PENDAHULUAN
Secara anatomi telinga luar dapat dibagi menjadi aurikula (pinna) dan liang telinga
(canalis acusticus eksternus/CAE). Telinga luar dipisahkan dengan telinga dalam oleh membran
timpani. 1/3 lateral liang telinga tediri dari kartilago elastis yang secara embrional berasal dari
mesoderm dan sejumlah kecil jaringan subkutan yang ditutupi oleh kulit dan adneksanya. Hanya
lobulus pinna yang tidak memiliki kartilago dan terdapat lemak. (2)
Aurikula berasal dari enam tonjolan mesenkim, tiga tonjolan dari arkus brankial pertama
dan lainnya dari arkus brankial kedua. Pada kehamilan yang normal tonjolan mesenkim
kartilaginosa bersatu membentuk aurikula. Aurikula akan berpindah posisi menjadi lebih tinggi
yaitu dari posisi semula dekat comissura lateralis oris ke area temporal dengan pertumbuhan
selektif dari mandibula. (2)
Kanalis akustikus eksterna merupakan derivat dari celah brankial pertama
ektodermantara mandibula (I) dan lengkung hyoid (II). Epitel yang melapisi celah ini bertemu
dengan endoderm dari lengkung faringeal pertama yang kemudian membentuk membran timpani
dan menjadi batas medial dari kanalis akustikus eksterna. Jaringan ikat yang berasal dari
mesoderm ditemukan antara ektoderm dan endoderm dan kemudian menjadi lapisan fibrosa
membran timpani.
Proses kanalisasi lengkap terjadi pada minggu ke-12 kehamilan, pada saat itu kanalis
akustikus eksternus telah dilapisi oleh jaringan epitel. Kemudian akan terjadi rekanalisasi pada
minggu ke-28 kehamilan. (2)
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari kartilago yang dilapisi kulit sehingga
(1)
dapat menjaga telinga luar dari trauma. Kulit pada permukaan luar daun telinga melekat erat
pada kartilago di bawahnya beserta jaringan ikat dari dermis yang padat membentuk
perikondrium. Sebaliknya, kulit permukaan belakang daun telinga mempunyai lapisan subkutan
sejati. Keadaan daun telinga serta posisi daun telinga yang terbuka merupakan penyebab
timbulnya sebagian besar masalah klinis yang mengenai daun telinga yaitu trauma, kontak
langsung dengan cuaca, dan infeksi.
Pengumpulan cairan akibat proses-proses tersebut seperti adanya pus dan hematom
mengakibatkan terpisahnya perikondrium dari kartilago. Bila proses ini tidak segera diatasi maka
akan terjadi nekrosis kartilago karena terganggunya perfusi nutrisi dari pembuluh darah
perikondrium. (3)
Kanalis akustikus eksternus dapat dibagi menjadi 2 bagian. Bagian luar, 40% dari CAE,
adalah bagian kartilaginosa dan terdapat lapisan tipis jaringan subkutan di antara kulit dan
(2)
kartilago. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal dari bagian tulang, selain itu
juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi tiap individu namun ikut membantu
(1)
menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Bagian dalam, 60% dari CAE, adalah bagian
osseus terutama dibentuk oleh timpanic ring dan terdapat jaringan lunak yang sangat tipis antara
kulit, periosteum dan tulang. (2)
Anatomi bagian ini sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh
dimana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian
daerah ini sangat peka dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang
untuk ekspansi. (1) Terdapat penyempitan pada pertemuan bagian kartilaginosa dan bagian osseus
(2)
kanalis akustikus eksternus yang disebut isthmus. Panjang kanalis akustikus eksternus pada
orang dewasa rata-rata 2,5 cm. Karena posisi membran timpani yang miring, maka bagian
posterosuperior kanalis akustikus eksternus lebih pendek 6 mm dari bagian anteroinferior.
Kanalis akustikus eksternus membentuk kurva seperti huruf S arah superior dan posterior dari
lateral ke medial. Kanalis akustikus eksternus juga mengarah ke hidung sehingga pada
POSTERIOR
Batas posterior kanalis akustikus eksternus adalah kavum mastoid. Beberapa pembuluh
darah masuk ke kanalis akustikus eksternus, khususnya sepanjang sutura tympanomastoid.
Infeksi dapat menyebar secara hematogen melalui segmen mastoid ini. Dari posterior ke bagian
kartilaginosa kanalis akustikus eksternus terdapat jaringan ikat tebal mastoid yang dapat
menyebabkan infeksi sekunder.
Batas superior kanalis akustikus eksternus adalah fossa infratemporal dan basis kranii.
Batas anteriornya adalah kelenjar parotis dan temporomandibular junction. (2)
Pada kanalis akustikus eksternus terdapat tiga mekanisme pertahanan pelindung yaitu
tragus dan antitragus, kulit degan lapisan serumen, dan isthmus. Tragus dan antitragus
membentuk barier parsial terhadap benda asing makroskopik. Kulit pada bagian kartilaginosa
memiliki banyak sel rambut dan kelenjar apokrin seperti halnya kelenjar seruminosa. Ketiga
struktur adeneksa ini bersama-sama memberikan fungsi proteksi dan biasa disebut unit
apopilosebaseous. (2) Eksfoliasi sel-sel epitel skuamosa ikut berperan dalam pembentukan materi
sebagai lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis ini. Gabungan berbagai bahan ini
membentuk suasana asam dengan pH 6, yang berfungsi mencegah infeksi. Migrasi sel epitel
yang terlepas juga membentuk suatu mekanisme pembersihan sendiri dari membran timpani ke
arah luar. (1)
Invaginasi epidermis membentuk dinding terluar dari folikel rambut dan tangkai rambut
membentuk dinding bagian dalam. Saluran folikularis merupakan ruangan antara kedua struktur
ini. Sumbatan pada salah satu bagian dari salah satu sistem kelenjar ini merupakan faktor
predisposisi terhadap timbulnya infeksi. (2)
Kanalis akustikus eksternus yang normal memiliki struktur proteksi dan pembersihan
sendiri. Lapisan serumen berangsur-angsur berjalan pada salurannya yaitu setelah bagian isthmus
ke bagian lateral kanalis akustikus eksternus dan kemudian keluar dari telinga. Pembersihan
kanalis akustikus eksternus yang berlebihan, baik karena alat maupun sebagai suatu tindakan,
dapat mengganggu barier pelindung primer dan dapat memicu terjadinya infeksi. Variasi individu
pada anatomi kanalis akustikus eksternus dan konsistensi produksi serumen dapat menjadi
predisposisi terjadinya penumpukan serumen pada beberapa orang. (2)
Gambar 2.8 Aliran Limfatik Kelenjar Getah Bening pada Kepala dan Leher
Aliran limfatik kanalis akustikus eksternus merupakan saluran yang penting pada
penyebaran infeksi. Bagian anterior dan posterior terdapat aliran limfa dari kanalis akustikus
eksternus menuju ke limfatik pre-aurikular di dalam kelenjar parotis dan kelenjar getah bening
leher profunda bagian superior.
Bagian inferior kanalis akustikus eksternus aliran limfanya menuju ke kelenjar getah
bening infra aurikular dekat angulus mandibularis. Sedangkan bagian posterior menuju ke
kelenjar getah bening post aurikular dan kelenjar getah bening leher profunda superior.
2. 4. SERUMEN
Serumen adalah suatu campuran dari material sebasea dan sekresi apokrin dari kelenjar
seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan rambut. (5) Kata serumen umumnya
disinonimkan dengan earwax (lilin telinga), namun ada pendapat yang mengatakan bahwa secara
teknis kedua kata ini berbeda.
Serumen merupakan hasil sekresi dari kelenjar seruminosa pada kanalis akustikus
eksternus, dan ini merupakan salah satu unsur yang membentuk earwax. Komponen lainnya
berupa lapisan hasil deskuamasi keratin skuamosa (sel-sel mati, penumpukan sel pada lapisan
luar kulit), keringat, sebum dan bermacam-macam substansi asing. Subtansi asing ini dapat
berupa zat-zat eksogen yang dapat masuk ke kanalis akustikus eksternus, contohnya spray
rambut (hair spray) sampo, krim untuk mencukur janggut, bath oil, kosmetik, kotoran dan
sejenisnya. Komponen utama earwax adalah keratin.
Gambar 2.9. Serumen pada cotton bud, tipe basah dan tipe kering
Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering dapat dibagi lagi
menjadi tipe lunak dan tipe keras. (11)
12 KEPANITERAAN FK UNTAR BAG THT RS HUSADA PERIODE 28 MARET 2016
30 APRIL 2016
Serumen tipe basah dan tipe kering
Pada ras Oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan dengan orang ras
non-Oriental. Serumen pada ras Oriental memiliki karakteristik kering, berkeping-keping,
berwarna kuning emas dan berkeratin skuamosa yang disebut rice-brawn wax. Serumen pada ras
non-Oriental berwarna coklat dan basah, dan juga dapat menjadi lunak ataupun keras
Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe lunak dan serumen tipe
kering :
Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih sering pada orang
dewasa.
Tipe lunak biasanya basah dan lengket, sedangkan tipe keras biasanya lebih kering dan
bersisik.
Korneosit banyak terdapat dalam serumen tipe lunak namun tidak pada serumen tipe
keras.
Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering kita temukan
di tempat praktek. (11)
Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan konsistensinya
dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen yang berwarna hitam biasanya tidak
ditemukan pada anak-anak, namun bila dijumpai maka dapat menjadi tanda awal terjadinya
aklaptonuria. (5)
Sel epidermal terdapat sepanjang telinga luar yang identik pada permukaan kulit.
Sehingga kita dapat memprediksi proses generasi dari kulit tersebut, dari migrasi hingga
pengeluarannya. Serumen juga terdiri atas lisosim, suatu enzim anti bakteri yang dapat merusak
2. 4. 3. FISIOLOGI SERUMEN
Serumen memiliki banyak manfaat untuk telinga. Serumen menjaga kanalis akustikus
eksternus dengan barier proteksi yang akan melapisi dan membasahi kanalis. Sifat lengketnya
yang alami dapat menangkap benda asing, menjaga secara langsung kontak dengan bermacam-
macam organisme, polutan, dan serangga. Serumen juga mepunyai pH asam (sekitar 4-5). pH ini
tidak dapat ditumbuhi oleh organisme sehingga dapat membantu menurunkan resiko infeksi pada
kanalis akustikus eksternus. (11)
Proses fisiologis meliputi kulit kanalis akustikus eksternus yang berbeda dari kulit pada
tempat lain. Pada tempat lain, sel epitel yang sudah mati dan keratin dilepaskan dengan gesekan.
Karena hal ini tidak mugkin terjadi dalam kanalis akustikus eksternus, maka migrasi epitel
squamosa merupakan cara utama untuk kulit mati dan debris dilepaskan dari dalam. Sel stratum
korneum dalam membran timpani bergerak secara radial dari arah area anular membran timpani
secara lateral sepanjang permukaan dalam kanalis akustikus eksternus. Sel berpindah terus ke
lateral sampai mereka berhubungan dengan bagian kartilaginosa dan akhirnya dilepaskan.
Pergerakan pengeluaran epitel dari dalam kanal memberikan mekanisme pembersihan alami
dalam kanalis akustikus eksternus, dan bila terjadi disfungsi akan menyebabkan infeksi. (5)
Sejumlah kecil serumen ditemukan pada kanalis akustikus eksternus, bila tidak
ditemukan maka menjadi tanda patologis terjadinya otitis eksterna kronis. Serumen dapat
dikeluarkan dengan suction, kuret, dan dengan membersihkan seluruh canal profunda dan
seluruh membran timpani. (5)
Serumen dapat membantu menurunkan resiko otitis eksterna akut difusa. Pada keadaan
ini pasien mengalami kerusakan epidermis pada kanalis akustikus eksternus, sering disebabkan
oleh cara pembersihan telinga yang tidak tepat seperti menggunakan tusuk gigi, pensil, dan
sebagainya. Bila tidak ada serumen yang menjaga dan melapisi robeknya epidermis, maka
organisme dapat menginfeksi daerah tersebut. Organisme yang sering menginfeksi antara lain
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococci. Bila suhu dan kondisi tubuh kondusif untuk
pertumbuhan, kerusakan epidermis ini akan berkembang menjadi otitis eksterna akut, yang juga
disebut swimmwers ear. Bakteri lain yang dapat menginfeksi antara Candida albicans,
Tturicella otitidis, dan Alloiococcus otitis namun jumlahnya tidak banyak. (10)
Membersihkan
Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang disebut
conveyor belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan seperti rahang (jaw
movement). Sel-sel terbentuk di tengah membran timpani yang bermigrasi ke arah luar dari
umbo ke dinding kanalis akustikus eksternus dan bergerak keluar dari kanalis akustikus
eksternus. Serumen pada kanalis akustikus eksternus juga membawa kotoran, debu, dan partikel-
pertikel yang dapat ikut keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan menempatkan
kotoran yang menempel pada dinding kanalis akustikus eksternus dan meningkatkan harapan
pengeluaran kotoran.
Lubrikasi
Lubrikasi mencegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit kanalis akustikus
eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari kandungan lipid yang tinggi dari
Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri antara lain Haemophilus
Influenzae, Staphylococcus Aureus dan Escherichia Colli. Kemampuan anti mikroba ini
dikarenakan adanya asam lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang relative rendah pada
serumen (biasanya 6 pada manusia normal).
Dulu dikatakan bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari infeksi bakteri dan
fungi. Beberapa penulis mengatakan bahwa serumen yang tertahan dapat menjadi barier untuk
membantu pertahanan tubuh melawan infeksi telinga namun secara klinik dan biologi fungsi ini
tampak cukup lemah. (10)
Studi imunohistokimia menduga terdapat reaksi imun yang dimediasi oleh antibodi yang
ada pada serumen dan menjaga kanalis akustikus eksternus dari infeksi. Epidermis dan dermis
memiliki kelenjar seruminosa dan sebasea dengan pilar folikel yang dengan cepat dapat
mengaktivasi reaksi imun lokal termasuk IgA dan IgG.
Keratosis Obturans
Beberapa pasien mendapati adanya benda yang putih seperti mutiara pada telinga mereka
dan terbentuk dari keratin skuamosa yang terkompresi. Jenis ini sangat sulit untuk dibersihkan.
Bila berlanjut, lembar keratin akan berdeskuamasi sampai ke lumen kanalis akustikus eksternus
Faktor lain yang mempengaruhi adalah steroid sulfatase yaitu enzim arylsulfatase-C yang
normalnya terdapat di sel epithelial, fibroblast, dan leukosit. Enzim ini diketahui dapat
membantu proses deskuamasi sel epidermal. Kohesi sel di stratum korneum dijaga oleh
kolesterol sulfat yang berfungsi sebagai perekat intraselular. Steroid sulfat diyakini menghambat
kerja kolesterol sulfat dan melepaskan ikatan antar sel. Pada orang normal, aktivitas steroid
sulfat lebih banyak di epithelium kanalis akustikus eksternus profunda daripada di kanalis
superfisial. Jadi, steroid sulfat bertanggung jawab terhadap pemisahan keratosit dan migrasinya
ke arah luar.
Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat. Irigasi yang
merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus tetapi hanya boleh
dilakukan bila membran timpani pernah diperiksa sebelumnya.
Alat-alat yang membantu dalam membersihkan kanalis akustikus eksternus adalah jerat
kawat, kuret cincin yang tumpul, cunam Hartmann yang halus. Yang penting pemeriksaan harus
dilakukan dengan sentuhan lembut karena liang telinga sangat sensitif terhadap alat-alat. Dinding
posterior dan superior kanalis akustikus eksternus kurang sensitif sehingga pelepasan paling baik
dilakukan disini. Kemudian serumen yang lepas dipegang dengan cunam dan ditarik keluar. (3)
Gambar 2.11 Memasang kapas pada ujung aplikator dengan memutar aplikator (1)
2. 5. 1. Zat serumenolisis
Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes telinga waktu singkat.
Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak mineral, hydrogen peroksida, debrox, dan
cerumenex. Pemakaian preparat komersial untuk jangka panjang atau tidak tepat dapat
menimbulkan iritasi kulit atau bahkan dermatitis kontak.
Pada serumen tipe basah biasanya diperlukan untuk melembutkan serumen sebelum
dikeluarkan. Proses ini digantikan oleh zat serumenolisis dan keadaan ini tercapai dengan
menggunakan larutan yang bersifat serumenolytik agen yang digunakan pada kanalis telinga
untuk pengobatan di rumah. (11)
Solutio aqueos tersusun atas air yang dapat memperbaiki masalah sumbatan serumen dengan
melunakkannya, diantaranya :
3% hidrogen peroksida
2% asam asetat
Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil, mineral oil, baby oil, olive oil)
Serumenolitik dalam hal ini khususnya solutio organic dapat menimbulkan reaksi sensitivitas
seperti dermatitis kontak. Dan pembersihan serumen yang tidak tuntas dapat menyebabkan
superinfeksi jamur. Komplikasi lain yang mungkin adalah ototoksisitas yang dapat terjadi bila
terdapat perforasi. Zat serumenolitik ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari sebelum
pengangkatan serumen (11)
2. 5. 2. Penyemprotan telinga
Larutan irigasi dialirkan di canalis telinga yang sejajar dengan lantai, mengambil serumen
dan debris dengan larutan irigasi mengunakan air hangat (37oC). (11)
Serumen biasanya diangkat dengan sebuah kuret di bawah pengamatan langsung. Perlu
ditekankan disini pentingnya pengamatan dan paparan yang memadai,. Umumnya kedua faktor
tersebut paling baik dicapai dengan penerangan cermin kepala dan suatu spekulum sederhana.
Irigasi dengan air memakai spuit logam khusus juga sering dilakukan. Akhir- akhir ini sebagian
dokter lebih memilih suatu alat irigasi yang biasa digunakan pada kedokteran gigi. Sementara
aurikula ditarik ke atas belakang untuk meluruskan lubang telinga, air dengan suhu tubuh
dialirkan dengan arah posterosuperior agar dapat lewat di antara massa serumen dengan dinding
belakang lubang telinga. Dalam melakukan irigasi perlu berhati-hati agar tidak merusak
membran timpani. Jika tidak dapat memastikan keutuhan membran timpani, sebaiknya irigasi
tidak dilakukan.
2. 6. 1. HIPERSERUMINOSIS (6)
2. 6. 2. CERUMINOMA
Lapisan dermal bagian kartilaginosa memiliki folikel rambut, kelenjar sebasea, dan
kelenjar seruminosa (modifikasi kelenjar keringat). Kelenjar seruminosa secara histologi mirip
Pertumbuhannya berubah secara ekstrim tetapi biasanya lambat dan progresif sampai
terdapat pembengkakan. Rekurensi terjadi bila karsinoma tidak diangkat semua. Pengobatannya
tergantung luasnya pemotongan tumor. Sifat agresif local atau invasif harus disamakan dengan
keganasan meskipun tidak ada kasus mengenai penyebaran seruminoma
Adenocarcinoma ini menyerang usia pertengahan dan orang yang lebih tua, lebih
dominan pada pria. Karsinoma ini merupakan keganasan dari adenoma glandula seruminal
lunak(benign). Gejalanya antara lain otalgia, kotoran telinga yang sering berdarah, dan tuli.
Pemeriksaan menunjukkan eritem dan ulserasi pada kanalis. Pemeriksaan secara histologis
menunjukkan adanya lesi lunak dengan aktivitas mitosis dan invasi. Terapi radiasi post operatif
biasanya berperan penting. Kekambuhan persentasenya 10-50%.
BAB III
KESIMPULAN
a. Earwax atau serumen adalah suatu campuran dari material sebasea dan sekresi apokrin
dari kelenjar seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan rambut. Serumen
dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi
tipe lunak dan tipe keras.
c. Diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan yang didapat dari pasien berupa pendengaran
menurun sampai tuli ringan, adanya tekanan di telinga sampai rasa nyeri telinga dan
gambaran dari serumen baik dari konsistensi maupun dari warna serumen.
d. Penanganan serumen dilakukan dengan menggunakan obat tetes telinga yang bersifat
seruminolisis, penyemprotan telinga, dan metode dengan instrumentasi seperti kuretase
dan penyedotan (suction).
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A., BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES Fundamentals
of Otolaryngology). Edisi 6. 1997. Balai Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Bailey B.J., Johnson J. T., Newlands S. D., Head & Neck Surgery Otolaryngology. 4th
Edition. 2006. Lippincot Williams & Wilkins.
4. Brian J. G.B., Michael H., Peter K., Atlas of Clinical Otolaryngology. 2001. Mosby Yaer
Book.
5. Canalis F. Rinaldo, The Ear Comprehensive Otology. 1987. Lippincott Williams &Wilkins.
6. Nurbaiti I. Prof, Dr., Sp.THT., Efiaty A.S. Dr., Sp.THT., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung dan Tenggorok. Edisi 5. 2004. Balai Penerbit FKU1, Jakarta.Guest
8. Earwax : Review and Clinical Update March 26, 2008 Available at Retrieved from
http://en.wikipedia.org/wiki/Earwax
9. Pray W. Steven, Earwax : Shoult It be Removed?. Posted June 6th, 2005. Available at Retrived
from http://www.medscape.com/viewarticle/504788
10. Hawkw, Michael, Update on Cerumen and Ceruminolytics. Posted January 8th, 2002.
Available at Retrived from http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-90869479.html