN
3 PPKD melakukan kompilasi RKA-SKPD menjadi Raperda APBD Ya
untuk dibahas dan memperoleh persetujuan bersama dengan DPRD

23
sebelum diajukan dalam proses Evaluasi
4 Proses penetapan Perda APBD baru dapat dilakukan jika Ya
Mendagri/Gubernur menyatakan bahwa Perda APBD tidak
bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundangan
yang lebih tinggi
5 Perda APBD dan Peraturan KDH Penjabaran APBD menjadi dasar Ya
dalam penyusunan DPA SKPD

III EVALUASI
A PEMENUHAN EVALUASI
1 Terdapat evaluasi mengenai kemajuan pencapaian anggaran beserta Ya
hambatannya
2 Hasil evaluasi disampaikan dan dikomunikasikan kepada pihak-pihak Ya
yang berkepentingan

B KUALITAS EVALUASI
3 Evaluasi atas anggaran dilaksanakan oleh SDM yang berkompeten Ya
4 Pelaksanaan evaluasi telah disupervisi dengan baik melalui Ya
pembahasan-pembahasan yang reguler dan bertahap
5 Evaluasi dilakukan dalam rangka menilai keberhasilan program Ya

C PEMANFAATAN EVALUASI
6 Hasil evaluasi ditindaklanjuti untuk perbaikan perencanaan Ya
7 Hasil evaluasi ditindaklanjuti untuk mengukur keberhasilan unit kerja Ya
8 Hasil evaluasi ditindaklanjuti untuk perbaikan pelaksanaan program di Ya
masa yang akan datang

3.3. Rekomendasi Penyelesaian Masalah


Berdasarkan hasil reviu anggaran terkait sinkronisasi perencanaan dan

penganggaran program sistem drainase dan penanganan banjir pada Dinas PU, dapat

disimpulkan bahwa sinkronisasi perencanaan dan penganggaran tersebut sudah

berjalan dengan sangat baik karena indikator penilaian reviu telah semuanya

dilakukan dengan baik. Rekomendasi untuk meningkatkan kualitas anggaran Dinas

PU yaitu sebaiknya anggaran yang telah disusun agar dibuatkan mekanisme online

sehingga masyarakan dapat mengetahui anggaran apa saja yang merupakan program

24
kegiatan Dinas PU sehingga meningkatkan tingkat akuntabilitas keuangan kepada

masyarakat umum.

Penyusunan anggaran Dinas PU terkait sistem drainase dan penanganan banjir

juga telah dilengkapi dengan ukuran keberhasilan (indikator) sebagai berikut.

Rekomendasi tambahan terkait indikator tersebut yaitu sebaiknya indikator anggaran

yang telah disusun agar selalu dilakukan penyempurnaan dan peningkatan terutama

terkait output dan outcome yang dapat dihitung secara tepat dengan standar penilaian

yang semakin ditingkatkan agar pelayanan kepada masyarakan semakin meningkat.

Tabel 3.3 Indikator Program Sistem Drainase dan Penanganan Banjir

No. Program Indikator Outcome


Laporan Kondisi Pertriwulan Survei Kondisi Drainase
Kegiatan yang di Monitor dan Monitoring dan Evaluasi
Evaluasi
Terealisasinya Pembangunan Pembangunan Drainase
Pembangunan
Saluran Drainase
Saluran Kebersihan Saluran/Selokan Peningkatan Pengembangan
1
Drainase / Kinerja Pengelolaan
Gorong-Gorong Persampahan
Tersedianya Sarana Pengukuran dan Pematokan
Pembangunan Saluran Drainase
Drainase/Gorong-Gorong
Rehabilitasi / Terlaksananya Pemeliharaan Terpeliharanya Jaringan
Pemeliharaan Jaringan Drainase Drainase
Terlaksananya Kegiatan Sosialisasi Gerakan Bersih
2 Saluran
GBSD Saluran Drainase (GBSD)
Drainase /
Gorong-Gorong

BAB IV

PELAKSANAAN PROGRAM KERJA BIDANG AKUNTANSI

25
4.1. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang ada dalam rangka KKN yang bertema Akuntabilitas

Keuangan Daerah adalah belum selesainya penyusunan Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah, sehingga Bidang Akuntansi membutuhkan tenaga ekstra dalam

penyelesaiannya. Tim KKN BPKA utamanya bidang akuntansi berupaya membantu

mempercepat rekonsiliasi data pendukung aset dan persediaan. Disamping itu, belum

tersedianya format penyusutan aset lainnya tahun 2015 dan 2016 juga mempersulit

penyusunan laporan aset lainnya dan perhitungan penyusutannya. Selain itu, pada

penyusunan program awal, terdapat juga titik permasalahan yaitu reviu kebijakan

akuntansi dan penelaahan efektivitas SOP penatausahaan keuangan yang ada dalam

BPKA. Setelah melalui pembahasan di rapat evaluasi bulanan oleh pihak supervisor,

maka disepakati bahwa pelaksanaan program kerja penelaahan efektivitas SOP

penatausahaan keuangan termasuk dalam ranah bidang perbendaharaan.

Sedangkan permasalahan khusus yang ditangani oleh tim KKN BPKA Bidang

Akuntansi adalah penatausahaan keuangan daerah program penanganan banjir yang

dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Menurut TribunMakassar.com, 20 Januari

2014, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar Sulawesi

Selatan mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap banjir. Pasalnya

di daerah ini terdapat beberapa wilayah yang rawan dengan musibah tersebut seperti

beberapa tahun sebelumnya. Ditambah lagi curah hujan yang menguyur kota

Makassar semakin meningkat dan akan terjadi hingga Februari nanti seperti yang

dilapsir dari data BMKG Wilayah IV Makassar.

Kepala BPBD Kota Makassar, Ismunandar mengatakan, di Kota Makassar

terdapat 7 wilayah yang menjadi langganan banjir setiap hujan terjadi dari 14

Kecamatan di Makassar di antaranya di Kecamantan Manggala, Biringkananya,

26
Tamalanrea, Panakukang, Tallo, dan Tamalate. "Setiap tahun daerah tersebut sering

dilanda banjir jika musin hujan. Terutama wilayah yang paling rawan adala

Manggala," kata Ismunandar saat dihubungi melalui telepon selulernya.

Ismundar mengaku rawanya banjir di daerah tersebut disebebabkan beberapa

faktor pertama karena wilayah tersebut memiliki daratan rendah. Disamping saluran

air drainase tidak berfungsi sehingga air selalu meluap dan menimbulkan banjir atau

genangan air.

27
28
4.2. Pembahasan Untuk Menyelesaikan Masalah
1. Membantu Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Penyelesaian laporan data Persediaan dan Aset Tetap. serta Aset Lainnya

sangatlah penting dalam menunjang Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah. Apabila laporan persediaan utamanya laporan dari BLUD belum selesai,

maka Penyusunan Laporan Keuangan terancam molor. Tim KKN BPKA utamanya

Bidang Akuntansi membantu mempercepat penyusunan LKPD dengan cara menyusun

format penyusutan Aset Lainnya setiap SKPD Tahun Anggaran 2015 dan 2016,

sehingga upaya untuk menghitung hasil penyusutan tahunan lebih mudah. Selain itu,

29
Tim KKN BPKA melakukan penghitungan ulang nilai aset lainnya di tiap-tiap SKPD.

Adapun hasil rekapitulasi Aset Lainnya per 31 Desember 2016 disajikan pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.1. Rekapitulasi Aset Lainnya


per 31 Desember 2016
Nilai
N Nilai Akumulasi Nilai Aset
SKPD Perhitungan dari
O Penyusutan Lainnya
SKPD

2,335,086, 2,33
Sekretariat DPRD
1 950.00 5,086,950.00 -
Sekretariat
4,21 4,1
Daerah Kota
7,686,189.13 38,226,189.13 79,460,000.00
2 Makassar
Sekretariat Korps
Pegawai Republik
- - -
3 Indonesia
Dinas
1,01 76 2
Komunikasi Dan
9,590,083.33 3,180,083.33 56,410,000.00
4 Informatika
Dinas Pariwisata
668 66
dan Ekonomi
,260,000.00 6,790,000.00 1,470,000.00
5 Kreatif
Dinas 527 52
6 Perhubungan ,000,000.00 7,000,000.00 -
Dinas
Perindustrian,
20 19
Perdagangan &
1,320,500.00 8,220,500.00 3,100,000.00
Penanaman
7 Modal
Dinas Pertamanan 10,39 10,33
8 dan Kebersihan 5,120,426.00 6,876,426.00 58,244,000.00
528 51
Dinas Sosial
9 ,096,040.00 6,296,040.00 11,800,000.00
Dinas Pendapatan 408 40
10 Daerah ,595,000.00 8,595,000.00 -
Dinas Tata Ruang 58 58
11 dan Bangunan 1,934,454.00 1,934,454.00 -
Dinas Pekerjaan 1,83 1,8
12 Umum 1,030,142.00 31,030,142.00 -
Dinas Tenaga 71 68
13 Kerja 1,344,500.00 0,144,500.00 31,200,000.00
Dinas Kelautan,
Perikanan, 1,47 1,3
Pertanian dan 5,707,799.00 73,716,239.20 101,991,559.80
14 Peternakan

30
Tabel 4.1. Rekapitulasi Aset Lainnya
per 31 Desember 2016
Dinas Pemadam 31 31
15 Kebakaran 2,037,500.00 2,037,500.00 -
Dinas
51 47
Kependudukan
0,090,526.00 0,434,859.40 39,655,666.60
16 dan Catatan Sipil
Dinas Pemuda 31 28
17 dan Olahraga 5,980,000.00 1,501,428.57 34,478,571.43
Dinas Koperasi
dan Usaha Kecil
- - -
18 Menengah
8,00 5,96 2,0
Dinas Pendidikan
19 0,815,800.00 0,922,362.67 39,893,437.33
2,59 2,26 3
Dinas Kesehatan
20 0,816,400.00 8,599,714.00 22,216,686.00
Badan
368 36
Pemberdayaan
,844,867.00 7,364,867.00 1,480,000.00
21 Masyarakat
Badan Keluarga 205 20
22 Berencana ,802,460.00 5,802,460.00 -
Badan
Perencanaan 12 1
Pembangunan ,335,000.00 2,335,000.00 -
23 Daerah
Badan
50 5
Kepegawaian
,300,000.00 0,300,000.00 -
24 Daerah
Badan Pendidikan 9
25 dan Pelatihan ,700,000.00 9,700,000.00 -
Badan Narkotika 5
26 Kota Makassar ,000,000.00 2,857,142.86 2,142,857.14
Badan
358 32
Lingkungan
,426,200.00 1,426,200.00 37,000,000.00
27 Hidup Daerah
Badan
51 4
Penanggulangan
,029,000.00 9,244,000.00 1,785,000.00
28 Bencana Daerah
Badan Arsip,
286 27
Perpustakaan dan
,378,500.00 9,616,700.00 6,761,800.00
29 Pengolahan Data
Badan Kesatuan
Bangsa dan
- - -
30 Politik
Badan Perizinan
Terpadu dan 18 1
Penanaman 1,865,166.67 80,105,166.67 1,760,000.00
31 Modal
32 Badan 31 3

31
Tabel 4.1. Rekapitulasi Aset Lainnya
per 31 Desember 2016
Pemberdayaan
Perempuan dan
,250,000.00 1,250,000.00 -
Perlindungan
Anak
Kantor Ketahanan 17 17
33 Pangan 0,199,500.00 0,199,500.00 -
Inspektorat 17 1
34 Daerah ,000,000.00 7,000,000.00 -
Satuan Polisi 1,92 1,92
35 Pamong Praja 1,065,000.00 0,569,000.00
Rumah Sakit 237 23
36 Umum Daerah ,000,000.00 7,000,000.00 -
Kecamatan 263 26
37 Bontoala ,406,975.00 2,856,975.00 550,000.00
Kecamatan Ujung 22 2
38 Pandang ,500,000.00 2,500,000.00 -
Kecamatan 84 8
39 Makassar ,625,000.00 4,625,000.00 -
Kecamatan 22 2
40 Panakukang ,670,000.00 2,670,000.00 -
Kecamatan 31 28
41 Rappocini 8,009,000.00 4,140,428.57 33,868,571.43
Kecamatan 87 8
42 Mamajang ,665,000.00 7,665,000.00 -
Kecamatan 603 56
43 Biringkanaya ,375,000.00 6,217,400.00 37,157,600.00
Kecamatan 65 6
44 Mariso ,240,000.00 5,240,000.00 -
Kecamatan 2,202 1,07 1,
45 Tamalate ,370,000.00 0,306,000.00 132,064,000.00
58 5
Kecamatan Tallo
46 ,560,000.00 6,510,000.00 2,050,000.00
Kecamatan Ujung 28 2
47 Tanah ,170,000.00 8,170,000.00 -
Kecamatan 540 47
48 Tamalanrea ,595,000.00 6,183,571.43 64,411,428.57
Kecamatan 34 3
49 Manggala ,995,000.00 4,995,000.00 -
62 56
Kecamatan Wajo
50 0,515,295.00 7,644,842.43 52,870,452.57
Badan
Pengelolaan 24 2
Keuangan dan ,456,500.00 4,456,500.00 -
51 Aset

45,513,860,773.1 41,159,543,142.2 4,353,821,630.8


JUMLAH
3 5 8

32
2. Reviu Pelaksanaan dan Realisasi Anggaran Dinas Pekerjaan Umum

SKPD yang kami pilih untuk direviu program atau kegiatannya adalah Dinas

Pekerjaan Umum. Kegiatan yang direviu dari Dinas Pekerjaan Umum adalah kegiatan

meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana dasar dengan kapasitas dan kualitas

yang setara dengan standar dunia.

Langkah-langkah program kerja diuraikan menjadi:

1. Memahami dan mempelajari bagan alur penatausahaan keuangan daerah baik di

SKPD (Dinas Pekerjaan Umum) maupun PPKD (BPKAD)


2. meminta dan menelaah dokumen yang digunakan dalam penatausahaan keuangan

daerah (SKPD dan PPKD)


3. mempelajari pihak-pihak yang terkait dengan penatausahaan keuangan baik di

PPKD maupun SKPD beserta masing-masing fungsinya


4. menelaah program dan realisasi anggaran Dinas Pekerjaan Umum yang akan

dilakukan reviu, yaitu program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong,

program rehabilitasi/pemeliharaan saluran drainase/gorong-gorong, dan program

pengendalian banjir.
5. Mereviu proses penatausahaan mulai dari SPP sampai dengan SP2D program
6. Mereviu SPJ keuangan dari program tersebut
7. Membandingkan kesesuaian data anggaran dan realisasi SPJ.

4.3. Rekomendasi Penyelesaian Masalah


Dalam Laporan Realisasi Anggaran Dinas Pekerjaan Umum tahun 2016 telah

diuraikan realisasi anggaran dengan rincian sebagai berikut:

1. Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong

2. Program rehabilitasi/pemeliharaan saluran drainase/gorong-gorong

3. Program pengendalian banjir.

Tabel 4.2 Laporan Realisasi Anggaran Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2016

No Program Anggaran Realisasi %


1 Pembangunan saluran drainase / 29.231.291.500 27.216.348.900 93,10

33
gorong-gorong
2 Rehabilitasi/pemeliharaan saluran 29.127.259.700 25.686.358.100
88,19
drainase / gorong-gorong
3 Pengendalian banjir 10.310.789.100 6.592.516.800 63,94

Dari Laporan Realisasi Anggaran Dinas Pekerjaan Umum Tahun 2016 terlihat

bahwa penyerapan anggaran ketiga program ini secara umum cukup bagus. Hal ini

tampak dari persentase penyerapan anggaran yang sudah diatas 85%, kecuali program

pengendalian banjir yang persentasenya masih sekitar 63,94%. Dari hasil wawancara

dengan Kepala Bidang Akuntansi BPKA Kota Makassar, rendahnya penyerapan

anggaran program ini disebabkan oleh:

1. Terlambatnya penyusunan penjabaran program oleh penanggung jawab program.

2. Program belum dilengkapi dengan informasi lokasi yang detail.

3. Simpang siurnya kepemilikan aset yang menjadi lokasi penanganan banjir.

Atas permasalahan ini, kami rekomendasikan bidang akuntansi BPKA untuk

mengoptimalkan peran dalam mengawal proses penyerapan anggaran dan

mengevaluasi secara berkala. Diperlukan juga keaktifan peran dan fungsi dari Dinas

pekerjaan Umum itu sendiri sebagai pengguna anggaran.

34
BAB V

PELAKSANAAN PROGRAM KERJA BIDANG ASET

5.1. Identifikasi Masalah


Dengan kondisi sumber keuangan daerah yang terbatas, maka alokasi anggaran

untuk membiayai setiap belanja daerah harus didasarkan pada kebutuhan dan prioritas

kebutuhan, salah satunya adalah Belanja Modal. Didalam APBD, alokasi Belanja

Modal biasanya jumlahnya cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena dalam setiap

program dan kegiatan SKPD sudah barang tentu membutuhkan barang-barang modal,

seperti : Tanah, Komputer, Bangunan Kantor, Kendaraan, dan lain-lain.

Sesuai dengan namanya, belanja modal pada hakikatnya adalah belanja untuk

memenuhi kebutuhan dalam bentuk barang modal atau yang lazim disebut aset.

Tujuan pemenuhan kebutuhan barang modal ini secara garis besar adalah: 1)

untuk memenuhi kebutuhan penyediaan barang publik (Fasilitas Umum dan Fasilitas

Sosial) dan 2) untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana operasional aparatur.

Dalam bahasa hukum pemerintahan daerah, barang modal atau asset ini disebut

sebagai Barang Milik Daerah yang untuk penganggaranya disusun berdasarkan

Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD).

Selama ini penyusunan RKBMD belum begitu mendapat perhatian yang serius

khususnya terkait dalam penyusunan APBD. Salah satu penyebabnya adalah bahwa

dalam Permendagri No.13 Tahun 2006 Permendagri No. 59 Tahun 2007 yang

merupakan acuan utama penyusunan APBD belum mencantumkan RKBMD sebagai

salah satu dokumen dasar penyusunan APBD. Disamping itu, persepsi dikalangan

aparat pemerintah daerah masih terkotak-kotak antara pengelolaan keuangan daerah

35
dengan pengelolaan barang milik daerah. Seolah-olah persoalan pengelolaan barang

terlepas dari ranah pengelolaan keuangan.

Penyusunan RKBMD tersebut seringkali dibuat hanya sekedar untuk memenuhi

standar ketaatan azas dalam audit Laporan Keuangan Pemerintah Daerah oleh BPK,

dan tidak jarang mekanisme penyusunannya terbalik dari yang seharusnya, yaitu

disusun berdasarkan RKA-SKPD, Sehingga prinsip penganggaran berbasis kebutuhan

tidak terpenuhi.

Demikian juga dalam penentuan kebutuhan barang, seringkali terjadi kerancuan

antara konsep kebutuhan dan keinginan. Jika tidak menggunakan analisa-analisa yang

terukur dan terarah maka RKBMD tersebut cenderung hanya berisi barang-barang

yang diinginkan atau menuruti kemauan pihak-pihak tertentu saja, sehingga prinsip-

prinsip perencanaan yang efektif tidak akan tercapai.

5.2. Pembahasan Untuk Menyelesaikan Masalah


A. Konsep Perencanaan yang Efektif dan Kebutuhan

1. Konsep Perencanaan yang Efektif

Konsep perencanaan biasanya selalu terkait dengan konsep efektif, karena

untuk mengukur keberhasilan suatu rencana indikatornya adalah efektivitas

pencapaian tujuan. Berikut ini beberapa pendapat para ahli manajemen mengenai

pengertian dan definisi perencanaan dan efektif.

a. Perencanaan:

George R. Terry: Perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan

membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa datang dengan jalan

menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Harold Koontz dan ODonnell: Perencanaan

adalah tugas seorang manajer untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif,

36
kebijaksanaan, prosedur dan program. Dr. Sondang P. Siagian MPA.: Perencanaan

dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara

matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

b. Efektif / Efektivitas :

Mahmudi mendefinisikan efektivitas sebagai hubungan antara output dengan

tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan,

maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Hadayaningrat

mendefinisikan efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran

dan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Barnard menyatakan bahwa suatu

kegiatan dikatakan efektif apabila telah mencapai tujuan yang ditentukan.

Berdasarkan definisi dan pengertian perencanaan dan efektivitas menurut para

ahli diatas, dapat disusun sebuah konsep bahwa perencanaan yang efektif adalah

berkaitan dengan upaya-upaya menetapkan tujuan, menyusun langkah-langkah dan

tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan serta menjamin bahwa langkah-langkah

dan tindakan-tindakan tersebut betul-betul memberikan kontribusi atau output yang

maksimal untuk pencapaian tujuan.

2. Konsep Kebutuhan.

Untuk mendapatkans konsep kebutuhan dalam konteks RKBMD, hal yang paling

penting untuk ditekankan adalah bagaimana membedakan antara kebutuhan dengan

keinginan. Kebutuhan dan keinginan adalah 2 hal yang mendorong perilaku manusia

untuk melakukan aktivitas ekonomi, Dalam prakteknya sulit sekali untuk

membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Jika kita tidak dapat

37
memisahkan antara kebutuhan dan keinginan maka kita akan cenderung terjebak

kedalam perilaku konsumerisme.

Burton dan Merrill (1977) menjelaskan bahwa kebutuhan adalah perbedaan

(discrepancy) antara suatu kenyataan yang seharusnya ada dengan suatu kenyataan

yang ada pada saat ini (need is a discrepancy between what it is and what should be).

Morris (1976) suatu keadaan atau situasi yang di dalamnya terdapat sesuatu yang

perlu atau ingin di penuhi (need is a condition or situation in which something

necessary or desirable). Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep

kebutuhan adalah sesuatu yang seharusnya ada atau diperlukan sebagai tuntutan atas

suatu tujuan yang ingin dicapai. Jadi dalam hal ini apapun yang diperlukan untuk

mencapai suatu tujuan maka itu adalah kebutuhan, terlepas hal tersebut diinginkan

atau tidak diinginkan oleh subjeknya. Hal inilah yang membedakan antara kebutuhan

dan keinginan.

3. Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah Daerah (RKBMD)

Merujuk kepada konsep-konsep dan definisi-definisi sebagaimana yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka unsur-unsur berikut harus ada dalam sebuah RKBMD

yang efektif yaitu :

a. Mengacu pada tujuan yang jelas.

b. Memuat langkah-langkah atau tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan secara

efektif.

c. Didalamnya memuat daftar barang milik daerah yang diperlukan untuk

mencapai tujuan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 (Pengganti PP No.6 Tahun

2006) tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, pada pasal 9

38
dijelaskan bahwa perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun dengan

memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) serta ketersediaan barang daerah yang ada. Perencanaan tersebut

meliputi Perencanaan Pengadaan, Pemeliharaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan

dan Penghapusan barang milik daerah. Perencanaan tersebut harus mempedomani

Standar Barang, Standar Kebutuhan dan/atau Standar Harga kecuali untuk

penghapusan. RKBMD ini ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dan dijadikan

sebagai dasar dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA).

Senada dengan hal diatas Permendagri 19 Tahun 2016 tentang Pedoman

Pengelolaan Barang Milik Daerah juga telah menjelaskan tentang RKBMD. Hanya

saja dalam Permendagri ini belum dijelaskan bahwa perencanaan kebutuhan barang

milik daerah mencakup perencanaan pengadaan, pemeliharaan, pemanfaatan,

pemindahtanganan dan penghapusan.

B. Mekanisme Penyusunan RKBMD.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam

pasal 13 dan 14 telah mengamanatkan bahwa perencanaan dan pengendalian

pembangunan serta penyediaan sarana dan prasarana umum adalah menjadi tugas dan

kewenangan pemerintah daerah. Dalam pasal 152 dijelaskan bahwa perencanaan

pembangunan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Proses perencanaan pembangunan daerah bermula dari penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 tahun. RPJPD

inilah yang menjadi grand design Pembangunan Daerah. Selanjutnya RPJPD

dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

39
yang disusun untuk jangka waktu 5 tahunan dan memuat : visi dan misi lima

tahunan daerah, arah dan kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan

daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD, dan program

kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan

kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Berdasarkan RPJMD setiap tahunnya disusun rencana operasional dalam bentuk

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Penyusunan RKPD disamping

sebagai penjabaran dari RPJMD adalah juga merupakan elaborasi dari usulan

Rencana Kerja (Renja) SKPD dan hasil Musyawarah Rencana Pembangunan

(Musrenbang) yang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat desa/kelurahan.

Berpedoman kepada Renja SKPD maka baru dapat disusun RKA dan RKBMD.

Penyusunan RKBMD dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan barang dalam

rangka pelaksanaan Renja SKPD. RKBMD ini menjadi salah satu dasar dalam

penyusunan RKA SKPD. Secara sederhana alur perencanaan pembangunan

daerah dapat dilihat pada gambar 5.1 sebagai berikut:

Gambar 5.1
Bagan Alur Perencanaan Pembangunan Daerah

40
Kendala dalam penyusunan RKBMD ini antara lain disebabkan RKBMD lebih

bersifat teknis dan lebih dapat menggambarkan real belanja. Dalam RKBMD

spesifikasi barang harus jelas, dan untuk penyusunan kebutuhan pemeliharaan

(RKPBMD) diperlukan pengetahuan dan kemampuan teknis tentang kondisi barang.

Oleh sebab itu, maka untuk penyusunan RKBMD/RKPBMD user atau pihak yang

terkait dengan barang yang dibutuhkan, seperti : operator mesin, teknisi, pejabat

teknis, dan lain-lain harus dilibatkan.

Berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, maka dalam

penyusunan RKBMD juga harus direncanakan tindakan/kebijakan yang akan

dilakukan terhadap barang- barang yang sudah tidak dioperasionalkan lagi, apakah

akan dipindahtangankan, dikerjasamakan dengan pihak lain atau dihapuskan,

sehingga proses pengelolaan barang milik daerah betul-betul merupakan sebuah

siklus yang berkelanjutan.

C. Penyusunan RKBMD yang Efektif

Menurut Solihin (2008) ada 6 (enam) fungsi perencanaan yaitu :

1. Perencanaan diharapkan menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan yang

ditunjukan untuk mencapai tujuan tertentu

2. Perencanaan membuat proses pencapaian tujuan lebih terarah.

3. Perencanaan dapat memperkirakan (forecast) terhadap hal-hal yang akan

dilalui.

4. Perencanaan memberi kesempatan untuk memilih kombinasi cara terbaik.

5. Perencanaan dilakukan berdasarkan skala prioritas (tujuan, sasaran, maupun

tindakan.

41
6. Dengan perencanaan maka akan ada alat ukur untuk melakukan evaluasi.

Dalam menyusun rencana kebutuhan barang perlu dibedakan antara barang

publik dan barang operasional. Barang Publik adalah BMD yang digunakan

langsung oleh publik dalam bentuk fasilitas umum maupun fasilitas sosial. Adapun

Barang Operasional adalah BMD yang digunakan atau dioperasionalkan oleh

perangkat daerah guna melaksanakan tugas pokok dan fungsi termasuk memberikan

pelayanan publik.

Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilaksanakan dalam penyusunan

RKBMD yang efektif, sebagai berikut :

1. Menetapkan tujuan

Menetapkan tujuan dalam perencanaan adalah merupakan hal yang paling

prinsip. Tidak ada perencanaan yang bisa dibuat jika tidak ada tujuan yang

jelas. Ada 2 hal yang harus menjadi acuan dalam penetapan tujuan, yaitu:

a. Arah dan kebijakan pembangunan daerah.

Arah dan kebijakan pembangunan sebagaimana terdapat pada dokumen

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang

disusun sekali dalam 5 tahun. memuat Visi, Misi danb Rencana

Strategis. Ketiga hal inilah yang menjadi acuan dalam penentuan tujuan

Rencana Anggaran dan Rencana Kebutuhan Barang.

b. Tugas pokok dan fungsi SKPD

Karena semua tugas dan fungsi pemerintah daerah telah dijabarkan

kedalam tugas pokok dan fungsi SKPD serta uraian tugas masing-masing

unit dalam SKPD, maka sesuai dengan prinsip bottom up planning,

penyusunan program dan kegiatan termasuk kebutuhan barang

42
dilaksanakan mulai dari unit-unit yang ada di SKPD. Dan tentunya harus

mengacu pada tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

2. Identifikasi kebutuhan

Setelah ditetapkan tujuan, maka langkah berikutnya adalah

mengidentifikasi kebutuhan. Ada 2 pendekatan yang bisa digunakan yaitu :

1) Menggunakan pertanyaan 5W + 1H, dan 2) Meramalkan kebutuhan

potensial.

a. Menggunakan pertanyaan 5W + 1H

Pertanyaan 5W+1H ini digunakan untuk menggali semua informasi

mengenai barang yang dibutuhkan, sehingga dalam implementasinya

lebih mudah dan lebih terara h. Pertanyaan tersebut mencakup:

WHAT(Apa yang dibutuhkan)

Untuk mengidentifikasi jenis barang yang dibutuhkan secara

umum, misal : Lemari, Kendaraan Minibus, Personal Komputer, dam

lain-lain.

WHY(Mengapa dibutuhkan)

Untuk mengidentifikasi alasan kebutuhan. Alasan kebutuhan barang

antara lain disebabkan:

a) Adanya kebutuhan baru.

b) Pengganti barang yang sudah rusak atau ketinggalan teknologi.

c) Melengkapi kekurangan barang yang sudah ada.

Hal diatas mempengaruhi tindak lanjut terhadap barang yang sudah

ada, seperti: Perbaikan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Pemusnahan

ataupun Penghapusan.

43
WHERE (Dimana dibutuhkan)

Untuk mengidentifikasi dimana suatu barang dibutuhkan. Lokasi

pengoperasian barang akan mengarahkan kita untuk mengidentifikasi

spesifikasi barang, misalnya kebutuhan kendaraan dinas untuk daerah

yang kondisi jalannya masih kurang baik tentu spesifikasi

kebutuhannya berbeda dengan daerah yang kondisi jalannya sudah

bagus. Lebih jauh lagi, pertanyaan ini juga menyangkut ketersediaan

suku cadang atau teknisi untuk pemeliharaan barang, karena hal

ini akan mempengaruhi efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan

barang.

WHEN (Kapan dibutuhkan)

Untuk mengidentifikasi kapan suatu barang dibutuhkan sehingga dapat

ditentukan saat yang tepat untuk pengadaannya. Hal ini bertujuan

untuk menghindari terjadinya barang yang menganggur. Seringkali

terjadi barang yang telah dibeli ternyata belum akan dioperasionalkan

tahun itu juga, akibatnya barang tersebut harus digudangkan untuk

sementara waktu menjelang dioperasionalkan.

WHO (Siapa yang membutuhkan)

Untuk mengidentifikasi siapa yang akan menggunakan /

mengoperasikan barang. Untuk itu perlu diketahui jenis kebutuhan

menurut subjek pemakainya, antara lain :

44
- Kebutuhan individu / perorangan seperti : Kendaraan perorangan

dinas, Laptop, meja kerja dan lain-lain. Barang-barang ini

biasanya dipakai secara perorangan sesuai ketentuan dan kebijakan

yang berlaku dengan persyaratan-persyaratan tertentu, seperti :

Jabatan, tuntutan pekerjaan, kemampuan teknis, dan lain-lain.

- Kebutuhan banyak orang / kelompok. Kebutuhan ini akan yang

digunakan sekaligus secara bersama-sama seperti : bangunan

kantor, bus kantor, meja rapat, dan lain-lain. Ada pula yang

digunakan perorangan secara bergantian seperti : mesin absensi,

kamera kantor, dan lain-lain.

HOW (Bagaimana yang dibutuhkan)

Pertanyaan ini digunakan untuk memperjelas spesifikasi barang yang

dibutuhkan, misalnya: untuk barang sejenis personal komputer,

spesifikasi yang dibutuhkan yaitu :


Processor : setara core i5.
HDD : minimal 500 GB
VGA : minimal 1 GB
Monitor : XVGA 17
Kondisi : Baru & Built in.

b. Memprediksi kebutuhan potensial

Kebutuhan potensial adalah kebutuhan yang tidak secara langsung dapat

teridentifikasi akan tetapi dapat diprediksi akan muncul disebabkan

perubahan lingkungan yang mempengaruhi pelaksanaan program dan

kegiatan SKPD, seperti : cuaca, perkembangan teknologi, kebijakan

pemerintah pusat, dan lain sebagainya.


Contoh :
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan, yang membebaskan masyarakat dari

45
biaya pengurusan KTP, maka dapat diprediksi terjadinya peningkatan

jumlah pengurusan KTP. Oleh sebab itu kebutuhan potensial dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

- Penambahan peralatan komputer untuk perekaman data penduduk

- Penambahan luas ruang tunggu pelayanan

- Penambahan bangku tunggu pelayanan.

3. Pedomani standar yang berlaku

Dalam Permendagri 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang

Milik Daerah telah diatur bahwa ada 3 standar yang harus dipedomani dalam

menyusun RKBMD yaitu :

- Standar Sarana dan Prasarana Perangkat Daerah;

Standar ini mengatur plafond tertinggi mengenai ukuran dan

kapasitas yang boleh diadakan untuk suatu SKPD/instansi

pemerintah.

- Standar Harga

Standar ini mengatur plafond tertinggi mengenai harga suatu

barang yang akan dibeli oleh SKPD/instansi pemerintah.

4. Inventarisir barang yang sudah ada

Dalam rangka efisiensi, maka perlu diperhatikan kondisi ketersediaan

barang yang ada. Jika suatu barang masih tersedia dalam kondisi baik,

layak serta masih ekonomis untuk dioperasionalkan, maka pengadaan baru

tidak perlu dilakukan. Demikian juga, jika suatu barang masih layak dan

ekonomis untuk dioperasionalkan hanya perlu sedikit perbaikan, maka

perencanaan yang disusun adalah untuk perbaikan / pemeliharaan. Pengadaan

46
baru hanya diperuntukkan bagi barang sebelumnya belum ada atau belum

lengkap.

5. Tentukan prioritas

Dengan kondisi ketersediaan anggaran yang terbatas dimana tidak semua

kebutuhan barang dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran, maka perlu

penentuan prioritas. Untuk penentuan prioritas ini setiap kebutuhan barang

diukur tingkat kepentingannya dengan menggunakan indikator yang relevan

dan tentunya perlu dibedakan antara barang publik seperti fasilitas umum dan

fasilitas sosial dengan barang operasional.


Untuk barang publik, penilaian kebutuhannya sudah terakomodir dalam

penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafond

Anggaran Sementara (PPAS) yang bersumber dari hasil Musyawarah

Rencana Pembangunan (Musrenbang). Dalam hal ini SKPD hanya

memfasilitasi sesuai dengan kaitan bidang barangnya.


Adapun untuk barang operasional aparatur dapat digunakan indikator-

indikator sebagai berikut yaitu :

a. Intensitas Penggunaan

Semakin sering barang tersebut digunakan maka akan semakin tinggi

pula tingkat kebutuhan akan barang tersebut. Barang yang intensitas

penggunaan tinggi ini biasanya adalah barang-barang adinistrasi

perkantoran, seperti : personal komputer.

b. Dependensi Barang

Indikator ini berkenaan dengan ketergantungan suatu barang dengan

barang lain. Artinya jika suatu barang x tidak akan bisa berfungsi dengan

47
baik tanpa adanya barang y, maka tingkat prioritas barang y menjadi

sangat tinggi.

c. Besarnya pengaruh barang terhadap pelaksananaan tupoksi

Indikator ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengaruh suatu

barang terhadap pencapaian tupoksi SKPD. Artinya jika barang tersebut

tidak ada maka pelaksanaan tupoksi SKPD akan terganggu. contoh : alat-

alat berat pada Dinas PU, mobil pemadam kebakaran.

d. Mendesak

Indikator ini berkaitan dengan tingkat kemendesakkan kebutuhan atas

barang, yang biasanya disebabkan oleh perubahan situasi yang sangat

cepat, seperti : bencana alam, perubahan kebijakan, dan lain-lain.

Penilaian tersebut kita lakukan dengan menggunakan skala likert dimana

masing-masing indikator diberikan skor penilaian skala 1 s/d 5. Total Skor dari semua

indikator kita maknai dalam prioritas sebagai berikut:

Tabel 5.1
Skala prioritas
Total Skore Kriteria
49 Rendah
10 15 Sedang
16 20 Tinggi

Selanjutnya dapat kita contohkan daftar penilaian kebutuhan seperti pada lampiran 5:

48
Hasil penentuan prioritas kebutuhan seperti yang terlihat pada lampiran 5

dikompilasi dari tiap-tiap unit dalam SKPD untuk kemudian dituangkan kedalam

Daftar Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) yang disusun secara

berurutan sesuai tingkat kepentingan / prioritas sebagaimana yang tertera pada

kolom 9.

Barang-barang yang kondisinya rusak ringan dan rusak berat yang masih

layak untuk diperbaiki sebagaimana pada kolom 6 dan 7 nantinya ditambahkan

kedalam Daftar Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Unit (RKPBU).

Sedangkan barang yang sudah rusak berat dan tidak layak diperbaiki lagi

nantinya dimasukkan kedalam daftar rencana barang yang akan dihapuskan.

contoh RKBU yang disusun setelah penilaian kebutuhan dapat dilihat pada

lampiran 6.

6. Kembangkan alternatif selain pengadaan.

Kebutuhan barang milik daerah tidak selamanya dipenuhi melalui cara

pengadaan. Ada kebutuhan-kebutuhan yang bersifat temporer dan tidak harus

dimiliki oleh SKPD. Untuk hal tersebut SKPD dapat menggunakan alternatif-

alternatif seperti: Sewa kepada provider, pinjam antar SKPD, pinjam pakai

dengan instansi vertikal, dan lain-lain sejenisnya.

Berdasarkan hasil inventarisasi barang sebagaimana yang dijelaskan pada

poin (4) diatas, kita dapat mengetahui mana barang milik daerah yang sudah

tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok SKPD. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

49
Tidak sesuai lagi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Penggunaan teknologi baru.

Kapasitas yang berlebih.

Untuk hal tersebut dapat dikembangkan alternatif-alternatif

sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, antara lain

a. Pemanfaatan.

Sewa

Kerjasama pemanfaatan

Bangun Guna Serah / Bangun Serah Guna, untuk barang milik

daerah berupa tanah.

b. Pemindahtanganan.

Penjualan

Tukar Guling

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

5.3. Rekomendasi Penyelesaian Masalah


Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa RKBMD adalah

komponen penting dari design perencanaan pembangunan daerah yang menjadi

salah satu penentu kesuksesan program dan kegiatan pemerintah daerah dalam

mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.

Efektivitas RKBMD dapat terwujud apabila disusun secara seksama dengan

mempedomani arah dan kebijakan pembangunan daerah, memperhatikan standar

50
dan ketentuan yang berlaku, dan menggunakan teknik analisa yang relepan untuk

menentukan prioritas serta mengembangkan inovasi-inovasi yang lebih efisien.

Selanjutnya dalam rangka mewujudkan hal diatas dapat direkomendasikan

sebagai berikut:

1. Kemampuan teknis penyusunan RKBMD ini harus dimiliki oleh seluruh

pimpinan unit/ SKPD karena berhubungan dengan penyusunan program

dan kegiatan serta anggaran SKPD.

2. Perlu dukungan semua pihak yang terlibat dalam perencanaan

pembangunan daerah untuk berkomitmen menjadikan RKBMD sebagai

salah satu acuan dalam menyusun dan membahas Rancangan APBD.

3. Peningkatan peran SKPD pengawasan dalam mengawasi dan

mengontrol agar Rencana Belanja Modal SKPD tidak menyimpang dari

RKBMD yang telah disahkan.

51
BAB VI

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KERJA KKN

DI BPKA KOTA MAKASSAR

Pelaksanaan program kerja di BPKA Kota Makassar berjalan cukup lancar.

Meskipun penetapan program kerja mengalami keterlambatan, namun akhirnya,

program kerja dapat ditetapkan pada minggu ke-4 Februari 2017. Setelah program

kerja ditetapkan, pelaksanaan program kerja langsung dilakukan sehari

setelahnya. Tahap awal pelaksanaan program kerja adalah dengan mengumpulkan

data terkait Rencana Pemerintah Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Periode

2014-2019, Rencana Strategis (Renstra) dan laporan keuangan tahun 2016 .

Setelah itu, kami menentukan SKPD apa dan program atau kegiatan apa dari

SKPD tersebut yang akan kami reviu. Reviu tersebut bertujuan untuk mencari

masalah yang dihadapi pada program tersebut dan memberikan rekomendasi

untuk menyelesaikan masalah tersebut.

SKPD yang kami pilih untuk direviu program atau kegiatannya adalah

Dinas Pekerjaan Umum. Kegiatan yang direviu dari Dinas Pekerjaan Umum

adalah meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana dasar dengan kapasitas dan

kualitas yang setara dengan standar dunia.

52
BAB VII

HAMBATAN DAN MASALAH YANG DIHADAPI

Hambatan dan masalah yang dihadapi selama KKN di BPKA Kota

Makassar adalah sebagai berikut.

1. Keterbatasan data yang diperoleh tentang program dan kegiatan SKPD yang

layak untuk direviu dan diberikan rekomendasi.

2. Keterbatasan waktu untuk melakukan reviu yang lebih mendalam terhadap

program dan kegiatan SKPD.

53
BAB VIII

PENUTUP

8.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah pelaksanaan kegiatan KKN Tematik

Akuntabilitas Keuangan Negara di BPKA Kota Makassar adalah sinkronisasi

perencanaan dan penganggaran telah dilakukan dengan sangat baik, dan

penyerapan anggaran Dinas PU sudah diatas 85%, kecuali program pengendalian

banjir yang persentasenya masih sekitar 63,94%.

8.2. Saran
Setelah pelaksanaan KKN Tematik Akuntabilitas Keuangan Negara di

BPKA Kota Makassar, maka kami menyarankan sebagai berikut.

1. Anggaran yang telah disusun agar diupload pada website resmi BPKA Kota

Makassar agar masyarakat dapat mengetahui program dan kegiatan

pemerintah.

2. Bidang akuntansi BPKA sebaiknya mengoptimalkan peran dalam mengawal

proses penyerapan anggaran dan mengevaluasi secara berkala. Diperlukan juga

keaktifan peran dan fungsi dari Dinas pekerjaan Umum itu sendiri sebagai

pengguna anggaran.

54
LAMPIRAN

55
Lampiran 1 : Nama Nama Mahasiswa Peserta KKN di BPKA Kota
Makassar

No. Nama Mahasiswa NIM Bidang


1 Bobby Frathama Sembiring A31115756 Anggaran
2 Rainhard Fernando A31115754 Anggaran
3 Made Gde Satria Bela A31115753 Akuntansi
4 Ramadhani Aprianza A31115766 Akuntansi
5 Ahmad Edi Susilo A31115752 Akuntansi
6 Satria Fadli A31115746 Aset
7 Yuli Ardiansyah A31115748 Aset
8 Bangun Dwi Nugroho A31115751 Aset

56
Lampiran 2 : Struktur Organisasi BPKA Kota Makassar

57
Lampiran 3 : Program Kerja KKN di BPKA Kota Makassar

PROGRAM KERJA
INSTANSI : BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH
KOTA : MAKASSAR
PROVISI : SULAWESI SELATAN

RENCANA
SUMBER
WAKTU
SWADAYA LAI PENANGGUNG
NO. KEGIATAN MAKSUD KEGIATAN LOKASI PELAKSANAA
N JAWAB
N
LAI
N
1 2 3 4 5 6 7 8
1 BIDANG ANGGARAN
a. Pembahasan rencana kerja Tersusunnya rencana Bobby &
Balaikota - - Minggu I
awal KKN kerja awal KKN Rainhard
b. Ceramah umum dan Memahami maksud dan
pembekalan KKN oleh tujuan KKN
Kepala UPT KKN dan
Bobby &
Supervisor KKN Balaikota - - Minggu II - III
Rainhard
c. Pembagian kelompok KKN
dan penyambutan oleh
instansi ybs
d. Identifikasi permasalahan Memahami Balaikota - - Minggu IV Bobby &

58
RENCANA
SUMBER
WAKTU
SWADAYA LAI PENANGGUNG
NO. KEGIATAN MAKSUD KEGIATAN LOKASI PELAKSANAA
N JAWAB
N
LAI
N
1 2 3 4 5 6 7 8
dalam bidang anggaran permasalahan yang
terdapat dalam bidang Rainhard
anggaran
e. Mengikuti forum SKPD Memahami proses dan
Kota Makassar hasil pelaksanaan forum Bobby &
Balaikota - - Minggu V
SKPD terkait proses Rainhard
penganggaran
f. Mengikuti Musrenbang Memahami proses dan
Kota Makassar hasil pelaksanaan Bobby &
Balaikota - - Minggu VI
Musrenbang terkait Rainhard
proses penganggaran
g. Reviu penganggaran Dinas Mengetahui tingkat
Bobby &
PU terkait sistem drainase akuntabilitas keuangan Balaikota - - Minggu VII - IX
Rainhard
dan penanganan banjir terkait penganggaran

2 BIDANG AKUNTANSI
a. Identifikasi tugas pokok & Mengetahui tupoksi
fungsi (tupoksi) bidang bidang akuntansi Balaikota - - Minggu I Ramadhani A.
akuntansi
b. Identifikasi permasalahan Mengetahui Balaikota - - Minggu I Made Gde Satria
yang dihadapi dalam permasalahan dalam B.

59
RENCANA
SUMBER
WAKTU
SWADAYA LAI PENANGGUNG
NO. KEGIATAN MAKSUD KEGIATAN LOKASI PELAKSANAA
N JAWAB
N
LAI
N
1 2 3 4 5 6 7 8
menjalankan tupoksi bidang bidang akuntansi
akuntansi
c. Pendampingan penyusunan Membantu
LKPD menyelesaikan data
Pendampingan persediaan dan aset tetap
penyelesaian data beberapa SKPD yang
persediaan belum masuk ke bagian Balaikota - - Minggu II-VI Ahmad Edi S.
Pendampingan akuntansi BPKAD,
penyelesaian data aset sehingga mempercepat
tetap penyusunan LKPD untuk
diserahkan ke BPK
d. Reviu Pelaksanaan dan Menelaah program dan Balaikota - - Minggu VII-VIII Made Gde Satria
Realisasi Anggaran Dinas realisasi anggaran Dinas B. & Ramadhani
Pekerjaan Umum Pekerjaan Umum, yaitu A
program pembangunan
saluran drainase/gorong-
gorong, program
rehabilitasi/pemeliharaan
saluran drainase/gorong-
gorong, dan program

60
RENCANA
SUMBER
WAKTU
SWADAYA LAI PENANGGUNG
NO. KEGIATAN MAKSUD KEGIATAN LOKASI PELAKSANAA
N JAWAB
N
LAI
N
1 2 3 4 5 6 7 8
pengendalian banjir.
3 BIDANG ASET
a. Identifikasi tugas pokok & Mengetahui tupoksi
Balaikota - - Minggu I Satria Fadli
fungsi (tupoksi) bidang aset bidang aset
b. Identifikasi permasalahan Mengetahui
Yuli Ardiansyah
yang dihadapi dalam permasalahan dalam
Balaikota - - Minggu I & Bangun Dwi
menjalankan tupoksi bidang bidang aset
Nugroho
aset
c. Merancang Sistem dan Melakukan perancangan
Satria Fadli, Yuli
Prosedur Rencana Sistem dan Prosedur
Ardiansyah &
Kebutuhan Barang Milik RKBMD bagi SKPD Balaikota - - Minggu II-VIII
Bangun Dwi
Daerah (RKBMD) sebagai dasar
Nugroho
penyusunan RKA SKPD

Lampiran 4 : Hasil Program Kerja KKN di BPKA Kota Makassar

61
PROGRAM KERJA
INSTANSI : BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH
KOTA : MAKASSAR
PROVISI : SULAWESI SELATAN

HASIL YANG UNSUR


RENCANA SUMBER DANA
DICAPAI JUMLAH UNSUR
NO. KEGIATAN
SWA- LAIN - (RP) YANG
SATUAN % PEMDA
DAYA LAIN TERLIBAT
1 2
1 BIDANG ANGGARAN
a. Pembahasan rencana kerja awal KKN 1 kali 100 - - - - -
b. Ceramah umum dan pembekalan KKN
oleh Kepala UPT KKN dan Supervisor 1 kali 100 - - - - -
KKN
c. Pembagian kelompok KKN dan
1 kali 100 - - - - -
penyambutan oleh instansi ybs
d. Identifikasi permasalahan dalam bidang
1 kali 100 - - - - -
anggaran
e. Mengikuti forum SKPD Kota Makassar 1 kali 100 - - - - -
f. Mengikuti Musrenbang Kota Makassar 1 kali 100 - - - - -
g. Reviu penganggaran Dinas PU terkait
1 kali 100 - - - - -
sistem drainase dan penanganan banjir
- - - - -
2 BIDANG AKUNTANSI - - - - -
e. Identifikasi tugas pokok & fungsi 1 kali 100 - - - - -

62
HASIL YANG UNSUR
RENCANA SUMBER DANA
DICAPAI JUMLAH UNSUR
NO. KEGIATAN
SWA- LAIN - (RP) YANG
SATUAN % PEMDA
DAYA LAIN TERLIBAT
1 2
(tupoksi) bidang akuntansi
f. Identifikasi permasalahan yang
dihadapi dalam menjalankan tupoksi 1 kali 100 - - - - -
bidang akuntansi
g. Pendampingan penyusunan LKPD 1 kali 100 - - - - -
Pendampingan penyelesaian data
1 kali 100 - - - - -
persediaan
Pendampingan penyelesaian data
1 kali 100 - - - - -
aset tetap
h. Reviu Pelaksanaan dan Realisasi
1 dok 100 - - - - -
Anggaran Dinas Pekerjaan Umum
- - - - -
- - - - -
3 BIDANG ASET - - - - -
d. Identifikasi tugas pokok & fungsi
1 kali 100 - - - - -
(tupoksi) bidang aset
e. Identifikasi permasalahan yang
dihadapi dalam menjalankan tupoksi 1 kali 100 - - - - -
bidang aset
f. Merancang Sistem dan Prosedur
Rencana Kebutuhan Barang Milik 1 dok 100 - - - - -
Daerah (RKBMD)

63
64
Lampiran 5
DAFTAR : PENILAIAN KEBUTUHAN BARANG MILIK DAERAH TAHUN 2017
SKPD : Dinas Kependudukan dan Capil
UNIT : Bidang Informasi Kependudukan
No NamaBarang Jml Jml Tersedia Kondisi Kekurangan Bobot Prioritas
Baik Rusak Rusak Berat Intensitas Dependensi Pengaruh Men desak Total
Kebutu
Layak Tidak Layak Perbaikan
Ringan
han
Perbaikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kegiatan Pemutakhiran

Data Penduduk
1. Personal Komputer 10 7 4 1 1 1 4 5 2 5 5 17 Tinggi
2. Laptop 1 1 - 1 - - - - - - - - -
3. Printer 5 2 2 - - - 3 2 2 - 5 9 Rendah
4. Scanner 2 3 2 1 - - - - - - - - -
5. Kamera Digital 1 - - - - 1 1 2 1 4 5 12 Sedang
6. Handycam 1 - - - - 1 1 2 1 3 5 11 Sedang
7. Wireless LAN 1 - - - - 1 1 5 3 5 5 13 Sedang
8. Speaker Wireless 2 - - - - - 2 2 1 2 1 6 Rendah
9. Sepeda Motor 5 3 2 - 1 - 2 5 2 5 5 17 Tinggi
10. Pebangunan Ruang 1 - - - - - 1 5 5 4 4 18 Tinggi

Server

................., ......... April 2017.

Kabid. Informasi Kependudukan,

..............................

65
NIP. ..........................................

66
Lampiran 6
SKPD : DINAS KEPENDUDUKAN DAN CAPIL KAB./KOTA : ............................................................
A RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017
No. Nama / Jenis Barang Jenis Type Ukuran/ Jumlah Satuan Harga Jumlah Biaya Kode Ket.

Kapasitas Satuan (Rp) (Rp) Rekening


1 2 3 4 5 6 7 8 9
I Bidang .....
1. ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ......
2. ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ......
3. ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ......
dst... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ......
II Bidang Informasi

1. Personal Komputer ...... ...... ...... 4 Unit ...... ...... ......


2. Sepeda Motor ...... ...... ...... 2 Unit ...... ...... ......
3. Pebangunan Ruang Server ...... ...... ...... 1 Unit ...... ...... ......
4. Kamera Digital ...... ...... ...... 1 Unit ...... ...... ......
5. Handycam ...... ...... ...... 1 Unit ...... ...... ......
6. Wireless LAN ...... ...... ...... 1 Unit ...... ...... ......
7. Printer ...... ...... ...... 3 Unit ...... ...... ......
8. Speaker Wireless ...... ...... ...... 2 Unit ...... ...... ......
III Bidang ...
dst.. dst ...

Makassar, ...... April 2017.

Kepala Dinas Kependudukan dan Capil

...................................,

..................................

NIP.....................................

67
Lampiran 7 : Foto Foto Kegiatan KKN DI BPKA Kota Makassar

68
69

Anda mungkin juga menyukai