Anda di halaman 1dari 25

Bududaya ternak jangkrik

(gryllus mitratusburm)

Olrh :
Sarimo
NIP. 080114717

dinas pertanian dan perternakan


kabupaten purworejo

Bududaya ternak jangkrik


(gryllus mitratusburm)

1
Mengetahui
Pimpinan Unit Kerja
Koordinator Jabatan Fungsional Penulis
Kab. Purworejo PPL. Kec. Bagelen

Ir. SURATMO SARIMO


NIP. 080 071 623 NIP. 080 071 623

KATA PENGANTAR

2
berkat rahmat hidayah dan inayah dari allah SWT, ahirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan buku dengan judul : BUDIDAYA TERNAK JANGKRIK

(GRYLLUS MITRATUS BURM)

buku ini di susun untuk kalangan sendiri dan sebagai peganggan dalam

rangka pembinann keluarga tani dalam upaya merambah pengahsilan.

buku ini memberi gambaran mengenai pengelolahan ternak jangkrik. semoga

buku ini dapat memberikan manfaat baik bagi petugas maupun penyuluh pertanian

lapangan

penulis berharap adanya kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun demi penyempurnaan buku ini

Penulis

I. DAFTAR ISI

3
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Sejarah Singkat..................................................................................... 1
1.2. Sentra Peternakan................................................................................. 1
1.3. Jenis................................................................................................... 2
1.4. Manfaat............................................................................................... 2
II. PERSYARATAN LOKASI.........................................................................3
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA...............................................................4
3.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan..............................................................4
3.2. Pembibitan........................................................................................... 4
3.2.1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk..........................................................4
3.2.2. Perawatan Bibit dan Calon Induk..........................................................6
3.2.3. Sistem Pemuliabiakan........................................................................6
3.2.4. Reproduksi dan Perkawinan.................................................................6
3.2.5. Proses Kelahiran............................................................................... 7
3.3. Pemeliharaan........................................................................................ 8
3.3.1. Sanitasi dan Tindakan Preventif............................................................8
3.3.2. Pengontrolan Penyakit.......................................................................8
3.3.3. Perawatan Ternak............................................................................. 8
3.3.4. Pemberian Pakan.............................................................................. 9
3.3.5. Pemeliharaan Kandang.......................................................................9
3.4. Hama dan Penyakit................................................................................ 9
3.4.1. Penyakit Hama dan Penyebabnya..........................................................9
3.4.2. Pencegahan Serangan hama dan Penyakit..............................................10
3.4.3. Pemebrian Vaksinasi dan Obat............................................................10
3.5. Panen................................................................................................ 10
3.5.1. Hasil Utama.................................................................................. 10
3.5.2. Penangkapan................................................................................. 10
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TERNAK JANGKRIK...........................12
4.1. Analisis Usaha Budidaya.......................................................................12

4
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis................................................................14
V. BUDIDAYA JANGKRIK MUDAN DAN MURAH...........................................15
5.1. Bibit Telur.......................................................................................... 15
5.1.1. Penetasan..................................................................................... 15
5.1.2. Pakan Sayuran............................................................................... 16
5.1.3. Kandang Pembesaran.......................................................................16
5.1.4. Panen Clondo atau Indukan...............................................................17
5.2. Bibit Indukan..................................................................................... 17
5.2.1. Kandang Indukan............................................................................18
5.2.2. Tempat Bertelur.............................................................................. 18
5.2.3. Panen Telur................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 20

5
6
II. PENDAHULUAN

1.1. Sejarah Singkat

Dewasa ini pada masa krisis ekonomidi Indonesia, budidaya jangkrik

(Liogryllus Bimaculatus) sangat gencar, begitu juga dengan seminar-seminar

yang diadakan dibanyak kota. Kegiatan ini banyak dilakukan mengingat waktu

yang dibutuhkan untuk produksi telur yang akan diperdagangkan hanya

memerlukan waktu krl 2 4 minggu. Sedangkan untuk preoduksi jangkrik untuk

pakan ikan dan burung maupun untuk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2

3 bulan. Jangkrik betina mempunyai siklus hidup krl 3 bulan, sedangkan

jantan kurang dari 3 bulan. Dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampu

memproduksi lebih dari 500 butir telur.

Penyebaran jangkrik di Indonesia adalah merata, namun untuk kota

kota besar yang banyak penggemar burung dan ikan, pada awalnya sangat

tergantung untuk mengkonsumsi jangkrik yang berasal dari alam, lama

kelamaan dengan berkurangnya jangkrik yang ditangkap dari alam maka

mulailah dicoba untuk mebudidayakan jangkrik alam dengan diternakkan secara

intensif dan usaha ini banyak dilakukan dikota kota di Pulau jawa.

1.2. Sentra Peternakan

7
Telah diutarakan didepan bahwa untuk sementara ini, sentra peternakan

jangkrik adalah dikota kota besar di pulau jawa karena kebutuhan dari jangkrik
sangat banyak. Sedangkan diluar pulau jawa sementara ini masih banyak

didapatkan dari alam, sehingga belum banyak peternakan peternakan jangkrik.

1.3. Jenis

Ada lebih dari 100 jenis jangkrik yang terdapat di Indonesia. Jenis yang

banyak dibudidayakan pada saat ini adalah Gryllus Mitratus dan Gryllus

Testaclus, untuk pakan ikan dan burung. Kedua jenis ini dapat dibedakan dari

bentuk tubuhnya, dimana Gryllus Mitratus wipositor-nya lebih pendek

disamping itu Gryllus Mitratus mempunyai garis putih pada pinggir sayap

punggung serta penempilannya yang tenang.

1.4. Manfaat

Jangkrik segar yang sudah diketahui baik untuk pakan burung berkicau

seperti poksay, kacer dan hwambie serta untuk pakan ikan, baik juga

pertumbuhan udang dan lele dalam bentuk tepung.

III. PERSYARATAN LOKASI


1. Loikasi jauh dari sumber sumber kebinsingan seperti pasar, jalan raya dan lain

sebagainya.
2. Lokasi budidaya harus tenang, teduh dan mendapat sirkulasi udara yang baik.
3. Tidak terkena sinar matahari secara langsung atau berlebihan.

8
IV. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Menurut Farry 1999, ternak jangkrik merupakan jenis usaha yang tidak

direncanakan dengan matang akan sangat merugikan usaha. Ada beberapa tahap

yang perlu dilakukan dalam merencanakan usaha ternak jangkrik yaitu penyusunan

jadwal kegiatan, menentukan struktur organisasi, menentukan spesifikasi pekerjaan,

9
menetapkan fasilitas fisik, merencanakan metode pendektan pasar, menyiapkan

anggaran, mencari sumber dana dan melaksanakan usaha ternak jangkrik.

3.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

Jangkrik biasa melakukan kegiatan pada waktu malam hari, maka

kandang jangkrik jangan diletakkan dibawah sinar matahari, jadi letakkan di

tempat yang teduh dan gelap. Sebaiknya dihindarkan dari lalu lalang orang lewat

terlebih lagi untuk kandang peneluran.


Untuk menjaga kondisi kandang yang mendekati habitatnya, maka

dinding kandang diolesi dengan lumpur sawah dan diberikan dsaun daun

kering seperti daun pisang, daun timbul, daun sukun dan daun lainnya untuk

tempat persembunyian disamping untuk menghuindari dari sifat kanibalisme

dari jangkrik. Dinding atas kandang bagian dalam sebaiknya dilapisi lakban

keliling agar jangkrik tidak merayap naik sampai keluar kandang.

3.2. Pembibitan

3.2.1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk


Bibit yang diperlukan untuk dibesarkan haruslah yang sehat,tidak

sakit, tidak cacat (sungut atau kaki patah) dan umurnya sekitar 10-20 hari.

Calon induk jangkrik yang baik adalah jangkrik jangkrik yang berasal

dari tangkapan alam bebas, karena biasanya memiliki ketahan tubuh yang

lebih baik. Kalaupun induk betina tidak dapat dari hasil tangkapan alam

bebas, maka induk apat dibeli daripeternakan. Sedangkan induk jantan

diusahakan dari alam bebas, karena lebih agrsif.

10
Adapun ciri ciri indukan, induk betina dan induk jantan adalah sebagai

berikut :
1) Indukan
a) Sungutnya (antena) masih panjang dan lengkap
b) Kedua kaki belakangnya masih lengkap
c) Bisa melompat dengan tangkas, gesit dan kelihatan sehat
d) Badan danbulu jangkrik berwarna hitam mengkilap
e) Pilihlah induk yang besar
f) Jangan memilih jangkrik yang mengeluarkan zat cair dari mulut

dan duburnya apabila dipegang


2) Induk jantan
a) Selalu mengeluarkan suara mengerik
b) Permukaan sayap atau punggung kasar dan bergelombang
c) Tidak mempunyai ovipositor di ekor
3) Induk betina
a) Tidak mengerik
b) Permukaan punggung atau sayap halus
c) Ada ovipositor dibawah ekor untuk mengeluarkan telur

3.2.2. Perawatan Bibit dan Calon Induk

Perawatan jangkrik yang sudah dikeluarkan dari kotak penetasan

berumur 10 hari harus benar-benar diperhatikan dan dikontrol

makanannya,karena pertumbuhannya sangat pesat. Sehingga jika

makanannya kurang maka anakan jangkrik akan menjadi kanibal

memakan anakan yang lemah. Selain itu perlu juga dikontrol

kelembaban udara serta binatang pengganggu yaitu semut, tikus, cicak,

kecoa danlaba-laba. Untuk mengurangi sifat kanibal dari jangkrik maka

makanan jangan sampai kurang. Makanan yang biasa diberikan antara

lain ubi, singkong, sayuran dan dedaunan serta diberikan bergantian

setiap hari.

11
3.2.3. Sistem Pemuliabiakan

Sampai saat ini pembiakan jangkrik yang dikenal adalah dengan

mengawinkan induk jantan dan induk betina, sedangkan untuk bertelur

ada yang alami dan ada juga denga cara caesar, tetapi resiko dengan cara

cesar induk betinanya besar kemungkinan mati dan telur yang diperoleh

tidak merata tuanya sehingga daya tetasnya rendah.

3.2.4. Reproduksi dan Perkawinan

Induk dapat meproduksi telur yang daya tetasnya tinggi krl 80-

90% apabila diberikan makanan yang bergizi tinggi. Setiap peternak

memiliki ramuan-ramuan yang khusus diberikan pada induk jangkrik

antara lain bekatul jagung, ketan item, tepung ikan, kuning telur bebek,

kalk dan kadang-kadang ditambah dengan vitamin.


Di samping itu suasana kandang harus mirip dengan habitat alam

bebas, dinding kandang dioloesi tanah liat, semen putih dan lem kayu

dan diberi daun-daunan kering seperti daun pisang, daun jati, daun tebu

dan serutan kayu. Jangkrik biasanya meletakkan telurnya di pasir atau

tanah. Jadi didalam kandang khusus peneluran disiapkan media pasir

yang dimasukkan dipiring kecil. Perbandinbgan antara betina dari jantan

10:2 agar didapat telur yang daya tetasnya tinggi. Apabila jangkrik sudah

selesai bertelur sekitar 5 hari, maka telur dipisahkan dari induknya agar

tidak dimakan induknya kemudian kandang bagian dalam disemprot

dengan larutan antibiotik (cortrymoxale). Selain peneluran secara lami,

12
dapat juga dilakukan peneluran secara caesar. Akan tetapi kekurangannya

ialah daya tetas telur tidak merata matangnya.

3.2.5. Proses Kelahiran

Sebelum penetasan telur sebaiknya terlebih dahulu disiapkan

kandang yang permukaan dalam kandang dilapisi dengan pasir, sekam

atau handuk yang lembut. Dalam satu kandang cukup dimasukkan 1-2

sendok teh telur dan setiap satu sendok teh telur diperkirakan berkisar

antara 1.500-2.000 butir telur. Selama proses ini berlangsung warna telur

akan berubah warna dari bening sampai kelihatan keruh. Kelembaban

telur harus dijaga dengan menyemprot telur setiap hari dan telur harus

dibulak-balik agar jangan sampai berjamur. Telur akan menetas merata

sekitar 4-6 hari.

3.3. Pemeliharaan

3.3.1. Sanitasi dan Tindakan Preventif

Sebagaiman telah dijelaskan diatas bahwa dalam pengelolaan

peternkan jangkrik ini sanitasi merupakan masalah yang sangat penting.

Untuk menghindari adanya zat-zat atau racun yang terdapat pada bahan

kandang, maka sebelum jangkrik dimasukkan kedalam kandang ada

baiknya kandang dibersihkan terlebih dahulu dan diolesi lumpur sawah.

Untuk mencegah gangguan hama maka kandang diberi kaki dan setiap

kaki masing-masing dimasukkan kedalam kaleng yang berisi air.

13
3.3.2. Pengontrolan Penyakit

Untuk pembesaran jangkrik dipilih jangkrik yang sehat dan

dipisahkan dari yang sakit. Pakan ternak harus dijaga agar jangan sampai

ada yang berjamur karena dapat menjadi sarang penyakit. Kandang

dijaga agar tetap lembab tetapi tidak basah, karena kandang yang basah

juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit.

3.3.3. Perawatan Ternak

Perawatan jangkrik disamping kondisi kandang yang harus

diusahakan sama dengan habitat aslinya, yaitu lembab dan gelap, maka

yang tidak kalah pentingnya adalah gizi yang cukup agar tidak saling

makan (kanibal).

3.3.4. Pemberian Pakan

Anakan umur 1-10 hari diberikan Voor (makanan ayam ) yang

dibuat dari kacang, beras merah dan jagung kering yang dihaluskan.

Setelah vase ini anakan dapat mulai diberi pakan sayur-sayuran

disamping jagung muda dan gambas.


Sedangkan untuk jangkrik yang sedang dijodohkan, diberi pakan antra

lain sawi, wortel, jagung muda, kacang tanah, daun singkong serta

ketimun karena kandungan airnya tinggi. Bahkan ada juga yang

menambah pakan untuk ternak yang dijodohkan antara lain bekatul

jagung, tepung ikan, ketan hitam, kuning telur bebek, kalk dan beberapa

vitamin yang dihaluskan dan dicampur menjadi satu.

14
3.3.5. Pemeliharaan Kandang

Air dalam kaleng yang terdapat dikaki kandang, diganti setiap 2

hari sekali dan kelembaban kandang harus diperhatikan serta diusahakan

agar bahaya jangan sampai masuk kedalam kandang.

3.4. Hama dan Penyakit

3.4.1. Penyakit Hama dan Penyebabnya

Sampai sekarang belum ditemukan penyakit yang serius

menyerang jangkrik. Biasanya penyakit itu timbul karena jamur yang

menempel di daun, sedangkan hama yang sering mengganggu jangkrik

adalah semut atau serangga kecil, tikus, cicak, katak dan ular.

3.4.2. Pencegahan Serangan hama dan Penyakit

Untuk menghindari infeksi oleh jamur, maka makanan dan daun

tempat berlindung yang tercemar jamur harus dibuang. Hama

pengganggu jangkrik dapat diatasi dengan membuat kaleng yang berisi

air, minyak tanah atau mengoleskan gemuk pada kaki kandang.

3.4.3. Pemebrian Vaksinasi dan Obat

Untuk saat ini karena hama dan penyakit dapat diatasi secara

preventif, maka penyakit jangkrik dapat ditekan seminimum mungkin.

Jadi pemberian obat dan vaksinasi tidak diperlukan.

3.5. Panen

15
3.5.1. Hasil Utama

Peternak jangkrik dapat memperoleh 2 hasil utama yang nilai

ekonomisnya sama besar yaitu telur yang dapat dijual untuk peternak

lainnya dan jangkrik dewasa untuk pakan burung dan ikan serta untuk

tepung jangkrik.

3.5.2. Penangkapan

Telur yang sudah diletakkan oleh induknya pada media pasir atau

tanah, disaring dan ditempatkan pada media kain yang basah. Untuk

setiap lipatan kain basah dapat ditempatkan 1 sendok teh telur yang

kemudian untuk diperjual belikan. Sedangkan untuk jangkrik dewasa

umur 40-45 hari atau 55-70 hari yang di tubuhnya baru mulai tumbuh

sayap, ditangkap dengan menggunakan tangan dan dimasukkan ke

tempat penampungan untuk dijual.

16
V. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TERNAK JANGKRIK

4.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya telur jangkrik sebanyak 10 kotak untuk periode

pada tahun 1999 adalah sebagai berikut :


a. Biaya Produksi
1. Biaya Tidak Tetap
o Indukan
Indukan jantan 1.000 ekor @ Rp.700,- Rp. 700.000,-
Induk betina 5.000 ekor @Rp.500,- Rp 2.500.000,-
o Makanan dan Vitamin
Sayuran Rp 100.000,-
Konsentrat 10 kg @Rp 5.000,- Rp 50.000,-
Vitamin 10 btl @Rp 5.000,- Rp 50.000,-
Tenaga kerja 60 HOK @Rp 10.000,- Rp 600.000,-
2. Biaya Tetap
Bunga modal investasi 20%/th Rp 118.916,67
Bunga biaya tidak tetap 20%/th Rp 133.333,33

17
Penyusutan kotak Rp 38.583,33,-
Penyusutan alat Rp 7.875,-
Pemeliharaan kotak + alat 5%/th Rp 2.322,92,-
Sewa lokasi Rp 250.000,-
Listrik Rp 50.000,-
Jumlah biayaproduksi Rp
4.601.031,25
b. Pendapatan 830 sdm @Rp 10.00,- Rp 8.300.000,-
c. Keuntungan Rp
3.698.968,75
d. Parameter kelayakan usaha
B/C ratio Rp 1,8

Berikut ini adalah analisis usaha pembesaran jangkrik sebanyak 100 kotak untuk
1 periode pada tahun 1999

a. Biaya Produksi
1) Biaya Tidak Tetap
Telur 100 sdk @Rp 10.000,- Rp 1.000.000,-
Makanan dan Vitamin
Sayuran Rp 300.000,-
Konsetrat 50kg @Rp5.000,- Rp 250.000,-
Vitamin 50btl @Rp5.000,- RP 250.000,-
Tenaga kerja 300HOK @Rp10.000,- Rp 3.000.000,-
2) Biaya Tetap
Bunga modal investasi 20%/th Rp 360.800,-
Bunga biaya tidak tetap 20%/th Rp 240.000,-
Penyusutan kotak Rp 455.625,-
Penyusutan alat + bahan Rp 71.375,-
Pemeliharaan kotak 5%/th Rp 52.700,-
Sewa lokasi Rp 375.000,-
Listrik Rp 50.000,-
Jumlah biaya produksi Rp 6.404.700,-
b. Penghasilan 830 sdm @Rp 10.000,- Rp 12.000.000
c. Keuntungan Rp 5.595.300,-
d. Parameter kelayakan usaha
B/C ratio Rp 1,87

18
4.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Penggunaan pestisida yang selama ini didapati pada lahan-lahan

pertanian merupakan salah satu penyebab berkurangnya populasi jangkrik,

demikian juga penangkapan jangkrik di alam yang dilakukan selama ini

membuat penurunan dratis jumlah populasinya. Berdasarkan alasan-alasan

tersebut dan naiknya permintaan jangkrik, maka peternak tidak membiarkan

begitu saja kesempatan untuk memperoleh keuntungan dengan

membudidayakan jangkrik dengan intensif karena dengan waktu yang relatif

singkat untuk memelihara jangkrik sudah mendapat keuntungan yang berlipat

ganda, sehingga dengan semakin banyakanya peternak-peternak jangkrik ini,

permintaan untuk telur jangkrik semakin besar juga, jadi banyak peternak yang

hanya memproduksi telur jangkrik karena resikonya lebih kecil dan lebih cepat

lagi mendapatkan laba untuk sekitar 25-30 hari, dibandingkan proses

pembesaran sampai dengan 3 bulan.

VI. BUDIDAYA JANGKRIK MUDAN DAN MURAH

Ada dua cara budidaya jangkrik, yakni dari telur atau bibit indukan. Bagi

pemula, tinggal mana yang disukai. Soal jumlah bisa satu kandang dua atau

empat kandang, tergantung besar modalnya.

19
5.1. Bibit Telur

Bibit telur jangkrik bisa dibeli dari pedagang jangkrik di pasar burung. Tidak

ada jaminan telur menetas semua, paling 70% atau bahkan tidak menetas. Telur

yang bagus berwarna putih atau kekuning-kuningan, tak ada flek hitam di tengah

(tanda telur mati). Yang bengkok atau hitam semua, jelek. Kalau hitamnya hanya

di ujung telur itu sudah tua mau menetas.

5.1.1. Penetasan

Telur yang sudah terbungkus kain lembab diletakkan dalam wadah

penetasan, semisal toples. Umur telur yang dijual di pasar bervariasi, mulai

dari H-2 (kurang dua hari menetas), H-3 (kurang tiga hari menetas), atau H-

4 (kurang empat hari menetas),dst. Telur menetas kurang lebih 8-10 hari

sejak dipanen.
Anak-anak jangkrik yang baru menetas berwarna terang dan berubah

menjadi hitam atau kecoklatan beberapa jam kemudian. Kalau ada yang

menetas, kain segera dibuka dan anak jangkrik diusir keluar dari kain itu.

Kalau tidak, anakan itu bisa mati atau saling memakan sesamanya, atau

memakan telur yang belum menetas.


Tunggu 2-4 hari setelah menetas. Kalau telur belum juga habis

mungkin masih ada telur yang belum saatnya menetas, telur mati atau

busuk. Telur mati berwarna coklat mengkilkap atau hitam berjamur. Kalau

telur berjamur atau busuk, pertanda kelembabannya terlalu tinggi.

Sebaliknya, terlampau kering telur akan mati.

20
5.1.2. Pakan Sayuran

Pakan jangkrik baru menetas berupa sayuran seperti sawi, bayam,

kangkung, gambas, wortel atau kulit wortel,kulit pisang, dll. Wortel, timun

atau sayuran berair dipotong-potong sebesar batang korek api, supaya anak

jangkrik tidak menempel di permukaannya yang basah dan mati. Juga

jangan sampai terkena percikan air, karena bisa mematikan anak jangkrik

yang baru menetas.


Untuk anak jangkrik muda, pakan diberikan sehari sekali, pagi atau

sore. Sebelum dikasih pakan baru, sisa pakan sebelumnya diangkat dulu.

5.1.3. Kandang Pembesaran

Setelah berumur lebih dari 10 hari, anak jangkrik bisa diberi pakan

tambahan berupa ramuan. Pakan ramuan ditaruh dalam wadah agak datar

seperti tatakan gelas/cangkir. Penempatannya di ujung-ujung kandang.

Meskipun sudah diberi pakan ramuan, sayuran tetap diberikan. Ramuan itu

bisa berupa campuran tepung kedelai, tepung beras merah, tepung kacang

hijau, tepung jagung dan tepung ikan. Tidak perlu disediakan minum.

Dedaunan jangan disemprot air karena bisa membuat tubuh jangkrik lembek

dan cepat mati.


Umur 10 hari ke atas, anak jangkrik bisa dibesarkan di alam (bila

ingin menghasilkan indukan alam). Atau mereka bisa dipindah dari toples ke

kandang pembesaran berukuran 90 cm (panjang) X 30 cm (lebar) X 60 cm

(tinggi). Bisa juga pakai drum bekas. Ukuran kandang tidak baku, bisa lebih

besar atau lebih kecil, tergantung jumlah jangkrik. Yang penting kandang

21
aman dari semut, tikus dan cicak. Kandang tidak tercemar bebauan bahan

kimia yang bisa mematikan jangkrik.

5.1.4. Panen Clondo atau Indukan

Umur 30-40 hari, anak jangkrik tumbuh menjadi clondo atau

dogolan (jangkrik muda). Clondo bisa dipanen dan dijual sebagai pakan

burung dan ikan arwana.


Kalau beluim ingin menjual, clondo bisa terus dipelihara untuk

dijadikan indukan. Kira-kira berumur 2-4 bulan. Indukan ini bisa dijual atau

dijadikan bibit untuk menghasilkan telur.

5.2. Bibit Indukan


Bibit indukan dijual di pasar burung. Indukan yang bagus bepantat panjang,

hitam atau coklat kehitaman, dan jarumya juga sudah hitam. Biasanya jangkrik

punya tanda kalung di leher. Sepasang harganya Rp 1.000,- - Rp 1.500,-. Pilih

jangkrik dengan sungut (antena) masih lengkap.

5.2.1. Kandang Indukan


Kandang bisa dibuat sendiri dari bahan kayu dan tripleks. Atau

memebeli kandang jadi, harganya Rp 150 ribu- Rp 200 ribu. Ukuran

kandang 90-120 cm (panjang) X 30 cm (lebar) X 60 cm (tinggi), tergantung

jumlah jangkrik.
Pakannya sama seperti jangkrik dewasa yakni pakan ramuan dan

dedaunan. Bisa pula diberi tauge, jagung muda dan vitamin khusus jangkrik

yang disemprotkan pakai semprotan ke sayuran supaya menghasilkan

banyak telur.

22
5.2.2. Tempat Bertelur
Perbandingan jantan dan betina 1 : 5 (ada juga 1:10). Ada kalanya

makin kecil rasionya, hasil telur makin banyak. Karena seekor betina bisa

dibuahi berkali-kali oleh banyak penjantan.


Di alam, jangkrik betina yang akan bertelur menyuntikkan ujung

jarumnya (ovipositor) ke celah-celah tanah lembab. Oleh karena itu, dalam

budidaya jangkrik kelembaban perlu dijaga.


Untuk sarang bertelur dalam kandang disediakan media pasir halus

dalam wadah ceper (tatakan cangkir) dengan kedalaman 1,5 2 cm. Pasir

dicuci bersih atau disangrai dulu. Jangkrik akan menusukkan jarumnya

berulang-ulang ke dalam media pasir. Jumlah telur kira-kira 150-300 butir

per ekor. Media bertelur bisa juga dari tumpukkan kain berpori kasar (single

setting) yang dilembapi.


Setelah bertelur, jangkrik betina kehabisan energi dan 15-30 hari

kemudian mati. Ada juga jangkrik betina yang kuat dan dapat kawin lagi

setelah periode bertelur pertamanya. Hayanya saja mutu telurnya kurang

bagus.

5.2.3. Panen Telur


Untuk memanen telur dalam media pasir, perlu diayak dan telur

tertinggal di ayakan. Kalau medianya kain, telur-telur yang menancap pada

pori-pori kain disapu pakai kaus kecil supaya terlepas.


Telur yang sudah dipanen diletakkan di atas sepotong kain lembab

kemudian kain dilipat, dan diberi catatan tanggal bertelur supaya usia telur

diketahui. Telur-telur yang terbungkus kain lembab itu disimpan dalm toples

dan siap dijual sebagai bibit atau ditetaskan sendiri

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Bisnis Telur Jangkrik. Info Peluang No. 33. Edisi 1 Juli 1999.

.........., Berternak Jangkrik Ala Samin, Info Agribisnis Trubus No. 354, Edisi Mei

1999.

.........., Jangkrik Pemeliharaan Untuk Tangkar, Info Agribisnis Trubus No.335, Edisi

Juni 1999.

.........., Langkah Demi Langkah Berternak Jangkrik Produktif, Info Agribisnis No.

356. Edisi Juli 1999.

Adihendro. Rahasia Berternak Jangkrik, Ardi Agency, Jakarta, 1999.

Arnet, Russ H., Jr. And Richard L. Jacques., Jr, Guide To Insects (New York : Simon

And Schuster Inc., 1981).

24
Borror, Donald J., Charles A. Triplehorn, Norman F. Johnson, Pengenalan Pelajaran

Serangga, Edisi 6, Terjemahan Soetiyono Partosoedjono (Yogyakarta,

Universitas Gajah Mada Press, 1992).

Paimin B. Farry Dan Pudjiastuti L.M, Sukses Berternak Jangkrik, Penebar Swadaya,

Jakarta, 1999.

25

Anda mungkin juga menyukai