Makalah PBL 1
Kelompok C6
1
Pendahuluan
Di masyarakat sering kali terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh
dan nyawa manusia. Suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian, kecelakaan hingga kematian
dengan melalui berbagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain adalah
menjadi tugas bagi pihak pemerintah terutama kepolisian untuk membuktikan kebenarannya.
Pihak kepolisian sebagai tangan dari peradilan yang mengusut suatu kejadian terkadang
memerlukan peranan beberapa ahli terkait yang salah satunya ialah dokter. Dokter bertugas
sebagai orang yang dimintai tolong untuk meneliti dan memastikan tindak-tindakan yang
dilakukan berkaitan pada tubuh dan jiwa korban sebagai barang bukti baik dalam keadaan masih
hidup ataupun mati. Oleh sebab itu peranan dokter dalam bidang forensik sangatlah
pentingkarena permasalahan dapat dijawab, dibuat terang dan jelas oleh dokter.
Kejelasan tersebut memang diperlukan dan harus diusahakan oleh karena, baik
kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan membawa implikasi yang berbeda-beda, baik ditinjau
dari sudut penyidikan maupun dari sudut proses peradilan pada umumnya. Kejelasan yang ada
akan menentukan hukuman sesuai dengan tindakan yang dilakukan berdasarkan kitab undang-
undang yang telah ditetapkan agar terciptanya keadilan dan kebenaran yang sebenarnya.
Kasus 1
Sesosok mayat dikirimkan kebagian kedokteran forensik FKUI/RSCM oleh sebuah
polsek di Jakarta. Ia adalah tersangka pelaku pemerkosaan terhadap seorang remaja putri yang
kebetulan adalah seorang anak dari pejabat kepolisian. Berita yang dituliskan kedalam surat
permintaan Visum et repertum adalah bahwa laki-laki ini mati karna gantung diri di dalam sel
tahanan polsek. Pemeriksaan yang dilakukan keesokan harinya menemukan pada wajah mayat
terdapat pembengkakan dan memar, pada punggungnya terdapat beberapa memar berbentuk dua
garis sejajar (railway hematome) dan didaerah paha disekitar kemaluannya terdapat beberapa
luka bakar berbentuk bundar berukuran diameter kira-kira 1 cm. Diujung penisnya terdapat luka
bakar yang sesuai dengan jejas listrik. Sementara itu terdapat pula jejas jerat yang melingkari
leher dengan simpul didaerah kiri belakang yang membentuk sudut ke atas. Pemeriksaan bedah
jenasah menemukan resapan darah yang luas di kulit kepala, pendarahan yang tipis di bawah
selaput keras otak, sembab otak besar, tidak terdapat resapan darah di kulit leher tetapi sedikit
resapan darah di otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok (os cricoid) sisi kiri, sedikit
busa halus di dalam saluran napas, dan sedikit bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua
2
paru dan jantung. Tidak terdapat patah tulang. Dokter mengambil beberapa contoh jaringan
untuk pemeriksaan laboratorium.
Keluarga korban datang kedokter dan menanyakan tentang sebab-sebab kematian korban
karena mereka mencurigai adanya tindakan kekerasan selama ditahan an polsek. Mereka melihat
sendiri adanya memar-memar di tubuh korban.
3
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannnya 1.
Pasal 184 KUHAP
1) Alat bukti yang sah adalah:
- Keterangan saksi
- Keterangan ahli
- Surat
- Pertunjuk
- Keterangan terdakwa
2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan1.
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Pasal 180 KUHAP
1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di siding
pengadilan, Hakim ketua siding dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hokum terhadap
hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar
hal itu dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2)1
4
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
Sembilan ribu rupiah.
2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-
undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga1.
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah1.
Pasal 224 KUHP
Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau juru
bahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang
ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan1.
Pasal 522 KUHP
Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.
5
- Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara RI (pasal 4 KUHAP)
- Menindak-lanjuti suatu pelaporan, untuk mengetahui apakah benar ada kejadian
seperti yang dilaporkan.
3. Penyidikan
- Dilakukan oleh penyidik
- Penyidik adalah (pasal 6 KUHAP)
a. Pejabat polisi negara RI
b. Pejabat pegawai negri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang.
- Tindak lanjut setelah diketahui benar-benar telah terjadi suatu kejadian.
a. Penyidik dapat meminta bantuan seorang ahli
b. Dalam hal mengenai kejadian mengenai tubuh manusia, maka penyidik dapat
meminta bantuan dokter untuk dilakukan penanganan secara kedokteran
forensik.
4. Pemberkasan perkara
- Dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil penyidikannya, termasuk hasil
pemeriksaan kedokteran forensik yang dimintakan kepada dokter.
- Hasil berkas perkara ini diteruskan ke penuntut umum.
5. penuntutan
Dilakukan oleh penuntut umum disidang pengadilan setelah berkas perkara lengkap diajukan
ke pengadilan
6. Persidangan
- Pengadilan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim
- Dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, para saksi dan para ahli, disini dokter
dapat dihadirkan di persidangan pengadilan untuk bertindak selaku saksi ahli atau
selaku dokter pemeriksa.
7. Putusan pengadilan
vonis ditentukan oleh hakim dengan ketentuan :
6
- Keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana dan
bahwa terdakwa telah bersalah melakukan tindak pidana tersebut
- Keyakinan hakim harus ditunjang oleh sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.
IDENTIFIKASI FORENSIK
Merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan
identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana
maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan
karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Penentuan identitas
personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan
perhiasan, medik, gigi, serologic dan secara ekslusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode
identifikasi DNA.4
1. Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa
kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum
membusuk sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu
orang. Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut
berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.4
2. Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
Merupakan metode identifikasi yang baik, walupun tubuh korban telah rusak atau hangus. Inisial
yang tedapat pada cincin dapat memberikan informasi siapa si pemberi cincin tersebut, dengan
demikian dapat diketahui pula identitas korban, Dalam penentuan identifikasi dengan metode ini
tidak jarang diperlukan keahlian dari seorang yang memang ahli di bidang tersebut.5
Pencatatan yang baik dan teliti dari pakaian yang dikenakan korban seperti model, bahan yang
dipakai, merek penjahit, label binatu dapat merupakan petunjuk siapa pemilik pakaian tersebut
dan tentunya identitas korban.5
Khusus anggota ABRI, masalah identifikasi dipermudah dengan adanya nama serta NRP yang
tertera pada kalung logam yang dipakainya.4
3. Pemeriksaan Dokumen
KTP, SIM, kartu pelajar, dan tanda pengenal lainnya merupakan sarana yang dapat dipakai untuk
menetukan identitas. Dokumen yang ada di dalam saku seorang laki-laki lebih bermakna bisa
7
dibandingkan dengan dokumen yang berada dalam tas seorang wanita, terutama pada kasus
kecelakaan massal sehingga tas yang dipegang dapat terlempar dan sampai ke dekat tubuh
wanita lainnya. Hal mana tidak terjadi pada laki-laki yang mempunyai kebiasaan menyimpan
dokumen dalam sakunya.4
4. Identifikasi Medik
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata,
cacat/kelainan khusus, tato (rajah). Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan
oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan
sinar-X), sehingga ketepatannya cukup tinggi. Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat
dilakukan metode identifikasi ini. Melalui metode ini, diperoleh data tentang jenis kelamin, ras,
perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.4
4.1 Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi
serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan,
protesa gigi dan sebagainya. Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu
memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian, dapat dilakukan identifikasi
dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding mortem.4
4.2 Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah,
penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan
dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.
TANATOLOGI
8
Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.ijo
1. Livor mortis
Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah kematian akibat
berentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi . Eritrosit akan menempati bagian terbawah
badan dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan. Muncul pada menit ke-30 sampai
dengan 2 jam. Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap 8-12 jam. Lebam jenazah
normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada keracunan sianaida (CN) dan karbon
monoksida (CO) akan berwarna merah cerah (cherry red).
2. Rigor Mortis
Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk
memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat
kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan
menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2
jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem.
Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya.
Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada
lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh, volume
otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah. Rigor
mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh
persendian tubuh.
Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:
1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap
sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang
hebat sesaat sebelum mati.
2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga
serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang tersimpan
dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.
3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot.
9
4. Body Temperature Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan
panas dari badan ke benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi,
evaporasi dan konveksi. Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan,
konstitusi tubuh dan pakaian. Bila suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan
pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun lebih cepat. Lama kelamaan suhu tubuh
akan sama dengan suhu lingkungan. Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari
pengukuran suhu jenazah perrektal (Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam)
dapat dihitung rumus PMI (Post Mortem Interval) berikut.
5. Decomposition Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena
autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan
dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena
terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan
pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak,
bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih
mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban
tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan
berlangsung lebih cepat.
10
mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas. Pembentukan
adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan. Adipocere relatif
resisten terhadap pembusukan.
3. Pengosongan Lambung
Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat kematian. Karena
makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik untuk dicerna dan dikosongkan dari
lambung. Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar
membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.
4. Aktivitas Serangga
Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan
menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Necrophagus species akan
memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga
Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun
serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari
postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang
akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.
TRAUMATOLOGI FORENSIK
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (rudapaksa) sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu
keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.4
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat:4
a. Mekanik: Kekerasan oleh benda tajam atau tumpul dan tembakan senjata api.
b. Fisika: Suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara (barotrauma), akselerasi, akustik
dan radiasi.
c. Kimia/Korosif: Asam atau basa kuat.
Luka akibat Kekerasan Benda Tumpul
11
1. Memar (kontusio, hematom)
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kutis/kulit akibat pecahnya kapiler dan
vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Letak, bentuk dan luas memar dipengaruhi oleh
besarnya kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis kelamin, corak
dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah serta penyakit yang diderita. Bila kekerasan benda
tumpul mengenai jaringan longgar seperti di daerah mata, leher atau pada bayi dan usia lanjut,
maka memar cenderung lebih luas. Adanya jaringan longgar juga memungkinkan berpindahnya
memar ke daerah yang lebih rendah akibat gravitasi seperti kekerasan benda tumpul pada dahi
menimbulkan hematom palpebra. Informasi mengenai bentuk benda tumpul dapat diketahui jika
ditemukan adanya perdarahan tepi seperti bila tubuh korban terlindas ban.4,6
Pada perdarahan tepi perdarahan tidak dijumpai pada lokasi yang bertekanan, tetapi
perdarahan akan menepi sehingga bentuk perdarahan sesuai dengan bentuk celah antara kedua
kembang yang berdekatan (cetakan negatif). Umur memar dapat dilihat dari perubahan
warnanya. Pada saat perlukaan, memar berwarna merah, lalu berubah menjadi ungu atau hitam
dan setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian berubah menjadi kuning dalam
7 sampai 10 hari dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna terjadi
mulai dari tepi ke arah tengah. Hematom antemortem dapat dibedakan dari lebam mayat dengan
melakukan penyayatan kulit. Pada hematom antemortem akan dijumpai adanya pembengkakan
dan infiltrasi darah merah kehitaman dalam jaringan, sedang pada lebam mayat warna merah
tampak merata. 4,6
12
Adalah luka lecet yang terjadi akibat persentuhan kulit dengan permukaan yang kasar dengan
arah kekerasan sejajar/miring terhadap kulit. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel.
c. Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak lurus terhadap
permukaan kulit. Bentuk luka lecet tekan umumnya sama dengan bentuk permukaan benda
tumpul tersebut. Kulit pada luka lecet tekan tampak berupa daerah kulit yang kaku dengan
warna lebih gelap dari sekitarnya.
d. Luka lecet geser (friction abration)
Disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus
gantung atau jerat.
3. Luka robek (Vulnus laceratum)
Merupakan luka terbuka yang terjadi akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui
elastisitas kulit atau otot. Ciri luka robek bentuk tidak beraturan, tepi tidak rata, tampak jembatan
jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, akar rambut tampak hancur
atau tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut dan sering tampak luka lecet atau
memar di sekitar luka.
13
tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat
menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja
yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dbentuk oleh ujung dan sisi tajamnya. 4
Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan adanya
luka lecet atau memar, kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit. Pada luka tusuk,
panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya, demikian pula
panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut. Hali ini
disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.4
Tabel1. Tabel Perbedaan Luka Kasus Bunuh Diri, Pembunuhan dan Kecelakaan4
P Pepembunuhan bunuh diri Kecelakaan
Lokasi luka sembarang terpilih Terpapar
Jumlah luka banyak banyak tunggal/ banyak
Pakaian terkena tidak terkena Terkena
Luka tangkis Ada tidak ada tidak ada
Luka percobaan tidak ada ada tidak ada
Cedera sekunder mungkin ada tidak ada mungkin ada
Ciri-ciri pembunuhan diatas dapat dijumpai pada kasus penbunuhan yang disertai perkelahian.
Tetapi bila tanpa perkelahian maka lokasi luka biasanya pada daerah fatal dan dapat tunggal.4
Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan umumnya
ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung lengan bawah dan
tungkai.4 Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi
Antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat letak/lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel
besi (reaksibiru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain dan
pemeriksaan terhadap bercak darahnya.4
Bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasanya diarahkan pada tempat yang cepat
mematikan biasanya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut dan lipat paha. Bunuh diri
dengan senjata tajam tentu akan menghasilkan luka-luka pada tempat yang terjangkau oleh
tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian karena umumnya korban menyingkap
pakaian terlebih dahulu.4 Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang
menggunakan senjata tajam, sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban. Luka percobaan
tersebut dapat berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya sejajar.4
Yang dimaksud dengan kecelakaan pada table diatas adalah kekerasan benda tajam yang
terjadi tanpa unsure kesengajaan, misalnya kecelakaan industry kecelakaan pada kegiatan sehari-
14
hari; sedangkan cedera sekunder adalah cedera yang terjadi bukan akibat benda tajam penyebab,
misalnya luka yang terjadi akibat terjatuh.4
Luka Bakar
Terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi. Kerusakan kulit yang terjadi
bergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik
15
mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai 66c, sedangkan pada ledakan
bensin dalam waktu singkat mencapai suhu 47c. Luka bakar sudah dapat terjadi pada suhu 43-
44 c bila kontak cukup lama.Pelebaran kapiler bawah kulit mulai terjadi pada saat suhu
mencapai 35c selama 120 detik, vesikel terjadi pada suhu 53-57c selama kontak 30-120 detik.
Luka bakar yang terjadi dapat dikategorikan kedalam 4 derajat luka bakar :
1. Eritema
2. Vesikel dan bullae
3. Nekrosis koagulatif
4. Karbonisasi
Kematian pada luka bakar dapat terjadi melalui berbagai mekanisme :
1. Syok neurogen commotio neuro-vascularis
2. Gangguan permeabilitas akibat penglepasan histamin dan kehilangan NaCl kulit yang
cepat (dehidrasi)
Pemaparan terhadap suhu rendah misalnya di puncak gunung yang tinggi, dapat menyebabkan
kematian mendadak. Mekanisme kematian dapat diakibatkan oleh kegagalan pusat pengatur suhu
maupun akibat rendahnya disosiasi Oxy-Hb bayi dan orang tua secara fisiologis kurang tanggap
terhadap dingin, demikian juga pada kelelahan, alkoholism, hipopituarism, myoedema dan
steatorhoea.
Pada kulit dapat terjadi luka yang terbagi menjadi beberapa derajat kelainan :
1. Hiperemia
2. Edema dan vesikel
3. Nekrosis
4. Pembekuan disertai kerusakan jaringan
16
listrik, selebar telapak tangan tersebut hanya 2 mA/cm persegi, yang tidak cukup besar untuk
menimbulkan jejas listrik.
Kuat arus yang masih memungkinkan bagi tangan yang memegangnya untuk melepaskan
diri disebut let go current yang besarnya berbeda-beda untuk setiap individu. Gambaran
makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka
bakar dengan tepi yang menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit
yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebabnya. Metalisasi juga dapat
ditemukan pada jejas listrik. Jejas listrik bukanlah tanda intravital karena dapat juga ditimbulkan
pada kulit mayat/ pasca mati (namun tanpa daerah hiperemi). Kematian dapat terjadi karena
fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan dan kelumpuhan pusat pernapasan.
INTERPRETASI TEMUAN
Pemeriksaan Luar
1. Wajah mayat terdapat bengkak dan memar (hematom) : suatu perdarahan dalam jaringan
bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang di sebabkan oleh kekerasan
benda tumpul. Luka memar kadangkala memberi petunjuk tentang benda penyebanya
dan umur luka memarnya.
2. Jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang membentuk
sudut ke atas : penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang kain dan sebagainya yg
dapat melingkari leher yang bisa menyababkan kematian akibat asfiksia atau refleks
vagal. Beda dengan gantung diri, semua arteri leher mngkn tertekan. Sedangkan pada
kasus jerat arteri vertebralis tetap paten. Sedangka simpul bisa di karenakan di gantung
oleh pelaku penjeratan terhadap korban.
3. Daerah paha di sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar
berukuran diameter 1 cm : bisa dikarenakan luka sundutan rokok atau besi panas
4. Di ujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai jejas listrik : gambaran makroskopis
jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar
dengan tepi yang menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit
yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebab.
17
Pemeriksaan Dalam
1. Resapan darah yang luas di daerah kepala : bisa di karenakan cedera kepala oleh benda
tumpul.
2. Patah ujung rawan gondok : bisa dikarena penjeratan atau karena simpul Punggung
terdapat memar berbentuk dua garis sejajar (railway hematome) : bisa menggambarkan
benda yang di pakai untuk memukul seperti kayu, gagang rotan dan gagang sapu.
3. Busa halus di dalam saluran napas dan bintik perdarahan di ke dua paru dan jantung :
merupakan tanda-tanda terjadinya asfiksia yang kemungkinan disebabkan oleh karena
penjeratan. Busa halus timbul akibat peningkatana akitivitas pernapasan pada fase
dispnea yang di sertai sekresi selaput lender saluran napas bagian atas. Keluar masuknya
udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang
bercamapur darah akibat pecahnya kapiler.
KESIMPULAN
Saat Mati
Pada kasus tidak dijelaskan terkait tanda pasti kematian yang bisa menjadi petunjuk saat
kematian. Untuk memperkirakan saat kematian bisa dengan melihat perubahan pascamati yang
terjadi pada mayat yang diperiksa seperti yang sudah dijelaskan pada bagian tanatologi.
Kemungkinan Cara Mati
Perbedaan antara pembunuhan dan bunuh diri:
Pembunuhan Bunuh diri
Alat penjerat :
- simpul Biasanya simpul mati Simpul hidup
- jumlah lilitan Hanya satu Satu atau lebih
- arah Mendatar Serong keatas
- jarak titik tumpu-simpul Dekat Jauh
Korban :
- jejas jerat Berjalan mandatar Meninggi kearah simpul
- luka perlawanan + -
- luka-luka lain Ada,sering didaerah leher ( - ), luka percobaan
- jarak dari lantai jauh Dekat
18
TKP :
- lokasi Bervariasi Tersembunyi
- kondisi Tidak teratur Teratur
- pakaian Tak teratur robek Rapi dan baik
Sebab Mati
Karena ditemukan resapan darah yang luas di kulit kepala, pendarahan yang tipis di bawah
selaput keras otak dan sembab otak besar. Sebab kematian korban pada kasus ini adalah
kekerasan tumpul pada kepala yang menyebabkan perdarahan dibawah selaput keras otak dan
sebab otak. Terdapat sedikit resapan darah di otot leher sisi kiri, sedikit busa halus di dalam
saluran napas, dan sedikit bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung
merupakan tanda-tanda asfiksia sebagai mekanisme kematian.
Asfiksia Mekanik
Asfiksia mekanik meliputi peristiwa pembekapan, penyumbatan, pencekikan, penjeratan dan
gantung serta penekanan pada dinding dada. Pada pemeriksaan mayat sering ditemukan tanda
kematian akibat asfiksia berupa lebam mayat yang gelap dan luas, perbendungan pada bola mata,
busa halus pada lubang hidung, mulut dan saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat
dalam serta bintik perdarahan Tardieu.
Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:
19
1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasanseperti laringitis
difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paruseperti fibrosis paru.
2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya traumayang mengakibatkan
emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraksbilateral; sumbatan atau halangan pada saluran
napas dan sebagainya.
3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan, misalnyabarbiturat dan
narkotika.Penyebab tersering asfiksia dalam konteks forensik adalah jenis asfiksiamekanik,
dibandingkan dengan penyebab yang lain seperti penyebab alamiah ataupunkeracunan.9
Gejala Klinis
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul 4 (empat) Fase gejala klinis, yaitu:
1. Fase Dispnea
Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2 dalam plasma akan
merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga gerakan pernafasan
(inspirasi dan ekspirasi) yang ditandai dengan meningkatnya amplitude dan frekuensi
pernapasan disertai bekerjanya otot-otot pernafasan tambahan. Wajah cemas, bibir mulai
kebiruan, mata menonjol, denyut nadi, tekanan darah meningkat dan mulai tampak tanda-
tanda sianosis terutama pada muka dan tangan. Bila keadaan ini berlanjut, maka masuk
ke fase kejang.
2. Fase Kejang
Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan susunan saraf pusat sehingga
terjadi kejang (konvulsi), yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi
kejang tonik dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut
jantung menurun, dan tekanan darah perlahan akan ikut menurun. Efek ini berkaitan
dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak, akibat kekurangan O2 dan penderita
akan mengalami kejang.
3. Fase Apnea
Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot pernapasan menjadi lemah,
kesadaran menurun, tekanan darah semakin menurun, pernafasan dangkal dan semakin
memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan lumpuhnya pusat-pusat kehidupan.
Walaupun nafas telah berhenti dan denyut nadi hampir tidak teraba, pada fase ini bisa
20
dijumpai jantung masih berdenyut beberapa saat lagi. Dan terjadi relaksasi sfingter yang
dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja secara mendadak.
4. Fase Akhir
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah berkontraksi
otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah
pernapasan terhenti. Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat
bervariasi.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya
berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsun g lebih kurang 3-4 menit, tergantung
dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih
lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.9
21
22
Pada pemeriksaan luar jenazah didapatkan:
1. Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku.
2. Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan
tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.
3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam
mayat lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin
dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.
4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas
pernapasan pada fase dispneu yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas
bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan
menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
5. Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya
pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di
kulit wajah.
6. Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva
bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase kejang. Akibatnya tekanan hidrostatik
dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain
itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari
selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan yang dinamakan sebagai
Tardieus spot.
b. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam (Autopsi) jenazah didapatkan:
23
1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat
paska kematian.
2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.
3. Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih
berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.
4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang
jantung belakang daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di
lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam
terutama daerah otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.
5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.
6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring
langsung atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan
krikoid (pleksus vena submukosa dengan dinding tipis).
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Dr. Indah Wijaya M, dokter pada Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, menerangkan bahwa berdasarkan permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian
Sektor Polda Metro Jaya tertanggal 20 April 2010 no 009/VER/I/2010, maka pada tanggal 13
Desember dua ribu lima belas , pukul tiga belas Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, telah dilakukan pemeriksaan terhadap jaringan dengan no
regristrasi 0038131, yang menurut surat tersebut adalah:------------------------------------------------
Nama : ------------------------------------------------------------------------------------------------
Umur : ------------------------------------------------------------------------------------------------
24
Jenis kelamin : Laki-laki------------------------------------------------------------------------------------
Bangsa : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Agama : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : ------------------------------------------------------------------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN--------------------------------------------------------------------------------------
1. Wajah mayat terdapat pembengkakan dan memar------------------------------------------------------
2. Pada punggung terdapat memar berbentuk dua garisn sejajar (railway hematome)-----------
3. Didaerah paha sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar berukuran
diameter kira-kira satu sentimeter-------------------------------------------------
4. Diujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik------------------------------
5. Terdapat jejas jerat yang melingkari yang melingkari leher dengan simpul didaerah kiri
belakang yang membentuk sudut keatas--------------------------------------------------------------------
6. Ditemukan resapan darah yang luas dikepala, pendarahan yang tipis dibawah selaput otak,
sembab otak besar---------------------------------------------------------------------------------------------
7. Tidak terdapat resapan kulieher--------------------------------------------------------------------------8.
Sedikit resapan darah di otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok sisi kiri--------------9.
Sedikit busa halus didalam saluran nafas----------------------------------------------------------
10. Sedikit bintik-bintik pendarahan dipermukaan kedua paru dan jantung----------------------------
11. Tidak terdapat patah tulang-------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada pemeriksaan ditemukan Wajah mayat terdapat pembengkakan dan memar, pada punggung
terdapat memar berbentuk dua garisn sejajar (railway hematome), didaerah paha sekitar
kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar berukuran diameter kira-kira satu
sentimeter, diujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik, terdapat jejas
jerat yang melingkari yang melingkari leher dengan simpul didaerah kiri belakang yang
membentuk sudut keatas, ditemukan resapan darah yang luas dikepala, pendarahan yang tipis
dibawah selaput otak, sembab otak besar, tidak terdapat resapan kulit leher, sedikit resapan darah
di otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok sisi kiri, sedikit busa halus didalam saluran
nafas, sedikit bintik-bintik pendarahan dipermukaan kedua paru dan jantung, tidak terdapat patah
tulang...............................................................................................................
Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan
keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP)---------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
25
1. Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Terkait Praktik Kedokteran, Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta,
2014.
2. Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Ilmu kedokteran forensik. Edisi ke-2.
Jakarta: FKUI; 1997.h.203-5.
3. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Bina Rupa Aksara;
1997.h.35-47.
4. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et all. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta:Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1997.h.37-43,197-201.
5. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses
penyidikan. Jakarta: Sagung Seto;2008.h.1-52
6. Arif Mansjoer, Suprohaiti, Wahyu Ika, Wiwiek S. Ilmu Kedokteran Forensik. Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia; Edisi ketiga, Jilid 2; Tahun
2000
7. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Cetakan ke-4.
Jakarta : bagian kedokteran Forensik FKUI, 2000.
8. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Dalam: Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid ke-2. Jakarta:Media Aesculapius ;2000. H.187-9.
9. FK Universitas sumatra utara. Asfiksia. Diunduh dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23475/3/Chapter%20II.pdf/
10. Gambar diunduh dari : http://www.google.com
11. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang
kedokteran. Cetakan kedua. Jakarta: bagian kedokteran ferensik FKUI. 1994.
26