Anda di halaman 1dari 26

Mayat Laki-Laki dengan Leher Terjerat

Makalah PBL 1
Kelompok C6

Caecilia Ayu Putri Wulandari 102013028


Angela Sherry Laverna 102013156
Muhamad Kurnia Sandy 102013195
Anak Agung Ayu Mita Astari 102013261
Gracela Noni T.M. Taneo 102013344
Leon Lau 102013373
Flapiana Simenceriau 102013466
Nur Sabrina Binti Mohid Rokis 102013519

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


Jalan Terusan Arjuna nomor 6, Jakarta Barat

1
Pendahuluan
Di masyarakat sering kali terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh
dan nyawa manusia. Suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian, kecelakaan hingga kematian
dengan melalui berbagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain adalah
menjadi tugas bagi pihak pemerintah terutama kepolisian untuk membuktikan kebenarannya.
Pihak kepolisian sebagai tangan dari peradilan yang mengusut suatu kejadian terkadang
memerlukan peranan beberapa ahli terkait yang salah satunya ialah dokter. Dokter bertugas
sebagai orang yang dimintai tolong untuk meneliti dan memastikan tindak-tindakan yang
dilakukan berkaitan pada tubuh dan jiwa korban sebagai barang bukti baik dalam keadaan masih
hidup ataupun mati. Oleh sebab itu peranan dokter dalam bidang forensik sangatlah
pentingkarena permasalahan dapat dijawab, dibuat terang dan jelas oleh dokter.
Kejelasan tersebut memang diperlukan dan harus diusahakan oleh karena, baik
kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan membawa implikasi yang berbeda-beda, baik ditinjau
dari sudut penyidikan maupun dari sudut proses peradilan pada umumnya. Kejelasan yang ada
akan menentukan hukuman sesuai dengan tindakan yang dilakukan berdasarkan kitab undang-
undang yang telah ditetapkan agar terciptanya keadilan dan kebenaran yang sebenarnya.

Kasus 1
Sesosok mayat dikirimkan kebagian kedokteran forensik FKUI/RSCM oleh sebuah
polsek di Jakarta. Ia adalah tersangka pelaku pemerkosaan terhadap seorang remaja putri yang
kebetulan adalah seorang anak dari pejabat kepolisian. Berita yang dituliskan kedalam surat
permintaan Visum et repertum adalah bahwa laki-laki ini mati karna gantung diri di dalam sel
tahanan polsek. Pemeriksaan yang dilakukan keesokan harinya menemukan pada wajah mayat
terdapat pembengkakan dan memar, pada punggungnya terdapat beberapa memar berbentuk dua
garis sejajar (railway hematome) dan didaerah paha disekitar kemaluannya terdapat beberapa
luka bakar berbentuk bundar berukuran diameter kira-kira 1 cm. Diujung penisnya terdapat luka
bakar yang sesuai dengan jejas listrik. Sementara itu terdapat pula jejas jerat yang melingkari
leher dengan simpul didaerah kiri belakang yang membentuk sudut ke atas. Pemeriksaan bedah
jenasah menemukan resapan darah yang luas di kulit kepala, pendarahan yang tipis di bawah
selaput keras otak, sembab otak besar, tidak terdapat resapan darah di kulit leher tetapi sedikit
resapan darah di otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok (os cricoid) sisi kiri, sedikit
busa halus di dalam saluran napas, dan sedikit bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua

2
paru dan jantung. Tidak terdapat patah tulang. Dokter mengambil beberapa contoh jaringan
untuk pemeriksaan laboratorium.
Keluarga korban datang kedokter dan menanyakan tentang sebab-sebab kematian korban
karena mereka mencurigai adanya tindakan kekerasan selama ditahan an polsek. Mereka melihat
sendiri adanya memar-memar di tubuh korban.

ASPEK HUKUM DAN PROSEDUR MEDIKOLEGAL


I. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan
Pasal 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada
ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat 1.
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut
keterangan1.
Pasal 179 KUHAP
1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenanar-benarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya1.

II. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya

3
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannnya 1.
Pasal 184 KUHAP
1) Alat bukti yang sah adalah:
- Keterangan saksi
- Keterangan ahli
- Surat
- Pertunjuk
- Keterangan terdakwa
2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan1.
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Pasal 180 KUHAP
1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di siding
pengadilan, Hakim ketua siding dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hokum terhadap
hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar
hal itu dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2)1

III. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter


Pasal 216 KUHP
1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam

4
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak
Sembilan ribu rupiah.
2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-
undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan
umum.
3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah
sepertiga1.
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah1.
Pasal 224 KUHP
Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau juru
bahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang
ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan1.
Pasal 522 KUHP
Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.

IV. Prosedur Medikolegal


Prosedur medikolegal terdiri dari langkah-langkah berikut:
1. Penemuan dan pelaporan
- Dilakukan oleh warga masyarakat yang melihat, mengetahui, atau mengalami suatu
kejadian yang diduga merupakan suatu tindakan pidana.
- Pelaporan dilakukan ke pihak yang berwajib, dalam hal ini kepolisian RI.
2. Penyelidikan
- Dilakukan oleh penyidik

5
- Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara RI (pasal 4 KUHAP)
- Menindak-lanjuti suatu pelaporan, untuk mengetahui apakah benar ada kejadian
seperti yang dilaporkan.
3. Penyidikan
- Dilakukan oleh penyidik
- Penyidik adalah (pasal 6 KUHAP)
a. Pejabat polisi negara RI
b. Pejabat pegawai negri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang.
- Tindak lanjut setelah diketahui benar-benar telah terjadi suatu kejadian.
a. Penyidik dapat meminta bantuan seorang ahli
b. Dalam hal mengenai kejadian mengenai tubuh manusia, maka penyidik dapat
meminta bantuan dokter untuk dilakukan penanganan secara kedokteran
forensik.
4. Pemberkasan perkara
- Dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil penyidikannya, termasuk hasil
pemeriksaan kedokteran forensik yang dimintakan kepada dokter.
- Hasil berkas perkara ini diteruskan ke penuntut umum.
5. penuntutan
Dilakukan oleh penuntut umum disidang pengadilan setelah berkas perkara lengkap diajukan
ke pengadilan

6. Persidangan
- Pengadilan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim
- Dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, para saksi dan para ahli, disini dokter
dapat dihadirkan di persidangan pengadilan untuk bertindak selaku saksi ahli atau
selaku dokter pemeriksa.
7. Putusan pengadilan
vonis ditentukan oleh hakim dengan ketentuan :

6
- Keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana dan
bahwa terdakwa telah bersalah melakukan tindak pidana tersebut
- Keyakinan hakim harus ditunjang oleh sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.

IDENTIFIKASI FORENSIK
Merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan
identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana
maupun perdata. Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan
karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Penentuan identitas
personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan
perhiasan, medik, gigi, serologic dan secara ekslusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode
identifikasi DNA.4
1. Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa
kehilangan anggota keluarga atau temannya. Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum
membusuk sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu
orang. Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut
berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.4
2. Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan
Merupakan metode identifikasi yang baik, walupun tubuh korban telah rusak atau hangus. Inisial
yang tedapat pada cincin dapat memberikan informasi siapa si pemberi cincin tersebut, dengan
demikian dapat diketahui pula identitas korban, Dalam penentuan identifikasi dengan metode ini
tidak jarang diperlukan keahlian dari seorang yang memang ahli di bidang tersebut.5
Pencatatan yang baik dan teliti dari pakaian yang dikenakan korban seperti model, bahan yang
dipakai, merek penjahit, label binatu dapat merupakan petunjuk siapa pemilik pakaian tersebut
dan tentunya identitas korban.5
Khusus anggota ABRI, masalah identifikasi dipermudah dengan adanya nama serta NRP yang
tertera pada kalung logam yang dipakainya.4
3. Pemeriksaan Dokumen
KTP, SIM, kartu pelajar, dan tanda pengenal lainnya merupakan sarana yang dapat dipakai untuk
menetukan identitas. Dokumen yang ada di dalam saku seorang laki-laki lebih bermakna bisa

7
dibandingkan dengan dokumen yang berada dalam tas seorang wanita, terutama pada kasus
kecelakaan massal sehingga tas yang dipegang dapat terlempar dan sampai ke dekat tubuh
wanita lainnya. Hal mana tidak terjadi pada laki-laki yang mempunyai kebiasaan menyimpan
dokumen dalam sakunya.4
4. Identifikasi Medik
Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata,
cacat/kelainan khusus, tato (rajah). Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan
oleh seorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan
sinar-X), sehingga ketepatannya cukup tinggi. Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat
dilakukan metode identifikasi ini. Melalui metode ini, diperoleh data tentang jenis kelamin, ras,
perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.4
4.1 Pemeriksaan Gigi
Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi
serta rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan,
protesa gigi dan sebagainya. Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu
memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian, dapat dilakukan identifikasi
dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding mortem.4
4.2 Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jenazah,
penentuan golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan
dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang.

4.3 Pemeriksaan Sidik Jari


Metode ini membandingkan gambaran sidik jari jenasah dengan data sidik jari ante
motem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui
paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian
harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk
pemeriksaan sidik jari, misalnya melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah
dengan kantung plastik.4

TANATOLOGI

8
Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.ijo
1. Livor mortis
Livor mortis atau lebam mayat terjadi akibat pengendapan eritrosit sesudah kematian akibat
berentinya sirkulasi dan adanya gravitasi bumi . Eritrosit akan menempati bagian terbawah
badan dan terjadi pada bagian yang bebas dari tekanan. Muncul pada menit ke-30 sampai
dengan 2 jam. Intensitas lebam jenazah meningkat dan menetap 8-12 jam. Lebam jenazah
normal berwarna merah keunguan. Tetapi pada keracunan sianaida (CN) dan karbon
monoksida (CO) akan berwarna merah cerah (cherry red).
2. Rigor Mortis
Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk
memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat
kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan
menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2
jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem.
Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya.
Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada
lagi. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kaku jenazah adalah suhu tubuh, volume
otot dan suhu lingkungan. Makin tinggi suhu tubuh makin cepat terjadi kaku jenazah. Rigor
mortis diperiksa dengan cara menggerakkan sendi fleksi dan antefleksi pada seluruh
persendian tubuh.

Hal-hal yang perlu dibedakan dengan rigor mortis atau kaku jenazah adalah:
1. Cadaveric Spasmus, yaitu kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap
sesudah kematian akibat hilangnya ATP lokal saat mati karena kelelahan atau emosi yang
hebat sesaat sebelum mati.
2. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein karena panas sehingga
serabut otot memendek dan terjadi flexi sendi. Misalnya pada mayat yang tersimpan
dalam ruangan dengan pemanas ruangan dalam waktu yang lama.
3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan yang dingin sehingga terjadi
pembekuan cairan tubuh dan pemadatan jaringan lemak subkutan sampai otot.

9
4. Body Temperature Pada saat sesudah mati, terjadi karena adanya proses pemindahan
panas dari badan ke benda-benda di sekitar yang lebih dingin secara radiasi, konduksi,
evaporasi dan konveksi. Penurunan suhu badan dipengaruhi oleh suhu lingkungan,
konstitusi tubuh dan pakaian. Bila suhu lingkugan rendah, badannya kurus dan
pakaiannya tipis maka suhu badan akan menurun lebih cepat. Lama kelamaan suhu tubuh
akan sama dengan suhu lingkungan. Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari
pengukuran suhu jenazah perrektal (Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam)
dapat dihitung rumus PMI (Post Mortem Interval) berikut.
5. Decomposition Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena
autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan
dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena
terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan
pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak,
bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih
mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban
tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan
berlangsung lebih cepat.

Proses-Proses Spesifik pada Jenazah Karena Kondisi Khusus


1. Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi dengan
cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras,
kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.
2. Adiposera
Adiposera adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan berminyak
yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi
asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri. Faktor yang

10
mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas. Pembentukan
adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan. Adipocere relatif
resisten terhadap pembusukan.
3. Pengosongan Lambung
Pengosongan lambung dapat dijadikan salah satu petunjuk mengenai saat kematian. Karena
makanan tertentu akan membutuhkan waktu spesifik untuk dicerna dan dikosongkan dari
lambung. Misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar
membtuhkan waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.
4. Aktivitas Serangga
Aktivitas serangga juga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan
menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Necrophagus species akan
memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit akan memakan serangga
Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun
serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari
postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang
akan berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.

TRAUMATOLOGI FORENSIK
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (rudapaksa) sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu
keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.4
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat:4
a. Mekanik: Kekerasan oleh benda tajam atau tumpul dan tembakan senjata api.
b. Fisika: Suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara (barotrauma), akselerasi, akustik
dan radiasi.
c. Kimia/Korosif: Asam atau basa kuat.
Luka akibat Kekerasan Benda Tumpul

11
1. Memar (kontusio, hematom)
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kutis/kulit akibat pecahnya kapiler dan
vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Letak, bentuk dan luas memar dipengaruhi oleh
besarnya kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis kelamin, corak
dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah serta penyakit yang diderita. Bila kekerasan benda
tumpul mengenai jaringan longgar seperti di daerah mata, leher atau pada bayi dan usia lanjut,
maka memar cenderung lebih luas. Adanya jaringan longgar juga memungkinkan berpindahnya
memar ke daerah yang lebih rendah akibat gravitasi seperti kekerasan benda tumpul pada dahi
menimbulkan hematom palpebra. Informasi mengenai bentuk benda tumpul dapat diketahui jika
ditemukan adanya perdarahan tepi seperti bila tubuh korban terlindas ban.4,6
Pada perdarahan tepi perdarahan tidak dijumpai pada lokasi yang bertekanan, tetapi
perdarahan akan menepi sehingga bentuk perdarahan sesuai dengan bentuk celah antara kedua
kembang yang berdekatan (cetakan negatif). Umur memar dapat dilihat dari perubahan
warnanya. Pada saat perlukaan, memar berwarna merah, lalu berubah menjadi ungu atau hitam
dan setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian berubah menjadi kuning dalam
7 sampai 10 hari dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna terjadi
mulai dari tepi ke arah tengah. Hematom antemortem dapat dibedakan dari lebam mayat dengan
melakukan penyayatan kulit. Pada hematom antemortem akan dijumpai adanya pembengkakan
dan infiltrasi darah merah kehitaman dalam jaringan, sedang pada lebam mayat warna merah
tampak merata. 4,6

2. Luka Lecet (ekskoriasi, abrasi)


Merupakan luka kulit yang superficial, akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan
benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing. Walaupun kerusakannya minimal tetapi luka
lecet dapat memberikan petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat
dalam tubuh. Sesuai mekanisme terjadinya luka lecet dibedakan dalam 4 jenis, antaranya:
a. Luka lecet gores (scratch)
Diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan permukaan kulit. Dari gambaran
kedalaman luka pada kedua ujungnya dapat ditentukan arah kekerasan yang terjadi.
b. Luka lecet serut (graze)

12
Adalah luka lecet yang terjadi akibat persentuhan kulit dengan permukaan yang kasar dengan
arah kekerasan sejajar/miring terhadap kulit. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel.
c. Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak lurus terhadap
permukaan kulit. Bentuk luka lecet tekan umumnya sama dengan bentuk permukaan benda
tumpul tersebut. Kulit pada luka lecet tekan tampak berupa daerah kulit yang kaku dengan
warna lebih gelap dari sekitarnya.
d. Luka lecet geser (friction abration)
Disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus
gantung atau jerat.
3. Luka robek (Vulnus laceratum)
Merupakan luka terbuka yang terjadi akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui
elastisitas kulit atau otot. Ciri luka robek bentuk tidak beraturan, tepi tidak rata, tampak jembatan
jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, akar rambut tampak hancur
atau tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut dan sering tampak luka lecet atau
memar di sekitar luka.

Luka akibat Kekerasan Benda Tajam


Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda
yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti
pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca.4
Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang rata,
berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka
akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau luka sayat, luka tusuk dan luka bacok.
Selain gambaran umum luka di atas, luka iris atau sayat dan luka bacok mempunyai kedua sudut
luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang luka. Sudut luka yang lancip dapat terjadi dua
kali pada tempat yang berdekatan akibat pergeseran senjata sewaktu ditarik atau akibat
bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak memutar, dapat menghasilkan luka yang tidak selalu
segaris.4
Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebab, apakah
berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul
berarti benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lancip, luka

13
tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat
menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja
yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dbentuk oleh ujung dan sisi tajamnya. 4
Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan adanya
luka lecet atau memar, kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit. Pada luka tusuk,
panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya, demikian pula
panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut. Hali ini
disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.4
Tabel1. Tabel Perbedaan Luka Kasus Bunuh Diri, Pembunuhan dan Kecelakaan4
P Pepembunuhan bunuh diri Kecelakaan
Lokasi luka sembarang terpilih Terpapar
Jumlah luka banyak banyak tunggal/ banyak
Pakaian terkena tidak terkena Terkena
Luka tangkis Ada tidak ada tidak ada
Luka percobaan tidak ada ada tidak ada
Cedera sekunder mungkin ada tidak ada mungkin ada

Ciri-ciri pembunuhan diatas dapat dijumpai pada kasus penbunuhan yang disertai perkelahian.
Tetapi bila tanpa perkelahian maka lokasi luka biasanya pada daerah fatal dan dapat tunggal.4
Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan umumnya
ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung lengan bawah dan
tungkai.4 Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi
Antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat letak/lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel
besi (reaksibiru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain dan
pemeriksaan terhadap bercak darahnya.4
Bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasanya diarahkan pada tempat yang cepat
mematikan biasanya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut dan lipat paha. Bunuh diri
dengan senjata tajam tentu akan menghasilkan luka-luka pada tempat yang terjangkau oleh
tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian karena umumnya korban menyingkap
pakaian terlebih dahulu.4 Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang
menggunakan senjata tajam, sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban. Luka percobaan
tersebut dapat berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya sejajar.4
Yang dimaksud dengan kecelakaan pada table diatas adalah kekerasan benda tajam yang
terjadi tanpa unsure kesengajaan, misalnya kecelakaan industry kecelakaan pada kegiatan sehari-

14
hari; sedangkan cedera sekunder adalah cedera yang terjadi bukan akibat benda tajam penyebab,
misalnya luka yang terjadi akibat terjatuh.4

Luka akibat Tembakan Senjata Api


Senjata api adalah senjata yang dengan menggunakan tenaga hasil peledakan mesin,
dapat melontarkan anak peluru dengan kecepatan tinggi. Keparahan luka tembak akibat anak
peluru tergantung pada besar dan bentuk anak peluru, balistik (kecepatan, energi kinetik dan
stabilitas anak peluru), kerapuhan anak peluru, kepadatan dan vulnerabilitas jaringan sasaran. 1
Pada luka tembak masuk, selain anak peluru, komponen lain yang terdapat pada proses
tembakan juga berperan dalam membentuk ciri-ciri luka tembak. Berdasarkan ciri-ciri tersebut
luka tembak masuk dibedakan dalam:4,6
a. Luka tembak masuk (LTM) jarak jauh, hanya dibentuk oleh komponen anak peluru. Luka
berbentuk lubang dengan kelim lecet dan kelim kesat pada dindingnya.
b. LTM jarak dekat, dibentuk oleh komponen anak peluru dan butir-butir mesiu yang tidak
habis terbakar. Luka berupa lubang dengan kelim lecet, kelim kesat, kelim tattoo dan atau
kelim jelaga.
c. LTM jarak sangat dekat, dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesiu, jelaga dan
panas/api. Luka seperti LTM jarak dekat dengan kelim api di tepi lubangnya.
d. LTM tempel, dibentuk oleh seluruh komponen tersebut (yang akan masuk seluruhnya
atau sebagian ke dalam saluran luka) dan jejas laras. Saluran luka akan berwarna hitam
dan jejas laras akan tampak mengelilingi di luar luka tembak masuk sebagai luka lecet
tekan.
Luka tembak keluar (LTK) pula adalah luka tembak yang terjadi akibat peluru meninggalkan
tubuh korban. Umumnya LTK lebih besar dari LTM akibat deformitas anak peluru,
bergoyangnya anak peluru dan ikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari LTK. LTK dapat
lebih kecil dari LTM bila luka tembak merupakan luka tembak tempel atau kecepatan peluru
sewaktu akan menembus keluar berkurang atau terdapatnya benda yang menekan kulit pada
tempat peluru akan keluar. Bentuk LTK tidak khas, tidak beraturan dan tidak memiliki kelim. 4,6

Luka Bakar
Terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi. Kerusakan kulit yang terjadi
bergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Kontak kulit dengan uap air panas selama 2 detik

15
mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1 mm dapat mencapai 66c, sedangkan pada ledakan
bensin dalam waktu singkat mencapai suhu 47c. Luka bakar sudah dapat terjadi pada suhu 43-
44 c bila kontak cukup lama.Pelebaran kapiler bawah kulit mulai terjadi pada saat suhu
mencapai 35c selama 120 detik, vesikel terjadi pada suhu 53-57c selama kontak 30-120 detik.
Luka bakar yang terjadi dapat dikategorikan kedalam 4 derajat luka bakar :
1. Eritema
2. Vesikel dan bullae
3. Nekrosis koagulatif
4. Karbonisasi
Kematian pada luka bakar dapat terjadi melalui berbagai mekanisme :
1. Syok neurogen commotio neuro-vascularis
2. Gangguan permeabilitas akibat penglepasan histamin dan kehilangan NaCl kulit yang
cepat (dehidrasi)
Pemaparan terhadap suhu rendah misalnya di puncak gunung yang tinggi, dapat menyebabkan
kematian mendadak. Mekanisme kematian dapat diakibatkan oleh kegagalan pusat pengatur suhu
maupun akibat rendahnya disosiasi Oxy-Hb bayi dan orang tua secara fisiologis kurang tanggap
terhadap dingin, demikian juga pada kelelahan, alkoholism, hipopituarism, myoedema dan
steatorhoea.
Pada kulit dapat terjadi luka yang terbagi menjadi beberapa derajat kelainan :
1. Hiperemia
2. Edema dan vesikel
3. Nekrosis
4. Pembekuan disertai kerusakan jaringan

Luka Akibat Trauma Listrik


Faktor yang berperan pada cedera listrik ialah tegangan (volt), kuat arus (ampere),
tahanan kulit (ohm) luas dan lama kontak. Tegangan rendah (<65 V) biasanya tidak berbahaya
bagi manusia, tetapi tegangan sedang (65-1000 V) dapat mematikan. Banyaknya arus listrik yang
mengalir menuju tubuh manusia menentukan juga fatalitas seseorang. Makin besar arus, makin
berbahaya bagi kelangsungan hidup. Selain faktor-faktor kuat arus, tahanan dan lama kontak, hal
lain yang penting diperhatikan adalah luas permukaan kontak. Suatu permukaan kontak seluas
50cm persegi (kurang lebih selebar telapak tangan) dapat mematikan tanpa menimbulkan jejas

16
listrik, selebar telapak tangan tersebut hanya 2 mA/cm persegi, yang tidak cukup besar untuk
menimbulkan jejas listrik.
Kuat arus yang masih memungkinkan bagi tangan yang memegangnya untuk melepaskan
diri disebut let go current yang besarnya berbeda-beda untuk setiap individu. Gambaran
makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka
bakar dengan tepi yang menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit
yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebabnya. Metalisasi juga dapat
ditemukan pada jejas listrik. Jejas listrik bukanlah tanda intravital karena dapat juga ditimbulkan
pada kulit mayat/ pasca mati (namun tanpa daerah hiperemi). Kematian dapat terjadi karena
fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan dan kelumpuhan pusat pernapasan.

INTERPRETASI TEMUAN
Pemeriksaan Luar
1. Wajah mayat terdapat bengkak dan memar (hematom) : suatu perdarahan dalam jaringan
bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang di sebabkan oleh kekerasan
benda tumpul. Luka memar kadangkala memberi petunjuk tentang benda penyebanya
dan umur luka memarnya.
2. Jejas jerat yang melingkari leher dengan simpul di daerah kiri belakang yang membentuk
sudut ke atas : penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang kain dan sebagainya yg
dapat melingkari leher yang bisa menyababkan kematian akibat asfiksia atau refleks
vagal. Beda dengan gantung diri, semua arteri leher mngkn tertekan. Sedangkan pada
kasus jerat arteri vertebralis tetap paten. Sedangka simpul bisa di karenakan di gantung
oleh pelaku penjeratan terhadap korban.
3. Daerah paha di sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar
berukuran diameter 1 cm : bisa dikarenakan luka sundutan rokok atau besi panas
4. Di ujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai jejas listrik : gambaran makroskopis
jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar
dengan tepi yang menonjol, disekitarnya terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit
yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai dengan benda penyebab.

17
Pemeriksaan Dalam
1. Resapan darah yang luas di daerah kepala : bisa di karenakan cedera kepala oleh benda
tumpul.
2. Patah ujung rawan gondok : bisa dikarena penjeratan atau karena simpul Punggung
terdapat memar berbentuk dua garis sejajar (railway hematome) : bisa menggambarkan
benda yang di pakai untuk memukul seperti kayu, gagang rotan dan gagang sapu.
3. Busa halus di dalam saluran napas dan bintik perdarahan di ke dua paru dan jantung :
merupakan tanda-tanda terjadinya asfiksia yang kemungkinan disebabkan oleh karena
penjeratan. Busa halus timbul akibat peningkatana akitivitas pernapasan pada fase
dispnea yang di sertai sekresi selaput lender saluran napas bagian atas. Keluar masuknya
udara yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-kadang
bercamapur darah akibat pecahnya kapiler.

KESIMPULAN
Saat Mati
Pada kasus tidak dijelaskan terkait tanda pasti kematian yang bisa menjadi petunjuk saat
kematian. Untuk memperkirakan saat kematian bisa dengan melihat perubahan pascamati yang
terjadi pada mayat yang diperiksa seperti yang sudah dijelaskan pada bagian tanatologi.
Kemungkinan Cara Mati
Perbedaan antara pembunuhan dan bunuh diri:
Pembunuhan Bunuh diri
Alat penjerat :
- simpul Biasanya simpul mati Simpul hidup
- jumlah lilitan Hanya satu Satu atau lebih
- arah Mendatar Serong keatas
- jarak titik tumpu-simpul Dekat Jauh

Korban :
- jejas jerat Berjalan mandatar Meninggi kearah simpul
- luka perlawanan + -
- luka-luka lain Ada,sering didaerah leher ( - ), luka percobaan
- jarak dari lantai jauh Dekat

18
TKP :
- lokasi Bervariasi Tersembunyi
- kondisi Tidak teratur Teratur
- pakaian Tak teratur robek Rapi dan baik

Alat : Dari si pembunuh Dari si pembunuh Berasal dari TKP


Surat peninggalan - +
Keadaan lain pada kasus ini Memperkosa anak pejabat Psikis dari korban karena
Polisi Disiksa dan di lecehkan
sedemikian parah.

Sebab Mati
Karena ditemukan resapan darah yang luas di kulit kepala, pendarahan yang tipis di bawah
selaput keras otak dan sembab otak besar. Sebab kematian korban pada kasus ini adalah
kekerasan tumpul pada kepala yang menyebabkan perdarahan dibawah selaput keras otak dan
sebab otak. Terdapat sedikit resapan darah di otot leher sisi kiri, sedikit busa halus di dalam
saluran napas, dan sedikit bintik-bintik perdarahan di permukaan kedua paru dan jantung
merupakan tanda-tanda asfiksia sebagai mekanisme kematian.

Asfiksia Mekanik
Asfiksia mekanik meliputi peristiwa pembekapan, penyumbatan, pencekikan, penjeratan dan
gantung serta penekanan pada dinding dada. Pada pemeriksaan mayat sering ditemukan tanda
kematian akibat asfiksia berupa lebam mayat yang gelap dan luas, perbendungan pada bola mata,
busa halus pada lubang hidung, mulut dan saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat
dalam serta bintik perdarahan Tardieu.
Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal berikut:

19
1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasanseperti laringitis
difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paruseperti fibrosis paru.
2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia mekanik, misalnya traumayang mengakibatkan
emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraksbilateral; sumbatan atau halangan pada saluran
napas dan sebagainya.
3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat pernapasan, misalnyabarbiturat dan
narkotika.Penyebab tersering asfiksia dalam konteks forensik adalah jenis asfiksiamekanik,
dibandingkan dengan penyebab yang lain seperti penyebab alamiah ataupunkeracunan.9
Gejala Klinis
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul 4 (empat) Fase gejala klinis, yaitu:
1. Fase Dispnea
Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2 dalam plasma akan
merangsang pusat pernafasan di medulla oblongata, sehingga gerakan pernafasan
(inspirasi dan ekspirasi) yang ditandai dengan meningkatnya amplitude dan frekuensi
pernapasan disertai bekerjanya otot-otot pernafasan tambahan. Wajah cemas, bibir mulai
kebiruan, mata menonjol, denyut nadi, tekanan darah meningkat dan mulai tampak tanda-
tanda sianosis terutama pada muka dan tangan. Bila keadaan ini berlanjut, maka masuk
ke fase kejang.
2. Fase Kejang
Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan susunan saraf pusat sehingga
terjadi kejang (konvulsi), yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi kemudian menjadi
kejang tonik dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut
jantung menurun, dan tekanan darah perlahan akan ikut menurun. Efek ini berkaitan
dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak, akibat kekurangan O2 dan penderita
akan mengalami kejang.
3. Fase Apnea
Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot pernapasan menjadi lemah,
kesadaran menurun, tekanan darah semakin menurun, pernafasan dangkal dan semakin
memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan lumpuhnya pusat-pusat kehidupan.
Walaupun nafas telah berhenti dan denyut nadi hampir tidak teraba, pada fase ini bisa

20
dijumpai jantung masih berdenyut beberapa saat lagi. Dan terjadi relaksasi sfingter yang
dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin dan tinja secara mendadak.
4. Fase Akhir
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah berkontraksi
otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah
pernapasan terhenti. Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat
bervariasi.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya
berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsun g lebih kurang 3-4 menit, tergantung
dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih
lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.9

Tanda Kardinal (Klasik) Asfiksia


Selama beberapa tahun dilakukan autopsi untuk mendiagnosis kematian akibat asfiksia, telah
ditetapkan beberapa tanda klasik, yaitu:
1. Tardieus spot (Petechial hemorrages)
Tardieus spot terjadi karena peningkatan tekanan vena secara akut yang menyebabkan
overdistensi dan rupturnya dinding perifer vena, terutama pada jaringan longgar, seperti
kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian belakang telinga, circumoral skin,
konjungtiva dan sklera mata. Selain itu juga bisa terdapat dipermukaan jantung, paru dan
otak. Bisa juga terdapat pada lapisan viseral dari pleura, perikardium, peritoneum, timus,
mukosa laring dan faring, jarang pada mesentrium dan intestinum.

21

Tardieus spot. 10 Bintik perdarahan pada jantung10


2. Kongesti dan Oedema
Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie. Kongesti
adalah terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi akumulasi darah dalam organ
yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah. Pada kondisi vena
yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular (tekanan yang
mendorong darah mengalir di dalam vaskular oleh kerja pompa jantung) menimbulkan
perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi
pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi oedema).
3. Sianosis
Merupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang terjadi
akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak berikatan dengan O2). Ini
tidak dapat dinyatakan sebagai anemia, harus ada minimal 5 gram hemoglobin per 100 ml
darah yang berkurang sebelum sianosis menjadi bukti, terlepas dari jumlah total
hemoglobin.
Pada kebanyakan kasus forensik dengan konstriksi leher, sianosis hampir selalu
diikuti dengan kongesti pada wajah, seperti darah vena yang kandungan hemoglobinnya
berkurang setelah perfusi kepala dan leher dibendung kembali dan menjadi lebih biru
karena akumulasi darah.
4. Tetap cairnya darah
Terjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian. Gambaran tentang tetap cairnya
darah yang dapat terlihat pada saat autopsi pada kematian akibat asfiksia adalah bagian
dari mitologi forensik. Pembekuan yang terdapat pada jantung dan sistem vena setelah
kematian adalah sebuah proses yang tidak pasti, seperti akhirnya pencairan bekuan
tersebut diakibatkan oleh enzim fibrinolitik. Hal ini tidak relevan dalam diagnosis
asfiksia
Gambaran Umum Post Mortem Asfiksia
a. Pemeriksaan Luar

22
Pada pemeriksaan luar jenazah didapatkan:
1. Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku.
2. Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan
tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.
3. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam
mayat lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin
dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.

Lebam mayat (livor mortis)10

4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas
pernapasan pada fase dispneu yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas
bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat dalam saluran sempit akan
menimbulkan busa yang kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
5. Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya
pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Kadang-kadang dijumpai pula di
kulit wajah.
6. Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva
bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase kejang. Akibatnya tekanan hidrostatik
dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena, venula dan kapiler. Selain
itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang terdiri dari
selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan yang dinamakan sebagai
Tardieus spot.
b. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan dalam (Autopsi) jenazah didapatkan:

23
1. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat
paska kematian.
2. Busa halus di dalam saluran pernapasan.
3. Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih
berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah.
4. Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang
jantung belakang daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di
lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam
terutama daerah otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis.
5. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.
6. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring
langsung atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan
krikoid (pleksus vena submukosa dengan dinding tipis).

PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RS CIPTO MANGUNKUSUMO

Nomor : 009/VER/I/2010 Jakarta, 20 April


2010
Perihal : Hasil pemeriksaan terhadap beberapa jaringan
Lampiran : -

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

Saya yang bertanda tangan dibawah ini Dr. Indah Wijaya M, dokter pada Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, menerangkan bahwa berdasarkan permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian
Sektor Polda Metro Jaya tertanggal 20 April 2010 no 009/VER/I/2010, maka pada tanggal 13
Desember dua ribu lima belas , pukul tiga belas Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, telah dilakukan pemeriksaan terhadap jaringan dengan no
regristrasi 0038131, yang menurut surat tersebut adalah:------------------------------------------------
Nama : ------------------------------------------------------------------------------------------------
Umur : ------------------------------------------------------------------------------------------------

24
Jenis kelamin : Laki-laki------------------------------------------------------------------------------------
Bangsa : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Agama : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : ------------------------------------------------------------------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN--------------------------------------------------------------------------------------
1. Wajah mayat terdapat pembengkakan dan memar------------------------------------------------------
2. Pada punggung terdapat memar berbentuk dua garisn sejajar (railway hematome)-----------
3. Didaerah paha sekitar kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar berukuran
diameter kira-kira satu sentimeter-------------------------------------------------
4. Diujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik------------------------------
5. Terdapat jejas jerat yang melingkari yang melingkari leher dengan simpul didaerah kiri
belakang yang membentuk sudut keatas--------------------------------------------------------------------
6. Ditemukan resapan darah yang luas dikepala, pendarahan yang tipis dibawah selaput otak,
sembab otak besar---------------------------------------------------------------------------------------------
7. Tidak terdapat resapan kulieher--------------------------------------------------------------------------8.
Sedikit resapan darah di otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok sisi kiri--------------9.
Sedikit busa halus didalam saluran nafas----------------------------------------------------------
10. Sedikit bintik-bintik pendarahan dipermukaan kedua paru dan jantung----------------------------
11. Tidak terdapat patah tulang-------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada pemeriksaan ditemukan Wajah mayat terdapat pembengkakan dan memar, pada punggung
terdapat memar berbentuk dua garisn sejajar (railway hematome), didaerah paha sekitar
kemaluannya terdapat beberapa luka bakar berbentuk bundar berukuran diameter kira-kira satu
sentimeter, diujung penisnya terdapat luka bakar yang sesuai dengan jejas listrik, terdapat jejas
jerat yang melingkari yang melingkari leher dengan simpul didaerah kiri belakang yang
membentuk sudut keatas, ditemukan resapan darah yang luas dikepala, pendarahan yang tipis
dibawah selaput otak, sembab otak besar, tidak terdapat resapan kulit leher, sedikit resapan darah
di otot leher sisi kiri dan patah ujung rawan gondok sisi kiri, sedikit busa halus didalam saluran
nafas, sedikit bintik-bintik pendarahan dipermukaan kedua paru dan jantung, tidak terdapat patah
tulang...............................................................................................................
Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan
keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP)---------------------------------------------------------------------------------------

Dokter yang memeriksa


Dr. Indah Wijaya M

DAFTAR PUSTAKA

25
1. Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Terkait Praktik Kedokteran, Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta,
2014.
2. Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia. Ilmu kedokteran forensik. Edisi ke-2.
Jakarta: FKUI; 1997.h.203-5.
3. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Bina Rupa Aksara;
1997.h.35-47.
4. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et all. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta:Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1997.h.37-43,197-201.
5. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses
penyidikan. Jakarta: Sagung Seto;2008.h.1-52
6. Arif Mansjoer, Suprohaiti, Wahyu Ika, Wiwiek S. Ilmu Kedokteran Forensik. Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Indonesia; Edisi ketiga, Jilid 2; Tahun
2000
7. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. Teknik Autopsi Forensik. Cetakan ke-4.
Jakarta : bagian kedokteran Forensik FKUI, 2000.
8. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Dalam: Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid ke-2. Jakarta:Media Aesculapius ;2000. H.187-9.
9. FK Universitas sumatra utara. Asfiksia. Diunduh dari :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23475/3/Chapter%20II.pdf/
10. Gambar diunduh dari : http://www.google.com
11. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang
kedokteran. Cetakan kedua. Jakarta: bagian kedokteran ferensik FKUI. 1994.

26

Anda mungkin juga menyukai