Anda di halaman 1dari 29

RESUME SKENARIO 1 BLOK 9

TINGGI BADAN KURANG

Oleh :
1. Sanggam Atmajaya Nugraha 122010101051
2. Wahyu Ihwan Nanda Mukhlis 142010101004
3. Nikmatul Maula Nur Rahmadani 142010101006
4. Herlinda Puji Lestari 142010101009
5. Ahmad Baihaqi 142010101030
6. Khana Nurfadhila 142010101034
7. Sheillavi Fauziah Alex Sadamiah 142010101044
8. Izza Alimatus Shalikhah 142010101063
9. Novail Alif Muharrom 142010101069
10. Annisa Dewi Fitriana Mukin 142010101070
11. Faradila Praginta Syaputri 142010101089
12. Akbar Maulida Arisadewa 142010101092
13. Aprilia Tiyan Fatmawati 142010101098
14. Mega Ratnasari 142010101100

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
SKENARIO 1 : Tinggi Badan Kurang

Seorang laki-laki berusia 12 tahun dibawa ibunya ke dokter karena tinggi badannya
yang kurang dibandingkan anak seumurnya. Ibunya khawatir kalau si anak mengalami
masalah hormonal. Ibunya juga bercerita bahwa tidak ada gangguan perinatal maupun riwayat
perawakan pendek dalam keluarganya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal dan tidak ada
kelainan dalam pemeriksaan sistemik, tidak ada bentuk dismorfik, namun pertumbuhan gigi
terlambat.
Pengukuran antropometri menunjukkan berat badan 24 kg dan tinggi 115 cm. Tinggi
rata-rata kedua orang tua adalah 160 cm. Lingkar kepala adalah 52 cm. Rasio bagian tubuh
atas dan bawah serta rentang lengan menunjukkan perawakan pendek proporsional.
Pemeriksaan penunjang menunjukkan tidak ada kelainan pada darah, feses dan urin lengkap.
Glukosa darah, uji fungsi hati dan ginjal, tes fungsi tiroid semua normal. Tidak ada kelainan
Xray thoraks. Namun, usia tulang nya muda sebanding dengan tulang usia 6 tahun. Dokter
kemudian merencanakan tes hormon pertumbuhan.

Klarifikasi Istilah
1. Dismorfik
Terlalu berlebihan, rasa risau berlebihan memikirkan kecacatan yang dimiliki.
2. Perinatal
Periode sekitar waktu kelahiran (5 bulan sebelum dan 5 bulan sesudah kelahiran atau
kehamilan minggu ke-28 sampai dengan 7 hari setelah melahirkan).
3. Perawakan pendek
Tinggi badan yang kurang dari -2 SD (kurang dari persentil ke-3) sesuai usia dan jenis
kelamin serta populasi normal sebagai rujukan. Dapat pula didefinisikan pendek bila tinggi
badan kurang dari -2 SD dari tinggi badan target kedua orangtuanya (midparental height).
Rumusan Masalah
1. Bagaimana antropometri normal anak usia 12 tahun?
2. Mengapa BB dan TB anak dalam scenario kurang tapi fungsi tubuh lainnya normal?
3. Terapi apa yang diberikan sesuai dengan kondisi tersebut (BB dan TB kurang)?
4. Apakah ada keterkaitan antara pemeriksaan rata-rata TB orang tua dengan kondisi anak
sekarang?
5. Apa hubungan penambahan LK dengan pertumbuhan?
6. Mengapa pertumbuhan gigi anak tersebut terhambat?
7. Foto X-ray toraks normal, tapi mengapa usia tulang sebanding dengan anak usia 6 tahun?
8. Apa alasan dilakukannya berbagai macam pemeriksaan pada anak tersebut?
9. Apa diagnosis pada anak tersebut?
10.
Analisis Masalah
1. Menurut Behrman, TB dan BB normal pada usia 12 tahun adalah sbb :
BB 6-12 tahun
[(umur x 7) 5] : 2
= (12 x 7) : 2
= 39,5 kg
TB 2-12 tahun
(umur x 6) + 77
= (12 x 6) + 77
= 149 cm
LK
Tidak kurang dari -2 SD dan tidak lebih dari -2 SD

2. Efek GH yang paling jelas adalah meningkatkan pertumbuhan struktur rangka karena
efek GH yang meliputi : 1) peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel
osteogenik yang menyebabkan pertumbuhan tulang 2) meningkatkan kecepatan
reproduksi sel 3) efek spesifik dalam mengubah kondrosit menjadi sel osteogenik
sehingga menyebabkan timbunan tulang yang baru. Apabila terjadi gangguan pada
sekresi GH maka yang merangsang pertumbuhan tulang pun berkurang. Selain tulang
GH juga mempengaruhi pertumbuhan sel-sel lain yang menyebabkan peningkatan ukuran
organ yang sebanding. Hormon pertumbuhan mempengaruhi kenaikan BB yang
proporsional sesuai umurnya, apabila kekurangan, bisa saja pertambahan BB menjadi
tidak normal.
Fungsi tubuh yang lainnya normal menunjukkan tidak adanya penyakit kronis yang menyertai.
Semua fungsi tubuh normal kecuali GH yang merangsang pertumbuhan.
3. Pengobatan perawakan pendek karena defisiensi GH pada umumnya dengan suntikan GH
rekombinan satu kali dalam seminggu atau preparat depot satu kali dalam 2-4 minggu.
Biasanya terlihat hasil pertambahan TB paling besar dalam tahun pertama setelah
suntikan diberikan. Makin dini terapi diberikan akan makin besar kemungkinan tercapai
tinggi akhir yang normal.
4. Ada keterkaitan dengan pemeriksaan rata-rata tinggi orang tua, yaitu
Pada laki-laki bila TB 2,5 cm lebih pendek dari rata-rata tinggi orang tua maka bisa disebut
perawakan pendek.
Pada perempuan bila TB 6,5 cm lebih penek dari rata-rata tinggi orang tua maka bisa disebut
perawakan pendek.
NB : untuk usia 12 tahun ke atas
5. Penambahan LK an ukurannya yang sesuai standar menunjukkan pertumbuhan otak yang
baik dan tidak ada kelainan baik mikrosefali ataupun makrosefali.
6. Pertumbuhan gigi terhambat karena anak yang mengalami penurunan sekresi GH akan
mengalami penurunan IGF 1, tidak ada metabolisme mineral untuk pertumbuhan tulang
dan gigi (Ca, F, Mg) maka pertumbuhan pun lambat.
7. Foto x-ray normal karena tidak ada kelainan bentuk dari tulang. Tapi dengan kurangnya
GH akan menghambat maturasi tulang sehingga usia tulang akan lebih muda dari usia
sebenarnya.
8. Anak dengan TB dan BB kurang perlu dicurigai, apakah dia mengalami gangguan nutrisi,
penyakit kronis, atau masalah pada hormonnya. Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan
seperti pemerikasaan sistemik, darah, feses, urin lengkap, glukosa, uji fungsi hati, ginjal
untuk menghilangkan diagnosis mengalami penyakit kronis. Dilakukan tes fungsi tiroid
untuk menghilangkan dugaan adanya gangguan hormone tiroid. Karena TB dan BB
proporsional sesuai dengan ukurannya, kemungkinan mengalami masalah nutrisi juga
kecil, sehingga dicurigai adanya kelainan pada GH.
9. Diagnosis : GH defisiensi, Dwarfisme
Learning Objective
1. Memahami sistem eksokrin dan endokrin
2. Memahami sistem komunikasi antar sel
3. Memahami sistem regulasi dari sistem endokrin dan eksokrin
4. Memahami hormon-hormon dari system endokrin

Sistem Eksokrin
sistem regulasi
anatomi

Sistem Endokrin
sistem regulasi
anatomi

Hormon
klasifikasi
mekanisme

Komunikasi Antar Sel

Hipofisis
anatomi
histologi
hormon

Penyakit
Panhipopituitary
Akromegali
Gigantisme
GHD
Diabetes insipidus

Komunikasi Dokter Pasien


SISTEM EKSOKRIN
SISTEM ENDOKRIN

Sistem Endokrin
The endocrine system its hormonal messages to essentially all cells by secretion into
blood and extracellular fluid. Like a radio broadcast, it requires a receiver to get the
message - in the case of endocrine messages, cells must bear a receptor for the hormone
being broadcast in order to respond. As will be repeatedly demonstrated, the nervous and
endocrine systems often act together to regulate physiology. Indeed, some neurons
function as endocrine cells.
Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah sistem pada kelenjar endokrin atau kelenjar buntu yang
menghasilkan zat kimia yang disebut hormon.
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga
sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh.
Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya
perubahan.
Sistem endokrin bekerja paralel dengan sistem saraf mengontrol pertumbuhan,
pematangan seksual dan homeostasis.
Pada umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh
hormon biasanya merupakan perubahan yang memerlukan waktu panjang.
Tidak termasuk kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar
dalam saluran pencernaan.
Tujuh kelenjar endokrin yang penting, yang membentuk sistem endokrin manusia, yaitu hipo

Sistem Endokrin dan Siklus Umpan Balik


Sistem endokrin menggunakan siklus dan umpan balik negatif (cycles and negative
feedback) untuk mengatur fungsi fisiologis.
Umpan balik negatif mengatur sekresi hampir setiap hormon.
Siklus sekresi menjaga kontrol fisiologis dan homeostatis. Durasi siklus ini bervariasi
antara jam sampai bulanan.

Negative feedback in the thyroxine release reflex

Tipe Stimulasi Kelenjar Endokrin:


1. Humoral stimulus
Penurunan kadar kalsium dalam darah memicu pelepasan hormon paratiroid dari kelenjar
paratiroid. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar Ca2+ dalam darah dengan cara stimulasi
pelepasan Ca2+ dari tulang.
2. Neural Stimulus
Stimulasi sel-sel medulla adrenal oleh saraf simpatis memicu pelepasan katekolamin ke
dalam darah.
3. Hormonal Stimulus
Hormon yang dilepaskan oleh hipotalamus menstimulasi hipotalamus anterior untuk
melepaskan hormon yang dapat menstimulasi kelenjar endokrin lain.
HORMON

KLASIFIKASI HORMON
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia,
sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel :
1. Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya
Golongan Steroid, yang termasuk golongan ini adalah : Turunan dari kolestrerol yaitu
androgen ,estrogen dan adrenokortikoid
Golongan Eikosanoid/fatty acid yaitu dari asam arachidonat
Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil, yang termasuk golongan ini
adalah Thyroid, Katekolamin, epinefrin dan tiroksin
Golongan Polipeptida/Protein : Insulin, Glukagon, GH, TSH, oksitosin vasoperin,
hormon yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain lainnya.
2. Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon :
Lipofilik : Kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak,contohnya : hormon
golongan steroid (estrogen, progesteron,testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan
tironin (misal: tiroksin)
Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air, contohnya insulin,
glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin dan katekolamin (misal:
dopamin, norepinefrin,epinefrin)
3. Berdasarkan lokasi reseptor hormon
Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasmamembran)
4. Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon didalam sel yaitu kelompok
Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP,cGMP,Ca2+,
Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler
5. Berdasarkan pola siklus sekresi hormon, maka di bedakan atas
Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam, contohnya
Kortisol , dimana kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari.
Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjangwaktu tertentu, seperti
bulanan, contohnya Estrogen dimana merupakan non siklik dengan puncak dan
lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.
Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat
lainnya, contohnya Hormon paratiroid dimana proses sekresinya tergantung respons
terhadap kadar kalsium serum.

SYNTHESIS, STORAGE, AND SECRETION


Steroid hormones are derived from cholesterol by a biochemical reaction series. Defects
along this series often lead to hormonal imbalances with serious consequences. Once
synthesized, steroid hormones pass into the bloodstream; they are not stored by cells, and
the rate of synthesis controls them.
Peptide hormones are synthesized as precursor molecules and processed by the
endoplasmic reticulum and Golgi where they are stored in secretory granules. When
needed, the granules are dumped into the bloodstream. Different hormones can often be
made from the same precursor molecule by cleaving it with a different enzyme.
Amine hormones (notably epinephrine) are stored as granules in the cytoplasm until
needed.

Kerja hormon dalam memilih sel target dan mengantarkan pesan hormonal

MECHANISMS OF HORMONE ACTION


The endocrine system acts by releasing hormones that in turn trigger actions in specific
target cells.
Receptors on target cell membranes bind only to one type of hormone. More than fifty
human hormones have been identified; all act by binding to receptor molecules.
The binding hormone changes the shape of the receptor causing the response to the
hormone. There are two mechanisms of hormone action on all target cells.

Nonsteroid Hormones
Nonsteroid hormones (water soluble) do not enter the cell but bind to plasma membrane
receptors, generating a chemical signal (second messenger) inside the target cell. Five
different second messenger chemicals, including cyclic AMP have been identified.
Second messengers activate other intracellular chemicals to produce the target cell
response.

The action of nonsteroid hormones

Steroid Hormones
The second mechanism involves steroid hormones, which pass through the plasma
membrane and act in a two step process. Steroid hormones bind, once inside the cell, to
the nuclear membrane receptors, producing an activated hormone-receptor complex. The
activated hormone-receptor complex binds to DNA and activates specific genes,
increasing production of proteins.
The action of steroid hormones
KOMUNIKASI ANTAR SEL

Komunikasi antar sel dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :

1. Direct communication
Komunikasi antar sel di mana sel berhubungan langsung dan berkomunikasi dengan cara gap
junction.

2. Indirect communication
Komunikasi antar sel yang diperantarai oleh chemical messenger, seperti hormone,
neurotransmitter.
Autocrine : target organ berada pada sel yang sama dengan sumber hormone (self
secreting).
Paracrine : target organ terdapat di sekitar sumber hormone dan disalurkan oleh cairan
ekstraseluler (next-to secreting).
Hormone disekresikan oleh suatu sel dibawa oleh cairan ekstrasel
mempengaruhi sel tetangga
Endocrine : target organ umumnya jauh dari sumber hormone dan disalurkan lewat
pembuluh darah dan hormone akan diterima oleh reseptor target organ (inside
secreting).
Hormone dihasilkan oleh sel kelenjar disalurkan lewat pembuluh darah
mengatur fungsi sel di tempat lain di tubuh.
Neuroendocrine
Hormon dihasilkan sel neuron disalurkan lewat pembuluh darah mengatur
fungsi sel di tempat lain di tubuh.
Synaptic Neurotransmitter
Neurotransmitter dilepaskan ujung akson saraf ke dalam taut sinaps ekerja
mengatur fungsi sel saraf
HIPOFISIS

Hipotalamus/Pitutary

Kelenjar hipofisi mempunyai 2 lobus besar, yakni:


1. Lobus anterior (adenohipofisis)
Disusun oleh kelenjar-kelenjar yang menghasilkan hormon-hormon TSH, FSH, LH,
ACTH, GH, dan PRL.
2. Lobus posterior
Sebagian besar disusun oleh sel pituisit dan sabut saraf. Lobus ini melepaskan hormon
jadi yang dibuat dari hipotalamus. Karna itulah bagian ini tidak disebut sebagai kelenjar
endokrin yang sebenarnya tetapi hanya tempat penyimpanan hormon. Lobus posterior ini
bersama dengan infundibulum disebut sebagai neurohipofisis.
HISTOLOGI
Letak:
- dasar otak, sella turcica, di bawah hypothalamus.
Makroskopis:
Bentuk seperti kacang polong.
Panjang 1-1,5 cm; berat 0,5 gram.
Anterior - adenohypophyse : lunak, kemerahan.
Posterior - neurohypophyse : kenyal, lebih pucat.

1. Pars Distalis (Lobus Anterior / Adenohypophse)


75% massa total hipofisis
sel-sel berkelompok, anyaman kapiler.
- Sel chromofob (chief cell).
o Sitoplasma jernih, tidak menyerap bahan warna, tampak inti sel saja.
o Batas sel tidak jelas.
o Granula sekretorik (-).
o Sel tersebar di antara sel asidofil dan sel basofil.
- Sel chromophil
o Sel Acidophil = sel .
Ukuran sel lebih kecil daripada sel basofilik, sitoplasma merah muda-eosinofilik,
bergranula merah.
Jumlah sel banyak.
1. Sel Orangeophil (sel somatotrope)
GH.
2. Sel Carminophil (sel mammotrope)
LH.

o sel basophil = sel .


Ukuran sel lebih besar daripada sel asidofilik, sitoplasma merah ungu/biru-
basofilik-lebih gelap, bergranula biru.
Jumlah sel lebih sedikit.
1. Sel Beta Basophil (sel thyrotropic)
TSH.
2. Sel Delta Basophil:
- Sel gonadotrophic type I FSH.
- sel gonadotrophic type II LH.
- sel corticotrophic ACTH.

2. Pars Intermedia
Folikel/vesikel berisi koloid.
Sel-sel basofilik.
Manusia/mamalia:
Rudimenter.
Amphibi-pisces:
Hormon MSH (Melanocyte Stimulating Hormone) meningkatkan pigmentasi
kulit.

3. Pars Nervosa (Lobus Posterior)


- Hormon ADH & oksitosin.
- Infundibulum:
tangkai penghubung neurohypophyse & hypothalamus.
- Sel pituicyte:
neuroglia dengan bentuk & ukuran bervariasi, juluran-juluran sitoplasma pendek.
- Korpuskulum neurosekretoris (Herrings body):
Tempat akumulasi bahan neurosekretorik, struktur tidak beraturan, berwarna
merah muda.
PENYAKIT

PANHYPOPITUITARISM
Hipopituitarism adalah deficiency satu atau lebih hormon yang diproduksi kelenjar
pituitari anterior. Bila terjadi pada pituitari anterior dan posterior disebut panhypopituitarism.
Etiologi
1. Primer panhipopituitarism
Tumor pituitari non sekresi, paling banyak Craniopharingioma. Berkembang menekan
dan mendestruksi kelenjar pituitari anterior.
Hypopysectomy, radiasi, infark, tumor metastase dan trauma.
2. Sekunder panhypopituitarism
Infeksi (meningitis), trauma, tumor,defek kongenital.
3. Idiopatic panhipopytuitarism.
Adanya kekurangan hormon tapi tidak diketahui penyebabnya.
Pathofisiologi
Pada hipopituitarism, hormon LH dan FSH yang paling sering mengalami penurunan
sintesis dan sekresi.
Deficiensi LH dan FSH pada laki-laki mengakibatkan kegagalan testicular dengan
penurunan produksi tetosteron dari sel Leydig dan penurunan atau hilangnya
spermatogenesis dari tubulus seminiferus. Penurunan tetosteron menyebabkan
kelambatan masa pubertas dan infertil.
Deficiensi LH dan FSH pada perempuan menyebabkan kegagalan ovarium, dimana
terjadi penurunan rangsangan folikel, ovulasi, pembentukan dan pemeliharaan korpus
luteum. Pada orang dewasa dapat mengakibatkan infertil. Penurunan LH dan FSH dapat
menyebabkan hilangnya- /kegagalan berkembangnya sek sekunder.
Deficiensi hormon Prolaktin dapat menyebabkan kegagalan laktasi pada masa post
partum pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki tidak nampak adanya kelainan.
Deficiensi sintesis dan sekresi GH merupakan urutan kedua pada gangguan
hipopituitarism. Gangguan GH, dapat berupa masalah sintesis, sekresi atau penggunaan
GH atau tidak ada jaringan yang respon terhadap Hormon somatomedine. Hormon
somatomedine diproduksi hepar atas rangsangan langsung GH.
Penurunan GH dan somatomedin dapat menyebabkan kelambatan pertumbuhan dan
tubuh menjadi pendek.
Manifestasi klinik
Kelenjar pituitari anterior tidak menunjukkan gejala, sebelum 75 % kelenjar pituitari
anterior mengalami obliterasi karena tumor atau thrombosis. Gejala tergantung hormon yang
mengalami deficiensi.
Gangguan spesifik hiposekresi kelenjar pituitery yaitu :
Tubuh pendek karena tidak adanya GH kongenital, adanya SOL, meningitis, cidera
kepala masa anak.
Deficiensi adrenokortikal sekunder, karena deficiesi ACTH.
Hipothyroidsm, karena penurunan TSH.
Gangguan seksual dan disfungsi reproduksi, penurunan LH dan FSH anovulasi,
penurunan seksual, penurunan sek sekunder.

Managemen medis
Terapi hormonal
Hormon GH
Hormon kortikosteroid
Hormon thyroid
Hormon sex
GnRH
Mengangkat tumor/penyebab bila mungkin

Pengkajian keperawatan
Riwayat :
Tidak adanya rambut wajah dan tubuh.
Tidak adanya karakteristik sek sekunder.
Tidak mampu atau mempertahankan ereksi.
Adanya amenorhe, menstruasi irregular.
Riwayat keluarga dan individu : gagal ginjal kronik, penyakit pankreas dan liver,
hipothyroid, hal ini dapat menurunkan pertumbuhan.
Riwayat nutrisi : tidak adekwatnya intake nutrisi( protein, Ha, lemak, Vit.D, Calcium
phospat), riwayat malabsorbsi pada anak/bayi.

Pemeriksaan fisik
Umum : kulit keriput, hipotermia, TD rendah, penurunan tajam penglihatan, penurunan
lapang pandang, diplopia, paralisis otot extra okular.
Deficiensi Gonad :
Penurunan rambut wajah dan tubuh, penurunan massa dan tonus otot, atropi testis,
micropenis.
Penurunan atau tidak rambut aksila dan pubis, atropi mamae, nyeri saat intercourse.
( wanita )
Anak lahir normal, 6 bulan terjadi kelambatan pertumbuhan, retardasi mental, tubuh
pendek.
Deficiensi GH
Deficiensi Prolaktin
Terjadi kegagalan laktasi masa post partum.
Deficiensi hormon TSH dan ACTH lihat hipothyroid dan insufficiensi adrenal sekunder.

Psikososial
Dampak psikologis dari perubahan bentuk dan fungsi tubuh serta terdiagnosisnya
penyakit.

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Cortisol , thyroxin, tetosteron, estrogen menurun atau tidak ada.
ACTH,TSH,FSH LH, GH menurun.

GROWTH HORMONE DEFICIENCY


Growth hormone deficiency (GHD) merupakan suatu kondisi dimana tubuh tidak dapat
memproduksi hormon pertumbuhan secara cukup. Nama lain untuk hormon pertumbuhan
adalah dwarfism dan pituitary dwarfism.
Hormon pertumbuhan yang disebut somatotropin adalah hormon yang ditunjuk untuk
merangsang pertumbuhan dan reproduksi sel di dalam tubuh . Hormon ini diproduksi di kelenjar
hipofisis, yang terletak di dasar otak dan kemudian dilepaskan ke dalam darah. Ketika kelenjar
pituitari tidak menghasilkan hormon pertumbuhan yang cukup, maka pertumbuhan akan terjadi
secara lambat.
Meskipun kekurangan hormon pertumbuhan lebih sering terjadi pada anak-anak, akan
tetapi hal tersebut mungkin terjadi bagi siapa. Jika GHD hadir pada saat lahir disebut defisiensi
hormon pertumbuhan bawaan (congenital growth hormone deficiency). Namun, GHD yang
terjadi selama masa kanak-kanak atau saat orang dewasa sebagai akibat dari trauma, seperti
cedera otak berat, atau kondisi medis lain disebut defisiensi hormon pertumbuhan yang didapat
(acquired growth hormone deficiency). Kekurangan hormon pertumbuhan dapat memiliki efek
yang berbeda-beda.

Growth Hormone Deficiency pada Anak-anak


Karena hormon pertumbuhan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
normal, anak-anak yang memiliki kekurangan hormon pertumbuhan biasanya lebih pendek dari
anak-anak yang tidak memiliki kondisi tersebut. Juga, pubertas sering tertunda di banyak anak-
anak yang memiliki kekurangan hormon pertumbuhan dan beberapa mungkin tidak pernah pergi
melalui pubertas. Selain perkembangan fisik, hormon pertumbuhan juga penting untuk fungsi
otak normal.

Growth Hormone Deficiency pada Dewasa


Bahkan ketika kita berhenti tumbuh, kita masih perlu hormon pertumbuhan. Ini diperlukan untuk
menjaga kadar lemak, otot, jaringan, dan tulang dalam tubuh kita. Orang dewasa dengan
defisiensi hormon pertumbuhan sering memiliki kepadatan tulang yang buruk dan massa otot
berkurang, gejala mental dan emosional, seperti kelelahan, depresi, dan memori yang lemah. Jika
kekurangan hormon pertumbuhan tidak terdiagnosis atau tidak diobati, dapat menyebabkan
kondisi lain, seperti peningkatan LDL ( kolesterol jahat) dan osteoporosis .
KOMUNIKASI DOKTER PASIEN

Cara Penyampaian Berita Buruk dengan metode SPIKES


Metode SPIKES adalah strategi yang berfokus pada metode wawancara berita buruk,
menyarankan, menilai situasi yang berkembang dan menanggapi secara konstruktif terhadap apa
yang terjadi.
SPIKES
S etting, listening Skills
P atients Perception
I nvite patient to share Information
K nowledge transmission
E - xplore Emotions and Empathize
S ummarize & Strategize

1. Setting, Listening Skills


Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya persiapan untuk menjamin
kelancaran penyampaian informasi kepada pasien, sebagai berikut:
a. Persiapkan diri sendiri
Dokter sebagai penyampai bad news mempersiapkan mental terlebih dahulu agar tidak
ikut larut dalam emosi pasien nantinya, namun tetap berempati sebagaimana mestinya. Yang
harus dihindari: tampak nervous di hadapan pasien, bahkan sebelum menyampaikan kabar
buruk.
Tips: siapkan tissue di saku, untuk diberikan pada pasien bila pasien menangis
b. Privasi pasien
Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat yang ramai atau banyak orang.
Hendaknya dilakukan di tempat tenang yang tertutup seperti kamar praktek ataupun dengan
menutup tirai di sekeliling tempat tidur pasien
c. Libatkan pendamping
Untuk menghindari kesan kurang baik yang dapat muncul bila pasien dan dokter berada
di tempat tertutup (untuk menjaga privasi), diperlukan satu pendamping.
d. Posisi duduk
Posisi pasien dan dokter sebaiknya setara. Dokter menyampaikan kabar buruk dalam
posisi duduk. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kesan bahwa dokter berkuasa atas
pasien dan memojokkan pasien. Sebaiknya penghalang fisik seperti meja, dihindari. Duduk di
tepi tempat tidur pasien jauh lebih baik.
e. Listening mode: ON
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya persiapkan kemampuan mendengar,
secara prinsip meliputi:
Silence : Jangan memotong kata-kata pasien ataupun berbicara tumpang tindih dengan
pasien
Repetition : Ulangi kata-kata pasien atau berikan tanggapan, untuk menunjukkan
pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan pasien.
2. Patients Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya dokter mengetahui persepsi pasien terhadap:
a. Kondisi medis dirinya sendiri
Tanyakan sejauh mana informasi yang pasien ketahui tentang penyakitnya beserta
kemungkinan terburuk yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
b. Harapannya terhadap hasil medikasi yang ia tempuh
Tanyakan perkiraan pasien terhadap hasil medikasi. Tujuan mengetahui kedua aspek
tersebut bukan semata-mata untuk mengubah persepsi pasien agar sesuai dengan kenyataan,
melainkan sebagai jalan untuk menilai kesenjangan antara persepsi dan harapan pasien
dengan kenyataan sebagai pertimbangan penyampaian kabar buruk agar tidak terlalu
membuat pasien terguncang.
3. Invitation to share Information
Tanyakan apakah pasien ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya atau tidak.
4. Knowledge transmission Penyampaian bad news
Sebelum menyampaikan kabar buruk, lakukan warning shot sebagai pembukaan
katakan pada pasien bahwa ada kabar buruk yang akan disampaikan pada pasien. Cara
penyampaian:
a. Gunakan bahasa yang sama dan hindari istilah medis.
b. Bila bahasa pasien berbeda, gunakan penerjemah yang kompeten
c. Sampaikan informasi sedikit demi sedikit (bertahap)
d. Bila kondisi pasien tampak memungkinkan untuk menerima informasi tahap selanjutnya,
teruskan penyampaian informasi.
e. Bila pasien tampak sangat tergunjang hingga tidak memungkinkan untuk
f. Sampaikan dengan intonasi yang jelas namun lembut, tempo yang tidak terlalu cepat
dengan jeda untuk memberi kesempatan pada pasien dalam mencerna kalimat yang ia
terima.
5. Explore Emotions and Empathize
a. Amati selalu ekspresi dan emosi pasien serta apa yang mendasari perubahan emosinya
(informasi mana yang merubah emosinya), nilai sejauh mana kondisi emosi pasien.
b. Tunjukkan pengertian atas kondisi emosi pasien. Dalam hal ini, menunjukkan pengertian
tidak diartikan sebagai mengerti apa yang dirasakan pasien, namun lebih pada dapat
memahami bahwa apa yang dirasakan pasien saat ini adalah sesuatu yang dapat
dimaklumi.
6. Summarize and Strategize
Di akhir percakapan, review kembali percakapan secara keseluruhan: simpulkan kabar
buruk yang tadinya disampaikan secara bertahap (sedikit demi sedikit). Berikan pasien
kesempatan bertanya. Berikan feed back. Percakapan yang ada harus terdokumentasi dalam
rekam medis pasien. Harus tertera dengan jelas:
a. Apa yang telah dikatakan atau disampaikan, dan kepada siapa
b. Terms used tumor, massa, dll
c. Informasi spesifik mengenai pilihan terapi dan prognosis
Diskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah disampaikan pada
pasien. Untuk mengajak pasien ikut serta (pro aktif) dalam medikasi terhadap dirinya (both
doctor and patient will play role to take next steps).

Anda mungkin juga menyukai