Anda di halaman 1dari 10

1.

Pembahasan

Bab kedua dari praktikum Operasi Teknik Kimia II kali ini


adalah membahas tentang salah satu phenomena proses operasi yaitu
drying. Drying adalah suatu proses dimana terjadi pindah massa dan
pindah panas secara simultan dari bahan ke lingkungannya.
Kandungan air tersebut dikurangi sampai batas tertentu sehingga
mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi didalamnya. Drying
bertujuan untuk identifikasi dan memahami pengaruh pengeringan
yang berguna mengurangi risiko kerusakan karena kegiatan mikroba,
menghemat ruang penyimpanan, untuk mendapatkan produk yang
sesuai dengan penggunanya. Prinsip utama pengeringan adalah
penurunan kadar air.

Bahan yang digunakan pada parktikum ini adalah kentang,


dengan menggunakan variabel ukuran kentang. Perbadaan ukuran
kentang yang digunakan ada empat, yaitu kentang dengan ukuran 0,5
cm X 0,5 cm X 2 cm ( sampel I); 1 cm X 1 cm X 2 cm (sampel II); 1,5
cm X 1,5 cm X 2 cm (sampel III) dan 2 cm X 2 cm X 2 cm (sampel
IV). Pada praktikum ini, suhu yang ingin digunakan dalam proses
drying ini adalah kisaran 165-170oC dan pada menit ke 50
diasumsikan bahwa bahan sudah berada pada keseimbangan sehingga
mengalami berat yang konstan.

Dari Tabel D.3 dapat diketahui bahwa pengovenan dapat


berlangsung dengan baik dan air yang terkandung pada kentang dapat
berkurang karena panas yang diberikan oleh oven mengakibatkan air
pada kentang menguap sedikit demi sedikit. Proses pengeringan
terjadi melalui penguapan air karena perbedaan tekanan dan potensial
uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Penguapan
kandungan air yang terdapat dalam bahan juga terjadi karena adanya
panas yang dibawa oleh media pengering yaitu udara. Uap air tersebut
akan dilepaskan dari permukaan bahan ke udara pengering.

Proses pengeringan dapat dilihat dari grafik kadar moisture


content terhadap waktu seperti di bawah ini:

Sampel I
8

4 0.5x0.5x2
kg H2O/kg Dry Solid
2

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

waktu (menit)

Gambar D.1 Kurva moisture content vs waktu sampel I

Sampel II
1
0.8
0.6
kg H2O/kg Dry Solid 0.4 1x1x2
0.2
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

waktu (menit)

Gambar D.2 Kurva moisture content vs waktu sampel II


Sampel III
0.4

0.3

0.2 1.5x1.5x2
kg H2O/kg Dry Solid
0.1

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

waktu (menit)

Gambar D.3 Kurva moisture content vs waktu sampel III

Sampel IV
0.25
0.2
0.15
kg H2O/kg Dry Solid 0.1 2x2x2

0.05
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

waktu (menit)

Gambar D.4 Kurva moisture content vs waktu sampel IV


Kurva Moisture Content vs Waktu
7

4
Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV
kg H2O/kg Dry Solid 3

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

Waktu (menit)

Gambar D.5 Kurva perbandingan moisture content vs waktu semua sampel

Dari Gambar D.6 hingga D.9 dapat dilihat tren dari semua grafik sama, hal ini
disebabkan proses penguapan air berjalan dengan baik. Semakin lama dilakukan
pengeringan, kandungan air pada bahan semakin sedikit akibat semakin
banyaknya air yng menguap. Proses keseimbangan kandungan air di dalam bahan
terjadi setelah menit ke 50 sehingga penurunan kurva tidak lagi terjadi dan
selanjutnya kurva berjalan konstan. Sedangkan gambar D.5 menunjukkan
perbandingan dari keseluruhan sampel dan dapat dilihat bahwa semakin besar
luas permukaan bahan, semakin banyak air yang teruapkan dalam waktu yang
sama dengan bahan yang memiliki luas permukaan lebih kecil serta semakin kecil
moisture contentnya dikarenakan kadar air di dalamnya sudah mendekati
keseimbangan sehingga air yang teruapkan semakin sedikit.
Sampel I
0.03
0.03
0.02
0.02
drying rate
0.01
0.01
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

waktu (menit)

Gambar D.11 Kurva perbandingan drying rate vs waktu sampel I

Sampel II
0.03

0.02

0.02
drying rate 0.01

0.01

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

waktu (menit)

Gambar D.12 Kurva perbandingan drying rate vs waktu sampel II


Sampel III
0.02

0.02

0.01
drying rate

0.01

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

waktu

Gambar D.13 Kurva perbandingan drying rate vs waktu sampel III

Sampel IV
0.01
0.01
0.01
0.01
drying rate 0.01
0
0
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

waktu (menit)

Gambar D.14 Kurva perbandingan drying rate vs waktu sampel I


Kurva Drying Rate vs Waktu
0.03

0.03

0.02

sampel I 0.02 sampel II sampel III sampel IV


drying rate
0.01

0.01

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

waktu

Gambar D.15 Kurva perbandingan drying rate vs waktu semua sampel

Dari Gambar D.11 hingga D.14 dapat dilihat tren dari semua grafik sama, hal ini
disebabkan. Proses keseimbangan kandungan air di dalam bahan terjadi setelah
menit ke 50 sehingga penurunan kurva tidak lagi terjadi dan selanjutnya kurva
berjalan konstan. Sedangkan gambar D.15 menunjukkan perbandingan dari
keseluruhan sampel dan dapat dilihat bahwa semakin besar luas permukaan
bahan, semakin efektif pengeringan yang dilakukan. Proses pengeringan berjalan
semakin lambat, karena semakin lama dilakukan pengeringan, air yang teruapkan
semakin sedikit akibat semakin sedikitnya kandungan air yang terdapat pada
padatan dan semakin sedikit kandungan air pada padatan menakibatkan semakin
sulitnya pengeringan karena air akan semakin sulit teruapakan dibandingkan
dengan bahan yang memiliki luas permukaan lebih kecil sehingga kandungan air
semakin setimbang.
Sampel I
0.03
0.03
0.02
0.02
Drying Rate (gr/menit cm2)
0.01
0.01
0
0 1 2 3 4 5 6 7

Free moisture content (X)

Gambar D.16 Kurva perbandingan drying rate vs free moisture content sampel I

Sampel II
0.03

0.02

0.02
drying rate 0.01

0.01

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

free moisture content

Gambar D.17 Kurva perbandingan drying rate vs free moisture content sampel II
Sampel III
0.02

0.02

0.01
drying rate

0.01

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

free moisture content

Gambar D.18 Kurva perbandingan drying rate vs free moisture content sampel III

Sampel IV
0.01
0.01
0.01
0.01
drying rate 0.01
0
0
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2

free moisture content

Gambar D.19 Kurva perbandingan drying rate vs free moisture content sampel IV
Kurva free moisture content vs drying rate
0.03

0.03

0.02 sampel I
0.02 sampel II
drying rate sampel III
0.01 sampel IV
0.01

0
0 1 2 3 4 5 6 7

free moisture content

Gambar D.20 Kurva perbandingan drying rate vs free moisture content semua
sampel

Dari Gambar D.16 hingga D.19 dapat dilihat tren dari semua grafik sama, hal ini
disebabkan proses penguapan air berjalan dengan baik sehingga semakin lama
dilakukan pengeringan, air yang teruapkan semakin sedikit akibat semakin
sedikitnya kaandungan air yang terdapat pada padatan. Proses keseimbangan
kandungan air di dalam bahan terjadi setelah menit ke 50 sehingga penurunan
kurva tidak lagi terjadi dan selanjutnya kurva berjalan konstan. Sedangkan gambar
D.20 menunjukkan perbandingan dari keseluruhan sampel dan dapat dilihat
bahwa semakin besar luas permukaan bahan, semakin banyak air yang truapkan
dalam waktu yang sama dengan bahan yang memiliki luas permukaan lebih kecil
dan semakin evektif proses pengeringan yang dilakukan serta semakin besar free
moisture contentnya dikarenakan kadar air di dalamnya sudah mendekati
keseimbangan sehingga air yang teruapkan semakin sedikit.

Anda mungkin juga menyukai